1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga makalah BDS 3 Kasus 1 : Pak
Gito ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki
banyak kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf
sebesar-besarnya. Kami dengan terbuka menerima kritik dan saran untuk makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN.…..………………………………………………………………………….………………7
1.3.1 Terminologi………………………………………………………..………………………………………….7
1.3.3 Hipotesis………………………………………………………………………………………………………..8
1.3.4 Mekanisme……………………………………………………………..…………………………………….8
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) ..................... 23
3
2.6.1 Bahan Cetak Non-Elastis ................................................................................. 25
3.1 Pembahasan…………………………………………………………………………………………………….100
BAB IV : PENUTUP……………………………………………………………………………………………………..103
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………103
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….104
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Klasifikasi Kennedy ......................................................................................... 12
Gambar 2 Tonus bibir dipengaruhi oleh otot-otot wajah. Hal ini dapat mempengaruhi
desain dari gigi tiruan........................................................................................................ 15
Gambar 5 Keadaan palatum, linggir gigi, dan tuberositas maksila. Terlihat palatum
melengkung, linggir gigi memiliki bentuk u, dan adanya pembesaran pada bagian
tuberositas maksila ............................................................................................................ 17
Gambar 10 Alginat dan gips yang berbeda akan menghasilkan kualitas permukaan yang
berbeda .............................................................................................................................. 34
Gambar 12 Peforated tray rahang bawah (kiri) dan rahang atas (kanan)...................... 42
Gambar 13 Peforated tray rahang bawah (kiri) dan rahang atas (kanan). ..................... 42
Gambar 14 ........................................................................................................................ 42
5
Gambar 26 Propagation .................................................................................................... 87
Gambar 29 Struktur kopolimer (a) acak, (b) berselang-seling, (c) blok, (d) cangkok ....... 90
6
BAB I
PENDAHULUAN
Kesulitan mengunyah
Dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Ekstraoral tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan Intraoral ditemukan gigi 35, 36, 45 dan 46
hilang
Pembuatan model
rahang
8
Pembuatan gigi tiruan
akrilik
9
7. Alat dan bahan apa saja yang digunakan untuk pembuatan GTSL?
a. Alat dan bahan untuk pembuatan model rahang
b. Teori tentang alginat
c. Teori tentang gips
8. Bagaimana cara pembuatan GTSL?
9. Prinsip-prinsip disain GTSL
10. Bagaimana disain GTSL pada kasus ini?
11. Apa tujuan uji coba gigi tiruan malam?
12. Apa saja alat dan bahan uji coba gigi tiruan malam?
13. Bagaimana cara melakukan uji coba gigi tiruan malam?
14. Teori lilin dental
15. Bagaimana merubah gigi tiruan malam ke akrilik?
16. Bagaimana reaksi kimia pembuatan gigi tiruan akrilik?
17. Resin akrilik heat-cured
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
- Karies
- Penyakit Periodontal
- Faktor genetik
- Faktor usia
- Kecelakaan
- Gaya hidup
- Kebutuhan atas suatu tindakan
11
Gambar 1 Klasifikasi Kennedy
Pembagian Kelas :
Pembagian Divisi :
12
- Divisi III : Daerah tak bergigi pada daerah anterior melewati garis
median
13
Kehilangan gigi pada bagian depan atas dan bawah sering kali
menyebabkan kelainan bicara, karena gigi depan termasuk bagian organ
fonetik. Selain itu kehilangan gigi bagian depan akan mempengaruhi
estetik dikarenakan akan mengurangi daya tarik seseorang, apalagi dari
segi pandang manusia modern.
f. Terganggunya kebersihan mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan
tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya
ruang interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi
mudah disisipi sisa makanan, dengan sendirinya kebersihan mulut tadi
terganggu dan mudah terjadi plak. Pada tahap berikut terjadinya karies
gigi dapat meningkat.
g. Pengurangan Fungsi Pengunyahan.
Seseorang yang mengalami kehilangan gigi terutama dibagian posterior
akan menyebabkan berkurangannya efesiensi dalam pengunyahan. (Ii &
Gigi, 2004)
Gambar 2 Tonus bibir dipengaruhi oleh otot-otot wajah. Hal ini dapat mempengaruhi
desain dari gigi tiruan.
15
b) Gigi geligi
Pemeriksaan terhadap gigi meliputi gigi yang hilang, karies, warna,
mobilitas, malposisi, atrisi, restorasi, dan vitalitas gigi.
c) Lidah
Pemeriksaan lidah meliputi posisi, ukuran, dan pergerakannya.
Kondisi
lidah dapat mempenaruhi landasan dari gigi tiruan.
d) Saliva
Meliputi kekentalan dan flow saliva. Mempengaruhi retensi dari
gigi tiruan. Saliva encer dan flow yang baik dapat membantu
kondisi vakum pada landasan gigi tiruan. Saliva yang terlalu pekat
selain mengurangi kondisi vakum juga dapat menggeser landasan
gigi tiruan.
e) Torus palatina
Torus palatina adalah pembesaran jinak tulang yang ditemukan di
palatum keras di sekitar midline. Mempengaruhi landasan gigi
tiruan rahang atas. Jika terdapat torus palatina yang terlampau
besar maka dapat dihilangkan melalui operasi. Namun, secara
umum pengankatan torus palatina sebaiknya dihindari.
16
Gambar 4 Torus Platina
Gambar 5 Keadaan palatum, linggir gigi, dan tuberositas maksila. Terlihat palatum
melengkung, linggir gigi memiliki bentuk u, dan adanya pembesaran pada bagian
tuberositas maksila
17
kenyamanannya.
Permukaan datar dan melengkung sangat baik
untuk retensi.
h) Eksostosis
Eksostosis merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris
yang berbentuk membulat seperti torus palatinus. Perlu ditangani
karena dapat mengganggu desain landasan gigi tiruan.
i) Frenulum
Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan
organ
yang dapat bergerak, Pemeriksaan frenulum meliputi
tinggi-rendahnya perlekatan masing-masing, mempengaruhi seal
dan stabilitas gigi tiruan.
j) Rongga Retromylohyoid
Rongga Retromylohyoid merupakan daerah perlekatan otot di
daerah
antara molar 2 dan molar 3 bagian lingual. Daerah ini
penting untuk penting untuk daerah retensi gigi tiruan.
Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual didaerah gigi M2
18
dan M3 rahang bawah dengan kaca mulut. Kaca mulut yang
terbenam lebih setengahnya menunnjukkan daerah retro yang
dalam, retro dangkal: kaca mulut terbenam kurang dari
setengahnya, retro sedang : kaca mulut terbenam kira-kira
setengahnya.
k) Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi dilakukan untuk menunjang diagnosis
lainnya dengan mengakses keadaan intra oral yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Panoramic
Merupakan pesawat dental x-ray yang dapat sekaligus
membuat foto dari ke seluruh gigi (RA/RB)
Pesawat panoramic ini biasanya dikombinasikan dengan
cephalometrik
Alat ini membuat seluruh gambar gigi pasien dengan teknik
tabung bergerak bersama film sewaktu dilakukan expose,
tetapi ada pula hanya filmnya bergerak sedangkan tabungnya
19
tetap di tempat. Alat ini digerakkan oleh motor penggerak
selam expose berlangsung
Film panoramic (15 cm x 30 cm) dikemas dalam suatu
kantong khusus
Pesawat panoramic berkapasitas antara lain : 8 mA, 12 mA,
15 mA dengan tegangan 40-100 kv dan waktu expose 15-20
detik
Cephalometri
20
· Merupakan alat bantu khusus digunakan pada pemeriksaan
orthodonti
· Radiografi alat ini dipasang pada dinding kamar periksa dan ada
yang sudah terpasang pada alat secara keseluruhan tidak dipasng
di dinding
· Mempunyai alat fiksasi kepala pasien maupun kaset
· Alat ini dirancang sedimikian rupa sehingga hubungan kepala
pasien dan kaset secara tepat dapat diperoleh, berfungsi untuk
fiksasi antero-posterior maupun posisi lateral terhadap kaset
· Kepala pasien difiksasi pada kedua daerah telinga
· Posisi hidung yang menunjukkan posisi kepala pasien yang tepat
terhadap kaset tergantung di belakang kepala pasien
· Demikian pemeriksaan/ pembuatan foto radiografi dapat dilakukan
tanpa objek bergerak padawaktu expose dilakukan
Alat X-ray yang digunakan untuk pembuatan foto radiografi ini
berkapasitas 150 mA dan 125 kv
21
Gambar 8 Radiografi cephalometri
22
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
1. Bahan tersebut harus cukup cair untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta
cukup kental untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak
ke dalam mulut
2. Bahan tersebut harus berubah atau mengeras menjadi padat menyerupai karet
dalam wakt tertentu selama di dalam mulut
3. Cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan
darimulut
24
ke bentuk semula karena telah terjadi reaksi kimia, sedangkan reversibel berarti
bahan tersebut dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan
pendinginan karena tidak terjadi perubahan kimia. Menurut perubahan fisik,
reaksi kimia, atau perubahan polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis
atau non-elastis. Bahan cetak elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur
keras dan lunak rongga mulut, sedangkan bahan cetak non-elastis harus
dipatahkan atau diubah bentuknya terlebih dahulu untuk kemudian dikeluarkan
melalui undercut.
Bahan yang termasuk bahan cetak irreversibel adalah : alginat, zinc oxide-
eugenol (ZOE), elastomer, plaster cetakan. Bahan yang termasuk bahan cetak
reversibel: hidrokoloid reversibel dan kompound. Bahan cetak yang termasuk
bahan cetak elastis : hidrokoloid dan elastomer. Bahan cetak yang termasuk bahan
cetak non-elastis : ZOE dan pasta sejenisnya, Plaster cetakan, compound.
(Anusavice, 2003)
Irreversibel Reversibel
Impression plaster
Elastomeric
2.6.1.1 Kompound
Kompound juga disebut sebagai plastik modeling. Kompound terdiri
dalam bentuk lembaran maupun batang. Dengan pemanasan compound menjadi
25
melunak dan kondisi dingin akan mengeras. Bahan cetak ini digunakan untuk
mencetak edentolus pasien.
Tipe ini mempunyai viskositas yang rendah. dan tipe II digunakan untuk
preparasi sendok cetak. dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan
akhir dibuat dengan menggunakan bahan lainnya (tipe II).
Komposisi
Sifat termal
Manipulasi
26
Syarat utnuk menggunakan kompound adalah dengan dilunakkan dengan
panas. Kegunaan kompound ditentukan oleh respon kompound terhadap
perubahan suhu di lingkungan sekitarnya.
Aliran
Komposisi
Bahan cetak ZnOE dikemas dalam dua pasta yang terpisah, satu tabung berisi
seng oksida dan minyak mineral, satu tabung lagi berisi eugenaol dan rosin.
Minyak mineral/sayur bertindak sebagai bahan pembuat plastis dan membantu
menghilangkan iritasi. Eugenol dalam kadar besar dapat menimbulkan rasa
27
terbakar bagi pasien ketika bahan tersebut berkontak dengan jaringan lunak,
sehingga bahan ini terkadang dapat digantikan dengan minyak cengkeh yang
hanya mengandung eugenol 70-85%. Penambahan rosin berfungsi untuk
mempermudah kecepatan reaksi dan menghasilkan produk yang lebih homogen.
Apabila pasta setelah diaduk terlalu encer atau kurang kental, ke dalam salah satu
atau kedua pasta dapat ditambahkan bahan pengisi (seperti malam) atau bubuk
lembam. Untuk mempercepat reaksi, dapat digunakan garam pelarut seperti seng
asetat, kalsium klorid, alkohol primer, dan asam asetat dingin yang dapat
disatukan dalam satu atau kedua pasta.
Setting Time
Waktu pengerasan awal dan akhir dinyatakan sesuai spesifikasi ADA No.
16 untuk pasta cetak kedokteran gigi, Waktu pengerasan awal, seperti waktu
kerja, mencakup waktu untuk mengaduk, mengisi sendok cetak, dan memasukkan
cetakan ke dalam mulut dengan tepat, dengan waktu bervariasi antara 3 dan 6
menit. Waktu pengerasan akhir adalah waktu di mana bahan cukup keras menahan
pemasukan dengan tekanan dan berlangsung dalam sepuluh menit untuk pasta tipe
I (keras) dan 15 menit untuk pasta tipe II (lunak).Bila pengerasan akhir sudah
terjadi, cetakan dapat dikeluarkan dari mulut.Waktu pengerasan lebih pendek bila
terjadi dalam mulut.
Manipulasi
Pengadukan kedua pasta dilakukan pada kertas tahan minyak atau lempeng
kaca pengaduk. Kedua pasta ditekan dengan panjang yang sama supaya
didapatkan proporsi yang tepat. Setelah itu, kedua bahan disatukan dengan
menggunakan spatula baja antikarat yang lentur selama satu menit sampai terlihat
warna yang seragam.
28
2.6.2 Bahan Cetak Elastik
Aplikasi
Komposisi
Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar, tetapi ini adalah
bahan utama bukan berdasarkan berat.Agar adalah koloid hidrofilik organik
(polisakarida) diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Hidrokoloid biasanya
dikemas dalam dua bentuk, bahan semprit dan bahan sendok cetak.Pipa/tube
untuk mengisi sendok cetak berpendinginan air dan cartridge untuk digunakan
dalam semprit.Satu-satunya perbedaan antara bahan semprit dan bahan sendok
cetak adalah warna dan keenceran materi semprot lebih besar.
29
Manipulasi
(a) Bahan tersedia dalam kontainer yang disegel untuk mencegah penguapan air.
Bahan ini dibuat menjadi cairan dengan cara memanaskan tabungnya dalam air
mendidih selama kira-kira 10 menit.
(b) Tabung dikocok sampai isinya tercampur rata, lalu dibiarkan sampai dingin
(45°C), baru dipindahkan dari tabung ke dalam sendok cetak.
(d) Pembentukan gel agak lambat, ini dapat dipercepat dengan salah satu cara
berikut.
Dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk memindahkan keadaan gel ke sol
daripada dari sol ke gel.
2.6.2.2 Alginat
Alginat adalah bahan cetak yang berasal dari zat yang diekstrak dari alga
coklat. Zat tersebut yaitu yaitu β-D asam mannuronat dan α-L asam guluronat.
Asam-asam tersebut dihubungkan melalui ikatan 1,4. Garam asam alginat tersebut
jika dicampur dengan air dalam proporsi yang tepat akan membentuk hidrokoloid
ireversibel. Alginat digunakan dalam pencetakan pada pembuatan geligi tiruan
sebagian lepasan, alat ortodontik, dan model studi yang membantu dalam
pembuatan rencana perawatan dan diskusi dengan pasien, termasuk perencanaan
perawatan untuk perawatan restoratif dan ortodontik.
Komposisi
Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid ireversibel adalah
soluble alginate seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin. Soluble
30
alginate yang dicampur dengan air akan membentuk sol. Semakin besar berat
molekul, semakin kental sol yang terjadi. (Anusavice, 2003)
31
Reaksi
Secara struktur, ion kalsium akan menggantikan ion natrium atau kalium
untuk menghasilkan polimer. Pembentukkan dari kalsium alginat sangat cepat
sehingga tidak memberikan working time yang cukup. Oleh karena itu, water-
soluble salt (contoh: trisodium fosfat) ditambahkan sebagi retarder untuk
memperpanjang working time. Hal ini dimaksudkan agar kalsium sulfat bereaksi
dengan garam tersebut sehingga reksi yang cepat antara kalsium sulfat dan soluble
alginate dapat ditunda.
Ketika trisodium fosfat lemah, ion kalsium akan mulai bereaksi dengan
kalium alginat untuk membentuk kalsium alginat dengan reaksi:
Sifat
a. Working Time
a. Fast-setting alginate: 1.25 – 2 menit dengan mixing time 45 detik
32
b. Regular-setting alginate: 3 menit – 4.5 menit dengan mixing time: 60
detik
b. Setting Time
Settng time alginate bervariasi dari 1 – 5 menit. Spesifikasi American
Dental Association (ADA) No. 18 mengharuskan setting time setidaknya 15 detik
lebih lama dari working time.
c. Elastic Recovery
Cetakan alginate biasanya terkompres sebesar 10% di area undercut saat
dilepaskan dari mulut. Besar sebenarnya bergantung pada luas undercut dan jarak
antara sendok cetak dengan gigi. Spesifikasi American Dental Association (ADA)
No. 18 mengharuskan elastic recovery lebih dari 95%. Sebagian besar alginate
mempunyai elastic recovery 98.2% dengan deformasi permanen 1.8%
d. Fleksibility
ADA memperkenankan 5% - 20% fleksibilitas pada tekanan 0.1 MPa, dan
sebagian besar alginat memiliki nilai 12-14 %
e. Strength
Spesifikasi ADA mengharuskan alginat mempunyai compressive strength
sebesar 0.35 MPa dan tear strength sebesar 0.4 to 0.7 kN/m. Tear strength diukur
dari rasio gaya/tebalnya cetakan yang dibutuhkan untuk mulai robeknya cetakan.
33
gips sehingga menghasilkan permukaan yang mengapur. Jika alginat disimpan
selama 30 menit atau lebih sebelum dicor, alginat harus dicuci dengan air dingin
untuk menghilangkan eksudat yang akan memperlambat setting time dari gips.
Setelah dicuci, alginat dibungkus dengan tissue/handuk lembab dan disimpan
dalam tempat penyimpanan tertutup untuk mencegah hilangnya air. Model gips
seharusnya tidak berkontak dengan cetakan alginat dalam waktu yang lama karena
gips karena kontak antara kalsium sulfat dihidrat dengan alginate gel yang
mengandung banyak air akan merusak kualitas permukaan kualitas model.
Gambar 10 Alginat dan gips yang berbeda akan menghasilkan kualitas permukaan yang
berbeda
g. Stabilitas Dimensional
Cetakan alginat akan kehilangan air dengan cara penguapan. Cetakan yang
dibiarkan dalam waktu 30 menit dapat menjadi tidak akurat. Untuk akurasi
maksimal, gips harus dituangkan ke cetakan alginate secepatnya. Jika model tidak
bisa dibuat secepat mungkin, maka alginat harus disimpan dalam kelembaban
relatif 100% dalam kantong plastik atau dibungkus tissue/handuk basah.
h. Disinfektan
Disinfektan digunakan untuk mencegah penyakit virus seperti hepatitis B,
acquired Immunodeficiency syndrome, dan herpes simpleks. Virus-virus tersebut
dapat berpindah ke model gips dan bersiko pada laboratorium gigi dan operator.
(Denry, 2012)
35
Manipulasi Alginat
1. Langkah pertama dalam memanipulasi alginate yaitu menyiapkan
campuran yang tepat antara air dan bubuk alginate. Bubuk dimasukkan ke
dalam air di rubber bowl yang sudah diukur. Air dimasukkan terlebih dulu
untuk membasahi rubber bowl dan memastikan bubuk akan terbasahi
secara menyeluruh. Pengadukkan terbaik adalah pengadukkan dengan
gerakan membentuk angka 8 dengan menekan campuran ke dinding
rubber bowl dan merotasikan spatula sebesar 180o dari spatula untuk
menghilangkan gelembung udara.
2. Perhatikan mixing time. 45 – 1 menit biasanya cukup, tergantung dari
merk dan tipe alginate. Hasil yang baik yaitu berupa campuran yang halus
dan creamy dan tidak menetes dari spatula ketika diangkat dari rubber
bowl.
3. Perhatikan kebersihan alat. Kontaminan seperti sejumlah kecil gips yang
tertinggal di rubber bowl dapat mengakselerasi campuran.
2.6.3 Gips
Reaksi Umum
Secara kimiawi, gipsum yang diproduksi untuk aplikasi dental hampir sepenuhnya
berbentuk calsium sulfate dihydrate murni (CaSO4 ⋅ 2H2O). Melalui proses
kalsinasi calsium sulfate dihydrate atau gipsum akan dihasilkan produk dental
Reaksi Pengerasan
Reaksi ini merupakan reaksi bubuk calsium sulfate dihydrate dengan air. Produk
dari reaksi ini adalah gipsum dan panas yang terlibat dalam reaksi eksotermik
sama dengan panas yang digunakan dalam proses kalsinasi.
Dalam reaksi pengerasan gips, terdapat beberapa tahapan waktu yang dilalui,
yaitu:
1. Kemurnian bubuk
Kemurnian bubuk dipengaruhi oleh proses manufaktur. Bila proses
pemanasan gips tidak sempurna, maka akan tersisa dihidrat pada
hasil akhir produk gips, dihidrat yang tersisa akan menambah inti
kristalisasi, sehingga waktu pengerasan menjadi pendek.
2. Kehalusan bubuk
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat gips mengeras
karena tingkat kelarutan hemihidrat meningkat.
38
W/p ratio adalah jumlah air yang diperlukan untuk membuat adonan gips.
Secara teoritis (untuk setting reaction) hanya diperlukan 16,8 – 19 ml air
untuk 100 gr hemihidrat, namun untuk setiap jenis gips yang berbeda
memiliki rasio yang berbeda satu sama lain. Semakin banyak jumlah air
yang digunakan, semakin sedikit jumlah inti kristalisasi per unit volume,
sehingga waktu pengerasan menjadi panjang. Rasio ini sangat berpengaruh
terhadap sifat fisik dan sifat kimia gips yang dihasilkan.
4. Pengadukan
Pengadukan memiliki efek yang penting terhadap waktu (setting time) dan
ekspansi pengerasan (setting expansion). Semakin lama dan cepat
pengadukan, semakin cepat gips mengeras. Selama pengadukan dihidrat
dipecah menjadi kristal-kristal yang lebih kecil dan menjadi inti kristalisasi
(pusat inti) dan akan mempercepat waktu pengerasan.
5. Suhu
Suhu antara 0 - 50°C (32 – 120°F) akan mempercepat waktu pengerasan
sejalan dengan meningkatnya suhu. Namun, pada suhu di atas 50°C, waktu
pengerasan akan diperlambat secara bertahap. Jika suhu air mendekati
suhu 100°C atau 212°F, maka tidak akan terjadi reaksi pengerasan.
39
Macam-Macam Gips Dental Menurut ADAS No. 25
Klasifikasi yang digunakan oleh ADAS untuk gips dental didasarkan atas aplikasi
klinis dan penggunaannya.
1. Sifat Fisik
Terdapat sifat-sifat yang penting untuk diketahui dari berbagai produk
gips, antara lain:
Kepadatan
Waktu pengerasan
Porositas
2. Sifat Mekanis
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk keperluan di bidang kedokteran
gigi harus cukup kuat, cukup kaku, cukup keras dan tahan terhadap abrasi.
Sifat mekanis gips diantaranya adalah kekuatan dan kekerasan permukaan.
Manipulasi Gips
1. Campurkan air dan bubuk gips sesuai dengan w/p ratio jenis gips yang
digunakan untuk mendapatkan konsistensi yang tepat.
2. Lakukan pengadukan hingga terbentuk adonan homogen antara air dan
bubuk gips.
40
3. Tuangkan adonan pada cetakan negatif. Gunakan vibrator atau ketuk
cetakan berulang kali untuk menghindari terbentuknya gelembung udara
yang dapat menghasilkan porus pada hasil akhir model gips yang
terbentuk.
4. Biarkan cetakan mengering sempurna, lalu lepaskan model gips dari
cetakan negatif secara perlahan agar tidak patah.
Harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan dalam mulut
harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm.
Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginatharus memakai
sendok cetak yang berlubang atau yang memakai spiral ditepinya.
Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat diperpanjang
dengan malam untuk memperluas di bagian posterior.
Merupakan sendok cetak yang telah tersedia dan dibuat oleh pabrik dalam
berbagai ukuran dan jenis bahan. Digunakan untuk melakukan cetakan anatomis,
yaitu pencetakan yang tidak menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa.
Cetakan dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang dipakai
adalah compound dan alginat.
41
Normal Stock Tray : untuk kehilangan gigi paradental
Gambar 13 Peforated tray rahang bawah (kiri) dan rahang atas (kanan).
Gambar 14
42
B. Bahan yang akan digunakan
alginate
43
3. Klasifikasi lain
Klasifikasi dari sendok cetak juga dapat didasarkan dari berbagai hal yaitu
5. Oklusi sentrik
Alat dasar steril
Baki steril
Gelas kumur
45
Baki acc
Lampu spirtus
Korek api
6. Pemasangan di okludator
Simple articulator/okludator
Karet gelang
Lekron
Pisau gips
Rubberbowl
Spatel gips
Glass lab
Ampelas besi kasar dan halus
Bahan:
Gips plaster
7.penyusunan gigi
Mikromotor
Straight handpiece
Bur fraser
Batu merah dan hijau silinder dan bulat ukuran kecil
Lekron
Pisau lilin
Lampu spirtus
Bahan:
Gigi artifisial sesuai kasus
Lilin merah
Spirtus
8.pembuatan cangkolan
46
Tang universal
Tang potong
Spidol permanen kecil
Lekron
Lampu spirtus
Pisau lilin
Bahan
Kawat 0.7, 0.8
Lilin merah
Spirtus
9.kontur gusi
Lampu spirtus
Chip blower
Kain halus
Lekron
Pisau lilin
Bahan
Lilin merah
Spirtus
47
Gips plaster
Vaseline
11.waxing out
Lekron
Lap
Kunci pas
12.packing akrilik
Lekron
Mixing jar
Spatel semen
Kuas kecil
Masker
Pipet kaca kecil
Kunci pas
Bahan
Akrilik heat cured (powder n Liquid)
Cms
Kertas Chelophane
48
Masker
Bahan
Pumice
Kapur poles
49
DTG : sadel ujung bebas pada satu sisi
IP : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan
basis ke distal
● Kelas 3
DTG : sadel tertutup dan dua gigi tetangga kuat tapi tidak
mampu memberikan support
IP : protesa lepasan, dua sisi dengan dukungan dari gigi
● Kelas 4
DTG : sadel tertutup melewati median
IP : protesa cekat/lepasan dan dua sisi
● Kelas 5
DTG : sadel tertutup, gigi tetangga depan tidak kuat
menerima support
IP : protesa lepasan dua sisi
● Kelas 6
DTG : sadel tertutup, kedua gigi tetangga kuat
IP : protesa cekat/lepas, 1 sisi dan dukungan dari gigi
2. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Bentuk sadel gigi tiruan ada dua, yaitu: paradental saddle
(tertutup) dan free end saddle (terbuka). Dukungan untuk
paradental adalah gigi, mukosa, atau gigi dan mukosa, sedangkan
free end adalah mukosa atau gigi dan mukosa. Faktor-faktor untuk
menentukan macam dukungan dari setiap sadel, yaitu:
● Keadaan jaringan pendukung, jika gigi sehat maka
support dari gigi sedangkan jika tidak maka support dar
mukosa. Biasanya untuk free end saddle support yang
digunakan adalah dari mukosa. Tujuannya adalah untuk
mencegah penerimaan beban kunyah yang tidak seimbang.
● Panjang saddle, untuk saddle pendek dengan gigi tetangga
kuat maka support yang digunakan adalah dari gigi dan
50
untuk saddle panjang dengan gigi tetangga kurang kuat
maka support yang digunakan adalh dari mukosa.
● Jumlah saddle, untuk rahang dengan jumlah saddle
multiple diperhatikan keadaan gigi yang masih ada dan
jaringan mukosa. Untuk rahang atas disarankan support dari
mukosa agar desain tidak kompleks.
● Keadaan rahang, untuk rahang bawah dengan paradental
saddle support dari gigi karena lebih kecil daripada rahang
atas.
3. Menentukan jenis retainer
Retainer ada dua jenis, yaitu: direct retainer, yang
diperlukan seperti cangkolan dan indirect retainer, yang tidak
selalu diperlukan seperti occlusal rest. Untuk menentukan jenis
retainer, perhatikan faktor-faktor berikut ini:
● Dukungan dari saddle
● Stabilisasi dari gigi tiruan
● Estetika
4. Menentukan jenis konektor
Untuk protesa resin konektor berupa pelat, sedangkan
protesa kerangka logam konektor bervariasi sesuai lokasinya.
Berikut ini adalaha dasar pertimbangan penggunaan lebih dari satu
konektor, yaitu:
● Pengalaman pasien
● Stabilisasi, perlu konektor tambahan untuk menguatkan gigi
tiruan
● Bahan gigi tiruan, untuk protesa resin tidak masalah tetapi
protesa kerangka logam punya modulus elastisitas yang
berbeda. Contohnya konektor logam campur emas
memerlukan dua konektor dan kobalt memerlukan satu
konektor.
51
Untuk free end saddle, hal berikut ini haruslah diperhatikan,
yaitu :
● Ada indirect retainer
● Occlusal rest menjauhi DTG
● Perlu dilakukan pencetakan ganda
● Desain cangkolan dibuat sedemikian
Gambar 17 Cangkolan
Cangkolan adalah bagian dari GTSL yang biasanya dibuat dari kawat
khusus (kawat klamer) atau dari logam cor, melingkari dan menyentuh sebagian
besar, kelilingi gigi, memberi retensi, stabilisasi, dan support bagi GTSL tersebut.
Bentuk cangkolan kawat yang biasa dipergunakan dalam GTSL antara
lain:
● Cangkolan C
● Cangkolan buccal
● Cangkolan E
● Cangkolan bola (ball clasp)
Alat dan bahan
1. Model rahang yang sudah disurvei
2. Kawat 0,7 dan 0,8
3. Tang klamer dan tang potong
4. Pensil/spidol
Syarat-syarat cangkolan
52
1. 1/3 – 1/2 ujung lengan retentif berada di daerah gerong dan ujungnya kira-
kira 1 – 2 mm di atas tepi gusi.
2. 1/3 awal lengan retentif harus berada di bawah daerah non gerong.
3. Kontak cangkolan dengan permukaan gigi harus kontak
berkesinambungan.
4. Cangkolan harus beradaptasi dan tidak menekan gigi.
5. Bila memakai occlusal rest tidak boleh mengganggu oklusi.
6. Ujung lengan dibuat sepanjang mungkin.
7. Ujung lengan dibentuk sehingga tidak tersangkutnya sisa makanan, bibir,
pipi, serta lidah.
8. Cangkolan tidak boleh cacat bekas tang
9. Untuk tangan cangkolan yang terlalu panjang (misal pada gigi molar)
gunakan diameter kawat klamer 0,8 mm.
Prosedur pembuatan cangkolan
1. Gambar desain cangkolan pada model.
2. Ukur serta potong kawat sesuai kebutuhan. Bengkokkan salah satu ujung
kawat sesuai dengan desain, lalu tandai dengan spidol.
3. Pembengkokkan selanjutnya sesuai dengan desain yang sudah dibuat.
4. Sandaran oklusal dibuat dari kawat klamer yang ujungnya dibengkokkan
360°.
5. Cangkolan yang sudah sesuai ujungnya dibulatkan dan dihaluskan
sehingga tidak tajam.
54
a. Tingginya lebih tinggi dari gigi tetangganya (1 – 2 mm)
b. Lebar sesuai gigi yang akan diganti
c. Permukaan oklusal datar
d. Dirapikan dan dihaluskan. Permukaan bukal mengikuti lengkung
bukal gigi yang masih ada.
55
Pekerjaan laboratorium dapat dilakukan tanpa kehadiran penderita, maka
model kerja dipasang pada artikulator yang dapat memegan model rahang atas dan
bawah tersebut serta menirukan gerakan dari rahang penderita seperti halnya di
dalam mulut. Artikulator adalah sebuah alat mekanis yang dapat menirukan
hubungan dari maksila dan mandibula.
Artikulator yang paling sederhana terdiri dari bagian atas dan bagian
bawah yang disatukan dengan sebuah engsel.Jenis ini disebut Klap Artikukator.
Alat dan bahan yang diperlukan
● Alat:
1. Klap artikulator
2. Rubber bowl dan spatula
3. Pisau gips
4. Glass plate
5. Kertas ampelas, pensil, penggaris
● Bahan:
1. Vaselin
2. Plaster of Paris
Cara pemasangan model pada artikulator
1. Periksa bagian-bagian dari artikulator
2. Cobakan model rahang atas dan bawah pada artikulator, lengan artikulator
harus sejajar satu dengan lainnya. Bila model terlalu tinggi, kurangi
ketinggiannya dengan mengurangi basis dari model
3. Buat bentuk-bentuk retensi pada dasar model
4. Buat midline pada basis model rahang atas
5. Ulasi bagian lengan artikulator dengan vaselin yang berkontak dengan
plaster
6. Basahi model tersebut, masukkan model RA dan RB dalam keadaan oklusi
pada artikulator
7. Garis tengah model berimpit dengan garis tengah artikulator, lengan atas
artikulator sejajar lengan bawah
56
8. Adukan plaster diletakkan di atas glass plate, artikulator model yang sudah
terpasang ditempatkan di atas plaster tersebut, sisa plaster dirapikan sesuai
dengan basis model rahang bawah
9. Adukan plaster dituangkan di atas artikulator bagian atas
10. Rapikan kelebihan plaster dan haluskan
57
Kontur gusi dari gigi tiruan adalah memberi bentuk landasan lilin gigi
tiruan semirip mungkin dengan anatomi dari gusi dan jaringan lunak. Bentuk
permukaan ini akan memberikan retensi dan estetik pada gigi tiruan.
Kontur gusi meliputi:
1. McCall festoon
2. Interdental papilla
3. Root prominence
4. Rugae palatine
Cara kontur gusi
1. Lilin lunak diadaptasikan pada permukaan buccal, labial, dan lingual,
kemudian tanda-tanda anatomi dibentuk/diukir dengan yang ditentukan.
2. Menghaluskan lilin yang sudah dibentuk.
3. Setelah waxing selesai permukaannya dihaluskan memakai api spirtus atau
dengan alcohol torch kemudian digosok dengan kain halus sampai
permukaanya mengkilap.
58
10. Letakkan kuvet bagian atas, sampai terjadi kontak dengan kuvet bawah
11. Adukan gips dimasukkan ke dalam kuvet atas sambil digetarkan
12. Tutup bagian atas kuvet
13. Ditekan pada penekan kuvet
14. Tunggu mengeras
Tahap ini bertujuan membuang malam dari model yang sudah dipendam
dalam kuvet untuk mendapatkan ruang cetak.
⮚ Tahapan :
1) Masukkan kuvet ke dalam air dengan temperatur kamar kemudian
panaskan.
2) Setelah mendidih tunggu beberapa saat kemudian diangkat.
3) Kuvet dibuka, malam dibuang, sisa malam yang tertinggal disiram air
panas sampai bersih.
4) Tepi ruang cetak yang tipis dan tajam dihaluskan.
5) Ruang cetak yang diulasi separating medium.
Dalam tahap ini adonan akrilik dimasukkan ke dalam ruang cetak. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam packing akrilik :
⮚ Tahapan :
59
1) Sebelumnya ruang cetak diulasi separating medium (CMS).
2) Campur polimer ke dalam monomer dalam mixing jar, diaduk sebentar
lalu ditutup.
3) Adonan dibagi dua; sebagian besar ruang cetakan pada kuvet atas dan
sebagian kecil pada kuvet bawah yang ada gigi.
4) Diantara kedua adonan diberi cellophane, lalu dipres (trial press).
5) Kelebihan akrilik dibuang, dan bila kelebihan (exess) masih terlalu tebal
lakukan press kembali.
6) Pada final press cellophane dilepas.
2.8.12 Deflasking
Setelah kuvet dibuka, plester dengan model rahang dan GTS akrilik di
dalamnya dikeluarkan secara utuh. Melepas GTS dari plester dilakukan dengan
memotong-motong plaster. Disini bisa digunakan gergaji atau pisau gips.
⮚ Tahapan pemolesan :
1) Membuang bagian kelebihan : memakai batu gerinda kasar.
2) Menghaluskan : memakai batu gerinda halus, ampelas kasar dan halus.
3) Mengkilatkan : dengan felt cone lalu sikat poles, dengan diberi bubuk
pumis lalu bubuk poles halus.
61
b. Kohesi
Merupakan daya tarik menarik antara dua molekul yang sejenis. Kohesi
terjadi antara molekul saliva dengan saliva. Kohesi dan adhesi bekerja
bersamaan, dalam satu kesatuan.
c. Retensi Undercut
Retensi undercut didapat dari daerah gerong yang ada di jaringan
pendukung. Di rahang atas biasanya terdapat pada daerah antero-labial. Di
daerah tuberositas maksila, akan menguntungkan bila terdapat di satu sisi
dengan permukaan yang dapat sejajar dengan arah pemasangan. Di rahang
bawah terdapat pada daerah retromylohioid.
2. Stabilisasi
Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan bertahan terhadap
perpindahan tempat (displacement) / kegoncangan saat fungsi.
- Menentukan garis median
- Penarikan garis fulcrum
- Menyusun gigi diatas puncak linger
- Menyusun gigi mengikuti konsep oklusi berimbang
- Adaptasi landasan
- Perluasan landasan
- Mengunyah dua sisi
- Menyusun gigi sesuai dengan kurva Speed an kurva Monson
- Mengurangi jumlah gigi
- Mengurangi lebar bukolingual gigi
- Menggunakan gigi non-anatomis
- Menentukan dimensi vertical dan relasi sentrik dengan benar
Pada Gigi Tiruan sebagian lepasan ditambah:
- Menghubungkan semua bgaian gigi tiruan dalam satu kesatuan
- Menambah indirect retainer
- Menggunakan tiga titik landasan
62
3. Estetik
Prinsip estetik dalam desain gigi tiruan sebagian lepasan menentukan :
- Dimensi vertical dan relasi sentrik yang sesuai
- Dukungan bibir dan pipi
- Bentuk dan warna gigi buatan berdasarkan jenis kelamin dan usia
- Penyusunan gigi simetris, dengan cara menentukan garis median terlebih
dahulu.
- Kontur gusi
- Menentukan ukuran gigi buatan :
o Lebar gigi buatan berdasarkan garis kaninus kiri dan kanan
o Tinggi gigi buatan berdasarkan garis insisal dan high lip line
o Inklinasi gigi sesuai dengan inklinasi normal masing-masing gigi
4. Arah Pemasangan
Arah pemasangan gigi tiruan ditentukan dengan cara surveying model.
Tentuan arah pemasangan yang paling parallel dari seluruh permukaan jaringan
pendukung yang terlibat.
5. Support
Support merupakan kemampuan gigi tiruan untuk mempertahankan
jaringa yang masih ada (dalam hal ini mukosa dan jaringan yang ada di bawah
gigi tiruan). Usaha untuk memperoleh support untuk gigi tiruan lengkap sudah
dilakukan pada saat pencetakan dengan bahan cetak mukostatis, yaitu bahan
cetak yang tidak menekan jaringan. Dukungan gigi tiruan lengkap termasuk
dukungan mukosa ( mucosa support).
63
2.10 Desain GTSL
Sadel : Paradental
• Cuvet ukuran M / L
• Bowl dan Spatula
• Gelas ukur dan timbangan
• Vibrator
• Kunci pas no. 10
• Alat press
• Gips tipe II
• Vaselin
• Air
65
• Kompor dan Panci
• Tali
• Kunci pas no. 10
• Kuas
• Deterjen
• Air
• Kompor
• Tali
• Panci
66
2.13 Cara Melakukan Uji Coba GT Malam
1. Desain gigi yang telah dibuat harus dipastikan sesuai dengan resep
sandaran dan cangkolam yang telah dibuat dari malam harus dilepaskan
untuk diuji retensi dan stabilitasnya
2. Pada bagian gingiva yang terbuka, sisi luar denture harus berjarak 3mm
dari marginal gingiva dan membentuk sudut 90 derajat
3. Pada lilin yang akan melakukan kontak dengan gigi alami, maka tingginya
tidak boleh dibawah survey line. Apabila dibawah, maka akan membuat
celah antara akrilik dengan gigi yang menyebabkan denture bergerak dan
penimbunan makanan.
4. Sangat penting untuk memastikan undercut yang tidak diinginkan sudah
diblokir seperti yang diminta pada kartu laboratorium.
5. Saat konektor akrilik telah diperpanjang sepenuhnya ke arah posterior,
konektor tersebut harus berakhir tepat anterior dari garis dimana
pergerakan palatum lunak dimulai. Post dam dipotong kedalam cetakan
dalam posisi ini, masing-masingnya memanjang hingga hamular notch.
6. Post dam memiliki dinding vertikal posterior dan dipotong secara anterior.
Batas posterior plat dapat ditipiskan sehingga menambah kenyamanan
pasien dan membentuk segel posterior.
7. Groove yang sempit juga dipotong hingga bagian mukosa pada cetakan,
bagian ini disebut Pin-dams. Pin-dams akan membentuk adaptasi tertutup
dari batasan-batasan yang sudah ditentukan untuk mengurangi makanan
masuk ke dalam bagian gigi tiruan.
67
1. Alam
a. Mineral : paraffin, microcrystalline, ozocerita, ceresin, montan
b. Tanaman : carnauba, candelila, japan wax, ouricury, cocoa butter
c. Serangga : bees wax
d. Binatang lain : spermaceti
2. Sintesis : acrowax C, acrosol CT, castrol ax, flexowax C
3. Bahan tambahan : stearic acid, glyceryl tristearate, minyak, terpentin,
pewarna
68
meningkat dan kepadatannya juga meningkat.
2. Flow
3. Thermal Expansion
4. Residual stress
Tegangan yang tersisa, terjadi pada saat lilin di manipulasi. Residual stress
adalah stress yang ada pada lilin sebagai hasil dari manipulasi selama pemanasan,
pendinginan, bending, carving ataupun manipulasi lainnya. Manipulasi lilin ini
meletakan molekul lilin berada pada posisi dimana mereka tidak dapat berubah
karena kepadatan mereka.
70
4) Dapat diukir tanpa melekat pada alat-alat
5) Tidak berubah bentuk saat dikeluarkan dari kavitas
6) Permukaan halus
7) Warna kontras
Terdiri atas dua tipe, yaitu :
71
4) Menguap pada suhu 500 derajat celcius tanpa residu selain
karbon
72
Syarat dari lilin ini, antara lain :
Utility Wax
Sesuai untuk gigi palsu diformulasikan dari campuran lilin dan resin
atau bahan tambahan lainnya. Bahannya lengket ketika mencair dan
melekat erat pada permukaan di mana ia diterapkan. Disuhu kamar lilin
kuat, bebas dari britle.Menurut spesifikasi federal no. UW-00149a (DSA-
DM), sticky wax harus memiliki warna gelap atau hidup sehingga dapat
dibedakan dari bahan gypsum berwarna terang. Batas penyusutan sticky
wax 0,5% pada suhu antara 43-28o C. Formula sticky wax dapat berupa :
resin, damar , lilin lebah kuning, yang merupakan unsur utama biasa.
materi dan pewarna alami nya seperti permen karet resin damar.
Corrective Wax
1. Lilin dilunakkan dengan sumber panas kerig dan stabil (nyala api, gas
alkohol, maupun listrik)
2. Bila memakai nyalanapi harus dibalik supaya merata, kemudian
dibentuk dan ditekan ke dlamkavitas dan ditahan sampai mengeras
3. Bila menggunakan metode direct maka pasien diminta menggigit
74
dapat masuk dann memuai sehingga pola berubah dan
menyebabkan distorsi.
Cara Langsung
Membentuk kontur gusi secara tak langsung yang paling sering dan
lazim dilakukan
1. Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan lilin pada model kerja
75
sambil disesuaikan dengan bentuk cetakan akhir rahang
2. Lunakkan lempeng lilin diatas lampu spirtus sampai lunak dan bisa di
bentuk
3. Tekankan lilin lunak tersebut pada bagian bukal dan labial dari
geligi tiruan atas dan bawah sampai sekitar leher gigi dan bentuk
dengan tekanan jari (karet penghapus yang dibentuk)
4. Tunggu lilin sampai mengeras, kemuadian dengan lecron/wax
carver/ pisau lilin, potong lilin disekitar garis servikal dengan sudut
45°
5. Bentuk alur tonjolan akar dari setiap gigi, alurnya
makinkearahapikal semakin sempit, kadang tidak jelas
6. Daerah interproksimal hatus sdikit cembung, meniru daerah –
daerah interdental papilla sehingga higieni serta mencegah
pengendapan sisa sisa makanan dan plak
7. Haluskan semua permukaann luar gigi tiruan dengan melewatkan
diats api/digosok dengan kain sutra sampai kilap
8. Setelah bentuk kontur permukaan geligi tiruan malam/waxing
selesai dilakukan, lalu geligi tiruan dipendam dalam suatu kotak
metal, untuk memampatkan dan memproses resin akrilik saat
pembuatan landasan gigi tiruan.
77
b. Ukuran bukolingual gigi buatan harus sama atau lebih kecil dari
gigi yang diganti
4. Pemilihan dan penyusunan gigi anterior
a. Ukuran menyesuaikan dengan gigi sebelahnya
b. Bentuknya dengan memperhatikan
● Profil wajah
● Outline distal lebih besar maka gigi terlihat kecil
● Outline mesial konkaf maka gigi terlihat kecil
c. Warna sesuaikan denga gigi yang masih ada
Kontur Gusi
Kontur gusi dari gigi tiruan adalah memberi bentuk landasan lilin gigi
tiruan semirip mungkin dengan anatomi dari gusi dan jaringan lunak. Bentuk
permukaan ini akan memberikan retensi dan estetik pada gigi tiruan.
Kontur gusi meliputi:
5. McCall festoon
6. Interdental papilla
7. Root prominence
8. Rugae palatine
Cara kontur gusi
4. Lilin lunak diadaptasikan pada permukaan buccal, labial, dan lingual,
kemudian tanda-tanda anatomi dibentuk/diukir dengan yang ditentukan.
5. Menghaluskan lilin yang sudah dibentuk.
6. Setelah waxing selesai permukaannya dihaluskan memakai api spirtus atau
dengan alcohol torch kemudian digosok dengan kain halus sampai
permukaanya mengkilap.
78
Flasking (Pemendaman pada Kuvet)
Flasking adalah pemendaman gigi tiruan malam dan model dalam kuvet
(flask).Sebelumnya gigi tiruan malam dan model dilepas dari artikulator.
Cara pemendaman
Tahap ini bertujuan membuang malam dari model yang sudah dipendam dalam
kuvet untuk mendapatkan ruang cetak.
⮚ Tahapan :
Dalam tahap ini adonan akrilik dimasukkan ke dalam ruang cetak. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam packing akrilik :
⮚ Tahapan :
80
1) Sebelumnya ruang cetak diulasi separating medium (CMS).
2) Campur polimer ke dalam monomer dalam mixing jar, diaduk sebentar
lalu ditutup.
3) Adonan dibagi dua; sebagian besar ruang cetakan pada kuvet atas dan
sebagian kecil pada kuvet bawah yang ada gigi.
4) Diantara kedua adonan diberi cellophane, lalu dipres (trial press).
5) Kelebihan akrilik dibuang, dan bila kelebihan (exess) masih terlalu tebal
lakukan press kembali.
6) Pada final press cellophane dilepas.
Deflasking
Setelah kuvet dibuka, plester dengan model rahang dan GTS akrilik di
dalamnya dikeluarkan secara utuh. Melepas GTS dari plester dilakukan dengan
memotong-motong plaster. Disini bisa digunakan gergaji atau pisau gips.
81
Pemolesan hanya dilakukan pada bagian permukaan poles GTSL (bukan
permukaan anatomis GTSL yang kontak dengan jaringan pendukung, kecuali
bagian tersebut mengiritasi).
1) Dental lathe
2) Dental engine dan handpiece
3) Frazer
4) Batu gerinda
5) Felt cone
6) Sikat dari wool
7) Ampelas
8) Pumis
⮚ Tahapan pemolesan :
82
dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida yang secara kimia dikenal sebagai
polymetil metakrilat. Akrilik atau resin akrilik yang dipakai dalam bidang
kedokteran gigi ini terdiri komposisi berupa cairan monometil metakrilat dan
dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat. Penggunaan resin akrilik
dalam bidang kedokteran gigi ini biasa digunakan sebagai bahan denture base,
orthodontik base, basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan dan bias juga
digunakan sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.
83
Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organik tapi
larut dalam keton dan ester.
Daya adhesi antara resin akrilik terhadap logam rendah sehingga
memerlukan suatu ikatan mekanis seperti undercut atau permukaan yang
kasar.
Sifat estetika cukup memuaskan, karena akrilik dapat diberi warna sesuai
kebutuhan.
Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-
gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.
Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban
atau tekanan yang terus memerus dan kemudian tekanan ditiadakan, maka
akan berubah bentuk secara permanen
Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa
disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul molekul
polimer
84
Plasticizer : Dibutil pthalat
Partikel inorganik : Seperti serat kaca, zirconium silikat
2. Liquid
Methyl Methacrylate (Monomer)
Hydroquinone (Inhibitor)
Tertiary Amine (Aktivator) *hanya pada selfcured
2.16.1.1 Polimerisasi
Polimerisasi
a. Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi adalah proses terbentuknya polimer dari reaksi
polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi
dari monomer-monomernya yang membentuk ikatan tunggal.
Tahap polimerisasi Adisi ada 4, yaitu:
(Anusavice, Shen, & Rawls, 2014)
1) Induction/ Initiation
Dilakukan penguraian benzoyl peroxide agar menjadi radikal bebas.
Radikal bebas didapat dari pengaktifan molekul monomer dengan sinar
UV, panas, maupun energy. Disebut inisiator, bukan katalis, karena
85
inisiator tersebut ikut serta dalam reaksi dan menjadi bagian dalam
produk akhir. Radikal bebas dalam bentuk elektron tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif dan mudah bereaksi. Benzoyl peroxide akan
mengalami dekomposisi (aktivasi) pada suhu relative rendah (50-100
derajat Celsius), lalu akan melepaskan dua radikal bebas.
Gambar 24 Proses terjadinya Inisiasi. Benzoyl Peroxide teraktivasi oleh panas atau bahan
kimiawi sehingga menghasilkan radikal bebas
Gambar 25 Radikal bebas bertemu dengan metil metakrilat lalu terjadi inisiasi dan
akhirnya membentuk ikatan
86
b) Suhu
Bila impurity dan suhu tingga sekali, kedua hal tersebut akan
memperpanjang periode inisiasi.
Polimeriasi resin dental biasanya diaktifkan oleh 3 proses, yaitu :
a) Pada bahan yang melalui panas, pada saat dipanaskan, benzoyl
peroxide akan terbagi menjadi dua radikal bebas.
b) Pada bahan yang melalui kimia (selfcured), tertiary amine sebagai
activator mengaktifkan benzoyl peroxide untuk membentuk dua
radikal bebas.
c) Pada bahan yang melalui sinar, foton mengaktifkan inisiator, lalu
terbentuk radikal bebas.
2) Propagation
Propagasi adalah tahapan dimana reaksi pada rantai-rantai terus
berlanjut dengan adanya panas sampai semua monomer menjadi
polimer.
Gambar 26 Molekul inisiasi yang terbentuk kemudian bertemu lagi dengan metil metakrilat
yang lain dan membentuk radikal bebas yang memiliki eletron bebas. Sehingga molekul
radikal bebas tersebut akan terus berikatan dengan metil metakrilat yang lainnya
3) Chain Transfer
Chain transfer adalah kondisi dimana radikal bebas yang aktif pada
rantai yang sedang berkembang ditransfer ke molekul lain dan
pembentukan radikal yang baru untuk perkembangan selanjutnya.
87
Gambar 27 Proses terjadinya chain transfer
4) Termination
Pengakhiran rantai-rantai melalui cara langsung (antar rantai) atau
pertukaran rantai dengan atom H dr rantai yang baru tumbuh.
b. Polimerisasi Kondensasi
polimerisasi kondensasi yaitu polimerisasi yang terjadi pada saat zat
88
bermassa molekul rendah, dimana terjadi reaksi antara dua molekul
bergugus fungsi banyak (molekul yang mengandung dua gugus fungsi atau
lebih yang dapat bereaksi) dan terbentuk satu molekul besar bergugus
fungsi banyak, disertai penyingkiran molekul
kecil. (Cowd, 1991). Polimerisasi kondensasi hampir selalu berlangsung
secara bertahap dengan reaksi antara pasangan gugus fungsi, sehingga
terbentuk dimer, trimer, tetramer, dan seterusnya hingga terbentuk
polimer.
c. Hambatan dalam Polimerisasi
a. Impurity
Bahan-bahan yang tercampur dalam bahan akrilik sangat reaktif, sehingga
apabila kemurnian dari bahan impresi kurang baik, reaksi dapat menjadi
terlalu cepat untuk bereaksi ataupun bisa saja tidak bereaksi
b. Suhu
Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghentikan lajur
reaksi. Bahan-bahan yang digunakan juga memiliki suhu reaksi tersendiri.
Contohnya benzoyl peroxide yang dapat aktif pada suhu 50-100o C.
c. Oksigen
Oksigen dapat menyebabkan porositas dalam pembuatan akrilik. Maka
dari itu dianjurkan untuk melakukan pembuatan akrilik pada ruang
tertutup.
2.16.1.2 Kopolimerisasi
Polimer yang tersusun dari dua atau lebih monomer yang tidak sejenis.
Jika monomer-monomer penyusunnya bereaksi satu sama lain maka akan
membentuk kopolimer. Kopolimer yang dihasilkan akan memiiki sifat yang
bereda dari campuran sifat homopolimer penyusunnya. Terdapat beberapa jenis
kopolimer, yaitu :
89
1. Kopolimer acak, merupakan suatu polimer yang tersusun dari kesatuan
berulang yang berbeda yang tersusun secara acak dalam rantai polimer.
Contoh : Poli(etilen-tertrafluroetilen)
3. Kopolimer blok, yaitu suatu polimer yang yang terdiri dari rantai panjang satu
jenis monomer yang bergabung dengan rantai monomer lain membentuk suatu
pencapaian yang dikehendaki.
Contoh : Poli(akrilonitril-butadiena-stirena).
Gambar 29 Struktur kopolimer (a) acak, (b) berselang-seling, (c) blok, (d)
cangkok
90
2. 17 Acrylic Resin Heatcure
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik jenis
poli(metil) metakrilatyang memerlukan panas untuk polimerisasi
bahan-bahannya dengan menggunakan pemanasan air di dalam
waterbath atau menggunakan oven gelombang mikro.1 Beberapa sifat
resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan antara lain:
a. Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal merupakan pengukuran termofisika untuk
mengetahui seberapa baik panas disalurkan dari suatu bahan ke
bahan lain atau jaringan. PMMA mempunyai konduktivitas termal
yang sangat rendah yaitu sekitar 6 x 10-4 cal.g-1.cm-2, sehingga
bahan ini baik digunakan sebagai basis gigitiruan.
b. Pengerutan Polimerisasi
Selama polimerisasi monomer metil metakrilat membentuk
poli(metil metakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0.94
menjadi 1.19 g/cm3. Akibatnyaterjadi penyusutan atau pengerutan
volumetrik dari adonan polimer monomer. Namun jika bahan
dimanipulasi dengan tepat, maka pengerutan akan terdistribusi
secara menyeluruh ke semua permukaan sehingga tidak
mempengaruhi kecekatan pada pembuatan basis gigitiruan.
c. Penyerapan Air
Poli(metil metakrilat) mampu menyerap air sebesar 0.69 mg/cm2
dan dapat menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanis
dan dimensi polimer. Akibat penyerapan air, resin akrilik
mengalami ekspansi linier sebesar 0.23% setiap 1-2 % kenaikan
berat air yang direabsorbsi.
d. Solubilitas
Solubilitas merupakan kelarutan suatu bahan pada suatu cairan,
demikian juga resin akrilik akan larut dalam berbagai pelarut dan
sejumlah kecil monomer dilepaskan, namun tidak larut dalam air dan
cairan rongga mulut.
91
e. Porositas
Porositas ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil atau
poreus pada permukaan dan dibawah permukaan akrilik yang
dapat mempengaruhi sifat fisik, estetik, dan kebersihan protesa
sehingga rentan terhadap mikroorganisme rongga mulut. Porositas
terjadi akibat beberapa hal diantaranya pengadukan yang tidak
tepat antara komponen bubuk dan cairan, penguapan monomer
yang tidak bereaksi dan polimer berat molekulnya rendah, bila
temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut.
Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan cara
melakukan perbandingan polimer dengan monomer yang tepat
dan dengan pengadukan yang optimal, sehingga homogenitas
adonan dapat dicapai dan konsistensinya baik.
f. Crazing
Crazing merupakan goresan atau retakan mikro yang terlihat
menimbul pada permukaan basis protesa. Crazing pada resin
transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang
dan pada resin berwarna, crazingmenimbulkan gambaran putih.
Crazingini merupakan predisposisi terhadap patahnya basis
protesa. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya crazing antara
lain kelarutan resin yang kurang homogen sehingga terjadi
pemisahan mekanik dari rantai-rantai polimernya pada saat ada
tekanan tarik atau tensile stress. Penyebab lain terjadi akibat hasil
aksi pelarut, umumnya berasal dari kontak dengan cairan seperti
etil alkohol atau bahan yang mengandung asam asetat dalam waktu
yang lama.
92
- Metil metakrilat sebagai polimer plasticizes
- Dibutil phatalat sebagai plasticizer
- Glikol dimetakrilat (1-2%) sebagai agen cross linkingatau memacu
ikatan silang penting pada sifat fisik polimer sehingga lebih keras
dan tahan terhadap pelarut.
- Hydroquinon(0.006%) sebagai Inhibitor preventing settingatau
penstabil untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi selama
penyimpanan.
b. Bubuk (Polimer)
- Poli(metil metakrilat) dan co-polimer 5%
- Benzoil peroksida sebagai initiator
- Gabungan merkuri sulfit dan cadmium sulfit sebagai pigmen
- Zink atau titanium oxide sebagai Opacifiers atau bahan membuat
terlihat padat
- Dibutil pthalat sebagai plasticizer
- Partikel organik dan inorganik, seperti serat kaca, zirkonium
silikat sebagai estetik untuk resin akrilik heat cured.
93
ini terjadi dengan cepat dan diakhiri oleh penyatuan dua rantai
bertumbuh atau disebut dengan kombinasi dan perpindahan satu ion
hidrogen dari satu rantai ke rantai yang lain disebut
ketidakseimbangan. Reaksi polimerisasi aktivasi panas sebagai berikut.
Powder (Polimer) + Liquid (monomer) + Heat (eksternal)
Polimer + Heat (reaksi)
3. Manipulasi
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah
kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding.
Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan
volumenya atau 2:1 berdasarkan berat. Setelah bubuk dan cairan
dicampur dengan perbandingan yang tepat, adonan atau campuran
akrilik akan mengalami 4 tahap yaitu :
a. Tahap pertama : tahap basah, seperti pasir (wet sand stage)
b. Tahap kedua : tahap lengket dan berserabut bila ditarik (tacky
fibrous) selama polimer mulai larut dalam monomer (sticky stage).
c. Tahap ketiga : tahap lembut, seperti adonan yang halus, homogen
dan liat. Fase ini merupakan fase yang tepat untuk memasukkan
adonan ke dalam mould. (dough/gel stage).
d. Tahap keempat : tahap kaku seperti karet (rubbery-hard stage)
94
Polimetilmetakrilat(PMMA) merupakan komponen yang sering
digunakan sebagai basis gigi tiruan karena memiliki keuntungan dari
segi perbaikannya yang mudah, biaya yang relatif terjangkau,
memiliki konduktivitas termal yang baik, mudah di proses dan stabil
pada lingkungan rongga mulut. Namun material ini sering terjadi fraktur
karena kelelahan atau terjadi karena adanya creckmaupun akibat kontak
dengan bahan lain. Beberapa tahun belakangan ini produk resin akrilik
telah berkembang sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan cara
memodifikasi resin akrilik. Metode yang dapat memperkuat PMMA
yaitu dengan menambahkan berbagai penguat, dengan penambahan
penguat logam atau dengan penambahan serat ke dalam polimetil
metakrilat.
a. Penambahan Penguat Logam
Penggunaan logam untuk ditambahkan ke dalam basis gigitiruan telah
dilaporkan dapat mempengaruhi daya tahan resin akrilik terhadap
fraktur. Beberapa bentuk logam yang dapat ditambahkan yaitu
antara lain bentuk kawat, batang, lembaran dan plat. Sifat penguatan
oleh logam dipengaruhi oleh ketebalan dan posisinya pada resin.
b. Penambahan Serat Penelitian mengenai pengaruh bahan penguat
serat terhadap sifat mekanis polimer telah dilakukan. Dari
beberapa hasil penelitian telah menyatakan bahwa dengan penambahan
serat dapat meningkatkan sifat mekanis resin akrilik basis
gigitiruan. Beberapa serat yang dapat ditambahkan untuk
memperkuat polimer basis gigitiruan yaitu serat nilon, serat
karbon, serat aramid, serat ultra-high molecular weight
polyethylene (UHMWP) dan serat kaca. Bahan-bahan penguat
yang ditambahkan pada resin akrilik umumnya mempunyai
kelemahan masing-masing, namun yang diterima secara klinis
yaitu penambahan serat kaca atau glass fiber. Bahan penguat
serat kaca ini memiliki ikatan yang baik dengan resin akrilik dan
estetik juga baik.
95
2.18 Insersi GT Akrilik
TAHAP PERSIAPAN PEMASANGAN
PROSES PEMASANGAN
1. Pasien duduk, gtsl diambil dari rendaman dan dicoba ke mulutnya. Bila
selama proses pembuatan, semua tahap dilakukan dengan semestinya,
maka tidak terdapat hambatan.
2. Hambatan yang dijumpai pada saat pemasangan dapat dihilangkan dengan
cara pengasahan permukaan geligi tiruan dilakukan pada bagian yang
perlu diasah saja pada saat pengasahan diperhatikan kontak antara
permukaan gigi/jaringan dengan protes jangan sampai rusak.
96
Menggunakan pasta indikator tekanan atau disclosing wax
97
sebagai pembersih. Deterjen lebih baik daripada pasta gigi, karena kurang
abrasive, sehingga dapat mencegah terjadinya goresan pada resin.
98
minimal dua kali dalam setahun untuk mencegah terjadinya kerusakan
lanjut yang mungkin timbul seperti karies maupun penyakit periodontal.
- Gigi tiruan perlu dirawat dengan cara mempertahankan kelembabannya,
dengan cara direndam pada air ketika tidak digunakan. Hal ini bertujuan
untuk menghindari pengerutan dari GTSL.
99
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan intra oral dan ekstra oral di atas, pasien
terdiagnosa mengalami keluhan berupa kehilangan gigi kelas 3 modifikasi 1
menurut Kennedy atau kelas 2 divisi 2 menurut Soelarko.
Sesuai kasus, maka desain dari gigi tiruan lepasan sebagian untuk pasien adalah
sebagai berikut.
2. Tahap II: Pilihan dukungan dari gigi, sebab gigi 34,37,44, dan 47 masih kuat.
100
3. Tahap III: Cangkolan di gigi 37 dan 47 dari mesial ke distal dan di gigi 34, 44
dari distal ke mesial dengan sandaran oklusal di disto-oklusal gigi 34 dan 44
dan di mesio-oklusal gigi 37 dan 47 dengan melewati titik kontak pada
gigi
37, 34, 44 dan 47.
4. Tahap IV: Menentukan konektor dan perluasan landasan pelatnya dari distal
gigi 37 hingga distal gigi 47, undercut di mesial gigi 34 dan 44 dan di distal gigi
37, 47.
Selanjutnya dilakukan anasir dan penyusunan gigi tiruan dan pembuatan kontur
gusi dari malam yang kemudian akan dipendaman dalam kuvet (flasking). Setelah
flasking, lilin dibuang (waxing out), model diisi dengan adonan akrilik (packing)
dan pemasakan akrilik (curing). Lalu gigi tiruan sebagian lepasan dalam model
dilepaskan (deflasking). Proses terakhir yaitu pemolesan gigi tiruan sebagian
lepasan agar mengkilap (polishing).
Proses pemasangan gigi tiruan sebagian lepasan yang sudah siap ke dalam
mulut dinamakan insersi. Proses insersi perlu memerhatikan kondisi permukaan
GTSL, cangkolan, dan arah pemasangan.
101
direndam pada air ketika tidak digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pengerutan dari gigi tiruan sebagian lepasan.
102
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuan Gito Suli Akrilika (laki-laki, usia 47 tahun) mengalami
kehilangan gigi kelas 3 modifikasi 1 menurut Kennedy atau kelas 2
divisi 2 menurut Soelarko. Pasien meminta masalahnya diselesaikan
secara ekonomis sehingga dokter gigi memberikan perawatan gigi
tiruan sebagian lepasan dari bahan akrilik sesuai dengan indikasi
pasien.
103
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto
White SC, Pharoah MJ. Oral radiology: Principles and interpretation. Fifth
Edition. St Louis: Mosby;2004.
Zarb, G., Hobkikrk, Eckert, S.E & Jacob, R.F.2013. Prosthodontic Treatment for
Edentulous Patients. 13th edition. Missouri: Elsevier Mosby
104