Anda di halaman 1dari 29

BUKU PANDUAN SIMULASI KLINIK

ORTODONTI

BLOK 14
SEMESTER VII
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

NAMA KLP

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1


BUKU PANDUAN SIMULASI KLINIK
BLOK 14

ORTODONTI

SEMESTER VII
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

PENYUSUN

drg. Kuni Ridha Andini Sp.Ort


drg. Neny Roeswahjuni Sp.Ort
drg. Endah Damaryanti Sp.Ort
drg. Sari Kurniawati Sp.Ort
drg. Ernani Indrawati Sp.Ort
drg. Chandra Wigati Sp.Ort

CETAKAN : OKTOBER 2019


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2


BAB 1
1.1. TATA TERTIB SIMULASI KLINIK
TATA TERTIB KEGIATAN HARIAN
a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan Simulasi Klinik
Ortodonti
b. Sebelum Simulasi Klinik dimulai, mahasiswa harus sudah mempelajari
terlebih dahulu materi Simulasi Klinik yang sudah ditentukan.
c. Mahasiswa wajib mengenakan jas putih yang bersih dan terkancing rapi
serta mengenakan “name tag” sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Bagi mahasiswa perempuan, rambut terikat rapi dan jilbab dimasukkan
dalam jas putih. Mahasiswa tidak diperbolehkan menggunakan
pakaian/celana/rok berbahan “jeans”, tidak diperbolehkan mengenakan
celana/rok yang panjangnya di atas lutut. Mahasiswa wajib mengenakan
sepatu tertutup (tidak sandal/sepatu sandal) dan tidak berbahan yang
mudah terbakar.
e. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, maka tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan Simulasi Klinik.
f. Mahasiswa yang berhalangan mengikuti kegiatan Simulasi Klinik harus
melapor pada PJ Simulasi Klinik Ortodonti dengan mengajukan
bukti/alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Mahasiswa harus hadir di ruang Simulasi Klinik ±10 menit sebelum
kegiatan Simulasi Klinik dimulai dan merapikan tempat kerjanya untuk
digunakan kelompok mahasiswa berikutnya
h. Selama kegiatan Simulasi Klinik berlangsung, mahasiswa dilarang
merokok, makan, minum atau kegiatan serupa lainnya, mengganggu
jalannya Simulasi Klinik atau bersenda gurau dengan teman atau
meninggalkan ruangan tanpa seijin instruktur Simulasi Klinik.
i. Mahasiswa wajib menandatangani bukti peminjaman peralatan/sarana
Simulasi Klinik. Peralatan/sarana Simulasi Klinik yang digunakan
menjadi tanggung jawab mahasiswa sepenuhnya.
Apabila kemudian terjadi kerusakan atau kehilangan pada
peralatan/sarana Simulasi Klinik, maka mahasiswa yang bersangkutan
wajib mengganti peralatan/sarana Simulasi Klinik yang rusak/hilang
tersebut sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
j. Setiap kali instruktur selesai menilai tahapan pekerjaan, mahasiswa harus
segera meminta tanda tangan instruktur di buku nilai. Apabila tidak ada
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 3
tanda tangan instruktur, maka dianggap tahapan pekerjaan pada tatap
muka tersebut belum terselesaikan.
k. Mahasiswa tidak diperbolehkan untuk bertukar waktu kerja dengan teman
nya tanpa sepengetahuan atau seijin PJ Simulasi Klinik Ortodoti
l. Selesai melaksanakan Simulasi Klinik, semua peralatan/sarana dicuci
bersih dan dikembalikan ke tempat semula, sampah dibuang pada
tempatnya. Tempat kerja ditinggalkan harus dalam keadaan bersih dan
rapi.
m. Selama pelaksanaan Simulasi Klinik, mahasiswa dilarang bekerja di luar
ruangan Simulasi Klinik tanpa sepengetahuan dan seijin instruktur.
n. Mahasiswa wajib bersikap profesional, disiplin, bertanggung jawab, saling
menghargai dan menghormati instruktur, teman sejawat dan laboran
Simulasi Klinik.
o. Segala bentuk kecurangan atau pelanggaran tata tertib, perbuatan yang
dianggap merugikan orang lain, sikap atau perilaku yang tidak profesional
dan tidak bertanggung jawab akan mendapatkan sanksi akademik sesuai
dengan kebijakan yang berlaku.
TATA TERTIB UJIAN SIMULASI KLINIK
a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti ujian Simulasi Klinik pada waktu
yang telah ditentukan. Batas keterlambatan waktu maksimal 15 menit dari
dimulainya waktu ujian, jika lebih dari 15 menit maka mahasiswa
dinyatakan gugur.
b. Untuk dapat mengikuti ujian Simulasi Klinik, kehadiran mahasiswa dalam
kegiatan Simulasi Klinik minimal 80% dari total tatap muka. Apabila tidak
memenuhi persyaratan tersebut, maka mahasiswa tidak diperkenankan
mengikuti ujian Simulasi Klinik dan harus menjalani program regular blok
14 di semester yang akan datang.
c. Mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian harus melapor paling
lambat 2 (dua) hari sesudah hari ujian kepada PJSK Ortodonti dengan
mengajukan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan akan
dipertimbangkan untuk mendapat kesempatan mengikuti ujian susulan
pada waktu dan menurut cara yang ditetapkan oleh Departemen
Ortodonsia.
d. Segala bentuk kecurangan selama ujian berlangsung maupun perbuatan
yang dianggap merugikan orang lain serta sikap atau perilaku yang tidak
profesional dan tidak bertanggung jawab akan mendapatkan sanksi
akademik sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
KATEGORI PELANGGARAN TATA TERTIB DAN SANKSI
AKADEMIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 4
a. Kategori Pelanggaran Ringan :
1. Keterlambatan datang tanpa alasan yang dapat dipertanggung-
jawabkan
2. Tidak membawa peralatan Simulasi Klinik untuk tahapan yang akan
dikerjakan
3. Tidak mengenakan jas Simulasi Klinik beserta atributnya sesuai tata
tertib
4. Tidak mematuhi tata cara berbusana saat Simulasi Klinik
5. Sanksi Teguran 1 dan Penugasan
b. Kategori Pelanggaran Sedang :
1. Mencontek pekerjaan temannya saat mengerjakan pretest dan ujian.
2. Tidak memelihara kebersihan dan kerapian tempat kerja dan
lingkungannya
3. Tidak dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya
4. Sanksi Teguran 2 dan Penugasan
c. Kategori Pelanggaran Berat :
1. Mengerjakan tahapan kerja tidak sesuai ketentuan
2. Meminta orang lain untuk mengerjakan tahapan kerjanya
3. Mengerjakan pekerjaan orang lain yang bukan tugasnya
4. Bekerja di luar jam kerja kegiatan Simulasi Klinik yang telah
ditentukan tanpa seijin instruktur
5. Membawa pulang pekerjaan tanpa sepengetahuan dan seijin instruktur
6. Menukar hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain
7. Merusak atau menghilangkan sarana atau peralatan milik FKG UB
8. Memalsukan tanda tangan instruktur Simulasi Klinik pada buku nilai
9. Mengambil barang dalam bentuk apapun yang bukan miliknya (sarana
FKG UB ataupun barang milik orang lain) tanpa sepengetahuan dan
seijin pemiliknya
10. Bersikap tidak jujur, tidak sopan dan tidak hormat terhadap instruktur
SK & pegawai/laboran. Sanksinya tidak diperkenankan mengikuti SK
Ortodonti
ASSESSMENT AFEKTIF/PROFESIONALISME
a. Penilaian afektif/profesionalisme mahasiswa dilakukan setiap tatap muka
Simulasi Klinik oleh instruktur yang membimbing di hari kerja
b. Bagi mahasiswa yang melakukan pelanggaran tata tertib dan bersikap
tidak sesuai etika dan profesionalisme, maka jenis pelanggaran akan
dicatat pada log book afektif/profesionalisme. Sanksi akan diberikan
sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 5


c. Pada akhir blok, catatan pelanggaran profesionalisme akan menjadi
pertimbangan Departemen Ortodonti dalam kelulusan mahasiswa tersebut
dari Simulasi Klinik Ortodonti

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 6


BAB 2
MODUL KEGIATAN SIMULASI KLINIK ORTODONTI

TOPIK : PROSEDUR DIAGNOSIS


2.1 SUBTOPIK 1: PENCETAKAN RAHANG
2.1.1. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI:
Pada akhir kegiatan Simulasi Klinik ini, mahasiswa mampu
melakukan prosedur Pencetakan Rahang Atas dan Rahang Bawah
pada Pasien Simulasi Klinik (bukan phantom).
2.1.2. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG
1. Mahasiswa mampu melakukan pemilihan alat dan bahan cetak
2. Mahasiswa mampu menentukan posisi operator dan pasien
Simulasi Klinik
3. Mahasiswa mampu menentukan penilihan jenis dan ukuran sendok
cetak pada pasien Simulasi Klinik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pencetakan rahang pada
pasien Simulasi Klinik
5. Mahasiswa mampu menentukan takaran bahan cetak dan liquidnya
6. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pengadukan bahan cetak
7. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pencetakan rahang atas
dan rahang bawah pada pasien Simulasi Klinik
8. Mahasiswa mampu menghasilkan cetakan yang berkualitas (tidak
porous dan tidak robek)
9. Mahasiswa mampu menghasilkan cetakan sesuai titik-titik
anatomis

2.2 SUBTOPIK 2: ANALISIS MODEL STUDI


2.2.1 KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI:
Pada akhir kegiatan Simulasi Klinik ini, mahasiswa diharapkan
mampu melakukan pengisian rekam medis secara lengkap dan
sistematis yang meliputi analisis model studi.
2.2.2. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi anatomi gigi, bentuk
lengkung gigi, kelainan letak dan posisi gigi, pergeseran gigi arah
transversal dan sagital, diastema, mendeteksi adanya kelainan
asimetri lengkung, hubungan intercusp/interdigitasi dan pergeseran
garis median
2. Mahasiswa mampu mengukur dan menginterpretasikan relasi
anterior (overjet, overbite)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7


3. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan dan menganalisis relasi
gigi geligi (relasi sagital, transversal, vertikal)
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan etiologi maloklusi,
diagnosis maloklusi, macam perawatan dan rencana perawatan
ortodonti melalui model studi
5. Mahasiswa mampu mengisi Rekam Medik Ortodonti dengan benar
sesuai dengan kelainan yang terekam pada data pendukung berupa
model studi, foto panoramik dan foto sefalometri.

2.3. SUB TOPIK 3: ANALISIS PENGUKURAN RUANG


2.3.1. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI:
Pada akhir kegiatan Simluasi Klinik ini, mahasiswa mampu
melakukan analisis pengukuran ruang pada fase geligi permanen
2.3.2. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG
Mahasiswa mampu melakukan analisis pengukuran ruang pada
fase geligi permanen menggunakan metode Nance

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 8


BAB 3
POKOK BAHASAN

3.1. SUBTOPIK 1 : PENCETAKAN RAHANG


3.1.1. SASARAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan pembelajaran SK diharapkan:
1. Mahasiswa mampu melakukan pemilihan alat dan bahan cetak
2. Mahasiswa mampu menentukan posisi operator dan pasien
Simulasi Klinik
3. Mahasiswa mampu menentukan penilihan jenis dan ukuran sendok
cetak pada pasien Simulasi Klinik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pencetakan rahang pada
pasien Simulasi Klinik
5. Mahasiswa mampu menentukan takaran bahan cetak dan liquidnya
6. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pengadukan bahan cetak
7. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pencetakan rahang atas
dan rahang bawah pada pasien Simulasi Klinik
8. Mahasiswa mampu menghasilkan cetakan yang berkualitas (tidak
porous dan tidak robek)
9. Mahasiswa mampu menghasilkan cetakan sesuai titik-titik
anatomis
3.1.2. ALAT :
- Alas Kerja (lap putih)
- Kanebo (untuk membersihkan area kerja setelah pencetakan)
- Handscoon
- Masker
- Rubber Bowl 2 buah
- Spatula alginate
- Gelas ukur dan gelas kumur
- Sendok cetak berlunang dan bersudut RA-RB no 1, 2, 3
3.1.3. BAHAN : Bahan Cetak (alginate) dan liquid (air)
3.1.4. TAHAPAN PEKERJAAN :
1. Masing-masing kelompok (terdiri dari 2 mahasiswa) saling
berpasangan, mencetak antar mahasiswa
2. Setia mahasiswa harus pernah menjadi pasien, kecuali dengan
seijin instruktur

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 9


3. Mahasiswa yang sedang dalam perawatan ortodontik cekat,
mendapat dispensasi untuk tidak menjadi pasien dengan seijin
instruktur
4. Waktu 10 menit/mahasiswa untuk pencetakan 2 rahang (Rahang
Atas dan Rahang Bawah)
5. Bila hasilnya gagal berdasarkan penilaian instruktur (< 50), maka
harus diulang kembali di rumah untuk keperlua materi berikutnya
(analisis ruang ortodonti dan penyesuaian oklusi Departemen
Periodonsi)

3.1.5. TEORI :

Keberhasilan perawatan ditentukan oleh keakuratan analisis yang


bergantung pada hasil cetakan model studi, selain ditentukan oleh alat-alat
bantu yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis dan
pemilihan teknik analisis yang tepat untuk setiap kasus.
Model studi sebagai salah satu komponen penting dalam perawatan
ortodonti dibuat dengan beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu sebagai titik
awal dimulainya perawatan, untuk kepentingan presentasi dan sebagai data
tambahan untuk mendukung hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi
menggunakan model studi bukan hanya untuk merekam keadaan geligi dan
mulut pasien sebelum perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya
perbedaan ukuran, bentuk dan kedudukan gigi geligi pada masing-masing
rahang serta hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang bawah.
Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut lebih memungkinkan jika
dilakukan analisis pada model studi (White, 1996)
Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan
dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya
meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum
pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat diperoleh dengan cara
menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan
lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota
dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis
tidak akurat.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 10


Gambar: Hasil pencetakan model studi yang akurat, melipiuti
jaringan keras dan jaringan lunak hingga vestibulum

Persiapan Pasien:
Pasien duduk lurus menghadap ke depan
1. Mulut pasien berada antara bahu dan siku operator
2. Inspeksi dengan kaca mulut untuk mengetahui pasien bernafas lewat
mulut
3. Posisi kepala pasien:
- Untuk mencetak Rahang Atas: garis Frankfurt (yang
menghubungkan titik infra orbita dengan lubang telinga) sejajar
lantai.
- Untuk mencetak rahang bawah, garis Chamfer (yang
menghubungkan ala nasi ke tragus) sejajar lantai atau permukaan
oklusal rahang bawah sejajar lantai.
4. Pasien diindtruksikan berkumur terlebih dahulu.

Persiapan Operator:
1. Dalam keadaan bersih, operator menggunakan masker dilanjutkan
dengan sarung tangan
2. Posisi operator saat mencetak:
- Rahang Atas: Berdiri di depan kanan pasien, setelah posisi sendok
cetak tepat/baik, sendok cetak difiksir dan operator pindah ke
samping kanan belakang pasien
- Rahang Bawah: Operator berdiri di depan kanan pasien mulai dari
memasukkan sendok cetak, proses mencetak, fiksasi sampai
dengan melepaskan sendok cetak

Persiapan Bahan:
1. Mempersiapkan bubuk dan air sesuai dengan kebutuhan:
Kebutuhan 1gr : 2ml (sesuai dengan petunjuk pabrik)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 11


Contoh: 7gr : 15ml, 18gr : 40ml
2. Untuk rahang atas digunakan 3-3,5 sendok takar, sedangkan rahang
bawah 2-2,5 sendok takar
3. Lebih baik menggunakan air es untuk memperpanjang waktu kerja

Manipulasi Bahan Cetak:


1. Memasukkan bubuk alginat dari karier ke dalam wadah tertutup dan
kedap udara, kocok hingga bubuk homogen
2. Mengambil bubuk menggunakan sendok takar secara berlebih,
kemudian mengetukkan tangkai sendok takar dengan spatula secara
perlahan hingga bubuk pas di bibir sendok takar
3. Melakukan persiapan bahan dan air seperti pada point sebelumnya
4. Mengaduk bubuk dan air secara cepat dengan tekanan membulat
membentuk angka 8 ke dinding bowl selama 1 menit (sampai homogen)
5. Satukan adonan dengan spatula kemudian memasukkannya ke dalam
sendok cetak dengan menggunakan spatula. Pengisian dari kiri ke kanan

Untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik, perlu diperhatikan hal-hal


berikut:
a. Kontainer hendaknya dikocok terlebih dahulu sebelum dipakai, agar
diperoleh distribusi konsistensi yang merata
b. Bubuk dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh
pabrik. Salah satu merk bubuk yang tersedia dalam kantong yang larut
dalam air, sehingga dapat diperoleh konsistensi yang sama setiap kali
mencampur
c. Biasanya dipergunakan air dengan suhu kamar, apabila dikehendaki
dapat diperoleh waktu setting yang lebih cepat atau lebih lambat dengan
menggunakan air hangat air dingin
d. Retensi pada sendok cetak diperolah dengan salah satu atau kedua cara
berikut:
- Menggunakan sendok yang berlubang-lubang
- Memakai bahan adhesive seperti sticky wax yang dicairkan atau
methyl cellulose
e. Pencampuran hendaknya dilakukan dengan rata dengan cara menekan
bahan ke sekeliling dinding rubber bowl selama waktu tertentu
(biasanya satu menit)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 12


f. Bahan cetak alginat hendaknya dikeluarkan denga cepat dari jaringan,
pelepasan secara cepat ini menjamin keadaan elastis yang paling baik.
Cetakan dikeluarkan setelah kira-kira 2 menit sejak bahan kelihatan
elastis
g. Setelah dikeluarkan dari dalam mulut, cetakan hendaknya:
- Disiram dengan air dingin untuk menhilangkan saliva
- Ditutup dengan kain kasa lembab untuk mencegah syneresis
- Diisi sesegera mungkin, sebaiknya tidak lebih dari 15 menit setelah
pengambilan cetakan
Macam-macam metode mencetak:
a. Teknik Dual-Viskositas (Dual-Viscosity)
Bahan yang memiliki konsistensi rendah diinjeksi menggunakan
suntikan pada bagian yang penting, sedangkan yang memiliki
konsistensi tinggi ditempatkan pada sendok cetak
b. Teknik Monophase
Digunakan medium-viscosity impression material. Teknik ini biasanya
ditambahkan silicon dan polieter
c. Teknik Putty-Wash
Prosedur ganda yang cetakan preliminari-nya diambil menggunakan
konsistensi yang tinggi sebelum preparasi kavitas dibuat. Biasanya
juga ditambahkan silicon

Cara mencetak rahang atas dan rahang bawah:


A. Rahang Atas
- Posisi operator berdiri di sebelah kanan depan pasien. Posisi pasien
bersandar tegak menghadap ke depan dengan dataran oklusal
rahang atas sejajar lantai
- Masukkan kuadran kanan sendok cetak yang dipegang tangan
kanan sambal telunjuk kiri menarik sudut mulut kanan pasien
- Posisikan garis tengah sendok cetak segaris dengan garis tengah
muka
- Tekan sendok cetak dimulai dari posterior ke anterior sambal
divibrasi sampai pada posisi seharusnya (posisi pada waktu
mencoba sendok) sebelumnya

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 13


- Ketika memfiksasi cetakan, posisi operator pindah ke sebelah
kanan belakang pasien

B. Rahang Bawah
- Operator berdiri di samping kanan depan pasien. Posisi pasien
bersandar tegak menghadap ke depan, mulut pasien terbuka ¼,
dataran oklusal rahang bawah sejajar lantai
- Masukkan ujung kuadran kanan sendok cetak yang dipegang
dengan tangan kanan sambal telunjuk kiri menarik sudut mulut
kanan pasien
- Posisikan garis tengah sendok cetak segaris dengan garis tengah
muka
- Tekan sendok cetak dimulai dari posterior ke anterior sambil
divibrasi sampai pada posisi seharusnya (posisi pada wakttu
mencoba sendok sebelumnya)

Tanda Anatomis Rahang Atas dan Rahang Bawah yang harus tercetak:

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 14


Cara Disinfeksi dan Penyimpanan Hasil Cetakan:
- Dengan cara menyemprot, tetapi sebuah studi telah mengatakan bisa
juga direndam dalam desinfektan
- Hasil cetakan direndam selama 20-30 menit pada natrium hipoklorit
1% atau larutan glutaraldehid 2%
- Kebanyakan pabrik menganjurkan disinfeksi tertentu, seperti
iodophor, bahan pemutih, atau glutaraldehid yang harus dilakukan
sesuai petunjuk pabrik
- Prosedur disinfeksi cetakan hidrokoloid yang paling akhir disarankan
oleh the Centers for Disease Control Prevention adalah dengan
menggunakan bahan pemutih rumah tangga (pengenceran 1-10),
iodophor atau fenol sintetik sebagai disinfektan. Setelah cetakan dicuci
bersih, disinfektan disemprotkan merata pada permukaan yang
namapak. Bungkus cetakan dalam handuk kertas yang telah direndam
dalam disinfektan dan masukkan segera ke dalam kantung plastik
tertutup selama 10 menit. Akhirnya, keluarkan cetakan yan terbungkus
dari kantung, buka pembungkusnya, cuci, kebaskan kelebihan air, lalu
isi cetakan tersebut dengan stone
- Penyimpanan dapat dilakukan pada tempat dengan kelembaban 100%
tetapi waktu penyimpanan juga tidak diperkenankan lebih dari 2 jam
karena dapat terjadi perubahan stabilitas dimensial.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 15


3.2. SUBTOPIK 2 : ANALISIS MODEL STUDI
3.2.1. SASARAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan pembelajaran SK diharapkan:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi anatomi gigi, bentuk lengkung
gigi, kelainan letak dan posisi gigi, pergeseran gigi arah transversal
dan sagital, diastema, mendeteksi adanya kelainan asimetri
lengkung, hubungan intercusp/interdigitasi dan pergeseran garis
median
2. Mahasiswa mampu mengukur dan menginterpretasikan relasi
anterior (overjet, overbite)
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan dan menganalisis relasi
gigi geligi (relasi sagital, transversal, vertikal)
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan etiologi maloklusi,
diagnosis maloklusi, macam perawatan dan rencana perawatan
ortodonti melalui model studi
3.2.2. ALAT : Alat Tulis, Lembar Rekam Medik, Jangka
Sorong, Symmetograph
3.2.3. BAHAN : Model studi
3.2.4. TAHAPAN PEKERJAAN :
Masing-masing mahasiswa melakukan analisis model studi pada
hasil cetakan yang didapatkan dari pasien Simulasi Klinik (antar
mahasiswa) yang dilakukan sebelumnya (Subtopik 1)
3.2.5. TEORI :

ANALISIS MODEL STUDI


1. Pengertian :
Model studi adalah replika dari keadaan gigi geligi dan jaringan lunak di
sekitarnya yang digunakan sebagai catatan diagnostik penting dalam
membantu mempelajari oklusi dan gigi geligi, yang berupa cetakan
reproduksi dalam bentuk tiga dimensi.

2. Tujuan analisis model studi :


1. Untuk mempelajari anatomi gigi
2. Untuk mempelajari hubungan intercusp/interdigitasi
3. Untuk mempelajari bentuk lengkung rahang
4. Untuk mempelajari curve of spee
5. Untuk mempelajari dan mengevaluasi oklusi dengan bantuan
artikulator

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 16


6. Untuk mendeteksi kelainan, misalnya terdapat pembesaran lokal,
asimetris lengkung, dll.
7. Untuk mendiagnosisis kelainan maloklusi
8. Untuk menganalisis kebutuhan ruang supaya dapat meletakkan gigi-
gigi dalam lengkung yang ideal
9. Untuk menentukan rencana perawatan
10. Untuk mengamati kemajuan selama perawatan

3. Relasi Anterior
a. Jarak gigit (Overjet)
Merupakan jarak horizontal antara insisal insisivi atas dengan bidang
labial insisivi bawah. Nilai normal 2-4 mm.
Jarak gigit pada gigitan silang anterior diberi tanda negatif, misalnya
-2 mm. Pada relasi edge to edge jarak gigit 0 mm.

b. Tumpang gigit (Overbite)


Merupakan jarak vertikal antara insisal insisivi atas dengan insisal
insisivi bawah. Nilai normal 2-3 mm.
Tumpang gigit yang bertambah menunjukkan adanya gigitan dalam
(deep bite). Pada gigitan terbuka (open bite) tidak ada overlap dalam
jurusan vertikal, tumpang gigit ditulis dengan tanda negatif, misalnya
-3 mm. Pada gigitan tonjol (edge to edge) tumpang gigitnya 0 mm.

a. Overjet (jarak gigit)


b. Overbite (tumpang gigit)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 17


4. Relasi Sagital
a. Relasi Molar
Relasi Molar yang dapat terjadi yaitu :
1. Neutroklusi: Cusp mesiobukal molar pertama permanen atas
terletak pada bukal groove molar pertama permanen bawah.
2. Distoklusi : Cusp distobukal molar pertama permanen atas terletak
pada bukal groove molar pertama permanen bawah.
3. Mesioklusi : Cusp mesiobukal molar pertama permanen atas
terletak pada cusp distal molar pertama permanen bawah.
4. Gigitan tonjol (cusp to cusp): Cusp mesiobukal molar pertama
permanen atas beroklusi dengan cusp mesiobukal molar pertama
permanen bawah.
5. Tidak ada relasi : Bila salah satu molar pertama permanen tidak ada
misalnya karena telah dicabut, atau bila pada kaninus permanen
yang belum erupsi.

Distal Mesial

A. Mesioklusi B. Neutroklusi C. Gigitan tonjol D. Distoklusi

b. Relasi Kaninus
Untuk relasi Kaninus meskipun Kaninus permanen baru tumbuh
sebagian telah dapat ditetapkan relasinya dengan melihat relasi sumbu
Kaninus tersebut.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 18


A & B. Neutroklusi C. Distoklusi D. Mesioklusi

5. Relasi Transversal
Pada keadaan normal, relasi transversal gigi posterior adalah gigitan
fisura luar rahang atas, oleh karena rahang atas lebih lebar daripada
rahang bawah.
Perubahan relasi transversal lain yang dapat terjadi adalah:
- gigitan tonjol
- gigitan fisura dalam rahang atas
- gigitan fisura luar rahang bawah
- gigitan silang total luar rahang atas
- gigitan silang total luar rahang bawah
- gigitan silang total dalam rahang atas
- gigitan silang total dalam rahang bawah

6. Relasi Vertikal Anterior


Relasi vertikal normal jika tumpang gigit (overbite) normal.
 Gigitan terbuka (open bite):

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 19


 Gigitan Dalam (deep bite)

 Gigitan Tonjol (edge to edge)

7. Relasi Vertikal Posterior


Realasi vertikal posterior normal jika tidak ada gigitan terbuka di regio
posterior.
 Gigitan Terbuka

8. Pergeseran Gigi dalam Arah Transversal dan Sagital


Mengukur kesimetrisan lengkung gigi dalam arah transversal dan sagital.
Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris, biasanya bisa terlihat
sejak pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak
simetris bisa juga dijumpai pada wajah yang simetris. Pada beberapa
kasus, bisa juga dijumpai keadaan asimetris hanya pada lengkung giginya
saja, sementara lengkung rahangnya normal.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 20


Keterangan: Penilaian kesimetrisan lengkung gigi A. Symmetograph, B. Untuk
menilai kesimetrisan lengkung gigi, kedua jarum penunjuk pada symmetograph
diletakkan pada bidang median raphe.

Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi pada rahang adalah


menggunakan symmetograph. Symmetograph diletakkan di atas
permukaan oklusal gigi dengan bidang orientasi mid palatal raphe lalu
kedudukan gigi di kuadran kiri dengan kanan dibandingkan dalam arah
sagital dan transveral. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi
geligi di kuadran mana yang memerlukan ekspansi atau pencabutan untuk
mengembalikan kesimetrisan lengkung.

9. Malposisi Gigi

a. Malposisi Gigi Individu


Malposisi gigi individu merupakan kelainan posisi dari masing-masing
gigi dalam lengkungnya. Untuk menyebut sebuah gigi yang tidak
normal letaknya terdapat banyak istilah yang digunakan.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 21


Kata dengan akhiran “-versi “ telah banyak digunakan, misalnya
mesioversi yang berarti terletak lebih mesial daripada letak normalnya.
Ada juga yang menggunakan kata dengan akhiran “-posisi”. Untuk
menyebut letak gigi yang condong, dapat digunakan akhiran “-klinasi”
sehingga gigi yang protrusi bisa disebut proklinasi.
- Mesioversi : gigi lebih ke mesial dari normal.
- Distoversi : gigi lebih ke distal dari normal.
- Bukoversi : gigi lebih ke bukal dari normal.
- Palatoversi : gigi lebih ke palatal dari normal.
- Linguoversi : gigi lebih ke lingual dari normal.
- Labioversi : gigi lebih ke labial dari normal.
- Transposisi : gigi berpindah posisi erupsinya di daerah gigi
lainnya.

Gigi Rotasi
Torsiversi / rotasi merupakan kelainan posisi gigi yang berputar pada
sumbu panjangnya. Gigi yang rotasi disebut menurut sisi proksimal
yang paling menjauhi lengkung gigi dan ke arah mana gigi tersebut
terputar.
Bila sumbu perputaran gigi terletak di tengah gigi dan kedua sisi
proksimal berputar disebut rotasi sentris. Sedangkan jika sumbu
perputaran gigi tidak terletak di tengah gigi dan hanya satu sisi
proksimal yang berputar disebut rotasi eksentris.
Contoh : gigi insisivus sentral bawah yang mengalami rotasi pada sisi
mesialnya ke arah lingual dan hanya satu sisi mesial saja yg berputar
sementara sisi distalnya normal dapat disebut “mesio-lingual rotasi
eksentris / mesio-linguo rotasi eksentris” .

Gigi yang ektopik = ektostema


Pengertian umum ektopik adalah tidak pada tempatnya. Kaninus atas
merupakan gigi yang sering mengalami erupsi yang ektopik.

Kaninus ektostema

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 22


Beberapa contoh gambar malposisi gigi

b. Malposisi Kelompok Gigi


Kelainan letak gigi dapat juga merupakan kelainan sekelompok gigi
- Protusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut
inklinasinya terhadap garis maksila > 110o ,, Untuk rahang bawah
sudutnya >90o terhadap garis mandibula.
- Retrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut
inklinasinya terhadap garis maksila < 110o, Untuk rahang bawah
<90o
- Berdesakan : gigi yang letaknya berjejal
- Diastema : terdapat ruang di antara dua gigi berdekatan
- Supraposisi : gigi yang letaknya melebihi garis oklusi / superior
terhadap garis oklusi
- Infraposisi : gigi yang letaknya tidak mecapai garis oklusi / inferior
terhadap garis oklusi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 23


Beberapa contoh gambar malposisi kelompok gigi:

Protrusi Retrusi

Supraposisi Infraposisi

Berdesakan (crowding)

Diastema

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 24


10. Pergeseran garis median
Midline / garis median pada gigi rahang atas merupakan pertemuan antara
kontak mesial kedua gigi insisivus pertama. Jika tidak terjadi pergeseran
garis median pada gigi rahang atas, maka garis yang ditarik pada midline
rahang tadi akan berada tepat pada interdental gigi insisivus pertama atas
kanan dan kiri. Jika tidak terjadi pergeseran garis median pada gigi rahang
bawah, maka garis ini melewati titik kontak insisivi sentral bawah.
Cara menentukan garis median :
RA : menghubungkan titik pertemuan rugae palatine kedua kiri kanan
dengan titik tengah pada fovea palatine pada daerah posterior palatum
(melewati sutura palatina)
RB : membuat titik pada perlekatan frenulum labial dan lingual
Gambar :

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 25


3.3. SUB TOPIK 3: ANALISIS PENGUKURAN RUANG
3.3.1. SASARAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan pembelajaran SK diharapkan mahasiswa dapat:
Melakukan analisis pengukuran ruang pada fase geligi permanen.
3.3.2. ALAT : Alat Tulis, Lembar Rekam Medik, Jangka Sorong, Jangka
berujung runcing
3.3.3. BAHAN: Model studi
3.3.4. TAHAPAN PEKERJAAN
1. Masing-masing mahasiswa mendapat 1 model studi geligi
permanen dari pasien Simulasi Klinik (antar mahasiswa) yang
dilakukan sebelumnya (Subtopik 1) untuk melengkapi pengisian
analisis ruang dengan metode Nance.
2. Masing-masing kelompok mengukur diskrepansi pada model studi
yang telah didapat.
3.3.5. TEORI:

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG


Dalam menganalisis kebutuhan ruang pada perawatan ortodonti, kita
mengenal beberapa istilah antara lain :
1. Diskrepansi ruang: ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan
dengan ruang yang tersedia pada lengkung gigi pada masa gigi
pergantian.
2. Ruang yang dibutuhkan (required space): jumlah lebar mesiodistal gigi
kaninus, premolar satu dan premolar kedua yang belum erupsi/sudah
erupsi, serta keempat gigi insisivus.
3. Ruang yang tersedia (available space): ruang di sebelah mesial molar
pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama permanen kanan
yang akan ditempati oleh gigi-gigi permanen pada kedudukan yang
benar yang dapat diukur pada model studi.
Diskrepansi = tempat yang tersedia – tempat yang dibutuhkan

Pada Simulasi Klinik ini, kita akan memperdalam analisis kebutuhan ruang
dengan analisis Nance.

Cara mengukur tempat yang tersedia (available space ) :


Rahang Atas :
1. Sediakan kawat dari tembaga (brass wire) untuk membuat
lengkungan berbentuk busur.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 26


2. Letakkan brasswire dimulai dari mesial M1 permanen kiri,
menyusuri fisura gigi posterior yang ada didepannya, kemudian
melewati insisal incisif yang letaknya benar / ideal (inklinasinya
membentuk sudut 110° terhadap bidang maksila), kemudian
menyusuri fisura gigi posterior kanan dan berakhir sampai mesial
M1 permanen kanan (seperti terlihat pada gambar di bawah).
3. Beri tanda pada brasswire menggunakan spidol sebagai tanda akhir
pengukuran.
4. Rentangkan kembali brasswire membentuk garis lurus kemudian
ukur mulai ujung kawat sampai pangkal (tanda yang sudah dibuat
dengan spidol).
5. Catat hasil pengukuran yang didapat sebagai available space
(tempat yang tersedia) untuk rahang atas

Rahang Bawah :
Tahapan sama dengan cara mengukur tempat tersedia pada rahang atas,
hanya saja brasswire diletakkan pada oklusal gigi dimulai dari mesial
M1 permanen kiri, menyusuri cusp bukal gigi posterior yang ada di
depannya, kemudian melewati insisal incisif yg letaknya benar / ideal
(inklinasinya 90° / tegak lurus terhadap bidang mandibula), kemudian
melewati cusp gigi potrerior kanan dan berakhir sampai mesial M1
permanen kanan.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 27


Cara mengukur tempat yang dibutuhkan (required space):
Rahang atas dan rahang bawah :
1. Sediakan jangka berujung runcing / jangka sorong / SKiding calliper
2. Ukur lebar mesiodistal masing-masing gigi (yaitu lengkung terbesar
gigi) dimulai dari gigi yang terletak disebelah mesial M1 permanen
kiri sampai gigi yang terletak di mesial M1 permanen kanan.
3. Buatlah sebuah garis lurus pada kertas.
4. Hasil pengukuran lebar M-D tiap gigi dipindahkan pada garis yang
telah dibuat pada kertas tadi.
5. Hitunglah total pengukuran lebar M-D tiap gigi, catat hasil
pengukuran yang didapat sebagai required space (tempat yang
dibutuhkan) untuk rahang atas dan rahang bawah.

Menurut Profitt, 2007, jika dari hasil perhitungan kebutuhan ruang


didapatkan:
- Kekurangan tempat : s.d. 4 mm → tidak diperlukan pencabutan
gigi permanen
- Kekurangan tempat: 5 - 9 mm → kadang masih tanpa pencabutan
gigi permanen, tetapi seringkali dengan pencabutan gigi permanen
(borderline case)
- Kekurangan tempat : > 10 mm → selalu dengan pencabutan gigi
permanen

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 28


DAFTAR PUSTAKA

1. Adams CP. 1984. The Design, Construction And Use Of Removable


Orthodontic Appliances. Wright. Bristoll. England.
2. Bhalajhi SI. 2015. Orthodontic, The Art and Science. 6th ed. Arya (Medi)
Publishing House. New Delhi.
3. Cobourne MT, Di Biase AT. 2011. Handbook of Orthodontics. London.
Elsevier. p.209 – 235
4. Gordon CD, Albert EW. Atlas Of Removable Orthodontic Appliances.
Orthotamine Tarafindan. Turkish.
5. Isaacson KG, Muir JD, Reed RT. 2002. Removable Orthodontic
Appliances. Elsevier. India
6. Luther F, Nelson-Moon Z. 2013. Orthodontic Retainers and Removable
Appliances, Principles of Design and Use. Wiley-Blackwell. UK.
7. Muir JD, Reed RT. 1979. Tooth Movement With Removable Appliances.
Pitman Medical Publishing Co.Ltd. London. England.
8. Pambudi R, Soekotjo D. 2003. Buku Pegangan Peranti Ortodonti Lepasan.
Bagian Ortodonsia FKG Unair.
9. Singh G. 2007. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. JayPee Brothers (P) Ltd
Medical Publisher. New Delhi.
10. Staley RN, Reske NT. 2011. Essentials of Orthodontics: Diagnosis and
Treatment. Wiley-Blackwell. UK.
11. Ursula W. 2007. O-Atlas: Atlas Of Orthodontics And Orofacial Orthopedic
Technique. Dentaurum.
12. White, L.W. 1996. Modern Orthodontic Treatment Planning and Therapy.
Edisi I. California: Ormco Corporation. hal. 24-27.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 29

Anda mungkin juga menyukai