Disusun oleh:
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
FKIK UMY
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Modal Literasi Kesehatan Ibu Milenial di
ditinjau dari Latar Belakang Sosial dan Peran Teknologi Informasi” ini
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan
Yogyakarta. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bisa terwujud tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, baik berupa doa, kerjasama, bimbingan, maupun dukungan
lain baik berupa dukungan moral ataupun material. Oleh karena itu, pada
v
3. dr. Muhammad Khotibuddin, MPH, Sp.KKLP selaku dosen penguji KTI
4. Kedua orang tua saya, Bapak Sunaryo, S.E. dan Ibu Kartijah, S.Pd. yang
5. Sahabat saya: Jasmine, Valina, Lian, Cia Melly, Yustika, Ninda, Yuli, Dita,
Suci, Uwam, Afianto yang telah membantu dalam penyusunan dan selalu
angkatan 2017 yang selalu memberi dukungan dalam penyusunan KTI ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak ditemukan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
memohon kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah pengetahuan
pada balita di daerah sekitar PAUD KB ‘Aisyiyah Surya Melati Brajan bagi
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
vi
DAFTAR ISI
vii
7. Analisa Data ............................................................................................ 34
8. Etika Penelitian ....................................................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36
1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 36
a. Status Sosial Ekonomi ............................................................................ 36
b. Pengetahuan ibu mengenai pencegahan dan penanganan diare pada
balita di rumah…………………………………………………………. 38
c. Sikap ibu terhadap pencegahan dan penanganan diare di rumah
pada balita...…………………………………………………………….43
d. Praktik ibu dalam pencegahan dan penanganan diare di rumah kepada
balita…………………………………………………………………….45
e. Peran teknologi informasi ....................................................................... 53
f. Uji Statistik Spearmen………………………………………………….59
2. Pembahasan ............................................................................................. 63
3. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian .................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 70
1. Kesimpulan ............................................................................................. 70
2. Saran........................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
LAMPIRAN .......................................................................................................... 76
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2. Subdimensi terkait dengan empat dimensi yang diterapkan untuk tiga
Tabel 4.1. Gambaran Karakteristik Ibu Berdasarkan Status Sosial Ekonomi (N=28)
............................................................................................................ 37
Tabel 4.2. Pengetahuan Ibu Mengenai Pencegahan dan Penanganan Diare pada
Balita di Rumah.................................................................................. 39
Tabel 4.3. Sikap Ibu Mengenai Pencegahan dan Penanganan Diare pada Balita di
Tabel 4.4. Praktik Ibu Dalam Pencegahan Dan Penanganan Diare Di Rumah
Tabel 4.7. Gambaran Sikap Ibu Mengenai Pencegahan dan Penanganan Diare pada
Balita di Rumah.................................................................................. 48
Tabel 4.8. Gambaran Praktik Ibu Mengenai Pencegahan dan Penanganan Diare
x
ABSTRACT
Background: Nearly 1.7 billion cases of diarrheal disease occur in children and kill
around 525,000 children every year, this makes diarrhea the second leading cause of
death in children under five in the world. The average prevalence of diarrhea among
children under five in Indonesia is 11%, and in Yogyakarta it is 7.4%. The prevalence
of diarrhea in Bantul district is 12%, this result shows Bantul district with the highest
prevalence of diarrhea among children under five in Yogyakarta.
Results: A total of 28 respondents almost all have good knowledge (96.4%), good
attitude (96.4%), and good practice (85.7%). There is no significant relationship
between knowledge and practice with the role of information technology, but there
is a relationship with attitudes. In education and work there is no significant
relationship with knowledge, attitudes, and practices..
xi
INTISARI
Latar Belakang: Hampir 1.7 miliar kasus penyakit diare terjadi pada anak dan
membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun, hal ini menjadikan diare sebagai
penyebab kedua kematian pada balita di dunia. Rata-rata prevalensi diare pada
balita di Indonesia adalah 11 %, dan di Yogyakarta adalah 7.4%. Prevalensi diare
di kabupaten Bantul adalah 12%, hasil ini menunjukan kabupaten Bantul memiliki
prevalensi diare pada balita tertinggi di Yogyakarta.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi modal literasi kesehatan ibu milenial di PAUD
KB ‘Aisyiyah Surya Melati Brajan mengenai diare pada balita ditinjau dari latar
belakang sosial dan peran teknologi informasi.
Metodologi: Penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional, dengan subjek
penelitian adalah ibu milenial di PAUD KB ‘Aisyiyah Surya Melati Brajan, dipilih
secara acak dengan cara simple random sampling. Data yang diperoleh dengan
wawancara via telepon WhatsApp berdasarkan kuesioner. Menggunakan uji
spearman untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan
peran teknologi informasi serta pendidikan dan pekerjaan.
Hasil: Total 28 responden hampir seluruhnya memiliki pengetahuan baik (96.4%),
sikap baik (96.4%), dan praktik baik (85.7%). Tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dan praktik dengan peran teknologi informasi, tetapi ada
hubungan dengan sikap. Pada pendidikan dan pekerjaan tidak ada hubungan yang
signifikan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik.
Kesimpulan: Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu mengenai pencegahan dan
penanganan diare pada balita baik. Tetapi, meskipun dikategorikan baik masih ada
beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pemberian edukasi
yang tepat sesuai pedoman rencana terapi A dari WHO dan LINTAS diare sangat
diperlukan.
Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, praktik, diare, balita, ibu milenial, internet
xii
BAB I
LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang
Merujuk pada definisi, diare merupakan suatu kondisi meningkatnya
frekuensi BAB tiga kali atau lebih dalam sehari disertai perubahan konsistensi
tinja menjadi cair. Diare dapat disebabkan karena infeksi virus, bakteri maupun
parasit yang berasal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi karena
sanitasi yang kurang baik (WHO, 2017). Ketertarikan peneliti mengenai topik
diare terutama pada balita bermula karena perkuliahan peneliti saat blok
alimentari yang diberikan oleh dr. Bambang, pada perkuliahan ini beliau
mengatakan bahwa kasus diare pada balita masih tinggi. Perkataan beliau
hanya terpikirkan tentang topik diare pada balita tanpa mempunyai alasan
lapangan mengenai diare pada balita ini yang cukup menarik perhatian peneliti.
Faktanya, hampir 1.7 miliar kasus penyakit diare terjadi pada anak-anak
dan membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun, hal ini menjadikan diare
sebagai penyebab kedua kematian pada anak usia di bawah 5 tahun di seluruh
dunia. Hal ini berkolerasi dengan fakta bahwa terdapat 2.5 miliar manusia
dengan sanitasi yang kurang baik dan tersebar luas terutama di negara
1
2
Indonesia adalah 11 %, dan di provinsi DIY adalah 7.4% dimana usia balita
kelompok usia yang lain (Laporan Nasional Riskesdas, 2018). Prevalensi diare
inilah yang membuat peneliti semakin penasaran dan terpanggil untuk mencari
tahu lebih mengenai fenomena ini, mengingat bahwa peneliti adalah mahasiswi
yang dapat berakibat fatal dan bahkan sampai kematian jika tidak ditangani
dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa penyakit yang dianggap sederhana
seperti diare dapat berakibat tragis, namun sayangnya diare masih dianggap
balita.
3
mengakses informasi dari berbagai latar belakang sosial. Setiap orang dapat
internet, TV, dan media elektronik lainnya (Lloyd et al., 2013). Faktanya, Pulau
namun rendah tersebut sebenarnya memiliki jumlah yang cukup besar yaitu
Dalam hal ini penting adanya literasi kesehatan yang baik pada masing-masing
individu agar kualitas informasi yang didapatkan baik, jika seseorang memiliki
literasi kesehatan yang buruk nantinya akan menghasilkan outcome yang buruk
Dalam penelitian ini, ibu milenial yang lahir antara tahun 1980-2000
merupakan populasi terbesar yang memiliki anak usia balita dan ibu sangat
penting untuk memiliki literasi kesehatan yang baik, hal ini dikarenakan ibu
merupakan pengasuh utama bagi anak balita. Ibu yang akan mengatur semua
asupan gizi dan penanganan diare pada balita. Oleh karena itu, ibu sangat
Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu yang buruk mengenai pencegahan dan
4
penanganan diare pada balita dapat menyebabkan dehidrasi berat dan yang
untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-
orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Di dalam Al-Qur’an kata
ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat Al-
dengan perantaraan kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
memuji orang yang berilmu dan mewajibkan menuntut ilmu antara lain:
Mencari ilmu wajib bagi setiap muslimin. Carilah ilmu walaupun di negeri
Cina dan carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahad. Dari potongan
5
terkait literasi kesehatan mengenai diare pada ibu di zaman milenial seperti
sekarang ini yang dilihat dari beragam latar belakang, dengan status peneliti
yang masih mahasiswi hal yang bisa dilakukan saat ini adalah penelitian di
bagi anak usia balita menjadi tempat yang dipilih sebagai lokasi penelitian
Yogyakarta, lokasi ini juga merupakan amal usaha Muhammadiyah serta pihak
sekolah memberikan respon yang baik saat peneliti melakukan survey untuk
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah
adakah hubungan antara tingkat literasi dengan latar belakang sosial dan peran
teknologi informasi ?
6
3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pola literasi yang ada dan menganalisa hubungan antara tingkat literasi yang
ditemukan tersebut dengan latar belakang sosial dan peran teknologi informasi.
2. Tujuan Khusus
Melati Brajan.
balita.
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
kesehatan ibu milenial dilihat dari beragam latar belakang dan peran
balita.
sebagai desa binaan, selain itu dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
3. Bagi Responden
5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
teknologi
informasi dan
latar belakang
sosial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
Literasi kesehatan berkaitan dengan literasi dan mencakup
dengan berbagai keadaan kesehatan dan pilihan kesehatan yang dihadapi, oleh
karena itu tingkat literasi kesehatan perlu diukur dan dievaluasi tidak hanya
kesehatan yang baik serta informasi kesehatan yang aktual dan jelas.
penting misalnya sosial media dan media massa. Selain itu, pemimpin di
10
11
yang dipercaya terutama di masa krisis, agar informasi yang disampaikan dapat
beragam variasi, antara lain model literasi kesehatan milik Freedman, et al.
masyarakat. Selain itu, ada pula faktor yang berdampak pada literasi kesehatan
11
12
tulisan atau perilaku. Selain itu Mancuso, et al. juga mengidentifikasi enam
penerimaan rawat inap. Daftar lengkap model tersedia dalam tabel tiga
yang mereka miliki. Maka dari itu Sorensen, et al. membuat konsep literasi
12
13
Sumber: diadaptasi dari: Sørensen K et al. Health literacy and public health: a systematic
review and integration of definitions and models. BMC Public Health, 2012, 12:80
kesehatan. Empat dimensi tersebut berbentuk sebuah siklus yang terdiri dari
individu sampai level populasi. Siklus ini diawali dari Access, yaitu
tersebut, kemampuan ini disebut Appraise. Di akhir proses ini, apakah seorang
13
14
review and integration of definitions and models. BMC Public Health, 2012, 12:80
14
15
literasi kesehatan. Diantaranya ada faktor distal dan faktor proksimal. Faktor
literasi).
beberapa faktor dengan skala yang lebih luas dan lebih mendalam karena
menunjukan bahwa literasi kesehatan bukan sesuatu yang mudah untuk diteliti,
yang ada tetapi belum tentu dapat mengaplikasikannya. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari (Workie et al., 2018a) mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik
untuk mencegah diare dan manajemen diare di rumah pada balita di Diredawa,
responden memiliki pengetahuan yang baik, tetapi sikap dan praktik masih
manajemen diare, dampak terhadap balita, dan lain–lain. Sikap ibu dapat dilihat
pula dari setuju atau tidaknya mengenai diare dapat dicegah, ORS (Oral
15
16
praktik dapat dilihat dari bagaimana ibu bertindak saat terjadi diare pada anak,
bagaimana cara ibu memberikan ORS, dan dapat pula dilihat apakah ibu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dimana cuci tangan salah satunya,
kuman serta diare dari satu orang ke orang lain. Kuman dapat menyebar dari
orang atau permukaan lain saat kita menyiapkan makanan dan minuman,
menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci,
ingus, batuk, atau bersin dengan tangan, lalu menyentuh tangan orang lain atau
benda lain. Oleh karena itu penting untuk mencuci tangan terutama pada
16
17
1. Setelah batuk atau 1. Sebelum, selama, dan setelah 1. Setiap kali tangan kita
bersin. menyiapkan makanan kotor: mengetik,
2. Saat merawat 2. Sebelum makan memegang uang,
orang sakit 3. Sebelum dan sesudah merawat orang hewan/binatang,
3. Sebelum, selama, yang sakit diare atau muntah di berkebun
dan setelah rumah 2. Sesudah buang air
menyiapkan 4. Sebelum dan sesudah merawat luka 3. Sebelum menyusui
makanan 5. Setelah menggunakan toilet bayi
4. Sebelum makan 6. Setelah mengganti popok atau 4. Setelah menceboki
5. Setelah membersihkan anak setelah dari bayi atau anak
menggunakan toilet 5. Sebelum makan dan
toilet 7. Setelah membuang ingus, batuk, atau menyuapi anak
6. Ketika tangan bersin 6. Sebelum memegang
kotor 8. Setelah menyentuh hewan, pakan makanan dan setelah
7. Setelah ternak atau kotoran hewan makan
menyentuh hewan 9. Setelah mengurus makanan hewan 7. Setelah bermain di
atau kotoran atau camilan hewan peliharaan tanah, lumpur atau
hewan 10. Setelah menyentuh sampah tempat kotor
(WHO, 2020) (CDC, 2020) 8. Setelah bersin/batuk
(Kemenkes RI, 2018)
Diare didefinisikan sebagai bagian dari tiga atau lebih tinja tidak normal
atau berair per 24 jam. Namun, perubahan terbaru dalam konsistensi dan
karakter tinja lebih penting daripada jumlah tinja. Jika frekuensi tinja
meningkat tetapi konsistensi padat maka tidak disebut diare. Pada bayi yang
sedang menyusui, seringnya frekuensi BAB sekitar 8-10 kali dan pada hari-
hari ketiga dan keempat kehidupan seringkali tinja cair berwarna kuning
kehijauan. Kedua hal tersebut juga tidak disebut diare (Alam and Ashraf,
2003).
17
18
yaitu karena malnutrisi, infeksi, sumber air, dan penyebab lain. Pada balita
dengan malnutrisi akan lebih rentan terhadap diare dan akan mengalami
sumber air yang terkontaminasi baik oleh kotoran manusia maupun hewan,
makanan yang tidak disiapkan dengan higienis, serta ikan dan makanan laut
yang terjadi karena tubuh kehilangan cairan dan elektrolit seperti natrium,
klorida, kalium dan bikarbonat. Dehidrasi pada diare terdapat tiga tingkatan
yaitu dehidrasi berat, dehidrasi sedang, dan tanpa dehidrasi (WHO, 2017).
dapat terjadi kejang, kekurangan gizi yang parah, dan akan terlihat lebih tua
membagi manajemen diare menjadi tiga yang terdiri dari rencana terapi A,B
dan C. Pada diare dengan dehidrasi berat akan diberikan rencana terapi C,
18
19
dehidrasi sedang akan diberikan rencana terapi B, dan diare tanpa dehidrasi
diare yang dapat dilakukan orang tua di rumah dan mengutamakan pemberian
ORS, Zinc, dan cairan tambahan lainnya untuk mencegah terjadinya dehidrasi
(WHO, 2013). Bagan terapi A dapat dilihat dibawah ini (gambar 2) (WHO,
2009).
Sumber: World Health Organization. Country Office for Indonesia. Pedoman pelayanan
kesehatan anak di rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta: WHO Indonesia, 2008
19
20
tablet zinc, melanjutkan pemberian makan atau ASI, dan kapan harus kembali.
Pemberian cairan tambahan dapat berupa ASI dan juga ORS. Pada bayi dengan
diare pemberian ASI harus diteruskan dan biarkan anak menyusui sebanyak
dan selama yang dia mau karena pemberian ASI dapat meningkatan sistim
imunitas tubuh pada anak. Pada anak yang mendapat ASI ekslusif, pemberian
ORS dan air matang dapat diberikan sebagai tambahan. Sedangkan pada anak
yang tidak mendapat ASI ekslusif dapat diberikan satu atau lebih hal berikut
ini: ORS, cairan tambahan seperti kuah sayur, air beras, dan minuman yoghurt
atau air matang. ORS penting diberikan kepada penderita dengan diare karena
kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat yang
dapat mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.
ORS dapat diberikan segera bila anak diare, sampai diare berhenti. Cara
pemberiannya yaitu satu bungkus ORS dimasukkan ke dalam satu gelas air
matang (200 cc), pada anak dengan usia kurang dari 2 tahun diberikan 50-100
cc setiap kali buang air besar. Sedangkan pada anak usia lebih dari 2 tahun
diberi 100-200 cc setiap kali buang air besar. Jika anak muntah, tunggu dahulu
10 menit lalu berikan lagi sedikit demi sedikit (WHO, 2009) (Depkes RI,
2011).
Pemberian zinc penting pada anak dengan diare karena zinc merupakan
20
21
keseluruhan tetapi hilang dalam jumlah yang lebih besar selama diare.
episode diare, dan menurunkan kejadian diare dalam 2-3 bulan berikutnya
karena dapat meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Pada anak usia <6 bulan
berikan zinc setengah tablet (10 mg) per hari selama 10 hari, sedangkan pada
anak usia ≥ 6 bulan berikan satu tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc
harus diberikan selama 10 hari meskipun anak sudah tidak diare lagi karena
zinc dapat dilarutkan dengan sedikit air matang, susu, atau ORS dalam cangkir
atau sendok kecil, sedangkan pada anak yang lebih besar dapat mengunyah
tablet zinc atau meminumnya dengan sedikit air dalam cangkir atau sendok
Selain pemberian cairan tambahan dan zinc, perlu juga untuk tetap
melanjutkan pemberian makan pada anak. Anak harus diberikan makan seperti
biasa dengan frekuensi lebih sering, lakukanlah sampai dua minggu setelah
demam, tinjanya bercampur darah, menjadi lebih sakit, tidak mampu untuk
minum atau menyusui, tidak membaik dalam tiga hari, buang air besar cair
lebih sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan
21
22
atau minum sedikit dan terdapat tanda bahaya lainnya (WHO, 2009) (Depkes
RI, 2011).
(Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri dari: berikan oralit, berikan
secara selektif, berikan nasihat pada ibu/keluarga. Pembeda Lintas Diare dari
antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare
karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi kuman dan dapat membunuh
flora normal yang dibutuhkan tubuh. Jika penggunaannya tidak rasional dapat
menyebabkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh
antibiotik. Hal ini justru akan menambah biaya pengobatan yang seharusnya
rumah. Ibu adalah kunci dalam mengasuh diare pada balita. Ibu yang akan
memutuskan jenis makanan yang diberikan kepada anak dan penanganan diare
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengetahuan ibu yang baik tentang
mortalitas terkait diare. Di sisi lain, pengetahuan dan sikap yang buruk dapat
membatasi ibu untuk mengambil tindakan yang tepat dan sesuai untuk
22
23
kesehatan yang ditargetkan secara sistematis. Internet juga telah diakui sebagai
pendidikan serta dapat dijadikan sumber daya utama dalam program perubahan
memperoleh informasi kesehatan yang lebih baik, yang dapat mengarah pada
hasil dan sumber daya layanan kesehatan yang lebih tepat. Tetapi, sumber
informasi kesehatan dari internet tidak semuanya benar, dapat pula terjadi
diare menjadi prediktor yang sangat kuat terhadap rendah atau tingginya
morbiditas dan mortalitas balita (Merga and Alemayehu, 2015). Dalam hal ini
rumah jika anak mengalami diare, dalam hal ini yaitu rencana terapi A (Workie
et al., 2018a), selain itu penting juga untuk mengetahui tingkat pengetahuan
orang tua mengenai dehidrasi akibat diare (Anidi et al., 2002). Faktor sosio-
demografis juga berkaitan dengan diare pada anak seperti usia ibu dalam tahun,
usia anak saat ini, indeks kekayaan dan pembuangan tinja anak (Edwin and
23
24
(Bianco et al., 2013). Dari hal ini semakin membuka kepentingan untuk
dengan melihat pula latar belakangnya dan peran teknologi informasi. Hal
tersebut yang akan ditelisik lebih jauh oleh peneliti dalam populasi di tingkatan
lokal.
al., 2018) karena sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Metode yang akan
24
25
2. Kerangka Teori
- Bahasa - Ras
Literasi Kesehatan:
Access
Understand
Appraise
Apply
25
26
3. Kerangka Konsep
Literasi Kesehatan
(pengetahuan, sikap, perilaku)
mengenai pencegahan dan
penanganan diare pada balita.
Baik Buruk
Keterangan :
= Variabel yang
diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
26
4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat literasi Ibu Milenial dalam
kategori baik serta tingkat literasi berhubungan dengan latar belakang sosial
27
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional ini bertujuan
2020. Sekolah ini merupakan 1 dari 115 sekolah anak usia dini yang berada di
Yogyakarta dan respon yang baik saat peneliti melakukan survey tempat.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang lahir antara tahun 1980
dan 2000 serta bersedia menjadi responden penelitian, sementara ibu dengan
keterbatasan fisik (tuna rungu, tuna wicara, tuna netra), kelainan mental,
responden penelitian. Besar sampel (n) yang diperlukan dalam penelitian ini
(n0= Z2p(1-p)/d2 )); dengan n0: ukuran sampel pada infinite population, Z:
standar normal variasi (1,96), p: proporsi, pada penelitian ini yaitu 50% karena
28
29
belum dikatahui variasi di lapangan, d: presisi atau error, pada penelitian ini
besar sampel dalam penelitian ini, n0: ukuran sampel pada infinite population;
N; Jumlah populasi dalam penelitian ini, yaitu 38 orang. Dari rumus ini
b. Definisi Operasional
2012b).
30
di wawancarai.
kuesioner
4. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari
ibu terhadap diare pada balita dari kuesioner milik Haramaya University
(Workie et al., 2018a) dan adaptasi dari kuesioner terkait peran teknologi
ini disesuaikan berdasarkan pedoman rencana terapi A dari WHO dan LINTAS
ini sudah pernah digunakan di negara dengan pendapatan rendah yaitu Ethiopia
tepatnya di kota Dire Dawa dimana kuesioner ini tersedia dalam Bahasa Inggris
kuesioner milik (Bianco et al., 2013) juga tersedia dalam bahasa Inggris dan
kuesioner dan lima bagian kuesioner, yaitu: (1) status sosial ekonomi; (2)
rumah; (3) penilaian sikap ibu terhadap pencegahan dan penanganan diare di
rumah pada balita; (4) penilaian praktik ibu dalam pencegahan dan penanganan
diare di rumah kepada balita; (5) peran teknologi informasi. Wawancara akan
menit untuk mengukur literasi kesehatan ibu mengenai penanganan diare pada
balita.
32
responden, hal ini dilakukan dengan meminta bantuan kepada kepala PAUD
sampel menggunakan metode simple random sampling, dalam tahap ini akan
dimasukan seluruh nama calon responden yang sesuai dengan kriteria inklusi
ke dalam microsoft excel dan akan dimasukkan formula guna memilih calon
responden secara acak, dan akan diambil 28 nama teratas sebagai responden.
melaui forum WhatssApp agar dapat dibaca terlebih dahulu dan diberi waktu
1x24 jam untuk konfirmasi kepada peneliti apabila tidak bersedia menjadi
responden, jika tidak bersedia maka akan dipilih responden yang lainnya.
memberikan jadwal yang berisi beberapa pilihan hari, tanggal, dan waktu
ketersediaan waktu yang dimiliki yang telah disediakan, jadwal yang sudah
terisi tidak bisa diisi oleh orang lain, peserta yang menentukan jadwal tidak di
awal waktu secara otomatis pilihan waktu yang lebih terbatas. Selanjutnya
33
wawancara yang sudah disepakati untuk memastikan lagi bisa atau tidaknya
dengan estimasi waktu 15-30 menit dan peneliti sendiri yang melakukan
wawancara, bagaimana cara menjaga kualitas data dan etika saat mengambil
data. Pengambilan data hanya akan dilakukan satu kali. Tahapan keenam
adalah rekapitulasi dan pemeriksaan data, semua data hasil wawancara dengan
agar tidak ada kekeliruan. Tahapan terakhir yaitu analisa atau pembahasan
temuan penelitian.
telah menempuh uji validitas dan reliabilitas. Walau hanya tersedia dalam
kebutuhan untuk mencapai tujuan penelitian ini. Dari kuesioner versi Bahasa
sesuai pedoman rencana terapi A dari WHO dan LINTAS diare dari
Bahasa Indonesia, sehingga hal ini menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
7. Analisa Data
Pengolahan dan analisis data akan menggunakan bantuan ahli statitiska,
SPSS untuk melihat frekuensi jawaban responden dari hasil wawancara. Hal
serupa turut dilakukan pada penelitian yang peneliti rujuk sebagai referensi
pernyataan hasil.
8. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi isu etik terbatas kepada
dimulai dari persetujuan dan izin etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
haknya untuk tidak berpartisipasi pada penelitian ini. Peneliti menjamin tidak
privasi responden. Peneliti menjamin tidak adanya dampak buruk terhadap hak
dan kesejahteraan subjek penelitian dan peneliti tidak ada konflik kepentingan
yang perlu di deklarasikan dalam penelitian ini. Pemberian berupa paket data
itu, peneliti juga memberikan reward berupa edukasi kepada responden, tetapi
BAB IV
1. Hasil Penelitian
kelengkapan respon yang juga utuh (100%). Paparan hasil penelitian dibagi
Teknologi Informasi, dan diakhiri dengan hasil uji statistik Spearman untuk
menilai korelasi antara setiap aspek literasi dengan status sosial ekonomi
Dalam penelitian ini, usia ibu berkisar antara 24-40 tahun dengan rata-rata
usia 33,5 tahun dan untuk usia anak berkisar antara 1,2-4,9 tahun dengan
rata-rata usia 3,75 tahun. Berdasarkan etnis, sebagian besar ibu (89,3%)
berasal dari suku Jawa dan sisanya tiga ibu (10,7%) berasal dari suku
Ekonomi (N=28)
Frekuensi Persentase
Karakteristik
(n) (%)
Usia Ibu Kategori
a. 24 – 33,5 tahun 14 50,0
b. 33,6 - 40 tahun 14 50,0
Usia Anak Kategori
a. 1,2 – 3,8 tahun 14 50,0
b. 3,9 – 4,9 tahun 14 50,0
Memiliki Anak Balita Lain dirumah
a. Ya 6 21,4
b. Tidak 22 78,6
Status Pernikahan
a. Menikah 28 100
b. Sendiri/belum menikah 0 0
c. Janda 0 0
d. Bercerai 0 0
Pekerjaan Ibu Saat ini
a. Ibu Rumah Tangga 10 35,7
b. Bekerja (instansi swasta /instansi 17 60,7
pemerintah)
c. Wirausaha 1 3,6
Penghasilan Ibu perbulan
a. Tidak berpenghasilan 1 3,6
b. < Rp.2.000.000,00 8 28,6
c. Rp.2.000.000,00-Rp.3.500.000,00 8 28,6
d. Rp.3.500.000,00-Rp.5.000.000,00 7 25,0
e. > Rp.5.000.000,00 4 14,3
Pendidikan Terakhir Ibu
a. Tidak memiliki riwayat pendidikan
formal
b. SD 1 3,6
c. SMP 1 3,6
d. SMA 11 39,3
e. Diploma Keatas 15 53,6
Agama Ibu
a. Islam 28 100
b. Kristen 0 0
c. Budha 0 0
d. Hindu 0 0
e. Konghucu 0 0
Suku/Etnis Ibu
38
Frekuensi Persentase
Karakteristik
(n) (%)
a. Jawa 25 89,3
b. Madura 0 0
c. Sunda 3 10,7
d. Melayu 0 0
e. Arab 0 0
f. Tionghoa 0 0
g. Lainnya 0 0
balita di rumah
Seluruh ibu mengartikan diare sebagai buang air besar sebanyak tiga kali
atau lebih per hari dan berpendapat bahwa diare disebabkan oleh air dan
sebagai tanda bahaya diare pada balita. Mengenai pencegahan diare pada
larutan gula garam dan 18 ibu (51,43) membuat dengan sediaan oralit
sachet, dari kedua ibu yang menjawab dua hal tersebut, terdapat tujuh ibu
oralit setelah setiap BAB cair dan 20 ibu (71,4%) yang berpendapat bahwa
39
larutan oralit dapat dipertahankan selama 24 jam (satu hari). Hanya 12 ibu
(42,9%) yang berpendapat bahwa pemberian oralit pada anak usia kurang
dari dua tahun adalah 50 – 100 ml setiap kali BAB, sedangkan 13 ibu
(46,4%) memilih untuk tidak menjawab. Begitu juga hanya 11 ibu (39,2%)
diberikan pada anak usia lebih dari sama dengan dua tahun. Selain itu, 21
pada balita, selain itu 17 ibu (60,7%) juga berpendapat bahwa pemberian
(Tabel 4.3).
tentang oralit dan apa manfaat oralit, dan sebagainya. Ibu yang menjawab
Frekuensi Persentase
No Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
1 Menurut ibu, apa yang Tinja cair terus- 28 100,0
dimaksud dengan menerus
diare pada balita? (3 kali atau lebih
dalam 1 hari)
Tinja padat terus- 0 0
menerus
(3 kali atau lebih
dalam 1 hari)
Tinja berdarah 0 0
Warna kehijauan 0 0
pada tinja
Tidak tahu 0 0
Bentuk lainnya, 0 0
mohon sebutkan
2 Menurut ibu, apa yang Tumbuh Gigi 0 0
menjadi penyebab Sihir 0 0
diare pada balita?
Air dan makanan 28 100,0
yang
terkontaminasi
Tidak tahu 0 0
Yang lain, 0 0
sebutkan
3 Menurut ibu, apa yang Menjadi lemah 27 37,0
menjadi tanda bahaya atau lesu dan
jika anak mengalami meningkat
diare? frekuensi diarenya
*JAWABAN BISA Muntah yang terus 19 26,0
LEBIH DARI SATU, menerus dan
SEMUA JAWABAN memuntahkan
AKAN DICATAT segalanya yang
OLEH PENELITI dimakan dan
diminum
Mengalami demam 14 19,2
dan terdapat darah
pada tinja
Ditandai rasa haus 13 17,8
yang hebat
41
Frekuensi Persentase
No Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
Yang lain, 0 0
sebutkan
Frekuensi Persentase
No Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
SEMUA JAWABAN Menggunakan 18 51,43
AKAN DICATAT sediaan oralit
OLEH PENELITI sachet yang
tetrsedia di pasaran
dan melarutkannya
sesuai petunjuk
pada kemasan
Formula 0 0
pemberian lainnya
Tidak menjawab 0 0
8. Bagaimana cara Setelah setiap 14 50
memberi oralit pada BAB cair
anak ibu yang Satu kali sehari 1 3.6
mengalami diare?
2-3 kali sehari 10 35,7
Kapanpun anak 0 0
ingin minum
Tidak Menjawab 3 10,7
9. Berapa lamakah 24 jam (1 hari) 20 71,4
larutan oralit yang ibu 48 jam (2 hari) 0 0
buat dapat
72 jam (3 hari) 0 0
dipertahankan?
96 jam (4 hari) 0 0
Yang lain, jelaskan 2 7,2
Tidak Menjawab 6 21,4
10. Jika ibu memiliki anak 50 – 100 ml setiap 12 42,9
usia < 2 tahun yang kali BAB
mengalami diare, 100-200 ml setiap 3 10,7
berapakah banyak kali BAB
cairan termasuk oralit
200-300 ml setiap 0 0
yang harus diberikan
kali BAB
sebagai tambahan
bagi kebutuhan cairan Tidak Menjawab 13 46,4
anak saat diare?
11. Jika ibu memiliki anak 50 – 100 ml setiap 1 3,6
usia ≥ 2 tahun yang kali BAB
mengalami diare, 100-200 ml setiap 11 39,2
berapakah banyak kali BAB
cairan termasuk oralit
200-300 ml setiap 5 17,9
yang harus diberikan
kali BAB
43
Frekuensi Persentase
No Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
sebagai tambahan Tidak Menjawab 11 39,3
bagi kebutuhan cairan
anak saat
diare?
12 Menurut ibu, sampai Sampai diare 21 75,0
kapankah cairan berhenti
tambahan diberikan Sampai anak tidak 0 0
pada anak yang mau minum lagi
mengalami diare?
Sampai 3 hari 7 25,0
setelah diare
13 Apakah ibu pernah Ya 7 25,0
menggunakan tablet Tidak 21 75,0
zinc untuk mengobati
diare pada balita?
14 Menurut ibu, apakah Ya 17 60,7
pemberian obat Tidak 5 17,9
tambahan (antibiotik,
Tidak Menjawab 6 21,4
obat anti diare, obat
anti muntah, dan obat
herbal) yang tersedia
di pasaran bermanfaat
untuk menangani
diare?
balita
Dari total responden, hampir seluruh ibu (96,4%) setuju bahwa oralit
setuju bahwa diare adalah penyakit yang dapat dicegah dan dapat
setuju bahwa ibu dapat mempersiapkan oralit atau larutan gula garam di
menyukai rasa oralit. Dari tujuh ibu yang pernah menggunakan zinc,
44
hanya lima ibu (17,9%) yang setuju bahwa pemberian zinc dapat
dan menurunkan kejadian diare dalam dua sampai tiga bulan berikutnya
(Tabel 4.5).
Sikap dinilai dari setuju atau tidak setuju terhadap oralit merupakan
penanganan pertama diare pada anak-anak, setuju atau tidak setuju bahwa
oralit menggantikan cairan yang hilang saat diare dan sebagainya. Ibu yang
Tabel 4.5. Sikap Ibu Mengenai Pencegahan dan Penanganan Diare pada
Balita di Rumah (N=28)
Frekuensi Persentase
Pernyataan Jawaban
(n) (%)
Diare adalah penyakit Setuju 26 92,9
yang dapat dicegah dan
dapat ditanggulangi di Tidak Setuju 2 7,1
rumah
Oralit merupakan Setuju 27 96,4
penanganan pertama
diare Tidak Setuju 1 3,6
pada anak-anak
Ibu dapat Setuju 28 100,0
mempersiapkan oralit
atau larutan gula garam 0 0
Tidak Setuju
di rumah
45
kepada balita
rumah, tetapi hanya enam belas ibu yang menjawab cara menyiapkan oralit
keputusan tepat saat anak muntah setelah diberikan oralit. Dari tujuh ibu
menjawab bahwa zinc diberikan sepuluh hari dan tetap dilanjut meskipun
diare sudah sembuh. Berkaitan dengan jumlah pemberian zinc pada anak
usia kurang dari enam bulan dan anak usia lebih dari sama dengan enam
bulan, tidak ada ibu yang menjawab dengan benar. Hampir seluruh ibu
(96,4%) menyusui anaknya lebih banyak dari biasanya selama diare dan
pada anak yang mengalami diare, hanya 15 ibu (53,6%) yang memberikan
asi dengan tambahan oralit atau air matang pada anak usia kurang dari
enam bulan, tetapi 25 ibu (89,3%) memberikan asi dengan tambahan oralit
atau cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang untuk anak usia
enam bulan sampai dua tahun. Berkaitan dengan tanda bahaya diare,
sebanyak 14 ibu (46,7%) berpendapat bahwa buang air besar cair lebih
sering dan tidak membaik dalam tiga hari, enam ibu (20%) berpendapat
bahwa jika anak tidak mampu lagi untuk minum atau menyusui, dari
semua ibu yang menjawab kedua jawaban tersebut, dua ibu memiliki
pendapat lebih baik dari yang lainnya yaitu berpendapat bahwa kedua hal
itu adalah tanda bahaya diare pada balita. Sebanyak 18 ibu (64,3%) pernah
memberikan obat tambahan pada anak yang mengalami diare dan dari ibu
semua ibu sudah menerapkan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir dengan hampir seluruh ibu sudah mengetahui kapan waktu
yang tepat untuk mencuci tangan. Namun dari semua pilihan jawaban yang
ada “setelah batuk/bersin” menjadi hal yang paling jarang menjadi alasan
ibu untuk mencuci tangan. Hal ini juga terjadi pada anak mereka, hanya
47
tiga belas anak yang mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Lebih dari separuh ibu (57,1%) tidak langsung mencari saran atau
bantuan dari orang lain di luar anggota keluarga saat anak mereka diare.
Mayoritas ibu (42,9%) memilih puskesmas sebagai tempat yang akan ibu
diberikan, berapa lama oralit dapat bertahan, cairan yang diberikan saat
rumah pada balita. Begitu juga dengan sikap ibu, hampir seluruh ibu
diare di rumah pada balita. Dari total ibu yang berpartisipasi pada
penelitian ini, 24 ibu (85,7%) memiliki praktik yang baik dan empat ibu
penanganan diare di rumah pada balita ( Tabel 4.2 ,Tabel 4.4, Tabel 4.6).
Frekuensi Persentase
Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
Apakah ibu Ya 17 60,7
menyiapkan Tidak 11 39,2
larutan oralit
sachet di rumah?
Bagaimana cara 1 sachet oralit–200 16 57,1
ibu menyiapkan ml air matang (1
Oralit? gelas belimbing)
1 sachet oralit-600 0 0
ml air matang (1
botol aqua ukuran
sedang)
1 sachet oralit-1000 0 0
ml air matang (2
botol pocari sweat
ukuran sedang)
1 sachet oralit-1500 0 0
ml air matang (1
botol aqua ukuran
besar)
Yang lain, Jelaskan 0 0
Tidak Menjawab 12 42,9
Jika anak muntah Berhentikan oralit 11 39,3
setelah diberikan Tunggu dahulu 5 8 28,5
oralit, apakah yang menit, kemudian
akan ibu lakukan? lanjutkan lagi
sedikit demi sedikit
Tunggu dahulu 10 9 32,1
menit kemudian
lanjutkan lagi
sedikit demi sedikit
Dimanakah ibu akan Penjual Jamu 0 0
mencari bantuan jika Toko obat 2 7,1
anak mengalami
Pusat Kesehatan
diare? 16 57,1
(Puskesmas)
Rumah Sakit 9 32,1
Dukun 0 0
49
Frekuensi Persentase
Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
Tempat Lain:
1 3,6
Klinik/Bidan
Menurut ibu, berapa 10 hari tetap dilanjut 4 14,3
lamakah zinc meskipun diare
diberikan pada anak sudah sembuh
yang mengalami 5 hari, tetap
diare? dilanjutkan
0 0
meskipun diare
sudah sembuh
10 hari, berhenti
diberikan jika diare 0 0
sudah sembuh
5 hari, berhenti 1 3,6
diberikan jika diare
sudah sembuh
Tidak Menjawab 23 82,1
Jika ibu memiliki anak Satu tablet zinc
0 0
usia <6 bulan berapakah (20 mg)
zinc yang akan diberikan Setengah tablet
per harinya? 0 0
zinc (10 mg)
Seperempat 2 7,1
tablet zinc (5 mg)
Tidak Menjawab 26 92,9
Jika ibu memiliki anak Satu tablet zinc
0 0
usia ≥ 6 bulan berapakah (20 mg)
zinc yang akan diberikan Setengah tablet 2 7,1
per harinya? zinc (10 mg)
Seperempat
0 0
tablet zinc (5 mg)
Tidak Menjawab 26 92,9
Ketika anak ibu Kurang 0 0
mengalami diare, apakah Sama 1 3,6
ibu menyusui lebih
Lebih 27 96,4
sedikit dari biasanya,
dalam jumlah yang Anak tidak 0 0
sama, atau lebih banyak menyusu
dari biasanya? Tidak Tahu 0 0
Ketika anak ibu Kurang 2 7,1
mengalami diare, apakah Sama 4 14,3
50
Frekuensi Persentase
Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
ibu memberikan cairan Lebih 22 78,6
(di luar oralit) yang Tidak Tahu 0 0
kurang dari biasanya,
dengan jumlah yang
sama, atau lebih dari
yang biasa diminum?
Ketika anak ibu Kurang 4 14,3
mengalami diare, apakah Sama 8 28,6
ibu memberikan
Lebih 16 57,1
makanan yang kurang
dari biasanya, dengan Tidak Tahu 8 28,6
jumlah yang sama, atau
lebih dari yang biasa
dimakan?
Frekuensi Persentase
Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
membawa anak Buang air besar cair 14 46,7
yang mengalami lebih sering dan tidak
diare ke dokter? membaik dalam tiga
hari
Jika anak tidak 6 20,0
mampu lagi minum
atau menyusui
Tinja keras dan anak 1 3,3
muntah berulang-
ulang dalam jumlah
banyak
Ke mana ibu FASILITAS
pertama kali pergi KESEHATAN
untuk mendapatkan Rumah Sakit 9 32,1
saran atau perawatan
Puskesmas 12 42,9
terkait diare pada
anak ibu? Klinik/Praktek 6 21,4
Dokter Mandiri
Pekerja Bidang 0 0
Kesehatan
Fasilitas 0 0
Kesehatan Lain
(Sebutkan)
SUMBER LAIN
Praktisi 0 0
Pengobatan
Tradisional
Toko Obat 0 0
Apotek 1 3,6
Pasar 0 0
Kader Kesehatan 0 0
Teman/ Kerabat 0 0
Fasilitas 0 0
Kesehatan Lain
(Sebutkan)
Ya 18 64,3
52
Frekuensi Persentase
Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
Apakah ibu pernah Tidak 10 35,7
memberikan obat
tambahan
(antibiotik, obat anti
diare, obat anti
muntah, obat herbal)
pada balita yang
mengalami diare?
Jika iya, apa yang Keputusan mandiri 0 0
menjadi dasar ibu berdasarkan
membuat keputusan informasi dari
memberikan obat media massa
tambahan tersebut? Hanya dengan 13 46,4
resep dokter
setelah
pemeriksaan
menyeluruh
Keputusan mandiri 4 14,2
berdasarkan atas
anjuran orang lain
Keputusan mandiri 1 3,6
atas dasar
penilaian pribadi
Tidak Menjawab 10 35,7
Jika iya, kapan ibu Ketika diare tidak 1 3,6
mulai memberikan berhenti selama 3
obat tambahan hari
tersebut? Berdasarkan 14 50
anjuran dokter
Sejak hari pertama 3 10,7
diare
Tidak Menjawab 10 35,7
Apakah di rumah ibu YA 24 85,7
tersedia tempat TIDAK 4 14,3
khusus untuk
mencuci tangan?
Kapan ibu biasanya Tidak pernah 0 0,0
mencuci tangan Setiap kali tangan 27 14,8
dengan sabun dan air kotor: mengetik,
mengalir? memegang uang,
53
Frekuensi Persentase
Pertanyaan Jawaban
(n) (%)
*JAWABAN BISA hewan/binatang,
LEBIH DARI berkebun
SATU, SEMUA
JAWABAN AKAN
DICATAT OLEH Sebelum menyusui 25 13,7
PENELITI bayi
Sesudah buang air 27 14,8
Setelah menceboki 28 15,3
bayi atau anak
Sebelum makan 27 14,8
dan menyuapi anak
Sebelum 26 14,2
memegang
makanan dan
setelah makan
Setelah 23 12,6
bersin/batuk
Yang lain 0 0,0
Kapan anak Tidak pernah 0 0,0
biasanya mencuci Sebelum makan 26 21,7
tangan dengan sabun
Setelah buang air 27 22,5
dan air mengalir?
*JAWABAN BISA Setiap kali tangan 27 22,5
LEBIH DARI kotor: memegang
SATU, SEMUA hewan peliharaan,
JAWABAN AKAN lantai, perabot
DICATAT OLEH Setelah bermain di 27 22,5
PENELITI tanah/lumpur
Setelah 13 10,8
bersin/batuk
Yang lain 0 0,0
e. se
pintar di rumah dan seluruh ibu yang bekerja memiliki perangkat komputer
menggunakan internet secara rutin dan tiga belas ibu (46,4%) telah
yang sering dikunjungi adalah forum online. Selain itu, 26 ibu (92,9%)
internet untuk mencari tahu lebih jauh tentang diagnosis dan penanganan
pernah membeli obat atau vitamin secara online. Hanya enam ibu (21,4%)
yang berkomunikasi melalui email dengan dokter dan hanya dua ibu
internet untuk mencari informasi terkait kesehatan, lebih dari separuh ibu
dan sebagian besar ibu (89,3%) mengaksesnya setiap hari. Sebagian besar
sosial terkait kondisi kesehatan ibu atau keluarga. Dari seluruh ibu, sumber
N Frekuens Persentas
Pertanyaan Jawaban
o i (n) e (%)
1 Darimanakah sumber Dokter 28.0 31.1
informasi kesehatan Internet 18 20.0
ibu?
Jurnal ilmiah 3 3.3
Majalah/Buku 10 11.1
Anggota 22 24.4
keluarga/teman/koleg
a
TV/Radio 9.0 10.0
2 Apakah ibu memiliki Ya 26 92.9
perangkat komputer Tidak 2 7.1
atau telepon pintar
dirumah?
3 Apakah ibu memiliki Ya 21 75
perangkat komputer Tidak 7 25
atau telepon pintar di
tempat kerja?
4. Ya 23 82.1
56
N Frekuens Persentas
Pertanyaan Jawaban
o i (n) e (%)
Apakah ibu Tidak 5 17.9
menggunakan
internet secara rutin?
5. Jika ya, Sejak kapan <1 tahun 0 0
ibu menggunakan
1-3 tahun 3 10.7
internet?
4-6 tahun 8 28.6
7-10 tahun 4 14.3
>10 tahun 13 46.4
6. Apakah ibu Ya 28 100
menggunakan Tidak 0 0
internet untuk
mencari informasi
kesehatan?
7. Jika Ya, Laman Web Asosiasi kedokteran 11 14.7
apa saja yang ibu Kementerian 11 14.7
kunjungi untuk kesehatan
memperoleh informasi
Forum online 26 34.7
kesehatan?
Rumah sakit 11 14.7
*JAWABAN BISA Perhimpunan 0.0 0.0
LEBIH DARI organisasi nasional
SATU, SEMUA Organisasi 4 5.3
JAWABAN AKAN kesehatan
DICATAT OLEH internasional
PENELITI Perhimpunan ilmiah 0.0 0.0
internasional
Organisasi 0.0 0.0
kesehatan lokal
Yang lain: 12 16.0
(Sebutkan)
8. Apakah ibu Ya 26 92.9
menggunakan internet Tidak 2 7.1
untuk mencari tahu
lebih jauh tentang
istilah
kedokteran/kesehatan
?
9. Ya 24 85.7
57
N Frekuens Persentas
Pertanyaan Jawaban
o i (n) e (%)
Apakah ibu Tidak 4 14.3
menggunakan internet
untuk mencari tahu
lebih jauh tentang
diagnosis dan
penanganan diare
pada
balita?
10 Apakah ibu juga menggunakan internet
. untuk mencari tahu lebih jauh tentang
informasi berikut ini?
N Frekuens Persentas
Pertanyaan Jawaban
o i (n) e (%)
L. Membuat profil 2(7.1) 26(92.9
online )
11. Apakah ibu Facebook 24 85.7
menggunakan
Twitter 21 75.0
jejaring sosial
berikut? Youtube 23 82.1
WhatsApp 27 96.4
*JAWABAN BISA
LEBIH DARI SATU,
SEMUA JAWABAN
AKAN DICATAT
OLEH PENELITI
12. Seberapa sering ibu Sangat jarang 0 0
mengakses jejaring
< 3-4 kali 0 0
sosial diatas?
perbulan
< 1 kali 0 0
perminggu
2-4 kali 2 7.2
perminggu5
5-6 kali 1 3.6
perminggu
Setiap hari 25 89.3
13. Apakah ibu Ya 23 82.1
menggunakan Tidak 5 17.9
internet sebagai
sarana untuk
memperoleh
dukungan sosial
terkait kondisi
kesehatan ibu atau
keluarga?
14. Manakah sumber Media Sosial 15 46.4
informasi di intenet Laman Web 13 53.6
yang paling sering
ibu gunakan untuk
mencari tahu
informasi kesehatan?
59
karena bertujuan untuk analisis hypothesis korelatif dan jenis data dalam
penelitian ini adalah data kategorik. Hasil Uji Spearman dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku dengan Peran
Teknologi Informasi
Peran Teknologi
Informasi *r *p
Ya Tidak Total
PENGETAHUAN -0,079 0,691
Baik 23 4 27
82,1% 14,3% 96,4%
Buruk 1 0 1
3,6% 0,0% 3,6%
Total 24 4 28
85,7% 14,3% 100,0%
SIKAP 0,471 0,011
Baik 24 3 27
85,7% 10,7% 96,4%
Buruk 0 1 1
0,0% 3,6% 3,6%
Total 24 4 28
85,7% 14,3% 100,0%
PRAKTIK 0,125 0,526
Baik 21 3 24
75,0% 10,7% 85,7%
Buruk 3 1 4
10,7% 3,6% 14,3%
Total 24 4 28
85,7% 14,3% 100,0%
Hubungan antar variabel dapat dilihat dari nilai signifikansi (p) pada (Tabel
4.2). Nilai signifikansi (p) pada bagian pengetahuan dan praktik menunjukan
60
nilai > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
signifikansi (p) pada bagian sikap menunjukan nilai < 0,05 yang berarti
(Tabel 4.2) dengan melihat nilai koefisien relasi (r). Rentang koefisien relasi
Hasil yang didapat dari uji analisis Spearman pada (Tabel 4.2) menunjukkan
bahwa terdapat korelasi sedang antara sikap dengan peran teknologi informasi
yaitu dengan nilai r = 0,471, arah korelasi menunjukan arah positif yang berarti
semakin “Ya” peran teknologi informasi maka semakin baik sikap ibu dan
dan praktik. Tetapi, dalam penelitian ini tidak mencari tahu lebih mendalam
juga akan dinilai apakah terdapat hubungan atau tidak dengan pengetahuan,
61
sikap, dan praktik tentang pencegahan dan penanganan diare di rumah pada
balita. Hal ini dilakukan dengan cara analisis hipothesis korelatif menggunakan
Uji Spearman. Hasil Uji Spearman dapat dilihat pada tabel berikut:
Pendidikan Terakhir
Diploma *r *p
SD SMP SMA Total
Keatas
PENGETAHUAN -0,175 0,374
Baik 1 1 10 15 27
3,6% 3,6% 35,7% 53,6% 96,4%
Buruk 0 0 1 0 1
0,0% 0,0% 3,6% 0,0% 3,6%
Total 1 1 11 15 28
3,6% 3,6% 39,3% 53,6% 100,0%
SIKAP 0,175 0,374
Baik 1 1 11 14 27
3,6% 3,6% 39,3% 50,0% 96,4%
Buruk 0 0 0 1 1
0,0% 0,0% 0,0% 3,6% 3,6%
Total 1 1 11 15 28
3,6% 3,6% 39,3% 53,6% 100,0%
PRAKTIK -0,085 0,665
Baik 1 0 10 13 24
3,6% 0,0% 35,7% 46,4% 85,7%
Buruk 0 1 1 2 4
0,0% 3,6% 3,6% 7,1% 14,3%
Total 1 1 11 15 28
3,6% 3,6% 39,3% 53,6% 100,0%
menunjukan nilai > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan dan pengetahuan ibu. Begitu juga dengan signifikansi (p)
pada bagian sikap menunjukan nilai > 0,05 yang berarti tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pendidikan dan sikap ibu. Pada bagian
62
praktik, nilai signifikansi (p) menunjukan nilai > 0,05 yang berarti tidak
Pekerjaan Ibu
Bekerja
Ibu
(instansi *r *p
Rumah WirausahaTotal
swasta/instansi
Tangga
pemerintah)
PENGETAHUAN 0,125 0,525
Baik 10 16 1 27
35,7% 57,1% 3,6% 96,4%
Buruk 0 1 0 1
0,0% 3,6% 0,0% 3,6%
Total 10 17 1 28
35,7% 60,7% 3,6% 100,0%
SIKAP -0,251 0,198
Baik 9 17 1 27
32,1% 60,7% 3,6% 96,4%
Buruk 1 0 0 1
3,6% 0,0% 0,0% 3,6%
Total 10 17 1 28
35,7% 60,7% 3,6% 100,0%
PRAKTIK 0,199 0,309
Baik 9 15 0 24
32,1% 53,6% 0,0% 85,7%
Buruk 1 2 1 4
3,6% 7,1% 3,6% 14,3%
Total 10 17 1 28
35,7% 60,7% 3,6% 100,0%
menunjukan nilai > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pekerjaan dan pengetahuan ibu. Begitu juga dengan signifikansi (p) pada
bagian sikap menunjukan nilai > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pekerjaan dan sikap ibu. Pada bagian praktik, nilai
63
signifikansi (p) menunjukan nilai > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan
2. Pembahasan
Dilihat dari demografi, tidak ada hal yang spesial untuk penelitian ini.
Namun, jika dilihat dari pendidikan dan status ekonomi ibu milenial di PAUD
pada balita. Hasil ini hampir sama dengan penelitian di Ternate (94,5%) (Seli
Dela Sufiati et al., 2019) dan Bali (91,9%)(Suryapramita Dusak et al., 2018).
Ethiopia Timur (65,2%) (Workie et al., 2018c). Perbedaan ini mungkin terjadi
mendefinisikan diare dengan benar yaitu tinja cair terus-menerus (tiga kali atau
lebih dalam sehari), hasil ini lebih tinggi daripada penelitian di Bali
seluruh ibu berpendapat bahwa diare disebabkan oleh air dan makanan yang
Distrik Dabat, Ethiopia Barat laut (64,3%)(Adafrie et al., 2017). Sebagian besar
ibu (96,4%) mengetahui cara menyiapkan oralit di rumah, dimana hasil ini
lebih baik daripada penelitian di Senegal, Afrika Barat (78,2%) (Thiam et al.,
64
2019). Selain itu, 20 ibu (71,4%) mengetahui bahwa larutan oralit dapat
bertahan satu hari, hasil ini lebih baik daripada penelitian di Gambella, Ethiopia
(34,4%) dan lebih dari separuh ibu (60,7%) berpendapat bahwa obat tambahan
yang tersedia di pasaran bermanfaat untuk menangani diare, hasil ini juga lebih
sosial budaya, dan faktor sosiodemografi. Mengenai tanda bahaya pada anak
yang mengalami diare, seluruh ibu sudah mengetahuinya tetapi ada tujuh ibu
yang memiliki pengetahuan di atas rata-rata mengenai tanda bahaya ini karena
menjawab semua pilihan jawaban yang ada. Berkaitan dengan zinc, hanya ada
tujuh ibu (25%) yang pernah menggunakan zinc untuk mengobati balita yang
mengalami diare. Hasil ini juga hampir sama dengan penelitian di Bali
banyak ibu yang belum mengetahui pentingnya zinc untuk diberikan kepada
anak yang mengalami diare dan menunjukan bahwa zinc tidak sepopuler oralit.
diresepkan oleh dokter saat memeriksakan anak mereka. Meskipun oralit jauh
lebih populer daripada zinc, tetapi berdasarkan hasil yang ada menunjukan
bahwa masih kurang dari separuh responden yang mengetahui dengan benar
banyaknya cairan oralit yang diberikan kepada anak mereka sesuai usia.
seluruh ibu memiliki sikap positif tentang pencegahan dan penanganan diare di
rumah pada balita. Hasil ini hampir sama dengan penelitian di Ternate,
65
Indonesia (92,7%)(Seli Dela Sufiati et al., 2019). Tetapi, hasil ini lebih jauh
baik daripada penelitian di Senegal, Afrika Barat (23,2%) (Thiam et al., 2019).
Berdasarkan hasil, hampir seluruh ibu (92,9%) setuju bahwa diare adalah
penyakit yang dapat dicegah dan dapat ditanggulangi di rumah. Hasil ini jauh
budaya.
memiliki praktik yang baik tentang pencegahan dan penanganan diare di rumah
pada balita. Tetapi, hasil penelitian menunjukan bahwa hanya sembilan ibu
demi sedikit pemberian oralit saat anak muntah setelah diberikan oralit,
mayoritas ibu (39,3%) memilih untuk berhenti dalam pemberian oralit. Hal ini
tidak sesuai dengan anjuran WHO dan akan meningkatkan resiko terjadinya
dehidrasi pada anak. Dari tujuh ibu yang pernah menggunakan zinc, hanya
empat ibu yang menjawab dengan benar lama waktu pemberian zinc pada anak
yang mengalami diare dan tidak ada ibu yang menjawab dengan benar
banyaknya zinc yang harus diberikan sesuai usia pada anak. Hal ini justru
praktik ibu mengenai pemberian zinc, padahal zinc merupakan salah satu
komponen yang tidak kalah penting dengan oralit dan disarankan oleh WHO
dalam rencana terapi A (WHO, 2013) dan LINTAS diare dari Kementerian
66
sebagian besar ibu sudah memberikan lebih banyak dari biasanya selama diare
(96,4%, 78,6%) pada anak. Tetapi hanya sekitar separuh lebih (57,1%)
responden yang memberikan makanan lebih banyak kepada anak saat diare.
Hasil ini lebih sedikit dari penelitian di Bali (96,8%) (Suryapramita Dusak et
al., 2018). Dari wawancara yang sudah dilakukan, hal ini dikarenakan ibu takut
anak mereka akan lebih banyak muntah dan karena anak sulit untuk makan saat
diare terjadi. Meskipun begitu, hasil ini tetap lebih baik daripada penelitian di
pemberian obat tambahan pada anak yang mengalami diare, lebih dari setengah
ibu pernah memberikannya dan dari ibu tersebut sebagian besar keputusan ibu
memberikan obat tambahan berdasarkan anjuran dokter, hal ini merupakan hal
yang baik karena pemberian obat tambahan seperti antibiotik tidak boleh
sembarangan diberikan kepada anak yang mengalami diare. Sebagian besar ibu
(85,7%) memiliki tempat khusus cuci tangan di rumah dan seluruh ibu sudah
mengetahui waktu yang tepat untuk mencuci tangan, begitupun anak mereka.
Hal ini menunjukan sudah baik praktik ibu untuk menjaga kebersihan dan
ibu. Asumsi peneliti, karena informasi mengenai diare sudah tersedia secara
keberhasilan terhadap edukasi publik selama ini terkait informasi dasar. Tetapi,
67
mnegenai diare sudah sampai ke hal spesifik mungkin saja pendidikan dapat
berpengaruh. Selain itu, orang yang bekerja ataupun tidak, tidak berpengaruh
dan tidak ada pengaruhnya. Peran teknologi informasi dalam penelitian ini
tersedia sebelumnya dan lebih kepada pengulangan informasi yang ada. Hal ini
Kekuatan utama dari penelitian ini adalah temuan serta instrumen yang
digunakan merupakan modal awal untuk dijadikan rujukan bagi penelitian lebih
lanjut di bidang literasi kesehatan Ibu tentang diare pada balita di tingkat lokal.
validitas dan reliabilitas secara khusus membuat instrumen penelitian ini belum
bisa digunakan untuk penelitian dengan skala yang lebih besar. Hal tersebut
penelitian ini tetap dapat dimanfaatkan untuk penelitian di tingkat lokal atau
pada skala penelitian yang kecil. Untuk mengurangi bias dan meningkatkan
sesuai isi kuesioner melalui telepon WhatsApp. Hal ini dilakukan agar
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah skala populasi yang tergolong sangat
luas. Selain itu, penelitian dengan metode cross-sectional ini terbatas untuk
sebab akibat secara rinci terkait temuan pada penelitian ini. Secara umum,
kompetensi dan sumber daya yang dimiliki peneliti pada tahap ini, yang
kemudian berdampak pada skala penelitian yang dapat dilakukan, dari segi
mengenai topik Rencana Terapi A untuk penanganan diare pada balita. Hal
tersebut sebagai bentuk edukasi kesehatan dan bagian dari apresiasi terhadap
BAB V
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini, dapat
dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Asumsi peneliti, karena informasi
mengenai diare sudah tersedia secara sederhana dan menyebar dengan baik
sehingga bisa dicerna oleh ibu yang berpendidikan dasar maupun ibu yang
bekerja atau tidak. Peran teknologi informasi dalam penelitian ini dapat
informasi yang didapat dari internet masih dalam tahapan yang sama dengan
pengetahuan dan praktik ibu. Sementara, Praktik dan pengetahuan tidak bisa
ditentukan oleh faktor teknologi informasi saja, tetapi faktor lainnya juga perlu
dilihat. Ini merupakan kemungkinan dari peneliti, tetapi untuk menelaah lebih
pencegahan dan penanganan diare pada balita sudah baik secara makro. Tetapi,
jika dilihat lebih dalam sebenarnya belum memenuhi seluruh kriteria rencana
terapi A, dalam hal ini adalah pemberian zinc, banyaknya oralit yang diberikan
sesuai usia, serta detail lain mengenai oralit seperti tindakan yang dilakukan
71
jika anak mengalami muntah ketika diberikan oralit. Hal ini menjadi catatan
sudah memiliki modal yang baik tetapi masih belum dioptimalkan. Oleh karena
itu, pemberian edukasi mengenai pencegahan dan penanganan diare pada balita
perlu untuk dipertajam berdasarkan pedoman rencana terapi A dari WHO dan
2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian, peneliti
penelitian ini dapat dijadikan sebagai basis informasi untuk penelitian lanjutan
dianjurkan untuk dilakukan agar dapat menjadi representasi yang lebih baik,
meskipun hal ini menuntut sumber daya yang lebih besar dari segi waktu,
tenaga, dan biaya. Disini uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel lain yang diduga sebagai
faktor yang dapat menyebabkan hubungan sebab akibat yang tidak dilakukan
akhir wawancara, tetapi peneliti tidak tahu apakah informasi yang diberikan
72
dapat diterima dengan baik atau tidak. Maka penelitian berikutnya dapat
PAUD KB’ Aisyiyah Surya Melati Brajan khususnya terkait pencegahan dan
menyeluruh, tetapi lebih diperdalam ke bagian zinc dan pemberian oralit sesuai
usia, serta detail lain mengenai oralit. Saran bagi pelayanan kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA
Alam, N.H., Ashraf, H., 2003. Treatment of Infectious Diarrhea in Children. Pediatr
Drugs 15.
Anidi, I., Bazargan, M., James, F.W., 2002. Knowledge and Management of
Diarrhea Among Underserved Minority Parents/Caregivers.
AMBULATORY PEDIATRICS 6.
APJII, 2018. PENETRASI & PROFIL PERILAKU PENGGUNA INTERNET
INDONESIA 2018, S 20190518. ed. APJII.
Berkman, N.D., Davis, T.C., McCormack, L., 2010. Health Literacy: What Is It?
Journal of Health Communication 15, 9–19.
https://doi.org/10.1080/10810730.2010.499985
Berkman, N.D., Sheridan, S.L., Donahue, K.E., Halpern, D.J., Crotty, K., 2011.
Low Health Literacy and Health Outcomes: An Updated Systematic
Review. Ann. Intern. Med. 155, 97. https://doi.org/10.7326/0003-4819-155-
2-201107190-00005
Bianco, A., Zucco, R., Nobile, C.G.A., Pileggi, C., Pavia, M., 2013. Parents
Seeking Health-Related Information on the Internet: Cross-Sectional Study.
JOURNAL OF MEDICAL INTERNET RESEARCH 10.
CDC, 2020. When and How to Wash Your Hands | Handwashing | CDC [WWW
Document]. URL https://www.cdc.gov/handwashing/when-how-
handwashing.html (accessed 11.4.20).
Depkes RI, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan (Lintas Diare).
Diviani, N., van den Putte, B., Giani, S., van Weert, J.C., 2015. Low Health Literacy
and Evaluation of Online Health Information: A Systematic Review of the
Literature. J. Med. Internet Res. 17, e112. https://doi.org/10.2196/jmir.4018
Edwin, P., Azage, M., 2019. Geographical Variations and Factors Associated with
Childhood Diarrhea in Tanzania: A National Population Based Survey
2015-16 29, 12.
Ghasemi, A.A., Talebian, A., Alavi, N.M., Mousavi, G.A., 2013. Knowledge of
Mothers in Management of Diarrhea in Under-Five Children, in Kashan,
Iran. Nurs. Midwifery Stud. 1, 158–62. https://doi.org/10.5812/nms.10393
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat, 2018.
Adafrie, T.T., Biks, G.A., Gete, Y.K., Bitew, B.D., 2017. Knowledge, Attitude, and
Practice of Mothers/Caregivers on Household Water Treatment Methods in
Northwest Ethiopia: A Community-Based Cross-Sectional
74
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kepada Yth
Calon Responden Penelitian
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, akan melakukan penelitian dengan judul
“Modal Literasi Kesehatan Ibu Milenial di PAUD KB ‘Aisyiyah Surya Melati Brajan
Mengenai Diare pada Balita ditinjau dari Latar Belakang Sosial dan Peran Teknologi
Informasi”
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu milenial mengenai penanganan diare pada balita di PAUD KB ‘Aisyiyah Surya
Melati Brajan. Untuk itu, saya mohon kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian
ini dan saya akan menjamin segala kerahasiaan Saudari. Jika bersedia menjadi responden,
mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas partisipasi dan perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta,……….……….. 2020
Hormat Saya,
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yogyakarta,………………… 2020
Responden,
( )
78
Lampiran 3
KUESIONER
informasi mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu selaku orang tua dalam
upaya pencegahan dan penanganan diare pada balita ketika di rumah. Penelitian ini
merupakan bagian dari tugas akhir saya sebagai mahasiswa kedokteran berupa karya
tulis ilmiah.
Melalui proses pemilihan daftar calon narasumber yang dilakukan secara acak,
nama ibu terpilih menjadi salah satu narasumber dalam penelitian. Besar harapan, ibu
mengapresiasi kesediaan ibu dalam mendukung penelitian ini. Penanganan diare yang
baik akan berdampak kepada kualitas kehidupan balita. Maka dari itu tanggapan dari
ibu sangat penting, tidak hanya untuk peneliti tetapi juga untuk peningkatan
pemahaman ibu mengenai topik ini. Diharapkan untuk menjawab kuesioener ini sebisa
ibu dan tidak perlu khawatir. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu jawaban apa adanya.
Semua informasi yang ibu berikan tidak akan peneliti gunakan untuk kepentingan lain,
nama ibu tidak akan dituliskan dalam kuesioner ini dan saat pengolahan data tidak
A. Ya B. Tidak
79
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Nama
Jika Ya, Apa manfaat dari Oralit ? Mengganti cairan yang hilang dari
tubuh anak akibat diare dan muntah
Menyembuhkan penyakit diare
Tidak tahu
Yang lain, sebutkan
6. Jika ibu memiliki anak usia <6 bulan Satu tablet zinc ( 20 mg)
berapakah zinc yang akan diberikan per Setengah tablet zinc ( 10 mg )
harinya ? Seperempat tablet zinc (5 mg)
7. Jika ibu memiliki anak usia ≥ 6 bulan Satu tablet zinc ( 20 mg)
berapakah zinc yang akan diberikan per Setengah tablet zinc ( 10 mg )
harinya ? Seperempat tablet zinc (5 mg)
11. Jika ibu memiliki anak usia <6 bulan dan Asi dengan tambahan oralit atau air
mengalami diare, apakah cairan yang matang
akan ibu berikan ? Asi dengan tambahan oralit / cairan
makanan ( kuah sayur, air tajin) /air
matang
12. Jika ibu memiliki anak usia 6 bulan – 2 Asi dengan tambahan oralit atau air
tahun dan mengalami diare, apakah matang
cairan yang akan ibu berikan ? Asi dengan tambahan oralit / cairan
makanan ( kuah sayur, air tajin) /air
matang
13. Saat anak ibu diare apakah ibu saat itu YA 1
juga mencari saran/ bantuan dari orang TIDAK 2
lain di luar anggota keluarga untuk
menangani diare ?
14. Menurut ibu kapan waktu yang tepat Pada hari yang sama saat anak
membawa anak yang mengalami diare mengalami diare
ke dokter? Buang air besar cair lebih sering dan
tidak membaik dalam tiga hari
Jika anak tidak mampu lagi untuk
minum atau menyusui
Tinja keras dan anak muntah berulang-
ulang dalam jumlah banyak
TOKO OBAT 09
APOTEK 10
PASAR 11
KADER KESEHATAN … 12
TEMAN/ KERABAT… 13
FASILITAS KESEHATAN LAIN
14
(SEBUTKAN)
Jika iya , kapan ibu mulai memberikan Ketika diare tidak berhenti selama 3
obat tambahan tersebut? hari
Berdasarkan anjuran dokter
Sejak hari pertama diare
17. Apakah di rumah ibu tersedia tempat YA
khusus untuk mencuci tangan? TIDAK
18. Kapan ibu biasanya mencuci tangan Tidak pernah
dengan sabun dan air mengalir ? Setiap kali tangan kotor : mengetik,
*JAWABAN BISA LEBIH DARI memegang uang, hewan/binatang,
SATU, SEMUA JAWABAN AKANberkebun
DICATAT OLEH PENELITI Sebelum menyusui bayi
Sesudah buang air
Setelah menceboki bayi atau anak
Sebelum makan dan menyuapi anak
Sebelum memegang makanan dan
setelah makan
86
Terimakasih atas partisipasi dan kesediaan ibu dalam meluangkan waktu untuk
penelitian ini, semoga ibu dan anak ibu selalu dalam kondisi sehat dan semoga penelitian
ini dapat bermanfaat bagi ibu.
89
Lampiran 4
90
91