FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
NIM : 16174054
PEMBIMBING
2017
1
LEMBAR PENGESAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
NIM : 16174054
PEMBIMBING
Penanggung Jawab
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih atas bantuan dan kerja sama
1. dr. Hardi Yanis Sp.PD FINASIM selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru
Kota Takengon.
2. dr. Hj. Sawdahanum Sp.PD FINASIM selaku koordinator kepaniteraan klinik Rumah Sakit
Umum Daerah Datu Beru Kota Takengon.
Take ngon.
3. dr. Hasmija, MH, Sp.B.FICS selaku pembimbing kepaniteraan klinik Rumah Sakit Umum
4. dr. H. Gusnarwin Sp.B selaku pembimbing kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Umum
5. dr. Yefrinal Sp.BA selaku pembimbing kepaniteraan klinik Rumah Sakit Umum Daerah
7. dr. Ratna Malahayati dan dr. Abdullah Hambali selaku penanggung jawab ruangan
bedah pria Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Kota Takengon.
8. dr. Sophiapati selaku penanggung jawab ruangan bedah wanita Rumah Sakit Umum
3
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga menjadi lebih baik dan berguna.
Penulis
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................
PENGESAHAN............................................. .......................... . i
KATA PENGANTAR................................................................................
PENGANTAR................................................... ............................. ii
DAFTAR ISI..............................................................
ISI...............................................................................................
................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
GAMBAR................................................... .............................. . v
2.3 Definisi....................................................................................
........................................................ ............................ 5
2.5 Etiologi..................................................................
Etiologi............................................................. ..... .................. 6
2.11 Tatalaksana..............................................
Tatalaksana..............................................................................
................................ 15
2.12 Prognosis.................................................................................
Prognosis....................................................... .......................... 18
KESIMPULAN ......................................................
...........................................................................................
..................................... 19
5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
PUSTAKA.............................................. .................................... 20
6
DAFTAR GAMBAR
7
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Arteri
2. Vena
10
3. Kapiler
terutama pada ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung
antara arteri dan vena tanpa diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini
dinamakan anastomosis arteriovenosa.
arteriovenosa.
Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia,
disebut juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos
dan and jaringan elastic.
Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh
jaringan ikat.
11
4,6
Gambar 2.
Histologi pembuluh darah
12
2.3 DEFINISI
Penyakit buerger atau thromboangiitis obliterans (TAO) adalah suatu
kondisi inflamasi oklusif segmental dari arteri dan vena dengan thrombosis
dan rekanalisasi pada pembuluh darah tersebut.
2.4 EPIDEMIOLOGI
Tingkat kejadian TAO lebih besar di Asia dibandingkan di Amerika
atau Eropa utara dan Afrika. Sedangkan India, Korea, Jepang, Israel, Yahudi
mempunyai insiden penyakit yang paling tinggi. Juga sering pada asia selatan
dan asia tengah. Sering terjadi pada orang yang merokok. Banyak pasien
dengan penyakit buerger adalah perokok berat, tetapi beberapa kasus terjadi
pada pasien perokok sedang. Disebutkan bahwa penyakit
p enyakit ini merupakan reaksi
autoimun yang dipacu oleh bahan didalam rokok.bagaimanapun faktor risiko
kardiovaskuler lain selain rokok juga penting ,khususnya intole ransi glukosa.
75-90% terjadi pada pria kurang dari 45 tahun. 10-25% terjadi pada
pasien wanita. Paling sering pada umur 20-40 tahun, jarang di atas 50 tahun,
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada
pasien penyakit
pen yakit ini yang terus merokok, 43% dari
d ari penderita
p enderita harus melakukan
satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian.
Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh
CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat
berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International
Classification of Diseases, Tenth Revision,1992),
13
2.5 ETIOLOGI
Penyebab penyakit buerger tidak diketahui dengan jelas, tetapi
penyakit tersebut berhubungan erat dengan penggunaan rokok. Penggunaan
atau terpaparnya rokok merupakan hal yang mendasari inisiasi dan
progresifitas dari penyakit ini.
Disebutkan adanya tromboangitis obliterans memiliki peningkatan
sensitivitas selular kolagen tipe I dan II dibandingkan pada pasien dengan
3,4
aterosklerosis obliterans atau pasien dengan kontrol normal.
Kelainan ini hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,
Tromboangitis Obliterans memiliki predisposisi genetik tanpa penyebab
mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa
penyakit buerger adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun study
imunositokimia mengidentifikasikan deposisi linear dari immunoglobulin dan
factor komplemen lamina elastik. Adanya antigen tidak ditemukan.
Peranan hyperhomocysteinemia dalam patogenesis dari penyakit
buerger, adalah masih kontoversial. Hubungan antara kondisi trombofilik
14
seperti sindrom antifosfolipid dan penyakit buerger juga telah pula diusulkan.
Endothelial perifer tergantung vasodilatasi terganggu pada pasien dengan
penyakit buerger yang mana mekanisme endothelial vasodilatasi terlihat intak.
4,5
2.6 PATOFISIOLOGI
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger belum jelas, tetapi
beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena
imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah
sekitar trombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas
pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang
sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti
endotelial antibody sel, dan merusak endotel terikat vasorelaksasi pembuluh
darah perifer. 4,5
Skema 1 8
15
a. Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) yang
patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin
penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea.
b. Penderita merasakan kedinginan, mati rasa, kesemutan atau rasa terbakar.
16
akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa falang distal
yang berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.
e. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang rendah
atau hilang merupakan tanda fisik yang penting. Tromboflebitis migran
baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan.
Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin
keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya
terganggu oleh nyeri iskemia. 4,5
2.8 DIAGNOSIS
a. Kriteria Shionoya3,6
Yang termasuk kriteria ini yaitu riwayat merokok, usia belum 50
tahun, memiliki penyakit oklusi arteri infrapopliteal, flebitis migrans pada
17
salah satu ekstremitas atas dan tidak ada faktor risiko aterosklerosis selain
merokok. Seluruh kriteria ini harus terpenuhi untuk menegakkan diagnosis.
b. Kriteria Ollin4
Yang termasuk kriteria ini sebagai berikut:
18
Kriteria minor:
i. Phlebitis superfi sial migran Episode berulang trombosis lokal vena
superfi sial pada ekstremitas dan badan
ii. Sindrom Raynaud atau Fenomena Raynaud. Sindrom Raynaud adalah
19
20
kanan merupakan angiogram abnormal dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan
adanya gambaran khas “corkscrew” pada daerah lengan. Perubahannya terjadi pada
bagian kecil dari pembuluh darah lengan kanan bawah pada gambar (distribusi
arteri ulna). 7
21
22
Disease3,5
Tabel 1: Point Scoring System for Diagnosis of Buerger’s Disease
2.11 PENATALAKSANAAN
A. Terapi secara umum
Pasien dengan penyakit buerger dianjurkan untuk berhenti merokok
secepatnya dan total. Ini cukup efektif dalam sebagai terapi. Selain itu terapi
23
lain belum disetujui sbagai konsesus sebagi pilihan terapi. Terapi suportif
antara lain meliputi: 8,9
i. Pemijatan lembut dan penghangatan untuk meningkatkan sirkulasi
ii. Menghindari kondisi yang mengurangi sirkulasi perifer, seperti kondisi
dingin
iii. Menghidari duduk atau berdiri pada satu posisi dalam waktu lama
iv. Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma
kaki dan panas atau juga luka karena kimia lainnya.
v. Menghindari pakaian yang ketat
vi. Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka
ektremis untuk menghindari infeksi
24
25
2. Simpatektomi
Dikatakan simpaktektomi dapat mencegah amputasi. Simpatektomi
dapat dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit
Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu
dan penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi
untuk jangka waktu yang lama keuntungannya belum dapat dipastikan.
Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling
sedikit 3 buah ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek
vasokonstriksi akan dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis akan
melebar sehingga kaki atau tangan dirasakan lebih hangat. 12,13
3. Amputasi
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada
pasien yang terus mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa
penyembuhan ulcers,
ulc ers, gangrene yang progresif, atau nyeri
n yeri yang terus-menerus
serta simpatektomi dan penanganan lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika
memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan, lakukanlah operasi dengan cara
12,13
menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.
2.12 PROGNOSIS
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu
mengalami amputasi, apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum
terjadi gangrene, angka kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya
sangat berbeda sekali dengan pasien yang tetap merokok, sekitar 43% dari
mereka berpeluang harus diamputasi selama periode waktu 7 sampai 8 tahun
kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada
pasien ini selainUmumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus
merasakan klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena r aynaud’s
aynaud’s
walaupun sudah benar-benar berhenti mengkonsumi tembakau. 10,11,12
26
KESIMPULAN
27
Daftar Pustaka
1. Dorland. 2002. Kamus
2002. Kamus Kedokteran Dorland : Edisi 29, Buku Kedokteran
EGC.
2. R. Putz, R.Pabst .2000. Sobotta Atlas Anatomi Manusia ; jilid Kedua,
Edisi 22, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
3. Lazarides MK, Georgiadis GS, Papas TT, Nikolopoulos ES. Diagnostic
Criteria and Treatment of Buerger’s Disease: A Review. Int J Low
Extrem Wounds 2006;5(2):89-95.
4. Olin JW. Thromboangiitis obliterans
oblit erans (Buerger’s disease). N Engl J Med
2000;343(12):864-9.
5. Mills JL Sr.Buerger’s Disease in the 21st Century: Diagnosis, Clinical
Features, and Therapy. Semin Vasc Surg 2003;16(3):179-89.
6. Vijayakumar A, Tiwari R, Prabhuswamy VK. Thromboangiitis obliterans
(Buerger’s disease)-current
disease)-current practices. Int J Infl am 2013;2013:1-9.
7. Piazza G , Creager MA. Thromboangiitis obliterans. Circulation
2010;121(16):1858-61.
8. Lazarides MK, Georgiadis GS, Papas TT, Nikolopoulos ES. Diagnostic
Criteria and Treatment of Buerger’s
Buerger’s Disease: A Review. Int J Low
Extrem Wounds 2006;5(2):89-95.
9. Dimmick SJ, Goh AC, Cauzza E, Steinbach LS, Baumgartner I, Stauff er
28
29