Anda di halaman 1dari 124

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

Blok 7. URINARIA & REPRODUKSI


SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2019/2020
ii l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Penyunting:
dr. Imaniar Ranti, M.Sc

Kontributor:
dr. Mahendra Priya Adi
Dr. dr. Sagiran, Sp.B
Dr. SN. Nurul Makiyah, S.Si, M.Kes
Dra. Idiani Darmawati, M.Sc
Dr. dr. Ikhlas Muhammad Jenie, M.Med, Sc.
dr. Ratna Indriawati, M.Kes
Dra. Yoni Astuti, M.Kes, PhD.
dr. Ardi Pramono, Sp. An
dr. Indrayanti, Sp.PA
dr. Risal Andy Kusnomo
dr. Dirwan Suryo Soularto, Sp. F,M.Sc
Yuningtyaswari, S.Si, M.Kes
dr. Sherly Usman, M.Sc
Dr. Tri Pitara Mahanggoro, S.Si, M.Kes
drh. Zulkhah Noor, M.Kes
dr. Ika Setyawati, M.Sc.
dr. Nur Shani Meida, Sp.M, M.kes
dr. Agus Suharto, Sp.PA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019-2020
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l iii

TATA TERTIB
PRAKTIKUM BIOMEDIK FKIK UMY

SYARAT DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM


WAKTU PRAKTIKUM
1. Praktikum dimulai sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2. Mahasiswa hanya boleh pindah jadwal atau mengikuti inhal
di waktu lain hanya yang merupakan utusan prodi/fakultas/
universitas dengan diketahui kaprodi/dekan /rektor
3. Dalam hal-hal tertentu pindah jadwal atau mengikuti inhal di waktu
lain dengan diketahui PJ blok, DPA dan pembimbing penelitian.

KETENTUAN PAKAIAN
1. Mahasiswa yang mengikuti praktikum wajib menggunakan jas
praktikum, dikancingkan rapi sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Jas panjang putih selutut. Jas praktikum bukan jas dokter.
b. Di bagian dada kanan terdapat badge nama mahasiswa tertulis
lengkap dan PD-FKIK UMY sebagai identitas diri pemilik jas
laboratorium.
c. Di bagian dada kiri terdapat badge logo UMY sebagai identitas
almamater pemilik jas laboratorium.
d. Terdapat dua kantong di sisi kanan dan kiri bawah depan jas
laboratorium.
2. Bagi mahasiswa yang tidak membawa jas praktikum sesuai
ketentuan, tidak diperkenankan mengikuti kegiatan belajar.
3. Mahasiswa yang mengikuti praktikum wajib berpenampilan sopan
dan rapi serta berbusana sesuai dengan ketentuan yang berlaku :
Laki -laki :
a. Menggunakan atasan kemeja kain / kaos yang berkerah, tidak
berbahan jeans atau menyerupai jeans dan dikancingkan
rapi.
iv l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

b. Menggunakan bawahan celana panjang kain, tidak berbahan


jeans atau menyerupai jeans.
c. Rambut pendek tersisir rapi, tidak menutupi telinga dan mata
serta tidak melebihi kerah baju.
d. Kumis dan jenggot dipotong pendek dan tertata rapi.
e. Tidak diperkenankan menggunakan peci atau penutup kepala
lainnya selama kegiatan belajar berlangsung.
f. Menggunakan sepatu tertutup dengan kaos kaki.
g. Tidak diperkenankan mengenakan perhiasan.
Perempuan :
a. Mengenakan jilbab tidak transparan dan menutupi rambut,
menutupi dada maksimal sampai lengan.
b. Mengenakan atasan atau baju terusan berbahan kain, tidak
berbahan jeans atau yang menyerupai jeans maupun kaos,
tidak ketat maupun transparan serta menutupi pergelangan
tangan.
c. Mengenakan bawahan berupa rok atau celana kain panjang
longgar, menutupi mata kaki tidak berbahan jeans atau
menyerupai jeans maupun kaos, tidak ketat maupun transparan
dengan atasan sepanjang kurang lebih 5 cm di atas lutut.
d. Menggunakan sepatu yang menutupi kaki, diperbolehkan
menggunakan sepatu berhak tidak lebih dari 5 cm.
e. Kuku jari tangan dan kaki dipotong pendek rapi dan bersih

KETENTUAN SELAMA PRAKTIKUM


1. Selama praktikum berlangsung, dilarang :
a. Makan dan minum.
b. Membawa tas (penertiban loker mahasiswa).
c. Merokok.
d. Bersenda gurau yang berlebihan
2. Selama kegiatan praktikum berlangsung, tidak diperkenankan
menggunakan alat komunikasi elektronik. Mahasiswa
diperkenankan mengangkat telepon penting dengan ijin asisten
praktikum dan harus di luar ruangan.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l v

3. Setelah praktikum berakhir, wajib merapikan dan dan


mengembalikan alat - alat yang telah digunakan. Apabila
merusakkan/menghilangkan/membawa pulang alat/bahan, akan
dikenakan sanksi (jika hilang atau merusak wajib mengganti).
4. Meninggalkan ruang praktikum, meja dan ruangan dalam keadaan
bersih dan rapi.
5. Melakukan kegiatan praktikum sesuai jadwal dan kelompok yang
telah ditentukan. Bagi mahasiswa yang tidak dapat mengikuti
kegiatan praktikum pada waktu yang telah ditentukan, wajib
mengikuti inhal.
6. Jika menggunakan alat dan ruangan praktikum di luar jadwal,
harus seijin penanggungjawab praktikum .

PRETEST
1. Mengikuti pretest adalah syarat mahasiswa mengikuti kegiatan
praktikum.
2. Sebelum kegiatan belajar dimulai, dilaksanakan pretest.
3. Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest masih berlangsung,
diperbolehkan mengikuti pretest tanpa penambahan waktu.
Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest sudah selesai,
maka tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum dan harus
mengikuti inhal praktikum.
4. Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum
bila nilai pretest < 40
5. Mahasiswa wajib mengerjakan pretest dengan jujur, bila melakukan
kecurangan (mencontek teman, bekerjasama, membuat dan
menggunakan contekan, dll) ataupun tindakan mencurigakan
yang lain (tengak-tengok, lirak-lirik, berbisik/berbicara dengan
teman, menggunakan HP, dll), maka asisten berhak memberikan
peringatan dan sanksi (pengurangan nilai, pembatalan pretest,
dan/atau mengeluarkan mahasiswa tsb). Tidak diperkenankan
mencoret jawaban, menggunakan tipex untuk mengganti jawaban
atau menggunakan pensil pada saat mengerjakan pretest.
vi l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

INHAL
1. Inhal bagi mahasiswa bila nilai pretest < 40.
2. Inhal diperuntukkan bagi mahasiswa dengan alasan apapun tidak
mengikuti praktikum dan untuk mahasiswa yang inhal pretest.
3. Peserta inhal karena delegasi dan sakit harus menunjukkan surat
keterangan maksimal 1 minggu dari hari pelaksanaan praktikum.
4. Biaya inhal (tidak mengikuti praktikum ataupun inhal pretest)
sebesar Rp.100.000,-/topik dan dibayarkan dengan mengambil
formulir pembayaran di FO Dekanan FKIK UMY dan dibayarkan di
bank, kecuali peserta delegasi. Bukti pembayaran inhal diserahkan
ke administrasi lab.biomedik satu hari sebelum pelaksanaan
inhal.
5. Mahasiswa utusan dari Prodi/Fakultas/Universitas wajib
menyerahkan surat keterangan/ijin delegasi Maksimal satu hari
sebelum dilaksanakan praktikum tersebut kepada admin Biomedik
dan wajib memberitahukan kepada koordinator departemen yang
dituju. Apabila mahasiswa tersebut tidak dapat meyerahkan surat
tersebut pada waktunya maka mahasiswa tersebut tetap terhitung
inhal non delegasi (membayar).
6. Inhal dilaksanakan pada blok yang sedang berjalan, sebelum
pelaksanaan responsi. Mahasiswa bisa mengikuti inhal dengan
menunjukkan surat keterangan inhal yang telah ditandatangani
administrasi lab.biomedik.
7. Nilai inhal pretest bagi mahasiswa hadir namun inhal dihitung dari
rata-rata nilai pretest praktikum awal dan pretest pada saat inhal.
8. Mahasiswa yang inhal karena ijin sakit maupun ijin dengan
keterangan, maka nilai inhal apa adanya, sedangkan mahasiswa
yang tidak hadir tanpa keterangan nilai inhal adalah 0 + nilai inhal
dibagi 2.
9. Mahasiswa boleh mengikuti inhal maksimal 50% dari total topik
praktikum dalam 1 blok.
10. Mahasiswa yang inhal lebih dari 50% dari total acara praktikum
dalam 1 blok dinyatakan gugur praktikum dan harus mengulang
praktikum tahun berikutnya pada praktikum regular.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l vii

RESPONSI
1. Responsi berupa tentamen
2. Mahasiswa harus sudah mengikuti 100% acara praktikum tiap
blok.
3. Responsi dilaksanakan pada akhir blok bersangkutan, untuk
mengevaluasi kemampuan kognitif maupun attitude mahasiswa
pasca kegiatan praktikum .
4. Mahasiswa dinyatakan lulus responsi dengan nilai ≥ 60.
5. Mahasiswa yang tidak lulus responsi wajib mengikuti remediasi
(CBT) sesuai jadwal yang telah ditentukan.
6. Bagi mahasiswa yang belum mengikuti responsi, harus mengikuti
responsi pada angkatan di bawahnya sesuai jadwal.

NILAI
1. Nilai praktikum dihitung dari nilai harian 50% dan nilai responsi
50%.
2. Bagi mahasiswa yang belum memenuhi nilai harian maka nilai
responsi ditahan, sampai telah menyelesaikan semua (100%)
kegiatan praktikum.

Demikian ketentuan tata tertib ini dibuat demi kelancaran dan


kesuksesan kegiatan praktikum PSPD FKIK UMY. Hal-hal lain yang
belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur kemudian sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.

Yogyakarta, 5 November 2019


Dekan FKIK UMY

Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.Kes


viii l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillaahirobbil’alamin,
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
hanya berkat nikmat dan inayahNya Buku Petunjuk Praktikum ini
berhasil disusun. Buku ini disusun untuk memudahkan mahasiswa
dalam pelaksanaan praktikum Biomedik blok 7 sebagai dasar untuk
mempelajari ilmu-ilmu kedokteran klinis.
Buku praktikum blok 7 ini berisi materi praktikum Anatomi, Fisiologi,
Biokimia dan Histologi. Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan
seluruh tugas dalam acara praktikum (persiapan, pretest, kegiatan
praktikum, post test, dan penyusunan laporan praktikum/tugas),
sehingga dapat menambah kognitif yang sesuai dengan kompetensi
utama dalam bidang ilmu kedokteran dasar bahwa seorang dokter
harus mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuaan biomedik yang
relevan sebagai sumber keilmuan dan berbagai data penunjang untuk
diagnosis dan tindakan medik Kedokteran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada nara sumber yang
telah bersedia menyusun dan mengumpulkan bahan penyusunan
buku praktikum ini dan pihak-pahak yang membantu sehingga dapat
tersusun buku petunjuk praktikum dengan baik. Buku petunjuk
praktikum ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, saran dan
kritik kami harapkan untuk memperbaiki buku ini di waktu mendatang.
Akhirnya, ada pepatah yang indah bila didengar dan lebih indah lagi
bila dilaksanakan “Seeing Once is Better than Hearing Many Times,
Doing Once is better than Seeing Many Times”. Semoga buku petunjuk
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l ix

praktikum ini dapat membantu para praktikan dalam melaksanakan


praktikum sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Yogyakarta, November 2019


Tim Penyusun
x l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

DAFTAR ISI

Tata Tertib...................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................ vii

Blok 7. URINARIA & REPRODUKSI


Praktikum Anatomi
1. Anatomi Dinding Pelvis dan Perineum................................... 1
2. Sistema Urinaria dan Organa Genitalia Masculina................. 7
3. Organa Genitalia Feminina..................................................... 18

Praktikum Fisiologi
1. Deteksi Ovulasi dan Tes Kehamilan HCG................................ 24
2. Uji Fungsi Ekskresi Ginjal........................................................ 32

Praktikum Biokimia
1. Biokimia Urine........................................................................ 38

Praktikum Histologi
1. Histologi Systema Uropoetica................................................ 44
2. Histologi Genitalia Feminina.................................................. 50
3. Histologi Genitalia Masculina................................................. 66
4. Perkembangan Zigot.............................................................. 72
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l xi

TOPIK PRAKTIKUM SEMESTER GENAP TAHUN I

Topik Praktikum
1. Anatomi Dinding Pelvis dan Anatomi
Perineum
2. Sistema Urinaria dan Organa
Genitalia Masculina
3. Organa Genitalia Feminina
Blok 7 1. Deteksi Ovulasi dan Tes Kehamilan Fisiologi
Urinaria & Reproduksi HCG
2. Uji Fungsi Ekskresi Ginjal
1. Biokimia Urine Biokimia
1. Histologi Systema Uropoetica Histologi
2. Histologi Genitalia Feminina
3. Histologi Genitalia Masculina
4. Perkembangan Zigot
xii l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 1

Blok 7
Urinaria & Reproduksi
2 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

TOPIK : Praktikum Anatomi


PERTEMUAN KE : 1
SUB TOPIK : Anatomi Dinding Pelvis Dan Perineum

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi anatomi dinding
pelvis dan perineum

Tujuan Instruksional Khusus:


1. Mengidentifikasi anatomi permukaan , tulang dan otot penyusun
dinding pelvis dan perineum
2. Mengidentifikasi vascularisasi, inervasi dinding pelvis dan
perineum

Dasar Teori
Pelvis merupakan bagian tubuh yang terletak di bagian inferior
abdomen.Istilah pelvis jarang digunakan untuk menyatakan regio
dimana tubuh dan ekstremitas inferiornya bertemu yang lebih tepat
digunakan pada rongga yaitu gelang panggul atau tulang pelvis.Pelvis
tersusun atas dinding pelvis yang terdiri dari penyusun tulang pelvis
dan musculi dinding pelvis.
Perineum merupakan bagian di bawah diafragma pelvis yang
dibatasi oleh ramus inferior ossis pubis dan ramus inferior ossis ischii
kanan dan kiri dan kedua lig.Sacrotuberosum. Perineum terbagi
menjadi 2 regio yang dibatasi oleh tepi dorsal septum transversum
perinei menjadi :regio urogenitalis dan regio analis.

Petunjuk Identifikasi
DINDING PELVIS
1. Anatomi permukaan :
a. Crista iliaca
b. Spina iliaca anterior superior
c. Spina iliaca posterior superior
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 3

d. Tuberculum pubicum
e. Symphysis pubis
2. Tulang :
a. Os sacrum
b. Os coxae
c. Os coxcygeus
d. Vertebrae lumbal V
3. Otot :
Otot dinding pelvis :
a. m. obturatorius internus
b. m. levator ani :
- m. pubococygeus
- m. ileococygeus
- m. puborectalis
c. m. cocygeus

STRUKTUR DINDING PELVIS


1. Dinding anterior pelvis
- Merupakan dinding yang paling dangkal yang dibentuk :
• Permukaan posterior corpus pubis
• Rami pubicum ( ramus superior et inferior ossis pubis )
• Syimphysis pubis
2. Dinding posterior pelvis dibentuk oleh :
• Os Sacrum
• Os coccygis
• M. piriformis
3. Dinding lateral pelvis dibentuk oleh:
• Sebagian tulang inominata / os coxae
• Membrana obturatoria
• Ligamentum sacrotuberosum
• Ligamentum sacrospinosum
• M. obturatorius internus beserta fascianya
4. Dinding inferior pelvis dibentuk oleh :
- Diafragma pelvis
4 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

REGIO PERINEUM
- merupakan bagian di bawah diafragma pelvis yang dibatasi oleh
ramus inferior ossis pubis dan ramus inferior ossis ischii kanan dan
kiri dan kedua lig. sacrotuberosum
- terdapat centrum tendineum perinei = corpus perinealis (antara
canalis analis dan diafragma urogenitale), raphe perinealis
- terbagi menjadi 2 regio lagi yang dibatasi oleh tepi dorsal septum
transversum perinei menjadi :

1. Regio Urogenitalis
Susunan bangunan pada regio ini dari luar ke dalam:
a. Kulit
b. Fascia perinei superficialis
c. Fascia perinei profunda
d. Spatium perinei superficialis, berisi :
- vasa scrotalis/labialis posterior
- nn. scrorales/labiales posterior
- m. transversus perinei superficialis
- m. ischiocavernosus
- m. bulbocavernosus/bulbospongiosus
e. Fascia diafragma urogenitalis inferior (membrana perinealis +
lig. triangulare)
f. Spatium perinei profunda, berisi :
- glandula bulbourethralis
- vasa pudenda interna
- n. pudendus
- m. transversus perinei profunda
- m. spinchter urethrae membranaceae
g. Fascia diafragma urogenitalis superior
Bangunan lain yang terdapat pada regio urogenitalis :
- trigonum urogenitalis, terdiri atas :
- fascia diafragma urogenitalis superior,
- m. transversus perinei profundus,
- fascia diafragma perinei inferior
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 5

- kedua crura penis


- bulbus urethrae
- sebagian corpus cavernosum urethrae
2. Regio analis :
Bangunan-bangunan yang terdapat pada regio ini adalah :
- raphe anococcygeum
- pars analis recti
- m. spinchter ani externus
- diafragma pelvis terdiri atas :
a. fascia diafragmatis pelvis superior (menutupi facies
pelvina mm. levator ani)
b. mm. levator ani : m. pubococcygeus
m. puborectalis
m. iliococcygeus
c. m. coccygeus
d. fascia diafragmatis pelvis inferior (menutupi facies
inferior mm. levator ani)
e. fascia pelvis parietalis : fascia obturaria
fascia lunata – canalis pudendus
arcus tendineus fascia pelvis (m.
levator ani)
fascia diafragmatis pelvis superior
et inferior
f. fascia pelvis visceralis (jaringan ekstraperitoneal, antara
peritoneum dan fascia pelvis parietalis)
Kedua fascia diafragmatis melekat pada ramus inferior
ossis pubis dan ramus inferior ossis ischii, bersatu di ventral
membentuk lig.transversum pelvis dan di dorsal membentuk
lig.transversum perinei (septum transversum perinei)
- Fossa ischiorectalis adalah ruangan antara kulit regio analis
dan diafragma pelvis, dengan batas :
- medial : pars analis recti, m. spinchter ani externi
- lateral : m. obturatorius internus, fascia pelvis
parietalis (fascia obturatoria, fascia lunata)
6 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

- kranial : m. levator ani, fascia diafragma pelvis


inferior
- anterior : margo posterior diafragma pelvis inferior,
centrum tendineum perinei
- dasar : kulit regio analis

- fossa ischiorectalis berisi : vasa pudenda interna, n. pudendus,


vasa rectalis inferior, n. rectalis inferior, n. cutaneus femoris
posterior, serabut otot (lanjutan stratum longitudinale recti),
corpus adiposum

Vascularisasi
Arteri Dinding Pelvis
Mendapatkan aliran darah dari percabangan a.illiaca communis pada
pintu atas panggul dan didepan articulatio sacroiliaca bercabang
menjadi a.iliaca externa dan a.iliaca interna
1. a.iliaca externa berjalan sepanjang pinggir medial m.psoas, dan
mempercabangkan a.epigastrica inferior dan a.circumflexa ilium
profundus.
2. a. iliaca interna
a. iIlaca interna (a. hypogastrica) dipercabangkan dari a. iliaca
communis setinggi articulatio sacroiliaca.
A.iliaca interna dibagi menjadi 2 devisi, devisi anterior dan
posterior.
Cabang - cabang divisi anterior :
- A. obturatoria, berjalan bersama n. obturatoria melalui
foramen obturatorium menuju membrum inferior.
- A. pudenda interna, meninggalkan pelvis melalui foramen
infrapiriformis menuju regio perinealis dan regio pudendalis.
Cabang - cabangnya :
- a. clitoridis / a. penis, mempercabangkan a. bulbi vestibuli
/ a. bulbi penis, a. urethralis, a.profunda clitoridis / a.
profunda penis dan sebagai cabang terminalnya adalah
a. dorsalis clitoridis / a. dorsalis penis.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 7

- a. hemorrhoidalis inferior
- a. perinealis, berlanjut menjadi a. labialis posterior / a.
scrotalis posterior
- A. glutealis inferior, keluar dari pelvis melalui foramen
infrapiriformis menuju ke dareah glutea.
- A. umbilicalis ( a. vesicalis superior ), sebelum mencapai vesica
urinaria membentuk lig. Umbilicale laterale.
- A. vesicalis inferior
- A. uterina pada wanita mempercabangkan a. vaginalis ,r.
ovaricus dan r tubarius.
- A. rectalis media.
Cabang - cabang divisi posterior ;
- a. iliolumbalis
- a. sacralis lateralis
- a. glutea superior, keluar dari pelvis melalui foramen
suprapiriformis.
Vena Dinding Pelvis
- Cabang – cabang a. ilaca interna pada umumnya berjalan
bersama dengan venanya dan mempunyai nama yang sama
kecuali v. dorsalis clitoridis superficiale.
- Plexus venosus pudendalis bermuara ke vv. Vesicalis ,
kemudian masuk ke v. ilaca interna.
- V. ovarica sinistra /v. spermatica interna sinistra masuk ke v.
renalis sinistra
- V. ovarica dextra / v. spermatica interna dextra bermuara ke v.
cava inferior.
- V. spermatica externa masuk ke v. epigastrica inferior.

INERVASI / PERSARAFAN
a. Plexus sacralis, dibentuk oleh rr. Anterior nn. Lumbales IV dan V
dan rr. Anterior nn. Sacrales I-III ,mempercabangkan saraf - saraf
di membrum inferior sebelah dorsal
b. Truncus lumbosacralis
c. N. obturatorius, meninggalkan pelvis bersama a. obturatoria
melalui foramen obturatoria menuju ke regio femoris.
8 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

d. N. cocygeus.
Saraf yang lain :
Plexus Pudendus
Plexus pudendusdibentuk oleh rr. Anterior nn.Sacrales I - IV.
Cabang – cabangnya:
a. rr. muscularis untuk m. levator ani dan m. cocygeus
b. rr. viscerales
c. n. pudendus, meninggalkan pelvis melalui foramen
infrapiriformis disebelah lateral a. pudenda interna. Cabang
- cabangnya :
- n. hemorrhoidali inferior
- n. perinealis, berlanjut menjadi n .scrotalis posterior
- n. dorsalis penis / n. dorsalis clitoridis

Nodi limphatici ( nll )


Kelenjar limfe dan pembuluh limfe tersusun dalam rangkaian sepanjang
pembuluh darah utama. Kelenjar limfe diberi nama sesuai dengan
pembuluh darah yang diikutinya.
- Nodi limphatici iliaca externa
- Nodi limphatici iliaca interna
- Nodi limphatici iliaca communis

DAFTAR PUSTAKA
Kanagasuntheran,R., Krisnamurti,A., Sikanandasingham,P., 1980, A
New Approach to Dissection od The Human Body, 2nd Edition,
JBW Printers and Binders Pte. Ltd., Singapore
Moore, K.L., 1990, Clinically Oriented Anatomy, 3nd Edition, Williams
and Wilkins, Baltimore, London.
Snell, R.S., 1997, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa kedokteran, Ed.3,
EGC, Jakarta.
Williams,PL., etc, 1989, Gray’s Anatomy, 27th Edition, Churchill
Livingstone, London.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 9

TOPIK : Praktikum Anatomi


PERTEMUAN KE : 2
SUB TOPIK : Sistema Urinaria Dan Organa Genitalia Masculina

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi organ penyusun sistema
urinaria dan organa genitalia masculina

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat :
1. Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada ren,
vesica urinaria, ureter dan urethra
2. Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada organa
genitalia masculina externa dan organa genitalia masculina
interna
3. Memahami vascularisasi, aliran vena, aliran limfe dan inervasi
organ penyusun systema urinaria dan organa genitalia masculina

Dasar Teori
Sistema urinaria berfungsi terutama untuk membersihkan
darah dari sisa metabolisme dan membuangnya dalam bentuk urin.
Sistem urinaria terdiri atas 6 organ yaitu : ginjal berjumlah dua, uterer
berjumlah dua, vesica urinaria berjumlah satu , dan urethrae.
Organa genitalia masculina secara topografi terbagi atas organa
genitalia interna dan organa genitalia externa.Adapun secara
fungsional terbagi atas organ yang memproduksi gamet dan hormon
serta organ transportasi, organ kopulasi dan pengembangan juga
kelenjar aksesoris. Pada organa genitalia masculina apparatus urinarius
dan genitalis berhubungan dekat secara topografis dan fungsional:
urethra berjalan menembus prostate yang secara embrional berasal
dari epitel urethra. Seluruh kelenjar aksesoris (prostate, gl. vesiculosa,
gll.bulbourethrales) akhirnya mengeluarkan sekretnya ke urethrae.
(pustaka : atlas prometheus )
10 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Skenario:
Kasus :
Pak Kromo (45 tahun) seorang sopir bis AKAP yang tinggal di
Wonosari, datang ke UGD dalam keadaan kesakitan. Nyeri
dirasakan di perut kanan seperti diremas-remas dan menjalar
sampai ke lipat paha kanan.Sebelumnya Pak Karta sering merasa
pegal-pegal di pinggang.Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
ketok costovertebra (+) dan pada x photo abdomen didapatkan
gambaran batu di ginjal kanan. Menurut dokter UGD ada batu
ginjal yang turun dan tersangkut di ureter.

Pertanyaan:
1. Ginjal (ren) termasuk dalam systema urinaria, sebutkan organ
penyusun systema urinaria lainnya !
2. Jalaskan topographi ginjal !
3. Jelaskan bangunan dari ren mulai dari tempat filtrasi darah
sampai saluran pembuangan urin !
4. Pada kasus diatas terdapat batu yang tersangkut diureter,
dimana sering terjadi hal demikian ?
5. Jelaskan aspek anatomis hubungan antara tersangkutnya
batu di ureter dan nyeri seperti diremas-remas dan menjalar
sampai ke lipat paha !

Petunjuk Identifikasi
SISTEMA URINARIA
1. REN
- terletak retroperitoneal pada bagian superior sulcus para vertebralis
- bentuknya seperti kacang buncis dengan ukuran 10x5x2,5 cm,
- ren sinister biasanya lebih panjang
- pembungkus ren (dari luar - dalam) : fascia renalis membungkus
ren dan glandula suprarenalis – capsula adiposa renalis – capsula
fibrosa renalis
- capsula fibrosa melanjutkan diri sebagai dinding calices renalis
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 11

Bangunan pada ren :


- hilum renalis, adalah tempat lalunya: a. renalis, v. renalis dan
pelvis renalis
- margo medialis, margo lateralis
- extremitas superior dan extremitas inferior
- facies anterior, facies posterior
- sinus renalis : pelvis renalis, 2 calices renalis major, 7-14 calix
renalis minor, papilla renalis
- potongan coronal : cortex, medulla, pyramis renalis, columna
renalis, basis pyramidis, papilla renalis, calyces renalis minor,
calyces renalis major

Vaskularisasi :
- a. renalis bercabang cabang secara berurutan :
– a. segmentalis – a. lobaris – a. interlobaris – a. arquata ( diantara
cortex dan medulla) – a. interlobularis – a. glomerularis

Aliran vena :v. renalis


Aliran limpha : mengikuti vasa renalis  nll. aortici
Inervasi :
- sensoris : melalui n. splanchnicus inferior ke medulla spinalis
segmen T12 - L1
- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus
minor dan n. splanchnicus inferior), menuju ke medula spinalis
T12-L1

2. URETER
Ureter terbagi menjadi 2 bagian :
1. Pars abdominal , panjangnya12,5 cm, retroperitoneal, terletak di
sepanjang m. psoas dan berjalan secara vertikal
2. Pars pelvina, berjalan pada dinding lateral pelvis. Brmuara ke
vesica urinaria di sebelah superior tuberculum pubicum
- pada laki-laki : berjalan di dalam plica sacrogenitale dan lig.
vesicale laterale
12 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

- pada perempuan : berjalan di dalam lig. uterosacrale, lig.


cervicale laterale (bersama a. uterina)
Vaskularisasi :
- arteria dari aortae, a, renalis, a. iliaca communis, a. uterina (a.
ovarica, a. testicularis, a. iliaca interna)
- v. renalis
Aliran lympha :
- bagian superior : nll. aortici
- bagian media : nll. iliaci communis
- bagian inferior : nll. iliaci communis, nll. iliaci externi, nll. iliaci
interni
Inervasi :
- sensoris ke n. splanchnicus inferior ke MS segmen T12 dan L1
- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus
minor dan n. splanchnicus inferior)
Kelainan :
- kolik ureter
- calculus ureterica sering terjadi pada tempat ureter menyilangi
vasa iliaca dan apertura pelvis superior dan pada waktu ureter
berjalan miring pada dinding vesica urinaria

3. VESICAE URINARIA
Berbentuk piramid dengan 3 sisi yang terletak di sebelah kranial
prostata.
Dinding vesicae urinaria tersusun atas :
1. tunica fibrosa dan tunica serosa
2. tuica muscularis
- m. detrusor vesicae
- m. trigonalis (lanjutan dari stratum longitudinale ureter)
- m. spinchter vesicae (di keliling ostium urethrae internum)
- m. pubovesicalis (lanjutan m. spinchter vesicae ke os pubis)
- m. rectovesicalis (dari fundus ke rectum)
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 13

3. tunica mucosa
- dapat digerakkan dari tunica muscularis kecuali pada trigonum
vesicae

Bangunan-bangunan pada permukaan luar vesicae urinaria :


- apex vesicae (puncak piramid), melanjutkan diri ke kranial sebagai
lig. vesicoumbilicale mediale
- fundus vesicae (basis piramid)
- corpus vesicae
- facies cranialis
- facies caudolateralis dextra dan sinistra

Bangunan-bangunan pada permukaan dalam vesicae urinaria :


- muara ureter pada sudut kanan dan kiri basis vesicae : ostium
ureteris
- plicae interureterica
- orificium urethrae internum : pada sudut caudal
- trigonum vesicae (Liautandi) : tunica mucosanya melekat pada
tunica muscularis (pada daerah m. trigonalis)
- uvula vesicae (proximal dorsal dari orificium urethrae internum)

Penggantung vesicae urinaria :


- diafragma pelvis (bagian cervix vesicae)
- lig. puboprostaticum mediale (pubovesicale)
- lig. puboprostaticum laterale
- lig. vesicale laterale
- lig. umbilicale medianum
- lig. umbilicale laterale
Arteria :
- a. vesicalis superior (a. umbilicalis)
- a. vesicalis inferior
a. ductus deferentis (laki-laki)
a. vaginalis (perempuan)
14 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Vena : ke plexus venosus prostaticus (vesicalis)  v. iliaca interna


Aliran limpha :
- ke lnn. iliaci interni, lnn. iliaci externi, lnn. sacralis, lnn. iliaci
communis
Inervasi :
- plexus vesicalis dan plexus prostaticus (cabang plexus hypogastricus
inferior)

4. URETHRA
Pada Perempuan :
- panjangnya hanya 3-4 cm
- dindingnya tersusun atas tunica muscularis dan tunica mucosa
- pada tunica mucosanya terdapat plicae longitudinales
- ke dalamnya bermuara glandula urethrales
- bangunan : ostium urethae internum, ostium urethrae externum,
crista urethralis

Pada laki-laki :
Urethraenya terbagi atas :
1. Pars prostatica urethrae, pada waktu urethrae menembus glandula
prostata. Bangunannya:
- ostium urethrae internum (ostium vesicae), disekelilingnya
terdapat m. sphinchter urethrae internum
- crista urethralis (lanjutan dari uvula vesicae)
- colliculus seminalis (lanjutan dari crista urethralis), merupakan
muara ductus ejaculatorius
- sinus prostaticus (sebelah lateral crista urethralis dan colliculus
seminalis), merupakan muara ductus glandula prostata
2. Pars membranacea urethrae, pada waktu urethrae melalui
trigonum urogenitale
- plicae longitudinale
- di sekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae externum
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 15

3. Pars spongiosa urethrae, pada waktu melewati corpus spongiosum


penis
- fossa infrabulbaris (pada permulaan pars spongiosa
urethrae)
- fossa terminalis (fossa navicularis) – pada bagian distal
urethrae
- plicae longitudinale
- ke dalamnya bermuara glandula urethrales
- ostium urethrae externum

Arteria :
- a. vesicalis inferior
- a. rectalis media
- a. bulbi penis (laki-laki)
- a. urethralis
- a. profunda penis (laki-laki)
- a. dorsalis penis (laki-laki)
Vena : ke plexus venosus prostaticus dan v. pudenda interna
Inervasi : plexus prostaticus (nn. cavernosi penis dan n. pudendus)

ORGANA GENITALIA MASCULINA


Organa genitalia masculina terdiri atas :
1. Organa genitalia masculina externa
- scrotum
- penis
2. Organa genitalia masculina interna
- testis, epipidymis,
- ductus deferens, dustus ejaculatorius, urethrae
- vesicula seminalis (glandula seminalis), prostata, glandula
bulbourethralis, glandula urethralis
- sperma atau semen terdiri atas spermatozoa (dihasilkan oleh
testis), getah dari glandula seminalis dan prostata.
- Aliran spermatozoa (dan sperma) : tubuli seminiferi contorti
16 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

 tubuli seminiferi recti  rete testis  ductus eferentes


testis  ductus epididymidis  ductus deferens  ductus
ejaculatorius  urethra pars prostatica

SCROTUM
- berbentuk kantong yang berisi testis, epididymis, funiculus
spermaticus dan selubungnya
- dinding :kulit
fascia superficialis : m. dartos (tunica dartos)
- septum scroti (diantara kedua testis)
- raphe scroti berlanjut menjadi raphe penis dan raphe perinea
Arteria :
- kulit dan m. dartos : r. perinealis a. pudenda interna, r. pudenda
extera a. femoralis, r. cremastericus a. epigastrica inferior
Aliran vena mengikuti arteria. V. pudenda externa  v. saphena
magna
Aliran limpha : ke lnn. inguinales superficialis
Inervasi :
- r. scrotalis n. ilioinguinalis (anterior)
- r. genitalis n. genitofemoralis (sensoris ke permukaan anterior dan
posterior)
- r. scrotalis medialis dan lateralis (n. perinealis)
- r. perinealis n. pudendus (posterior)
- r. perinealis n. cutaneus femoris posterior (inferior)

PENIS
Penis terbagi atas :
1. Pars fixa = radix penis
- melekat pada pelvis dalam spatium perinei superficialis,
terdiri atas :
a. 2 crura penis, melekat pada ramus inferior ossis pubis
dan berlanjut menjadi corpus cavernosum penis
b. bulbus penis, melekat pada fascia diafragma urogenital
inferior ditembus oleh urethrae. Berlanjut sebagai corpus
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 17

spongiosum penis
2. Pars libera
- bagian yang menggantung bebas yang terdiri atas : corpus
penis dan glans penis
- corpus penis berbentuk batang, terdapat : raphe penis,
dorsum penis (facies dorsalis), facies urethralis
- glans penis berbentuk kerucut yang melekat pada ujung
corpus penis, dengan bangunan : corona glandis, collum
glandis, preputium penis, frenulum preputii

Pada potongan melintang penis tampak :


1. 2 buah corpora cavernosa penis
- diantaranya : septum penis
- dibagi oleh trabeculae menjadi cavernae, didalamnya terdapat
arteria dan saraf
2. 1 buah corpus spongiosum penis(corpus cavernosa urethrae)
3. 1 buah corpus cavernosum glandis
- lanjutan dari corpus cavernosum urethrae dan menutupi
ujung corpora cavernosa penis
- septum glandis : tempat perlekatan frenulum preputii
4. Dinding penis :
- Fascia penis superficialis : mengandung otot polos,
berhubungan dengan tunica dartos dan fascia perinei
superficialis
- Fascia penis profunda : bersifat membranosa yang kuat,
lanjutan fascia perinei profunda
- Tunica albuginea : selubung fibrosa yang padat berwarna
putih (kadafer), membentuk septum penis

Penggantung penis :
1. lig. Fundiforme penis, mengelilingi penis dan berlanjut menjadi
septum scroti
2. lig. Suspensorium penis, dari symphisis pubis ke fascia penis
profunda
18 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Vaskularisasi : a. bulbi penis, a. profundae penis, dan a. dorsalis penis


Aliran vena :
- v. dorsalis penis plexus venosus prostaticus
- v. dorsalis superficialis v. saphena magna
Aliran limpha : lnn. inguinales superficiales, lnn. inguinales profundi,
lnn. iliaci externi

Inervasi :
- n. dorsalis penis
- r. profundus n. perinealis
- n. ilioinguinalis
- nn. cavernosi penis

TESTIS
- berbentuk bulat panjang, terdapat dalam scrotum
- penghasil spermatozoa (oleh tubuli seminiferi) dan hormon
testoteron (oleh sel interstitial / sel dari Leydig)
- di dalamnya terdapat septula testis, lobuli testis, mediastinum
testis

Bangunan-bangunannya :
- Extremitas superior
- Extremitas inferior
- Margo anterior
- Margo posterior
- Facies lateralis
- Facies medialis

EPIDIDYMIDIS
- merupakan tempat pematangan spermatozoa,
- yang menempel pada margo posterior testis, menutupi facies
lateralis
Terdiri atas :
- caput epididymidis : ductus epididymidis, appendix epididymidis
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 19

- corpus epididymidis
- cauda epididymidis, berlanjut ke ductus deferens
Bangunan lainnya : organon dari Geraldes (paradidymis)
Saluran sperma :
- ductuli eferentes testis, ductus abberans  ductus epididymidis
 ductus deferens
Penghubung epididymidis dengan testis :
- lig. epididymidis superior
- lig. epididymidis inferior
Vaskularisasi testis dan epididymidis:
a. testicularis, a. ductus deferentisa. spermatica externa
Aliran vena : ke plexus pampiniformis
Aliran limpha : mengikuti vasa testiculares ke lnn. lumbales (aortici)
Inervasi : plexus testicularis, n. genitofemoralis dan n. scrotales
posterior

DUCTUS DEFERENS
- mulai dari cauda epididymidis sampai ductus ejaculatorius
- dikelilingi oleh plexus pampiniformis membentuk funiculus
spermaticus
- bagian distal melebar :ampula ductus deferentis

DUCTUS EJACULATORIUS
- mulai dari caudal ampula ductus deferens, sampai setelah ductus
excretorius vesicula seminalis bermuara ke dalamnya
- bermuara pada colliculus seminalis pada urethrae pars prostatica

GLANDULA SEMINALIS (VESICULA SEMINALIS)


- sebagai glandula apokrin yang mengeluarkan semen
- terdiri atas pipa berkelok-kelok yang terbungkus jaringan fibrosa
dan otot polos
- bagian atasnya tertutup peritoneum
- ductus excretoriusnya bermuara ke dalam ductus deferens
20 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Vaskularisasi :
- a. ductus deferentis anastomosis dengan a. testicularis
- a. vesicalis inferior
- a. rectalis (hemorrhoidalis) media
Aliran vena : ke plexus venosus prostaticus dan ke plexus venosus
vesicalis
Inervasi :
- plexus hypogastricus superior plexus hypogastricus inferior dan
plexus prostaticus

FUNICULUS SPERMATICUS
- merupakan bangunan-bangunan yang menuju dan meninggalkan
testis
- mulai dari annulus inguinalis profundus – canalis inguinalis –
annulus inguinalis superficialis - sampai margo posterior testis

Funiculus spermaticus berisi :


1. ductus deferens
2. arteria :
- a. testicularis cabang dari aortae
- a. ductus deferentis a. vesicalis inferior
- a. cremasterica a. epigastrica inferior (m. cremaster)
3. Venae :
- Plexus pampiniformis (mengelilingi ductus deferens dan
arteria)  v. testicularis
4. Nervi :
- Saraf simpatis pada arteria
- Saraf simpatis dan parasimpatis pada ductus deferens
- r. genitalis n. genitofemoralis  m. cremaster
5. Vasa lymphatica berakhir pada nll.aortici lateralis dan nll.
preaortici
6. Sisa-sisa procesus vaginalis peritonei
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 21

Selubung funiculus spermaticus :


1. fascia spermatica interna (dari fascia transversalis)
2. m. cremaster (dari m. obliquus internus abdominis)
3. fascia cremasterica (fascia yang membungkus m. obliquus internus
abdominis)
4. fascia spermatica externa (lanjutan apponeurosis m. obliquus
externus abdominis)

GLANDULA PROSTATA
- tersusun oleh substansia fibromusculare yang berbentuk conus,
yang terletak di sebelah inferior vesicae urinaria,
- menghasilkan getah alkalis, dengan 2 ductus excretorius yang
bermuara ke dalam sinus prostaticus
- ditembus oleh pars prostata urethrae
- fascia prostatae (pembungkus prostata) :
- ke anterior menjadi lig. puboprostaticum mediale – m.
puboprostaticus
- lig. puboprostaticum laterale
- m.levator prostatae
Vaskularisasi berasal dari : a. vesicalis inferior dan a. rectalis superior
Aliran vena menuju ke :
- plexus venosus prostaticus, plexus venosus vesicalis, dan v.
iliaca interna
Aliran limpha menuju ke : nnll. iliaci interni, nnll. iliaci externi, nnll.
sacrales
Inervasi : plexus prostaticus

GLANDULA BULBOURETHRALIS
- terletak di dalam trigonum urogenitale, di antara m. spinchter
urethrae membranaceae (m. spinchter urethrae externum)
- bermuara ke fossa infrabulbaris pada pars cavernosa urethrae
- mengeluarkan getah agak alkalis yang berfungsi membersihkan
urethrae dari sisa urine
22 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

ASPEK KLINIS
- Phimosis ;para phimosis, adalah proses peradangan pada glans
penis akibat tertimbunnya kotoran (smegma) pada bagian sebelah
dalam preputium penis.
- Cryptochirmus merupakan testis yang tidak mengalami penurunan
ke scrotum (tidak mengalami decencus testiculorum).

DAFTAR PUSTAKA
Kanagasuntheran,R., Krisnamurti,A., Sikanandasingham,P., 1980, A
New Approach to Dissection od The Human Body, 2nd Edition,
JBW Printers and Binders Pte. Ltd., Singapore
Moore, K.L., 1990, Clinically Oriented Anatomy, 3nd Edition, Williams
and Wilkins, Baltimore, London.
Snell, R.S., 1997, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa kedokteran, Ed.3,
EGC, Jakarta.
Williams,PL., etc, 1989, Gray’s Anatomy, 27th Edition, Churchill
Livingstone, London.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 23

TOPIK : Praktikum Anatomi


PERTEMUAN KE : 3
SUB TOPIK : Organa Genitalia Feminina

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi anatomi organa
genitalia feminina

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi Struktur Anatomi Organa Genitalia Feminina
Eksterna Dan Interna
2. Mengidentifikasi Penggantung – Penggantung Uterus
3. Mengidentifikasi Penggantung – Penggantung Ovarium
4. Mengidentifikasi Vasa Dan Inervasi Organa Genitalia Feminine

Dasar Teori
Seperti halnya organa genitalia masculina, organa genitalia
feminina juga diklasifikasikan menurut kriteria-kriteria yang berbeda
yaitu secara topografis terbagi atas organa genitalia interna dan
organa genitalia externa. Adapun secara fungsional terbagi atas organ
yang memproduksi gamet dan hormon serta organ transportasi, organ
kopulasi dan pengembangan juga kelenjar aksesoris. Pada organa
genitalia feminina apparatus urinarius dan genitalis secara fungsional
terpisah sama sekali. Namun , secara topografis, dinding depan uterus
berdekatan dengan vesicae urinaria. Di daerah genital luar juga didapati
kedekatan hubungan topografis antara saluran urin (ostium urethrae
externum) dan saluran genital
(vagina). Untuk organ-organ seksual luar wanita (pudendum
femininum) yang secara klinis dinamakan vulva. (pustaka : Prometheus
hal: 310 )
24 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Skenario
Seorang wanita, 25 tahun, hamil 2 bulan, mengeluh nyeri perut kiri
bawah.Rasa nyeri makin lama makin hebat dan meluas ke seluruh
perut bagian bawah disertai rasa penuh di daerah rektum.Oleh
dokter yang memeriksanya, dia dinyatakan mengalami Kehamilan
Ektopik Terganggu, yaitu kehamilan di luar cavum uteri dengan
ruptura tuba uterina sinistra dan terjadi pengumpulan darah di
cavum Douglasi.

Pertanyaan:
1. Terangkan organ-organ yang terlibat dalam proses kehamilan
normal!
2. Di mana posisi anatomi tuba uterina?
3. Di mana posisi anatomi cavum Douglasi?
4. Jelaskan sistem vascularisasi organa genitalia feminina
interna!
5. mengapa timbul nyeri perut kiri bawah yang makin hebat dan
meluas disertai rasa penuh di rectum?

Petunjuk Identifikasi
Organa Genitalia Feminina Externa
1. Mons Pubis : peninggian membulat jaringan lemak didepan
symphisis pubis. Pada gadis dewasa ditumbuhi pubes (
rambut kemaluan ) yang merupakan salah satu tanda kelamin
sekunder.
2. Labium majus:
- Ada 2 kanan dan kiri, keduanya membatasi celah rima
pudendi.
- Di depan dihubungkan oleh commisura labiorum anterior.
- Di belakang dihubungkan oleh commisura labiorum
posterior.
- Mengandung akhiran ligamentum teres uteri , otot polos,
saraf dan lemak.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 25

3. Labium minus :
- Ke dorsocaudal kedua labium minus dihubungkan oleh
frenulum labiorum minorum.
- Ke ventrocranial kedua labium minus berhubungan dan
membentuk preputium clitoridis dan frenulum clitoridis.
4. Vestibulum vaginae: yaitu ruangan yang sebelah lateral
dibatasi oleh labium minus, sebelah ventrocranial oleh
frenulum clitoridis dan dorsocaudal oleh frenulum labiorum
pudendi. Disini terdapat lubang - lubang :
- ostium urethrae externum
- ostium vaginae
- muara gld. Vestibularis major, di kanan kiri ostium vaginae
- muara gld. Vestibularis minor, diantara ostium urethrae
externum dan ostium vaginae.
- muara gld. Paraurethralis, di kanan kiri ostium urethrae
externum.
Dibagian bawah terdapat cekungan fossa vestibuli / fossa
navicularis.
5. Clitoris, homolog dengan penis, mengandung jaringan
erektil.
6. Bulbus vestibuli, jaringan erektil pada sisi ostium vagina dan
ditutup oleh m. bulbospongiosus. Homolog dengan bulbus
penis pada pria.
7. Glandula vestibularis major (Gld. Bartholini), dibelakang
bulbus vestibuli.
Vascularisasi :
- a. pudenda externa
- a. pudenda interna
- a. profunda clitoridis dan a. dorsalis clitoridis
- a. vaginalis anterior.
Aliran limfe : menuju ke nnll. inguinalis superficialis.
Inervasi :
- n. ilioinguinalis, n. pudendus, n. dorsalis clitoridis dan plexus
uterovaginalis.
26 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Organa Genitalia Feminina Interna


1. Ovarium:
- terdapat dalam fossa ovarica dengan aksis hampir vertikal.
Fossa ovarica adalah cekungan yang dibatasi disebelah
dorsal oleh ureter dan a. hypogastrica, sebelah ventral
oleh a. umbilicalis dan cranial oleh a. iliaca externa.
- Terdiri dari 2 lapisan yaitu cortex dan medulla. Didalam
medulla inilah terdapat folliculi dan corpus luteum.
- Mempunyai facies lateralis, extremitas tubaria, extremitas
uterina, margo mesovaricus dan margo libera.
- Penggantung : ligamentum suspensorium ovarii (dari
extremitas tubaria ke kranial) , ligamentum ovarii
proprium ( dari extremitas uterina ke corpus uteri) dan
mesovarium.
- Vascularisasi : a. ovarica dan r. ovaricus a. uterina.
- Aliran limfe : ke nnll. lumbales.
- Inervasi : plexus ovaricus.
2. Tuba uterina / Tuba Fallopii / Salphynx
Dibagi menjadi 4 bagian :
a. Pars uterina tubae uterinae : dalam dinding uterus,
berawal sebagai ostium uterinum tubae.
b. Isthmus tubae uterinae : bagian tersempit.
c. Ampula tubae uterinae : bagian yang melebar, didinding
tipis.
d. Infundibulum : bangunan berbentuk corong, berakhir
sebagai ostium abdominale tubae uterinae yang
disekitarnya terdapat fimbriae tubae. Salah satu fimbriae
melekat pada ovarium disebut dengan fimbria ovarica.
Vascularisasi : rr. Tubarii a. uterina dan cabang a. ovarica
Aliran limfa : ke nnll. lymphatici lumbales
Inervasi : plexus ovaricus dan plexus hypogastricus inferior.
Penggantung : mesosalpinx, bagian dari ligamentum latum
mulai dari perlekatan mesovarium sampai tepi bebasnya.
Didalamnya terdapat cabang vasa ovarica, cabang vasa uterina,
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 27

paroophoron (sisa bagian distal ductus mesonephridicus) dan


epoophoron (sisa tubulus mesonephridicus).
3. Uterus / Hystera
Berbentuk seperti buah jambu tetapi agak pipih dan terdiri
dari bagian - bagian :
a. cervix uteri : bagian dalamnya terdapat canalis cervicis
yang berpangkal di ostium uteri externa dan berakhir
sebagai ostium uteri internum.
Permukaan canalis cervicis terdapat lipatan seperti daun
palem sehingga disebut plica palmatae.Bagian distal
cervix menonjol kedalam vagina, bagian ini disebut portio
vaginalis sedangkan bagian cervix yang tidak menonjol
dalam vagina disebut portio supravaginalis.
b. Isthmus : bagian yang tersempit dan merupakan batas
antara cervix dan corpus uteri.
c. Corpus uteri : puncaknya disebut fundus uteri.
Didalamnya terdapat cavum uteri yang disebelah
proksimal berhubungan dengan ostium uterinum tubae
kanan dan kiri sedangkan disebelah distal berhubungan
dengan canalis cervicis melalui ostium uteri internum.
Padanya terdapat facies vesicalis (diliputi oleh peritoneum dan
membentuk excavatio vesicouterina) dan facies intestinalis
(diliputi peritoneum dan membentuk excavatio rectouterina
/ cavum douglassi).
Penggantung :
a. ligamentum latum uteri, diantara 2 lembar ligamentum
latum terdapat tuba uterina, lig. Teres uteri, a. uterina,
plexus venosus, plexus nervosus uterovaginalis, lig. Ovarii
proprium dan ureter.
b. Mesometrium, bagian lig. Latum di kaudal mesosalpinx
dan mesovarium.
c. ligamentum cardinale, diantara 2 lembar ligamentum
latum.
d. ligamentum uterosacrale
28 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

e. ligamentum teres uteri / lig. Rotundum, berawal dari sudut


antara uterus dan tubae, masuk ke lig. Latum menuju ke
canalis inginalis dan berakhir di labium majus.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan :
a. endometrium, mempunyai 2 bagian yaitu stratum
fungsionale yang mengalami perubahan sesuai dengan
siklus menstruasi dan stratum basale.
b. Myometrium
c. Perimetrium , merupakan peritoneum yang menutupi
uterus. Ke lateral melanjutkan diri ke dalam ligamentum
latum.
Vascularisasi : a. uterina
Vena : plexus venosus uterinus bermuara ke v. rectalis
superior.
Limfa : ke nnll. lumbale, nnll. iliaca externa, nnll. iliaca interna
dan nnll. inguinalis superficialis.
Inervasi : Plexus nervosus uterovaginalis.
4. Vagina
Bangunan berupa tabung yang membentuk sudut 60 dengan
bidang horisontal.Di sebelah proksimal berhubungan dengan
ostium uteri internum sedang disebelah distal berakhir
sebagai ostium vaginae.
Bangunan - bangunan :
a. ostium vaginae, ditepinya ditutupi oleh hymen.
b. Hymen. Berdasarkan bentuknya ada beberapa jenis
yaitu:
- hymen anularis, berbentuk cincin
- hymen semilunaris, berbentuk bulan sabit
- hymen cribriformis, berlubang - lubang seperti
saringan
- hymen imperforata, hymen yang tidak berlubang.
Hymen bisa robek karena coitus sehingga hanya tinggal
sisanya disebut caruncula hymenalis.
c. Rugae vaginae, yaitu lipatan -lipatan didinding vagina.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 29

d. Fornix vaginae, yaitu vagina yang mengelilingi portio


vaginalis cervicis. Dapat dibedakan fornix anterior, fornix
posterior dan fornix anterior.
Dinding vagina terdiri dari 3 lapis yaitu :
a. tunica mucosa, terdapat rugae vaginalis dan collumna
rugarum anterior dan collumna rugarum posterior.
b. tunica muscularis, mengandung otot seran lintang dari m.
pubococygeus yang merupakan sphincter dari vagina.
c. tunica fibrosa.
Vascularisasi :
a. a. uterina
b. a. vaginalis
c. a. bulbus vestibuli.
Vena :
a. plexus venosus vaginalis
b. plexus venosus uterinus
c. plexus venosus vesicalis.
Limfa :
a. nnll iliaca externa
b. nnll iliaca interna
c. nnll inguinalis superficialis
d. nnll. sacrales
Inervasi : plexus uterovaginalis dan n. pudendus.

APLIKASI KLINIS
- Pada kehamilan ektopik terganggu (KET) terjadi perdarahan pada
cavum Douglass, pemeriksaannya melalui fornix posterior.
- Bangunan apa yang dilakukan tindakan pada tubektomi ?
- Uterus akan mengalami perubahan besar pada waktu seorang
wanita hamil sampai melahirkan, misalnya dinidng uterus, cervix
uteri atau portio vaginalis-nya.
30 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

DAFTAR PUSTAKA
Kanagasuntheran,R., Krisnamurti,A., Sikanandasingham,P., 1980, A
New Approach to Dissection od The Human Body, 2nd Edition,
JBW Printers and Binders Pte. Ltd., Singapore
Moore, K.L., 1990, Clinically Oriented Anatomy, 3nd Edition, Williams
and Wilkins, Baltimore, London.
Snell, R.S., 1997, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa kedokteran, Ed.3,
EGC, Jakarta.
Williams,PL., etc, 1989, Gray’s Anatomy, 27th Edition, Churchill
Livingstone, London.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 31

TOPIK : Praktikum Fisiologi


PERTEMUAN KE : 1
SUB TOPIK : Deteksi Ovulasi Dan Tes Kehamilan

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa dapat menjelaskan fisiolosi reproduksi feminina normal
dan awal kehamilan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1. Mahasiswa dapat menghitung siklus menstruasi, memperkirakan
waktu ovulasi dan masa subur dengan metoda kalender
2. Mahasiswa dapat melakukan dan menjelaskan deteksi ovulasi
dengan sampel urin secara chromatografi.
3. Mahasiswa dapat melakukan dan menjelaskan pelaksanaan tes
kehamilan dengan sampel urin secara chromatografi.

DASAR TEORI
Pubertas dan terjadinya siklus menstruasi seorang perempuan
akan dimulai jika GnRH dari hipotalamus disekresi. Selanjutnya akan
terjadi tahapan proses fisiologi reproduksi sebagai berikut:
1. GnRH merangsang sekresi FSH dan LH oleh hipofisis (FSH lebih
banyak/dominan)
2. FSH merangsang pertumbuhan folikel primordial ovary berkembang
menjadi matang (folikel deGraaf) dan mensekresikan hormone
estrogen dan progesterone. Pada tahap ini sekresi estrogen lebih
banyak/dominan dibandingkan progesterone)
3. Estrogen merangsang uterus dan berkembang hingga membentuk
endometrium yang tebal dan pertumbuhan/perkembangan seks
sekunder (mamae, rambut aksila, rambut pubes, dll)
4. Kadar estrogen sangat tinggi pada saat folikel telah matang (folikel
deGraaf), kadar estrogen tinggi ini berefek umpan balik positif
merangsang surge LH FSH oleh hipofisis.
5. Surge LH menginisiasi ovulasi, sehingga deteksi ovulasi dapat
ditentukan dengan deteksi LH puncak
32 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

6. Setelah ovulasi, folikel menjadi korpus luteum dan menyekresi


progesterone lebih banyak/dominan dibandingkan estrogen.
Progesteron sangat penting untuk maturasi endometrium dan
mencegah sekresi enzim proteolotik dan prostaglandin yang dapat
merusak/melisis endometrium
7. Jika ovum dibuahi, terbentuklah zigot dan terjadi implantasi kira-
kira 7 hari setelah ovulasi.
8. Implantasi/nidasi zigot berlanjut pertumbuhan sinsisiotrofoblas
plasenta dan organ-organ fetus. Sinsisiotrofoblas plasenta
mensintesa hormon glikoprotein disebut Human Chorionic
Gonadotropin (hCG)
9. Secara fisiologis, 24 jam setelah implantasi zigot, hCG sudah dapat
dideteksi dalam serum darah perifer. Dengan demikian, jika terjadi
konsepsi, hCG dapat dideteksi dari serum seorang wanita (siklus
menstruasi 28 hari) pada hari ke 22 dari hari pertama menstruasi
atau 8 hari setelah ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya.
10. Pada manusia, hCG sangat diperlukan selama kehamilan muda.
HCG memperpanjang umur korpus luteum dan memacu korpus
luteum untuk mensekresikan progesteron yang berfungsi untuk
mempertahankan fungsi endometrium tempat zigot berimplantasi
dan berkembang dan menstruasi tidak terjadi. Semua itu, hCG
mempunyai efek langsung untuk menghambat Gonadotropin
Releasing Hormone (GnH) yang selanjutnya menghambat
sekresi FSH dan LH dari hipofisis anterior sehingga tidak terjadi
perkembangan folikel dan tidak pula terjadi ovulasi selama
kehamilan berlangsung.Deteksi adanya hCG merupakan dasar
penentuan diagnosa kehamilan
11. Jika ovum tidak dibuahi, dan tidak ada implantasi zigot, seorang
wanita tidak memiliki hCG dan korpus luteum akan lisis/mati
dalam waktu 14 hari, sekresi progesteron turun mendadak hingga
sangat rendah dan terjadi menstruasi.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 33

Dua hal penting yang perlu dideteksi selama siklus menstruasi adalah
waktu ovulasi dan adanya kehamilan. Ovulasi diatur oleh elevasi
hormon luteinizing manusia (hLH). Dalam siklus menstruasi, hLH tetap
pada tingkat basal (biasanya di bawah 20 mIU / ml). Biasanya, sekitar 14
hari sebelum perkiraan menstruasi yang akan datang, hLH meningkat
pesat dengan signifikan, disebut “LH surge”. Gelombang hLH memicu
pelepasan telur dari ovarium. Statistik nunjukkan konsepsi yang paling
mungkin terjadi dalam 36 jam setelah LH surge. Tingkat hLH kembali ke
garis basal 2 sampai 3 hari setelah ovulasi. Gelombang hLH merupakan
indikator yang ideal untuk memprediksi ovulasi. Lonjakan hLH terbukti
telah berhasil digunakan sebagai bantuan dalam memprediksi ovulasi
dan juga akan membantu dalam penentuan waktu inseminasi.
Deteksi adanya hCG sangat penting untuk mendiagnosa kehamilan
secara dini. Dengan teknik tes kehamilan immunologic, yakni
berprinsip pada ikatan antigen-antibodi, hCG sudah dapat dideteksi
sebelum datang menstruasi berikutnya. Namun kadang-kadang hCG
urin belum dapat terdeteksi secara dini, karena kadar hCG dalam urin
belum mencapai kadar yang dapat dideteksi oleh alat tes. Konsentrasi
hCG terus meningkat sampai mencapai puncaknya kira-kira 60-80 hari
(minggu ke 10) dari hari pertama menstruasi.
Human Luteinizing Hormon dan hCG adalah hormon glikoprotein.
Hormon ini terdiri atas dua subunit yaitu subunit α dan subunit β.
Subunit α -hCG mempunyai struktur dan sifat sama dengan subunit-α
semua hormon glikoprotein (FSH, LH, TSH), sehingga tidak spesifik
terhadap salah satu hormon glikoprotein dan dapat menimbulkan reaksi
silang antar hormon-hormon tersebut. Subunit β-hCG menunjukkan
spesifisitas secara immunologik maupun aktivitas biologik untuk
hormon hCG, demikian halnya dengan subunit-α dari hormon
glikoprotein lainnya. Oleh karena itu, dalam mendeteksi adanya suatu
hormon glikoprotein, dilakukan deteksi/pengukuran terhadap subunit
β-nya. Demikian halnya untuk hLH.
34 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Selama kehamilan, konsentrasi subunit α-hCG bebas, tinggi dalam


jaringan plasenta, plasma, dan urin. Sedangkan konsentrasi subunit
β-hCG sangat sedikit. Konsentrasi subunit-α kira-kira 10 kali lipat dari
konsentrasi subunit β, baik di jaringan plasenta maupun serum.
Ditinjau dari struktur molekul, subunit β-hCG mirip dengan subunit
β-LH, sehingga aktivitas biologis kedua hormon tersebut sangat mirip.
Pada fase folikuler, hCG memacu sel-sel interstisial ovarium, memacu
terjadinya ovulasi, memacu luteinisasi sel-sel granulosa. Sedangkan
pada fase luteal, khususnya bila kehamilan dimulai, hCG dari sel-sel
sinsisiotrofoblas plasenta ini akan mempertahankan umur dan fungsi
korpus luteum, dan meningkatkan sekresi progesteron san estrogen
oleh sel luteal korpus luteum yang sangat berfungsi untuk proses awal
kehamilan.
Prinsip dasar tes chromatografi untuk deteksi kesuburan dan
kehamilan adalah sama, perbedaannya pada hormon yang dideteksi.
Tes kesuburan mendeteksi LH sedangkan tes kehamilan mendeteksi
hCG. Hornon LH atau hCG jika ada dalam urin akan bereaksi dengan
antibodi terikat enzim yang selanjutnya akan bereaksi dengan pigmen
tertentu dan membentuk warna stabil

A. PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Bahan dan Alat
a. Bahan :
1) Urin wanita pertengahan siklus atau akhir siklus sebelum
menstruasi dan hamil
2) Satu set tes kesuburan hLH dagnostik
3) Satu set diagnostic hCG: one-step cassette/strip hCG
pregnancy test, terdiri dari alat/kaset yang memiliki
bagian membran yang telah dilabel dengan antibodi anti-
hCG-zat warna
b. Alat :
1) Penampung urin/Pipet tetes
2) Pengaduk
3) Lampu/penerang
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 35

2. Cara Kerja
a. Tentukan fase siklus menstruasi praktikan perempuan anggota
kelompok dengan metode kalender
b. Siapkan sampel urin dari perempuan dalam fase menjelang
ovulasi dan hamil/diduga hamil,
c. Batasan optimal suhu ruangan adalah (18-30)oC
d. Letakkan sampel urin dalam pot plastik/kaca kecil
e. Ambil stik tes dan celupkan ke dalam urin sampai gatis batas.
Pastikan stik tes masih dalam standar waktu pemakaian
f. Amati hingga terbentuk perubahan warna berbentuk gatis
pada area tes stik
g. Penilaian:
1) Terbentuk satu garis= negatif (-)
2) Terbentuk dua garis = positif (+)

Gambar 1. One step pregnancy test

PRINSIP PROSEDUR TES OVULASI


Ovulasi Immunospec Memprediksi Uji adalah kromatografi
aliran lateral immunoassay. Strip uji meliputi 1) pad konjugat yang
mengandung anti-antibodi hLH digabungkan dengan emas koloid, dan
2) membran nitroselulosa berisi garis tes (T line) dan garis kontrol (C
line).
Ketika jumlah yang cukup spesimen diterapkan pada pad sampel
dari perangkat, hLH dalam spesimen mengikat dan mengenai antibodi
anti-hLH konjugasi di pad konjugat untuk membentuk kompleks dan
36 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

bermigrasi di sepanjang membran strip. Jika spesimen mengandung


hLH pada tingkat dekat dengan atau lebih tinggi dari 20 mIU / ml,
kompleks ini akan berikatan dengan antibodi menangkap dilapisi garis
T untuk mengembangkan sebuah band berwarna merah anggur.  Garis
C, sebuah band berwarna merah anggur di wilayah kontrol pengujian,
yang selalu akan muncul tanpa kehadiran hLH, berfungsi sebagai
pengendalian internal dari sistem tes.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 37

LEAFLET HCG TEST


“ACCU-TELL” ONE STEP CASSETTE HCG PREGNANCY TEST(HUMAN
CHORIONIC GONADOTROPIN) for Urine Samples For in vitro
diagnostic use only
Cat. No. Specification
ABT-FT-BI Boat Cassette
ABT-Fr-B2 Rectangular Cassette
Shelf Life 18 months from date of production
Storage 18 30° C
Sample Urine
Result Within 5 minutes

INTENDED USE
‘ACCU-TELL’ One Step Cassette hCG Pregnancy Test is a rapid
chromatographic immunoassay for the qualitative detection of human
chorionic gonadotropin (hCG) inurine, as an aid for the early detection
of pregnancy.

PRINCIPLE
The hCG One Step Pregnancy Test is a qualitative, solid phase, two-
site sandwich immunoassay for the detection of human chorionic
gonadotropin (hCG) in urine. The membrane is pre-coated with anti-
hCG antibodies on the test line region and anti-hCG antibodies on the
control line region. During test, the urine sample reacts with the dye
conjugate which has been pre-coated in the test device. The mixture
migrates upward on the membrane chromatographically by capillary
action to react with anti-hCG antibodies on the membrane and generate
a red line. Presence of this red line indicates a positive result, while
its absence indicates a negative result. Regardless of the presence of
hCG as the mixture continues to migrate across the membrane to the
immobilized goat anti-mouse region, a red fine at the control ine region
will always appear. The presence of this red line serves as verification
38 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

for sufficient sample volume and proper flow and as a contorl for the
reagents

SPECIMEN COLLECTION
The urine specimen must be collected in a clean and dry plastic or
glass container without any preservatives. The first morning urine is
preferred since it generally contains few highest concentration of hCGH.
However, urine collected at any time of day may be used. Urine samples
exhibiting visible precipitates should be centrifuged, filtered, or allowed
to settle to obtain clear supernatant for testing. Urine specimens may
be storet at 2 8 °C for up to 48 hours piror to assay. Urine containing
excessive bacterial contamination should not be used as this may cause
spurious results.

TEST PROCEDURE
Read the entire procedure carefuly prior to performing any tests. Allow
test deice and urine samples to equilibrate to room temperature (18 –
30 °C) prior to testing.
1. Remove the hCG test device from foil pouch. Use device as
soon as within 1 hour after removal from pouch specially if the
room temperature is more than 30 °C and in high humidity
environment.
2. Place the test device on a clean and level surface. Holding the
dropper, dispense six full drops of urine (0.2 ml) without air bubbles
into the sample well of the test device.
3. Wait for red lines to appear. The test should be readin approximately
1-5 minutes. Do not interpret results after 10 minutes.

INTERPRETATION OF RESULTS
POSITIVE Two distinct red lines will appear, one in the test region
(T) and another in the control region (C).
NEGATIVE Only a single red line appears in die control region (C). No
apparent red or pink line appears in the test region (T).
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 39

INVALID The lines in both regions fall to appear, as means improper


testing procedures or deterioration of reagents probaby
have occurred.

STORAGE AND STABILITY


Store as packaged in the scaled pouch at room temperature (18 – 30
°C). The kit is stable within the expiration date. The kit should be kept
away from direct sunlight, moisture and heat.

WARNING AND PRECAUTIONS


1. For in vitro diagnostic use only.
2. Do not use the test kit beyond expiration date.
3. The test kit should not be reused.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 1996. Texbook of Medical Physiology. W.B.
Saunders Company. USA.
McPhee, S.J Lingappa, V.R.; Ganong W.F.; Lange J.D. 1995.
Pathophysiology of disease. International Ed. Apleton and Lange
A Simon and Schuster Company. USA.
Greenspan F.S. 991. Basic and Clinical Endocrinology. 3 th Ed. Apeton
and Lange A Publishing division of Prentice Hall. USA.
Manual Chemidex-Indirect Pregnancy test.
Manual Direct Pregnancy test.
40 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

LEMBAR KERJA
TES KEHAMILAN HCG
Golongan :
Nama praktikan :
No. Mahasiswa :
Jenis Kelamin :
Tanggal Praktikum :
Jam :
Nama pasien :
Umur :
Tanggal terakhir menstruasi :
A. HASIL PEMERIKSAAN :
1. Siklus menstruasi praktikan perempuan
a. Praktikan 1..........................
1) Panjang siklus :..................
2) Tanggal hari 1 menstruasi terakhir : .................
3) Perkiraan tanggal menstruasi yang akan
datang:....................
4) Perkiraan tanggal ovulasi :.....................
5) Perkitaan waktu subur :.......................
b. Praktikan 2...................
2. Deteksi Ovulasi

3. Tes kehamilan

B. PEMBAHASAN

C. KESIMPULAN

D. DAFTAR PUSTAKA

Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan

( …………………………..) (…………………………)
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 41

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Bersama ini saya dengan identitas:

Nama : .............................................................................
NIM : .............................................................................

Setelah membaca petunjuk Praktikum Fisiologi dan memahami tujuan


percobaan, cara kerja dan manfaatnya maka dengan kesadaran sendiri tanpa
paksaan dari siapapun saya menyatakan bersedia untuk menjadi naracoba
pada praktikum:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

yang diselenggarakan di Laboratorium Bagian Fisiologi Program Studi


Kedokteran FKIK UMY pada hari/tanggal : ........................................................

Demikian surat pernyataan kesanggupan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta,
Yang menyatakan

(....................................)
42 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

TOPIK : Praktikum Fisiologi


PERTEMUAN KE : 2
SUB TOPIK : Fungsi Ginjal dalam Homeostasis Cairan

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi ginjal dalam pengaturan cairan
tubuh.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1. Mahasiswa dapat mengukur BJ urin.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme kerja ginjal dalam
pengaturan volume dan BJ urin pada berbagai kondisi.

DASAR TEORI
Ginjal memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh, antara lain:
Pertama, ginjal mengatur kadar air dalam tubuh. Kalau kadar air tubuh
berkurang, ginjal menahan agar air tidak keluar dari tubuh. Sebaliknya,
kalau berlebih, ginjal akan mengeluarkan air tersebut. Ini yang dikenal
dengan fungsi eksresi ginjal. Kedua, ginjal akan menyaring hasil/ sisa
metabolisme tubuh untuk kemudian dikeluarkan. Ketiga, memproduksi
serta mengatur sejumlah hormon penting dalam tubuh seperti hormon
eritropoitin pembentuk sel darah merah, hormon renin yang mengatur
tekanan darah serta hormon yang berperan untuk mengaktifkan
vitamin D (metabolisme tulang). Kemudian, ginjal mengatur sejumlah
proses kimia dalam tubuh meliputi menjaga keseimbangan garam, air,
asam basa, serta mineral.
Prinsip pengaturan homeostasis air tubuh adalah keseimbangan
intake air dengan kehilangan air. Dalam keadaan normal, total intake
rata-rata perhari adalah 2100 ml dan air metabolit sebanyak 200
ml. Kehilangan air tubuh melalui urin rata-rata adalah 1400 ml,
keringat sebanyak 100 ml, penguapan insensibel kulit sebesar 350 ml,
pernafasan sebesar 350 ml, dan melelui defekasi sebesar 100 ml.
Pusat pengaturan cairan tubuh adalah osmoreseptor di n.preoptik
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 43

hipotalamus. Rangsang berupa mukosa mulut kering dan hiperosmotis


cairan ekstrasel akan menimbulkan refleks haus untuk peningkatan
asupan air dan sekresi ADH untuk meningkatkan reabsorbsi air oleh
tubulus ginjal. Selain hipotalamus, ginjal berperan penting salam
pengaturan cairan. Kondisi hipovolemia, hiperosmosis, hiponatriemi
atau hiperkalemia akan merangsang aktivasi rennin-angiotensin untuk
peningkatan aldosteron. Selanjutnya aldosteron akan meningkatkan
reabsorbsi natrium, sekresi kalium dan reabsorbsi air. Sebaliknya, jika
terjadi peningkatan volume dan penurunan tekanan osmotik cairan
tubuh, akan terjadi peningkatan Atrial Natriuretik Peptide (ANP) dari
sel-sel dinding atrium yang akan menghambat reabsorbsi air di tubulus
ginjal. Mekanisme lain dari ginjal dalam homeostasis volume maupun
konsentrasi cairan tubuh adalah sistem transport di tubulus ginjal
memiliki kemampuan transport maksimal (Tm) untuk tiap komponen
substansi yang akan ditransport, baik reabsorbsi maupun sekresi.

TUGAS PRAKTIKAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. Air minum hipotonis, isotonis
2. Alat ukur volume urin
3. Alat ukur BJ urin (urinometer)
4. Pispot
5. termometer

B. PROSEDUR PRAKTIKUM
Praktikum ini membutuhkan 4 probandus masing-masing
mendapat perlakuan sebagai berikut:
1. Minum Air Tawar (cairan hipotonis)
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati
sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12
jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung
air tidak lebih dari 200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
44 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

a. Probandus menghentikan makan minum jam 20.00.


b. Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak
ditampung.
c. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel I.
d. Probandus minum air tawar sebanyak 1200 ml.
e. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel II.
f. Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit,
tampung, ukur volume dan BJ urin, catat sebagai sampel III,
IV, dst.
2. Minum air isotonis
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati
sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12
jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung
air tidak lebih dari 200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
a. Probandus menghentikan makan minum jam 20.00.
b. Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak
ditampung.
c. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel I.
d. Probandus minum air oralit sebanyak 1200 ml.
e. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel II.
f. Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit,
tampung, ukur volume dan BJ urin, catat sebagai sampel III,
IV, dst.
3. Puasa
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati
sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12
jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung
air tidak lebih dari 200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 45

a. Probandus menghentikan makan minum jam 20.00.


b. Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak
ditampung.
c. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel I.
d. Probandus tetap berpuasa.
e. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 09.00, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel II
f. Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 60 menit,
tampung, ukur volume dan BJ urin, catat sebagai sampel III,
IV, dst.
4. Kontrol
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati
sebagai probandus. Probandus tetap makan minum seperti biasa.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
a. Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak
ditampung.
b. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel I.
c. Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur
volume dan BJ urin, catat sebagai sampel II.
d. Selama praktikum, probandus boleh minum kira-kira 100 ml.
e. Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit ,
tampung, ukur volume dan BJ urin, catat sebagai sampel III,
IV, dst.
Cara Pengukuran BJ
a. Masukkan urin ke dalam gelas pengukur BJ kita-kira 2/3
tabung.
b. Masukkan pengukur BJ (urinometer).
c. Baca angka yang bertepatan dengan meniscus air, itulah BJ
cairan yang diukur.
d. Koreksi dengan suhu. Urinometer disetting untuk pengukuran
suhu 20oC. Jika suhu urin lebih atau kurang dari 20oC, perlu
dilakukan koreksi sebab suhu mempengaruhi nilai BJ.
46 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Perubahan suhu sebesar 3oC setara dengan perubahan BJ


sebesar 0,001.
Gunakan rumus berikut untuk menghitung koreksi:
Gunakan rumus berikut untuk menghitung koreksi:

BJ terkoreksi suhu = BJ terbaca +/- (selisih suhu terbaca ke 20oC) x 0,001

Jika>suhu
Jika suhu urin urin > 20ditambah.
20oC koreksinya o
C koreksinya ditambah.
Jika suhu urin < 20oC koreksi dengan dikurangi.
Jika suhu urin < 20oC koreksi dengan dikurangi.
Volume urin sedikit
Volume urin sedikit
a. Jika volume urin tidak mencapai 2/3 tabung pengukur BJ,
a. Jika volumemaka perlu
urin tidak ditambahkan
mencapai air.
2/3 tabung pengukur BJ, maka perlu ditambahkan air.
b. Ukur b.
BJ airUkur
terlebihBJdahulu.
air terlebih dahulu.
c. Gunakan
c. rumus sebagai rumus
Gunakan berikut sebagai berikut

SC.VC – SA.VA
______________
SU =– SA.VA
SC.VC
VU
SU =_________________
Keterangan
VU
SU= BJ urin
KeteranganSC= BJ campuran urin dan air
SU= BJ urin
VC= volume campuran urin dan air
SC= BJ campuran urin dan air
VC= volumeSA=campuran
BJ air urin dan air
SA= BJ airVA= volume air yang ditambahkan
VA= volume air yang ditambahkan
VU= volume urin sebelum dicampur air
VU= volume urin sebelum dicampur air

Catatan:
nilai BJ yang
Catatan: nilaidimasukkan
BJ yang rumus adalah BJ yang
dimasukkan rumustelahadalah
terkoreksiBJsuhu.
yang telah
terkoreksi suhu.

Daftar
Daftar PustakaPustaka
Guyton, A.C dan Hall, JE. (2008). Textbook of Medical Physiology, 11 th
Guyton, A.C dan Hall, JE. (2008). Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed. Elsevier
Ed. Elsevier Saunders.
Saunders.
Manual Penggunaan Urinometer
Manual Penggunaan Urinometer

35
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 47

LEMBAR KERJA UJI EKSKRESI GINJAL

Golongan :
Nama Praktikan :
Jenis Kelamin :
Tanggal :
NO PROBANDUS AWAL 30 MENIT 60 MENIT 90 MENIT
VOL BJ VOL BJ VOL BJ VOL BJ
1 Tidak puasa

2 Puasa

3 Puasa + cairan hipotonis


4 Puasa + cairan isotonis

PEMBAHASAN :

KESIMPULAN :

Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan

( …………………………..) (…………………………)
48 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Bersama ini saya dengan identitas:

Nama : .............................................................................
NIM : .............................................................................

Setelah membaca petunjuk Praktikum Fisiologi dan memahami tujuan


percobaan, cara kerja dan manfaatnya maka dengan kesadaran sendiri tanpa
paksaan dari siapapun saya menyatakan bersedia untuk menjadi naracoba
pada praktikum:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

yang diselenggarakan di Laboratorium Bagian Fisiologi Program Studi


Kedokteran FKIK UMY pada hari/tanggal : ........................................................

Demikian surat pernyataan kesanggupan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta,
Yang menyatakan

(....................................)
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 49

TOPIK : Praktikum Biokimia


PERTEMUAN KE : 1
SUB TOPIK : Biokimia Urine

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan zat-zat normal dan
abnormal di dalam urin

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Mahasiswa mampu:
1. Memahami dan melakukan pemeriksaan adanya protein dalam
urin
2. Memahami dan melakukan pemeriksaan adanya urea (ureum)
dalam urin
3. Memahami dan melakukan pemeriksaan pemecahan ureum oleh
enzim urease
4. Memahami dan melakukan pemeriksaan adanya asam urat dalam
urin
5. Memahami dan melakukan pemeriksaan adanya kreatinin dalam
urin
6. Memahami dan melakukan pemeriksaan adanya garam-garam
ammonium dalam urin
7. Memahami dan melakukan pemeriksaan adanya fosfat dan
kalsium dalam urin

DASAR TEORI
Urine atau air seni merupakan cairan yang jernih, kekuning kuningan,
berbau khas, reaksinya asam, dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal.

Zat zat yang terdapat dalam urine :


Zat-zat normal yang terdapat di dalam urine antara lain :
50 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Urea
Urea merupakan hasil akhir dari metabolisme nitrogen asam amino
(protein) dalam tubuh. Normal diekskresikan 25 gram urea tiap hari.
Urea merupakan jumlah terbesar senyawa nitrogen yang dikeluarkan
oleh tubuh lewat urine. Eksresi urea tergantung dari jumlah protein
yang dimakan, sedangkan senyawa nitrogen tidak dipengaruhi oleh
pemasukan protein.

Ammonia
Jumlah ammonia dalam urine dalam urine sangat sedikit, dibentuk
dan dikeluarkan langsung dari sel tubuli ginjal. Mengapa jumlah
ammonia urine hanya sedikit?

Kreatinine
Kreatinine adalah hasil pemecahan kreatin. Kreatin banyak
terdapat pada otot sebagai senyawa utama perantara energi bagi otot.
Pada penyakit otot, kreatin banyak dipecah hingga eksresi kreatinin
meningkat. Apa senyawa perantara energi lain di otot?

Asam urat
Asam urat adalah hasil oksidasi purin dalam tubuh, berasal dari
nukleo protein sel tubuh. Dalam air kelarutannya sangat kecil, tapi
larut dalam garam alkali. Bagaimana metabolisme purin dalam tubuh
sehingga dapat terbentuk purin dalam tubuh ?

Asam-asam amino
Dalam 24 jam orang dewasa mengeluarkan 15-200 mgram nitrogen
asam amino lewat urine. Pada bayi dikeluarkan 3 mgram asam amino/
kgram berat badan dan eksresinya turun berangsur-angsur sampai
umur 6 bulan.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 51

Alantoin
Alantoin adalah hasil oksidasi asam urat. Pada manusia tidak
ditemui alantoin dalam urine.

Klorida
Klorida dikeluarkan bersama Na dalam NaCl. Hampir seluruhnya
berasal dari NaCl makanan.

Sulfat
Sulfat dalam urine berasal dari metabolisme protein yang
mengandung S, yaitu sistein dan mentionin. Ada tiga bentuk sulfat
yaitu : Sulfat organik, Sulfat eterial dan Sulfat netral.

Fosfat
Fosfat dalam urine merupakan garam-garam Mg dan Ca. Fosfat
akan mengendap pada urine yang alkalis.

Oksalat
Oksalat terdapat sangat sedikit dalam urine. Senyawa kalsium
oksalat dapat merupakan penyebab masalah dalam klinik, mengapa?

Mineral
Dalam urine terdapat ion-ion Na+, K+, Mg+ dan Ca2+ yang merupakan
kation kation penting dalam tubuh, apa saja kepentingannya?

Hormon
Adanya senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan untuk
membantu mendiagnosis penyakit tertentu dan kehamilan. Amilase
dan sakaridase dapat meningkat pada pankreatitis. Hormon
khoriogonadotropin (HCG) terdapat pada urine wanita hamil.
52 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Zat-zat abnormal dalam urine


Protein
Pada keadaan normal, dalam urine sehari tidak lebih dari
200 mgram protein yang diekskresi. Bila ekskresinya naik desebut
proteinuria. Ini terjadi karena ganguan fungsi ginjal misalnya akibat
glumerulonefritis.

Glukosa
Dalam keadaan normal tidak lebih dari 1 mgram glukosa dieksresi
per hari. Bila diperiksa dengan reaksi benedict hasilnya negatif. Bila
kadarnya lebih tinggi disebut glukosoria, misalnya pada penyakit
diabetes militus.

Gula yang lain


• Fruktosa : adanya fruktosa dalam urine isebut fruktosuria.
Fruktosuria biasanya terdapat pada penyakit genetik tertentu.
• Laktosa : adanya latosa dalam urine disebut laktosuria.
• Pentosa : adanya pentosa dalam urine diebut pentosuria terjadi

Benda –benda keton


Benda kenton adalah asam aceto acetat, beta hidroksi butirat
dan aceton. Pada keadaan normaldalam urine terdapat 3-15 mgram
setiap hari. Pada kelaparan eksresinya meningkat, begitu juga pada
gangguan metabolisme karbohidrat, misalnya pada diabetes militus
tak terkontrol.

Bilirubin dan garam-garam kolat


Adanya bilirubin dan garam-garam kolat dama urine akibat
sumbatan saluran empedu hingga empedu masuk dalam saluaran
darah dan diekskresi melalui urine.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 53

Darah
Terdapatnya darah dalam urine disebabkan oleh penyakit-penyakit
tertentu. Keadaan ini disebut hematuria, misalnya pada radang ginja,
atau saluran kencing dibawahnya. Bila eritrosit pecah, hemoglobin
akan keluar. Adanya hemoglobin dalam urine disebut hemoglobinuria.
Adanya hemoglobin dalam urine dapat dibuktikan dengan tes
benzidin.

Indikan
Indikan adalah indosil sulfat, terdapat dalam urine sebagai garam
kalium. Obstipasi atau meningkatnya pembusukan (putrefeksi) triptofan
dalam protein dapat diubah menjadi indol kemudian diabsorbsi dan
dibentuklah indikan yang diekskresi bersama urine.

Porfirin
Porfirin diekskresi oleh orang dewasa kira-kira 60-200 mikrogram
per hari. Bila ekskresi naik disebut porfiria.

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIKUM


1. Menunjukkan adanya protein dalam urin
a. Masukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml urine kemudian 1
atau 2 tetes larutan asam sulfosalisilat 20 %. Terjadi endapan
putihatau kerutan.
b. Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml urine dan 2 ml reagen
Esbach (campuran antara asam pikrat dan asam sitrat).
Terjadiendapan kuning.
c. Analisis semi kuantitatif protein dalam urin menggunakan R
Esbach sbb :
Urin harus asam, atau bila belum asam dibuat asam dulu
dengan asam batu anggur terhadap lakmus. Urin yang lemah
asam ini harus jernih, bila perlu dengan disaring.
Bila berat jenis urin lebih tinggi dari 1,012 atau kadar protein
54 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

lebih tinggi dari 4%, urin harus diencerkan dengan air suling.
Pengenceran ini harus diperhitungkan kemudian.
Urin yang sudah disiapkan dimasukkan dalam tabung-tabung
esbach sampai U dan ditambah reagen esbach sampai tanda R.
Tabung di tutup dengan tutup karet dan digojog beberapa kali
untuk mencampur isinya.
Tabung dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar dalam
keadaan vertikal dalam tabung kayu dan kemudian dibaca
tingginya endapan protein pada skala, yang menyatakan kadar
protein dalam promil.

2. Percobaan urea (ureum)


a. Ke dalam tabung reaksi kering dimasukkan sedikit urea
b. Dipanaskan hati hati di atas api, sehingga urea meleleh.
Perhatikan bau yang timbul (gas NH3)
c. Pemanasan diteruskan sampai ureum yang meleleh menjadi
padat lagi, terjdai biuret.
d. Diamkan sampai menjadi dingin.
e. Tambahkan sedikit aquades, campur baik baik sampai larut(=
larutan biuret) tambahkan larutan 10% NaOH sama banyak
dengan larutan biuret, campur baik baik
f. Tambahkan satu tetes larutan 0,01 M Cu SO4, campur sehingga
terjadi warna violet ungu, kalau belum timbul warna tambah
larutan Cu SO4 satu atau dua tetes.
Reaksi Biuret
Reaksi biuret positif bila memberikan warna violet-
purple bila ada paling sedikit dua ikatan peptida (...CO-NH...)
dalam protein.
Biuret suatu senyawa (CONH2.NH.CONH2). senyawa
biuret ini positif terhadap tes biuret, warna yang timbul dikarenakan
oleh terjadinya kompleks koordinasi antara Cu²⁺ dengan gugus
–CO dan gugus –NH dari ikatan peptida dalam larutan alkalis. Tes
ini untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam protein.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 55

3. Pemecahan ureum oleh enzim urease


a. Kedalam 2 tabung reaksi, satu diisi 3 ml akuades dan yang lain
3 ml urin
b. Tambahkan 2 tetes larutan 0,04 % fenol merah
c. Jika belum terjadi warna pink (merah muda) tambahkan tetes
demi tetes larutan NaOH 0,1 M sampai terjadi warna pink
d. Masukkan larutan asam asetat tetes demi tetes sampai warna
pink tepat hilang. (pH=7)
e. Tambahkan sedikit tepung kedelai, campur hati hati
f. Diamkan beberapa waktu (sekitar 10 menit)
g. Perhatikan warna yang terjadi pada masing-masing tabung
Amonia yang terbentuk akan membuat larutan bersifat asam
sehingga fenolftalin berwarna merah muda. Dalam tepung kedelai
terdapat enzim urease.

Urease mengkatalisasi reaksi :


CO(NH2)2 + H2O CO2 + 2NH3 (ammoniak)

4. Asam urat
Ke dalam tabung berisi 3 ml urin ditambahkan 2 ml reagen folin
dan 2 ml Na2CO3 20% sehingga terjadi warna biru.

5. Percobaan untuk kreatinin


a. Reaksi asam pikrat (reaksi jaffe)
 Masukkan 1 ml asam pikrat jenuh
 Tambahkan 0,5 ml larutan 10 % NaOH campur hati-hati
 Campuran dibagi dua (dalam tabung reaksi): satu tabung
ditambah 3 ml urin tabung yang lain ditambah 3 ml
akuades.
 Isi tabung yang ditambah urin berwarna merah, oleh
karena terbentuk kreatinin pikrat, yang ditambah asam
menjadi kuning. Kreatin pikrat dalam suasana alkalis
memberikan warna merahdari senyawa tautomernya.
b. Reaksi Nitroprussida (dari Wey)
56 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

 Ke dalam reaksi tabung reaksi dimasukkan sekitar 3 ml


urin
 Di tambah beberapa tetes larutan nitroprusside
 Ditambah beberapa tetes 10% NaOH sehingga larutan
menjadi alkalis muncul warna merah yang cepat berubah
menjadiwarna kuning.
 Kreatinin bersama dengan nitroprusside dalam suasana
alkalik membentuk warna merah (ruby). Warna merah
berubah menjadi kuning. Bila diasamkan dengan asam
asetat, warna kuning berubah menjadi hijau kemudian
menjadi biru.

6. Menujukkan adanya garam-garam ammonium dalam urine


Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml urine, tambahkan
1 tetes larutan fenolftalein dan tetes demi tetes larutan Na2CO3
2% hingga larutan berwarna merah muda kemudian dipanaskan.
Timbulnya gas NH3 menunjukkan adanya garam ammonium dalam
urine cara menunjukkan timbulnya gas NH3 :
 Ambil batang kaca, basahi dengan larutan fenolftalin
 Masukkan batang kaca ini ke dalam bagian atas tabung reaksi
yang dipanaskan tersebut (batang kaca ini tidak sampai kena
dinding dan isi tabung reaksi)
 Fenolftalin pada batang kaca berwarna merah muda. Hal
ini disebabkan ammoniak (NH3) yang keluar dari terurainya
garam ammonium dalam urine.

7. Menunjukkan adanya fosfat dan kalsium


Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 10 ml urine dan tambahkan
beberapa tetes larutan NH4OH encer hingga alkalis dengan lakmus.
Panaskan lambat-lambat dan lihatlah terjadinya endapan Ca-Mg
fosfat. Saringlah endapan dengan kertas saring endapannya dicuci
dengan akuades. Kemudian endapan diatas kertas saring ditetesi 1
ml asam cuka 2% panas. Tapisannya (larutan Ca-Mg fosfat) dibagi
dalam dua tabung.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 57

Menunjukkan adannya fosfat


Suatu tabung yang berisi sebagian larutan Ca Mg fosfat
ditambah 1 tetes HNO3 pekat dan beberapa tetes larutan
ammonium molibdat. Dipanaskan terjadi endapan kuning jeruk
yang karakteristik menunjukkan adanya fostat (fostomolibdat).

Menunjukkan adanya kalsium


Pada tabung kedua percobaan diatas ditambah beberapa
tetes larutan K oksalat jenuh. Terjadinya kekeruhan dari Ca-oksilat
yang tidak larut.

Daftar Pustaka
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009
58 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

TOPIK : Praktikum Histologi


PERTEMUAN KE : 1
SUB TOPIK : Histologi Systema Uropoetica

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa memahami histologi Sistema uropoetika

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami struktur histologi ginjal
2. Mahasiswa mampu memahami struktur histologi ureter
3. Mahasiswa mampu memahami struktur histologi uretra

Dasar Teori
Sistema ini terdiri dari ren (ginjal), ureter, vesica urinaria dan
uretra. Sistem ini mempunyai tugas utama menghasilkan urine. cairan
yang membawa sisa-sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari
tubuh. Dengan demikian keseimbangan cairan tubuh dapat diatur
sebaik-baiknya

1. REN atau GINJAL


Ginjal berperan dalam filtrasi, absorbsi aktif dan pasif dan
sekresi. Ultrafiltrat darah dibentuk di glomerolus sedangkan
absorbsi substansia diperankan oleh tubulus dari nephron
terutama tubulus convolutus proximalis. Seperti kelenjar lain,
maka sistem ini terdiri atas 2 komponen pokok, yaitu komponen
penghasil sekret dan saluran penyalur sekret. Berbeda dengan
kelenjar umum, alat ini sebenarnya membuat urine tidak melalui
produksi sekret oleh epitel kelenjar, melainkan membuat urine
dengan cara mengambil cairan dan menyaring substansi yang
berasal dari aliran darah. Dari arah proksimal ke distal.

Struktur ginjal :
Capsula sebagai jaringan ikat padat membungkus ren, kecuali
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 59

pada hilum, tempat pembuluh-pembuluh keluar dari dan masuk


ke dalam ren.
Ren terdiri atas 2 bagian, yaitu : CORTEX dan MEDULLA

A. CORTEX
Bagian sebelah luar, di bawah capsula, sampai mencapai basis
pyramidis, pada perbatasan dengan medulla. Cortex meluas ke
medulla di antara pyramis renalis sebagai columna renalis.
Cortex renalis penuh berisi unit-unit fungsional yaitu Nephronum,
jumlahnya ± 2 juta dalam setiap ginjal, masing-masing terdiri
atas:

1. corpusculum renale, yang mempunyai 2 ujung, yaitu :


- Polus vascularis.
Ujung corpusculum, renale tempat arteriola afferentia
masuk dan arteriola afferentia meninggalkan kapiler
glomeruli.
- Polus urinaris.
Ujung corpusculum renale tempat dimulainya tubulus
contortus proximalis.

Corpusculum renale terdiri atas 2 komponen :


a. glomerulus, kapiler arteri terakit seperti benang kusut,
dinamakan rete capillare glomerulare. Dinding kapiler
dilengkapi dengan endotheliocytus fenestratus. Di
antaranya anyaman kapiler-terdapat sel mesangial
merupakan modifikasi sel otot polos.
b. capsula glomeruli, berbentuk mangkuk, berdinding dua
lapis :
1. paries externa: epithel simplex squamosum.
2. paries interna: epithelium simplex squamosum.
Dilihat dengan mikroskop elektron ternyata sel memiliki
tonjolan cytoplasma sebagai kaki-kaki, maka sel disebut
60 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

podocytus.
Tonjolan dinamakan :
- cytotrabecula.
- cytorodium.
Kedua dinding saling dipisahkan oleh lumen cansulae
(spatium urinarium), yang akan mengumpulkan cairan
kencing yang tersaring.

2. tubuli nephroni.
Sistem pembuluh ini mulai pada corpusculum renale di polus
vascularis.
Berturut-turut dari proksimal ke distal adalah
a. tubulus contortus proximalis
- berkelok-kelok dalam cortex.
- dinding : epithelium simplex cuboideum atau
simplex columnare rendah, sel asidofil kuat, banyak
mengandung mitochondria.
Dengan mikroskop elektron sel bersifat epitheliocytus
microvillosus, sehingga dengan mikroskop optik deretan
microvilli tampak sebagai limbus disebut limbus Peni­
ciliatus. Dasar sel juga menunjukkan gambaran bergaris
disebut limbus striatus basalis (ciri khas bagi sel yang
bertugas absorpsi).
b. tubulus attenatus, tubulus yang tidak berkelok-kelok
terdiri atas :
1. pars discendens bagian tebal, bagian yang lurus dari
tubulus proximalis turun ke arah medulla. Dinding
dilengkapi epithelicytus simplex cuboideum.
2. pars discendens bagian tipis, bagian yang lurus dari
pars descendens bagian tebal. Dinding dilengkapi
epitheliocytus simplex squamosum.
3. pars ascendens bagian tipis, bagian yang naik ke
pars acsendens bagian tebal. Dinding dilengkapi
epitheliocytus simplex squamosum.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 61

4. pars ascendens bagian tebal, bagian yang naik ke


arah cortex. Dinding dilengkapiepitheliocytus simplex
cuboideum. Tubulus attenatus yang berbentuk huruf
U dulu dikenal sebagai ANSA NEPHRONI.
c. tubulus contortus distalis
- berkelok-kelok lagi, di dalam cortex.
- merupakan ruas terdistal nephronum.
- dinding: epithelium simplex cuboideum dibandingkan
dengan tubulus contortus proximal, tubulus ini :
o lebih pendek dan lebih tipis.
o mempunyai lumen lebih besar, karena sel
dinding lebih kecil.
o pada epitheliocytus: microvilli tidak ada atau
sedikit.
o epitheliocytus kurang asidofil. sepanjang per­
ja­lanan cortex, tubulus contortus dis­talis
menempel pada arteriola glo­merularis afferens
atau efferens.

Pada tempat itu sel-sel epitel dinding tubulus menjadi


kolumnare, inti saling berapatan, sehingga deretan sel tampak
lebih gelap, padat; gambaran ini disebut macula densa (noda
padat). Diduga struktur ini berfungsi untuk menghantarkan
data-data osmolaritas cairan dalam tubulus contortus distalis
ke arteriole afferentia.
Tunica media pada arteriola glomeru-laris afferens di dekat
corpusculum renale men-galami modifikasi, sel epitel
dinamakan Juxta glomerulocytus, yang bersifat endocrinocytus
dengan cytoplasma bergranulae.
Granula terpulas positif dengan teknik P.A.S. Macula densa
bersama-sama dengan dinding arteriola yang dilengkapi
dengan juxta glomerulocytus membentuk apparatus
juxtaglomerularis.
62 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Pada apparatus :
Terdapat sel-sel berwarna pucat, dinamakan mesangiocytus
extra glumerularis. Membrana elastica interna arteriolae
menghilang pada daerah juxta glomerulocytus.
Juxtaglomerulocytus menghasilkan renin, yang dapat
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Jika
zat terakhir ini diubah menjadi angiotensin II maka sekresi
hormon aldosteron meningkat oleh cortex glandula adrenalis.
Dengan demikian reabsorpsi dan resorpsi natrium dan
khlorida dalam tubuli nephroni dapat diatur dan tensi darah
dapat dipengaruhi.

B. MEDULLA
Medulla terisi oleh pyramis medularis, 10-18 buah,, dengan :
- basis pyramidis menghadap ke arah cortex.
- apex pyramidis menjulang ke dalam sinus renalis.
Pada puncak apex, yang disebut papilla renalis, terdapat
daerah berlobang-lobang seperti tapisan : area cribrosa. Tiap
lobang, foramen papillare merupakan muara tubulus renalis
colligens.
Tubulus renalis colligens :
- lanjutan dari tubulus contortus distalis, epitel selapis kuboid.
- terdiri atas 2 bagian, yaitu
o ujung proksimal melengkung : tubulus renalis arcuatus.
o lanjutan yang lurus tubulus colligens rectus.
Ductus papillaris: lanjutan tubulus renalis colligens di
papilla renalis.

2. URETER
Dinding ureter disusun oleh Tunica mucosa :
- epthelium tansitionale di ureter 4-5 lapis.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 63

- lamina propria berlembar 2 buah :


o luar : jaringan ikat padat, tanpa papilla, mengandung
serabut elastis, sedikit noduli lymphatici kecil-kecil.
o dalam : jaringan ikat longgar.
Kedua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan
vesica urinaria melipat-lipat membujur pada waktu kosong.
Tunica submucosa : tidak jelas.
Tunica muscularis : otot polos, longgar, saling dipisahkan oleh
jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis.

Otot membentuk 3 lapis :


- stratum longitudinale internum,
- stratum circulare, dan
- stratum longitudinale externum.
Tunica adeventitia : jaringan ikat longgar.

VESICA URINARIA
Dinding tersusun serupa dinding ureter. epithelium transitionale.
Di daerah trigonum vesicae :
- tunica mucosa memiliki glandula trigoni vesicae.
- berkas otot polos membentuk bangunan melingkar, menge­
lilingi muara ostium urethrae internum, membentuk musculus
spincter internus. Di sebelah luar tunica muscularis dijumpai
tunica subserosa, tunica serosa atau tunica adventitia.

3. URETHRA
A. URETHRA FEMININA pada wanita
Tunica mucosa :
- epithelium pseudostratificatum, makin ke distal menjadi
epithelium stratificatum squamosum.
- lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi dengan
glandula urethralis dan lacuna urethrales, serabut elastis.
Karena bagian ini ditempati oleh plexus venosus, maka
disebut juga stratum spongiosum.
64 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Tunica muscularis, membentuk :


- stratum longitudinale : sebelah dalam.
- stratum circulare : sebelah luar.

B. URETHRA MASCULINA, pada pria.


Akan dipelajari di materi sistem genitalia masculina

PETUNJUK PRAKTIKUM
1. REN
Sediaan : SU-1; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
a. capsula fibrosa
b. cortex dan medulla
c. nephronum, sebagai suatu sistem, tersusun oleh komponen-
komponen :
1. corpusculum renale, terdiri atas
- glomerulus
- capsula glomeruli, terdiri atas :
- pars externa
- pars interna
- lumen capsulae
Perhatikan bentuk sel-sel penyusun epithelium di situ.
2. tubuli. Ini sesuai dengan wilayahnya terdiri atas :
- pars proximalis, tersusun oleh
- pars convolutus : berkelok
- pars-rectus : lurus
Sel epitel dilengkapi dengan limbus peniciliatus
(perhatikan pada sediaan demonstrasi terpulas
khusus untuk memperagakan fosfatase alkalis).
Bangunan ini tampak hitam intensif. Bandingkan
dengan ansa nephroni dan pars distalis yang tidak
terpulas hitam karena tidak mempunyai limbus
peniciliatus.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 65

- ansa nephroni : epitel pipih


- pars distalis : epitel kuboid
- tubulus renalis colligens :
<> tubulus renalis arcuatus.
Epitel yang kuboid selapis terdiri atas 2 jenis sel
- cellula densa : cytoplasma padat
- cellula lucida : cytoplasma jernih
<> tubulus colligens rectus, melanjutkan diri
menjadi ductus papillaris.
Tubulus ini dilengkapi epitel kuboid selapis.

2. URETER
Sediaan : SU-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
= Dinding
- tunica mucosa : berlipat-lipat membujur, dilengkapi
* epithelium transitionale
* membrana basalis
* lamina propria : jaringan ikat longgar.
- tunica muscularis : otot polos di sela jaringan ikat
longgar.
Tersusun 3 lapis :
* stratum longitudinale internum
* stratum circulare
* stratum longitudinale externum.
- tunica adventitia : jaringan ikat longgar
=  Lumen : pada penampang melintang tampak kosong,
berbentuk bintang.

3. VESICA URINARIA
Sediaan : SU-3; H E
Perhatikan :
- Tunica mucosa
66 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

* epithelium transitionale dengan sel- sel


- payung di permukaan; inti kadang-kadang 2 buah.
- kuboid di bagian dasar
* lamina propria : jaringan ikat longgar berserabut.
- Tunica serosa dan tunica adventitia : jaringan ikat longgar.

Daftar Pustaka
Geneser, Finn. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Geneser, Finn. 2007. Atlas Berwarna Histologi. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Junquiera, L. C., dan Jose, C.. 1997. Basic Histology Text Atlas; Tenth
Edition. New York: McGrawHill.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 67

TOPIK : Praktikum Histologi


PERTEMUAN KE : 2
SUB TOPIK : Histologi Genitalia Feminina

Tujuan Instruksional Umum:


Mahasiswa memahami histologi Genitalia feminina

Tujuan Instruksional Khusus:


Mahasiswa mampu memahami struktur histologi ovarium, tuba
uterine, uterus, vagina, dan apparatus genitalia externa

Dasar Teori
1. Ovarium.
Organ ini merupakan gonad. Tersusun oleh folikel-folikel yang
mempromosikan perkembangan telur (ovum) yang dikandungnya.
Ovarium juga memproduksi estrogen. Setelah folikel masak,
ovum dilepaskan sedang komponen folikel yang masih tertinggal
membentuk corpus luteum yang memproduksi estrogen dan
progesterone.
2. Tuba uterine.
Oviduct menjaring ovum yang telah lepas, bertindak sebagai
tempat utama fertilisasi, dan membawa ovum ke uterus, baik ovum
yang telah mengalami fertilisasi maupun yang belum mengalami
fertilisasi.
3. Uterus.
Uterus dilapisi oleh mukosa (endometrium), yang mengalami
perubahan struktur berkala yang dikendalikan oleh hormon
ovarium. Perubahan-perubahan ini mempersiapkan uterus, karena
peranannya, sebagai tempat implantasi dan pemberian makanan
ovum yang telah mengalami fertilisasi.
4. Vagina.
Organ serupa-tabung ini membantu mendorong sperma mela­
lui cervix, pintu sempit pada dasar uterus. Cairan di dalam lumen
68 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

vagina menambah motilitas sperma. Di bawah pengaruh estrogen,


epitel vagina menebal dan sel-selnya menimbun glikogen, yang
dilepaskan ke dalam lumen selama proses pengelupasan.
5. Apparatus genitalia externa.
Alat genitalis eksterna ini terdiri atas clitoris, labium mayus,
labium minus. Alat-alat genitalis eksterna ini mengandung se­jum­
lah besar ujung-ujung serabut syaraf yang memainkan peranan di
dalam merangsang gairah seksual.

B. PERUBAHAN-PERUBAHAN BERKALA
Di antara menarche (proses menstruasi pertama kali) dan me­
nopause, terjadi perubahan perubahan berkala, umumnya se­tiap
28 hari, dalam struktur dan kegiatan organ, terutama ovarium dan
uterus.
Koordinasi waktu dari perubahan-perubahan ini, sangat
penting untuk fungsi normal, reproduksi dikendalikan terutama
oleh gonadotropin hypophysis ialah FSH dan LH.
Hormon ini langsung berpengaruh pada ovarium, menyesuai­
kan pertumbuhan dan perkembangan folikel demikian juga pro­
duk­si hormon ovarium. Hormon ovarium (ialah estrogen dan
pro­gesteron) mengendalikan siklus menstruasi (ialah perubahan
berkala yang terjadi di dalam pelapis uterus) dan mempengaruhi
produksi gonadotropin hypophysis lewat umpan balik negatif
(“negative feedback”).

C. PERKEMBANGAN AWAL EMBRIONAL.


Diuraikan dalam bab ini.

D. GLANDULA MAMMAE.
Oleh karena glandula mammae juga mengalami perubahan-
perubahan histologik dalam kaitannya dengan siklus reproduksi,
kehamilan, hormon hypophysis dan ovarium, maka glandula
mammae dimasukkan dalam bab ini.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 69

OVARIUM
A. ORGANISASI UMUM.
Organ ini terdapat sepasang, bentuknya menyerupai buah-
badan (“almond-shaped”), berukuran 3X1,5X1 cm yang dilekatkan
oleh mesovarium pada ligamentum mayor. Ovarium terletak di
dalam cavum pelvis.
1. Selubung. Meskipun bagian paling luar ovarium ditutupi/
diselubungi epithelium germinativum, namun epithelium
germinativum ini tidaklah memproduksi oocytus, karena
namanya tersebut. Selubung ini terdiri atas selapis epitel
kuboid yang berasal dari peritoneum. Pelapis bagian dalam,
tunica albumin, terdiri atas lapisan jaringan ikat padat yang
terletak di antara epithelium germinativum dan cortex ovarii.
2. Struktur internal. Setiap ovarium, terbagi-bagi menjadi cortex
di bagian perifer, dan medulla di bagian tengah. Cortex dihuni
oleh sebagian besar folikel-folikel ovarium berisi oocytus yang
terdapat di dalam stroma jaringan ikat. Medulla tersusun oleh
stroma yang berisi penuh hamparan vaskularisasi.

B. FOLLICULUS OVARII.
Setiap folikel terdiri atas oocytus yang diselubungi oleh
selapis atau berlapis-lapis sel granulosum (folikuler). Cortex ovarii
mengandung folikel-folikel dari berbagai stadium perkembangan,
ialah :
1. Folliculus Primordialis. Stadium awal perkembangan folikel,
dan folikel ini merupakan folikel, yang tidak aktif dan
merupakan satu-satunya. folikel yang sudah ada sebelum
pubertas, dan merupakan penyusun ovarium selanjutnya.
Setiap folikel mengandung oocytus primarius (sebagian besar
dalam stadium diplotene pada profase meiosis I), di kelilingi
oleh selapis sel folikuler berbentuk pipih.
2. Pertumbuhan follikel. Pertumbuhan folikel distimulasi oleh
hormon FSH dari hypophysis, oocytusnya membesar mencapai
ukuran maksimum antara 125-150 mikron. Epitel folikuler
70 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

menjadi kuboidal dan mengadakan proliferasi menjadi epitel


berlapis (stratificatum) atau multilaminer. Stroma jaringan ikat
yang langsung menyelubungi folikel mengadakan diferensiasi,
menjadi theca folliculi yang memproduksi hormon steroid.
a. Folliculi primarius. Folliculi primarius terdiri atas oocytus
primarius diselubungi oleh selapis atau berlapis sel
folikuler. Folikel ini tidak memiliki anthrum folliculi.
* Folliculus primarius unilaminarius. Folikel ini terdiri
atas selapis sel folikuler berbentuk kuboid yang
menyelubungi oocytus. Pada stadium ini, zona
pellucida yang kaya glikoprotein mulai terbentuk di
antara oocytus dan sel folikuler.
* Folliculus primarius multilaminarius. Folikel ini
memiliki berlapis-lapis sel folikuler yang menyelubungi
oocytus. Selama stadium ini, zona pellucida menebal
dan theca folliculi mulai terbentuk.
b. Folliculus secundarius. Selama stadium ini, ruang-ruang
atau cavum folliculi terisi dengan liquor folliculi tampak
di antara sel-sel-folikuler, lambat laun bergabung
membentuk cavum yang lebih besar disebut anthrum.
Theca folliculi membentuk dua lapisan, theca folliculi
interna, yang penuh dengan jaringan vaskuler dan sel
kuboid penghasil hormon steroid yang mengandung
sejumlah besar reticulum endoplasmicum non-
granulosum, dan theca folliculi interna, terutama tersusun
oleh jaringan ikat vaskuler.
3. Folliculus maturus = folliculus de Graaf. Dapat dibedakan
dari folliculus secundarius akhir terutama ukurannya
yang besar (diameter 2,5 cm). Pada stadium ini, sebelum
terjadinya ovulasi, anthrum folliculi membengkak/membesar.
Oocytusnya terdesak ke arah satu sisi dalam folikel, diselubungi
beberapa lapis sel folikuler (corona radiata) dan sel-sel
folikuler sisa sebagai penyangga ialah cumulus oophorus.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 71

4. Folliculus atreticus. Meskipun kira-kira ada 400.000 folikel yang


ada pada saat lahir, namun hanya 450 buah folikel yang saja yang
mencapai maturus/masak. Kira-kira 95% men­jadi atreticum/
atresia (artinya bahwa folikel tersebut mengalami degenerasi
lewat autolisis) pada berbagai stadium perkembangan. Atresia
yang terjadi pada foliculus primordialis meninggalkan ruang-
ruang yang-segera terisi oleh stroma; akibatnya, tidak dapat
diketahui follicus primordialis yang mengalami atresia tersebut
pada masa dewasa. Sisa-sisa autolisis folliculus primarius dan
secundarius diambil oleh makrofag dan diganti oleh sel stroma
beserta parut serabut kolagen bergelombang. Parut ini sedikit
demi sedikit diambil dan diperbaharui menjadi jaringan stroma
normal. Beberapa sel theca folliculi dapat tinggal terus menjadi
sel interstitial yang secara aktif mensekresi hormon steroid,
terutama hormon androgen.

C. ASAL DAN MATURASI OOCYTUS.


Endoderm saccus vitelinus menumbuhkan sel germinativum
Primordialis, yang pindah ke rigi-rigi genitalis, dan dari sinilah
ovarium berkembang. Sel-sel germinativum diselubungi oleh sel-
sel folikuler pipih dan folliculus primordialis. Sel ini memasuki
pembelahan meiosis pertama kali dan tertahan dalam stadium
profase. Pada saat itu disebut oocytus primarius. Pembelahan
meiosis pertama, yang selesai tepat sebelum ovulasi, melibatkan
pembagian kromatin sama, namun tidak memberikan pembelahan
sitoplasma yang sama di antara oocytus secundarius yang
dihasilkannya. Oocytus secundarius yang mempertahankan
hampir seluruh sitoplasma ialah ovum; sedangkan sitoplasma
lainnya dinamakan first polar body. Sekali terbentuk, namun
masih mendahului ovulasi, ovum mulai masuk pembelahan
kedua, yang berhenti pada metafase sampai fertilisasi terjadi.
Pada saat fertilisasi, pembelahan meiosis kedua selesai tuntas dan
the second polar body terbentuk. Ovum yang telah mengalami
fertilisasi disebut zygote.
72 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

D. OVULASI
Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke 14 dari siklus menstruasi
yang ideal 28 hari. Ovulasi melibatkan robeknya/rupturnya
folliculus maturus dan pelepasan ovum. ovulasi terjadi dengan
didahului dan stimulasi sentakan dalam produksi hormon LH
oleh hypophysis. Volume liquor folliculi di dalam anthrum folliculi
bertambah. ovum beserta corona radiata yang menyelubunginya
memisahkan diri dari cumulus oophorus dan mengapung di dalam
anthrum folliculi. Stromanya menipis mungkin disebabkan aktivitas
kolagenase, dan menjadi iskhemia di antara follikel preovulasi dan
permukaan ovarium, yang menunjukkan tempat ambang pintu
ruptura atau disebut stigma. Selama ruptura, ovum beserta corona
radiata tetap intak, dikeluarkan oleh ovarium dan ditangkap oleh
tuba uterina. Apabila ovum tidak mengalami fertilisasi dalam 24
jam, ovum mengalami degenerasi.

E. CORPUS LUTEUM
Kelenjar endokrin sementara ini dibentuk oleh sisa-sisa folikel
setelah ovulasi.
1. Pembentukan copus luteum. Setelah ovulasi, folikel menjadi
kolaps dan sel-sel granulosum yang melapisinya menjadi
melipat-lipat. Perdarahan sedikit dari tempat ruptura dapat
menjendal di bagian tengah. Sel di dalam lapisan granulosa
dan theca folliculi interna membesar dan memperlihatkan
atau berpenampilan sebagai sel penghasil hormon steroid. Sel
granulosa lutein merupakan sel berukuran besar, pucat dan
sebagai sel penghasil progesteron, berasal dari sel granulosum.
Sel theca lutein, yang mensekresi estrogen, ukurannya lebih
kecil, tercat kuat dan berasal dari theca folliculi interna.
2. Corpus luteum menstruaticum. Apabila fertilisasi tidak terjadi,
maka corpus luteum mengalami degenerasi kira-kira setelah
14 hari.
3. Corpus luteum aravidarum. Apabila terjadi fertilisasi, corpus
luteum membesar. Corpus luteum ini dipertahankan selama 6
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 73

bulan, meskipun sedikit demi sedikit berkurang, namun masih


tetap ada sampai akhir kehamilan.
Selama estrogen dan progesteron, sel pada bangunan ini juga
menghasilkan relaxin, hormon polipeptida yang melonggarkan
perlekatan jaringan ikat pada symphysis osseum pubis,
sehingga mempermudah pintu pelvis membesar selama
persalinan.
4. Corpus albicans. Parut jaringan ikat padat ini yang menggantikan
corpus luteum yang mengalami degenerasi, ukurannya
lebih besar corpus luteum gravidarum bila dibandingkan
dengan corpus luteum menstruaticum. Menyerupai folliculus
atreticus, akhirnya diambil oleh makrofag.

F. HORMON OVARIUM DAN FUNGSI OVARIUM.


Hormon FSH dari hypophysis menstimulasi folikel tumbuh
selama separo siklus menstruasi. Folikel yang sedang tumbuh
memproduksi estrogen, kadarnya tinggi pada pertengahan
siklus merupakan umpan balik negatif bagi produksi FSH. Hal ini
menstimulasi akhir gelombang produksi LH yang mengendalikan
maturasi akhir folikel, merangsang ovulasi, dan mengendalikan
pembentukan dan menjaga corpus luteum. Corpus luteum sendiri
memproduksi progesteron dan estrogen Progesteron menghambat
produksi LH, menyebabkan corpus luteum mengalami degenerasi
setelah kira-kira 14 hari, kecuali apabila terjadi fertilisasi. Apabila
ovum mengalami fertilisasi dan bernidasi di dalam uterus,
chorionic gonadotropin diproduksi oleh placenta yang sedang
tumbuh, menjaga corpus luteum dalam tiadanya hormon LH.

TUBA UTERINA
Sering disebut oviduct dan tuba fallopii. Terdapat sepasang,
merupakan silinder masculer panjang kira-kira 12 cm. Lumen setiap
tubanya di sebelah proksimalnya berlanjut dengan cavum uteri. Setiap
tuba melebar dari arah uterus ke ovarium, dengan ujung distalnya
terbuka ke arah cavum peritonii di dekat ovarum.
74 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

A. FUNGSI.
Tuba uterina bergerak menutup ovarium setelah ovulasi dan
menangkap ovum setelah ovulasi. Tuba uterina menyediakan
lingkungan yang cocok untuk dan merupakan tempat fertilisasi
dan transportasi zygot (atau ovulasi yang tidak terfertilisasi) ke
uterus.

B. BAGIAN-BAGIAN TUBA UTERINA.


Dimulai dari bagian proksimal (yang melekat pada uterus)
terhadap uterus, terdapat 4 segmen, ialah:
1. Pars interstitialis (atau bagian intramular), merupakan segmen
yang menembus dinding uterus. Mengandung mukosa yang
sedikit melipat-lipat dan myometrium yang menyokong
tunica. muscularisnya.
2. Isthmus, segmen sempit yang berbatasan dengan dinding
uterus, mengandung beberapa lipatan mukosa.
3. Ampulla. Segmen tengah yang lebar, mengandung mukosa
yang melipat-lipat dan bercabang-cabang dan merupakan
tempat fertilisasi paling sering terjadi; dan
4. Infundibulum. Segmen paling distal berbentuk serupa
cerobong asap yang terbuka. di dekat ovarium. Lanjutan
lapisan mukosanya berbentuk seperti jari-jari disebut fimbriae,
memproyeksi dari pintu terbukanya. mengarah ke ovarium.

C. STRUKTUR DINDING TUBA UTERINA.


Dinding tuba uterina memiliki 3 lapisan, ialah :
1. Tunica mucosa. Tunica mucosa ini meliputi lamina propria
dan epitel pelapisnya. Lipatan mukosa paling lebar dan
paling banyak terdapat di dalam ampulla; mengurang dalam
ukuran dan jumlahnya pada tuba uterina yang mengarah ke
uterus. Pelapisnya berupa epithelium simplex columnare dan
memperagakan dua jenis sel utamanya ialah :
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 75

a. Sel kolumner bersilia. Silia (cilium) yang terdapat di bagian


apex sel bergerak berirama. Sebagian besar silia bergerak
ke arah uterus dan sebagai penopang transportasi telur
ke uterus, sedangkan beberapa geraknya menuju ke
ovarium dan menopang transportasi sperma.
b. “Peg cells”. Sel berukuran rendah dan mensekresi mukus
terbesar di antara sel-sel bersilia. Lapisan mukus tipis’
yang dihasilkan digerakkan ke arah uterus oleh silia,
menolong transportasi ovum dan menghalang-halangi
masuknya bakteri ke cavum peritonii.
2. Tunica muscularis. Lapisan ini memperagakan lamina circularis
internus dan lamina longitudinale externus. Kontraksi otot ini
menggerakkan ovum menuju uterus.
3. Tunica serosa. Pelapis terluar tuba uterina merupakan lamina
peritonii visceralis.

UTERUS
Organ muskular berbentuk buah-pir (“pear-shaped organ”)
yang terdapat di dalam cavum pelvis. Organ ini merupakan tempat
implantasi dan perkembangan embryo awal.

A. BAGIAN-BAGIAN UTERUS.
Uterus secara anatomik terbagi-bagi menjadi 3 daerah, ialah:
1. badan = “body” atau corpus. Merupakan bagian terbesar,
berbentuk bulat dan letak di bagian tengah.
2. Fundus merupakan perluasan corpus di atas pintu masuknya
tuba uterina.
3. Cervix atau leher, sempit, merupakan perluasan uterus ke
arah bawah masuk ke dalam canalis vaginalis.

B. STRUKTUR DINDING UTERUS.


Fundus dan corpus disusun oleh 3 lapis, ialah:
- myometrium
76 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

- endometrium, dan
- tunica serosa atau adventitialis

1. Myometrium.
Tunica muscularis uterus ini paling tebal, terdiri atas
4 lapis otot polos yang tidak jelas batas-batasnya. Lapisan
tengah mengandung sejumlah besar arteria yang melengkung
(arteria arcuata) yang memvascularisasi endometrium. Otot
polos myometrium tumbuh pesat selama kehamilan, baik
hipertrofi maupun hiperplasia. Pada saat melahirkan hormon
oksitosin dari hypophysis merangsang kontraksi dengan
kuatnya dan bertanggung jawab terhadap keluarnya janin.
2. Endometrium.
Mukosa uterus terdiri atas selapis epitel kolumner
ditopang oleh lamina propria. Glandula tubuler simplex meluas
dari permukaan ke dalam lamina propria; sel pelapisnya
berlanjut dengan permukaan. Endometrium yang menerima
vascularisasi ganda, terbagi menjadi dua daerah, ialah :
a. Stratum functionale. Disebut juga Pars functionalis,
merupakan lapisan superfisial temporer. Sangat responsif
terhadap hormon ovarium dan mengalami siklus
penebalan dan pengelupasan. Lapisan ini kemudian
terbagi-bagi menjadi zona compacta (di bagian superfisial)
dan di sebelah dalam zona spongiosa.
b. Stratum basale. Lapisan Ini lebih tipis, letak di sebelah
dalam, dan merupakan lapisan permanen mengandung
bagian basal kelenjar endometrial dan dipertahankan
selama menstruasi. Stratum basale ini merupakan epitel
pelapis kelenjar yang membelah dan menyelubungi
permukaan yang kasar terkupas selama menstruasi.
c. Vascularisasi. Sepasang arteria uterina bercabang-
cabang membentuk arteria arcuata ini memberikan
dua set arteria ialah arteria recta ke stratum basale dan
arteria convolata menuju pars functionalis. Vascularisasi
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 77

ganda ke endometrium ini sangatlah penting dalam


siklus mengelupasnya pars functionalis. Arteria convolata
hilang, sedangkan arteria recta dipertahankan.
3. Tunica serosa dan adventitia. Lapisan atau tunika ini
merupakan jaringan ikat yang menyelubungi uterus. Fundus
diselubungi oleh capsula serosa, sedangkan corpus uteri
diselubungi tunica adventitia dari jaringan ikat longgar.

C. SIKLUS MENSTRUASI.
Endometrium mengalami perubahan- perubahan berkala
yang dikendalikan oleh hormon ovarium, ialah estrogen dan
progesteron. Sebaliknya, produksi hormon ovarium dikendalikan
oleh hormon FSH dan LH dari hypophysis dan berkaitan dengan
pertumbuhan folikel untuk proses ovulasi, pembentukan dan
degenerasi corpus luteum. Rata-rata siklus menstruasi berkisar
antara 28 hari, diperkirakan dapat dilukiskan dalam 3 fase.
Permulaan perdarahan menstruasi umumnya merupakan hari
pertama dari siklus.
1. Fase-menstruasi. Fase menempati 3-5 hari pertama dari siklus.
a. Perubahan-perubahan endometrium. Berkurangnya
produksi corpus luteum menstruaticum menyebabkan
kontraksi sebentar-sebentar arteria convoluta. Hal ini
menyebabkan ischemia, degenerasi dan mengelupasnya
pars functionalis.
Fragmen jaringan pars functionalis bersama-sama
darah dan jaringan uterus dibuang ke vagina sebagai
cairan menstruasi. Oleh karena arteria recta yang
memvascularisasi lamina basalis tidak bereaksi dengan
perubahan-perubahan hormonal, maka lamina basalis
tetap utuh.
b. Perubahan-Perubahan yang berhubungan dengan
ovarium. Tidak adanya chorionic gonadotropin dari
embrio, corpus luteum mengalami degenerasi dan
produksi progesteron terhenti.
78 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

2. Fase proliferatif/fase folikuler.


Fase ini menduduki antara ke 4-6 sampai ke 14.
a. Perubahan-perubahan endometrium. Di bawah pengaruh
penambahan kadar estrogen, endometrium diregenerasi
mulai dari sisa-sisa lamina basalis/stratum basale. Oleh
karena pars functionale menebal kelenjar-kelenjarnya
bertambah panjang, dan secara relatif tetap lurus.
b. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan ovarium.
Di bawah pengaruh hormon FSH dari hypophysis, folikel
tumbuh dan memproduksi estrogen. Pengaruh LH
pada hari ke 14 menyebabkan ovulasi dan menyokong
pembentukan corpus luteum.
3. Fase sekresi/fase luteal.
Stadium ini menempati hari ke 14 sampai ke 28.
a. Perubahan-perubahan endometrium. Di bawah pengaruh
hormon progesteron dari corpus luteum yang sedang
berkembang menyebabkan pertumbuhan kelenjar,
lumen­nya berdilatasi dengan sekretnya, jaringan ikatnya
oedem, dan mengakibatkan menebalnya endometrium.
Kelenjarnya menjadi lebih berkelok-kelok, memperagakan
seperti gerigi-gigi pada potongan longitudinal, ber­tam­
bahnya sekresi glikoproteinnya (sari makanan untuk
em­bryo sebelum implantasi). Arteria berkelok-kelok
menjadi memanjang dan tumbuh mendekati permukaan
lumenalnya. Hari ke 20 siklus menstruasi, endometrium
secara maksimal siap menerima implantasi embryo.
Tanpa adanya implantasi, siklus menstruasi dimulai lagi.
b. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan ovarium.
Hormon LH menopang perkembangan corpus luteum. Sel
granulosa lutein mulai memproduksi progesteron, dan sel
theca lutein Menghasilkan estrogen. Pada akhir fase ini,
tanpa adanya chorionic gonadotropin dari embrio yang
berimplantasi, corpus luteum mengalami degenerasi dan
produksi progesteron berhenti.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 79

D. CERVIX UTERI.
Permukaan eksternal cervix uteri menonjol ke dalam lumen
vagina. Dindingnya terutama terdiri atas jaringan ikat padat dan
hanya sedikit mengandung otot polos. Mukosanya terdiri atas
epitel kolumner selapis dan banyak sekali kelenjar cervicalis yang
melapisi permukaan internal cervix (canalis cervicalis). Sedangkan
pelapis cervix uteri bagian permukaan eksternal dilapisi epithelium
stratificatum squamosum (bagian permukaan vaginal). Meskipun
mukosa cervix tidak mengelupas pada saat menstruasi, perubahan-
perubahan berkala terjadi di dalam jumlah dan viskositas sekret.
Misalnya pada selama ovulasi, sekret yang mengandung air
mempermudah penetrasi oleh sperma; sedang fase luteal dan
selama kehamilan, sekretnya berlimpah dan bersifat viskus.
Dilatasi cervix yang mendahului persalinan disebabkan oleh
aktivitas kolagen yang kuat di dalam dinding cervix uteri.

FERTILISASI
Fertilisasi terjadi pada “ampullaristhmic junction” dalam tuba
uterina, bilamana sperma menembus corona radiata, terus menembus
zona pellucida. Hanya satu kepala sperma mengadakan fusi dengan
membrana plasma ovum (oolemma). Kejadian ini merangsang
penyelesaian pembelahan meiosis kedua ovum, dan “polar body”
terbuang. Akhirnya, haploid laki-laki dan perempuan pronuclei bersatu
membentuk nucleus zygote menjadi diploid.

PERKEMBANGAN PRA-IMPLANTASI.
Zygote mengalami beberapa kali pembelahan mitosis menjadi
sel padat berbentuk bola disebut morula, bergerak sepanjang oviduct
menuju uterus. Suatu ruang atau cavum terbentuk pada bagian tengah
ovum, dan sekarang disebut blastocystus. Pada stadium ini (hari ke 4
setelah fertilisasi), embryo masuk ke dalam uterus. Sel-sel blastocystus
(blastomer) membentuk 2 lapisan: trofoblast perifer, yang akan
membentuk pars foetalis placentae, dan sel berbentuk discus (masa
sel sebelah dalam), yang akan membentuk embryo, menonjol ke dalam
80 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

cavum/ruang. Sesudah mencapai lumen uterus, blastocystus terapung-


apung bebas selama 2-3 hari sebelum mengadakan implantasi. Zona
pellucida menghilang pada saat itu, mempermudah sel trofoblast
kontak langsung dengan endometrium.

IMPLANTASI
A. REAKSI DESIDUAL.
Pada saat implantasi, penetrasi embryo stadium awal ke
dalam epitel uterus, endometrium mengalami perubahan-
perubahan, menandakan adanya reaksi decidua (endometrium
pada saat kehamilan disebut sebagai decidua). Selama reaksi ini,
endometrium menebal dan sel-sel stromanya membesar menjadi
sel decidual, yang memproduksi Prolaktin. Reaksi decidua. ini
membantu mencegah invasi trofoblast ke dalam endometrium,
(kondisi ini disebut Placenta increta atau percreta). Decidua sendiri
ada tiga bagian, ialah :
1. Decidua basalis, bagian yang letaknya di bawah tempat
implantasi dan membentuk pars materna placenta.
2. Decidua capsularis, merupakan bagian yang terdapat di atas
implantasi embryo dan memisahkannya dari cavum uteri,
dan
3. Decidua varientalis, merupakan sisa endometrium, ialah
bagian yang tidak mengadakan kontak langsung dengan
embryo.

B. AKTIVITAS BLASTOCYSTUS
1. Trofoblast = trophoblastus. Sel trofoblast melekat pada
endometrium, membelah secara cepat, dan mengadakan
diferensiasi menjadi dua lapis, ialah :
a. syncytiotrophoblastus, lapisan terluar yang sangat invasif,
terdiri atas sel besar multinuklear. Sel ini terbentuk
dengan cara fusi beberapa sel mono-nuklear di bawah
lapisan.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 81

b. cytotrophoblastus, Trophoblastus mengikis epitel uterus,


mempermudah embryo menginvasi stroma. Hari ke-9
Setelah fertilisasi, embryo terbenam keseluruhannya
di dalam endemetrium. dan diselubungi oleh kulit dari
trofoblast. Jenis implantasi ini, seluruh bagian embryo
terkubur di dalam endometrium disebut implantasi
interstisial.
2. Masa sel di sebelah dalam. Masa sel di sebelah dalam
membentuk diskus bilaminer (blastodiscus), yang menjadi
embryo sendiri, dan kulit mesoderm ekstra embryonal yang
melapisi bagian permukaan sebelah dalam trofoblast.
Blastodiscus dipisahkan dari mesoderm ekstra embryonal
oleh suatu ruang atau cayum, ialah coelom ekstraembryonal.
Embryo selanjutnya dipisahkan dari endometrium oleh kulit-3
lapis ialah chorion.
3. Chorion. Termasuk chorion ialah synctitiotrotopho-blastus,
cytotrophoblastus dan mesoderm ekstra embryonal. Regio
chorion ialah :
a. Chorio frondusum, bagian yang berbatasan dengan
decidua basalis, yang membentuk bagian fetal placenta
(pars foetalis placentae) dan
b. Chorio laeve, bagian yang berbatasan dengan decidua
capsularis. Pada pertengahan umur kehamilan, lapisan
ini mengadakan fusi dengan decidua parietalis pada sisi
berlawanan dengan uterus menghilangkan cavum uteri.

PLACENTA
Merupakan organ sementara yang pembentukannya dimulai
selama implantasi. Placenta tersusun oleh jaringan embryo (chorion
frondusum) dan jaringan ibu (decidua basalis). Placenta mengangkut
sari makanan dari ibu dan oksigen ke embryo, membersihkan darah
dan mensekresi hormon.
82 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

A. LANGKAH-LANGKAH PLACENTA.
1. Lacuna. Syncytiotrophoblastus menyelubungi dan membentuk
sejumlah besar pulau-pulau jaringan endometrium yang berisi
pembuluh darah . Enzim disekresi oleh syncytiotrophoblastus
melisis jaringan ibu, meninggalkan ruang-ruang (lacuna) dan
pembuluh darah yang rusak. Pembuluh darah yang rusak
mengisi lacuna dengan darah ibu.
2. Villi primarius. Villi primarius merupakan alur-alur solid/
mampat yang tumbuh masuk ke lacuna. Villi primarius ini
tersusun oleh syncytiotrophoblastus dan cytotrophoblastus.
3. villi secundarius. Mesenkim di bawah ekstra embryonal
membanjiri villi primarius, membentuk villi secundarius,
tersusun oleh syncytiotrophoblastus, cytotrophoblastus, dan
inti mesenkim ekstraembryonal.
4. Villi tertius. Mesenkim ekstra embryonal di dalam villi
secundarius mengadakan diferensiasi di dalam pembuluh
darah yang kemudian akan membentuk hubungan dengan
pembuluh umbilicalis. Villi tertius ini tersusun oleh
syncytiotrophoblastus, cytotrophoblastus, dan mesenkim
ekstra embryonal villi secundarius, dan pembuluh darah di
tengahnya.

B. FUNGSI PLACENTA
1. Memindah-tempatkan sari makanan dan zat tidak berguna.
Hari ke 23 kehamilan, pembuluh darah foetus mulai
bersirkulasi melalui villi tertius. Sari makanan dari darah ibu
dalam lacuna mencapai sirkulasi foetalis dengan melewati
syncytiotrophoblastus. Cytotrophoblastus yang kemudian
menghilang setelah semua sel mengadakan fusi dengan
syncytiotrophoblastus, lamina basalis trophoblastus;
mesenkim ekstra embryonal; membrana basalis sel endothelial
pembuluh darah di dalam villi tertius; dan endothelial foetalis.
Ke enam lapis tersebut membentuk sawar placenta/placental
barrier yang hanya mengijinkan substansi terpilih menembus
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 83

ke dan dari sirkulasi ibu dan anak. Batas antara jaringan


maternal dan foetal ditandai dengan fibrinoid, lapisan produk
nekrosis. Lapisan ini dapat membentuk sawar antigenik, yang
dapat diterangkan suatu toleransi maternal dari antigen foetal
(dan sebaliknya).
2. Sekresi hormon plasenta. Plasenta memproduksi chorionic
gonadotropin, chorionic thyrotropin, chorionic corticotropin;
estrogen, progesteron, prolactin dan lactogen plasental.

VAGINA
Merupakan tabung/silinder musculer yang meluas dari cervix uteri
ke genitalia externa. Dindingnya tanpa kelenjar, dan pelumasan vagina
mengikut-sertakan sekresi yang dihasilkan oleh glandula cervicalis
dan glandula Bartholini dan glandula mucosa kecil-kecil di dalam
vestibulum. Dinding vagina memiliki tiga lapis :
a. TUNICA MUCOSA.
Lapisan ini terdiri atas epithelium stratificatum squamosum, kaya
akan glikogen dan ditopang oleh lamina propria yang mengandung
sejumlah besar serabut elastis. Metabolisme bakterial glikogen
dari pengelupasan sel pelapis masuk ke dalam lumen vagina
mengakibatkan penimbunan asam laktat dan menyebabkan
vagina ber-pH rendah/asam. Pleksus kapilaris yang banyak sekali
dijumpai pada lamina propria merupakan sumber cairan yang
melimpah yang merembes ke dalam lumen selama stimulasi
seksual. Mukosa vagina hanya mengandung sedikit ujung-ujung
syaraf sensoris.
b. TUNICA MUSCULARIS.
Terutama terdiri atas otot polos longitudinal. Tunica muscularis
ini mencakup beberapa serabut sirkuler di dekat mukosa.
c. TUNICA ADVENTITIA.
Selubung terluar jaringan ikat padat vagina. Kaya akan serabut
elastis dan mengandung sejumlah besar plexus venosus; berkas-
berkas serabut syaraf dan kelompok neuron juga ada.
84 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

GENITALIA EXTERNA (VULVA)


Daerah ini penuh dengan corpusculum Meissneri dan Vater Paccini
bersama-sama ujung-ujung bebas serabut syaraf. Genitalia externa
meliputi komponen tersebut :
a. CLITORIS.
Clitoris homolog dengan bagian dorsal penis terdiri atas dua
jaringan erektil corpora cavernosa kecil-kecil yang berujung di
dalam glans clitoridis. Clitoris ini dibungkus oleh preputium dan
diselubungi oleh epithelium stratificatum squamosum.
b. VESTIBULUM.
Vestibulum ini merupakan ruang muara vagina dan urethra.
Dilapisi oleh epithelium stratificatum squamosum dan meliputi
dua jenis kelenjar, ialah :
1. Glandula Bartholini atau glandula vestibularis mayris, me­
rupakan dua kelenjar mukosa tubulo-alveoler besar pada dua
tempat yang berlawanan dari vestibulum. Glandula ini analog
dengan glandula bulbourethralis Cowperi pada laki-laki.
2. Glandula vestibularis (glandula vestibularis minoris). Kelenjar/
glandula ini berukuran lebih kecil dan lebih banyak glandula
mucosa yang tersebar di sekitar vestibulum, dan jumlahnya
lebih banyak lagi di dekat urethra dan clitoris. Glandula ini
analog dengan glandula Littre pada laki-laki.
c. LABIUM MINUS.
Merupakan lipatan kulit dengan bagian tengahnya berisi
jaringan ikat spongeus dibungkus oleh epithelium stratificatum
squamosum. Terdapat sedikit lapisan keratinisasi/kornifikasi
pada bagian superfisial dan disamping itu mengandung kelenjar
keringat dan kelenjar minyak pada kedua permukaannya, namun
tidak memiliki rambut.
d. LABIUM MAYUS.
Merupakan lipatan kulit yang di bagian tengahnya berupa
jaringan lemak subcutanea dan lapisan tipis otot. Permukaan
sebelah dalam setiap lipatan kulit tersebut sama dengan
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 85

labium minus, lapisan sebelah luar lebih banyak keratinnya


dan mengandung rambut. Kedua permukaannya mengandung
sejumlah besar glandula sebacea dan glandula sudorifera.
e. KELENJAR DEWASA (SELAMA KEHAMILAN).
Pengaruh beberapa hormon, termasuk estrogen, progesteron,
prolaktin dan lactogen placenta manusia menyebabkan
peningkatan proliferasi ductus lactiferus dan pertumbuhan
alveolus pada ujung-ujungnya, membesarnya susu.
Epitel terminal ductus interlobularis mengadakan proliferasi
dan diferensiasi menjadi sel penghasil air susu, mengakibatkan
terbentuknya sejumlah besar alveolus sekretorik di dalam lobulus.
Selama kehamilan sel alveolus mammae di tandai secara khas
oleh nukleus basal yang di kelilingi oleh reticulum endoplasmicum
granulosum, complexus golgiensis yang letaknya supranuklear,
mitokondria yang letaknya tersebar, lisosoma, vesikel sekretorik
berisi protein, dan beberapa tetes-tetes lemak di bagian apex sel.
Sel alveoler dan lamina basalisnya dipisahkan oleh sel myoepitel.
Pada kehamilan akhir, jumlah sel plasma di dalam jaringan ikat
interlobularis bertambah banyak. Sel tersebut memproduksi IgA
yang ditambahkan pada sekresi mammae (terutama kolostrum)
dan menambah imunitas pasif kepada bayi yang baru lahir.
Meskipun kelenjar ini berkembang selama kehamilan, sekresi
tidak dijumpai di dalam lumennya sampai kehamilan akhir, apabila
kelenjar tersebut mengandung kolostrum, atau selama menyusui,
apabila kelenjar mengandung susu kaya-lipid sesungguhnya.
g. INVOLUSI SENILIS.
Setelah menopause, bagian sekretorik, ductus, dan jaringan
ikat adiposus dan jaringan ikat interlobularis di dalam mammae
menjadi atrofi.
86 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

PETUNJUK PRAKTIKUM
1. OVARIUM
Ovarium lengkap dengan folliculus ovaricus
Sediaan : SG-7a; H E
Perhatikan pada :
a. Ovarium lengkap :
- Epithelium superficialis : sel kuboid selapis.
- Tunica albuginea :
jaringan ikat fibroelastis padat, kurang teratur, terletak di
bawah epitel.
- Cortex:
* sel serupa sel otot
* folliculi ovarici dengan berbagai tahap
perkembangan
- medulla : jaringan ikat fibromuskuler dengan pembuluh
darah.
b. Folliculi ovarici.
Coba temu-tunjukkan :
1. folliculus ovaricus primordialis dengan ovogonium
epithelium squamosum simplex
2. folliculus ovaricus primarius dengan
- ovogonium
- epithelium cuboideum simplex
3. folliculus ovaricus secundarius dengan ovocytus stratum
granulosum : dinding tersusun oleh cellulae granulosae
berlapis-lapis theca folliculi interna, theca folliculi externa
liquor
4. folliculus ovaricus maturus (GRAAF) dengan
- cumulus oophorus, terdiri atas ovocytus zona
pellucida corona radiata
- antrum folliculare berisi liquor follicularis
stratum granulosum theca folliculi : jaringan ikat
fibrovaskuler
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 87

2. TUBA UTERINA (Salpinx)


Sediaan : SG-9; H E
Perhatikan :
a. dinding :
- tunica mucosa melipat-lipat, memiliki
<> epithelium columnare simplex dengan cellula ciliata
cellula nonciliata: sekretoris
<> lamina propria: ikut melipat, membentuk plicae
mucosae dengan ukuran tinggi tidak teratur. Jaringan
ikat longgar ini mengandung fibroblastus.
- tunica muscularis: lapisan otot polos yqng membentuk :
<> stratum circulare: sebelah dalam.
<> stratum longitudinale: sebelah luar
- tunica serosa: jaringan ikat longgar; dari luar dilapisi
mesothelium.
b. lumen: pada penampang melintang batas lumen tidak teratur.
3. UTERUS
Corpus uteri
Sediaan : SG-10; H E
Perhatikan :
a. Endometrium : Tunica mucosa ini terdiri atas
- epithelium columnare simplex, mengandung
* cellula ciliata
* cellula nonciliata
* muara glandulare uterinae
- lamina propria sebagai stroma. endometrialis.
Tampak
* glandulae uterinae
* cellulae decidualis
Endometrium menunjukkan beberapa lapisan, dari dalam ke
luar :
- stratum fungtionale
- stratum compactum
- stratum basale
88 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Perhatikan ciri stratum masing-masing.


b. Myometrium. : Tunica muscularis ini berlapis-lapis
- stratum submucosum otot membujur, melingkar, dan
ada yang miring.
- stratum vasculare: tertebal, kaya pembuluh darah.
- stratum supravasculare: serabut, otot melingkar dan
membujur.
- stratum subserosum: serabut otot membujur, tipis.
c. Perimetrium : sesuai dengan tunica serosa.
4. VAGINA
Sediaan : SG-12; H E
Perhatikan :
- tunica mucosa
* epithelium squamosum noncornificatum. Sel-sel mem­
bentuk :
> stratum superficiale sel pipih
> stratum intermedium. sel polyhedral
> stratum basale : sel kolumner
* lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi pembuluh
darah dan lymphocyti
- tunica muscularis : otot polos yang membentuk
<> stratum circulare
<> stratum longitudinale : terbanyak, terutama di separuh
bagian luar.
5. CLITORIS
Sediaan : SG-13; H E
Perhatikan :
a. Kulit terdiri atas
- epithelium squamosum stratificatum cornificatum
- corium. dengan ujung-ujung saraf pembuluh darah
- subcutis tampak lemak corpuscula lamellosa
b. Corpora cavernosa dilengkapi dengan :
- tunica albuginea. yang mempercabangkan trabeculae
- cavernae : rongga-rongga terisi plexus venosus.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 89

6. PLACENTA
Sediaan : SG-17; H E
Perhatikan pada :
a. pars materna endometrium basale dengan cellulae
idecidualis
b. pars fetalis villi chorialis
- dilapisi epithelium tersusun oleh 2 jenis sel :
<> cytotrophoblastus : di sebelah dalam,
<> syn(cytio) trophoblastus : di sebelah luar
- berisi :
<> jaringan mesenchym
<> pembuluh darah
c. septum intervillosum : darah ibu mengisi celah antara pars
fetalis dan pars maternalis.
Perhatikan juga bangunan berasal dari trophoblastus
- cellula gigantica : sel raksasa
- substantia fibronoidea sebagai hasil degenerasi.

Daftar Pustaka
Geneser, Finn. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Geneser, Finn. 2007. Atlas Berwarna Histologi. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Junquiera, L. C., dan Jose, C.. 1997. Basic Histology Text Atlas; Tenth
Edition. New York: McGrawHill.
90 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

TOPIK : Praktikum Histologi


PERTEMUAN KE : 3
SUB TOPIK : Histologi Sistem Genitalia Masculina

Tujuan Instruksional Umum:


Mahasiswa memahami histologi sistema genitalia maskulina

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami struktur histologi genitalia
interna
2. Mahasiswa mampu memahami struktur histologi genitalia
externa

Dasar Teori
Sistema genitalia masculina dibedakan atas :
a. Organa genitalia masculina interna :
Testis, ductus deferens, vesicula seminalis, glandula prostata dan
glandula bulbouretralis
b. Organa genitalia masculina externa, terdiri atas : penis, dan
uretra

ORGANA GENITALIA MASCULINA INTERNA


A. TESTIS dan EPIDIDYMIS
Fungsi dan struktur alat ini diatur oleh hormon gonadotropin.
Fungsi produksi spermatozoon dan hormon androgen. Struktur: alat
ini tersusun oleh kerangka bungkus dan sistem saluran :
1. bungkus luar :
a. tunica vaginalis :
- Dua lapis sebagai kantong, mesothelium
- melapisi permukaan testis bagian anterior
b. tunica albuginea :
- jaringan ikat padat fibrosa
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 91

- merupakan kapsula, yang lebih tebal, terdapat sepanjang


permukaan bagian posterior, membentuk mediastinum
testis.
c. tunica vasculosa : sangat tipis
2. Struktur dalam :
a. Septa Merupakan perluasan tunica albuginea, masuk pada
masing-masing testis membagi testis menjadi ± 250 lobulus.
b. Lobulus Tiap lobulus terdapat 1-4 tubulus seminiferous
bersifat exocrine dan jaringan ikat longgar di antara tubulus
terdapat endocrynocytus interstitialis (Leydig) yang bersifat
endocrine.
3. Sistem saluran :
a. tubulus seminifer convolutus, lumen terjadi sejak fetus berusia
7 bulan. Dinding tersusun oleh sel berlapis-lapis, terdiri atas :
<> epithelium spermatogenicum, tersusun oleh 2 jenis sel :
- gonocytus, sel kelamin, membentuk 3 lapis, dari luar
ke dalam/basal ke arah lumen
* spermatogonium, dengan gambaran mitosis.
Ada 2 jenis, yaitu :
-- Tipe A, inti berbentuk oval, chromatinum
berbentuk granula kecil di tepi membrana
basalis.
-- Tipe B, inti berbentuk cakram, chromatinum
bergumpal jelas.
Setelah mitosis sel menjadi spermatocytus primarius.
* spermatocytus Primarius, inti dengan gambaran
meiosis.
* spermatocytus secundarius, sel lebih kecil,
terdapat lebih ke arah lumen.
* spermatidium, sel memanjang dengan inti
ovoid.
* Spermatozoon :
-- di dalam testis dengan perantaraan caput
“terpancang” pada epitheliocytus susten­
92 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

tans (cellulae sustentacularis), dulu di sebut


sel Sertoli.
-- pada epididymis terdapat di dalam lumen.
- cellulae sustentacularis., inti berbentuk seperti
piramid.
Di dalam tubulus seminiferous testis, jika dipotong secara
melintang dapat dibedakan ada 6 assosiasi sel, masing-
masing assosiasi memiliki susunan sel spermatogenik
yang berbeda.
Pada assosiasi sel tahap ke VI memiliki susunan : (dari
arah basal lumen)
- spermatogonium tipe A
- spermatocytus I zygoten
- spermatocytus I pochytene
- spermatocytus meiosis
- spermatocytus II
- spermatidium (spermiogenesis)
<> membrana limitans di sebelah luar epitel, terdiri atas:
- stratum basale, lapisan terdalam berupa jaringan
ikat.
- stratum myoideum, mengandung sel-sel kontraktil
yang saling berhubungan secara zonula occludens.
- stratum fibrosum, lapisan terluar. Intersitium
testis, adalah jaringan yang mengisi sela-sela di
antara tubulus seminifer convolutus testis. Di sini
dijumpai sel penghasil hormon androgen, disebut
endocrinocytus interstitialis yang dulu dinamakan
sel LEYDIG.
b. tubulus senimiferus rectus, berjalan lurus masuk ke dalam
rete testis. Ciri disini yang penting ialah :
- di dalam tubulus tidak terjadi spermatogenesis.
- dinding dilengkapi dengan :
* epithelium cuboideum
* sel penunjang (cellulae sustentacularis)
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 93

c. rete testis, dilapisi epithelium cuboideum,


d. ductuli efferentes berjalan pada caput epididymidis. Dinding:
- epithelium simpleks columnare dengan cilia membantu
gerakan spermatozoon ke epididymidis.
- epithelium simpleks cuboideum, mengabsorbsi sekret
dari tubulus seminiferous.
- membrana basalis.
- stratum fibromusculare, tersusun oleh otot polos dan
jaringan ikat tipis.
e. ductus epididymidis berkelok-kelok diselubungi jaringan ikat,
sehingga membentuk corpus dan cauda epididymidis. Dinding
dilapisi epithelium pseudostratificatum dengan sel 2 jenis :
- epitheliocytus basalis: rendah, di dasar epitel.
- epitheliocytus microvillosus: tinggi, permukaan bebas
sel dilengkapi dengan microvillus, yang dikenal sebagai
stereocilia. Sel ini mensekresi glycerophosphocholine
yang diduga menghambat kapasitasi, dan glycoprotein
yang belum diketahui fungsinya.

B. DUCTUS DEFERENS
Tunica mucosa, melipat-lipat membentuk plicae mucosae, dengan:
- epithelium pseudostratificatum; di ampula stereocilia sudah tidak
tampak lagi.
- lamina propria mengandung serabut-serabut elastis.
Tunica muscularis, kuat, mencolok sekali, mempunyai 3 lapisan :
- stratum longitudinale internum,
- stratum circulare, tebal dan
- stratum longitudinale externum.
Tunica adventitia, jaringan ikat longgar, elastis, mengandung pembuluh
darah, lympha, syaraf, dan otot seran lintang (musculus cremaster).
Pada bagian ampulla :
- lumen melebar,
- tunica muscularis menipis, dan
- mucosa sangat melipat-lipat seperti pada vesicula seminalis.
94 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

C. KELENJAR PENUNJANG
Fungsi kelenjar penunjang menghasilkan sekret yang berguna
sebagai sarana untuk aktivasi gerak.
1. vesicula (glandula) seminalis
Sebenarnya alat ini berupa ductus yang amat berkelok-kelok.
Struktur dan fungsi alat ini diawasi oleh hormon. Tunica mucosa,
melipat-lipat sehingga dapat meningkatkan luas permukaan. yang
mengandung sel sekretorik dan dapat mekar jika penuh sekret.
Memiliki:
- epithelium pseudostratificatum columnare dengan sel-sel
kecil yang memproduksi sekret, melapisi tunica mucosa.
- lamina propria. Sekret tebal, kekuning-kuningan dan dicurah­
kan ke dalam ductus ejaculatorius pada waktu ejaculatio,
ejakulat.
Tunica muscularis, tidak setebal pada. ductus deferens, Terdiri dari
2 lapis :
* stratum circulare di sebelah dalam.
* stratum longitudinale di sebelah luar.
Tunica adventitia.
2. Glandula Prostata
Capsula Prostatica.
Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos
membungkus kelenjar ini. Kelenjar tersusun oleh banyak kesatuan
dengan banyak saluran yang bermuara. ke dalam urethra.
Ada tiga kelompok kesatuan kelenjar, yaitu :
a. glandula mucosa, terkecil, periurethral. Bagian ini sering
membesar (hipertrofi) pada. usia lanjut dan dinamakan
nodulus adenomatosus.
b. glandula submucosa, di sebelah luar glandula mucosa.
c. glandula Principalis, terluar, menghasilkan bahan baku sekret.
Prostata oleh lintasan ductus ejaculatorius terbagi menjadi
3 lobus. Tiap lobus terbagi lagi menjadi lobuli. Dalam lobuli
ductus bercabang-cabang menjadi kesatuan sekretorik yang
berbentuk tubulo-alveolus.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 95

3. Glandula bulbourethralis
Tubuloalveolar dengan diameter 3-5 mm, dilapisi epithelium
cuboideum mensekresikan mucus ke dalam urethra.
Tunica mucosa :
- epithelium simplex columnare. Sel columnare merendah
sebelum masuk urethra. Sering sekret dinamakan concretio
Prostatica (corpora amylacea).
- lamina propria, jaringan ikat fibrosa dengan kapiler. Sekret
tipis keruh, mengandung enzim fosfatase asam. Jika enzim
ini didapatkan dalam darah, maka kemungkinan pada orang
tersebut dijumpai tumor ganas prostata; prevalensinya
meningkat pada pria berusia lebih dari 50 tahun.

ORGANA GENETALIA MASCULINA EXTERNA


A. PENIS
Penis terdiri atas corpus cavernosum penis (sepasang), dan corpus
spongiosum. penis (sebuah).
1. corpus cavernosum penis.
Di sebelah dorsal, dibungkus oleh tunica albuginea; tebal ± 0,5
mm, pada waktu ereksi ± tersusun oleh serabut kolagen sirkuler
(sebelah dalam) dan longitudinale (sebelah luar). Terdapat
trabeculae-trabeculae yang terdiri dari textus connectivus
elasticus, otot polos, pada sisi yang berbatasan dengan cavernae
dilapisi endothelium. Cavernae merupakan rongga-rongga (seperti
bunga karang) yang makin ke arah pusat makin longgar (besar-
besar).
2. corpus spongiosum penis. Di sebelah ventral, diameter lebih kecil,
tunica albuginea yang membungkus juga lebih tipis. Cavernae
lebih padat, kecil-kecil. Di bagian pusat (tengah) ditembus oleh
urethra.
B. URETHRA
Urethra dapat dibedakan atas :
1. pars prostatica, terdiri atas :
96 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

* Tunica mucosa
- dilapisi epithelium transitionale, pseudostratificatum,
stratificatum columnare (bagian terbesar).
- lamina propria tersusun oleh jaringan ikat fibroelastis
* Tunica muscularis
- stratum longitudinale
- stratum circulare
2. pars membranacea :
Tunica mucosa dilapisi epithelium pseudostratificatum; lamina
propria terdiri atas otot polos dan seran lintang (musculus spincter
erethrae).
3. pars spongiosa/pars cavernosa :
Tunica mucosa terdiri atas epithelium pseudostratificatum dan
columnare stratificatum; Lamina propria. Dekat ujung penis,
lumen urethra melebar membentuk fossa navicularis yang dilapisi
epithelium squamosum stratificatum dengan sel piala; berfungsi
sebagai barier terhadap bakteri (benda asing).

PETUNJUK PRAKTIKUM
1. TESTIS
Sediaan : SG-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah
- capsula testis : berkumpul pada mediastinum testis
- tunica albuginea textus connectivus fibrosus tebal
- tunica vasculosa di bawah tunica albuginea, penuh pembuluh
darah
- tubulus seminifer convolutus
- ductuli efferentes : lumen penuh spermatozoa
- interstitium : di antara tubulus seminifer convolutus
Perhatikan pada perbesaran kuat :
1. Tubulus seminifer convolutus Pada dindingnya dapat dibeda­
kan 2 jenis sel
a. gametocyti; sesuai dengan tahap, perkembangannya di­­
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 97

kenal spermatogonium spermatocytus primarius sperma­


tocytus secundarius spermatidium spermatozoon.
b. cellula subtentacularis (SERTOLI) sebagai sel penunjang,
besar.
2. Ductuli efferentes dengan epithelium pseudostratificatum
ciliatum
3. Interstitium dengan sel penghasil hormon androgen dinama­
kan: endocrinocytus (LEYDIG) :
- besar, tidak teratur, sering berkelompok.
- nucleus bulat

2. DUCTUS DEFERENS
Sediaan : SG-3; H E
Perhatikan :
- tunica mucosa : melipat-lipat membentuk plicae mucosae
- epithelium pseodostratificatum
- tunica muscularis : perhatikan betapa tebal lapisan otot polos
ini :
- stratum longitudinale internum.
- stratum circulare
- stratum longitudinale externum
- tunica adventitia : tipis dengan pembuluh darah

GLANDULA PROSTATA
Sediaan : SG-4; H E
Perhatikan typus kelenjar : tubulu alveolaris composita.
- capsula :
* membentuk septa
* mengandung :
> jaringan ikat padat
> otot seran lintang
- alveolus : Perhatikan di sini :
- tunica mucosa:
98 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

- epithelium cuboideum atau squamosum; kebanyakan


bersifat pseudostratificatum
- membrana basalis : tipis
- lamina propria berupa textus berupa textus
fibromuscularis dengan :
* serabut kolagen dan elastis
* otot polos
- lumen : berisi concretio prostatica (Corpora amylacea)

Daftar Pustaka
Geneser, Finn. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Geneser, Finn. 2007. Atlas Berwarna Histologi. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Junquiera, L. C., dan Jose, C.. 1997. Basic Histology Text Atlas; Tenth
Edition. New York: McGrawHill.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 99

TOPIK : Praktikum Histologi


PERTEMUAN KE : 4
SUB TOPIK : Histologi Perkembangan Zigot

Tujuan Instruksional Umum:


Mahasiswa memahami proses perkembangan zigot

Tujuan Instruksional Khusus:


Mahasiswa mampu memahami struktur histologi perkembangan sigot
melalui berbagai proses pembelahan sel

Dasar Teori
Setelah ovum mengalami pembuahan oleh sperma maka
terbentuklah zigot. Zigot pada awal pembentukannya masih terdiri dari
1 sel. Serentetan pembelahan mitosis yang dibagi menjadi beberapa
fase pertumbuhan mengantarkan perkembangan zigot menjadi
individu.Bagian awal proses perkembangan ini disebut pembelahan
(cleavage atau segmentation). Proses ini berlangsung amat singkat
sesudah pembuahan (fertilisasi). Telur yang telah dibuahi membagi
diri dengan mitosis menjadi dua sel, selanjutnya masing-masing
membelah lagi, dan proses ini terus berlanjut, dengan jumlah sel yang
selalu bertambah. Sel-sel anak hasil pembelahan itu disebut blastomer.
Selanjutnya akan diikuti dengan pembelahan blastula dan kemudian
grastula.

PEMBELAHAN
Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi, terjadi
setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri
dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomere.Pembelahan itu bisa
meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot.
Pada umumnya pembelahan itu secara mitosis.Meski sewaktu-waktu
dapat juga disertai oleh adanya pembelahan inti yang terus menerus
tanpa diikuti sitoplasma.
100 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Bidang pembelahan
Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot
mengalami mitosis terus menerus menjadi banyak sel, disebut bidang
pembelahan.
Ada 4 macam bidang pembelahan (Gb. 8) :
1. Bidang meridian, melewati poros kutub animal-vegetal.
2. Bidang vertikal, lewat tegak sejak kutub animal sampai vegetal.
Bedanya dengan meridian, tidak melewati poros kutub animal-vegetal
zigot.Bidang vertikal sejajar dengan atau mungkin juga melintang
bidang meridian.
3. Bidang ekuator, tegak lurus terhadap poros kutub animal-vegetal
dan di pertengahan antara kedua kutub.
4. Bidang latitudinal, sejajar dengan bidang ekuator.

Gambar 8
Bidang pembelahan
Gambar 8
Bidang
A. equator B. latitudinal C. pembelahan
meridian D. vertikal
KA = kutub animal KV = kutub vegetal

Sifat pembelahan :
equator B.1. latitudinal C. meridian
Daerah deutoplasma D. vertikal
yang padat (lapisan yolk) sukar dilewati
pembelahan. Karena itu pembelahan hanya berlangsung di daerah
A = kutub animal KV =disc
germinal kutub
padavegetal
telur megalecithal.
2. Bidang ekuator serat gelendong tiap pembelahan selalu terletak di
at pembelahan :pertengahan dan tegak lurus pada poros (memanjang) sel induk.
3. Habis pembelahan kedua sel anak yang terjadi sama besar.
Daerah deutoplasma yang padat (lapisan yolk) sukar dilewati pembelahan. Karena
pembelahan hanya berlangsung di daerah germinal disc pada telur megalecithal.
Bidang ekuator serat gelendong tiap pembelahan selalu terletak di pertengahan dan teg
lurus pada poros (memanjang) sel induk.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 101

Macam Pembelahan
Ada 3 macam pembelahan (Gb. 9) :
1. Holoblastik, pembelahan mengenai seluruh daerah zigot. Terdapat
pada telur homolecithal dan medio lecithal.
Holoblastik dibedakan atas :
a. Holoblastik teratur
Terdapat pada bintang laut (Asterias), Amphioxus dan katak
Anura).Disebut teratur karena pembelahan berlangsung
secara teratur dilihat dari bidang pembelahan maupun tahap-
tahap pembelahan itu.
b. Holoblastik tak teratur
Terdapat pada mammalia (Metatheria dan Eutheria). Bidang
dan waktu tahap-tahap pembelahan tak sama dan tak
serentak terjadi pada berbagai daerah zigot
2. Meroblastik, pembelahan hanya pada sebagian zigot, yakni di
daerah germinal
Pembelahan perantaraan disc. meroblastik,
holo- dan Terdapat padapembelahan
telur megalecithal.
yang tak seluruhnya menca
3. Pembelahan perantaraan holo- dan meroblastik, pembelahan
ujung daerah kutub vegetal. Terdapat pada telur megalecithal yang berlapisan yang yolk ya
tak seluruhnya mencapai ujung daerah kutub vegetal. Terdapat
tebalnya sedang, terdapat pada Ganoid dan Dipnoi.
pada telur megalecithal yang berlapisan yolk yang tebalnya
sedang, terdapat pada Ganoid dan Dipnoi.

Gambar 9
Macam pembelahan

Keterangan: A. holoblastik B. meroblastik C. perantaraan


Gambar 9
Macam pembelahan

terangan: A. holoblastik B. meroblastik C. perantaraan

oloblastik
Yang teratur
102 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Holoblastik
a. Yang teratur
Terdapat pada Asterias (bintang laut), Amphioxus dan aura
(katak) .(Gb. 10).
Pembelahan pertama lewat bidang meridian, yang kedua lewat
bidang meridian juga tapi tegak lurus pada bidang pembelahan
pertama. Terbentuklah 4 sel yang sama besar. Pembelahan ketiga
lewat bidang latitudinal, sedikit saja di atas bidang ekuator.
Terbentuklah 8 sel, 4 sel sebelah atas lebih kecil disebut micromere,
dan 4 sel sebelah bawah disebut macromere.
Pembelahan keempat lewat bidang-bidang meridian, yang
serentak membagi dua ke delapan sel. Terbentuklan 16 sel yang
terdiri dari 8 micromere dan 8 macromere.
Pembelahan kelima lewat bidang latitudinal, atas dan bawah
bidang ekuator.Pada katak, berhubung dengan adanya lapisan
yolk yang sedang tebalnya, pembelahan pada macromere lama
baru mencapai ujung kutuib vegetal.Akhirnya pada pembelahan
kelima ini terbentuklah blastomere yang terdiri dari 32 sel. Sel-sel
micromere dan macromere kini terdiri dari 2 lapis masing-masing.
Sel-sel macromere lapis bawah lebih besar daripada yang lapis
atas.
Pembelahan keenam lewat bidang-bidang meridian,
serentak untuk semua sel yang 32 buah, sehingga terbentuklah
64 sel. Pembelahan ketujuh dan kedelapan sukar diikuti. Di akhir
pembelahan kedelapan gumpalan sel-sel itu membesar, yang
terdiri dari sekitar 70 sel, berbentuk seperti buah pir disebut
morula.Morula yang masif, artinya bagian dalamnya buta, tak
berongga.
Pada katak tak jelas adanya blastomere bentuk morula itu.
Karena blastomere terdiri dari berpuluh-puluh sel secara berangsur
terbentuk rongga di bagian tengah yang makin lama makin besar.
Rongga itu berisi cairan.
Pada katak tak jelas adanya blastomere bentuk morula itu.Karena blastomere terdiri d
puluh-puluh sel secara berangsur terbentuk rongga di bagian tengah yang makin lama mak
ar.Rongga itu berisi cairan.
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 103

Gambar 10
Pembelahan
Gambar pada
10 katak
Pembelahan pada katak
b. Yang tak teratur
Terdapat pada Eutheria, seperti kelinci, babi, kera, orang.
Yang tak teraturPembelahan pertama lewat latitudinal, sedikit di atas bidang
ekuator.Membagi zigot menjadi 2 sel yang satu sebelah kutub
Terdapat pada animal
Eutheria, seperti
lebih kelinci, babi,kedua
kecil.Pembelahan kera,lewat bidang meridian,pertama lew
orang.Pembelahan
tudinal, sedikit ditapi
atas bidang
hanya ekuator.Membagi
berlangsung zigot menjadi
pada micromere 2 sel yang satu sebelah kut
kutub vegetal.Terjadilah
tingkat 3 sel. kedua
mal lebih kecil.Pembelahan Kemudianlewatmenyusul
bidang meridian,
micromere,tapi hanya
lewat berlangsung pa
bidang
meridian juga.Terbentuklah tingkat 4 sel.
cromere kutub vegetal.Terjadilah tingkat 3 sel. Kemudian menyusul micromere, lewat bida
ridian juga.Terbentuklah Pembelahan berikutnya berlangsung pada salah satu
tingkat 4 sel.
macromere sehingga terbentuk tingkat 5 sel. Kemudian disusul
sel setangganya,
Pembelahan berikutnya terbentuklah
berlangsung pada salahtingkat
satu 6macromere
sel. Berikutnya lagi salah
sehingga terbentuk tingka
satu sel micromere membelah, terbentuklah tingkat 7 sel.
. Kemudian disusul sel setangganya, terbentuklah tingkat 6 sel. Berikutnya lagi salah satuLalu
micromere satu lagi, terbentuklah tingkat 8 sel.
cromere membelah, terbentuklah tingkat 7 sel. Lalu micromere satu lagi, terbentuklah ting
Pembelahan selanjutnya lebih sukar diikuti dan tetap tak
el. serentak.Akhirnya terbentuk blastomere yang terdiri dari 60-70
sel, berupa gumpalan yang masif, disebut morula.
Pembelahan selanjutnya lebih sukar diikuti dan tetap tak serentak.Akhirnya terbent
stomere yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan yang masif, disebut morula.
BLASTULA
Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus,
ASTULA
terbentuklah rongga di tengah, atau pada ayam di bawah germinal disc.
Sementara sel-sel
Rongga morulalama
ini makin mengalami pembelahan
makin besar, terus-menerus,
berisi cairan.Embrio terbentuklah rongga
yang memiliki
gah, atau pada ayam di bawah germinal disc.Rongga ini makin lama makin besar, ber
ran.Embrio yang memiliki rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastoco
oses pembentukan blastula disebut pemblastulaan atau blastulasi.
104 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastocoel. Proses


pembentukan blastula disebut pemblastulaan atau blastulasi.

Coeloblastula
Macam-macam blastula
Bentuk bola,
Melihat padadisebut jugasusunan
bentuk dan blastulablastomerenya
bundar.Berasal daridibagi
blastula teluratas
homolecithal
mediolecithal. Yang
3 macam : homolecithal ialah yang mengalami pembelahan secara holobla
1. Coeloblastula
teratur (Amphioxus).
Bentuk bola, disebut juga blastula bundar.Berasal dari telur
Discoblastula homolecithal dan mediolecithal. Yang homolecithal ialah yang
Bentuk mengalami pembelahan
cakram, disebut secara holoblastik
juga blastula teratur (Amphioxus).
gepeng, berasal dari telur homolecithal y
2. Discoblastula
mengalami pembelahan holoblastik tak teratur, dan telur megalecithal yang membe
Bentuk cakram, disebut juga blastula gepeng, berasal dari telur
secara meroblastik.Blastula berada
homolecithal yang di atas
mengalami yolk atauholoblastik
pembelahan jaringan tak
penyalur
teratur, makanan. P
Pisces, Reptilia,
danAves
telurdan Monotremata
megalecithal yang blastula
membelah disebut
secaragerminal disc.
meroblastik.Blastula
berada di atas yolk atau jaringan penyalur makanan. Pada Pisces,
Blastomere terdiri dari 2Aves
Reptilia, bagian :
dan Monotremata blastula disebut germinal disc.
Blastomere terdiri dari 2 bagian :
a. Jaringan embrio ialah yang
a. Jaringan tumbuh
embrio ialahjadi
yangembrio.
tumbuh jadi embrio.
b. Jaringan periblast
b. Jaringan periblast yangmakanan
yang menyalurkan dari yolk
menyalurkan di bawah
makanan dari (Gb.
yolk 11).
di
bawah (Gb. 11).

Gambar 11
Discoblastula
Gambar 11
Keterangan:
A. irisan median B. tampak atasDiscoblastula
ao = area opaca ap = area pellucida
eterangan: blc = blastocoel bld = blastoderm per = periblast to = yolk

irisan median B. tampak atas ao = area opaca ap = area pellucida blc = blastocoel
d = blastoderm per = periblast to = yolk
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 105

EPIBLAST DAN HYPOBLAST


Ada pula yang memberi nama 2 daerah utama blastula :
1. Epiblast, bagi blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah
kutub animal.
2. Hypoblast, bagi blastomere yang terletak sebelah bawah atau
daerah kutub vegetal.
Karena itu pada tingkat blastula sudah dapat dibedakan 2 daerah
utama. Disebut juga bahwa pada tingkat blastula mulai dikenal
2 lapis benih : epiblast dan hypoblast. Epiblast sebagian besar
menumbuhkan ectoderm (kulit luar), hypoblast menumbuhkan
endoderm (kulit dalam).
Stereoblastula
3. Stereoblastula
astula bentuk bola seperti
Blastula coeloblastula,
bentuk tapicoeloblastula,
bola seperti masif.Kalautapiadamasif.Kalau
juga celahada
antara sel buk
rupakan rongga yang
juga lapang.Terdapat
celah antara sel juga Gymnophiona
bukan merupakan dan Ganoid
rongga yang(Gb.12).
lapang.
Terdapat juga Gymnophiona dan Ganoid (Gb.12).

Gambar 12
Stereoblastula
Gambar 12
Stereoblastula
Daerah bakal pembentuk alat
Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal
pembentuk alat. Pada embriogenesis berikutnya daerah-daerah
erah bakal pembentuk alat menyusun diri untuk menjadi lapisan-lapisan atau
itu akan bergerak
Blastulajejeran sel tersendiri.
memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal pembentuk alat. Pa
briogenesis berikutnya daerah-daerah itu akan bergerak menyusun diri untuk menjadi lapis
Dikenal 5 daerah bakal pembentuk alat :
isan atau jejeran sel tersendiri.
1. Bakal ectoderm epidermis.
kenal 5 daerah bakal pembentuk alat :

Bakal ectoderm epidermis.


Bakal epidermis ectoderm saraf.
106 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

2. Bakal epidermis ectoderm saraf.


3. Bakal notochord (kadang juga dengan pre-chorda).
4. Bakal mesoderm.
5. Bakal endoderm (disebut juga entoderm)

Contoh
Pada katak, epiblast akan meliputi daerah-daerah bakal ectoderm
epidermis dan saraf, mesoderm dan notochord. Sedangkam hypoblast
akan menjadi daerah bakal endoderm.
Bakal ectoderm epidermis mengisi sebagian besar daerah epiblast
berbentuk sabit yang luas.Bakal ectoderm saraf dan notochord berupa
sabit juga, keduanya berdempetan, bakal ectoderm daraf terletak
sebelah atas. Bakal mesoderm terletak di samping sabit notochord,
yang nanti akan menentukan daerahkiri kanan embrio. Bakal endoderm
mengisi seluruh hypoblast di paling bawah blastula (Gb. 13)

Gambar 13
Daerah bakal pembentuk alat blastula katak
Gambar 13
A. tampak samping B. tampak depan C. irisan A
Daerah bakal pembentuk alat blastula katak

A. tampak samping
Totipotent B. tampak depan C. irisan A
Blastula awal memiliki sifattotipotent, yakni kemampuan
tipotent menumbuhkan segala macam bakal pembentuk alat (disebut juga pluri
Blastula awal memiliki sifattotipotent, yakni kemampuan menumbuhkan segala mac
kal pembentuk alat (disebut juga pluri potent). Oleh proses differensiasi maka kemampu
elompok sel bertotipotent akan menurun, sampai sama sekali hanya menumbuhkan seje
ngan tertentu. Pada akhir blastula atau awal grastula (lihat bab berikut) terbentuklah sel-
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 107

potent). Oleh proses differensiasi maka kemampuan sekelompok sel


bertotipotent akan menurun, sampai sama sekali hanya menumbuhkan
sejenis jaringan tertentu. Pada akhir blastula atau awal grastula (lihat
bab berikut) terbentuklah sel-sel yang bersifat determinant, yakni
hanya mampu tumbuh menjadi sejenis jaringan tertentu.
Untuk terjadinya embriogenesis dan sifat totipotent harus ada
pusat organisasi, yang bekerja mengatur semua pertumbuhan,
differensiasi dan determinasi. Pusat organisasi itu berada di suatu
daerah blastula.

Kembar
Adanya embrio kembar berhubungan erat dengan sifat totipotent
dan pusat organisasi.
Dikenal 2 jenis kembar :
1. Kembar fraternal
Ialah dua atau lebih embrio tumbuh dari ovum sendiri-sendiri dan
dibuahi sendiri-sendiri pula oleh spermatozoa yang berbeda.
Pada orang, anak kembar yang lahir bisa berbeda banyak dalam
karakter, termasuk jenis kelamin.
2. Kembar identik
Ialah dua atau lebih embrio tumbuh dalam satu zigot.
Anak kembar yang lahir sangat banyak memiliki persamaan
karakter, jenis kelamin dan susunan genetis.

Masing-masing individu kembar baru akan sempurna jika sifat


totipotent dan pusat organisasi terbagi rata bagi tiap embrio pada
tingkat blastula. Kalau tak terbagi rata, salah satu individu tumbuh tak
sempurna, lahir cacat atau mati.

GASTRULA
Gastrula
Pertumbuhan mengiringi tingkat blastula ialah gastrulasi atau
penggastrulaan, dan embrio yang terjadi disebut dalam tingkat
108 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

gastrula. Pada tingkat ini terjadi proses dinamisasi daerah-daerah bakal


pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai dengan
bentuk dan susunan tubuh species bersangkutan. Istilah gastrula dari
kata gastrum atau gaster (lambung), karena pada tingkat ini terbentuk
rongga bakal jadi saluran pencernaan kelak.Rongga gastrula itu disebut
gastrocoel atau archenteron.

Lapis benih
Pada blastula terbentuk 2 lapis benih : epiblast (sebagian besar
bakal jadi ectoderm) dan hypoblast (bakal jadi endoderm). Pada
gastrula 2 lapis benih ini menjadi 3 lapis : ectoderm, endoderm dan
mesoderm.
Inilah lapis benih yang lengkap.Ectoderm lapis benih luar,
endoderm sebelah dalam dan mesoderm di tengah.

Gerakan Gastrulasi
Dalam proses gastrulasi dan penggastrulaan di samping terus
menerus terjadi pembelahan dan perbanyakkan sel, terjadi pula
berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menderetkan
mereka sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari species
bersangkutan.

Ada 2 kelompok gerakan yaitu :


1. Epiboli
Ialah gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar embrio.
Berlangsung pada bakal ectoderm epidermis dan saraf.Gerakan
yang besar berlangsung menurut poros bakal anterior-posterior
tubuh.Sementara bakal mesoderm dan endoderm bergerak,
epiboli menyesuaikan diri sehingga ectoderm terus menyelaputi
seluruh embrio (Gb. 14).
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 109

Gambar 14
Epiboli embrio 14
Gambar katak
Epiboli
A. awal proses epiboli B. embrio= blastocoel ep
akhir blc katak = epiblast
hy = hypoblast
A. awal proses epiboli B.Tanda
akhirpanahblc = blastocoel
ialah ep = epiblast hy = hypoblast
arah gerakan epiboli

2. Emboli Tanda panah ialah arah gerakan epiboli


Ialah gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam embrio.
Emboli Berlangsung pada daerah-daerah bakal mesoderm, notochord,
Ialah gerakan menyusup,
pre-chorda danterjadi di sebelah dalam embrio.Berlangsung
endoderm.Daerah-daerah pada daerah-dae
itu bergerak ke arah
bakal mesoderm, notochord, pre-chorda dan endoderm.Daerah-daerah itu bergerak ke a
blastocoel.
blastocoel. Dibagi menjadi 7 macam :
a. Involusi : gerakan membelok ke dalam.
Dibagi menjadib.7 macam
Konvergensi
: : gerakan menyempit.
c. Invaginasi : gerakan mencekuk dan melipat suatu
a. Involusi : gerakan membelok ke dalam.
lapisan.
d. Evaginasi : gerakan menjulur suatu lapisan.
b. Konvergensie. :Delaminasi
gerakan menyempit.
: gerakan memisahkan diri sekelompok sel
dari kelompok utama atau lapisan asal.
c. Invaginasi f. :Divergensi
gerakan mencekuk dan melipat
: gerakan suatu lapisan.
memencar, sebaliknya dari
konvergensi.
d. Evaginasi g. Extensi : gerakan : menjulur suatu lapisan.
gerakan meluas.
e. Delaminasi
: gerakan memisahkan
Ini menyertai diridisekelompok
gerakan epiboli sebelah luar,sel dari kelompok
sedangkan extensiutama atau
gerakan di sebelah dalam embrio (Gb. 15).
lapisan asal.

f. Divergensi : gerakan memencar, sebaliknya dari konvergensi.

g. Extensi : gerakan meluas.

Ini menyertai gerakan epiboli di sebelah luar, sedangkan extensi gerakan di sebelah da
110 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

Gambar 15
Gambar gastrulasi
Gerakan-gerakan 15
Gerakan-gerakan gastrulasi
Tanda panah arah gerakan : A dan B ialah urutan proses. Tanda panah
Tanda panah arah gerakan putus-putus : gerakan
: A dan B ialah di dalam
urutan embrio.
proses. Tanda panah putus-putus :
Ep =
gerakan di dalam embrio.epiblast ; epl = epiboli ; ex = extensi (di dalam embrio)

Ep = epiblast ; epl =Sesuai dengan


epiboli ; ex =adanya
extensi2(di
macam blastula
dalam embrio)(yang satu macam lagi
tidak kita ulas lagi, maka gastrula pun dapat dibedakan atas 2 macam
yakni :
1. Gastrula bundar.
Sesuai2. dengan adanya
Gastrula 2 macam blastula (yang satu macam lagi tidak kita ulas lagi, mak
gepeng.
gastrula pun dapat dibedakan atas 2 macam yakni :

1. Gastrula Contoh
bundar. gastrula pada katak
Epiboli berlangsung pada ectoderm serentak dengan terjadinya
2. Gastrula gepeng.
berbagai proses emboli, sehingga ectoderm selalu menyelaputi seluruh
embrio. Sementara itu bakal ectoderm saraf meluas terbatas pada
daerah dorso-median embrio, sepanjang poros anterior-posterior,
Contoh gastrula pada katak
berbentuk perisai, disebut keping neural atau keping saraf.
Invaginasi hypoblast
Epiboli berlangsung di celah
pada ectoderm yang terbentuk
serentak pada awal
dengan terjadinya proses.proses emboli
berbagai
Celah itu terletak di dorsal, disebut bibir dorsal blastopore.Bibir
sehingga ectoderm selalu menyelaputi seluruh embrio. Sementara itu bakal ventral
ectoderm sara
terletak di sebelah berlawanan.Blastopore sendiri berbentuk bundar,
meluas terbatas pada daerah dorso-median embrio, sepanjang poros anterior-posterior, berbentu
ditutupi sebagian besar oleh yolk plug (sumbat yolk).
perisai, disebut keping neural atau keping saraf.

Invaginasi hypoblast di celah yang terbentuk pada awal proses.Celah itu terletak d
dorsal, disebut bibir dorsal blastopore.Bibir ventral terletak di sebelah berlawanan.Blastopor
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I l 111

Bakal pre-chorda menyerta invaginasi ini di daerah dorso-median


bibir dorsal, bergerak ke arah bakal anterior embrio.Diikuti oleh
bakal notochord yang bergerak ke posterior ke arah bibir dorsal, lalu
berinvolusi di daerah dorso-median mengikuti pre-chorda. Sel-sel
notochord yang terletak di bibir lateral bergerak pula secara konvergensi
ang terletak di bibir lateral bergerak pula secara konvergensi menuju bibir dorsal. Notochor
menuju bibir dorsal. Notochord akan terletak di dorsal-median persis
kan terletak di
di dorsal-median persis di saraf.
bawah bakal ectoderm bawah bakal ectoderm saraf.
Bakal mesoderm yang terletak di kedua sisi bakal notochord
Bakal mesoderm yang terletak di kedua sisi bakal notochord berkonvergensi ke bib
berkonvergensi ke bibir dorsal, lalu berinvolusi ke celah antara
orsal, lalu berinvolusi
ectoderm ke celah
dan antara ectoderm
endoderm di keduadan
sisi endoderm di kedua
embrio, dan sisidaerah
juga ke embrio, dan juga k
aerah ventralventral
(Gb. 16)
(Gb. 16)
Sementara proses emboli dan epiboli berlangsung terjadi pusingan
Sementara proses emboli dan epiboli berlangsung terjadi pusingan gastrula sekitar 40o d
gastrula sekitar 40o di daerah yolk plug menurut arah berlawanan
aerah yolk plug menurut
dengan jarum arah berlawanan
jam, sehingga denganyolk
gumpalan jarum jam,
yang sehingga
banyak gumpalan yolk yan
yang tadinya
anyak yang tadinya di posterior embrio, menjadi daerah ventral atau
di posterior embrio, menjadi daerah ventral atau bakal perut bakal perut

Gambar 16
Gastrulasi
Gambarkatak
16

Gastrulasi katak
A,B,C urutan gastrulasi. Tanda panah pada B ialah arah rotasi beberapa puluh derajat embri
ehingga jadi terletak seperti pada gambar C. D embrio tampak atas, setelah ectoderm sara
iangkat, memperlihatkan mesoderm sebagai sayap kiri-kanan notochord dan pre-chorda. E,
112 l Buku Petunjuk Praktikum BLOK 7 Tahun I

A,B,C urutan gastrulasi. Tanda panah pada B ialah arah rotasi beberapa
puluh derajat embrio sehingga jadi terletak seperti pada gambar C. D
embrio tampak atas, setelah ectoderm saraf diangkat, memperlihatkan
mesoderm sebagai sayap kiri-kanan notochord dan pre-chorda. E, F
susunan sel dalam embrio pada akhir gastrulasi : E irisan memanjang, F
irisan lintang. bd = bibir dorsal; blc = blastocoel (sisa); blp = blastopore;
bv = bibir ventral; ece = ectoderm epidermis; ecs = ectoderm saraf; en
= endoderm; gas = gastrocoel; in = invaginasi gastrulasi awal; mes =
mesoderm; no = notochord; yp = yolk plug. Ciri daerah-daerah pada A,
B, C, D seperti gambar-gambar sebelumnya.

Gambar 17
Gastrula katak

Daftar Pustaka
Geneser, Finn. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Geneser, Finn. 2007. Atlas Berwarna Histologi. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Junquiera, L. C., dan Jose, C.. 1997. Basic Histology Text Atlas; Tenth
Edition. New York: McGrawHill.

Anda mungkin juga menyukai