MAKALAH
Oleh:
Nabilla Faraliza
NPM. 160112220038
Dosen Pembimbing:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2023
JUDUL : RECURRENT APTHOUS STOMATITIS
NPM : 160112220038
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1.2. Anamnesa.......................................................................................3
2.1.10. Diagnosis........................................................................................9
2.1.12. Prognosis......................................................................................11
2.2.2. Anamnesa.....................................................................................11
ii
2.2.6. Diagnosis......................................................................................14
2.2.8. Prognosis......................................................................................16
3.2.6. Penatalaksanaan............................................................................26
3.3.5. Penatalaksanaan............................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................31
BAB V SIMPULAN.............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................vi
iii
DAFTAR GAMBAR
(kanan)10.................................................................................................................18
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
mulutnya. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat berdiri secara tunggal, karena kesehatan rongga mulut akan
Salah satu penyakit rongga mulut yang sering ditemui adalah Recurrent
berulang. Kondisi ini ditandai dengan adanya lesi ulserasi tunggal atau multiple
yang biasanya berukuran kecil, terjadi secara berulang, dan dikelilingi area
RAS terbagi ke dalam 3 tipe, yaitu minor, mayor, dan herpetiform. RAS
tipe minor merupakan tipe yang paling umum terjadi pada 80% kasus RAS. RAS
tipe minor ditandai dengan adanya lesi berdiameter 3-10 mm. RAS tipe mayor
ditandai dengan lesi ulserasi berdiameter 1-3 cm, biasanya sembuh dalam waktu
2-6 minggu, dan dapat menyebabkan scarring. Sedangkan RAS tipe herpetiform
terdiri dari lesi ulserasi dengan jumlah lebih dari 10 buah yang berdiameter
Insidensi RAS pada populasi umum yang dilaporkan adalah sekitar 20%.
melaporkan RAS menempati urutan tertinggi masalah kesehatan gigi dan mulut
1
Etiopatogenesis penyakit RAS hingga saat ini belum diketahui secara
multifaktorial. Faktor yang dapat mengubah respon imun pada RAS meliputi
faktor predisposisi genetik, infeksi virus dan bakteri, alergi, defisiensi vitamin dan
dan stress.3
sensation) 2-48 jam sebelum terjadinya ulserasi. Selanjutnya, muncul lesi ulserasi
berukuran kecil dengan tepi yang dikelilingi halo eritema. Pada bagian tengah lesi,
area nekrotik dilapisi oleh membran berwarna kekuningan hingga putih yang
kontras dengan tepinya yang eritem. Lesi ini dapat disertai dengan rasa sakit, yang
datang dengan keluhan sariawan yang terasa sakit pada bibir bawah kanan bagian
dalam. Pasien menyatakan sering mengalami sariawan pada lokasi yang berbeda-
beda hampir setiap bulan. Laporan kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2. Nama : Sanis
3. Usia : 34 tahun
4. Nomor RM : 2020-038561
9. Nomor HP : 082125749373
2.1.2. Anamnesa
sariawan yang terasa perih di bagian bibir kanan bawah bagian dalam sejak
5 hari lalu. Pasien tidak mengetahui mengapa sariawan tersebut muncul. Pada
awalnya, pasien merasa bibir bagian dalamnya terasa perih seperti tertusuk, lalu
setiap bulan. Pasien merasa sariawannya bertambah perih ketika makan dan jika
3
terkena sakit gigi. Pasien terkadang mengoleskan pasta gigi pada sariawannya
untuk mengurangi rasa sakit, namun tidak ada perubahan. Tidak ada keluhan lain
yang dirasakan pasien. Riwayat penyakit sistemik dan keluarga disangkal. Pasien
belum pernah mengobati sariawannya. Pasien mengaku baru pertama kali datang
ke dokter gigi. Pasien menyatakan minum air mineral kurang dari 2 liter per hari,
jarang mengonsumsi buah dan sayur, menyikat gigi 2x sehari saat mandi pagi dan
sore. Pasien mengaku sedang tidak stress dan waktu istirahatnya cukup (6
Hipertensi : Tidak
Asma/alergi : Tidak
Hamil : Tidak
Lain-lain : Tidak
Disangkal
4
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36.5C
Pernapasan : 18x/menit
Nadi : 80x/menit
1. Kelenjar Limfe
isokhor
5
(a)
(b)
Gambar 1 Pemeriksaan Ekstra Oral (a) wajah; (b) bibir
1. Kebersihan Mulut :
b. Plak : (+) pada gigi 16, 11, 26, 31, 35, dan 45
c. Kalkulus : (+) pada gigi 16, 11, 26, 31, 35, dan 45
d. Stain : (+)
test (+).
6
terletak di mukosa labial kanan bawah dekat sudut
bibir.
10. Gigi Geligi : Gangren radiks gigi 18, 36, 37, 38, 46, 47, 48.
7
(d) (e) (f)
(j) (k)
8
(l) (m)
Gambar 2 (a) Dorsum lidah; (b),(c) lateral kanan, kiri; (d) ventral lidah; (e) dasar mulut; (f) tonsil;
(g) palatum; (h) mukosa labial atas; (i) mukosa labial bawah; (j),(k) gingiva dan gigi geligi kiri-
kanan; (l),(m) mukosa bukal kanan-kiri
9
Gambar 4 Gambaran Lesi Pasien
2.1.10. Diagnosis
a. D/ Recurrent apthous stomatitis tipe mayor a.r mukosa labial kanan bawah
(K12.0)
10
c. D/ Fissured tongue branching pattern (K14.5)
d. Periodontitis apikalis kronis e.c gangren radiks a.r 18, 36, 37, 38, 46, 47,
48 (K04.5)
1. Farmakologis :
S 3 dd 1 part doll
S 2 dd 1 coll oris
R/ Surbex-Z multivitamin
S 1 dd 1 p.o
11
c. Menjelaskan cara penggunaan obat triamcinolone acetonide 0,1%
(30 menit setelah sarapan) dan malam (sebelum tidur) dengan teknik
menyikat gigi.
sayuran hijau (bayam) dan buah, serta minum air mineral minimal 2L
(8 gelas) sehari.
3. Pro-scaling.
4. Pro-ekstraksi radiks gigi 18, 36, 37, 38, 46, 47, 48.
2.1.12. Prognosis
12
2.2. Laporan Kontrol I
2. Nama : Sanis
3. Usia : 34 tahun
4. Nomor RM : 2020-038561
9. Nomor HP : 082125749373
2.2.2. Anamnesa
kemudian untuk kontrol. Pasien merasa sariawan di bibir bawah kanan bagian
dalamnya sudah sembuh dan tidak sakit lagi. Pasien sudah menggunakan obat
salep, obat kumur, dan vitamin yang diresepkan sesuai instruksi. Pasien juga
sudah ke dokter gigi untuk membersihkan karang giginya. Pasien mengaku sudah
lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah, serta cukup meminum air mineral (2
liter/hari). Pasien tidak memiliki keluhan lain. Pasien mengaku cukup istirahat (6
jam perhari), tidak stress, dan sedang tidak menstruasi. Pasien ingin rongga
13
2.2.3. Pemeriksaan Ekstra Oral
1. Kelenjar Limfe
isokhor
1. Kebersihan Mulut :
d. Stain : (-)
14
interdental membulat, stippling (-), pitting
test (+).
(healed).
kanan lidah.
15
dapat discrap tanpa meninggalkan area
dorsum lidah.
10. Gigi Geligi : Gangren radiks gigi 18, 36, 37, 38, 46, 47,
48.
16
2.2.7. Diagnosis
a. D/ Recurrent apthous stomatitis tipe mayor a.r mukosa labial kanan bawah
(healed) (K12.0)
d. Erythematous lesion e.c trauma a.r mukosa labial kiri bawah (L53.8)
f. Periodontitis apikalis kronis e.c gangren radiks a.r 18, 36, 37, 38, 46, 47,
48 (K04.5)
1. Pro-KIE
menstruasi.
17
obat kumur.
2. Pro-OHI
scraper.
abses pada gigi 47 dan ekstraksi sisa akar gigi 18, 36, 37, 38, 46, 47, 48.
2.2.8. Prognosis
18
2.2.9. Foto Perkembangan Lesi
Bibir
Dorsal Lidah
Lateral Kanan
Lidah
19
Lateral Kiri
Lidah
Ventral Lidah
Dasar Mulut
Tonsil
20
Palatum
Mukosa Labial
Atas
Mukosa Labial
Bawah
Mukosa Bukal
Kanan
21
Mukosa Bukal
Kiri
Gingiva dan
Gigi Geligi
Regio Kanan
Gingiva dan
Gigi Geligi
Regio Kiri
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1. Definisi
rongga mulut yang paling sering ditemukan. “Apthous” berasal dari bahasa
Yunani “apthae” yang berarti ulserasi pada rongga mulut. 5 RAS memiliki
karakteristik adanya lesi ulserasi berulang yang terbatas pada mukosa rongga
mulut tanpa penyakit sistemik yang menyertai, berbentuk oval atau bulat,
berukuran kecil, berjumlah multipel, memiliki halo eritema, memiliki tepi yang
jelas, dasar ulser berwarna kekuningan atau abu-abu, dan mulai muncul di masa
3.1.2. Prevalensi
Prevalensi RAS pada populasi umum yang dilaporkan adalah 20%, pada
bervariasi antara 5% hingga 50%.7 RAS dapat menyerang anak-anak hingga orang
dewasa karena sifatnya yang rekuren. Studi oleh Kadir et al., melaporkan bahwa
RAS lebih sering terjadi pada anak-anak dan perempuan, dengan kelompok usia
yang sering terdampak yaitu antara 10-19 tahun. 5 Kecenderungan rekurensi RAS
menurun seiring bertambahnya usia dan jarang ditemukan pada pasien dengan
23
menempati urutan tertinggi masalah kesehatan gigi dan mulut yang dirasakan
kehidupan. Lesi ini terbatas pada mukosa rongga mulut dan diawali dengan gejala
prodromal nyeri atau rasa terbakar 2-48 jam sebelum munculnya lesi. Selama
periode inisial ini, terbentuk area eritema yang terlokalisir, selanjutnya akan
terbentuk papula putih, mengalami ulserasi, dan membesar secara bertahap dalam
waktu 48-72 jam.7 Lesi ulserasi ini berbentuk bulat atau oval, memiliki tepi
kemerahan, area nekrotik pada bagian tengah lesi dilapisi oleh pseudomembran
berwarna kekuningan atau putih yang kontras dengan tepinya yang eritema. 4,6 Jika
nekrosis epitel melebihi membran basalis, ujung saraf akan terekspos dan
Lesi RAS biasanya terletak di mukosa non-keratin seperti mukosa bukal, labial,
serta permukaan ventral atau lateral lidah. Lesi ini jarang terjadi pada mukosa
Ulserasi dapat kambuh dalam beberapa hari atau bulan, tidak terdapat lesi
di area tubuh lainnya, dan tidak disertai dengan demam. 6 Biasanya ulserasi dapat
sembuh tanpa scarring dalam waktu 7-14 hari melalui re-epitelisasi yang dimulai
Hingga saat ini, etiologi dan patogenesis RAS belum diketahui secara
pasti. Dahulu, RAS diasumsikan sebagai bentuk dari infeksi HSV rekuren, namun
24
berbagai penelitian telah mengonfirmasi bahwa RAS tidak disebabkan oleh HSV. 7
Secara umum, terjadinya ulserasi disebabkan oleh aksi limfosit dan monosit
sitotoksik pada epitelium oral, namun pemicu respon ini belum diketahui secara
faktor predisposisi yang terdiri dari faktor genetik, infeksi virus dan bakteri, alergi
merokok.3,7 Pasien dengan riwayat positif RAS pada keluarga cenderung memiliki
rekurensi yang lebih sering dan parah dibandingkan dengan pasien dengan riwayat
- Berkurangnya fungsi fagosit secara kronis dari neutrofil saliva dan darah
perifer
- Faktor genetik
3.1.5. Klasifikasi
ke dalam tiga tipe, yaitu RAS minor (Mikulicz’s apthae), RAS mayor (Sutton’s
25
RAS minor merupakan tipe yang paling sering ditemukan, yaitu pada
sekitar 85% kasus RAS.8 Karakteristik dari RAS minor terdiri dari lesi ulserasi
superfisial, berbentuk bulat atau oval, berdiameter <5 mm, berjumlah 1-5 lesi per
serta permukaan ventral atau lateral lidah. 5,8 Gejala prodromal tipe minor
bervariasi, seperti adanya rasa terbakar atau tertusuk (prickling sensation). Lesi ini
dapat sembuh dalam waktu 7-14 hari tanpa scarring.4 Pada umumnya, terdapat
periode interval ulcer-free selama 3-4 minggu, namun pada beberapa kasus lesi
3. Herpetiform
3.1.8. Penatalaksanaan
26
BAB IV
PEMBAHASAN
terasa kotor, terdapat lapisan berwarna putih keabu-abuan namun tidak sakit, dan
disertai dengan bau mulut. Tidak diketahui kapan keluhan awalnya muncul,
namun pasien baru menyadari dan merasa tidak nyaman akan lidahnya sejak 2
minggu yang lalu. Faktor pencetus keluhan pasien yaitu kebersihan mulut yang
kurang baik, pola diet yang tidak seimbang, serta kurangnya konsumsi air mineral
perharinya. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan keluhan. Pasien
terakhir datang ke dokter gigi 1 tahun yang lalu untuk melakukan penambalan.
Pasien terakhir datang ke dokter umum tahun 2020 karena mengalami Covid-19.
Diketahui adik pasien mengalami keluhan yang sama, yaitu lidah kotor dan
bercelah namun tidak separah pasien. Pasien merasa tidak ada kebiasaan buruk,
menyikat gigi 2x sehari yaitu saat mandi pagi dan sebelum tidur menggunakan
pasta gigi berfluoride, terkadang menggunakan dental floss, namun tidak pernah
2018, dan riwayat Covid-19 tahun 2020. Kondisi umum pasien baik dengan tanda
vital normal. Pada pemeriksaan ekstra oral, ditemukan adanya makula kecoklatan
terdapat lesi plak berwarna putih keabu-abuan pada 2/3 dorsum lidah, dapat
27
diseka tanpa meninggalkan kemerahan, dan tidak sakit serta terdapat lesi
keluhan pasien merupakan penyakit coated tongue. Coated tongue adalah kondisi
klinis pada bagian permukaan lidah yang tertutupi selaput pseudomembran akibat
penumpukan debris atau sisa makanan, sel-sel keratin yang tidak terdeskuamasi,
dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri maupun jamur. 9 Lesi
fisura yang ditemukan pada bagian tengah dorsum lidah pasien merupakan
yaitu adanya keluhan lidah kotor namun tidak sakit yang disertai dengan bau
mulut. Keluhan ini didukung oleh faktor predisposisi berupa kurangnya menjaga
kebersihan rongga mulut, konsumsi buah dan sayur yang sedikit, serta kurangnya
konsumsi air mineral. Hal ini juga didukung dengan hasil pemeriksaan intra oral,
yaitu ditemukan lesi plak berwarna putih keabu-abuan pada 2/3 dorsum lidah,
dapat diseka tanpa meninggalkan kemerahan. Penemuan ini didukung oleh studi
yang dilakukan oleh Nuraeny et al., bahwa kurangnya konsumsi air minum dapat
menyebabkan coated tongue karena air dapat membersihkan dan menyiram semua
Mengenai KIE, pasien sudah dijelaskan bahwa lapisan plak putih keabu-abuan
28
pada dorsal lidahnya merupakan coated tongue yang tidak berbahaya, tidak
menjaga pola hidup yang sehat dengan mengonsumsi buah dan sayur 3-5 porsi
olahraga rutin, dan istirahat cukup minimal 6 jam sehari. Mengenai OHI, pasien
diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari dengan sikat gigi berbulu halus dan
pasta gigi berfluoride, membersihkan sela-sela gigi dengan dental floss, menyikat
lidah secara perlahan dengan tongue scraper, kontrol berkala ke dokter gigi tiap 6
bulan sekali, dan SAMURI setiap 1 bulan sekali. Jika kesulitan dalam memelihara
Hasil pemeriksaan intra oral pada dorsal lidah pasien menunjukkan bahwa plak
putih yang awalnya menutupi 2/3 dorsal lidah telah berkurang hingga menjadi 1/3
posterior dorsal lidah saja. Kemajuan tersebut dapat tercapai karena pasien
berbentuk oval, warna merah dengan bagian tengah lebih pucat, tepi terlokalisir,
dasar dangkal, ukuran luas lesi 1 x 1,5 cm, 1 x 2 cm, dan 2 x 3 cm, tepi ireguler, 2
lesi terletak di anterior dorsum lidah dan 1 lesi terletak di lateral kiri lidah dengan
sering begadang karena sedang menjalani stase koass dokter umum di RSHS.
29
pulau pada lidahnya, terutama ketika sedang stress atau kurang istirahat.
Diagnosis dari lesi tersebut adalah geographic tongue, yaitu merupakan lesi pada
lidah atau mukosa mulut lainnya, bersifat jinak, memiliki ciri khas bercak merah
dengan tepi putih yang meninggi, bentuk menyerupai pulau-pulau, dan letaknya
keluhan pasien bersifat asimtomatik, maka terapi yang dianjurkan adalah dengan
30
BAB V
SIMPULAN
coated tongue dengan riwayat geographic tongue. Hal ini sesuai dengan
pemeriksaan intra oral yang dilakukan, yaitu terdapat lesi berjenis non-ulserasi
yang menutupi lebih dari 2/3 dorsal lidah, berbentuk plak berwarna putih yang
ditemukan adanya lesi atrofi berbentuk oval, warna merah dengan bagian tengah
Temuan lesi ini didiagnosis sebagai geographic tongue. Pada kunjungan pertama,
memperbanyak konsumsi buah dan sayur, serta minum air mineral yang cukup,
Satu minggu kemudian, pasien datang kembali untuk kontrol dan terlihat
bahwa lapisan plak putih pada lidahnya berkurang. Hal ini menunjukkan
diinstruksikan untuk mengikuti KIE dan OHI yang diberikan pada kunjungan
31
untuk istirahat yang cukup agar kondisi geographic tongue pada lidahnya dapat
membaik.
32
DAFTAR PUSTAKA
vi
vii