Disusun Oleh:
Regina Puspita Sari 160112220037
Nabilla Faraliza 160112220038
Dosen Pembimbing:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2024
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
1. Dr. Dudi Aripin, drg., Sp.KG (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
2. Dr. drg. Elih, Sp.Ort (K), selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Gigi
Semoga Tuhan YME membalas dan melimpahkan karunia dan rahmat-Nya atas
kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat menjadi karya yang bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................................. 36
BAB V SIMPULAN........................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... v
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
LATAR BELAKANG
rahang merupakan suatu infeksi yang ekstensif pada tulang rahang yang mengenai
dikaitkan dengan penyebaran infeksi bakteri yang terjadi secara hematogen, riwayat
seperti radiasi, osteoporosis, penyakit tulang paget, dan tumor ganas tulang.2
namun masih jarang pada daerah rahang.1 Osteomielitis rahang atas merupakan
suatu kondisi yang sangat jarang terjadi dan langka sedangkan osteomielitis pada
rahang bawah lebih umum terjadi karena bentuk tulang dan vaskularisasinya.
Tulang maksila adalah irregular bone yang terdapat rongga udara dimana pada
dindingnya berupa tulang kompak pipih, pada bagian bawahnya terdapat massa
massa tulang tersebut, kemudian ke tulang kompak pada dinding antral. Jika
dibandingkan dengan tulang frontal, susunan arteri dan vena diploic yang sedikit
membuat maksila menjadi rentan terkena infeksi. Infeksi dapat berasal dari antrum,
lacrimal apparatus, benih gigi, ataupun bone-borne. Maksila dapat suplai darah dari
1
arteri maksilaris internal yang cabangnya membentuk anastomosing loops. Pada
maksila lesi biasnya lebih terlokalisir dan tidak menyebar sedangkan pada
supuratif dan sebagai proses dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan kronis.
Pada masa sekarang, insidensi osteomielitis telah menurun karena telah meluas dan
tersedianya agen antimikroba dan perawatan kesehatan gigi yang lebih baik.
gigi dan mulut, malnutrisi, dan berkembangnya strain mikroorganime yang resisten
tahan tubuh dan kondisi yang merubah vaskularisasi tulang rahang sangat berperan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
rongga sumsum tulang, termasuk tulang kanselous, lalu menyebar ke tulang kortikal
dan periosteum. Diagnosis pasti dari osteomielitis hanya dapat dilakukan dengan
2.2 Epidemiologi
Fase akut osteomielitis dapat menyerang orang-orang dari segala usia, lebih
sering terjadi pada pria, dan lebih sering terjadi pada mandibula dibandingkan
dengan maksila.4 Hal tersebut terjadi karena pada mandibula pembuluh darah
utamanya hanya berasal dari arteri alveolaris inferior dan tulang kortikal mandibula
lebih tebal sehingga mencegah penetrasi dari pembuluh darah ke dalam periosteal
tulang dan tulang kanselus mandibula lebih mudah mengalami iskemia jika
terinfeksi, sedangkan pada maksila lebih banyak vaskularisasi pembuluh darah yang
berasal dari beberapa arteri dan tulang kortikal maksila lebih tipis dan memiliki
tulang yang memungkinkan edema dan pus keluar ke jaringan lunak dan sinus
paranasal. 2,5
3
2.3 Etiologi dan Patogenesis
tulang sehingga terjadi inflamasi akut, edema, dan pembentukan pus sehingga
pembuluh darah, iskemia dan nekrosis pada tulang. Infeksi umumnya berasal dari
vaskularisasi yang adekuat sehingga pertahanan tubuh tidak mampu melawan invasi
organisme mikro, pertahanan tubuh dan struktur anatomis yang terlibat. Organisme
Osteomielitis dapat sembuh secara spontan atau dengan terapi antibiotik yang
tepat. Namun, jika kondisi ini tidak ditangani secara efektif, agen infeksi dapat
bertahan dan terus menyebar pada beberapa pasien; terutama mereka yang memiliki
4
penyakit sistemik kronis, kondisi imunosupresi, dan gangguan penurunan
Enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang mati dapat menyebabkan kerusakan
jaringan, thrombosis vaskular dan iskhemi, sehingga terbentuklah pus yang semakin
minimalis. Bila proses ini terus berlanjut maka pus akan menembus periosteum dan
2.4 Klasifikasi
Secara garis besar osteomielitis dapat dibagi atas dua, yakni akut dan kronis.
Osteomielitis akut ditandai dengan onset yang cepat, nyeri, pembengkakan jaringan
dan parasthesia pada bibir bawah.6 Secara umum, osteomielitis kronis adalah bentuk
sekunder osteomielitis akut.5 Osteomyelitis akut terjadi jika proses inflamasi akut
menyebar ke ruang medula sehingga tidak ada waktu untuk tubuh bereaksi terhadap
timbulnya infiltrat inflamasi. Masa peralihan antara fase akut dan kronis terjadi pada
minggu keempat. Osteomielitis kronis memiliki onset yang lambat, nyeri minimal,
dan peningkatan ukuran rahang secara perlahan, lalu ditandai oleh pembengkakan,
fistula intraoral dan ekstraoral, tulang nekrotik, dan luka jaringan lunak.4 Selain itu
terdapat osteomielitis kronis primer yang tidak diawali oleh fase akut. Osteomyelitis
5
kronis timbul jika terdapat respon pertahanan tubuh sehingga menghasilkan jaringan
granulasi yang akan menjadi jaringan parut padat sebagai usaha pertahanan dan
parastesia dari n.alveolaris inferior dan n.mentalis, dan demam, atau dari hasil
pemeriksaan darah. Pada kasus osteomielitis kronis, kerusakan tulang terlihat jelas
pada fibrosis sumsum tulang dan infiltrat sel inflamasi kronis dengan daerah
inflamasi yang tersebar. Pada tahap ini, hasil kultur biasanya negatif dan
menyebar ke seluruh rahang. Pada mandibula, hal ini dapat mencakup sendi
temporomandibular, dan menyebabkan artritis septik. Infeksi telinga dan infeksi sel
panoramik serta intraoral periapikal dan oklusal untuk melihat perluasan lesi dan
6
gigi yang terlibat. Pada gambaran radiografi panoramik dapat terlihat adanya
CBCT dapat menjadi pilihan untuk mendeteksi pembentukan tulang periosteal baru
dan sequestra.6
posterior korpus mandibula akibat suplai darah yang rendah pada area ini.
memiliki gambaran lesi dengan area radiolusensi yang tidak rata atau “moth eaten”
dengan outline yang tidak jelas dan tidak tegas, adanya lesi sequestra kecil dalam
area radiolusen, serta adanya pembentukan tulang subperiosteal baru di bawah area
terjadi penurunan densitas tulang yang terlibat yang disertai penurunan ketajaman
trabekula. Sequestra dapat diidentifikasi dengan melihat area radiolusen tulang yang
struktur sekitar lesi. Sebagian tulang kortikal yang diresorpsi akan tergantikan oleh
pembentukan tulang baru sebagai hasil dari stimulasi periosteal, gambaran ini
terlihat seperti “onion skin”. Garis radiopak pertama tulang baru dipisahkan oleh
garis radiolusen yang merupakan jaringan ikat fibrosa pada lapisan dalam
periosteum.6,7
7
Pada fase osteomielitis kronis, pembentukan tulang baru berlanjut dan meluas
meliputi area kerusakan tulang (radiolusen) yang terlokalisir dengan pola tidak rata
atau “moth eaten”, sklerosis pada area tulang sekitar, adanya sequestra radiopak
kecil di dalam area kerusakan tulang, dan terdapat involucrum di sekeliling area
8
Gambar 2. Osteomielitis dengan gambaran moth-eaten
1. Fibrous Dysplasia
rahang unilateral perlu dibedakan dari fibrous dysplasia. Pada fibrous dysplasia,
pembentukan tulang baru dimulai dari dalam dan korteks terluar menjadi tipis,
lokasi permukaan korteks tidak berubah, dan tidak terdapat sequestra. Sedangkan
pada osteomielitis, pembentukan tulang baru terjadi pada permukaan tulang melalui
deposisi periosteal yang terletak di lapisan terluar korteks tulang. Perbedaan ini
9
Gambar 3. Fibrous Dysplasia
2. Neoplasia Maligna
terutama jika sudah terinfeksi sekunder oleh ulser dan menyebabkan gambaran
tulang radiolusen dengan batas yang tidak jelas dan tidak terkortikasi, namun lesi
10
Gambar 4. Neoplasma Maligna
Untuk lesi inflamasi pada rahang, tujuan utama perawatan adalah untuk
menghilangkan sumber inflamasi. Ekstraksi gigi atau perawatan saluran akar dapat
akut, diikuti dengan insisi dan drainase. Osteomielitis kronis lebih sulit untuk
ditangani. Pada kasus ekstrim dengan tulang yang sangat sklerotik, penurunan
oksigen hiperbarik dan terapi antibiotik jangka panjang banyak digunakan namun
jangka panjang dan dekortikasi lebih tinggi pada dekade kedua kehidupan.
Penggunaan obat antiinflamasi seperti steroid dan NSAID efektif untuk menangani
11
BAB III
JURNAL REVIEW
Abstrak
Amritsar.
rahang dianalisis secara retrospektif dari Januari 2018 hingga Desember 2020 di
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Universitas dan Rumah Sakit Gigi
terdapat pada 5 pasien (23,8%) sebagai salah satu dari faktor predisposisi. Pada
14 pasien infeksi odontogenik merupakan etiologi utama lalu diikuti oleh sinusitis
pasien. Dengan perawatan yang memadai dan intervensi bedah, sebagian besar
12
Kesimpulan : Insidensi osteomielitis pada maksila yang tinggi ditemukan pada
sebelumnya. Karena ini adalah penelitian kecil, studi prospektif dan tindak lanjut
jangka panjang dengan jumlah pasien yang lebih banyak diperlukan untuk
Pendahuluan
Osteomielitis adalah peradangan tulang dan sumsum tulang yang biasanya dimulai
sebagai infeksi rongga medula yang dengan cepat melibatkan sistem haversian dan
penyakit yang lebih sering menjadi infeksi fatal di daerah maksilofasial. Namun,
dengan adanya antibiotik, gizi yang baik, dan perawatan gigi, diagnosis awal dan
beberapa bakteri anaerob. Saat ini penyebab utama osteomielitis rahang adalah
13
odontogenik.
Ini merupakan bukti yang jelas bahwa berdasarkan suplai darah yang luas,
tulang kortikal tipis dan relatif kekurangan jaringan meduler, osteomielitis maksila
rahang yang dilaporkan ke departemen kami dari Januari 2018 hingga Desember
2020 (periode 3 tahun). Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengevaluasi semua
pasien dengan osteomielitis rahang yang dirawat di institusi kami selama periode
tiga tahun yang berhubungan dengan usia, jenis kelamin, lokasi, etiologi, tanda dan
departemen kami selama periode tiga tahun dari Januari 2018 hingga Desember
2020 dianalisis untuk penelitian ini. Rekam medis dan radiografi yang
berbagai variabel. Dari jumlah tersebut, 5 pasien dikeluarkan dari penelitian ini
karena laporan kasus yang tidak lengkap. Pada 21 pasien, dilakukan pengumpulan
data yang meliputi usia, jenis kelamin, keterlibatan rahang, etiologi, faktor
predisposisi atau kondisi medis yang mendasari, gambaran klinis, pengobatan yang
14
Dalam penelitian kami, diagnosis difokuskan pada temuan klinis dan
seperti osteomielitis.
sesuai dengan jenis dan luasnya penyakit. Pasien diberikan terapi pembedahan
empiris yang sama, irigasi intraoral, dan dressing jika diperlukan. Menurut
pasien. Lokasi bedah di irigasi dengan povidone-iodine dan normal saline. Pasien
Hasil
adalah perempuan dengan rentang usia antara 40 sampai 70 tahun dengan usia
rata-rata 51,6 tahun. Data lokasi anatomis yang terkena menunjukkan insidensi
osteomielitis yang sangat tinggi pada maksila, yaitu 14 dari 21 pasien (66,7%)
15
(4,8%) dengan osteomielitis zygoma. Distribusi osteomielitis dianalisis lebih
lanjut dan menunjukkan insiden penyakit yang sedikit lebih tinggi di regio
posterior (33,3%) pada maksila dan regio body (28,6%) pada mandibula.
Tabel 1.
keluar pus terus-menerus (57,1%), dan bengkak (38,1%). Keluhan utama lainnya
merupakan etiologi yang paling umum, diikuti oleh sinusitis maksilaris kronis
pada 3 pasien (14,2%). Etiologi lain yang ditemukan adalah infeksi hematogen,
trauma, dan osteomielitis yang disebabkan oleh herpes zoster. Terdapat 1 pasien
tes fungsi hati. Diantara 21 pasien, riwayat alkoholisme terdapat pada 5 pasien
pasien (9,5%).
Sangat sulit untuk mengetahui durasi pasti dari keluhan tetapi gejala seperti
16
menunjukkan proses penyakit kronis. Sebagian besar pasien (95,2%) mengalami
Osteomielitis supuratif akut terdapat pada 1 pasien (4,8%) dan 2 pasien (9,5%)
2). Semua pasien sebelum operasi diberikan terapi antibiotik empiris. Sampel
dikirim untuk kultur sensitivitas bagi pasien yang memiliki pengeluaran pus
diberikan terapi antibiotik. Terdapat 3 pasien yang memiliki infeksi ruang selain
17
penggantian obat didasari oleh laporan sensitivitas kultur. Injeksi Gentamicin 80
kasus selama 5-7 hari. Pemberian Clindamycin kapsul 300 mg 2x sehari diberikan
air) untuk membuat konsentrasi final 1-2 mg/ml yang diinfus setidaknya selama
2 jam (setelah pemeriksaan dosis). Pemantauan rutin kadar ureum darah dan
kreatinin dilakukan pada pasien ini selama pemberian obat karena dapat
tablet 400 mg per oral selama 1 bulan dilanjutkan pada pasien ini. Pada 3 pasien
follow up, pemeriksaan yang dilakukan pada pasien meliputi status medis umum,
penyembuhan luka dan gejala lain yang menetap seperti keluarnya pus, fistula,
parastesi, terbukanya luka operasi, atau gejala lainnya. Dari 21 pasien, sebanyak
memiliki parestesia persisten yang juga muncul sebelum operasi. Luka terbuka
post operatif (dehisensi luka) terjadi pada 1 pasien yang dibiarkan sembuh secara
18
sekunder. 1 pasien memiliki kemerahan dan nyeri persisten selama lebih dari satu
bulan yang sembuh dengan pemberian antibiotik dan analgesik. Tidak terdapat
Umur/
Faktor
Pasien Lokasi Etiologi Keluhan Diagnosis
predisposisi
JK
Osteomielitis
Anterior Diabetes Pus, nyeri,
Pasien supuratif
40/P maksila Odontogenik (tidak tereksposnnya
1 kronis dengan
kiri terkontrol) tulang, halitosis
infeksi jamur
Nyeri,
Osteomielitis
pembengkakan,
Posterior Sinusitis non-supuratif
Pasien
42/P maksila maksilaris Hipertensi kronis
2 terasa berat,
kanan kronis
kegoyangan
gigi
Nyeri, pus,
Posterior Osteomielitis
Pasien tereksposnya
60/P maksila Odontogenik Anemia supuratif
3 tulang,
kanan kronis
pembengkakan
Alkoholik
Body Osteomielitis
Pasien kronis, Tereksposnya
50/L mandibula Odontogenik non-supuratif
4 merokok, tulang, halitosis
kiri kronis
hipertensi
Pus, nyeri,
tereksposnya
Body Alkoholik, Osteomielitis
Pasien tulang,
42/L mandibula Odontogenik anemia, supuratif
5 kegoyangan
kanan LFT kronis
gigi,
pembengkakan
19
kiri
Maksila
Nyeri, Osteomielitis
kanan + Diabetes
Pasien tereksposnya non-supuratif
42/L anterior Odontogenik (terkontrol),
7 tulang, kronis dengan
maksila tobacco
pembengkakan infeksi jamur
kiri
Anterior Osteomielitis
Pasien Nyeri, pus,
40/P maksila Hematogenous - supuratif
9 parestesia
kanan kronis
Diabetes Osteomielitis
Pasien Zygoma Tereksposnya
40/P Odontogenik (terkontrol), non-supuratif
10 kiri tulang
hipertensi kronis
Tereksposnya
Anterior Merokok, Osteomielitis
Pasien tulang,
45/L maksila Odontogenik anemia, non-supuratif
13 kegoyangan
kanan tobacco kronis
gigi
Osteomielitis
supuratif
Pus, nyeri,
Posterior Diabetes kronis dengan
Pasien terasa berat,
60/P maksila Odontogenik (tidak infeksi jamur
15 pembengkakan,
kiri terkontrol) dan infeksi
parestesia
spasia kaninus
kiri
20
Pus, nyeri, Osteomielitis
tereksposnya supuratif
Body
Pasien Anemia, tulang, kronis dengan
55/L mandibula Odontogenik
16 merokok pembengkakan, infeksi spasia
kanan
trismus, submandibular
parestesia kanan
Nyeri,
Anterior Osteomielitis
Pasien Post herpes Hipertensi, kemerahan
70/L maksila non-supuratif
17 (virus) alkoholik pada puncak
kiri kronis
tulang alveolar
Maksila
Nyeri, terasa
kiri + Sinusitis Diabetes Osteomielitis
Pasien berat, fistula
55/P anterior maksilaris (tidak non-supuratif
18 oroantral,
maksila kronis terkontrol) kronis
halitosis
kanan
Nyeri, pus,
Pasien Anterior Tidak Osteomielitis
40/L - kegoyangan
19 palatum diketahui supuratif akut
gigi, halitosis
Inj. amoxicillin
+ clavulanic acid Ekstraksi,
Pasien dan debridemen,
Mucormycosis 33
1 Metronidazole x kuretase,
5 hari lalu Tab. sequestrectomy
Fluconazole
21
400 mg x 4
minggu
Ekstraksi,
debridemen,
Cap.
Pasien kuretase,
Clindamycin Tidak tumbuh 7
2 sequestrectomy
300 mg x 7 hari
, obturator
maksila
Inj. amoxicillin
+ clavulanic
Ekstraksi,
acid,
debridemen,
Metronidazole,
Pasien kuretase, Gram positif, gram
Inj. Amikacin x 10
3 sequestrectomy negatif bacilli
5 hari lalu Tab.
, obturator
amoxicillin +
maksila
clavulanic acid
625 mg x 5 hari
Ekstraksi,
Cap.
Pasien debridemen, Gram positif, gram
Clindamycin 7
5 kuretase, negatif bacilli
300 mg x 7 hari
sequestrectomy
Inj. amoxicillin
+ clavulanic
Ekstraksi,
acid,
debridemen,
Metronidazole,
Pasien kuretase,
Inj. Amikacin x Tidak tumbuh 14 Parestesia
6 sequestrectomy
7 hari lalu Tab.
dengan insisi
amoxicillin +
dan drainase
clavulanic acid
625 mg x 7 hari
22
400 mg x 4
minggu
Inj. amoxicillin
+ clavulanic Debridemen,
Pasien
acid, Inj. kuretase, Tidak tumbuh 7
8
Gentamicin x 7 sequestrectomy
hari
Ekstraksi,
debridemen,
Cap.
Pasien kuretase, Gram positif, gram
Clindamycin 7 Parestesia
9 sequestrectomy negatif bacilli
300 mg x 7 hari
, obturator
maksila
Inj. amoxicillin
+ clavulanic Debridemen,
Pasien
acid, kuretase, Tidak tumbuh 7
10
Metronidazole x sequestrectomy
7 hari
Inj. amoxicillin
+ clavulanic acid
dan
metronidazole x
5 hari lalu Inj.
Ekstraksi,
Amphotericin
Pasien debridemen,
Mucormycosis 40
11 kuretase,
B x 7 hari dan
sequestrectomy
Tab.
Fluconazole
400 mg x 4
minggu
Ekstraksi,
debridemen,
Cap.
Pasien kuretase, Gram positif, gram
Clindamycin 7
12 sequestrectomy negatif bacilli
300 mg x 7 hari
, obturator
maksila
Inj. amoxicillin
Ekstraksi,
+ clavulanic acid
Pasien debridemen,
dan Tidak tumbuh 10
13 kuretase,
metronidazole x
sequestrectomy
5 hari lalu Tab.
amoxicillin +
23
clavulanic acid
625 mg x 5 hari
Inj. amoxicillin
+ clavulanic
acid, inf.
Ekstraksi,
Metronidazole,
Pasien debridemen, Gram positif, gram
Inj. Amikacin x 8
14 kuretase, negatif bacilli
5 hari lalu Tab.
sequestrectomy
amoxicillin +
clavulanic acid
625 mg x 3 hari
Inj. amoxicillin
+ clavulanic acid Ekstraksi,
dan debridemen, Parestesia,
Metronidazole x kuretase, nyeri,
Pasien
5 hari lalu Tab. sequestrectomy Mucormycosis 33 kemerahan
15
Fluconazole , obturator yang
maksila, insisi persisten
400 mg x 4 dan drainase
minggu
Inj. amoxicillin
+ clavulanic Parestesia,
Ekstraksi,
acid, dehisensi
debridemen,
Metronidazole, Actinomycosis luka
Pasien kuretase,
Inj. Amikacin x 22
16 sequestrectomy
7 hari lalu Tab. (bakteri)
, insisi dan
amoxicillin +
drainase
clavulanic acid
625 mg x 15 hari
Cap.
Pasien
Clindamycin - Tidak tumbuh 7
17
300 mg x 7 hari
Inj. amoxicillin
+ clavulanic
Ekstraksi,
acid,
debridemen,
Metronidazole, Actinomycosis
Pasien kuretase,
Inj. Amikacin x 22
18 sequestrectomy
7 hari lalu Tab. (bakteri)
, obturator
amoxicillin +
maksila
clavulanic acid
625 mg x 15 hari
24
Inj. Amikacin x
5 hari dan Tab.
Pasien Trimethoprim Gram positif, gram
- 21
19 dan negatif bacilli
sulfamethoxazol
e x 21 hari
Inj. amoxicillin
+ clavulanic acid Debridemen,
Pasien
dan kuretase, Tidak tumbuh 7
20
metronidazole x sequestrectomy
7 hari
Inj. amoxicillin
+ clavulanic
acid,
Ekstraksi,
Metronidazole,
Pasien debridemen, Gram positif, gram
Inj. Amikacin x 12
21 kuretase, negatif bacilli
7 hari lalu Tab.
sequestrectomy
amoxicillin +
clavulanic acid
625 mg x 5 hari
Pembahasan
tulang, “myelo” yang berarti sumsum tulang, dan “itis” yang berarti inflamasi.
Osteomielitis merupakan inflamasi pada tulang yang dimulai dari rongga medula
dan berakhir pada periosteum yang melibatkan sistem havers. Osteomielitis pada
maksila awalnya dijelaskan oleh Rees pada tahun 1847. Hal tersebut dapat berasal
dari penyebaran hematogen, penyebaran yang berdekatan dari fokus infeksi, atau
pertahanan inang dan status imun yang terganggu seperti sindrom imunodefisiensi,
25
umumnya terlihat pada kelompok usia pediatrik (85% pasien dengan usia di bawah
17 tahun), sedangkan pada kelompok dewasa sebanyak lebih dari 50% kasus
merupakan post-trauma.
5.2:1. Pada institusi kami, rasio laki-laki terhadap perempuan adalah 1.1:1 yang
sama dengan studi sebelumnya. Usia pasien berkisar antara 40 hingga 70 tahun
dengan rata-rata usia 51.6 tahun. Kebanyakan pasien berada pada dekade keempat
studi Koorbusch et al. dan Rangne dan Ruud, sedangkan insidensi 1.07:1 dilaporkan
oleh studi Peravali et al. Temuan signifikan dalam studi ini menunjukkan insidensi
osteomielitis maksila dibandingkan mandibula yang lebih tinggi, yaitu 2.3:1. Pada
predisposisi diabetes (Gambar 1a dan b). Pasien ini juga memiliki riwayat
pengobatan osteomielitis fungal 15 tahun lalu. Berbeda dengan hasil literatur, studi
al. yang melaporkan dominasi osteomielitis maksila (51.7%) dalam studinya. Hasil
studi yang dilakukan oleh Sood et al. menunjukkan bahwa insidensi osteomielitis
26
untuk diprediksi. Studi jangka panjang lebih lanjut diperlukan untuk mencapai
kesimpulan tersebut.
sebagai sumber infeksi, diikuti dengan sinusitis maksilaris (14.2%). Hasil ini
odontogenik sebagai sumber utama infeksi. Pada 1 pasien kami, terjadi osteomielitis
maksilaris yang diinduksi oleh herpes zoster, hal ini merupakan komplikasi infeksi
herpes zoster yang jarang terjadi. Nekrosis alveolar post-herpetik dan eksfoliasi gigi
spontan telah dijelaskan dalam literatur pada 41 kasus hingga tahun 2009.
proses penyembuhan luka. Studi oleh Cierny menjelaskan bahwa tidak hanya faktor
27
anatomis, namun kondisi inang, vaskularisasi regional, local milieu, dan luasnya
nekrosis dapat mempengaruhi riwayat penyakit. Studi yang dilakukan oleh Sood et
Diabetes mellitus dikenal sebagai supresor respon imun inang dan memiliki
korelasi yang kuat dengan osteomielitis. Korelasi ini sejalan dengan studi kami,
bahwa diabetes ditemukan sebagai salah satu faktor utama osteomielitis (47.6%).
dilaporkan oleh Koorbusch et al. diantara pasien diabetes melitus yang tidak
terkontrol pada populasi pedesaan India. Pada studi ini, hubungan osteomielitis
maksila lebih banyak ditemukan pada diabetes yang tidak terkontrol (33.3%)
dengan diabetes mellitus sebagai faktor predisposisinya pada studi ini. Dominasi
hasil studi ini. Terlepas dari menurunnya mekanisme pertahanan dan perubahan
diabetik. Ketoreduktase merupakan enzim yang dihasilkan oleh jamur, enzim ini
28
bekerja pada badan keton. Berdasarkan studi Niranjan et al., 52% kasus
osteomielitis fungal dan 48% kasus osteomielitis non fungal diobservasi dalam studi
terjadi pada 80.76% kasus dengan predominasi laki-laki yang berhubungan dengan
Seperti yang terlihat pada 4 pasien kami (19%), anemia juga memperparah
kondisi secara signifikan dengan mengubah respon imun inang pasien untuk
umum terbanyak kedua dalam studi ini. Gangguan imunitas pada alkoholik kronis
melawan infeksi.
disimpulkan dalam studi Coviello dan Stevens. Pada studi ini, hasil kultur dan
mungkin disebabkan oleh konsumsi antibiotik jangka panjang. 7 dari kultur positif
29
Gambar 6. Gambaran klinis pasien 18: a. Foto intraoral menunjukkan sinus pada maksila anterior
bilateral, b. Foto intraoral menunjukkan fistula palatal, c. Penampang aksial CT-scan, d. Gambaran
intraoperatif, e. Sequestrum, f. Gambaran post-operatif menunjukkan fistula palatal yang sudah
sembuh, g. Gambaran post-operatif menunjukkan obturator maksila, h. Gambaran post-operatif
PNS, i. Penampang histopatologis menunjukkan fenomena Splendor-Hoeppeli menunjukkan
Actinomycosis
Laju difusi antibiotik ke dalam tulang yang mati sangat lambat, sehingga seringkali
antibiotik tidak dapat mencapai nidus infeksi secara memadai. Protokol pengobatan
bergantung pada tanda dan gejala klinis, berkisar antara satu minggu hingga satu
bulan.
maksila dengan drainase sinus pada palatum. Riwayat medis pasien tidak signifikan
30
dan tidak terdapat riwayat kebiasaan buruk pada rongga mulut. Debridemen
osteomielitis pada rahang (Gambar 3a-h). Tujuan dari pembedahan ini adalah
reperfusi dan drainase dapat difasilitasi pada area yang terlibat. Intervensi dini
memiliki prognosis yang lebih baik dan dapat menjadi faktor kunci dalam
Gambar 7. Gambaran klinis pasien 21: a. Foto intraoral menunjukkan osteomielitis pada badan
kanan mandibula, b. Gambaran preoperatif menunjukkan fistula ekstraoral pada regio
submandibula kanan, c. Orthopantomogram menunjukkan sequestrum mandibula pada sisi kanan,
d. CBCT pasien (tampak sagital), e. CBCT pasien (tampak koronal), f. CBCT pasien (rekonstruksi
3D), g. Gambaran intra operatif menunjukkan komunikasi antara kavitas infraboni dan fistula
ekstra oral, h. Sequestrum
parestesia persisten yang tidak dapat dihindari karena proksimitas saraf dengan area
31
yang terinfeksi. 1 pasien memiliki dehisensi luka yang ditangani dengan debridemen
lokal dan irigasi dengan povidone-iodine serta air saline normal. 1 pasien yang
ekstraoral yang persisten serta nyeri pada regio tersebut selama lebih dari satu bulan
post-operatif. Tingkat komplikasi yang sama terdapat dalam studi yang dilakukan
Kesimpulan
tren insidensi osteomielitis pada maksila yang lebih tinggi dibandingkan dengan
studi terdahulu. Walaupun ukuran sampel dalam studi ini kecil, namun ditemukan
bahwa terdapat korelasi yang kuat antara osteomielitis dengan diabetes mellitus,
longitudinal lebih lanjut dengan jumlah pasien yang lebih banyak untuk
32
3.2. Interpretasi Kasus
Missing teeth: gigi 17, 11, 21, 22, 23, 24, 28, 38, 37, 36, 44, 45,
46, 48
Persistensi: -
Impaksi: -
Kondisi mahkota: terdapat gambaran radiolusen pada ⅓ insisal
Area 1 Gigi gigi 33 mendekati kamar pulpa
Geligi Kondisi akar: terdapat gambaran sisa akar pada gigi 12, 25, 26,
33, 47
Kondisi alveolar crest - furkasi: terdapat penurunan tulang
horizontal ±4 mm pada mesial-distal gigi 12, 13, 14, 15 16, 18,
25, 27
Kondisi periapikal: DBN
Maksila
- DBN
Area 2 Maksila - Sinus
Sinus - Nasal - Tidak dapat diinterpretasi
Nasal
- Tidak dapat diinterpretasi
33
Kondilus kanan dan kiri berbentuk ovoid, simetris, terletak di
Area 4 TMJ
dalam fossa glenoid
Area 5 Ramus -
DBN
Os. Vertebrae
Suspek
Osteomielitis akut at regio corpus mandibula dextra
Radiologis
So Rare” merupakan jurnal retrospektif. Jurnal ini ditulis oleh Jeevan Lata dan
ameloblastoma, serta laporan kasus lainnya. Jurnal ini dipublikasikan oleh Journal
of Maxillofacial and Oral Surgery pada tahun 2022 dan terdaftar di PubMed.
Government Dental College, India sejak bulan Januari 2018 hingga Desember 2020.
Terdapat konten abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil, pembahasan, serta
kesimpulan yang dijelaskan dengan cukup lengkap. Pada bagian hasil, terdapat
rangkuman kasus osteomielitis pada 21 pasien yang disertai keterangan lokasi, usia
dan jenis kelamin pasien, keluhan utama, etiologi, faktor predisposisi, dan
34
diagnosis. Studi ini juga membahas jenis perawatan, hasil pemeriksaan
dialami pasien. Akan tetapi, jurnal ini tidak menampilkan foto klinis pasca
perawatan dengan lengkap . Referensi yang digunakan pada studi ini berjumlah 19
35
BAB IV
PEMBAHASAN
36
BAB V
SIMPULAN
oleh infeksi pada kavitas medular, dapat menyebar dengan cepat ke sistem havers,
dan meluas hingga periosteum. Pada era pra-antibiotik, osteomielitis pada rahang
merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan dan menyebabkan infeksi
perbaikan nutrisi, dan perawatan gigi, osteomielitis kini dapat dideteksi sejak awal
sejak bulan Januari 2018 hingga Desember 2020. Berdasarkan studi ini, didapatkan
bahwa terdapat perubahan tren insidensi osteomielitis pada rahang atas yang
penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk
37
DAFTAR PUSTAKA