Anda di halaman 1dari 174

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM FISIOLOGIS

PADA NY ‘’K” DI PUSKESMAS ANTANG PERUMNAS


TANGGAL 04 OKTOBER - 15 NOVEMBER 2021

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar
Ahli Madya Diploma Kebidanan Jurusan Kebidanan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

OLEH:

NURHAENA PUTRI
NIM:70400118020

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2021
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurhaena Putri
Nim : 70400118020
Tempat/Tanggal Lahir : Palanro, 31 Oktober 2000
Jurusan/Prodi : Kebidanan
Fakultas/Program : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Diploma
Alamat : Desa Palanro, Kabupaten Barru, Kecamatan Mallusetasi
Judul : Manajemen Asuhan Kebidanan Postpartum Fisiologis Pada
Ny “K” Di Puskesmas Antang Perumnas Tanggal 04
Oktober - 15 November 2021

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya


dan penuh kesadaran bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini merupakan hasil karya
penyusun sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
merupakan duplikasi, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan gelar yang diperoleh batal demi
hukum.

Samata Gowa, 17 Desember 2021


Penyusun

Nurhaena Putri
Nim : 70400118020

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan kesehatan, kemudahan dan

petunjuk hidah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir

dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Manajemen Asuhan

Kebidanan Postpartum Fisiologis pada Ny “K” di Puskesmas Antang

Perumnas Tanggal 04 Oktober - 15 November 2021” dengan sesuai

kemampuan dan semaksimal mungkin.

Terselesaikannya Tulisan Karya Ilmiah (KTI) ini tidak lepas dari bantuan

banyak pihak yang terlibat, sehingga pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam

bentuk apapun baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini sehingga dapat diselesaikan. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepda:

1. Kepada Bapak Prof. Drs. H. Hamdan Juhannis, M.A.,Ph.D sebagai Rector

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Kepada Ibu Dr. dr. Syatirah, Sp(A), M.Kes sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

3. Kepada Ibunda Firdayanti, S.Si.T.,M.Keb selaku Ketua Prodi Kebidanan

di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

iv
4. Kepada ibunda Anieq Mumthi’ah Alkautsar, S.ST.,M.Keb selaku

Sekretaris Prodi Kebidanan di Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

5. Kepada Ibunda Firdayanti, S.Si.T.,M.Keb selaku pembimbing I yang

dengan keikhlasan dan ketulusan hatinya dapat meluangkan waktu, tenaga,

pikiran, dan dukungan untuk membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Kepada Ibu Nurfaizah Alza, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing II yang

senantiasa menyempatkan waktunya untuk membimbing dan memberi

saran-saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

7. Kepada Ibunda dr. Rini Fitriani, M.Kes selaku penguji kompetensi yang

selalu menyempatkan waktunya, memberi kritik, dan saran untuk

penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

8. Kepada Bapak Prof. Dr. Kasjim Salenda, M.Ag selaku penguji agama

yang senantiasa memberikan masukan, saran dan dukungan yang bersifat

islamiah dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini sehingga penulis

dapat mengetahui keterkaitan kasus yang diangkat dengan ajaran agama

islam.

9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Kebidanan UIN

Alauddin Makassar yang telah membirikan ilmu pengetahuan, wawasan,

bimbingan dan mendidik penulis semasa pendidikan.

v
10. Kepada Puskesmas dan Petugas Kesehatan Puskesmas Antang Perumnas

yang telah memberikan izin dan memberikan banyak bantuan sehingga

karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

11. Yang tercinta kedua orang tua saya, ayahanda Junaidi dan Ibunda

Rahmatang Sake serta saudara-saudara dan kerabat saya, Enal, Nurul,

Amel, Aini, Nila, Bulan, dan Tika yang sangat berperan dalam

memberikan dukungan moral dan materi serta doa yang tulus tak

hentihentinya kepada penulis.

12. Kepada seleruh teman-teman Kebidanan angkatan 2018 terkhusus Fatmah,

Umrah, Tika, Rini, Santi, Lia, Yati, Hasni, Nita yang selalu memberikan

dukungan, semangat dan memberikan saran kepada penulis untuk

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

13. Kepada Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang

telah membantu penulis baik itu secara langsung maupun tidak langsung

dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap semoga apa yang telah penulis susun

dalam karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya

dalam pengebangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan.

Samata Gowa, Desember 2021


Penyusun

Nurhaena Putri
Nim : 70400118020

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ............................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ........................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

ABSTRAK ........................................................................................................ xi

DBAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
C. Manfaat Penulis ................................................................................ 7
D. Metode Penulis ................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................... 10

A. Konsep Dasar Nifas .......................................................................... 10


1. Pengertian Masa Nifas .............................................................. 10
2. Tujuan Masa Nifas .................................................................... 12
3. Tahapan Masa Nifas .................................................................. 13
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas ..................................... 13
5. Perubahan Psikologis pada Masa .............................................. 26
6. Peran Bidan pada Masa Nifas .................................................... 30
7. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas .............................. 31
8. Kebutuhan Masa Nifas .............................................................. 33
9. Tanda Bahaya Masa Nifas ........................................................ 48

B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan ............................................ 49

1. Pengertian Asuhan Kebidanan ................................................... 49

vii
2. Tahapan Manajemen Kebidanan .............................................. 50
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) ........................ 61

BAB III STUDI KASUS ................................................................................. 65

A. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney .......................... 65

B. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan .................................... 86

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 127

A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar .................................................... 127

B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual ......................... 129

C. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial ..................... 130

D. Langkah IV. Tindakan Segera/ Kolaborasi ...................................... 132

E. Langkah V. Rencana Tindakan/Intervensi ....................................... 133

F. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan .................................138

G. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan ...................................... 141

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 145

A. Kesimpulan ........................................................................................ 145

B. Saran ................................................................................................. 147

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 154

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Involusi Uteri.................................................................................. 15

Tabel 2 : Frekuensi Kunjungan Masa Nifas................................................... 32

Tabel 3 : Prosedur Tindakan Senam Nifas..................................................... 46

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Dokumentasi saat dilakukan asuhan

Lampiran II : Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal dari Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar Kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kab. Gowa

Lampiran III : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran IV : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kepala Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Povinsi Sulawesi Selatan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kota Makassar

Lampiran V : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Antang

Perumnas

x
ABSTRAK

JURUSAN KEBIDANAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
KARYA TULIS ILMIAH TAHUN 2021

Nurhaena Putri, 70400118020


Pembimbing I : Firdayanti
Pembimbing II : Nurfaizah Alza
Manajemen Asuhan Kebidanan Postpartum Fisiologis Pada Ny “K” Di Puskesmas
Antang Perumnas Tanggal 04 Oktober - 15 November 2021
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium untuk dapat
mengembalikan alat genetalia interna kedalam keadaan normal. Masa nifas atau
postpartum adalah masa yang dimulai sejak lahirnya plasenta yang merupakan
suatu proses perubahan alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Sebagai acuan rentang masa nifas berdasarkan penanda yaitu 6 minggu
atau 42 hari.
Dikemukakan adanya resiko terjadinya kematian ibu setelah melahirkan
pada jam, hari, dan minggu pertama setelah melahirkan, dan masa ini merupakan
masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan
dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian
yang tinggi pada masa nifas ini (Rahmiati, 2016: 2). Sehingga tujuanpenelitian ini
dilakukan yaitu untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan postpartum
fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas sesuai dengan kebutuhan dan
wewenang bidan, menggunakan metode manajemen asuhan kebidanan 7 langkah
Varney dan SOAP.
Hasil dari studi kasus yang telah dilakukan pada Ny “K”, menunjukkan
bahwa masa nifas ibu berlangsung secara normal dan baik. Setelah dilakukan
asuhan selama 42 hari dengan melakukan kunjungan nifas sebanyak 5 kali,
diperoleh keadaan ibu normal, semua hasil pemeriksaan dalam batas normal, dan
tidak ditemukannya masalah potensial seperti infeksi, perdarahan hebat,
subinvolusi, dan bendungan payudara dll.
Kesimpulan dari studi kasus dengan melakukan pengakajian berupa
anamnesis dan pemantaun pada ibu dengan postpartum fisiologis di Puskesmas
Antang Perumnas tanggal 04 Oktober - 15 November 2021, pengkajian yang
dilakukan berlangsung secara normal dan telah dilakukan pendokumentasian
terkait semua tindakan yang telah dilakukan dan informasi yang telah didapatkan
dari klien yang telah dilaksanakan pada ibu, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapatkan.

Kata Kunci : Masa NIfas, Postpartum Fisiologis, 7 Langkah Varney

xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium untuk

dapat mengembalikan alat genetalia interna kedalam keadaan normal

(Sulistyawati, 2017:1). Masa nifas atau pospartum dimulai sejak 1 jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari (Prawirohardjo, 2018:

356).

Masa nifas (Postpartum) merupakan bagian dari kehidupan ibu dan

bayinya yang bersifat krisis. Dalam memberikan pelayanan pada fase ini, bidan

harus memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejatraan sosial ibu

sekaligus juga memberikan pendidikan dan penyuluhan secara kontinu (Dewi,

2020: 7).

Dikemukakan adanya resiko terjadinya kematian ibu setelah

melahirkan pada jam, hari, dan minggu pertama setelah melahirkan, dan masa

ini merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi

setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada

24 jam pertama setelah persalinan, sangat tepat jika para tenaga kesehatan

memberikan perhatian yang tinggi pada masa nifas ini (Rahmiati, 2016: 2).

Dasar kesehatan pada ibu nifas yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan

pada masa nifas yaitu kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan),

kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan), kunjungan ketiga (2 minggu

1
2

setelah persalinan), kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan). Upaya

ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru

lahir disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang

mengancam keselamatan jiwa (Maritalia, 2017: 3).

Menurut World Health Organization (WHO), kematian yang terjadi

pada saat kehamilan atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan disebut

dengan Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu umumnya terjadi akibat

komplikasi saat dan pasca kehamilan. Sekitar 75% dari total kasus kematian

ibu adalah perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan dan komplikasi

persalinan (WHO, 2018).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2018, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 305 per 100.000 kelahiran

hidup. Penyebab kematian ibu sangatlah beragam, akan tetapi kematian ibu di

Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu

pendarahan (31%) hipertensi (26%) dan lain-lain (29%) dan target AKI

Indonesia pada tahun 2030 diharapkan akan menurun menjadi 131 per 100.000

kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa resiko

yang mungkin terjadi yaitu anemia, pre eklampsia/ eklampsia, perdarahan

postpartum, derpresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Diantara resiko

tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas,

yaitu infeksi dan perdarahan. Adapun penyebab langsung yang berkaitan

dengan kematian ibu adalah komplikais pada kehamilan, persalinan dan nifas
3

tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.75 % kematian ibu pada masa

nifas biasanya disebabkan oleh perdarahan masa nifas dan infeksi nifas.

Infeksi masa nifas masih berperan sebagai salah satu penyebab

kematian ibu terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah ini

terjadi karena pelayanan pada masa nifas yang masih jauh dari sempurna.

Faktor penyebab lainnya yaitu daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas

yang kurang baik, kurang gizi atau mal nutrisi, anemia, hygiene yang kurang

baik, serta kelelahan.

Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab terpenting

terjadinya kematian ibu di dunia, yang melibatkan 150.000 kematian dalam

satu tahun, terutama terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Sebagian

besar dari kematian ibu (80%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan,

menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalianan

kala III (Prawirohardjo, 2018: 358).

Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya

masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena itu masih banyak ibu atau

wanita yang sedang hamil atau masa nifas belum mengetahui tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan oleh masuknya kuman

penyakit kedalam alat kandungan, dimana kuman tersebut datang dari luar

maupun dari jalan lahir sendiri (Elisabeth, 2017:3).

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Maya Saputri (2019), tentang

asuhan kebidanan ibu nifas pada 6 jam s/d 6 hari postpartum pada tanggal 29

Oktober sampai dengan 04 November 2019 kunjungan dilakukan selama 2 kali


4

di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Hj. Dince Safrina Pekanbaru kemudian

dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah pasien. Dengan menggunakan metode

pendokumentasian dalam bentuk subjektif, objektif, analisis dan

penatalaksanaan (SOAP) yang dilakukan pada ibu nifas. Laporan ini diperoleh

ibu tidak mengalami komplikasi dalam masa nifasnya tetapi hanya keluhan

fisiologis yang dialami ibu seperti mules pada perut ibu, nyeri pada luka

perineum dan pengeluaran ASI yang masih sedikit.

Data rekan medik Puskesmas Antang Perumnas mencatat pada tahun

2019 jumlah persalinan normal sebesar 222 jiwa, pada tahun 2020 terjadi

peningkatan yaitu 268 jiwa, pada bulan Januari-April 2021 jumlah persalinan

45 jiwa. Berdasarkan jumlah ibu yang dirawat di ruang nifas dari berbagai

kasus fisiologi maupun patologi seperti kasus bendungan ASI, infeksi dan

perdarahan. Pada tahun 2019 sekitar 15% dari jumlah persalinan normal yaitu

222 jiwa dan pada tahun 2020 sekitar 20% dari jumalah persalinan normal

yaitu 268 jiwa.

Persalinan yang normal diharapkan dapat menjadi acuan bagi ibu

untuk melalui masa nifas yang normal. Ibu yang mengalami persalinan normal

dioptimalkan asuhannya agar dapat mengalami masa nifas yang normal pula.

Namun bukan berarti bidan mengabaikan ibu dengan riwayat persalinan

abnormal. Ibu yang mendapat komplikasi pada saat persalinan harus diberikan

asuhan yang tepat agar masa nifasnya dapat berlangsung normal.

Selama masa pemulihan alat-alat kandungan berlangsung, ibu akan

mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis, sebenarnya


5

sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan

melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi

keadaan patologis.

Kontinuitas asuhan adalah asuhan kebidanan yang diberikan sesuai

dengan standar praktik kebidanan. Kontinuitas asuhan merupakan suatu filosofi

dan proses yang difasilitasi melalui kemitraan perempuan dan bian. Hal ini

membutuhkan komitmen waktu dari setiap bidan untuk mengembangkan

hubungan dengan ibu selama kehamilan, memberikan asuhan yang aman, dan

secara individu medukung ibu selama persalinan dan kelahiran, serta serta

memberikan asuhan yang komprehensif untuk ibu dan bayi baru lahir selama

periode masa nifas (Rahmiati, 2016: 3).

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa

ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB).

Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap

keberhasilan pembangunan kesehatan. Masa nifas merupakan hal penting guna

menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.dari berbagai

pengalaman pakar dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi dibanyak

Negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan di fokuskan

pada periode intrapartum.

Berdasarakan landasan diatas banyak hal yang harus diperhatikan saat

masa nifas menjadi acuan untuk melakukan perawatan masa nifas yang tepat.

Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil risiko kelainan atau bahkan

kematian ibu nifas. Kenyamanan ibu saat masa nifas termasuk dalam asuhan
6

sayang ibu yang sangat penting untuk dilakukan oleh seorang bidan. Selain itu

penanganan nifas yang benar dan memastikan semua proses nifas dalam batas

normal akan membantu menurunkan resiko patologi pada ibu nifas sehingga

tujuan menurunkan angka kematian ibu dapat tercapai. Mengingat pentingnya

melakukan asuhan yang tepat kepada ibu nifas olehnya penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Postpartum

Fisiologis.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dilaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Postpartum Fisiologis di

Puskesmas Antang Perumnas tahun 2021 dengan menggunakan manajemen

asuhan kebidanan sesuai dengan kompetensi atau wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Dilaksanakannya pengumpulan, pengkajian dan analisis data pada Ny

"K" dengan Postpartum Fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas

Tahun 2021.

b. Diidentifikasinya diagnosa/masalah aktual yang terjadi pada Ny "K"

dengan Postpartum Fisiologisdi Puskesmas Antang Perumnas Tahun

2021.

c. Diidentifikasinya diagnosa/masalah potensial yang terjadi pada Ny "K"

dengan Postpartum Fisiologisdi Puskesmas Antang Perumnas Tahun

2021.
7

d. Dilaksanakanya tindakan segera, kolaborasi atau rujukan pada Ny "K"

dengan Postpartum Fisiologisdi Puskesmas Antang Perumnas Tahun

2021.

e. Direncanakannya asuhan kebidanan pada Ny "K" dengan Postpartum

Fisiologisdi Puskesmas Antang Perumnas Tahun 2021.

f. Dilaksanakannya tindakan asuhan kebidanan yang telah di susun pada

Ny "K" dengan Postpartum Fisiologisdi Puskesmas Antang Perumnas

Tahun 2021.

g. Dilakukannya evaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan kepada

pada Ny "K" dengan Postpartum Fisiologisdi Puskesmas Antang

Perumnas Tahun 2021.

h. Didokumentasikannya asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny

"K" dengan Postpartum Fisiologisdi Puskesmas Antang Perumnas

Tahun 2021.

i. Diintegrasikannya nilai-nilai keislaman pada Ny "K" dengan

Postpartum Fisiologisdi Puskesmas Antang Perumnas Tahun 2021.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program

Diploma III Kebidanan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Manfaat bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berharga penerapan

manajemen asuhan kebidanan khususnya pada Ibu Postpartum.


8

3. Manfaat Ilmiah

Diharapkan karya tulis ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

dalam bidang kesehatan tentang manajemen asuhan dengan Postpartum

Fisiologis.

4. Manfaat Institusi

Sebagai bahan informasi bagi rekan-rekan mahasiswa kebidanan Universitas

Islam Negeri alauddin Makassar dalam penerapan asuhan pada Postpartum

Fisiologis.

D. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan beberapa metode yaitu sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Penulis mempelajari buku-buku, jurnal, dan media internet yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teori yang

digunakan dalam pembahasan karya tulis ilmiah ini.

2. Studi Kasus

Penulis melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan proses

manajemen asuhan kebidanan oleh Helen Varney, dengan 7 langkah yang

meliputi:

Identifikasi data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi

diagnosa/masalah potensial, tindakan segera/kolaborasi, rencana asuhan/

intervensi, implementasi dan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang

diberikan. Dalam pengumpulan dan pengkajian data menggunakan teknik

antara lain:
9

a. Anamnesa

Melakukan tanya jawab atau diskusi dengan ibu, suami, keluarga dan

bidan yang dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.

b. Pemeriksaan fisik

Tujuan dilakukan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan

fisik, adanya kelainan dan kenyamanan fisik ibu. Dilakukan secara

sistematis yaitu secara berurut yang dimulai dari kepala sampai kaki

(head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

c. Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial dilakukan meliputi pengkajian status emosional,

respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi ibu terhadap

keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan ibu yang

yang bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium,

dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi kontribusi

dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Diskusi

Melakukan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan maupun

dokter yang menangani langsung pasien tersebut serta megadakan diskusi

dengan dosen pembimbing karya tulis ilmiah.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian masa nifas

a. Masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi

pascapersalinan, meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke

kondisi sebelum hamil. Masa dimulai setelah plasenta lahir dan sebagai

penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Sebagai acuan rentang masa

nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari

(Rahmiati, 2016: 6).

b. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6 minggu

(Sulistyawati, dkk, 2017: 1).

c. Puerperium merupakan masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan

kembali seperti pra hamil (Rini & Kumala, 2017: 1).

d. Masa nifas (Postpartum) adalah dimulai setelah persalinan selesai dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung selama 6 minggu (Kemenkes RI, 2018: 4).

10
11

e. Masa Nifas (puerperium) merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa nifas ini berlangsung 6 minggu (Nulhakim & Yuliana, 2020:

5).

Berdasarkan dari beberapa pengertian masa nifas yang

dilampirkan di atas dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa

yang dimulai sejak lahirnya plasenta yang merupakan suatu proses

perubahan alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Dan sebagai acuan rentang masa nifas berdasarkan penanda yaitu 6

minggu atau 42 hari.

Menurut pandangan islam masa nifas merupakan darah yang

keluar dari rahim seorang wanita yang baru setelah selesai melahirkan.

Tentu saja darah ini paling mudah dikenali, karena penyebabnya yang

sudah pasti, yaitu adanya proses sebuah persalinan. Syaikh Ibnu Utsaimin

rahimahullah berkata bahwa darah nifas merupakan darah yang keluar

karena terjadinya persalinan, baik bersamaan dengan proses persalinan

maupun sebelum dan sesudah persalinan yang pada umumnya disertai

dengan rasa sakit (Rosana, 2015: 12).

Mayoritas sahabat seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib,

Ibnu Abbas, Aisyah, Ummu Salamah r.a dan para ulama seperti Abu

Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, At-Tirimidzi, Ibnu Taimiyah

rahimahumullah berpendapat bahwa batas maksimal keluarnya masa

nifas yaitu 40 hari, berdasarkan dalam hadist Ummu Salamah berkata :


12

“para wanita yang nifas di zaman Rasulullah SAW, mereka duduk (tidak

shalat) setelah nifas mereka selama 40 hari atau 40 malam” (HR. Abu

Daud no. 307, At-Tirmidzi no. 139 dan Ibnu Majah no. 648).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan nifas bertujuan untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.

b. Memberikan KIE pada klien untuk menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan

berdasarkan anjuran bidan, mengatasi anemia, mencegah infeksi pada

alat-alat kandungan dengan memperhatikan kebersihan diri,

mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam nifas)

untuk memperlancar peredaran darah.

c. Melaksanakan screening yang komprehensip (menyeluruh), mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang, keluarga berencana,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawata bayi yang

sehat.

e. Memberikan pelayanan KB.

f. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu

untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keuaraga dan

budaya khusus.

g. Memepercepat involusi alat kandung.

h. Melancarkan pengeluaran lochea, pengurangi infeksi perenium.


13

i. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat

fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme (Dewi, 2020: 9).

3. Tahapan Masa Nifas

a. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam

Masa 2 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.

Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus dengan teratur melakukan

pemerikasan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan

suhu.

b. Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam – 1 minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam

keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak

ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat

menyusui bayinya dengan baik.

c. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 mingu – 6 minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaaan sehari-hari serta konseling KB (Hartati & Wilujeng, 2019:

2).

4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas adalah involusi.

Pengertian involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan


14

posisi sebelum hamil. Adapun mengenai proses terjadinya

involusidapat digambarkan sebagai berikut :

a) Iskemia: otot uterus berkontraksi dan beretraksi, membatasi

aliran darah di dalam uterus.

b) Fagositosis: jaringan elastik dan fibrosa yang sangat banyak

dipecahkan.

c) Autolisis: serabut otot dicerna oleh enzim-enzim proteolitik

(lisosim).

d) Semua produk sisa masuk ke dalam aliran darah dan dikeluarkan

melalui ginjal.

e) Lapisan desidua uterus terkikis dalam pengeluaran darah

pervaginam dan endometrium yang baru mulai terbentuk dari

sekitar 10 hari setelah kelahiran danselesai pada minggu ke 6

pada akhir masa nifas.

f) Ukuran uterus berkurang dari 15 cm x 11 cm x 7,5 cm menjadi

7,5 cm x 5 cm x 2,5 cmpada minggu keenam.

g) Berat uterus berkurang dari 1000 gram sesaat setelah lahir,

menjadi 60 gram pada minggu ke-6.

h) Kecepatan involusi: terjadi penurunan bertahap sebesar 1

cm/hari. Di hari pertama, uteri berada 12 cm di atas simfisis

pubis dan pada hari ke-7 sekitar 5 cm di atas simfisispubis. Pada

hari ke-10, uterus hampir tidak dapat dipalpasi atau bahkan tidak

terpalpasi.
15

i) Involusi akan lebih lambat setelah seksio sesaria.

j) Involusi akan lebih lambat bila terdapat retensi jaringan plasenta

atau bekuan darah terutama jika dikaitkan dengan infeksi

(Kemenkes RI, 2018: 38).

Gambar 1. Involusi Uterus

Tabel 2.1
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio

Waktu Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Plasenta Lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
2 Minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Sari, Khotimah, 2018: 34.

2) Serviks

Setelah persalinan serviks menganga, setelah 7 hati dapat dilalui 1

jari, setelah 4 minggu rongga bagian luar kembali normal

(Wahyuningsih, 2020: 6).


16

3) Vulva dan vagina

a) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur.

b) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil.

c) Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (Astutik,

2015: 60).

4) Pengeluaran lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri

danvagina selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir),

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda

padasetiap wanita.

Akibat involusio uteri, lapisan luar desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang

mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Pencampuran antara

darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea mengalami

perubahan karena proses involusio. Perbedaan masing-masing lochea

dapat dilihat sebagai berikut:


17

a) Lochea rubra (Cruenta), keluar pada hari 1-3 pasca persalinan,

berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,

jaringan dan desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.

b) Lochea sanguinolenta, keluar pada hari ke 3-7 pasaca persalinan,

berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.

c) Lochea serosa, keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan,

berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum dan lebih

sedikit darah, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi

plasenta.

d) Lochea alba, keluar sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna

putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lender serviksdan

serabut jaringan yang mati (Simanullang, 2017: 22).

5) Perenium

a) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju.

b) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali

seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan

tonus oto perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam

nifas (Astutik, 2015: 60).


18

b. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) Suhu

Temperatur suhu kembali ke normal (36,5ºC – 37,5ºC) dari sedikit

peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24

jam pertama postpartum. Selama 24 jam pertama dapat meningkat

sampai 38ºC sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam

wanita tidak harus demam.

2) Denyut Nadi

Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh

partus lama, persalinana sulit dan kehilangan darah yang berlebihan.

Setiap denyut nadi diatas 100x/menit selama masa nifas adalah

abnormal dan mengindikasikan pada infeksi haemoragic post partum.

Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah

bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak

diketahui. Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut

nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.

3) Pernapasan

Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan.

4) Tekanan Darah

Tekanan darahnya biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah

akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan

darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya

preeklamsia post partum (Sari & Khotimah, 2018: 38).


19

c. Perubahan Sistem Kardiovaskular

1) Curah Jantung

Segera setelah lahir, kerja jantung mengalami peningkatan 80% lebih

tinggi dari pada sebelum persalinan karena autotransfusi dari

uteroplasenter. Resistensi pembuluh perifer meningkat karena

hilangnya proses autoplasenter.

2) Volume Darah

Volume darah turun seperti keadaan sebelum hamil dan viskositas

meningkat, tonus otot halus pada dinding pembuluh darah meningkat,

cardiac output kembali stabil setelah 3 minggu.

3) Sistem Hematologi

Jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi

pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah,

volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua

tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita

tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi

kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan

peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan

peningkatan hematrokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7

postpartumdan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum

(Simanullang, 2017: 25).


20

d. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur

dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian

cairan yang cukup (Simanullang, 2017: 23).

e. Perubahan Sistem Perkemihan

1) Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut

menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar

steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab

penurunan fungsi ginjal selama masa pasca partum. Fungsi ginjal

kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.

2) Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan

cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Diuresis pasca

partum, yang disebabkan oleh penurunan ekstrogen, hilangnya

peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya

peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme

cairan tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.


21

f. Fisiologi Laktasi

1. Fisiologi Laktasi

Gambar 2. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin.

Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan

merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel

myoepithel. Proses ini disebut sebagai “refleks prolaktin”. Hisapan

bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui ductus ke

sinus lactiferous.

Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hypofise

posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-

sel myoepithel yang mengelilingi alveolus mammae dan ductus

lactiferous. Kontraksi sel-sel myoepithel ini mendorong ASI keluar

dari alveoli melalui ductus lactiferous menuju sinus lactiferous tempat

ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus

tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan

let down refleks atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat
22

dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu

mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.

2. Masalah dalam pemberian ASI

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya

beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. Pada sebagian

ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap

masalah pada anak saja.

a. Puting susu datar atau terbenam

Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak

selalu menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat

menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang

berguna, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-narik

puting, ataupun penggunaan breast shield. Tindakan yang paling

efisien untuk memperbaiki keadan ini adalah isapan langsung bayi

yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan apa-apa,

tunggu saja sampai bayi lahir.

b. Puting susu lecet

Gambar 3. Puting susu lecet/ cracked nipple


23

Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.

Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah.

Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.

Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut :

1) Teknik menyusui yang tidak benar.

2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, ataupun zat iritan lain

saat ibu membersihkan puting susu.

3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.

4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)

5) Cara menghentikan menyusui yang kurang cepat.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengetahui puting susu lecet

adalah sebagai berikut:

1) Cari penyebab puting susu lecet.

2) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap

dikeluarkan dengan tanga dan tidak dianjurkan dengan alat

pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada puting

susu yang normal atau lecetnya sedikit.

3) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak

menggunakan sabun, krim, alkhohol, ataupun zat iritan lain saat

membersihkan payudara.

4) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).


24

5) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara

waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh

sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.

6) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk

menggunakan sabun.

7) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang

payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua

payudara.

8) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan

biarkan kering.

9) Gunakan bra yang menyangga.

10) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit

(Wahyuningsih, 2018: 56).

3. Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar

a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan

oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.

Cara meletakan bayi


25

Cara memegang payudara

b. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh

tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh

bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi

berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu,

menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut

bayi terbuka lebar.

Cara merangsang mulut bayi

c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir

bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut

bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut

bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Perlekatan benar
26

Perlekatan salah

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan

puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga

mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu

(Hartati & Wilujeng, 2019: 30).

5. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal

menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap

faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping

perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan

kehamilan dan persalinan. Keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing

baginyadan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-ankanya yang lain.

Depresi ringan, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

“4th day blues (kemurungan hari ke empat)” sering terjadi dan banyak ibu

yang baru pertama kali, hanya karena masalah yang sering sepele. Sebagian

ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini

umumnya menghilang setelah kepercayaan diri dan bayinya tumbuh. Rubin

melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi

ibu.
27

1. Taking In

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya

pasif dan bergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan

nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah,

kurangnya nafsu makan menandakan tidak berlangsung normal.

2. Taking Hold

Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadiorang tua

yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu

agak sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut.

Cenderung menerima nasehat bidan.

3. Letting Go

Periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, padaibu yang

bersalin di klinik dan sangat berpengaruh pada waktu dan perhatian yang

diberikan oleh keluarganya. Fase ini merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini

(Simanullang, 2017: 29).

Menurut Johnstone (1994) dalam buku Wahyuningsih (2018) masa

nifas adalah periode 6-8 minggu postpartum yang merupakan masa dimana

ibu menyesuaikan diri secara fisiologis dan psikososial untuk menjadi ibu.

Respon emosi yang dialami mungkin sangat kuat dan penuh semangat, baik

pada ibu yang sudah pernah mengalaminya maupun pada ibu baru.
28

Perubahan psikologis mayor bersifat emosi, dan suasana hati ibu

tampak menjadi barometer, yang merefleksikan kebutuhan bayi akan pola

menyusu, tidur, dan menangis. Ibu baru cenderung mudah kesaldan sangat

sensitif. Rasa keseimbangan sangat mudah hilang karena ibu mungkin

merasa tertekan dan mudah marah oleh hal-hal atau kesalahan yang kecil.

Ibu mulai memperoleh kembali rasa keseimbangan dan menjadi normal

kembali antara 6-12 minggu postpartum.

Kemungkinan faktor yang paling penting untuk mendapatkan

kembali normalitas ibu adalah kemampuan ibu untuk dapat tidur dengan

nyenyak ketika malam, karena sejak menyusui pola tidur berubah mengikuti

pola menyusu bayi, ibu sering terbangun pada malam hari, karena

menyusui. Hal ini tampaknya akan dapat dicapai pada saat bayi juga mulai

mengembangkan pola yang dapat diperkirakan, aktivitasnya rutin, dan

menjadi lebih responsif. Namun perasaan sangat lelah dapat timbul pada ibu

yang menyusui 6 bulan pertama, pada saat bayi belum mendapatkan

makanan pendamping lain selain ASI. Oleh Postnatal blues atau istilah lain

postpartum blues merupakan suatu fenomena perubahan psikologis yang

dialami oleh ibu.

Menurut Cox & Holden angka kejadian postpartum blues sebesar

50-80%, tetapi bervariasi tergantung pada paritasnya. Postpartum blues

biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum, tetapi kadang dapat

juga berlangsung seminggu atau lebih, meskipun jarang. Gambaran kondisi


29

ini bersifat ringan dan sementara. Kesedihan atau kemurungan setelah

melahirkan ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut.

1) Sedih.

2) Cemas tanpa sebab.

3) Mudah menangis tanpa sebab.

4) Euforia, kadang tertawa.

5) Tidak sabar.

6) Tidak percaya diri.

7) Sensitif.

8) Mudah tersinggung (iritabilitas).

9) Merasa kurang menyayangi bayinya.

Jika hal ini dianggap ringan, keadaan ini bisa menjadi serius dan

dapat berlanjut menjadi depresi dan psikosis postpartum. Banyak ibu yang

berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan

ada hal yang salah namun mereka sendiri tidak mengetahui penyebabnya.

Kunciuntuk mendukung ibu dalam melalui periode ini adalah berikan

perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa

ibu adalah orang yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting

adalah berikan kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu,

dukungan positif atas keberhasilannya menjadi orang tua dapat membantu

memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

Etiologi yang pasti dari Postpartumblues ini masih belum jelas,

tetapi pengaruh hormonal misalnya perubahan kadar estrogen, progesteron


30

dan prolaktin tampaknya berpengaruh karena periode terjadinya

peningkatan emosi terlihat bersamaan dengan produksi ASI. Meskipun

hilang sendiri, terjadinya postpartum blues mengindikasikan perlunya

dukungan psikososial (Kemenkes RI, 2018: 85-87).

6. Peran Bidan Pada Masa Nifas

Dalam asuhan masa nifas Bidan memiliki peran penting, hal ini

dikarenakan Bidan memahami kondisi ibu pada saat masa nifas. Berikut ini

peran utama bidan dalam masa nifas adalah :

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas.

b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

c. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu

dan anak dan memampu melakukan kegiatan administrasi.

d. Memberikan informasi dan konseling kepada ibu dan keluarganya

mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,

menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya tindakan segera/kolaborasi/rujukan,

f. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam

peranananya sebagai orang tua.

g. Memberikan asuhan kebidanan secara profesional.


31

h. Melakukan manjemen asuahan kebidanan dengan cara mengumpulkan

data, menetapkan diagnoda dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah kompikasi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas (Sari &

Khotimah, 2018: 2).

7. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 (empat)

kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan ada

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada ibu nifas.

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu

kesehatan ibu nifas dan bayinya.


32

Tabel 2.2
Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1. 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat
persalinan atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan rujuk jika perdarahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hypothermia.
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
2. 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan
persalinan normal uterusber kontraksi fundus
dibawah umbilicus tidak ada perdarahan
abnormal tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam.
3. Memastikan mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu tentang
asuhan padabayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. 2 minggu setelah Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).
Persalinan
4. 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
persalinan penyulit yang ibu alami.
2. Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber : Sari & Tonasih, 2020: 7.
33

8. Kebutuhan Masa Nifas

Periode puerperium (masa nifas) adalah proses penyembuhan dan

perubahan yaitu proses untuk kembalinya alat-alat kandungan pada keadaan

seperti sebelum hamil. Adapun kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu

nifas antara lain :

a. Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi

yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air susu.

Gizi pada ibu nifas berkaitan erat dengan produksi air susu yang

sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kekurangan gizi pada

ibu menyusui dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan

bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak,

bayi mudah sakit dan mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial

menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.

Manusia sering tidak sadar dengan hal-hal yang perlu

diperhatikan terkait makanan dan minuman. Banyak sekali orang yang

tidak memiliki spiritual awarenes (kesadaran spiritual), yang pada

umumnya mereka menganggap makan dan minum hanyalah urusan dunia

ansich yang tidak ada kaitannya dengan nilai-nilai spiritual. Bahkan ada

juga yang tidak peduli dengan sesuatu yang dimakannya baik dari sisi

zatnya maupun dari sisi cara memperolehnya.

Dalam al-Qur’an, perintah makan terulang sebanyak 72 kali


dalam berbagai konteks dan makna. Ketika berbicara tentang jenis
34

makanan yang harus dikonsumsi, al-Qur’an selalu menekankan salah satu


dari dua sifat, yaitu halal dan baik (thayyib). Bahkan ada ayat yang
menggandengkan kedua sifat ini, diantaranya surah al-Baqarah ayat 168
yang berbunyi :

َ ُ ُ ْ ُ َّ َ َ َ ‫أ َ ِ َ َ َٰ ا َ ا‬ َّ ْ ُ ُ ُ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
َٰ
ِ ‫يأيها ٱنلاس ُكوا مِما ِِف ٱۡلۡرض حلٗل طيِبا وَل تتبِعوا خطو‬
‫ت‬

ُ َ ُ َّ َٰ َ ‫َّ أ‬
ٌ ‫ّو ُّمب‬ٞ ‫ك أم َع ُد‬
‫ني‬ِ ‫ٱلشيط ِ ِۚن إِنهۥ ل‬

Artinya :

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu” (Q.S. al-Baqarah: 168).

Rangkaian kedua sifat ini menunjukkan bahwa makanan yang

dikonsumsi harus memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Ada

makanan yang statusnya halal akan tetapi tidak thayyib. Demikian pula

sebaliknya, makanan yang secara zatnya thayyib, akan tetapi tidak halal.

Terpenuhinya syarat halal dan thayyib ini akan mendatangkan kebaikan

pada makanan yang dikonsumsi dan cara mendapatkan makanan tersebut.

Apabila seorang intrepreneurship (wirausaha), paham akan pentingnya

konsep ini, tentu dalam pekerjaannya ia akan sangat berhati-hati dalam

mencari rezeki.

Kebutuhan gizi ibu saat menyusui adalah sebagai berikut :

1) Produksi ASI dapat ditingkatkan salah satu diantaranya dengan

mengkonsumsi sayur-sayuran. Adapun jenis sayuran yang dapat

memperbanyak produksi ASI antara lain sayur daun katu, sayur


35

pepaya muda dan sayur daun kelor. Mengkonsumsi sayur daun katu

sudah sangat populer di masyarakat dan sering dikonsumsi oleh ibu-

ibu yang habis melahirkan. Sedangkan untuk konsumsi sayur pepaya

muda dan sayur daun kelor masih jarang dilakukan oleh ibu-ibu

menyusui. Pepaya muda dan daun kelor merupakan tumbuhan alam

yang berperan sebagai Laktogogum karena dapat meningkatkan dan

memperlancar pengeluaran ASI (Rosmadewi & Aliyanto. 2019: 86).

2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein , mineral

dan vitamin yang cukup, pedoaman umum yang baik untuk diet adalah

2-4 porsi/hari dengan menu 4 kebutuhan dasar makanan (daging,

buah, sayuran, roti/biji-bijian).

3) Pil zat besi/Fe harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan. Tidak hanya itu tanaman kelor

(Moringa Oleifera Lamk) telah masuk dalam daftar tanaman herbal

yang memiliki aktifitas yang baik pada sistem hematologi manusia.

Kandungan daun kelor diantaranya adalah zat besi, vitamin A, vitamin

C, vitamin K, vitamin B6, tiamin, riboflavin, protein, sangat berperan

dalam pembentukan eritrosit sehingga dapat meningkatkan kadar

hemoglobin dalam darah.

4) Minum kampsul Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI

5) Minum sedikitnya 3 liter air (± 8 gelas) setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setelah setiap kali selesai menyusui).


36

b. Ambulasi

Ambulasi atau mobilisasi dini adalah gerakan-gerakan awal

yang dilakukan ibu post partum sejak hari pertama melahirkan (dilakukan

oleh ibu nifas yang sehat) (Pratiwi, 2017: 226).

1) Pada ibu dengan post partum normal ambulasi dini dilakukan paling

tidak 6-12 jam post partum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio

secarea ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post

partum setelah ibu sebelumnya beristirahat (tidur).

2) Tahapan ambulasi : miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian

duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan

untuk berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih).

3) Manfaat ambulasi dini :

a) Ibu merasa lebih sehat

b) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik

c) Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina

(lochea) (Sari & Khotimah, 2018: 59).

c. Eliminasi

1) Buang air kecil (BAK)

Pengelurana urine akan meningkat pada 24-48 jam pertama

sampai hari ke-5 post partum karena volume darah ekstra yang

dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lag setelah persalinan.

Sebaiknya, ibu tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit
37

pada jahitan karena dapat menghambat uterus berkontrasksi dengan

baik sehigga menimbulkan perdarahan yang berlebihan.

Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus

kadung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari post

partum. Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8 jam post partum. Pada

ibu yang tidak bisa berkemih motivasi ibu untuk berkemih dengan

membasahi bagian vagina atau melakukan katerisasi dan diharapkan

setiap kali berkemih urine yang keluar sekitar 150 ml.

2) Buang air besar (BAK)

Kesulitan buang air besar (kosntipasi) dapat terjadi karena

ketakutan akan rasasakit, takut jahitan terbuka, atau karena

haemorroid. Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini,

mengomsusmsi makanan tinggi serat dan cukup minum sehingga bisa

buang air besar dengan lancar. Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah

bisa buang air besar. Jika sudah pada hari ke tiga ibu masih belum bisa

buang air besar, ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria

sebagai pelunak tinja. Ini penting untuk menghindari gangguan pada

kontraksi uterus yang dapat mengahambat peneglaran cairan vagina.

Dengan melakukan pemulagan dini pun diharapkan ibu dapat segera

BAB.
38

d. Kebersihan Diri/Perawatan perenium

Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan

maupun kulit, maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara

keseluruhan. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

1) Perawatan Perenium

a) Menganjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun

dan air mengalir. Bersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,

dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah

sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva

setiap kali selesai BAK/BAB. Jika terdapat luka episiotomi

sarankan untuk tidak menyentuh luka.

b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kanin pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah sinar matahari atau

disetrika.

c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnnya.

d) Setiap kali selesai BAB dan BAK sarankan ibu untuk mengganti

pembalut setidaknya 2x sehari.

2) Pakaian

Sebaiknya, pakain tersebut dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urine).

Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra


39

volume saat hamil. Sebagaiknya pakaian agak longgar dibagian dada

sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian pula dengan

pakaian dalam agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat

lochea.

3) Kebersihan rambut

Setelah bayi lahir ibu mengkin akan mengalami kerontokan

pada rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya

menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Namun akan pulih

kembali setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang

cukup lalu, sisir menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan

pengering rambut.

4) Kebersihan kulit

Setelah persalianan eksta cairan tubuh yang dibutuhkan saat

hamil akan di keluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk

menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu.

Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,

ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.

Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.

5) Perawata payudara

Perawatan yang dilakukan pada payudara bertujuan untuk

melancarkan sirkulais darah dan mencegah tersumbatnya saluran ASI

sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Lakukan perawatan

payudara secara teratur. Sebelum menyususi, lakukan masase dan


40

bersihkan areola dengan air susuibu (ASI) setalah itu barulah bayi

disusui.

Sejak hamil konseling tentang pentingnya ASI harus

dijelaskan kepada ibu. Sehingga segera setelah bayilahir, ibu sudah

mengerti dan tidak segan lagi menyusui bayinya. Berdasarkan

beberapa hasil penelitian, ibu yang menyusui bayinya dapat

mengurangi resiko dirinya terkena depresi post partum sebab hormon

laktogenik, oksitosin dan prolaktin yang diproduksi saat menyusui,

berhubungan dengan ansiolitik dan efek antidepresan. Pentingnya

pemberian ASI pun juga di jelaskan di dalam Al-Qura’an yang

tercantum dalam firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah/ 2: 233

َّ‫اد أَن يُت ِم‬ َ َ َ ‫َ أ َ َٰ َ َٰ ُ ُ أ أ َ َ أ َ َٰ َ ُ َّ َ أ َ أ َ َ أ َ أ‬


‫نيِۖ ل ِمن أر‬ ِ ‫ني َكمِل‬ ِ ‫ضعن أولدهن حول‬ ِ ‫۞وٱلول ِدت ير‬
َ ‫أ أ‬ ُُ ‫أ‬ ُُ‫أ‬ َ ُ ‫َّ َ َ َ َ َ أ‬
‫وف َل‬ ِۚ ِ ‫ٱلرضاعة َۚ َولَع ٱل َم أولودِ َُلۥ رِزقه َّن َوك ِس َوته َّن بِٱل َمع ُر‬
َّ ّٞ ُ َ َ َ ُ ٓ َ ُ َ َّ ‫ُ َ َّ ُ َ أ‬
‫تكلف نف ٌس إَِل ُو أس َع َها َۚ َل تضا َّر َو َٰ ِ َِلة ُۢ ب ِ َوِلِها َوَل َم أولود َُلۥ‬
َ‫اض م أِن ُهما‬ َ َ َ ‫أ ُ َ َٰ َ َ أ َ َ َ َ ا‬ َ ‫َ ََ أ‬ ََ
ٖ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫اَل‬ ‫ِص‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫اد‬ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫إ‬‫ف‬
ِ َۗ ‫ِك‬ ‫ل‬‫ذ‬ ‫ل‬ ‫ِث‬
‫م‬ ‫ث‬
ِ ِ ‫ار‬‫و‬ ‫ٱل‬ ‫لَع‬ ‫و‬ ‫ۦ‬ ِ َۚ ‫بِو‬
‫ه‬ ‫ِل‬
ِ
‫كمأ‬ ُ َ َٰ َ ‫أ َ َ ُّ أ َ َ أ َ أ ُ ٓ ْ َ أ‬ َ ‫أ‬ ََ َ َُ ََ ُ َََ
‫ضعوا أولد‬ ِ ‫َت‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫دت‬ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ِإَون‬ َۗ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬
ِ ‫وتشاورٖ فٗل جناح عل‬
‫ي‬
َّ ْ ُ َّ َ
َ‫ٱَّلل‬ ُ ‫أ‬ َ ‫َ َ ُ َ َ َ َ أ ُ أ َ َ َّ أ ُ َّ ٓ َ َ أ ُ أ‬
‫وف وٱتقوا‬ ِۗ ِ ‫فٗل جناح عليكم إِذا سلمتم ما ءاتيتم بِٱلمعر‬
ّٞ‫ون بَ ِصري‬َ ُ َ ‫َ أ َ ُ ٓ ْ َ َّ َّ َ َ َ أ‬
‫وٱعلموا أن ٱَّلل بِما تعمل‬
Artinya :
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang
41

ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah


karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.”

Dari ayat ini, terlihat betapa Al-Qur’an samgat menegaskan

pentingnya ASI.Untuk itu bidan harus memberikan konseling kepada

ibu, agar menyusui anaknya paling tidak selama enam bulan atau

bahkan hingga 2 tahun bagi ibu yang ingin menyempurnakan

penyusuannya.

d. Istirahat

Umumnya wanita akan sangat lelah setelah melahirkan.

Kebutuhan istirahat sangat dibutuhkan oleh ibu beberapa jam setelah

melahirkan. Kebutuhan tidur rata-rata orang dewasa 7-8 jam per 24 jam.

Kurangnya istirahat dapat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi

uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak

mampuan mengurus bayi dan dirinya sendiri.

e. Seksual

Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam

waktu 6-8 minggu. Secara fisik hubungan suami istri aman dilakukan

saat darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukan 1 atau 2 jari ke

dalam vagina tanpa rasa sakit. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda
42

hingga 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-

organ telah pulih kembali (Syaflindawati, 2017).

Dalam islam semua yang tidak boleh dilakukan selam haid,

maka tidak boleh dilakukan juga saat nifas salah satunya yaitu

bersetubuh atau berhubungan suami istri seperti Firman Allah SWT pada

Q.S Al-Baqarah ayat 222 :

َ ‫أ‬ َ ٓ َ ْ ُ َ ‫ُأ ُ َ َا َ أ‬ َ ‫ََأ َُ َ َ َ أ‬


‫يض‬ ِ ‫ح‬ ِ ‫َتلوا ٱلنِساء ِِف ٱلم‬
ِ ‫يض قل هو أذى فٱع‬ ِۖ ِ ‫ح‬ ِ ‫ويسلونك ع ِن ٱلم‬
َ ُ ‫َ َ َ أ ُ ُ َّ َ َّ َ أ ُ أ َ َ َ َ َ َّ أ َ َ أ ُ ُ َّ أ َ أ‬
ُ‫ث أ َم َر ُكم‬ ‫َّت يطهرنَۖ فإِذا تطهرن فأتوهن مِن حي‬ َٰ ‫وَل تق َربوهن ح‬
َ‫ب ٱل أ ُم َت َطهرين‬
ُّ ‫ني َو ُيح‬
ِ
َ ‫ٱتل ََّٰوب‬
َّ ‫ب‬ ُّ ِ‫ٱَّلل ُُي‬
َ َّ ‫ٱَّلل إ َّن‬
َۚ
ُ َّ
ِ ِ ِ ِ

Artinya :
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

f. Kontrasepsi

Ibu nifas pada umumnya ingin menjarangkan kehamilan

berikutnya dengan jarak minimal 2 tahun. Maka dari itu sangat tepat jika

pada masa nifas ibu sudah diberikan KIE terkait dengan penggunaan

kontrasepsi untuk menjarakkan kehamilan.

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah

atau melawan dan “konsepsi” yaitu pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Secara singkat


43

kontrasepsi upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini yang

dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Firdayanti 2012).

Anjuran yang diberikan pada ibu nifas terkait dengan

penggunaan kontrasepsi antara lain :

1) Tetap memberikan ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan.

2) Tidak menghentikan ASI untuk mulai menggunakan suatu metode

kontrasepsi.

3) Sedapat mungkin alat kontrasepsi yang digunakan ibu nifas tidak

mempengaruhi produksi ASI.

Dalam islam jika program keluarga berencana dimaksudkan

untuk mencegah kehamilan dengan berbagai cara dan sarana, maka

hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya. Tetapi jika alasan

menggunakan alat kontarasepsi dengan indikasi medis yang

mengahruskan ibu untuk menggunakan alat kontarsepsi dan untuk

mengatur jarak kehamilan dari kehamilan sebelumnya maka

hukumnya boleh, karena Allah SWT mensyariatkan untuk hamba-Nya

sebab-sebab untuk mendapatkan keturunan dan memperbanyak

jumlah umat. Dalam Al-Qur’an dicantumkan beberapa ayat yang

berkaitan dengan keluarga berencana salah satunya yaitu Q.S Al-

Qashas ayat 77 :
44

‫َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُّ أ‬ ُ َّ ‫ك‬ َ َٰ َ َ ٓ َ
َۖ‫ٱِلن َيا‬ ‫خرة َۖ وَل تنس ن ِصيبك مِن‬ َّ ‫ٱَّلل‬
ِ ‫ٱِل َار ٱٓأۡل‬ ‫َو أٱب َتغِ فِيما ءاتى‬
َّ َّ ِ َ ‫أ‬
َ‫ٱَّلل‬ َ َ َ ‫َ َ ٓ َ أ َ َ َّ ُ َ أ َ َ َ َ أ أ‬ ‫أ‬ ََ
ِۖ ‫سن كما أحسن ٱَّلل إَِلك َۖ وَل تبغِ ٱلفساد ِِف ٱۡل‬
‫ۡرض إِن‬ ِ ‫وأح‬
‫َ ُ ُّ أ أ‬
َ ‫س ِد‬
‫ين‬ ِ ‫ب ٱل ُمف‬ ِ‫َل ُي‬
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.”

g. Senam Nifas

Senam nifas merupakan bentuk ambulasi dini pada ibu-ibu nifas

yang salah satu tujuannya untuk memperlancar proses involusi,

sedangkan ketidak lancaran proses involusi berakibat buruk pada ibu

nifas seperti terjadi perdarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses

involusi (Syaflindawati, 2017).

Senam nifas penting dilakukan untuk mengembalikan otot-

ototperut dan panggul menjadi normal. Ibu merasa lebih kuat dan ini

menyebabkan otot perutnya menjadi lebih kuat sehingga mengurangi

rasasakit pada punggung. Manfaat senam nifas diantaranya :

1) Membantu memperbaiki sirkulasi darah.

2) Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan.

3) Memperbaiki otot tonus, pelvis dan pereganga otot abdomen.

4) Membantu ibu lebih rileks dan segar pasca persalinan.

5) Memperbaiki dan memperkuat otot panggul.


45

Tabel 2.3
Prosedur Tindakan Senam Nifas

No Langkah Gerakan
1 Berbaring dengan lutut di tekuk.
Tempatkan tangan diatas perut di
bawah area iga-iga. Napas dalam dan
lambat melalui hidung dan kemudian
keluarkan melalui mulut.
2 Berbaring terlentang, lengan
dikeataskan diatas kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri
sedikit dan regangkan lengan kanan.
Pada waktu yang bersamaaan
rilekskan kaki kiri dan regangkan
kaki kanan.
3 Berbaring terlentang. Kedua kaki
sedikit diregangkan. Tarik dasar
panggul, tahan selama tiga detik dan
kemudian rileks.
4 Memiringkan panggul. Berbaring,
lutut ditekuk. Kencangkan otot-otot
perut sampai tulang punggung
mendatar dan kencangkan otot-otot
bokong tahan 3 detik kemudian
rileks.
5 Berbaring terlentang, lutut ditekuk,
lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira-kira 45 derajat,
tahan 3 detik dan rilekskan dengan
perlahan.
6 Posisi yang sama seperti diatas.
Tempatkan lengan lurus di bagian
luar lutut kiri.
7 Tidur terlentang, kedua lengan di
bawah kepala dan kedua kaki
diluruskan. angkat kedua kaki
sehingga pinggul dan lutut mendekati
badan semaksimal mungkin. Lalu
luruskan dan angkat kaki kiri dan
kanan vertical dan perlahan-lahan
turunkan kembali ke lantai.
46

8 Tidur terlentang dengan kaki


terangkat ke atas, dengan jalan
meletakkan kursi di ujung kasur,
badan agak melengkung dengan letak
paha dan kaki bawah lebih atas.
Lakukan gerakan pada jari-jari kaki
seperti mencakar dan meregangkan.
Lakukan ini selama setengah menit.
9 Gerakan ujung kaki secara teratur
seperti lingkaran dari luar ke dalam
dan dari dalam keluar. Lakukan
gerakan ini selama setengah menit.
10 Lakukan gerakan telapak kaki kiri
dan kanan ke atas dan ke bawah
seperti gerakan menggergaji.
Lakukan selama setengah menit.
11 Tidur terlentang kedua tangan bebas
bergerak. Lakukan gerakan dimana
lutut mendekati badan, bergantian
kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan
tangan memegang ujung kaki, dan
urutlah mulai dari ujung kaki sampai
batas betis, lutut dan paha. Lakukan
gerakan ini 8 sampai 10 kali setiap
hari.
12 Berbaring terlentang, kaki terangkat
ke atas, kedua tangan di bawah
kepala. Jepitlah bantal diantara kedua
kaki dan tekanlah sekuat-kuatnya.
Pada waktu bersamaan angkatlah
pantat dari kasur dengan
melengkungkan badan. Lakukan
sebanyak 4 sampai 6 kali selama
setengah menit.
13 Tidur terlentang, kaki terangkat ke
atas, kedua lengan di samping badan.
kaki kanan disilangkan di atas kaki
kiri dan tekan yang kuat. Pada saat
yang sama tegangkan kaki dan
kendorkan lagi perlahan-lahan dalam
gerakan selama 4 detik. Lakukanlah
ini 4 sampai 6kali selama setengah
menit.
Sumber : Ekasari, dkk, 2018: 13.
47

9. Tanda Bahaya Masa Nifas

Selama masa pemulihan alat-alat kandungan berlangsung, ibu akan

mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis,

sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan

pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan

akan terjadi keadaan patologis.

World Health Organization (WHO) mencatat sekitar delapan juta

perempuan per tahun mengalami komplikasi kehamilan dan sekitar 536.000

meninggaldunia dimana 99% terjadi di negara berkembang, termasuk

Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) akibat komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas di negara berkembang adalah 1 dari 11 perempuan

dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan di negara maju yaitu 1 dari

5000 perempuan.

Penyebab langung kesakitan dan kematian ibu, dengan proporsiter

besar terutama terjadi pada fase persalinan, nifas maupun postpartum. Pada

umumnya sebenarnya penyebab ini mampu dicegah (preventable), dengan

cara mengenali maupu mendeteksi adanya faktor risiko, penyulit maupun

komplikasi yang menyertai ibu. Pengenalan lebih dini, maka akan mampu

mencegah kesakitan dan kematian ibu. Untuk pengenalan faktor risiko,

penyulit atau komplikasi inilah yang dikenal dengan istilah tanda bahaya,

yang harus mampu dideteksi oleh bidan, dan mampu dilakukan pengambilan

keputusan klinis yang tepat. Tanda-tanda bahaya masa nifas antara lain:
48

1. Perdarahan vagina yang luar biasa dan tiba-tiba bertambah banyak atau

lebih dari darah haid biasa atau hingga ganti pembalut 2x selama ½ jam.

2. Pengeluaran vagina yang berbau busuk.

3. Rasa sakit di bagian abdomen atau punggung.

4. Sakit kepala yang terus menerus, sakit ulu hati dan masalah

penglihatan.

5. Pembengkakan di tangan, wajah dan kaki.

6. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit.

7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

8. Merasa sangat letih, sedih dan tidak mampu mengasuh bayi dan dirinya

sendiri (Prodi Kebidanan, 2020: 14).

B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan fungsi kegiatan yang

menjadi tanggung jawabbidan dalam memberikan pelayanan klien yang

mempunyai kebutuhan atas masalah dalam bidang kesehatan ibu dan

anak pada masa remaja, pra konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas dan

menyusui, periode maternal, klimakterium serta menopause, bayi baru

lahir, bayi, balita dan anak pra sekolah. Maka asuhan kebidanan nifas

adalah penerapan dan fungsi kegiatan yang menjadi tanggung jawab

bidan dalam memberikan pelayanan klien yang mempunyai kebutuhan


49

atas masalah dalam bidan kesehatan pada masa nifas ( Kemenkes RI,

2018: 273).

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir

logis sistematis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan

kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu,

manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam

memberikan arah atau menjadi kerangka pikir dalam menangani kasus

yang menjadi tanggung jawabnya.

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkanteori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien.

Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah berurutan

dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai

dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh

langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang

diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi langkah dapat

diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan bisa

berubah sesuai dengan kondisi klien.


50

2. Tahapan Manajemen Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan menurut varney (7 Langkah), meliputi :

a. Langkah I: Pengumpulan data/ analisa data

Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data

subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data

subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, riwayat persalinan dannifas, biopsikologi

spritual, pengetahuan klien.

Pada kasus postpartum fisologis pada saat kita melakukan

anamnesis maka data yang akan diperoleh yaitu, identitas pasien,

riwayat kesehatan dan tidak adanya keluhan ibu seperti ibu tidak

mengeluh sakit kepala hebat yang menetap, pusing, penglihatan

kabur, demam, penegeluaran cairan vagina yang berbau busuk,

perdarahan hebat dan tanda-tanda bahaya lainnya pada masa nifas.

Riwayat obsetrik (kehamilan dan persalinan yang lalu) (Prodi

Kebidanan, 2020: 14).

Perlu juga dilakukan pengakajiaan riwayat psikologis,

sosial, ekonomi dan spiritual, riwayat pemenuhan nutrisi, istirahat

dan tidur, eliminasi (BAB dan BAK), riwayat keluarga berencana

(KB), pengkajian pengetahuan ibu tentang perawatan pada masa


51

nifas, melihat riwayat lab ibu sebelumnya baik riwayat saat hamil

maupun riwayat saat persalinan (Prodi Kebidanan, 2020: 14).

Pada postpartum fisiologis hasil dari data objektif dilakukan

dengan cara melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda-tanda vital

dalam batas normal, pada payudara tidak ada pembengkakan yang

mengkilap, keras dan kemerahan, pada uterus kontraksi baik teraba

keras dan bundar, tinggi fundus atau involusi uteri turun 1 cm/ hari,

kandung kemih harus selalu dikosongkan, pada genetalia tidak ada

oedema, varises, penegeluaran cairan yang berbau (lochea) dan tidak

ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan, pada anus tidak ditemukan

hemoroid, pada ekstremitas bawah tidak ditemukan adanya eodema

dan varises. Jadi pada ibu nifas normal akan didapatkan hasil dari

semua pemeriksaan dalam batas normal (Kemenkes RI, 2018).

Tidak hanya memperhatikan keadaan fisik ibu, kondisi

psikologis ibu juga sangat penting. Ibu nifas yang baru saja melewati

masa persalinan, cenderung lebih sensitif sehingga perlu diberikan

support dan perhatianserta selalu mengingatkan ibu untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan menganjurkan ibu

untuk senantiasa memperbanyak doa dan dzikir agar dimudahkan

dan diridohi dalam menjalani masa nifasnya. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam Q.S Al- Asr/ 103: 3.


52

ْ ‫َّ َّ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َّ َٰ َ َٰ َ َ َ َ أ ْ أ َ َ َ َ َ أ‬
‫ت وتواصوا بِٱۡل ِق وتواصوا‬ ِ ‫إَِل ٱَّلِين ءامنوا وع ِملوا ٱلصلِح‬
‫ۡب‬‫َّ أ‬
ِ ‫بِٱلص‬
Artinya :

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan


nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.”

b. Langkah II: Identifikasi diagnosa/ masalah aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa

atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Pada kasus post partum fisiologis dilakukan

identifikasi diagnosa kebidanan yaitu pada data subjektif ibu

mengeluh perutnya terasa mules. Pada data objektif ditemukan

tanda-tanda vital dalam batas normal, payudara, uterus, kandung

kemih, genetalia, perenium, dan ekstremitas bawah tanda juga dalam

keadaan baik dan tidak ada kelainan, prosesmenyusui baik, lochea

normal dan tidak berbau. Kebutuhan pada ibu nifas dengan nifas

normal yaitu tetap menjaga keadaan ibu tetap baik.

Dalam melakukan segala hal hendaknya kita selalu

melibatkan Allah SWT seperti ketika kita memberikan suatu asuhan

kepada ibu hendaknya kita memulainya dengan mengucap basmalah

dan mengakhirinya dengan Alhamdulillah. Dan hendaknya kita

selalu mengingat dan memperbanya berdoa kepada Allah SWT agar

asuhan yang diberikan diridohi dan dapat bermnfaat bagi kesehatan

fisik maupun psikologisnya agar masa nifas yang ibu jalani terasa
53

penuh makna dan dijalani dengan rasa keikhlasan. Sebagaimana

Firman Allah SWT dalam Q.S Al- Baqarah/ 2: 186.

َ َّ َ َ ‫أ‬ َ ُ ُ ٌ َ َ َ َ َ ََ َ َ
ِ ‫جيب دعوة ٱِل‬
‫اع إِذا‬ ِ ‫ِإَوذا سألك عِبادِي ع ِّن فإ ِ ِّن ق ِريبَۖ أ‬
َ ُ َّ َ ْ ‫أ أ‬ ْ ُ َ ‫َ َ َأَ أ‬
‫يبوا ِِل َوَلُؤم ُِنوا ِِب ل َعل ُه أم يَ أرش ُدون‬ ِ ‫دَع ِنِۖ فليست‬
‫ج‬
Artinya :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang


Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

c. Langkah III: Identifikasi diagnosa/ masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau

masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah

ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial

ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan

asuhan yang aman.

Tidak hanya itu bidan juga memberikan motivasi dan

pemahaman tentang keadaan ibu yang berada dalam posisi masa

nifas dan berserah diri kepada Allah SWT jika suatu saat nanti

terjadi hal-hal yang tidak diinginka dalam proses masa nifas ibu dan
54

setrerusnya. Dan memberikan pemahan ke pada ibu bahwa Allah

tidak ada menguji hambanya di luar dari kesanggupannya agar ibu

percaya diri, mampu merawat dirinya dan anaknya dan mampu

mengahadapi masalah yang bisa saja timbul. Sebagaimana yang

telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah [Al-Baqarah/2:286]

َ‫ت َو َعلَ أي َها ما‬ ‫ٱَّلل َن أف اسا إ ََّل ُو أس َع َها َۚ ل َ َها َما َك َس َب أ‬ َ ُ َ
ُ َّ ‫كل ِ ُف‬ ‫َل ي‬
ِ
‫أ َ َ َ أ َ َّ َ َ ُ َ أ َ ٓ َّ َ ٓ َ أ َ أ َ أ َ َ َّ َ َ َ َ أ أ‬
‫سينا أو أخطأنا َۚ ربنا وَل َت ِمل‬ ِ ‫خذنا إِن ن‬ ِ ‫ٱكتسبتَۗ ربنا َل تؤا‬
َ‫ِين مِن َق أبل ِ َنا َۚ َر َّب َنا َو ََل َُتَم أل َنا ما‬
َ َّ َ َ ُ َ ‫َ َ أ َ ٓ أ ا َ َ َ َ أ‬
ِ ‫علينا إِۡصا كما َحلتهۥ لَع ٱَّل‬
َ‫نت َم أولَىَٰنا‬َ َ ‫َح َنا َٓۚ أ‬
‫َ أ ُ َ َّ َ أ أ َ َ َ أ َ أ‬
‫َل َطاقة نلَا بِهَِۖۦ وٱعف عنا وٱغفِر نلا وٱر‬
َ ََ َ

َ ‫كَٰفِر‬ َ ‫َ ُ أ َ ََ أَ أ أ‬
‫ين‬ ِ ‫فٱنُصنا لَع ٱلقو ِم ٱل‬

Artinya :

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan
kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri
maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir.”

Doa ini memiliki riwayat ketika Rasulullah

melafadzkannya. Salah satunya riwayat yang menceritakan terkait

dengan doa ini adalah kisah Ummu Salamah Radiallahu Anha yang
55

merupakan salah satu istri Nabi SAW. Beliau (Ummu Salamah)

berkata bahwa Rasulullah SAW terbiasa membaca doa :

ِ ‫ِّت ْالقُلُو‬
‫ب ُمق ِلِّب يا‬ ْ ‫دِي ِنك علىق ْل ِبى ث ِب‬
Terjemahnya :

“Wahai dzat yang maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah


hatiku di atas agamamu” [HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Hakim].

Pada dasarnya memang hati manusia rawan untuk berubah-

ubah. Ada kalanya hati itu kuat dan tegar dan ada kalanya juga hati

itu lemah, gelap, dan bahkan keras sehingga sulit untuk menerima

kebenaran. Perkara hati memang sulit untuk dikendalikan. Kadang ia

merasa senang kadang sedih dan kadang tidak dapat didefinsikan.

Memiliki hati tenang tentu menjadi harapan setiap orang. Salah satu

cara mendapatkannya adalah dengan membaca doa ya muqollibal

qulub.

Pada kasus post partum fisiologis kondisi-kondisi yang

harus diantisipasi seperti demam, mules, lochea berbau, tekanan

darah yang meningkat, perdarahan hebat, bengkak, kemerahan dan

keras pada payudara, infeksi terutama pada ibu yang memiliki luka

jahitan yang memiliki resiko infeksi yang tinggi dan sebagainya

(Prodi Kebidanan, 2020: 14).

Pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan

pemeriksaan fisik teridetifikasi masalah potensial yang memerlukan

tindakan atau penanganan segera/emergency, contohnya seperti ibu

mengalami perdarahan hebat tentunya bidan sudah bisa mendiagnosa


56

dan mentukan tindakan atau asuhan yang akan diberikan kepada ibu

untuk menangani masalahnya entah penganannya dilakukan secara

mandiri, kolaborasi atau dirujuk yang nantinya akan dilakukan pada

asuhan kala IV.

d. Langkah IV: Tindakan emergency/ kolaborasi/rujukan

Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap

tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan

tenaga kesehatan yang lain berdasarkan kondisi klien, pada langkah

ini bidan juga harus merumuskan tindakan emergency untuk

menyelamatkan ibu, yang mampu dilakukan secara mandiri dan

bersifat rujukan.

Pada kasus post partum fisiologis kasus emergency yang

dapat terjadi seperti perdarahan postpartum yang harus segera

ditengani dengan segera dan memerlukan tindakan kolaborasi

dengan tenaga kesehatan lainnya, sebab ibu nifas yang mengalami

perdarahan beresiko kehilangan banyak darah yang bisa

menyebabkan ibu mengalami syok hipovelamik. Dalam menangani

tindakan emergeny, bidan hendaknya berusaha, berserah diri dan

tetap berdoa kepada Allah SWT agar tindakan yang diberikan

kepada ibu dapat menolong ibu dari keadaan emergency. Karena

hanya Allah SWT yang dapat memberikan kesembuhan lewat

penanganan tenaga medis (Prodi Kebidanan, 2020).


57

e. Langkah V: Rencana tindakan (merencanakan asuhan yang

menyeluruh)

Masa nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan

bayinya yang bersifat krisis. Dalam memberikan pelayanan pada fase

ini, bidan harus memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual,

kesejatraan sosial ibu sekaligus juga memberikan pendidikan dan

penyuluhan secara kontinu.

Pada kasus post partum fisiologis rencana asuhan yang akan

diberikan yaitu mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital,

observasi TFU, kontraksi uterus, pengeluaran lokia, dan

penegeluaran ASI, serta observasi adakah tanda-tanda bahaya yang

timbul seperti terjadi perdarahan hebat, pengeluaran cairan vaginal

yang berbau busuk, rasa nyeri hebat pada perut bagian bawah atau

punggung, nyeri kepala hebat hingga gangguan penglihatan,

pembengkakan pada wajah dan tungkai, demam hinggah muntah,

payudara merah, bengkak dan keras (Prodi Kebidanan, 2020).

Memberikan KIE tentang personal hygiene, nutrisi,

istirahat, dll seperti menganjurkan ibu agar menjaga personal

hygiennya terutama pada kebersihan vulva (genetalia), yaitu mencuci

daerah vulva dengan bersihsetiap selesai BAK dan BAB atau setiap

lembab, menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

mengandung gizi seimbang terutama makanan yang mengandung

protein seperti telur, ikan atau daging sayur-sayuran hijau dan


58

kacang-kacangan, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

(Syaflindawati, 2017).

Memberikan konseling tentang KB, mengajarkan ibu senam

nifas, mengajarkan cara perawatan bayi, dan cara perawatn dirinya

seperti perawatan payudara, teknik/cara menyusui bayinya dengan

benar dan memberikan ibu pemahaman bahwa tanggung jawabnya

akan bertambah sebagai seorang ibu yang kemungkinan nantinya ibu

akan menagalami stres, kelelahan, khawatir. Dan masalah psikologis

yang sering terjadi pada masa nifas yaitu post partum blues/baby

blues kondisi yang di mana ibu merasa tidak mamapu atau sanggup

merawat bayinya atau ibu tidak bisa menerima bayinya sehingga

dengan gangguan psikologisnya dapat mempengaruhi kesehatan ibu

dan bayinya (Syaflindawati, 2017).

Selain itu untuk psikologis dan ketenangan batin ibu juga

harus diperhatikan dengan menganjurkan ibu untuk sering membaca

Al-Qur’an, berdzikir, memperbanyak berdoa dan hal-hal lain

yangbisa ibu lakukan dalam keadaan masa nifasnya yang dapat

mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Memberitahukan ibu larangan atau hal-hal yang tidak bisa

dilakukan semasa nifasnya seperti, larangan untuk shalat sebelum

selesai masa nifasnya yang dimana telah dijelaskan dalam hadist

Ummu Salamah yang berkata : “para wanita yang nifas di zaman

Rasulullah SAW, mereka duduk (tidak shalat) setelah nifas mereka


59

selama 40 hari atau 40 malam.” (HR. Abu Daud no. 307, At-

Tirmidzi no. 139 dan Ibnu Majah no. 648). Dan larangan lainnya

seperti berpuasa, thawaf, dan menyentuh mushaf akan tetapi selama

masa nifas diperbolehkan membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh

mushaf secara langsung (boleh dengan pembatas atau menggunakan

media elektronik (Rosana, 2015: 12).

f. Langkah VI: Implementasi Asuhan Kebidanan

Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan

menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan

keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain.

Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan

akanmengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan klien.

Bidan tidak melakukan sendiri tetap bidan memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Padapost

partum fisiologis perencanaan tindakan disesuaikan dengan tindakan

yang dilakukan pada langkah ke lima. Dalam memberikan asuhan

hendaknya selalu berdoa kepada Allah SWT agar setiap tindakan

atau asuhan yang diberikan ibu dapat diridhoi dan bermanfaat bagi

ibu, dan selalu membaca basmallah tiap kali melakukan tindakan

serta menyerahkan hasilnya kepada-Nya setelah kita berusaha

dengan melakukan tindakan tersebut dan selalu membaca

Alhamdulillah setiap selesai melakukan apapun.


60

g. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar akan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah.

Rencana telah dapat dikatakan efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya dan ada perubahan setelah diberikan asuhan.

Pada kasus post partum fisiologis mengevaluasi kembali

asuhan yang telah diberikan yaitu tanda-tanda vital normal, TFU

sesuai involusi uteri, kontraksi uterus baik teraba keras, lokia

normal, proses laktasi lancar, tidak ada tanda bahaya yang timbul,

tidak terdapat tanda-tanda infeksi, ibu mengerti dan bersedia

melakukan hal yang telah dianjurkan.

Pada masa postpartum fisiologis dapat dikatakan tidak ada

masalah pada keadaan psikologisnya apabila tidak ada perubahan

psikologis mayor yang bersifat emosi, dan suasana hati ibu tampak

menjadi barometer, yang merefleksikan kebutuhan bayi akan pola

menyusu, tidur, dan menangis. Ibu baru cenderung mudah kesal dan

sangat sensitif (Kemenkes RI, 2018: 85).

Keadaan psikologis ibu yang normal yaitu ibu bisa

menerima bayinya dengan senang hati dengan memperlihatkan sikap

tubuh maupun ekspresi ibu seperti ibu berperan aktif dan merasa

senang dalam merawat bayinya, ibu sellau memandangi bayinya


61

dengan persaan senang dan tidak ada penolakan sikap ibu untuk

merawat bayinya (Simanullang, 2017).

Apapun hasil dari asuhan yang telahdiberikan kepada ibu

merupakan kehendak dari Allah SWT, hendaknya kita selalu

bersyukur atas apapun hasil yang diterima, jika hasil asuhan yang

kita berikan kepada ibu sesuai dengan harapan kita harus bersukur

kepada-Nya dan jika tidak sesuai harus tetap bersyukur, bersabar dan

melihat, memperbaiki, dan mengulang kembali asuhan agar hasilnya

menjadi lebih baik dan tidak berkecil hati. Karena setiap kejadian

ada hikmah dibalik semuanya, mengingat bahwa rencana atau

skenario Allah yang lebih baik.

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan

Pendokumentasian adalah catatan tentang interaksi antara

tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan yang

mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien

dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien tehadap semua

kegiatan yang dilakukan. Alur berfikir bidan dalam menghadapi klien

meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh

seorang bidanmelalui proses berfikir sistematis di dokumentasikan

dalam bentuk SOAP, yaitu :

a. S: Subjektif

Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis sebagai langkah I Varney.


62

b. O: Objektif

Menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

c. A: Assesment

Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosis/Masalah

2) Antisipasi diagnosis/ Kemungkinan Masalah

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/

kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney

d. P: Planning

Menggambarkan dokumentasi tingkatan (I) dan evaluasi

perencanaan berdasarkan pengakjian langkah 5, 6, dan 7 Varney.

Soap ini dilakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan atau pada

evaluasi hariberikutnya. Karena pada kasus ini memerlukan asuhan yang

diberikan setiap harinyasampai ibu benar-benar sembuh.

Planning dalam kunjungan pada ibu dengan kasus post partum fisiologis

yaitu :

1. Kunjungan I (2 jam setelah persalinan)

Mengobservasi keadaan umum ibu, tanda- tanda vital ibu serta

mengobservasi kontraksi uterus dan TFU ibu, mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri, memberikan health education tentang


63

menjaga kebersihan dirinya (personal hygiene) terutama daerah

genetalianya, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,

menganjurkan ibuuntuk mengkonsumsi makanan yang bergizi,

makanan yang banyak mengandung zat besi.

Memberikan pemahaman tentang pentingnya pemberian ASI

serta menganjurkan pada ibu untuk selalu memberikan ASI eksklusif

pada bayinya secara (on demand) secara bergantian pada payudara

kanan dan kiri, memgajarkan cara perawatan payudara, cara/teknik

menyusui yang baik dan benar, menganjurkan untuk mobilisasi dini,

mengajarkan cara perawatan tali pusat pada bayinya, menganjurkan ibu

untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu setelah

persalinan, mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus,

memberikan konseling KB dini, memberikan dukungan psikologis dan

spiritual.

2. Kunjungan II (3 hari setelah persalinan)

Memastikan involusio uterus berkontraksi dengan baik, fundus

3 jari di bawah pusat dan tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

cairan vagina yang bau (lochea), menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi, perdarahan abnormal atau kelainan pada payudara ibu yang

dapat menghambat pemberian ASI sehingga dapat dipastikan ibu

menyusui dengan baik, memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan dan istirahat.


64

Menganjurkan kembali ibu untuk selalu memberikan ASI

eksklusif pada bayinya secara (on demand) secara bergantian pada

payudara kanan dan kiri, memgajarkan cara perawatan payudara,

cara/teknik menyusui yang baik dan benar, menganjurkan untuk

mobilisasi dini, mengajarkan cara perawatan tali pusat pada bayinya,

menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6

minggu setelah persalinan, mengajarkan ibu dan keluarga cara masase

uterus, memberikan konseling KB dini, memberikan dukungan

psikologis dan spiritual.

3. Kunjungan ke III (6 hari setelah persalinan)

Memastikan involusio uterus berkontraksi dengan baik, fundus

pertengahan simfisis dan pusat dan tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada cairan vagina yang bau (lochea). Menjelaskan penyebab

keluarnya cairan dari jalan lahir, menganjurkan untuk tetap melakukan

mobilisasi dini, memberikan health education tentang menjaga

kebersihan dirinya (personal hygiene) terutama daerah genetalianya,

menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi makanan yang bergizi, makanan yang banyak

mengandung zat besi, menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya

secara esklusif selama 6 bulan tampa MPASI atau sampai 2 tahun

penuh.

Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual

selama 6 minggu setelah persalinan, menjelaskan tanda bahaya masa


65

nifas, mengajarkan ibu senam nifas dengan gerakan sederhana,

memberikan dukungan spiritual.

4. Kunjungan ke IV (14 hari setelah persalinan)

Memastikan involusio uterus berkontraksi dengan baik,

fundus sudah tidak teraba lagi ,tidak ada cairan vagina yang bau (lochea),

observasi TTV, menjelaskan penyebab keluarnya cairan dari jalan lahir,

menganjurkan untuk tetap melakukan mobilisasi dini, memberikan health

education tentang menjaga kebersihan dirinya (personal hygiene)

terutama daerah genetalianya, menganjurkan ibu untuk istirahat yang

cukup, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi,

makanan yang banyak mengandung zat besi, menganjurkan kembali ibu

menyusui bayinya secara (on demend), menganjurkan ibu untuk tidak

melakukan hubungan seksual selama 6 minggu setelah persalinan,

memberikan dukungan spiritual.

5. Kunjungan V (42 hari setelah persalinan)

Melakukan pemeriksaan TTV dan pengeluaran lochea dan

pastikan semua pemeriksaan dalam batas normal. memberitahukan

keadaan ibu saat ini yang telah melalu proses masa nifasnya dengan

normal, menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersiahan

dirinya, mengomsusmsi makanan yang bergizi, dan istirahat yang

cukup, menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara esklusif

sealama 6 bulan atau sampai 2 tahun penuh, menganjurkan ibu untuk

melengkapi imuniasasi anaknya serta melakukan pemantauan tmbuh


66

kembang anaknya, menganjurkan ibu untuk tetap mengingat dan

berserah diri kepada Allah SWT.


BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM FISIOLOGIS

PADA NY “K” DI PUSKESMAS ANTANG PERUMNAS

TAHUN 2021

No Register : 04XXX

Tanggal Partus : 04 Oktober 2021 Pukul : 11.45 WITA

Tanggal Masuk Ruang Nifas : 04 Oktober 2021 Pukul : 14.00 WITA

Tanggal Pengakajian : 04 Oktober 2021 Pukul : 14.00 WITA

Pengkaji : Nurhaena Putri

A. LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny ”K” / Tn “A”

Umur : 23 tahun / 26 tahun

Nikah/Lamanya : 1 kali / ± 2 tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Buruh Harian Lepas

Alamat : Jln. Amd Borong Jambu

67
68

2. Keluhan Utama

Post Patum 2 jam yang lalu

3. Riwayat Keluhan Utama

a. Ibu baru saja selesai bersalin yaitu tanggal 04 Oktober 2021 pukul 11.45

WITA.

b. Ibu merasa lelah dengan proses persalinannya.

c. Ibu merasa sedikit nyeri pada luka jahitan perenium bila bergerak dan

berjalan.

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a. Riwayat Kehamilan

1) Ibu mengatakan ini merupakan anak pertamanya dan tidak pernah

keguguran sebelumnya.

2) Haid pertama haid terakhir tanggal 11 Januari 2021.

3) Hari taksiran persalinan tanggal 18 Oktober 2021.

4) Ibu telah memeriksakan kehamilannya sebanyak 7 kali di Puskesmas

Antang Perumnas dan telah mendapat imuniasasi TT sebanyak 2 kali

yaitu TT I pada tanggal 24 Juni 2021 dan TT II tanggal 28 Juli 2021.

b. Riwayat Persalainan

1) Kala I : Ibu datang pada tanggal 04 Oktober 2021 pukul 08.25

WITA, dengan keluhan nyeri perut tembus belakang disertai

pelepasan lendir dan darah, GIP0A0, gestasi 38 minggu 0 hari,

pembukaan 7 cm.
69

2) Kala II : Kala II berlangsung selama ± 20 menit, ibu melahirkan

secara normal (pervaginam) dengan power atau tenaga mengedan ibu

sendiri.

3) Kala III : Dilakukannya manajemen aktif kala III, Plasenta lahir

lengkap (selaput dan kotiledon lengkap), perdarahan ± 100 cc,

terdapat ruptur pada perenium dengan derajat tingkat II, lama kala III

± 5 menit.

4) Kala IV : Kala IV berlangsung normal, pemantauan kala IV dilakukan

sampai dengan 2 jam postpartum.

5. Riwayat Kesehatan Ibu

a. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, asma, jantung,

diabetes militus, dll.

b. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular dan menurun.

c. Ibu tidak memiliki riyawat alergi obat-obatan dan makanan.

d. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai saat kehamilan

seperti sakit kepala hebat, nyeri perut hebat, kejang, bengkak pada

tungkai dan wajah.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Ibu mengatakan dalam pihak keluarga ibu maupun suami tidak

pempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, asma, jantung, diabetes

militus dll.

b. Ibu mengatakan dalam pihak keluarga ibu maupun suami tidak

pempunyai riwayat penyakit menular dan menurun.


70

7. Riwayat Menstruasi

Ibu mengatakan haid pertama kali dirasakan (Menarche) pada umur 13

tahun, siklus haid 28 hari, lamanya haid 6-7 hari, dan ibu tidak merasakan

nyeri perut pada saat haid (Dismenorhea).

8. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama ± 3

bulan sebelum melakukan pernikahan.

9. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar

a. Nutrisi

Pola makan teratur dengan frekuensi 3 kali sehari dengan jenis makanan

nasi, sayur, lauk pauk dan sesekali memakan buah-buahan. Frekuensi

minum ibu 6-8 gelas/ hari dan tidak ada pantangan makanan yang

dijalani ibu.

b. Eliminasi

BAK 5-6 kali/ hari, berwarna kuning muda dengan bau khas amoniak

dan BAB 1-2 kali/ hari konsistensi lembek dan tidak ada masalah.

c. Istirahat/ Tidur

Ibu tidur pada siang hari ± 2 jam/ hari dan tidur pada malam hari ± 6-8

jam/ hari.

d. Personal Hygiene

Ibu mandi 3 kali sehari dengan menggunakan sabun, keramas 3 kali

seminggu dengan menggunakan sampo, ibu sikat gigi 2 kali sehari, ibu
71

mengganti pakaian 3 kali sehari dan pakaian dalam 4 kali sehari atau

setiap dirasa lembab/ basah. Ibu menggati pembalut 3-4 kali/ hari.

10. Riwayat Psikologis, Sosial, Ekonomi, dan Spiritual

a. Ibu, suami dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya.

b. Ibu senang karena persalinannya berjalan dengan lancar.

c. Hubungan ibu dengan keluarga dan disekitar lingkungannya baik.

d. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami dan ibu sendiri.

e. Pencari nafkah dalam keluarga adalah suami dan ibu mengerjakan

urusan rumah tangga.

f. Ibu dan suami beragama islam dan selalu taat dalam menjalankan

ibadah terutama shalat 5 waktu, mengamalkan doa-doa dan senantiasa

selalu mendoakan kesehatan diri, suami, keluarga dan bayinya.

11. Pemeriksaaan Fisik Umum

a. Keadaan umum ibu baik

b. Ibu tampak lemas

c. Ibu tampak meringis terutama saat bergerak

d. Pemeriksaan tanda-tanda vital

1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg

2) Nadi : 80x/ menit

3) Pernapasan : 22x/ menit

4) Suhu : 36,7 ºC
72

12. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Wajah

Inspeksi : Tidak pucat

Palapasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan

b. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera

tidak ikterus

c. Leher

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, linfe dan vena

jugularis

d. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol,

hiperpigmentasi areola mammae

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan, tampak pengeluaran

kolestrum saat puting susu dipencet

e. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra dan streae livid

Palpasi : Kontraksi baik teraba keras dan bundar, TFU 1 jari di bawah

pusat, kandung kemih kosong, dan tidak ada nyeri tekan

f. Genetalia

Inspeksi : Tidak ada varises, terdapat luka jahitan dan masih basah,

tampak pengeluaran lochea rubra berwarna merah segar

Palpasi : Tidak ada eodema


73

g. Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid

h. Eksteremitas

Inspeksi : Tidak ada varises

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan

B. LANGKAH II: IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH

AKTUAL

Diagnosa Aktual : PIA0, Postpartum Hari Pertama

Masalah Aktual : Nyeri Luka Perenium

Data Subjektif (S)

a. Ibu melahirkan secara spontan (pervaginam) pada tanggal 04 Oktober

2021 pukul 11.45 WITA.

b. Ibu merasa sedikit nyeri pada luka jahitan perenium bila bergerak dan

berjalan.

Data Objektif (O)

a. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar

b. Tinggi fundus uterus 1 jari di bawah pusat

c. Terdapat pengeluaran lochea rubra yang berwarna merah segar

d. Terdapat luka jahitan dan masih basah

Analisis dan interpretasi data :

a. Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas adalah involusi.

Pengertian involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan

posisi sebelum hamil (Kemenkes RI, 2018: 38).


74

b. Terjadi penurunan bertahap sebesar 1 cm/hari. Di hari pertama, uteri

berada 12 cm di atas simfisis pubis dan pada hari ke-7 sekitar 5 cm di atas

simfisispubis. Pada hari ke-10, uterus hampir tidak dapat dipalpasi atau

bahkan tidak terpalpasi (Kemenkes RI, 2018: 38).

c. Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak

terlalu menyengat dan volumenya berbeda padasetiap wanita. Lochea

rubra (Cruenta), keluar pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna merah

mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dan desidua,

verniks caseosa, lanugo dan mekoneum (Simanullang, 2017: 22).

d. Nyeri perenium (perineal pain) merupakan nyeri yang terjadi pada badan

perenium (perineal body), daerah otot dan jaringan fibrosa yang menyebar

dari simpisis pubis samapi ke coccygis oleh karena adanya robekan yang

terjadi baik secara disenagja ataupun ruptur spontan (Utami, 2015: 30).

C. LANGKAH III: IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH

POTENSIAL

Diagnosa Potensial: Infeksi, Bendungan ASI, Subinvolusi, Perdarahan

Postpartum

Data Subjektif (S)

a. Ibu baru saja selesai bersalin dan ini merupakan postpartum hari pertama

b. Ibu mengatakan ASI sudah ada tapi masih sedikit

Data Objektif (O)

a. Pada saat pemeriksaan payudara terdapat pengeluaran ASI


75

b. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar

c. TFU 1 jari di bawah pusat

d. Pada saat pemeriksaan genetalia tampak pengeluaran lochea rubra

Analisa dan Interpretasi Data

a. Pada masa nifas seorang ibu rentang terhadap infeksi sehingga harus

menjaga personal hygiene terutama vulva hygiene agar pengeluaran lochea

dapat berjalan normal. Ibu harus rajin mengganti pembalut dan pakain

dalam agar vagina tidak lembab yang dapat berisiko terjadinya infeksi

(Syaflindawati, 2017).

b. Ibu yang menyusui bayinya dapat mencegah terjadinya bendungan

payudara yang disebabkan oleh penyempitan duktus laktiferi atau oleh

kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna. Bendungan air susu

dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah

memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu

yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi

meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding)

kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui

(Walyani, 2015).

c. Subinvolisi terjadi jika proses kontraksi uterus tidak terjadi seperti

seharusnya yaitu uterus teraba keras dan bundar serta kontraksi ini lama

atau berhenti. Subinvolusi awal pada masa pospartum menunjukkan uterus

lunak, tidak bergerak, tidak berkurang ukurannya dan tinggi fundus tidak

berubah, perdarahan pervaginam abnormal (Kemenkes RI, 2013).


76

d. Pada saat melahirkan tubuh akan mengeluarkan darah akibat terpisahkanya

plasenta dari dinding rahim akan tetapi jika darah yang keluar lebih dari

500 ml merupakan hal yang abnormal yang disebut perdarahan pasca

persalinan yang disebabkan karena kegagalan rahim berkontraksi setelah

melahirkan (atonia uteri), perlukaan jalan lahir, retensio palsenta,

gangguan pembekuan darah dll.

D. LANGKAH IV: TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI/RUJUK

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera, kolaborasi

atau rujukan.

E. LANGKAH V: RENCANA/INTERVENSI

Diagnosa Aktual : Postpartum hari pertama

Masalah Aktual : PIA0 dengan nyeri luka perenium

Masalah Potensial : Antisipasi terjadi infeksi, bendungan ASI, subinvolusi,

perdarahan postpartum

Tujuan : 1. Masa nifas hari pertama berlangsung secara normal

2. Ibu dapat beradapatsi dengan keadaannya yang akan

mengalami perubahan fisiologis baik secara fisik

maupun psikologis dan nyeri luka perenium yang ibu

alami

Kriteria : 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal

a. Tekanan Darah : Sistol (90-130 mmHg), diastol

(60-90 mmHg)

b. Nadi : 80-100 kali/ menit


77

c. Pernapasan : 16-24 kali/ menit

d. Suhu : 36,5ºC-37,5ºC

2. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar

3. TFU mengalami penurunan 1 cm setiap hari

4. Pengeluaran lochea sesuai waktunya dan tidak berbau

busuk

5. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri luka perenium yang

sedang dialami

Intervensi tanggal 04 Oktober 2021, Pukul 14.15 WITA

1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan

tindakan.

Rasional : Tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.

2. Jelaskan kepada ibu penyebab nyeri jahitan luka perenium yang dialaminya

Rasional: Dengan ibu mengetahui penyebab nyeri yang dirasakan ibu sudah

tidak khwatir lagi dengan keadaannya.

3. Observasi tanda-tanda vital ibu

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan salah satu pemeriksaan untuk

mengetahui keadaan ibu.

4. Observasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochea

Rasional : TFU merupakan salah satu pemeriksaan untuk mengetahui bahwa

proses involusi berlangsung secara normal dengan ditandai dengan TFU

mengalami penurunan 1 cm setiap hari teraba keras dan bundar. Pemantauan

kontaksi uterus sangat penting untuk mencegah terjadinya perdarahan


78

postpartum yang diakibatkan oleh atonia uteri yang memperlambat proses

involusi.

5. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan jelaskan keadaan yang sedang

dialaminya.

Rasional : Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu agar ibu

menegetahui dan engerti dengan keadaannya.

6. Berikan Healt Education tentang :

a. Nutrisi dan Cairan

Anjurkan ibu mengomsusmsi makanan yang bergizi seimbang dan

pemenuhan cairan dalam tubuh.

Rasional : Makanan yang mengandung gizi seimbang sangat baik untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Pada masa nifas nutrisi sangat

dibutuhkan karena berkaitan erat dengan produksi ASI yang sangat

dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi. Serta pemenuhan cairan

untuk memenuhi cairan dalam tubuh ibu.

b. Istirahat/Tidur

Anjurkan ibu istirahat yang cukup tidur 7-8 jam per 24 jam/hari

Rasional : Untuk memulihkan kembali kondisi atau tenaga ibu setelah

proses melahirkan.

c. Personal Hygiene

Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti mandi 2 kali

sehari menggunakan sabun, keramas rambut 3 kali seminggu

menggunakan sampo, dan menyikat gigi 3 kali sehari dengan memakai


79

pasta gigi. Mengganti pakaian dalam setiapa kali dirasa lemabab atau

basah, mengganti pembalut 3 kali sehari atau setiap kali dirasa sudah

penuh.

Rasional : Dengan ibu menjaga kebersihan dirinya dapat memberikan

kenyamanan dan mecegah kemungkinan terjadinya infeksi pada luka

jahitan perenium yang terdapat pada ibu.

7. Anjurkan ibu mencuci dan membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih

dahulu, dari depan kebelakang, kemudian membersihkan derah disekitar

anus hingga bersih setiap selesai BAK dan BAB.

Rasional : Membersihkan dengan cara seperti yang telah dianjurkan dapat

mencegah kuman dari anus masuk ke vagina sehingga kebersihan alat

genetalia dapat terjaga.

8. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini

Rasional: Mobilisasi dini bertujuan agar sirkulasi darah kejaringan lancar

sehingga mencegah terjadinya trombopleubitis dan mempercepat proses

involusio uteri.

9. Ajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar, posisi menyusui serta

cara perawatan payudara yang baik dan benar

Rasional: Dengan melakukan perawatan payudara, kebersihan payudara

dapat terjaga dan mencegah terjadinya bendungan ASI. Lalu dengan

mengetahui teknik dan posisi menyusui yang benar, bayi dapat lebih baik

dan mudah menghisap ASI agar payudara ibu tidak lecet.


80

10. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwalkan (on demand)

secara bergantian pada payudara kanan dan kiri

Rasional: ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Dengan sesering

mungkin menyusui akan memacu semakin banyak pula produksi oksitosin

sehingga dapat mempercepat proses involusi uterus pada ibu.

11. Ajarkan ibu cara perawatan tali pusat pada bayi

Rasional: Perawatan tali pusat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi

pada tali pusat.

12. Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual

selama 6 minggu setelah persalinan

Rasional: Setelah melahirkan atau pada masa nifas mulut rahim masih

terbuka maka akan beresiko saat berhubungan seks. Berhubungan seksual

ketika mulut rahim masih terbuka akan mengakibatkan kuman dan bakteri

yang hidup diluar bisa tersedot masuk kedalam rongga rahim dan

menyebabkan infeksi.

13. Ajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus.

Rasional: Agar ibu dapat melakukan secara mandiri dan untuk membatu

agar uterus berkontraksi dengan baik sehingga mencegah terjadinya

perdarahan karena atonia uteri dan memperlancar pengeluaran lochra.

14. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi pada luka jahitan

Rasional: Dengan ibu mengetahui tanda-tanda infeksi ibu dapat mendeteksi

dini adanya infeksi pada luka jahitan sehingga ibu bisa mengambil tindakan

lebih lanjut.
81

15. Beri konseling tentang KB

Rasional: Dengan memberikan konseling secara dini tentang KB pada ibu

sebelum kembali kerumah ibu dapat memikirkan KB apa yang akan dipakai

untuk memberikan jarak kehamilan sesuai dengan kesepakatan terhadap

kedua pasangan.

16. Jelaskan dan anjurkan ibu untuk meminum obat analgetik dan zat besi

yang telah diberikan

Rasional: Obat analgetik dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami ibu, zat

besi dibutuhkan karena pada masa nifas kebutuhan Fe meningkat akibat

kehilangan darah pada saat proses persalinan.

17. Berikan dukungan emosional kepada ibu dengan memberikan dukungan

atau support kepada ibu terkait dengan perubahan fisiologis yang terjadi

pada proses masa nifasnya

Rasional : memberikan dukungan psikologis pada ibu nifas sangat penting

karena terjadinya perubahan fisiologis baik secara fisik maupun

psikologisnya sehingga ibu dapat beradaptasi degan perubahannya.

18. Anjurkan ibu untuk tetap mengingat dan berserah diri kepada Allah SWT.

Perbanyak amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

yang dapat dilakukan pada saat nifas seperti berdzikir, bersholawat,

mendengarkan lantunan ayat suci dan lain sebagainya

Rasional : Dengan melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT ibu akan

merasa lebih tenang sehingga ibu dapat menerima kondisinya bahwa

semuanya adalah berkah dan suatu anugrah yang diberikan Allah SWT dan
82

Allah SWT tidak pernah membebani hambanya di luar dari

kemampuannya.

F. LANGKAH VI: IMPLEMENTASI

Tanggal 04 Oktober 2021, Pukul: 14.15 WITA

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah

melakukan tindakan

Hasil: Terlaksana, pemeriksa telah mencuci tangan.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada luka jahitan perenium yang

dirasakan merupakan hal yang normal yang disebabkan karena adanya

perlukaan dan akan sembuh seiring dengan penyembuhan luka yang

biasanya 6-7 hari.

Hasil: Ibu mengerti dengan penejelasan yang telah diberikan.

3. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu

Hasil: Terlaksana, TTV dalam batas normal

4. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochea

Hasil: Terlaksana, dan didapatkan TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi

uterus baik dengan teraba keras dan bundar, dan tampak adanya pengeluaran

lochea rubra berwarna merah segar.

5. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelasakan kedaan

yang dialaminya merupakan suatu perubahan yang normal baik secara fisik

maupun secara psikologis.

Hasil: Ibu mengerti dan mengetahui kedaannya.


83

6. Memberikan Healt Education tentang:

a. Nutrisi dan Cairan

Menganjurkan ibu untuk mengomsusi makanan yang bergizi seimbang

seperti ikan, telur, daging, hati, ayam, kacang-kacangan, buah-buahan

seperti buah pisang, pepaya, apel, sayur-sayuran seperti sayuran hijauh

(sayur bayam, kelor) yang mengandung banyak zat besi dan memenuhi

cairan dalam tubuh yaitu minum air putih 7-8 gelas/ hari atau 2 liter/ hari.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

b. Istirahat/Tidur

Menganjurkan ibu istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam/ hari

dan tidur malam 6-7 jam/ hari

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

c. Personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti mandi 2

kali/ hari menggunakan sabun, keramas rambut 3 kali/ minggu

menggunakan sampo, dan menyikat gigi 3 kali/ hari dengan memakai

pasta gigi. Mengganti pakaian dalam setiapa kali dirasa lemabab atau

basah, mengganti pembalut 3 kali/ hari atau setiap kali dirasa sudah

penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

7. Menganjurkan ibu mencuci daerah vulva dengan cara dibersihkan dari arah

depan ke belakang hingga bersih dilakukan setia selesai BAK dan BAB

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


84

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi secara dini seperti berjalan

kaki ke kamr mandi, memiringkan badan ke kanan atau kiri, dll.

Hasil: Terlaksana, ibu miring ke kanan dan kiri di atas tempat tidur dan ibu

sudah bisa berjalan sendiri ke kamar mandi untuk berkemih.

9. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar, posisi saat

menyusui serta cara perawatan payudara yang baik dan benar. Serta

memberitahukan ibu sebelum dan seseudah menyusui oleskan sedikit ASI di

daerah areola dan puting susu ibu untuk mencegah puting susu lecet dan

melakukan masase

Hasil: Ibu mengerti dan sedang mempraktekan atau mengikiti tekni/cara

yang diperagakan.

10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwalkan (on

demand) atau setiap 2 jam secara bergantian pada payudra kanan dan kiri

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan ibu bersedia

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

11. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yaitu dengan membersihkan

menggunakan kasa atau kain bersih dengan air DTT atau air bersih anpa

dibubuhi apapun seperti bedak, salep, betadin, dll. Serta biarkan tali pusat

terus terbuka.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

12. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6

minggu setelah persalinan karena saat masa nifas, mulut rahim masih

terbuka maka akan beresiko karena mengakibatkan kuman dan bakteri yang
85

hidup diluar bisa tersedot masuk kedalam rongga rahim dan menyebabkan

infeksi

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan bersedia

melakukannya.

13. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus dengan cara meletakkan

tangan di perut bagian bawah ibu dan merangsang uterus dengan gerakan

pijatan membundar searah jarum jam secara teratur

Hasil: Ibu dan keluarga mengerti dan keluarga juga bersedia membantu ibu

untuk melakukannya.

14. Memberikan konseling tentang KB secra dini yaitu alat kontrasepsi yang

tidak mengganggu produksi ASI

Hasil: Ibu mengerti dan akan mediskusikan terlebih dahulu dengaan suami.

15. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi pada luka jahitan

seperti gejala demam, merah, bengkak, nyeri, bernanah, berbau, dan

kesadaran berkurang. Anjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan terdekat

untuk memeriksakan keadaannya

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya apabila mendapatkan gejala

tersebut.

16. Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang telah diberikan oleh tenaga

kesehatan

a. Asam Mafenamat

Merupakan obat analgetik untuk membantu meredahkan sedikut rasa

nyeri pada jalan lahir yang dirasakan ibu.


86

b. Tablet Fe

Diberikan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin) serta

sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang

membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang,

tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia mengomsumsi obatnya.

17. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dengan memberikan

dukungan atau support kepada ibu terkait dengan perubahan fisiologis

yang terjadi pada proses masa nifasnya sehingga ibu dapat berdaptasi

dengan baik

Hasil : Ibu mengerti dan merasa senang dengan dukungan yang diberikan

18. Menganjurkan ibu untuk tetap mengingat dan berserah diri kepada Allah

SWT. Perbanyak amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada

Allah yang dapat dilakukan pada saat nifas seperti berdzikir, bersholawat,

mendengarkan lantunan ayat suci dan senantiasa mendoakan anaknya

seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS yang mendoakan anaknya,

tercantum dalam Q.S Ibrahim/14: 40.

Hasil: Ibu mengerti,dan sedang mendengarkan lantunan ayat suci, serta

selalu berdoa.

G. LANGKAH VII: EVALUASI

Tanggal 04 Oktober 2021, Pukul: 14.45 WITA

1. Masa nifas di hari pertama berlangsung secra normal dan tidak ditemkan

adanya kelainan yang ditandai dengan:


87

a. Keadaan umum ibu baik

b. TFU 1 jari di bawah pusat

c. Kontaksi uterus baik dengan teraba keras dan bundar

d. Ada pengeluaran lochea rubra, tidak berbau dan berwarna merah segar

e. Tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu:

1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg

2) Nadi : 80x/ menit

3) Pernapasan : 22x/ menit

4) Suhu : 36,7 ºC

f. Ibu telah menyusui bayinya

g. Ibu bersedia melakukan anjuran dan telah mengerti apa yang telah

dijelaskan seperti mengomsumsi makana yang bergizi, mejaga personal

hygine, istirahat yang cukup, dll.

h. Ibu mengerti dan bersedia melakukan ajaran yang telah diberikan seperti

perawatan tali pusat bayi, cara menyusui dan perawatan payudara, cara

masase uterus, dll.

i. Ibu selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dilihat dari ibu yang

selalu berdoa dan mendengarkan lantunan ayat suci.

2. Potensial terjadi salah satu tanda bahaya masa nifas.

Dari hasil pemeriksaan atau observasi tidak ada tanda-tanda bahaya atau

kelainan yang ditemukan. Dan hasil pemeriksaan kondisi ibu dalam batas

normal.
88

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM

HARI KE-1 PADA NY “K” TANGGAL 04 OKTOBER 2021

No Register : 04XXX

Tanggal Partus : 04 Oktober 2021 Pukul : 11.45 WITA

Tanggal Masuk Ruang Nifas : 04 Oktober 2021 Pukul : 14.00 WITA

Tanggal Pengakajian : 04 Oktober 2021 Pukul : 14.00 WITA

Pengkaji : Nurhaena Putri

IDENTITAS ISTRI/SUAMI

Nama : Ny ”K” / Tn “A”

Umur : 23 tahun / 26 tahun

Nikah/Lamanya : 1 kali / ± 2 tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Buruh Harian Lepas

Alamat : Jln. Amd Borong Jambu

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan ini merupakan anak pertamanya dan tidak pernah keguguran

sebelumnya.

2. Ibu melahirkan tanggal 04 Oktober 2021, Pukul: 11.45 WITA.

3. Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya.


89

4. Ibu merasa lelah dengan proses persalinannya.

5. Ibu merasa sedikit nyeri pada luka jahitan perenium bila bergerak dan berjalan.

6. ASI sudah keluar tapi masih sedikit.

7. Ibu mengatakan sudah BAK dan belum BAB.

8. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK dan belum BAB.

9. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, asma,

jantung, diabetes militus, PMS, hepatitis, dll.

10. Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak memiliki riwayat penyakit

turunan maupun menular.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 22x/ menit

d. Suhu : 36,7 ºC

4. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Wajah

Inspeksi : Tidak pucat

Palapasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan


90

b. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan onjungtiva merah muda, sklera tidak

ikterus

c. Leher

Palpasi : Tidak ada pembrsaran kelenjar thyroid, linfe dan vena jugularis

d. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, hiperpigmentasi

areola mammae

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan, tampak pengeluaran kolostrum

saat puting susu dipencet

e. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra dan streae

livid

Palpasi : Kontraksi baik teraba keras dan bundar, TFU 1 jari di bawah

pusat, kandung kemih kosong, dan tidak ada nyeri tekan

f. Genetalia

Inspeksi : Tidak ada varises, terdapat luka jahitan dan masih basah, tampak

pengeluaran lochea rubra berwarna merah segar

Palpasi : Tidak ada eodema

g. Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid

h. Eksteremitas

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan


91

ASSESSMENT (A)

PIA0, Postpartum Hari Pertama

PLANNING (P)

Tanggal 04 Oktober 2021, Pukul: 14.15 WITA

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah

melakukan tindakan

Hasil: Terlaksana, pemeriksa telah mencuci tangan.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada luka jahitan perenium yang

dirasakan merupakan hal yang normal yang disebabkan karena adanya

perlukaan dan akan sembuh seiring dengan penyembuhan luka yang biasanya

6-7 hari

Hasil: Ibu mengerti dengan penejelasan yang telah diberikan.

3. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu

Hasil: Terlaksana, TTV dalam batas normal

1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg

2) Nadi : 80x/ menit

3) Pernapasan : 22x/ menit

4) Suhu : 36,7 ºC

4. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochea

Hasil: Terlaksana, dan didapatkan TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus

baik dengan teraba keras dan bundar, dan tampak adanya pengeluaran lochea

rubra berwarna merah segar.


92

5. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelasakan kedaan yang

dialaminya merupakan suatu perubahan yang normal baik secara fisik maupun

secara psikologis

Hasil: Ibu mengerti dengan keadaannya.

6. Memberikan Healt Education tentang:

a. Nutrisi dan Cairan

Menganjurkan ibu untuk mengomsusi makanan yang bergizi seimbang

seperti ikan, telur, daging, hati, ayam, kacang-kacangan, buah-buahan

seperti buah pisang, pepaya, apel, sayur-sayuran seperti sayuran hijauh

(sayur bayam, kelor) yang mengandung banyak zat besi dan memenuhi

cairan dalam tubuh yaitu minum air putih 7-8 gelas/ hari atau 2 liter/ hari.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

b. Istirahat/Tidur

Menganjurkan ibu istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam/ hari dan

tidur malam 6-7 jam/ hari

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

c. Personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti mandi 2 kali/

hari menggunakan sabun, keramas rambut 3 kali/ minggu menggunakan

sampo, dan menyikat gigi 3 kali/ hari dengan memakai pasta gigi.

Mengganti pakaian dalam setiapa kali dirasa lemabab atau basah, mengganti

pembalut 3 kali/ hari atau setiap kali dirasa sudah penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


93

7. Menganjurkan ibu mencuci daerah vulva dengan cara dibersihkan dari arah

depan ke belakang hingga bersih dilakukan setia selesai BAK dan BAB

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi secara dini seperti berjalan kaki

ke kamr mandi, memiringkan badan ke kanan atau kiri, dll.

Hasil: Terlaksana, ibu miring ke kanan dan kiri di atas tempat tidur dan ibu

sudah bisa berjalan sendiri ke kamar mandi untuk berkemih.

9. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar, posisi saat menyusui

serta cara perawatan payudara yang baik dan benar. Serta memberitahukan ibu

sebelum dan seseudah menyusui oleskan sedikit ASI di daerah areola dan

puting susu ibu untuk mencegah puting susu lecet dan melakukan masase

Hasil: Ibu mengerti dan sedang mempraktekan atau mengikiti tekni/cara yang

diperagakan.

10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwalkan (on demand)

atau setiap 2 jam secara bergantian pada payudra kanan dan kiri

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan ibu bersedia

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

11. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yaitu dengan membersihkan

menggunakan kasa atau kain bersih dengan air DTT atau air bersih anpa

dibubuhi apapun seperti bedak, salep, betadin, dll. Serta biarkan tali pusat terus

terbuka.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


94

12. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu

setelah persalinan karena saat masa nifas, mulut rahim masih terbuka maka

akan beresiko karena mengakibatkan kuman dan bakteri yang hidup diluar bisa

tersedot masuk kedalam rongga rahim dan menyebabkan infeksi

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan bersedia

melakukannya.

13. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus dengan cara meletakkan

tangan di perut bagian bawah ibu dan merangsang uterus dengan gerakan

pijatan membundar searah jarum jam secara teratur

Hasil: Ibu dan keluarga mengerti dan keluarga juga bersedia membantu ibu

untuk melakukannya.

14. Memberikan konseling tentang KB secra dini yaitu alat kontrasepsi yang tidak

mengganggu produksi ASI

Hasil: Ibu mengerti dan akan mediskusikan terlebih dahulu dengaan suami.

15. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi pada luka jahitan seperti

gejala demam, merah, bengkak, nyeri, bernanah, berbau, dan kesadaran

berkurang. Anjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk

memeriksakan keadaannya

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya apabila mendapatkan gejala

tersebut.

16. Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang telah diberikan oleh tenaga

kesehatan
95

a. Asam Mafenamat

Merupakan obat analgetik untuk membantu meredahkan sedikut rasa nyeri

pada jalan lahir yang dirasakan ibu.

b. Tablet Fe

Diberikan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin) serta sebagai

komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen

ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan

jaringan penyambung), serta enzim.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia mengomsumsi obatnya.

17. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dengan memberikan dukungan

atau support kepada ibu terkait dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada

proses masa nifasnya sehingga ibu dapat berdaptasi dengan baik

Hasil : Ibu mengerti dan merasa senang dengan dukungan yang diberikan

18. Menganjurkan ibu untuk tetap mengingat dan berserah diri kepada Allah

SWT. Perbanyak amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

yang dapat dilakukan pada saat nifas seperti berdzikir, bersholawat,

mendengarkan lantunan ayat suci dan senantiasa mendoakan anaknya seperti

yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS yang mendoakan anaknya, tercantum

dalam Q.S Ibrahim/14: 40

Hasil: Ibu mengerti dan sedang mendengarkan lantunan ayat suci, serta selalu

berdoa.
96

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM

HARI KE-3 PADA NY “K” TANGGAL 06 OKTOBER 2021

No Register : 04XXX

Tanggal Partus : 04 Oktober 2021 Pukul : 11.45 WITA

Tanggal Masuk Ruang Nifas : 04 Oktober 2021 Pukul : 14.00 WITA

Tanggal Pengakajian : 06 Oktober 2021 Pukul : 13.00 WITA

Pengkaji : Nurhaena Putri

IDENTITAS ISTRI/SUAMI

Nama : Ny ”K” / Tn “A”

Umur : 23 tahun / 26 tahun

Nikah/Lamanya : 1 kali / ± 2 tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Buruh Harian Lepas

Alamat : Jln. Amd Borong Jambu

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan lelah.

2. Ibu mengatakan rasa nyeri pada luka jahitan perenium masih terasa sedikit

sakit terutama ketika bergerak.

3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar tetapi masih sedikit.


97

4. Ibu mengatakan sudah BAK dan BAB.

5. Ibu mengatakan pengeluaran darah tidak sebanyak yang kemarin.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah : 100/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 37 ºC

4. Pemeriksaan Fisik Terfokus

a. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kongjungtiva merah muda, sklera putih

b. Payudara

Inspeksi : Simentris kiri dan kanan, puting susu menonjol, hiperpigmentasi

areola mammae

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan, tampak penegeluaran ASI pada

saat puting susu dipencet.

c. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, kontraksi uterus baik teraba keras dan

bundar TFU 3 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong

d. Genetalia
98

Inspeksi : Tidak ada varises, tampak pengeluaran lochea rubra, tampak luka

jahitan masih basah dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

e. Eksteremitas

Inspeksi : Tidak ada varises

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan

ASSESSMENT (A)

PIA0, Postpartum Hari Ketiga

PLANNING (P)

Tanggal 06 Oktober 2021, Pukul: 13.15 WITA

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah

melakukan tindakan

Hasil: Terlaksana, pemeriksa telah mencuci tangan.

2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelasakan kedaan yang

dialaminya merupakan suatu perubahan yang normal baik secara fisik maupun

secara psikologis

Hasil: Ibu mengerti dan mengetahui kedaannya.

3. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu

Hasil: Terlaksana, TTV dalam batas normal

1) Tekanan Darah : 110/70 mmHg

2) Nadi : 82x/ menit

3) Pernapasan : 22x/ menit

4) Suhu : 36,6 ºC
99

4. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochea

Hasil: Terlaksana, dan didapatkan TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus

baik dengan teraba keras dan bundar, dan tampak adanya pengeluaran lochea

rubra berwarna merah segar.

5. Memberikan Healt Education tentang:

a. Nutrisi dan Cairan

Menganjurkan ibu untuk mengomsusi makanan yang bergizi seimbang

seperti ikan, telur, daging, hati, ayam, kacang-kacangan, buah-buahan

seperti buah pisang, pepaya, apel, sayur-sayuran seperti sayuran hijauh

(sayur bayam, kelor) yang mengandung banyak zat besi dan memenuhi

cairan dalam tubuh yaitu minum air putih 7-8 gelas/ hari atau 2 liter/ hari.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

b. Istirahat/Tidur

Menganjurkan ibu istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam/ hari dan

tidur malam 6-7 jam/ hari

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

c. Personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti mandi 2 kali/

hari menggunakan sabun, keramas rambut 3 kali/ minggu menggunakan

sampo, dan menyikat gigi 3 kali/ hari dengan memakai pasta gigi.

Mengganti pakaian dalam setiapa kali dirasa lemabab atau basah, mengganti

pembalut 3 kali/ hari atau setiap kali dirasa sudah penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


100

6. Menganjurkan ibu mencuci daerah vulva dengan cara dibersihkan dari arah

depan ke belakang hingga bersih dilakukan setia selesai BAK dan BAB

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi secara dini seperti berjalan kaki

ke kamr mandi, memiringkan badan ke kanan atau kiri, dll.

Hasil: Terlaksana, ibu miring ke kanan dan kiri di atas tempat tidur dan ibu

sudah bisa berjalan sendiri ke kamar mandi untuk berkemih.

8. Melakukan perawatan payudara untuk menjaga kebersihan payudara dan

menghindari bendungan payudara.

a. Membersihkan putting terlebih dahulu

b. Memakai baby oil untuk mempermudah pengurutan

c. Melakaukan pengurutan payudara

1.) Pengurutan yang pertama

Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapaktangan

diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu

arak sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan

kebawah atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi

gerakan 20-30 kali untuk setiap satu payudara.

2.) Pengurutan kedua

Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari

tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu.

Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi

kearah putting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.


101

3.) Pengurutan ketiga

Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain

mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu.

Lakukan gerakan 20-30 kali.

d. Mengompres payudara dimulai dari air hangat lalu kemudian dengan air

dingin.

Hasil: Perawatan payudara telah terlaksana, ibu mengerti dan dapat

mempraktekannya sendiri

9. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar, posisi saat menyusui

serta cara perawatan payudara yang baik dan benar. Serta memberitahukan ibu

sebelum dan seseudah menyusui oleskan sedikit ASI di daerah areola dan

puting susu ibu untuk mencegah puting susu lecet dan melakukan masase

Hasil: Ibu mengerti dan sedang mempraktekan atau mengikiti tekni/cara yang

diperagakan.

10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwalkan (on demand)

atau setiap 2 jam secara bergantian pada payudra kanan dan kiri

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan ibu bersedia

memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

11. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yaitu dengan membersihkan

menggunakan kasa atau kain bersih dengan air DTT atau air bersih anpa

dibubuhi apapun seperti bedak, salep, betadin, dll. Serta biarkan tali pusat terus

terbuka.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


102

12. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu

setelah persalinan karena saat masa nifas, mulut rahim masih terbuka maka

akan beresiko karena mengakibatkan kuman dan bakteri yang hidup diluar bisa

tersedot masuk kedalam rongga rahim dan menyebabkan infeksi

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan bersedia

melakukannya.

13. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus dengan cara meletakkan

tangan di perut bagian bawah ibu dan merangsang uterus dengan gerakan

pijatan membundar searah jarum jam secara teratur

Hasil: Ibu dan keluarga mengerti dan keluarga juga bersedia membantu ibu

untuk melakukannya.

14. Memberikan konseling tentang KB secra dini yaitu alat kontrasepsi yang tidak

mengganggu produksi ASI

Hasil: Ibu mengerti dan akan mediskusikan terlebih dahulu dengaan suami.

15. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi pada luka jahitan seperti

gejala demam, merah, bengkak, nyeri, bernanah, berbau, dan kesadaran

berkurang. Anjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk

memeriksakan keadaannya

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya apabila mendapatkan gejala

tersebut.

16. Mengajarkan kembali ibu cara senam nifas dan mempraktikannya yang

bertujuan untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar peredaran

darah, mempercepat penyembuhan luka, memperlancar involusi uteri.


103

Menganjurkan ibu untuk melauka senam nifas secara mandiri setiap hari

selama 6 minggu.

Hasil: Terlaksana, ibu sedang mempraktikkan dan mengikuti gerakan senam

nifas.

17. Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang telah diberikan oleh tenaga

kesehatan

a. Asam Mafenamat

Merupakan obat analgetik untuk membantu meredahkan sedikut rasa nyeri

pada jalan lahir yang dirasakan ibu.

b. Tablet Fe

Diberikan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin) serta sebagai

komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen

ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan

jaringan penyambung), serta enzim.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia mengomsumsi obatnya.

18. Menganjurkan ibu untuk tetap mengingat dan berserah diri kepada Allah

SWT. Perbanyak amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

yang dapat dilakukan pada saat nifas seperti berdzikir, bersholawat,

mendengarkan lantunan ayat suci dan senantiasa mendoakan anaknya seperti

yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS yang mendoakan anaknya, tercantum

dalam Q.S Ibrahim/14: 40

Hasil: Ibu mengerti, dan sedang mendengarkan lantunan ayat suci, serta selalu

berdoa.
104

PENDOKUMENTSIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM

HARI KE-6 PADA NY “K” TANGGAL 10 OKTOBER 2021

Hari/Tanggal : Minggu, 10 Oktober 2021, Pukul: 13.30 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Nurhaena Putri

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan keadaannya sudah mulai membaik.

2. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada luka jahitannya.

3. Ibu megatakan ASI banyak, lancar dan ibu rajin menyusui bayinya.

4. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik dan aktif.

5. Ibu mengatakan masih ada pengeluaran cairan dari jalan lahir berwarna merah

kekuningan dan tidak berbau.

6. Ibu mengatakan telah BAB 1 kali pada pagi ini dan ibu mengatakan BAK

sering.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah : 100/70 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit


105

d. Suhu : 36 ºC

4. Pemeriksaan Fisik

a. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kongjungtiva merah muda, sklera putih

b. Payudara

Inspeksi : Simentris kiri dan kanan, puting susu menonjol, hiperpigmentasi

areola mammae

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan, tampak penegeluaran ASI pada

saat puting susu dipencet.

c. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, kontraksi uterus baik teraba keras dan

bundar TFU pertengahan simpisis dan pusat, kandung kemih

kosong

d. Genetalia

Inspeksi : Tidak ada varises, tampak pengeluaran lochea sanguilenta,

tampak luka jahitan sudah agak kering dan tidak ada tanda-tanda

infeksi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

e. Eksteremitas

Inspeksi : Tidak ada varises

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan


106

ASSESSMENT (A)

PIA0, Postpartum Hari Keenam

PLANNING (P)

Tanggal 10 Oktober 2021, Pukul: 13.45 WITA

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisinya saat ini dalam

keadaan baik dan dalam batas normal

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Mengobservasi uterus untuk memastikan involusio uterus berjalan dengan

normal

Hasil: TFU pertengahan antara pusat dan sinpisis, involusi berjalan secara

normal.

3. Menjelaskan kepada ibu penyebab keluarnya cairan dari jalan lahir adalah

lochea yang merupakan cairan rahim selama masa nifas dan mengalami

perubahan warna pada waktu-waktu tertentu karena adanya proses involusi.

Lochea yang keluar pada hari keenam akan berwarna merah kekuningan yang

merupakan cairan berupa darah bercampur lendir disebut dengan lochea

sanguilenta seperti yang terjadi pada ibu saat ini.

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.

4. Menganjurkan ibu tetap melakukan mobilisasi dini, namun tetap menghindari

pekerjaan yang berat-berat.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukan apa yang dinjurkan.


107

5. Memberikan Healt Education tentang:

a. Nutrisi dan Cairan

Menganjurkan ibu untuk mengomsusi makanan yang bergizi seimbang

seperti ikan, telur, daging, hati, ayam, kacang-kacangan, buah-buahan

seperti buah pisang, pepaya, apel, sayur-sayuran seperti sayuran hijauh

(sayur bayam, kelor) yang mengandung banyak zat besi dan memenuhi

cairan dalam tubuh yaitu minum air putih 7-8 gelas/ hari atau 2 liter/ hari.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

b. Istirahat/Tidur

Menganjurkan ibu istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam/ hari dan

tidur malam 6-7 jam/ hari

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

c. Personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti mandi 2 kali/

hari menggunakan sabun, keramas rambut 3 kali/ minggu menggunakan

sampo, dan menyikat gigi 3 kali/ hari dengan memakai pasta gigi.

Mengganti pakaian dalam setiapa kali dirasa lemabab atau basah, mengganti

pembalut 3 kali/ hari atau setiap kali dirasa sudah penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara esklusif sealama 6

bulan atau sampai 2 tahun penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia menyusui anaknya.


108

7. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6

minggu setelah persalinan, setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari ajarkan ibu

masukkan 1 jari jika sudah tidak merasa nyeri ibu dapat berhubungan dan

4 minggu rongga bagian luar kembali normal

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

8. Mengajarkan kembali kepada ibu cara perawata tali pusat pada bayi yaitu

dengan membersihkan menggunakan kasa atau kain bersih dengan air

DTT atau air bersih anpa dibubuhi apapun seperti bedak, salep, betadin,

dll. Serta biarkan tali pusat terus terbuka. Serta perawatan bayi sehari-hari

seperti menjaga bayi tetap hangat dengan cara dibedong dan dijauhkan

dari sentuh benda secara lnsung, dll

Hasil: Ibu sudah memahami dan telah melakukannya.

9. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya masa nifas seperti:

a. Perdarahan banyak dari jalan lahir, tiba-tiba bertamabh banyak atau bila

memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam.

b. Penegeluaran cairan vagina yang berbau busuk.

c. Sakit kepala yang terus menerus, penglihatan kabur, dan nyeri ulu hati.

d. Nyeri perut hebat.

e. Bengkak pada wajah dan tungkai.

f. Payudara berubah menjadi merah, panas atau tersa sakit.

g. Serta menganjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat

apabila menemukan tanda-tanda bahaya tersebut.


109

Hasil: Ibu mengerti dan sedang tidak dalam kondisi tersebut serta bersedia

melakukannya.

10. Menanyakan kepada ibu apakah sudah memilih alat kontrasepsi yang ingin

digunakan

Hasil: Ibu dan suami sepakat bahwa ibu ingin memakai KB suntik 3 bulan

tapi belum untuk sekarang.

11. Mengajarkan kembali ibu cara senam nifas dan mempraktikannya yang

bertujuan untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar

peredaran darah, mempercepat penyembuhan luka, memperlancar

involusi uteri. Menganjurkan ibu untuk melauka senam nifas secara

mandiri setiap hari selama 6 minggu.

Hasil: Terlaksana, ibu rutin melakukan senam nifas secara mandiri.

12. Menganjurkan ibu untuk tetap mengingat dan berserah diri kepada Allah

SWT.

Hasil: Ibu selalu mendengarkan lantunan ayat suci, senantiasa berdoa,

serta selalu berzikir.


110

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUAHAN KEBIDAAN POSTPARTUM

HARI KE-14 PADA NY “K” TANGGAL 18 OKTOBER 2021

Hari/Tanggal : Senin, 18 Oktober 2021, Pukul: 16.30 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Nurhaena Putri

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan keadaannya sudah mulai membaik.

2. Ibu megatakan ASI banyak, lancar dan ibu rajin menyusui bayinya.

3. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik dan aktif.

4. Ibu mengatakan masih ada pengeluaran cairan dari jalan lahir berwarna kuning

kecoklatan dan tidak berbau.

5. Ibu mengatakan luka jahutannya sudah kering.

6. Ibu mengatakan dia sudah mengerti cra perawatan bayi sehari-hari dengan baik

dan masih dalam bantuan kluarga dan suami.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah : 100/80 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 22x/ menit


111

d. Suhu : 37,2 ºC

4. Pemeriksaan Fisik

a. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kongjungtiva merah muda, sklera putih

b. Payudara

Inspeksi : Simentris kiri dan kanan, puting susu menonjol, hiperpigmentasi

areola mammae

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan, tampak penegeluaran ASI pada

saat puting susu dipencet.

c. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, TFU tidak teraba, kandung kemih kosong

d. Genetalia

Inspeksi : Tidak ada varises, tampak pengeluaran lochea serosa berwarna

kuning kecoklatan, tampak luka jahitan sudah kering dan tidak

ada tanda-tanda infeksi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

e. Eksteremitas

Inspeksi : Tidak ada varises

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan

ASSESSMENT (A)

PIA0, Postpartum Hari Keempat Belas


112

PLANNING (P)

Tanggal 18 Oktober 2021, Pukul: 16.45 WITA

1. Memberitahukan ibu bahwa keadaannya ssat ini dalam kedaan baik dan hasil

pemeriksaan dalam batas normal, tidak ditemukan adanya kelainan

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Mengobservasi uterus untuk memastikan involusio uterus berjalan dengan

normal

Hasil: TFU sudah tidak teraba lagi, involusi berjalan secara normal.

3. Menjelaskan kembali kepada ibu penyebab keluarnya cairan dari jalan lahir

adalah lochea yang merupakan cairan rahim selama masa nifas dan mengalami

perubahan warna pada waktu-waktu tertentu karena adanya proses involusi.

Lochea yang keluar pada hari keempat belas akan berwarna kuning kecoklatan

yang mengandung lebih banyak serum dan lebih sedikit darah disebut dengan

lochea serosa seperti yang terjadi pada ibu saat ini.

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.

4. Menganjurkan ibu tetap melakukan mobilisasi dini, namun tetap menghindari

pekerjaan yang berat-berat.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukan apa yang dinjurkan.

5. Memberikan kembali Healt Education tentang:

a. Nutrisi dan Cairan

Menganjurkan ibu untuk mengomsusi makanan yang bergizi seimbang

seperti ikan, telur, daging, hati, ayam, kacang-kacangan, buah-buahan

seperti buah pisang, pepaya, apel, sayur-sayuran seperti sayuran hijauh


113

(sayur bayam, kelor) yang mengandung banyak zat besi dan memenuhi

cairan dalam tubuh yaitu minum air putih 7-8 gelas/ hari atau 2 liter/ hari.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

b. Istirahat/Tidur

Menganjurkan ibu istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam/ hari dan

tidur malam 6-7 jam/ hari

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

c. Personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti mandi 2 kali/

hari menggunakan sabun, keramas rambut 3 kali/ minggu menggunakan

sampo, dan menyikat gigi 3 kali/ hari dengan memakai pasta gigi.

Mengganti pakaian dalam setiapa kali dirasa lemabab atau basah, mengganti

pembalut 3 kali/ hari atau setiap kali dirasa sudah penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara esklusif sealama 6

bulan atau sampai 2 tahun penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia menyusui anaknya.

7. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu

setelah persalinan, setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari ajarkan ibu masukkan 1 jari

jika sudah tidak merasa nyeri ibu dapat berhubungan dan 4 minggu rongga

bagian luar kembali normal

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


114

8. Mengajarkan kembali kepada ibu cara perawata tali pusat pada bayi yaitu

dengan membersihkan menggunakan kasa atau kain bersih dengan air DTT

atau air bersih anpa dibubuhi apapun seperti bedak, salep, betadin, dll. Serta

biarkan tali pusat terus terbuka. Serta perawatan bayi sehari-hari seperti

menjaga bayi tetap hangat dengan cara dibedong dan dijauhkan dari sentuh

benda secara lnsung, dll

Hasil: Ibu sudah memahami dan telah melakukannya.

9. Menjelaskan kembali kepada ibu tanda bahaya masa nifas seperti:

a. Perdarahan vagina yang luar biasa dan tiba-tiba bertambah banyak atau

lebih dari darah haid biasa atau hingga ganti pembalut 2x selama ½ jam.

b. Pengeluaran vagina yang berbau busuk.

c. Rasa sakit di bagian abdomen atau punggung.

d. Sakit kepala yang terus menerus, sakit ulu hati dan masalah penglihatan.

e. Pembengkakan di tangan, wajah dan kaki.

f. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit.

g. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

h. Merasa sangat letih, sedih dan tidak mampu mengasuh bayi dan dirinya

sendiri.

i. Serta menganjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat

apabila menemukan tanda-tanda bahaya tersebut.

Hasil: Ibu mengerti dan sedang tidak dalam kondisi tersebut serta bersedia

melakukannya.
115

10. Menganjurkan ibu untuk datang ke fasiltas kesehatan terdekat dari rumah

untuk memakai KB suntik 3 bulan

Hasil: Ibu bersedia melakukannya dan akan ke PKM terdekat dari rumahnya.

11. Menganjurkan ibu untuk tetap mengingat dan berserah diri kepada Allah

SWT.

Hasil: Ibu selalu mendengarkan lantunan ayat suci, senantiasa berdoa, serta

selalu berzikir.
116

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM

HARI KE-42 PADA NY “K” TANGGAL 15 NOVEMBER 2021

Hari/Tanggal : Senin, 15 November 2021, Pukul: 10.30 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Nurhaena Putri

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan keadaannya sudah membaik dan ibu aktif dalam berbicara

2. Ibu mengtakan ASI banyak, lancar dan ibu rutin menyusui bayinya

3. Ibu mengatakan bayinya aktif menyusui

4. Ibu mengatakan masih ada pengeluran cairan dari jalan lahir berwarna putih

seperti keputihan

5. Ibu mengatakan sudah mengerti dan mampu merawat bayinya dengan baik

6. Ibu mengatkan sudah pergi ke Puskesmas untuk memakai KB suntik 3 bulan

pada tanggal 25 Oktober 2021dan ibu mengatakan setelah memakai KB tidak

ada keluhan yang dialami sampai saat ini

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan TTV

a. Tekanan Darah : 100/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit


117

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,8 ºC

4. Pemeriksaan Fisik Terfokus

b. Payudara

Inspeksi : Simentris kiri dan kanan, puting susu menonjol, hiperpigmentasi

areola mammae

Palpasi : Tidak ada eodema dan nyeri tekan, tampak penegeluaran ASI pada

saat puting susu dipencet.

d. Genetalia

Inspeksi : Tidak ada varises, tampak pengeluaran lochea alba berwarna

putih pekat dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

ASSESSMENT (A)

PIA0, Postpartum Hari Keempat Puluh Dua

PLANNING (P)

Tanggal 15 November 2021, Pukul: 10.40 WITA

1. Memberitahukan ibu bahwa keadaannya ssat ini dalam kedaan baik dan hasil

pemeriksaan dalam batas normal, tidak ditemukan adanya kelain, dan masa

nifas ibu berlangsung secara normal

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Menjelaskan kembali kepada ibu penyebab keluarnya cairan dari jalan lahir

adalah lochea yang merupakan cairan rahim selama masa nifas dan mengalami

perubahan warna pada waktu-waktu tertentu karena adanya proses involusi.


118

Lochea yang keluar pada hari keempat belas akan berwarna kuning kecoklatan

yang mengandung lebih banyak serum dan lebih sedikit darah disebut dengan

lochea serosa seperti yang terjadi pada ibu saat ini.

3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersiahan dirinya,

mengomsusmsi makanan yang bergizi, dan istirahat yang cukup

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara esklusif sealama 6

bulan atau sampai 2 tahun penuh

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia menyusui anaknya.

5. Menganjurkan ibu untuk melengkapi imuniasasi anaknya serta melakukan

pemantauan tmbuh kembang anaknya

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap mengingat dan berserah diri kepada Allah SWT.

Hasil: Ibu selalu mendengarkan lantunan ayat suci, senantiasa berdoa, serta

selalu berzikir.
119

MATRIKS KUNJUNGAN PADA NY “K” DENGAN POSTPARTUM FISIOLOGIS

Identitas Klien

No Register : 04XXX

Nama : Ny ”K” / Tn “A”

Umur : 23 tahun / 26 tahun

Nikah/Lamanya : 1 kali / ± 2 tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Buruh Harian Lepas

Alamat : Jln. Amd Borong Jambu

Kunjungan Hari, Tanggal, Jam Masa Nifas Hasil Pemeriksaan Asuhan Evaluasi
dan Tempat
1 04 Oktober 2021, Hari Pertama DS: 1. Menjelaskan kepada ibu hasil 1. Ibu memahami semua
Pukul: 14.00 WITA di 1. Ibu baru saja selesai bersalin pemeriksaan penjelasan yang diberikan
Kamar Nifas 2 jam yang lalu pada tanggal 2. Menjelaskan kepada ibu mulai dari kondisinya,
04 Oktiber 2021, Pukul: penyebab nyeri yang dirasakan penyebab nyeri yang
120

11.45 WITA pada luka jahitannya dirasakan pada luka


2. Ini merupakan anak pertama 3. Mengobservasi TTV, tinggi jahitannya, beserta
dan tidak pernah keguguran fundus uteri, kontraksi uterus, informasi-informasi terkait
sebelumnya dan pengeluaran lochea dengan keadaannya
3. Ibu merasa lelah dengan 4. Memberikan Health Education 2. Ibu bersedia melakukan
proses persalinannya tentang pemenuhan nutrisi dan anjuran yang telah
4. Ibu mengatakan ASI sudah cairan, istirahat yang cukup, dianjurkan oleh bidan
ada tapi masih sedikit dan personal hygiene seperti mengomsumsi
5. Ibu merasa sedikit nyeri pada 5. Mengajarkan ibu cara makanan yang bergizi,
luka jahitannya bila bergerak membersihkan daerah menajaga personal hygiene,
dan berjalan kewanitaannya istirahat yang cukup dll
6. Menganjurkan ibu untuk 3. Ibu mengatakan ingin
DO: melakukan mobilisasi dini mendiskusikan terlebih
1. Keadaan umum ibu baik 7. Mengajarkan ibu teknik dahulu dengan suaminya
2. Kesadaran komposmentis menyusui bayi dengan baik tentang pemilihan
3. Pemeriksaan TTV dan benar kontrasepsi
TD : 110/80 mmHg 8. Mengajurkan ibu untuk
N : 80x/menit menyusui bayinya tanpa
P : 22x/menit dijadawalkan (on demand)
S : 36,7ºC secara bergantian pada
4. Tampak adanya pengeluaran payudara kanan dan kiri
ASI pada saat puting susu 9. Mengajarkan ibu cara
dipencet perawatan tali pusat pada
5. Kontraksi baik teraba keras bayinya
dan bundar 10. Menjelaskan dan anjurkan ibu
6. TFU 1 jari di bawah pusat untuk tidak melakukan
7. Adanya pengeluaran lochea hubungan seksual selama 6
rubra berwarna merah segar minggu setelah persalinan
121

8. Terdapat adanya luka jahitan 11. Mengajarkan ibu dan keluarga


cara masase uterus
12. Menjelaskan kepada ibu tanda-
tanda infeksi pada luka jahitan
13. Memberikan konseling KB
dini kepada ibu
14. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengingat dan berserah diri
kepada Allah SWT
2 06 Oktober 2021, Hari Ketiga DS: 1. Menjelaskan kepada ibu hasil 1. Ibu memahami semua
Pukul: 13.00 WITA di 1. Ibu mengatakan sudah tidak pemeriksaan penjelasan yang telah
Rumah Pasien mersakan lelah 2. Mengobservasi TTV, tinggi diberikan terkait dengan
2. Ibu mengatakan rasa nyeri fundus uteri, kontraksi uterus, kondisinya, penyebab nyeri
pada luka jahitan perinium dan pengeluaran lochea yang dirasakan pada luka
masih terasa sedikit sakit 3. Memberikan kembali Health jahitannya
terutama katika bergerak Education tentang pemenuhan 2. Involusi uteri berlangsung
3. Ibu mengatakan ASI sudah nutrisi dan cairan, istirahat secara normal
keluar tetapi masih sedikit yang cukup, dan personal 3. Tidak ada tanda-tanda
4. Ibu mengatakan sudah BAK hygiene infeksi pada luka jahitan
dan BAB 4. Mengajarkan ibu cara 4. Pengeluaran lochea normal
5. Ibu mengatakan membersihkan daerah 5. Ibu bersedia melakukan
penegeluaran darah tidak kewanitaannya anjuran yang telah
sebanyak kemarin 5. Menganjurkan ibu untuk dianjurkan oleh bidan
melakukan mobilisasi dini seperti mengomsumsi
DO: 6. Melakukan perawatan makanan yang bergizi,
1. Keadaan umum ibu baik payudara untuk menjaga menajaga personal hygiene,
2. Kesadaran komposmentis kebersihan payudara dan istirahat yang cukup dll
3. Pemeriksaan TTV menghindari bendungan 6. Telah dilaksanakan senam
122

TD : 100/80 mmHg payudara nifas


N : 84x/menit 7. Mengajarakan kembali ibu 7. Ibu mengatakan masih
P : 20x/menit teknik menyusui yang baik dan mendiskusikan dengan
S : 37ºC benar suaminya tentang pemilihan
4. Kontraksi baik teraba keras 8. Menganjurkan kembali ibu kontrasepsi
dan bundar untuk menyusui bayinya tanpa
5. TFU 3 jari di bawah pusat dijadwalkan (on demand)
6. Adanya pengeluaran lochea secara bergantian pada
rubra berwarna merah segar payudara kanan dan kiri
9. Mengajarkan kembali ibu cara
perawatan tali pusat
10. Menjelaskan dan anjurkan
kembali ibu untuk tidak
melakukan hubungan seksual
selama 6 minggu setelah
persalinan
11. Mengajarkan kembali ibu dan
keluarga cara masase uterus
12. Menjelaskan kembali kepada
ibu tanda-tanda infeksi pada
luka jahitan
13. Memberikan kembali
konseling KB dini kepada ibu
ynag tidak mempengaruhi
produksi ASI-nya
14. Mengingatkan kembali kepada
ibu untuk tetap meminum obat
yang telah diberikan oleh
123

bidan
15. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengingat dan berserah diri
kepada Allah SWT
3 10 Oktober 2021, Hari DS: 1. Memberitahu ibu hasil 1. Ibu memahami semua
Pukul: 13.30 WITA di Keenam 1. Ibu mengatakan keadaannya pemeriksaan bahwa penjelasan yang telah
Rumah Pasien sudah mulai membaik keadaannya sekarang baik dan diberikan terkait dengan
2. Ibu mengatakan sudah tidak semua pemeriksaan dalam kondisinya
merasakan nyeri pada luka batas normal 2. Involusi uteri berlangsung
jahitannya 2. Mengobservasi TTV, tinggi dengan normal
3. Ibu mengatakan ASI banyak, fundus uteri, dan lochea 3. Penegeluaran lochea
lancar dan ibu rajin menyusui 3. Menjelaskan kepada ibu normal
bayinya penyebab keluarnya cairan dari 4. Ibu sudah tidak merasakan
4. Ibu mengatakan bayinya jalan lahir nyeri pada luka jahitannya
menyusu dengan baik 4. Menganjurkan ibu tetap dan tidak ada tanda-tanda
5. Ibu mengatakan masih ada melakukan mobilisasi dini infeksi
pengeluaran cairan dari jalan namun tetap mengindari 5. Ibu sudah bisa melakukan
lahir berwarna merah pekerjaan berat perawatan bayi sehari-hari
kekuningan dan tidak berbau 5. Memberikan kembali Health 6. Ibu mengatakan ingin
6. Ibu mengatakan telah BAB 1 Education tentang pemenuhan memkai KB suntik 3
kali pada pagi ini dan ibu nutrisi dan cairan, istirahat bulan tetapi bukan
mengatakan BAK sering yang cukup, dan personal sekarang
hygiene 7. Telah dilaksanakan senam
DO: 6. Menganjurkan ibu untuk tetap nifas
1. Keadaan umum ibu baik menyusui bayinya secara
2. Kesadaran komposmentis ekslusif selama 6 bulan atau
3. Pemeriksaan TTV sampai 2 tahun penuh
TD : 100/70 mmHg 7. Menganjurkan kembali ibu
124

N : 80x/menit untuk tidak melakukan


P : 20x/menit hubungan skesual selama 6
S : 36ºC minggu setelah persalianan
4. ASI banyak dan lancar 8. Menejelaskan kepada ibu
5. Kontraksi baik teraba keras tanda bahaya masa nifas
dan bundar 9. Menanykan kepada ibu apakah
6. TFU pertengahan simpisis sudah memilih alat kontrasepsi
dan pusat yang ingin digunakan
7. Adanya pengeluaran lochea 10. Mengajarkan dan
sanguilenta berwarna merah memperagakan kembali ibu
sedikit kekuningan cara senam nifas dengan
gerakan yang sederhana
11. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengingat dan berserah diri
kepaada Allah SWT
4 18 Oktober 2021, Hari DS: 1. Memberit ahu ibu bahwa 1. Ibu memahami semua
Pukul: 16.30 WITA di Keempat 1. Ibu mengatakan ASI banyak, keaadaannya saat ini dalam penjelasan yang telah
Rumah Pasien Belas lancar dan ibu rajin menyusui keadaan baik dan hasil diberikan terkait dengan
bayinya pemeriksaan dalam batas kondisinya
2. Ibu mengatakan bayinya normal 2. Involusi uteri berlangsung
menyusu dengan baik dan 2. Mengobservasi TTV, tinggi dengan normal
aktif fundus uteri, dan lochea 3. Penegeluaran lochea
3. Ibu mengataka masih ada 3. Menjelaskan kembali kepada normal
pengeluaran cairan dari jalan ibu penyebab keluarnya cairan 4. Ibu telah melakukan
lahir berwarna kuning dari jalan lahir semua yang telah
kecoklatan dan tidak berbau 4. Menganjurkan ibu untuk tetap dianjurkan
4. Ibu mengatakan luka melakukan mobilisasi 5. Ibu sudah mahir dalam
jahitannya sudah kering 5. Memberikan kembali Health merawat bayinya
125

5. Ibu mengatakan dia sudah Education tentang pemenuhan 6. Ibu sudah sepakat ingin
mengerti cara perawatan bayi nutrisi dan cairan, istirahat menggunakan KB suntik 3
sehari-hari dengan baik dan yang cukup, dan personal bulan dan akan ke
masih dalam bantuan hygiene Puskesmas
keluarga dan suami 6. Menganjurkan kembali ibu
untuk menyusui bayinya tanpa
DO: dijadwalkan (on demand)
1. Keadaan umum ibu baik secara bergantian pada
2. Kesadaran komposmentis payudara kanan dan kiri
3. Pemeriksaan TTV 7. Menjelaskan dan anjurkan
TD : 100/80 mmHg kembali ibu untuk tidak
N : 80x/menit melakukan hubungan seksual
P : 22x/menit selama 6 minggu setelah
S : 37,2ºC persalinan
4. TFU sudah tidak teraba 8. Menganjurkan ibu untuk
5. Adanya pengeluaran lochea datang ke fasilitas kesehatan
serosa berwarna kecoklatan terdekat dari rumah untuk
memakai KB suntik 3 bulan
9. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengingat dan berserah diri
kepada Allah SWT
5 15 November 2021, Hari DS: 1. Memberitahukan ibu bahwa 1. Ibu telah memahami
Pukul: 10.30 WITA di Keempat 1. Ibu mengatakan keadaannya keadaannya ssat ini dalam keadaannya bahwa ibu
Rumah Pasien Puluh Dua sudah membaik dan ibu aktif kedaan baik dan hasil sekarang telah melewati
dalam berbicara pemeriksaan dalam batas masa nifas dengan baik
2. Ibu mengtakan ASI banyak, normal, tidak ditemukan dan tidak ditemukan
lancar dan ibu rutin menyusui adanya kelain, dan masa nifas adanya masalah
bayinya ibu berlangsung secara normal 2. Ibu telah mengerti dengan
126

3. Ibu mengatakan bayinya aktif 2. Menjelaskan kembali kepada penjelasan yang diberikan
menyusui ibu penyebab keluarnya cairan terkait dengan keadaannya
4. Ibu mengatakan masih ada dari jalan lahir adalah lochea ,semua pemeriksaan
pengeluran cairan dari jalan 3. Menganjurkan kepada ibu dalam batas normal
lahir berwarna putih seperti untuk tetap menjaga 3. Ibu telah melakukan
keputihan kebersiahan dirinya, semua yang telah
5. Ibu mengatakan sudah mengomsusmsi makanan yang dianjurkan
mengerti dan mampu bergizi, dan istirahat yang 4. Ibu bersedia untuk
merawat bayinya dengan cukup melengkapi imunisasi
baik 4. Menganjurkan ibu untuk tetap bayinya dan melakukan
6. Ibu mengatkan sudah pergi menyusui bayinya secara pemantauan tumbuh
ke Puskesmas untuk esklusif sealama 6 bulan atau kembang bayinya
memakai KB suntik 3 bulan sampai 2 tahun penuh 5. Ibu sudah pergi ke
pada tanggal 25 Oktober 5. Menganjurkan ibu untuk Puskesmas untuk
2021 dan ibu mengatakan melengkapi imuniasasi memakai KB suntik 3
setelah memakai KB tidak anaknya serta melakukan bulan pada tanggal 25
ada keluhan yang dialami pemantauan tmbuh kembang Oktober 2021dan ibu
sampai saat ini anaknya mengatakan setelah
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memakai KB tidak ada
DO: mengingat dan berserah diri keluhan yang dialami
1. Keadaan umum ibu baik kepada Allah SWT sampai saat ini
2. Kesadaran komposmentis
3. Pemeriksaan TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 84x/menit
P : 20x/menit
S : 36,8ºC
4. TFU sudah tidak teraba
127

5. Adanya pengeluaran lochea


alba berwarna putih seperti
cream
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan teori dan hasil tinjauan

kasus pelaksanaan dan penerapan asuhan yang dilakukan pada Ny “K” dengan

postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas selama 24 jam pada tanggal

04 Oktober 2021 dan dilanjutkan dengan melakukan kunjungan rumah sebanyak 4

kali mulai tanggal 06 Oktober sampai 15 November 2021.

Penulis akan menguraikan 7 langkah Varney dalam penerapaan asuhan

kebidanan secara teortis dan alasan nyata yang dimulai dari identifikasi data dasar,

merumuskan diagnosa/ masalah aktual dan potensial, tindakan segera/ kolaborasi/

rujukan, perencanaan dan pelaksanaan asuhan, serta evaluasi asuhan kebidanan

yang terjadi pada kasus Ny “K”.

A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Pada langkah ini berisi semua informasi yang lengkap dan akurat dari

semua sumber yang berkaitan dengan keadaan klien. Yang terdiri dari data

subjektif dan objektif. Data subjektif adalah hasil pengumpulan data dengan

melakukan anamnesa yang dapat menggambarkan keadaan klien. Sedangkan

data objektif adalah hasil data yang didapatan dari hasil pemeriksaan klien

yang terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan klien.

Pada proses pengumpulan data dasar, penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti, karena pada saat melakukan anamnesa pada Ny “K”

maupun keluarga serta bidan yang berada di dalam ruangan saat itu dapat

128
129

memberikan informasi secara terbuka dan klien juga sangat kooperatif

sehingga dapat memudahkan klien untuk memperoleh data-data yang berkaitan

dengan permasalahn yang diangkat.

Pengkajian data dasar yang dilakukan pada kasus postpartum

fisiologis dilakukan pertama kali pada saat ibu memasuki ruangan nifas.

Pengjakian meliputi anamnesis yang langsung diperoleh dari ibu sendiri.

Pengkajiann berupa identitas ibu dan suami, keluhan utama, riwayat keluhan

utama, riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat kesehatan ibu dan keluarga,

riiwayaat menstruasi, riwayat keluarga berecana, serta data tentang psikologis,

ekonomi, soaial, spiritual dan data pola kebisaan sehari-hari. Pengkajian data

objektif didapatkan melalui pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan tanda-

tanda vital dan pemeriksaan fisik.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa masa nifas

(Postpartum) adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung

selama 6 minggu (Kemenkes RI, 2018: 4). Adapun tujuan pemeberian asuhan

pada masa nifas yaitu untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik

maupun psikologisnya, memberikan KIE pada klien untuk menyediakan nutrisi

sesuai kebutuhan, mengatasi anemia, mencegah infeksi pada alat-alat

kandungan, melaksanakan screening yang komprehensip (menyeluruh),

mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang, keluarga

berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawata bayi


130

yang sehat, memberikan pelayanan KB (Dewi, 2020: 9). Selain itu, ibu juga

dianjurkan memperbanyak berdoa dan berzikir kepada Allah SWT agar

diberikan kemudahan dan dijauhkan dari masalah-masalah selama menjani

masa nifasnya.

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada kasus Ny “K” dengan

postpartum hari pertama masa nifas ditemukan data bahwa ibu baru saja

melalui proses persalinan secara normal 2 jam yang lalu, bayi lahir normal dan

plasenta lahir lengkap. Setelah mendaapatkan pengkajian kala IV selama 2 jam

lamanya di kamar bersalin kemudian ibu dipindahkan ke kamar nifas untuk

dilakukan pengkajian lebih lanjut. Sehingga dapaat disimpulkan bahwa antara

tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan.

B. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny “K” didapatkan data

subjektif dan data objektif yang dapat dilihat untuk menegakkan diagnosa yaitu

terjadinya postpartum dua jam yang lalu secara normal.

Berdasarkan tinjaun pustaka dijelaskan bahwa masa nifas (Postpartum)

adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6

minggu (Kemenkes RI, 2018: 4). Salah satu perubahan pada masa nifas yaitu

akan terjadi proses involusi uterus. Involusi adalah kembalinya uterus pada

ukuran, tonus dan posisi sebelum hamil.


131

Pada ibu nifas diharapkan involusi berlangsung normal yang ditandai

dengan TFU mengalami penurunan 1 cm setiap hari. Selain itu ada perubahan

lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri danvagina selama

masa nifas. Adapun tahapannya yaitu: Lochea Rubra berwarna merah segar

yang berlagsung pada hari ke-1 smpai ke-3 postpartum, Lochea Sanguilenta

berwarna merah kekuningan yang berlangsung pada hari ke-3 sampai hari ke-7,

Lochea Serosa berwarna kekuningan atau kecoklatan yang berlangsung pada

hari ke-7 sampai ke-14, Lochea Alba berwarna putih yang berlangsung pada

ke-14 dan seterusnya (Simanullang, 2017: 22).

Pada kasus Ny “K” didapatkan bahwa ibu baru saja melahirkan dua jam

yang lalu sehingga kasus ibu dapat ditegakkan diagnosis yaitu masa postpartum

pada dua jam yang lalu. Pada data subjektif diperoleh bahwa ibu melahirkan

secara normal pada tanggal 04 Oktober 2021, Pukul: 11.45 WITA, ibu

mengeluh sedikit nyeri pada luka jahitannya dan ibu lemas pasca persalinan.

Sedangkan data objektif diperoleh pada pemeriksaan fisik melitupi, tinggi

fundus (TFU) ibu barada 1 ajri di bawah pusat, kontraksi baik teraba keras dan

bundar, penegeluaran lochea berwarnah merah segar yang diindikaiskan

sebagai pengeluara lochea rubra, tampak adanya luka jahitan dan tidak ada

perdarahan yang abnormal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara

tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ditemukan adanya kesenjagan.

C. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis

potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah


132

diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Pada kasus pospartum fisiologis masalah yang bisa saja

terjadi yaitu terjadi tanda-tanda bahaya dalam masa nifas seperti perdarahan

hebat, bendungan paayudara, infeksi dan subinvolusi.

Asuhan kebidanan diberikan yang tidak sesuai, bisa saja memberikan

dampak kepada ibu dan bayinya yaitu tidak menutup kemungkinan akan timbul

satu atau bahkan lebih dari tanda bahaya masa nifas. Misalnya memberikan

promosi kesehatan tentang personal hygiene yang baik agar tidak terjadi

infeksi kuman dan memperlancar pengeluaran lochea dapat berjalan normal,

perawatan payudara, cara menyusi bayi yang tepat, serta anjuran untuk sesering

mungkin menyusui bayinya yang merupakan suatu tidakan yang dapat

mencegah ibu mengalami bendungan ASI, yang bisa berlanjut menjadi mastitis

bahkan abses payudara apabila bendungan ASI tidak segera ditangani, hal

tersebut merupakan salah satu tanda bahaya masa nifas.

Bukan hanya itu, anjuran untuk ibu melakukan mobilisasi dini dapat

membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga membantu proses involusi

berjalan dengan normal. Pada saat ibu menyusui dapat menghasilkan produksi

oksitosin yang sangat membantu dalam proses involusi uterus atau

pengembalian uterus ke keadaan seperti sebelum hamil.

Sehingga masalah potensial seperti subinvolusi atau tidak

berlangsungnya proses involusi uterus dengan normal dapat dicegah. Ibu nifas

bisa saja akan mengalami masalah pada psikologisnya yang juga merupakan

salah satu dari tanda nahaya masa nifas. Masalah psikologis dapat dicegah
133

dengan menganjurkan ibu untuk selalu berzikir, berdoa, mendegarkan lantunan

ayat suci Al-Qur’an dan hal-hal lain yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

SWT yang dapat memberikan ketengan jiwa maupun batin kepada ibu dan

dihindari dari masalah-masalah dalam proses masa nifasnya.

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada kasus Ny “K” antisipasi

masalah potensial yang dapat terjadi pada ibu yaitu terjadinya bendungan ASI,

perdarahan hebat, infeksi, subinvolusi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

penerapan teori dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus yang

dilakukan pada Ny “K” tidak ditemukan adanya kesenjangan.

D. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi/Rujukan

Pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan segera untuk

menyelamatkan ibu, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat

rujukan. Pada kasus postpartum fisiologis kondisi-kondisi yang harus

diantispasi seperti perdarahan postoartum, bendungan ASI, infeksi, subinvolusi

dll.

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada kasus Ny “K” tidak

ditemukan adanya data pendukung yang memerlukan tindakan segera,

kolaborasi atau rujukan. Selama melakukan pengkajian dan pemantauan kodisi

ibu diperoleh hasil masa nifas ibu berjalan normal dan tidak ada kompikasi

yang menyertai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan teori dan

manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus yang dilakukan pada Ny “K”

tidak ditemukan adanya kesenjangan.


134

E. Langkah V : Rencana Tindakan/ Intervensi

Pada langkah ini direncanakan asuhan kebidanan yang ditentukan oleh

langkah-langkah yang telah diuraikan di atas. Pada manajemen asuhan

kebidanan suatu tindakan yang komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi

yang timbul berdasarkan kondisi klien, rencana tindakan harus di setujui klien

dan semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan

diakui kebenarannya. Dalam membuat rencana tindakan, dibuat berdasarkan

tujuan dan kriteria yang akan dicapai. Rencana ini disusun berdasarkan kondisi

klien (diagnosa, masalah aktual dan masalah potensial).

Sasaran dalam perencanaan asuhan pada kasus Ny “K” berdasarkan pada

diagnosa pada kasus ibu yaitu post partum normal serta mencegah terjadinya

masalah potensial yang kemungkinan bisa terjadi. Untuk mencapai tujuan yaitu

masa nifas ibu berlangsung secara normal, asuhan yang diberikan harus sesuai

dengan kebutuhan ibu. Perawatan masa nifas juga dimaksudkan agar saat ibu

keluar dari rumah sakit, ibu berada dalam keadaan sehat dan memperoleh

banyak informasi terkait dengan kebutuhannya.

Pada pengkajian kasus yang dilakukan pada Ny “K” yaitu kasus

postpartum fisiologis. Pada kasus ini asuhan yang direncanakan untuk

diimplemetasikan kepada ibu harus sesuai dengan standar dan kebutuhan ibu.

Pada kasus postpartum fisologis, dilakukan pemantauan rutin tanda-tanda vital

ibu setiap melakukan kunjungan. Pemantauan tanda vital berfunsi untuk

mengetahui keadaan umum ibu, selama berlangsungnya masa nifas diharapkan

hasil pemeriksaan tand-tanda vital dalam batas normal.


135

Selain itu, pemantauan tinggi fundus uteri merupakan hal yang wajib

dialkuakn pada ibu nifas untuk mengetahui involusi berlngasung secara

normal. uterus akan mengalami proses involusi merupakan kembalinya uterus

pada ukuran, tonus dan posisi sebelum hamil. Pada ibu nifas diharapkan

involusi berlangsung normal yang ditandai dengan TFU mengalami penurunan

1 cm setiap hari (kemenkes RI, 2018).

Selain yang telah diuraikan di atas, involusi uteri juga dapat dinilai dari

kontaksi uterus. Sehingga pemantauan kontraksi uterus juga wajib dilakukan.

Pemeriksaan kontaksi uterus bertujuan untuk menilai kontaksi dan salah satu

upaya pencegahan terhadap perdarahan postpartum yang disebabkan oleh

atonia uteri yaitu uterus tidak berkontaksi dengan baik dengan teraba lembek.

Kontaksi uterus yang teraba keras dan bundar diidentifikasikan involusi

berjalan dengan normal.

Pemantauan pengeluaranlochea yang merupakan cairan eskresi yang

keluar dari jalan lahir selama masa nifas berlangsung, hal tersebut sangat

penting untuk selalu dipantau. Pengeluaran lochea ini menjadi salah satu tanda

involusi uterus berlngsung secara normal. penegeluaran lochea yang normal

akan berubah sesuai dengan tahapannya. Adapun tahapannya yaitu: Lochea

Rubra berwarna merah segar yang berlagsung pada hari ke-1 smpai ke-3

postpartum, Lochea Sanguilenta berwarna merah kekuningan yang

berlangsung pada hari ke-3 sampai hari ke-7, Lochea Serosa berwarna

kekuningan atau kecoklatan yang berlangsung pada hari ke-7 sampai ke-14,
136

Lochea Alba berwarna putih yang berlangsung pada ke-14 dan seterusnya

(Simanullang, 2017: 22).

Sehingga semua ibu nifas diharapkan dapat memberikan ASI kepada

bayinya. ASI merupakan metode pemeberian makan bayi yang utama dan

terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan atau bahkan smapai 2

tahun penuh. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan

untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Selain

juga bermanfaat bagi ibu untuk mencegah terjadinya bendungan ASI yang

disebabkan oleh penyempiatan duktus laktiferi atau kelenjar yang tidak

dikosongkan degan sempurnah, sehingga pemeberian ASI sangat penting bagi

bayi dan ibu (Sari, 2018: 09).

Saat ibu menyusui hormon oksitosin akan terangsang sehingga hormon

ini juga dapat membantu proses involusin. Oksitosin yang dilepas dari kelenjar

hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus sehingga proses involusi

atau pengembalian uterus seperti keadaan sebelum hamil akan berjalan dengan

lebih baik. Selain menyusui.

Proses persalinan merupakan suatu proses yang banyak menguras energi

ibu, sehingga ibu disarankan untuk istirahat yang cukup yaitu tidur selama 1-2

jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari. Serta ibu dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi sedini mungkin sangat penting untuk

memperlancar sirkulasi darah, sehinggah dapat membantu melancarkan

penegeluaran lochea, mengurangi risiko terjadinya infeksi, mempercepat

involusi uteri, dll. Ibu akan diminta untuk melakukan latihan menarik nafas
137

yang dalam serta latihan tungkai dengan gerakan yang ringan, membalik badan

kekanan dan kekiri secara perlahan, duduk serta menggayungkan tungkai dari

tepi ranjang. Serta menganjurkan ibu untuk berjalan ke kamr mandi, sehingga

sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik.

Ibu nifas juga harus melakukan vulva hygiene untuk menjaga kebersihan

dirinya terutama di daerah kewanitaan karena selama masa nifas ibu akan

mengelurakan cairan eskresi dari jalan lahir yaitu lochea. Dengan

menganjurkan ibu untuk rajin mencuci dan membersihkan daerah vulva

terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus

hingga bersih setiap selesai BAK dan BAB. Mengganti pembalut minimal 3

kali dalam sehari, menggangi pakaian dalam setiap kali dirasa lembab sehingga

dapat mencegah terjadinya infeksi.

Selain menganjurkan ibu untuk menjaga kebersiahan dirinya, ibu juga

dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Masalah nutrisi perlu

mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Gizi pada ibu

nifas berkaitan erat dengan produksi air susu yang sangat dibutuhkan untuk

tumbuh kembang bayi. Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat

menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi

meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit dan mudah terkena

infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata

ataupun tulang. Dan makanan berserat untuk memperlancar pencernaan

(Pratiwi, 2017).
138

Selama proses masa nifas ibu perlu diberikan konseling tentang

kontrasepsi sedini mungkin. Yang bertujuan untuk memberikan jarak pada

kehamilannya. Pada pengkajian kasus yang dilakukan pada Ny “K” konseling

KB yang akan diberikan yaitu alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi

produksi ASI sehigga ibu tetap dapat menyusui bayinya minimal sampau usia 6

bulan atau bahkan sampai 2 tahun penuh.

Hal penting yang juga dianjurkan kepada ibu yaitu sebaiknya tidak

melakukan hubungan seksual selama 6 minggu. Dinding vagina kembali pada

keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik hubungan suami

istri aman dilakukan saat darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukan 1

atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa sakit. Sebaiknya hubungan seksual dapat

ditunda hingga 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan

organ-organ telah pulih kembali (Syaflindawati, 2017). Dalam islam semua

yang tidak boleh dilakukan selam haid, maka tidak boleh dilakukan juga saat

nifas salah satunya yaitu bersetubuh atau berhubungan suami istri seperti

Firman Allah SWT pada Q.S Al-Baqarah ayat 222.

Selain itu, masalah psikologis ibu harus menjadi perhatian khusus karena

masa nifas merupakan tahapan ibu untuk memulai menjadi seorang ibu

sehingga membutuhkan mental dan jiwa yang siap untuk menerima perubahan

yang akan ibu alami, sehinggah ibu dianjurkan untuk sering mendengarkan

lantunana ayat suci Al-Qur’an, berzikir, dan senantiasa selalu berdoa dan hal-

hal lain ang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.


139

Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus yang didapatkan selama proses pengkajian. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa rencana asuhan sesuai dengan teori memiliki kesamaan

dengan kasus yang telah dilakukan pengkajian.

F. Langkah VI : Implementasi

Pada langkah ini menerpakan semua rencana asuhan yang telah

direncanakan pada langkah sebelumnya. Implementasi dapat dilaksanakan

seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta kerja sama

dengan tim petugas kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah

direncanakan.

Pada tinjauan kasus yang telah dilakukan pada Ny “K”, implementasi

asuhan yang telah direncanakan diberikan sejak ibu masuk ke dalam ruangan

nifas 2 jam pasca persalinan. Dimulai dari kunjungan di Puskesmas pada

tanggal 04 Oktober 2021 pada saat itu ibu mengalami masa nifas sejak 2 jam

yang lalu. Asuhan yang dilakasanakan yaitu mengobservasi kedaan umum ibu,

tanda-tanda vita, pengeluaran ASI, tinggi fundus uteri, kontaksi uterus,

penegeluran lochea, serta mengobservasi luka jahitan. Mengajarkan serta

menganjurkan ibu terkait dengan personal hygiene terutama vulva hygiene,

memberikan Healt education tentang pemenuhan nutrisi dan cairan dan

pemenuhan istirahat, mobilisasi dini, proses latasi, perawatan bayi sehari-hari,

menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu

dan selalu mendeatkan diri kepada Allah swt dengan cara berzikir, mendengar
140

lantunan ayat suci Al-Qur’an, dan senantiasa selalu berdoa agar proses masa

nifas ibu berlangsung secara normal.

Semua rencana asuahan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan

yang telah diharpakan karena ibu maupun keluarga sangat kooperatif dan dapat

menerima kedapatangan peneliti untuk menjalankan proses penkajian yang

akan dilakukan pada ibu. Begitupun dengan petugas kesehatan di ruang nifas

Puskesmas Antang Perumnas. Dari hasil pemeriksaan telah disampaikan pada

ibu bahwa kondisi ibu saat ini baik, yaitu keadaan umum ibu baik, kesadaran

komposmentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi uterus baik

teraba keras dan bundar, sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan

postpartum yang diakibatkan karena atonia uteru, pemeriksaan TFU 1 jari di

bawah pusat, pengeluara lochea rubra berwarna merah segar.

Selain itu, ibu juga sudah memahami dan mau melakukan semua yang

telah dinajurkan seperti personal hygiene terutama vulva hygiene dengan benar

yaitu selalu mengganti pakaian dalam setiap lembab, mengganti pembalut 3

kali dalam seari agar pengeluaran lochea berjalan nomal, membersihkan vulva

dari arah depan ke belakang setiap kali selesai BAB dan BAK, ibu mengerti

dan mau melalukan yang telah dianjuran untuk makan makanan bergizi untuk

mempercepat proses penyembuhan dan berkitan dengan produksi air susu,

melakukan mobilisasi dan menyusui anaknya agar membantu proses involusi

uterus, dan bersedia untuk tidak melakukan hubungan seks hingga selesai masa

nifas atau 6 minggu, dan selalu mengingat dan berserah diri kepada Allah

SWT.
141

Setelah melakukan kunjungan 24 jam di Puskesmas, ibu sudah

dibolehkan pulang. Kemudian dlanjutkan dengan kunjungan ke rumah ibu.

Kunjungan di rumah ibu dilakukan sebanyak 4 kali. Dimulai pada tanggal 06

Oktober 2021 yaitu ada saat masa nifas hari ke tiga ibu. Pada kunjungan ketiga

ini, asuhan yang diberikan yaitu tetap melakukan pemantauan kedaan umum

ibu, tanda-tnda vital, TFU, kontsksi uterus, pengeluaran ASI, pengeluaran

lochea, luka jahitan, memberikan kembali Healt education tentang pemenuhan

nutrisi dan cairan, pemenuhan istirahat, personal hygiene, mobilisasi dini,

perawatan bayi sehari-hari, perawatan payudara serta memperagakan kembali

agar dapat membantu melancarkan produksi ASI ibu.

Kunjungan ketiga pada tanggal 10 Oktober 2021 pada masa nifas hari

keenam, kunjungan keempat dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2021 pada

masa nifas hari keempat belas, dan kunjungan terakhir dilakukan pada tanggal

15 november 2021 pada masa nifas keempat puluh dua. Asuahan yang

diberikan yaitu tetap melakukan pemantauan keadaan umum ibu baik, tanda-

tanda vital dalam batas normal, tinggi fundus uteri pertengahan simpisis dan

pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar, pengeluaran ASI banyak,

lancar dan ibu rajin menyusui bayinya, pengeluaran lochea Sanguilenta.

Memberikan kembali Healt education tentang pemenuhan nutrisi dan

cairan, pemenuhan istirahat, personal hygiene, konseling tentang keluarga

berencana serta pemilihan alat kontrasepsi yang akhirnya dilakukan ibu pada

tanggal 25 Oktober 2021atas keputusan bersama, ibu memakai KB suntik 3

bulan di Puskesmas Antang Perumnas serta anjuran untuk tidak melakukan


142

hubungan seks selama 6 minggu dan lebih mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

Pada langkah ini semua berjalan dengan baik tanpa habatan yang berarti

selama proses peeberian asuhan pada ibu karena semua asuhan dan tindakan

yang telah diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu. Serta ibu beserta

keluarga sangat sangat bisa menerima informasi-informasi terkait dengan

kebutuhan ibu dapat diterima dengan baik dan dapat ibu dapat menerapkan

yang telah diajarkan.

G. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini merupakah langkah akhir dari proses manajemen

asuahan kebidanan yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang

diberikan kepada ibu sesuai dengan kebutuhannya. Rencana telah dapat

dikatakan efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya dan ada

perubahan setelah diberikan asuhan.

Hasil evaluasi yang telah disimpulkan dari asuahan kebidanan yang telah

dilaksanakan selama 42 hari yaitu pada tanggal 04 Oktober 2021 sampai

dengan tanggal 15 November 2021, dengan 5 kali kunjungan yaitu kinjungan

pertama dilakukan pada 2 jam pasca persalinan yaitu tanggal 04 Oktober 2021

di Puskesmas Antang Perumnas, kemudian dilanjutan dengan kunjungan kedua

di rumah klien yaitu pada tanggal 06 Oktober 2021 pada hari ketiga pasca

persalinan, kunjungan ketiga pada tanggal 10 Oktober 2021 pada hari keenam

pasca persalianan, kunjungan keempat pada tanggal 18 Oktober 2021 pada


143

hari keempat belas pasca persalinan, dan kunjungan terkahir pada tanggal 15

November 2021 pada hari keempat puluh dua juga dilakukan di rumah klien.

Pada kasus postpartum fisiologis yang sedang dialami Ny “K”, pada hari

pertama masalah yang diatasi adalah memeriksa keadaan umum ibu,

memeriksa TTV ibu, memastikan proses involusi berlangsung normal dengan

memeriksan TFU dan didapatkan TFU 1 jari di bawah pusat, memeriksa

pengeluaran lochea, peegeluaran ASI, kontraksi uterus, luka jahitan,

mengajarkan ibu tentang personal hygiene terutama vulva hygiene dengan

benar yaitu selalu mengganti pakaian dalam setiap lembab, mengganti

pembalut 3 kali dalam seari agar pengeluaran lochea berjalan nomal,

membersihkan vulva dari arah depan ke belakang setiap kali selesai BAB dan

BAK untuk menghindari terjadinya infeksi, menganjurkan ibu untuk

melakukan mobilisasi dini seperti miring ke kiri dan ke kanan di atas tempat

tempat tidur dan jalan ke kamar mandi untuk berkemih, mengajarkan ibu

teknik menyusui yang benar dan menganjurkan ibu menyusui bayinya secara

on demand, serta pemberian obat tablet Fe dan obat analgetik seperti: asam

mafenamat dan amoxicillin.

Kemudian evaluasi pada kunjungan kedua, kedaan ibu sudah mulai

membaik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, involusi uteri

berlangsung dengan normal ditandai dengan TFU mengalami penurunan 3 jari

di bawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea masih berwarna merah, ibu masih

merasa sedikit nyeri pada luka jahitannya, ASI sudah ada, bayi menyusu

dengna baik dan tidak ada kelainan, ibu rajin mengganti pembalut, ibu telah
144

diberikan senam nifas dengan gerakan ringan. Pada kunjungan ketiga, keadaan

ibu sudah membaik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal,

involusi uteri berlangsung secara normal ditandai dengan TFU mengalami

penurunan yaitu berada di pertengahan simpisis dan pusat, ASI sudah banyak,

bayinya aktif menyusu dan menyusu dengan baik dan tidak ada kelainan,

terdapat penegeluaran lochea sanguilenta berwarna merah kekuningan.

Kunjungan keempat, kondisi ibu baik ditandai dengan tanda-tanda vital

dalam batas normal, involusi berlangsung dengan normal dan TFU sudah tidak

teraba, terdapat pengeluaran lochea serosa berwarna kecoklatan, ibu sudah

mahir melakukan perawatan bayi sehari-hari, dan ibu sudah ingin

menggunakan kontrasepsi. Pada kunjungan kelima yang merupakan kunjungan

terakhir, kondisi ibu baik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas

normal, luka jahitan sudah kering, pengeluran lochea alba berwarna putih

seperti cream, ibu telah menggunakan KB suntik 3 bulan dan tidak ada keluhan

yang dirasakan ibu setelah menjadi akseptor KB sampai saat ini.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengkajian dan pemantauan yang

dilakukan dari hari pertama sampai dengan 42 hari pasca persalinan yang

dilakukan secara beratahap dengan melakukan kunjungan di Puskesmas dan

rumah klien. Selama proses pengakajian dan pemantauan pada kasus Ny “K”

tidak ditemukan adanya hambatan atau komplikasi yang dapat mebahayakan

keselamatan ibu sehingga masa nifas ibu berlangsung secara normal.

Hal ini berdasarkan asuahan yang diberikan sesuai dengan teori,

wewenang bidan dan perencanaan asuhan yang telah disusun sebelumnya.


145

Tidak lepas dari semua itu tentunya merupakan suatu anugrah yang diberikan

Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, kesehatan dan

keberkahanya sehingga selama proses pengakajian dilakukan berjalan dengan

baik, proses nifas ibu berlangsung normal. Karena kita hanya bisa berusaha,

bertawakkal dan terus berdoa meminta pertolongannya hanya semata kepada

Allah SWT serta yakin dan percaya pada Allah bahwa setiap penyakit yang

kita derita pasti ada obatnya yang telah Allah kehendaki.


BAB V

PENUTUP

Setelah membahas dan menguraikan kasus pada Ny “K” dengan

postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas yang dilakukan selama 42

hari, mulai dari pengkajian hingga evaluasi sehingga peneulis dapat menarik

kesimpulan dan saran yaitu:

A. Kesimpulan

1. Telah dilakukan pengkajian dan analisis data pada Ny “K” dengan

postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas. Hasil analisis yang

diperoleh pada Ny “K”, meliputi umur 23 tahun, PIA0 dengan postpartum

dua jam yang lalu, ibu melahirkan pada tanggal 04 Oktober 2021, Pukul:

11.45 WITA.

2. Telah dilakukan indentifikasi diagnosa/ masalah aktual pada Ny “K” dengan

postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas. Hasil yang diperoleh

dari interpretasi data pada Ny “K” umur 23 tahun dengan masalah aktual

postpartum dua jam yang lalu dan berlangsung normal.

3. Telah dilakukan identifikasi diagnosa/ masalah potensial pada Ny “K”

dengna postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas. Hasil yang

diperoleh dari interpretasi data pada Ny “K” postpartum dua jam yang lalu,

tidak menutup kemungkinan potensial terjadi perdarahan postpartum,

bendungan ASI, infeksi, subinvolusi.

146
147

4. Telah dilakukan identifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada

Ny “K” dengan postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas.

Didapatkan bahwa tidak ada data yang menunjang untuk dilakuaknnya

tindakan segera maupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

5. Telah dilakukan perencanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny

“K” dengan postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas.

Berdasarakan dignosa/ masalah aktual dan potensial yaitu intervensi yang

diberikan menjelaskan kepada klien terkait dengan keadaannya dan semua

hasil periksaan, menjelaskan kepada ibu penyebab nyeri yang dirasakan

pada luka jahitannya, pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik

secara head to toe, evalusi pengeluaran lochea, kontraksi dan pengeluaran

ASI, Health Education tentang pemenuhan nutrisi, isitirahat, dan personal

hygiene, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kewanitaannya,

menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini, mengajarkan ibu teknik

menyusui bayi dengan baik dan benar, mengajurkan ibu untuk menyusui

bayinya tanpa dijadawalkan (on demand) secara bergantian pada payudara

kanan dan kiri, mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat pada bayinya,

menjelaskan dan anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual

selama 6 minggu setelah persalinan, mengajarkan ibu senam nifas, serta

memberikan dukungan psikologis dan spiritual kepada ibu memenuhi

kebutuhan baik secara fisik maupun secara psikologis, agar ibu senantiasa

berdoa agar proses masa nifasnya berlangsung secara normal dan lebih

mendekatkan diri kepada Allah SWT.


148

6. Telah dilaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada Ny “K”

dengan postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas. Dengan

perencanaan asuhan kebidanan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik

dan tidak ada hambatan.

7. Telah dilakukan evaluasi dari hasil asuhan kebidanan yang telah

dilaksanakan pada Ny “K” dengan postpartum fisiologis di Puskesmas

Antang Perumnas. Adapundari hasil semua perencanaan asuhan yang telah

dilaksanakan tidak ada hal-hal yang menyimpang dari evalusi tinjauan teori.

8. Telah dilakuakan pendokumentasian semua hasil dari pengkajian dan

tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny “K” dengan

postpartum fisiologis di Puskesmas Antang Perumnas yang dibuat dalam

bentuk 7 langkah varney dan SOAP.

B. Saran

1. Untuk Klien

a. Tentunya diharapkan setiap ibu nifas dapat mengaplikasikan semua yang

telah dianjurkan seperti mengomsumsi makanan yang bergizi karena

makanan yang bergizi akan memenuhi kebutuhan energi, juga untuk

mempercepat proses penyembuhan dan pengembalian alat reproduksi

mendekati keadaan sebelum hamil serta untuk memperbanyak produksi

ASI.

b. Diharapkan untuk setiap ibu nifas agar senantiasa menjaga kebersihan

dirinya terutama kebersiahan daerah kewanitaannya untuk mencegah

terjadinya infeksi.
149

c. Diharapkan keterlibatan suami/ keluarga dalam perawatan untu

meningkatkan hubungan yang lebih erat antara pasien dengan bayinya

demi menambah pengetahuan dan bimbingan sebagai lanjutan perawatan

di rumah.

2. Untuk Bidan

a. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan diharpakan dalam

memberikan asuahan kepada klien dapat menerapkan manajemen

kebidanan serta pendokumentasian asuhan sebagai bukti pertanggung

jawaban atas segala tindakan yang telah dilakukan dan menjadi bukti

apabila nantinya ada gugatan.

b. Dalam memberikan asuhan kepada klien harus menerapkan nilai-nilai

keislaman di dalamnya agar klien dapat terpenuhi kebutuhan spiritualnya

dan klien juga dapat mengerti tentang larangan dalam melakukan

hubungan badan antara suami istri apabila situasi klien dalam keadaan

haid dan nifas.

3. Untuk Institusi

Dengan mengetahui permasalahan yang dapat timbul pada masa

postpartum, diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu dan

kualitas serta perkembangan sesuai prosedur dalam memberikan asuahan

dan dalam pelaksanaan manajemen asuahan kebidanan dalam memecahkan

suatu masalah dalam kebidanan.


150

DOKUMENTASI STUDI KASUS

Melakukan Anamnesa
151

Melakukan Pemeriksaan Fisik


152
153

Senam Nifas
154

DAFTAR PUSTAKA

Astutik, Reni Yuli. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media. 2015.

Al-Qur’an dan Terjemagan. Quran In Ms Word. 2018.

Dewi, Yuanita Viva A. 2020. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3. Bandung: CV.
MEDIA SAINS INDONESIA.

Elisabeth, dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Trans
Info Media.

Firdayanti. 2012. Unmeet Need For Family Planning (Kebutuhan Keluarga


Berencana yang Tidak Terpenuhi. Makassar: Alauddin University Press.

Handayani, Sri. 2016. Asuhana Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.


Jakarta.

Hakim, Bawon Nul dan Yuliana Wahidah. 2020. Emodemo Dalam Asuhan
Kebidanan Masa NIfas. Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Hartati, Arimina P dan Rachel D Wilujeng,. 2019.Asuhan Kebidanan Nifas.


Surabaya: Akademik Kebidanan Griya Husada.

Kemenkes RI. Buku Ajar Asuahan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Edisi pertama.
2018.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Maritalia, Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Pratiwi, Yane Ari dan Roichana Su’ada. 2017, “Hubungan Senam Nifas,
Mobilisasi Dini, dan Tradisi Masa Nifas Terhadap Proses Involusi Pada
Ibu Post Partum”. Vol.7 No. 4.

Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Modul Praktikum


Asbid Nifas. 2020.

Purnamasari, Nadiah, dkk. 2019. “Pengaruh Senam Nifas Terhadap Intensitas


Nyeri Perenium dan kecemasan Ibu Post Partum di RSIA Pratiwi
Makassar”. UMI Medical Journal, Vol. 4 No. 2
155

Rahmiati, Lina, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Jakarta:
Erlangga.

Rosana, Himatu Mardiah. 2015. Ibadah Peneuh Berkah Ketika Haid & Nifas.
Jakarta: Lembar Langit Indonesia.

Rosmadewi dan Aliyanto Warjidin. 2019. “Efektifitas Sayur Pepaya Muda dan
Sayur Daun Kelor terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum
Primipara”. Jurnal Kebidanan, Vol. 10 No.1.

Rini, Susilo dan Feti Kumala. 2017. Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based
Practice. Yogyakarta: Deepublish.

Sari, Evin Novina dan Khotimah Sitti. 2018. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui.Yogyakarta: In Media.

Sari, Vianty Mutyah dan Tonasih. 2020. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta: K-Media.

Simanullang, Ester. 2017. Modul Askeb Nifas dan Menyusui.Akbid Mitra Husada
Medan.

Sulistiawati, Yuliana, dkk. 2017. Asuhan Kebidan Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Syaflindawati. (2017). Hubungan Senam Nifas Dengan Penurunan Involusi Uteri


Pada Ibu Post Partum Hari Ke 1-3. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1.
Hal.117-122.

Wahyuningsih, Sri. 2019. Asuhan Keperawatan Post Partum. Yogyakarta: CV.


BUDI UTAMA.

WHO (World Health Organization). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


2018.
156
157
158
159
160
161

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Nurhaena Putri


Nim : 70400118020
Tempat Tanggal Lahir : Palanro, 31 Oktober 2000
Suku : Bugis
Agama : Islam
Alamat : Jl. Poros Makassar, Palanro, Barru
Nama Orang Tua
Ayah : Junaidi
Ibu : Rahmatang Sake

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2006 – 2012 SD Negeri 1 Palanro


2. Tahun 2012 – 2015 SMP Negeri 1 Mallusetasi
3. Tahun 2015 – 2018 MAN 2 Parepare
4. Tahun 2018 – 2022 UIN Alauddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai