Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Keperawatan Medikal Bedah III dengan Kasus Scabies”
dengan sebaik-baiknya. Makalah ini kami susun untuk memberikan informasi
mengenai penyakit scabies sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan medical bedah III di Stikes Karya Husada Kediri.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan dan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah
ini, maka dengan setulusnya kami sampaikan terima kasih kepada yang terhormat
Bu Ratna Isnawati, M.Pd selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah
ini serta pihak lain yang telah ikut membantu.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah
keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat memberi pengetahuan mengenai
Asuhan Keperawatan Scabies.
Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 34
3.2 Saran................................................................................................... 34
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1
skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan
baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh,
tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi
buruk. Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung
pakaian di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah
terik matahari, dan saling bertukar pakai benda pribadi, sperti sisir, dan
handuk. Untuk meningkatkan derajat kesehatan santri perlu adanya upaya
peningkatan, pencegahan dan penanggulangan masalah penyakit menular
dapat diberikan penyuluhan kepada santri-santri pondok pesantren. Hygiene
perseorangan merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah kejadian
skabies, dikarenakan media transmisi tungau sarcoptes scabiei untuk
berpindah tempat dan menyebabkan penularan dapat secara langsung maupun
tidak langsung. Dan dari hasil penelitian di Asrama Al-Kholiliyah Pondok
Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang bulan Mei 2013. Diketahui dari
40 responden sebagian besar santriwati berusia antara 11-15 tahun yaitu 19
responden (79,2%) memiliki perilaku pencegahan kategori buruk.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan dengan Scabies.
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
1. Definisi dari Scabies
2. Etiologi dari Scabies
3. Klasifikasi dari Scabies
4. Manifestasi klinis dari Scabies
5. Patofisiologi dan pathway dari Scabies
6. Pemeriksaan diagnostik dari Scabies
7. Penatalaksanaan dari Scabies
8. Komplikasi dari Scabies
9. Asuhan Keperawatan dengan kasus Scabies
3
c. Bagi Masyarakat
1. Mampu menambah pengetahuan
2. Mampu mengantisipasi hal-hal yang dapat memicu terjadinya Scabies
3. Meningkatkan pemahaman tentang penyakit Scabies
4. Sebagai sumber refeensi mengenai penyakit Scabies
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kajian Teoritis
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisi
terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan hasil produknya. (Handoko
dkk, 2005).
Gejala utamanya adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari
atau kondisi di mana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa
terowongan, papul, ekskoriasi dan kadang-kadang vesikel. Rungau penyebab
skabies merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya berlangsung
di tubuh manusia.
Hygiene perseorangan merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah
kejadian skabies, dikarenakan media transmisi tungau sarcoptes scabiei untuk
berpindah tempat dan menyebabkan penularan dapat secara langsung maupun
tidak langsung.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabei Varian
Hominis. Sarcoptes Scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida,
ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes
5
Scabiei Var. Hominis. Kecuali itu terdapat Sercoptes Scabiei yang lainnya
pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini
transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. (Arief, M, Suproharta,
Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
a. Klasifikasi Sarcoptes Scabies
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo
Akrarina, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies
Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.
b. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan,
bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis,
telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
c. Siklus Hidup
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati
setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali
terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50.
Bentuk betina yang dibuhai dapat hidup selamanya. Telur akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan dan dapat juga
diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,
jantan dan betina dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua padabetina terakhir dengan
rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina
berkisar antara 330-450 mikron kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih
kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Juanda,
2001).
6
2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi scabies antara lain :
1) Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
2) Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-
laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau
scabies.
3) Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah
anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat
terowongan, tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi
biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan
binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena
kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
4) Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang
ditemukan.
5) Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang
penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa
harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita
scabies dengan lesi yang terbatas.
6) Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat
predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut,
telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak
terlalu menonjol tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfeksi sangat banyak (ribuan).
7
2.2.4 Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai
seluruh anggota keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi).
Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus,
bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat
ditemikan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
a) Rasa gatal terutama pada malam hari.
b) Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1
cm.
c) Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.
2.2.5 Patofisiologi
Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu tuma
sarcoptes scabei varian hominis. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang
telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung seperti
melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Kemudian kutu betina akan
menggali lubang kedalam epidermis dan selanjutnya membentuk terowongan
didalam stratum korneum. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai
mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa
8
dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari. Lama hidup
kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan.
Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak
banyak mengandung folikel pilosebasea.
Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi imunologi
lambat yaitu sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Adanya alergen
pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi, yaitu
IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor di sel
mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi.
Pada saat kontak ulang dengan alergen,maka alergen akan berikatan dengan
IgE yang berikatan dengan antibody di sel mastosit atau basofil dan
menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan
mediator inflamasi primer dan sekunder seperti histamine, bradikinin dan
serotonin. Pelepasan mediator inflamasi ini akan menimbulkan berbagai
gejala terutama gatal, edema local, adanya vesikel, dan eritema. Penyakit ini
sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena,
maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini
sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan.
9
2.2.6 Pathway
Terbentuknya luka
Resiko Infeksi
10
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kerokan Kulit
Papul atau kenalikuli yang utuh ditetsi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang yang
betujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan
pemeriksaan diletakan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu
di periksa dibawah microskop.
2. Mengambil Tungau dengan Jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukan
kedalam terowongan yang utuh dain digerakan secara tangensial ke ujung
lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terllihat pada ujung
jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah
dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.
3. Tes Tinta pada Terowongan (Burrow Ink Test)
Identifikasi terowongan bisa di bantu dengan cara mewarnai daerah lesi
dengan tinta hitam. Papul scabies di lapisi dengan tinta cina, dibiarkan
selama 20-30 menit. Setelah tinta di bersihkan dengan kapas alkohol,
terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di
sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan
positif bila terbentuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis
menyerupai bentuk zigzag.
4. Membuat Biopsi Irisan (Epidermal Shave Biopsy)
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan
telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial
secara menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar
tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi
min yak mineral yang kemudian diperiksa dibawah microskop.
11
5. Uji Tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk kedalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu
wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan
pada kanakuli.
1. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula,kanalikuli) dan tidak
dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
2. Sebaiknya lesi yang akan di kerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak
mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat
menemukan tungau dalam keadaan hidup dan utuh.
3. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.
Oleh kerena tungau terdapat dalam srtatum korneum maka kerokan harus
dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya pendarahan. Namun
karena sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus di
pertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal yang
menetap.
2.2.8 Penatalaksanaan
12
meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan
meningkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :
1) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
2) Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian
yang akan dipakai harus disetrika.
3) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal,
kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari
selama beberapa jam.
13
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan
gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus
setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak
anjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.
2.2.9 Komplikasi
Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis,
folikulitis, dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Pada anak-anak sering terjadi
glomerulonefritis. Pemakaian antiskabies misalnya gamma benzene
heksaklorida yang berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan
dermatitis iritan. Akan terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate
sehari 2 kali terutama pada pemakaian di genitalia pria. Dapat timbul infeksi
sekunder sistemik yang memperberat perjalanan penyakit seperti pielonefritis,
abses, internal, pneumonia piogenik, dan septicemia (Stone, 2003, dalam
Sunaryanto, 2009).
14
2.2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Konsep
1) Biodata
2) Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.
Biasanya pasien mengeluh gatal pada malam hari, dan ada lesi bentuk
pustula pada selajari dan telapak tangan, bokong dan dan perut bagian
bawah. Untuk menghilangkan gatal, biasanya penderita menggaruk lesi
tersebut sehingga dapat ditemukan adanya lesi tambahan.
6) Psikososial
Penderita ini merasa malu, jijik, dan cemas adanya lesi yang berbentuk
pustula. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang terkena
lesi pada saat interaksi sosial.
15
7) Pola kehidupan sehari-hari
8) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara Head To Toe maupun
pendekatan B1 – B6. Dan pemeriksaan biasanya lebih difokuskan pada
sistem integumen.
1. B1 (Breathing)
Penderita scabies umumnya tidak ada masalah atau gangguan pada
sistem pernafasannya. Baik dari pola nafasnya atau bentuk dada dan
laim-lain.
2. B2 (Blood)
Penderita scabies pada umumnya tidak ada masalah atau gangguan pada
sistem kardiovaskulernya.
3. B3 (Brain)
Penderita scabies pada umumnya tidak terdapat gangguan kesadaran.
Begitu juga pada penglihatan, pendengaran dan penciuman. Namun
pada perabaan biasanya disertai penurunan sensasi akibat adanya lesi
pada jari-jari tangan.
4. B4 (Bladder)
Penderita scabies pada umumnya tidak ada masalah atau gangguan pada
sistem perkemihannya.
5. B5 (Bowel)
Penderita scabies pada umumnya tidak terdapat masalah atau gangguan
pada sistem gastrointestinal.
16
6. B6 (Bone)
Pada penderita scabies biasanya mengalami keterbatasan gerak
dikarenakan lesi pada sela jari tangan yang parah hingga seperti tertarik
dan kering. Dan dari segi integritas kulit biasanya terdapat kemerahan,
lesi, ekskorasi, vesikel dan pustule atau nanah.
9) Pemeriksaan Laboratorium.
10) Terapi
1. Sulfur prezipitatum
2. Pemetrin 5%
B. Diagnosis
17
C. Intervensi
Diagnosa 1
Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan lesi dan pruritus
Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan lapisan kulit klien
normal dengan kriteria hasil :
1. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
2. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan
3. Menunjukkan proses penyembuhan luka
Intervensi (NIC)
1. Monitor kondisi luka
2. Monitor warna kulit
3. Observasi ekstremitas
4. Jaga kebersihan kulit
5. Monitor lingkungan sekiar pasien atau klien
Diagnosa 2
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
18
Diagnosa 3
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
1. Monitor tanda gejala infeksi
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Pertahankan lingkungan yang aseptik
4. Berikan antibiotik bila perlu
Diagnosa 4
Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pola tidur
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat menjelaskan factor-faktor atau penghambat atau pencegah
tidur
2. Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk mempermudah tidur
Intervensi (NIC)
19
4. Anjurkan klien mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat
salep (sesuai terapi) pada daerah lesi
5. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian antihistamin / atau obat
antigatal
Diagnosa 5
Risiko gangguan konsep diri (harga diri rendah) yang berhubungan
dengan penampilan diri respon orang lain
Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pola tidur
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat mengidentifikasi sumber ancaman harga diri dan melakukan
tindakan untuk mencegah hal tersebut
2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif diri
3. Klien mengekspresikan pandangan yang positif tentang masa depan
4. Klien dapat meganalisis perilaku diri diri dan konsekuensi yang harus
dihadapi
Intervensi (NIC)
1. Jalin komunikasi terapeutik antar perawat, pasien, dan keluarga
2. Bantu individu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya
3. Bantu klien mengidentifikasi evaluasi diri yang positif
4. Batu individu dalam mempelajari koping baru. Biarkan ia tahu bahwa ia
tidak sendirian
D. Implementasi
Implementasi Keperawatan
20
E. Evaluasi
1. Nyeri Terkontrol
3. Puss hilang
5. Kaji TTV
A. Tinjauan Kasus
An. Z usia 13 tahun datang ke Rumah Sakit diantar Ibunya dengan
keluhan muncul gatal-gatal sejak 2 minggu yang lalu. Gatal muncul sering
pada malam hari. Karena sangat gatal dan mengganggu, klien menjadi susah
untuk tidur. Keluhan muncul pertama kali di sela jari tangan kemudian
meluas ke bagian lengan. Satu minggu yang lalu klien mengeluh muncul
nanah pada jari tangannya, dan terasa nyeri. Klien tinggal di Pondok
Pesantren di daerah Kabupaten Malang, dimana dalam satu kamar dihuni oleh
10 orang dan beberapa juga menderita gatal-gatal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pada sela jari tangan timbul eritema, erosi, ekskorasi dan krusta
penyebaran diskrit. Dan terdapat pustule pada kedua jari tangan. Karena
keadaannya, klien mengaku merasa malu dan minder dengan orang
disekitarnya.
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 C
21
B. Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama : An. Z
Ruang : Mawar
No. Register : 212670
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Alamat : Jl. Anggrek No.013 Kota Malang
Golongan Darah : O
Tanggal MRS : 13 januari 2018
Tanggal Pengkajian : 14 januari 2018
Diagnosa Medis : Scabies
22
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita sakit seperti yang diderita
sekarang.
23
7. Pola Koping
a) Pola Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu
merasa gatal, dan tidak nyaman beraktifitas.
b) Kehilangan atau perubahan yang terjadiperubahan yang terjadi
klien nyaman untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
c) Takut terhadap kekerasan : tidak
d) Pandangan terhadap masa depanklien optimis untuk sembuh
1. B1 (Breathing)
Inspeksi : dada simetris, tidak terlihat adanya retraksi dada, dan
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan (vesicular)
2. B2 ( Blood)
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : PMI (Point of Maximal Impuls) teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1, S2 bunyi tunggal
24
3. B3 ( Brain)
Kesadaran : composmentis
Penglihatan : baik
Pendengaran : baik
Penciuman : baik
Perabaan : penurunan sensasi raba akibat adanya lesi pada
epidermis jari tangan
4. B4 (Bladder)
Produksi urin : normal
Frekuensi : lancer (3-4 x/hari)
Konsistensi : cair jernih
Bau : aroma khas
Warna : kuning, jernih
5. B5 ( Bowel)
Frekuensi BAB : 1 x/hari
Konsistensi : lembab, berbentuk
Bau : khas urine
Bissing usus : normal (10x/mnt)
Tidak terdapat distensi abdomen
8. B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : sendi pada jari tangan mengalami
keterbatasan gerak, tampak antara
sela-sela jari melebar seperti
tertarik.
Integritas kulit : pada epidermis tangan tampak
terdapat lesi pada sela jari serta
pergelangantangan, lesi tampak
tererosi, memerah, terdapat papula
dan vesikel.
25
C. Analisa Data
26
3 DS : Klien mengatakan susah Infeksi Gangguan Pola
parasite Sarcoptes
untuk tidur karena gatal yang Tidur
scabiei pada kulit
sangat mengganggu.
DO : Klien tampak lesu Aktivitas tungau
meningkat saat
TTV hospes dalam keadaan
TD : 110/70 mmHg tidak beraktivitas
N : 80x/menit
Pruritus nocturna
RR : 20x/menit (gatal di malam hari)
Suhu : 36,8 C
27
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Pruritas/Gatal yang
menyebar dan Destruksi Lapisan Kulit
2. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya pustule/nanah
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan pruritas/gatal nocturnal
4. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan kondisi fisik
E. Intervensi Keperawatan
28
8. Melaporkan nyeri sudah untuk mengetahui
terkontrol atau berkurang nyeri pasien
5. Berikan antibiotik
untuk meningkatkan
peredaan nyeri optimal
dalam batas resep
dokter
6. Berikan analgetik
untuk meningkatkan
peredaan nyeri optimal
dalam batas resep
dokter
7. Kolaborasikan dengan
klien, dokter, dan tim
perawatan kesehatan
lain ketika mengubah
penatalaksanaan nyeri
yang diperlukan
8. Monitor TTV
9. Kontrol lingkungan
yang nyaman
3 Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola tidur
Tidur b/d keperawatan gangguan pola pasien dan lamanya
waktu tidur
Pruritas/Gatal tidur pasien teratasi dengan
2. Menjaga kulit agar
terlebih pada malam kriteria hasil : selalu lembab
hari. 1. Perubahan pola tidur 3. Jelaskan pentingnya
normal tidur yang adekuat
2. Keluhan verbal merasa 4. Fasilitasi untuk
kurang istirahat berkurang mempertahankan
3. Melaporkan tidak aktivitas sebelum
mengalami kesulitan jatuh
tidur (membaca)
tidur
4. Pola tidur,kualitas dalam 5. Ciptakan lingkungan
batas normal yang nyaman
5. Jumlah jam tidur dalam 6. Kolaburasi pemberian
batas normal obat tidur
7. Kolaborasi pemberian
obat anti gatal
29
4 Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya
Tubuh b/d keperawatan gangguan citra gangguan citra diri
(menghindari kontak
perubahan kondisi tubuh pasien teratasi dengan
mata, ucapan
fisik kriteria hasil : merendahkan diri
1. Mengembangkan sendiri).
peningkatan kemauan untuk 2. Dukung upaya klien
menerima keadaan diri. untuk memperbaiki
2. Mengikuti dan turut citra diri, seperti
berpartisipasi dalam merias, merapikan.
tindakan perawatan diri. 3. Dorong sosialisasi
3. Melaporkan perasaan dalam dengan orang lain.
pengendalian situasi. 4. Dorong klien
4. Menguatkan kembali mengungkapkan
dukungan positif dari diri perasaannya.
sendiri. 5. Ajak klien bersadar
5. Klien tampak tidak lesu lagi diri bahwa diluar sana
6. Gatal klien berkurang ada cobaan yang lebih
berat dari pada yang
dialami pasien saat ini.
6. Bantu klien untuk
mengenali tindakan
yang akan
meningkatkan
penampilannya
7. Fasilitasi lingkungan
dan aktifitas yang
akan meningkatkan
harga diri klien.
F. Implementasi
No Diagnosa Tindakan
30
2 Nyeri Akut b/d adanya 1. Mengobservasi karakteristik nyeri secara komprehesif
pustule atau nanah : lokasi , kualitas, frekuensi, dan durasi
2. Mengobservasi faktor lain yang menunjang nyeri
3. Mengobservasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan (nyeri)
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui nyeri pasien
5. Memberikan antibiotik untuk meningkatkan peredaan
nyeri optimal dalam batas resep dokter
6. Memberikan analgetik untuk meningkatkan peredaan
nyeri optimal dalam batas resep dokter
7. Mengkolaborasikan dengan klien, dokter, dan tim
perawatan kesehatan lain ketika mengubah
penatalaksanaan nyeri yang diperlukan
8. Memonitor TTV
9. Mengontrol lingkungan yang nyaman
3 Gangguan Pola Tidur 1. Memonitor pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur
b/d Pruritas/Gatal 2. Menjaga kulit agar selalu lembab
3. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
terlebih pada malam
4. Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
hari. sebelum tidur (membaca)
5. Menciptakan lingkungan yang nyaman
6. Mengkolaborasikan pemberian obat tidur
7. Mengkolaborasikan pemberian obat anti gatal
4 Gangguan Citra Tubuh 1. Mengobservasi adanya gangguan citra diri
b/d perubahan kondisi (menghindari kontak mata, ucapan merendahkan diri
sendiri).
fisik
2. Mendkung upaya klien untuk memperbaiki citra diri,
seperti merias, merapikan.
3. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
4. Mendorong klien mengungkapkan perasaannya.
5. Mengajak klien bersadar diri bahwa diluar sana ada
cobaan yang lebih berat dari pada yang dialami pasien
saat ini.
6. Membantu klien untuk mengenali tindakan yang akan
meningkatkan penampilannya
7. Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan
meningkatkan harga diri klien.
31
G. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Kerusakan Integritas S : Klien mengatakan gatal-gatal pada jari dan
Kulit b/d Pruritas/Gatal lengannya masih terasa dan luka pada kulitnya sedikit
yang menyebar dan sembuh
Destruksi Lapisan Kulit O : Pada sela jari dan lengan masih terdapat eritema,
ekskorasi dan krusta, tetapi sudah tidak terdapat pustule.
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi nomor 1, 2, 3, 4, dan 6
2 Nyeri Akut b/d adanya S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri pada sela-sela
pustule atau nanah jarinya
O : Tidak terdapat pustule
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 C
Skala Nyeri : 2
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
3 Gangguan Pola Tidur S : Klien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak
b/d pruritas gatal O : Klien sudah tampak lebih segar
terlebih pada malam TTV
hari (nocturna)
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 C
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
32
4 Gangguan Citra Tubuh S : Klien mengatakan rasa malu dan mindernya sedikit
b/d perubahan kondisi berkurang
fisik O : Klien menunjukkan rasa percaya diri yang sedikit
membaik
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi nomor 5 dan 6
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular disebabkan oleh
sarcoptes scabies yang membuat terowongan pada stratum korneum kulit
,terutama pada tempat predileksi yang menyebabkan iritasi kulit, parasit ini
menggali parit-parit di dalam epidermis sehingga menimbulkan gatal -gatal
merusak kulit penderita.
Scabies bisa ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan,ada juga
ditandai dengan berupa nodus kemerahan yang gatal dan juga Scabies juga
bisa disebabkan dari hewan yaitu anjing. Pada bayi dan anak scabies
mengenai seluruh tubuh.
3.2 Saran
Untuk para pembaca, scabies ini memang penyakit yang menular. Namun
kita bisa mecegahnya dengan cara menjaga kebersihan yang bisa kita mulai
dari diri kita sendiri. Jangan lupa mandi bersih dan secara teratur, jangan lupa
juga kita mengganti pakaian kita dan memperhatikan kebersihannya juga.
34
DAFTAR PUSTAKA