TUTORIAL 2
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Farah Nurisya (160110160002)
2. Fadillah (160110160016)
3. Natania Ramadhiani (160110160030)
4. Anggita Regiana Friandina (160110160044)
5. Fitria Judaputri (160110160058)
6. Aulia Madini Fawaz (160110160072)
7. Urwatul Wutsqo (160110160086)
8. Joanita (160110160100)
9. Amalina Candraditya Putri (160110160114)
10. Rizqi Maudhina Putri (160110160128)
11. Livia Angelina Anggara (160110160142)
12. Rizaldi Alfathan Hidayatullah (160110160156)
13. Hana Zahra Mujahidah (160110160170)
Dosen Pembimbing: drg. Arief Cahyanto, M.T., Ph.D.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehinga makalah yang berjudul “Kasus 3:
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu penilaian yang terdapat di blok
tidak langsung dalam makalah ini, kami ingin mengungkapkan rasa terima kasih
1. Yth. drg. Arief Cahyanto, M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing tutorial blok
2. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun
Tugas ini telah kami kerjakan sebaik mungkin yang kami mampu. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya jika ternyata masih ada terdapat kekurangan, dan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
iii
2.7.3 Abfraksi ......................................................................................... 62
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
susu. ............................................................................................ 6
Gambar II.2 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
permanen..................................................................................... 7
Gambar II.3 Empat kuadran dari arkus dental gigi permanen dengan
Gambar II.4 Aspek Buccal Gigi Sulung Molar 1 (Nelson, 2015) ................. 12
Gambar II.5 Aspek Palatal Gigi Sulung Molar 1 (Nelson, 2015) ................. 13
Gambar II.6 Aspek Mesial Gigi Sulung Molar 1. (Nelson, 2015) ................ 14
Gambar II.7 Aspek Occlusal Gigi Sulung Molar 1 (Nelson, 2015) .............. 15
Gambar II.9 Gigi premolar pertama dan kedua rahang atas pandangan buccal.
(e) cusp tip, pada P1 lebih ke distal. (f) sudut mahkota/cusp tip,
Gambar II.10 Gigi premolar pertama rahang atas kiri pandangan buccal.
Gambar II.11 Gigi premolar kedua rahang atas kiri pandangan buccal.
v
Gambar II.12 Depresi vertikal pada premolar pertama dan kedua rahang atas.
Gambar II.15 Aspek distal premolar 1 permanen rahang atas (Nelson, 2015) 27
Gambar II.22 Aspek Oklusal Molar 1. (Scheid & Weiss, 2012) ..................... 34
Gambar II.23 Molar ke dua rahang atas kiri (aspek buccal). .......................... 36
vi
Gambar II.26 Molar 2 Permanen Rahang Atas Kiri Aspek Distal.
Gambar II.29 Molar 3 aspek buccal dan palatal. (Nelson, 2015) .................... 39
Gambar II.30 Molar 3 aspek proksimal dan oklusal. Searah jarum jam: Mesial,
Gambar II.33 Molar 2 Sulung Kanan Aspek Buccal, Lingual, Mesial, Occlusal
Gambar II.35 Refluks isi lambung menuju esofagus akibat LES yang melemah
Gambar II.36 (A) Normal, (B) Hernia hiatal yang menyebabkan GERD. ..... 45
vii
Gambar II.41 Abrasi Insisal Gigi Anterior. (Regezi, 2003) ........................... 55
Gambar II.54 Brown stain and overall discoloration of teeth from 20 years of
Gambar II.55 Black tobacco stain from dipping snuff for 15 years ................ 71
Gambar II.57 Green stain associated with poor oral hygiene and gingival
inflammation. ............................................................................ 73
viii
Gambar II.58 Orange stain appears as a thick brick-red, orange, or yellow line
Gambar II.60 Resorpsi pada Gigi Rahang Atas (Regezi, 2003) .................... 76
Gambar II.61 Gambar Resorpsi pada Gigi yang Impaksi (Regezi, 2003) ...... 77
(Regezi, 2003)........................................................................... 78
Gambar II.65 Gambaran radiograf gigi yang mengalami internal root resorption,
akar. .......................................................................................... 81
ix
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Waktu kalsifikasi hingga terbentuk akar sempurna dari permolar.
.................................................................................................. 22
Tabel II.5 Tanda dan gejala dari internal root resorption. (Regezi, 2003) 80
x
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat anda bertugas sebagai dokter ggi muda di RSGM UNPAD, seorang
anak perempuan berumur 10 tahun bernama Emy datang diantar ibunya dengan
keluhan gigi rahang atas sebelah kanan dan kiri terasa linu jika meminum air dingin.
Keluhan ini sudah berlangsung beberapa lama tetapi tidak terlalu mengganggu dan
selalu hilang timbul sehingga ibu anak merasa tidak perlu membawanya ke dokter
gigi. Sejak anak berusia 6 tahun keluhan ini pernah timbul tetapi tidak terlalu lama
berlangsung dan ketika diperiksa dokter gigi tidak ditemukan adanya lubang, dokter
gigi hanya mengoleskancairan saja pada permukaan gigi yang dikatakannya sebagai
pencegah rasa linu pada gigi. Akhir-akhir ini keluhan linu pada gigi-gigi tesebut
lebih sering timbul dan kelangsungannya lebih lama. Menurut ibu anak, sejak usia
5 tahun, anak memperlihatkan gejala muntah secara spontan yang diduga karena
- Permukaan oklusal gigi 17, 16, 55, 54, 64, 65, 26, dan 27 terlihat
berwarna kuning.
- Permukaan oklusal beberapa gigi terlihat datar tanpa terlihat lagi fisur
gigi.
1
2
intra oral, dokter gigi yang bertugas menetapkan Emy menderita erosi gigi akibat
zat kimia yang dikeluarkan dari dalam saluran pencernaannya pada saat dia
mengalami muntah spontan. Dokter gigi mengatakan kepada ibu Emy banyak
kelainan struktur gigi akibat berbagai faktor, salah satunya adalah kelainan struktur
gigi yang diderita Emy masih dapat dipertahankan melalui berbagai prosedur.
Dengan demikian, dokter gigi tersebut menetapkan tindakan merujuk Emy kepada
dokter ahlinya agar gigi Emy dapat digunakan kembali tanpa keluhan.
Nama : Emy
Usia : 10 tahun
1.3.1 Terminologi
Pada kasus ini kami menemukan kata sulit yaitu (1) fissure gigi dan (2)
erosion.
3
1. Gigi rahang atas kanan dan kiri terasa ngilu jika meminum air dingin
3. Sejak usia 6 tahun keluhan mulai timbul tetapi hanya sebentar, akhir-akhir ini
kelainan pencernaan
1.3.3 Hipotesis
Hipotesis yang kami tawarkan untuk kasus ini adalah (1) kelainan jaringan
gigi (enamel), (2) kelainan anatomi gigi, dan (3) erosi gigi.
4
1.3.4 Mekanisme
Pemeriksaan intraoral : Permukaan oklusal gigi 17, 16, 55, 54, 65, 64, 26, 27
Tidak ada bagian I don’t know yang kami temui pada kasus ini.
5
3. Apa perbedaan dari gigi posterior rahang atas sulung dan permanen?
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Universal diperkenalkan pertama kali oleh Parreidt pada tahun 1882
dan secara resmi diterapkan oleh American Dental Association pada tahun 1975.
Untuk 20 gigi susu digunakan 20 huruf dari A sampai T. Rahang atas, huruf
A dimulai dari molar kedua kanan sampai J untuk molar kedua kiri. Rahang bawah,
huruf K sampai T, dimulai dari molar kedua kiri sampai molar kedua kanan.
Gambar II.1 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
susu.
6
7
atas, dimulai dari 1 untuk molar ketiga kanan sampai 16 untuk molar ketiga kiri.
Rahang bawah, dimulai dari 17 untuk molar ketiga kiri sampai 32 untuk molar
ketiga kanan.
Gambar II.2 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
permanen.
Palmer dari Vienna di tahun 1861 dan untuk gigi primer di tahun 1874. Dalam
sistem ini lengkungan dibagi menjadi empat kuadran dengan gigi susu yang
Notasi Zsigmondy/ Palmer untuk gigi permanen yaitu sistem simbolik empat
lengkung.
Contoh penulisan:
Gambar II.3 Empat kuadran dari arkus dental gigi permanen dengan
menggunakan Sistem PalmerTwo methods are shown for denoting
each
Menggunakan sistem dua digit untuk gigi sulung dan permanen yang
diadaptasi dari World Health Organization dan telah disetujui oleh organisasi lain
Angka kedua menunjukan gigi dalam kuadran: 1 sampai 5 untuk gigi susu.
Angka kedua menunjukan gigi dalam kuadran: 1 sampai 8 untuk gigi permanen
2.2.1 Molar 1
Benih gigi sulung molar 1 mulai dibentuk saat minggu ke-8 masa prenatal.
Benih ini akan mengalami kalsifikasi dimulai bulan ke-5 intra uterin. Email gigi
lengkap saat anak berusia 6 bulan dan akan mengalami erupsi saat umur 12-16
sulung molar 1 saat anak berusia 2-21/2 tahun. Berikut merupakan anatomi gigi
developmental groove.
4. Terlihat 3 akar, akar paling panjang dan besar di palatal dan 2 akar ramping
yang lebih ke buccal, dimana akar distal merupakan yang paling pendek
5. Bifurkasi akar berada di dekat cervical line sehingga root trunknya pendek.
12
5. 3 akar terlihat, akar pada palatal paling besar, mesiopalatal dan distopalatal
paling kecil.
13
mesiobuccal.
5. Bifukarsi akar distobuccal dan distolingual lebih ke arah apikal dari cervical
line.
hampir siku-siku.
2. Jarak mesiobuccal line angle ke arah distobuccal line angle lebih besar
3. Jarak mesiobuccal line angle ke arah mesiolingual line angle lebih besar dari
distolingual cusp.
2.2.2 Molar 2
molar pertama maksilaris permanen, namun lebih kecil. Tampilan bukal gigi ini
lebih besar dari molar primer pertama. Meskipun dari aspek ini akar tampak
ramping, mereka jauh lebih panjang dan lebih berat daripada molar pertama rahang
atas. Titik bifurkasi antara akar bukal dekat dengan garis serviks mahkota. Dua cusp
bukal hampir sama dalam ukuran dan perkembangan daripada molar pertama
Gambar molar primer kanan, aspek buccal. A, molar pertama maksila. B, molar
kedua maksila. C, molar pertama mandibula. D, molar kedua mandibula
Secara linguis, mahkota menunjukkan tiga cusp yait: (1) cusp mesiolingual,
yang besar dan berkembang dengan baik; (2) cusp distolingual, yang berkembang
dengan baik (lebih dari molar pertama primer); dan (3) cusp tambahan
tuberkulum Carabelli, atau cusp kelima. Tonjolan ini kurang berkembang dan
hanya berfungsi sebagai penopang atau pelengkap. Jika tuberkel Carabelli tampak
17
Ketiga akar terlihat dari aspek ini; Akar lingual besar dan tebal dibandingkan
dua akar lainnya. Panjangnya kira-kira sama dengan akar mesiobukal. Jika berbeda,
Gambar molar primer kanan, aspek lingual. A, molar pertama maksila. B, molar
kedua maksila. C, molar pertama mandibula. D, molar kedua mandibula
Dari aspek mesial, mahkota memiliki molar outline khas yang sangat
lebar buccolingual dengan panjangnya. Mahkota gigi ini biasanya hanya sekitar 0,5
buccolingual 1,5 sampai 2 mm lebih besar. Selain itu, akarnya 1,5 sampai 2 mm
lebih panjang. Cusp mesiolingual mahkota dengan cusp kelima sebangai pelengkap
tampak besar dibandingkan dengan cusp mesiobuccal. Cusp mesiobuccal dari sudut
18
ini relatif pendek dan tajam. Kelengkungan kecil ke garis serviks tampak jelas.
Akar mesiobukal dari aspek ini luas dan rata. Akar lingual memiliki
kelengkungan yang sama seperti akar lingual molar sulung pertama rahang atas.
Titik bifurkasi antara akar mesiobukal dan akar lingual adalah 2 atau 3 mm apikal
ke garis seviks mahkota. Akar mesiobukal cukup lebar dari aspek mesial. Ini
mengukur sekitar dua pertiga lebar batang akar, yang meninggalkan sepertiga untuk
akar lingual. Cusp mesiolingual berada tepat di bawah bifurkasi mereka. Meskipun
dari aspek ini kelengkungannya kuat secara lingual pada bagian servikal, seperti
pada kebanyakan gigi sulung, puncak kelengkungan secara bukal pada sepertiga
serviks adalah nominal dan menyerupai kelengkungan yang ditemukan pada molar
pertama rahang atas permanen. Dalam hal ini, hal itu sama sekali berbeda dari
kelengkungan yang ditemukan pada gigi molar pertama rahang atas pada serviks
Gambar molar primer kanan, aspek mesial. A, molar pertama maksila. B, molar
kedua maksila. C, molar pertama mandibula. D, molar kedua mandibula
Dari aspek distal, nampak bahwa kalibrasi distal mahkota kurang dari ukuran
mesial, namun variasi tersebut ditemukan pada mahkota molar pertama rahang atas.
Dari kedua aspek distal dan mesial, outline mahkota lingual menciptakan garis bulat
yang halus, di mana garis yang menggambarkan permukaan bukal hampir lurus dari
Ketiga akar terlihat dari aspek ini, walaupun hanya sebagian dari outline akar
Akar distobuccal lebih pendek dan lebih sempit daripada akar lainnya. Titik
bifurkasi antara akar distobuccal dan akar lingual lebih apikal daripada titik
bifurkasi lainnya. Titik bifurkasi antara kedua akar pada distal lebih dekat di atas
Dari aspek oklusal, gigi ini menyerupai gigi molar pertama permanen.
Berbentuk romboidal dan memiliki empat cusp yang dikembangkan dengan baik
dan satu cusp tambahan: cusp mesiobuccal, cusp distobuccal, cusp mesiolingual,
cusp distolingual, dan cusp kelima. Permukaan bukal agak datar dengan
developmental groove antara cusp yang kurang ditandai daripada yang ditemukan
pada molar permanen pertama. Developmental groove, pits, oblique ridge, dan
Permukaan oklusal memiliki fosa sentral dengan pit sentral, fossa mesial
bukal melayang secara bukal dari sentral pit, memisahkan triangular ridge, yang
distobuccal. Distal ke oblique ridge, ditemukan fosa distal, yang menempati distal
Distal groove bertindak sebagai garis demarkasi antara cusp mesiolingual dan
groove. Distal marginal ridge berkembang sebagai mesial marginal ridge. Marginal
ridge perkembangannya tidak sama pada molar pertama rahang atas primer.
21
Pada lengkung rahang atas terdapat empat buah gigi premolar. Tiap kuadran
rahang atas memiliki dua gigi premolar, yaitu premolar pertama (P1) atau gigi 14
dan 24 dan premolar kedua (P2) atau gigi 15 dan 25. Gigi premolar ini
menggantikan gigi molar sulung pertama dan kedua. Waktu kalsifikasi hingga
Tabel II.1 Waktu kalsifikasi hingga terbentuk akar sempurna dari permolar.
Gigi premolar pertama Gigi premolar kedua
Dari aspek buccal, mahkota P1 lebih besar dari daripada P2. Mahkota P1
relatif lebih panjang dan lancip, mirip dengan gigi caninus rahang atas (13 atau 23).
Tetapi lebar mesiodistalnya lebih caninus. Mahkota P1 memiliki sudut antara 100⁰
110⁰. Sedangkan mahkota P2 lebih pendek dan tumpul dengan sudut 125⁰ ̶ 130⁰.
Mahkota gigi premolar berbentuk pentagon serta mengecil atau menyempit dari
sehingga bagian servikalnya terlihat lebih sempit. Sedangkan pada P2 hanya sedikit
23
menyempit sehingga bagian servikalnya terlihat lebih luas. Perbatasan antara lereng
cusp dan permukaan proksimal (shoulders) pada P1 lebih luas, menonjol dan
angular terutama di bagian mesial. Sedangkan pada P2 lebih konveks (Scheid &
Pada P1, mesial outline mahkota sedikit konkaf dari garis servikal menuju
area kontak mesial. Sedangkan distal outline mahkota di bawah garis servikal lebih
lurus daripada yang berada di mesial, walaupun dapat pula berbentuk konkaf
Gambar II.9 Gigi premolar pertama dan kedua rahang atas pandangan buccal.
(e) cusp tip, pada P1 lebih ke distal. (f) sudut mahkota/cusp tip,
pada P1 lebih lancip. (g) buccal ridge, pada P1 lebih menonjol
(Scheid & Weiss, 2012)
Gambar II.10 Gigi premolar pertama rahang atas kiri pandangan buccal.
Shoulders lebih angular
(Nelson, 2015)
24
Gambar II.11 Gigi premolar kedua rahang atas kiri pandangan buccal. Shoulders
lebih konveks
(Nelson & Ash, 2010: 151).
Area kontak mesial biasanya terletak di middle third, dekat dengan perbatasan
occlusal dan middle third. Sedangkan area kontak distal juga berada pada middle
Buccal tip P1 berada lebih ke distal dari garis median karena mesial cusp
ridgenya lebih panjang daripada distal cusp ridge. Sedangkan pada P2 adalah
kebalikannya, dimana distal cusp ridgenya lebih panjang (Scheid & Weiss, 2012:
91).
lanjutan dari cusp tip ke serviks marginal pada permukaan mahkota. Buccal ridge
Pada occlusal third mahkota juga terdapat depresi vertikal yang dangkal.
Pada P1 biasanya terdapat di bagian mesial dari buccal ridge. Sedangkan pada P2
biasanya terdapat pada bagian distal dari buccal ridge (Scheid & Weiss, 2012: 91).
Gambar II.12 Depresi vertikal pada premolar pertama dan kedua rahang atas.
Pada P1 di mesial dari buccal ridge.
(Scheid & Weiss, 2012: 92).
2.3.1.5 Akar
Gigi premolar pertama (P1) rahang atas kebanyakan memiliki dua akar dan
dua saluran akar. Ketika hanya ada satu akar, biasanya tetap memiliki dua saluran
akar (Nelson & Ash, 2010: 144). Akar P1 dibagi menjadi bagian buccal dan lingual
yang terpisah dari batang utama di apical third. Akar bagian buccal di dekat apeks
cenderung menekuk ke arah distal sehingga akar bagian lingual dapat terlihat jika
posisinya lurus atau menekuk ke arah yang berlawanan (Sheid & Weiss, 2010: 93).
Akar P2 berupa akar tunggal, tetapi lebih panjang daripada akar P1. Nelson
dan Weiss, (2010: 147) berpendapat bahwa akar P1 lebih pendek 3 ̶ 4 mm dari gigi
caninus rahang atas. Ujung apikal dari gigi premolar akar tunggal cenderung
menekuk ke distal. Seperti pada mahkota yang mengecil ke arah serviks, akar juga
2.3.2 Premolar 1
Pada aspek ini telihat kedua cusp (buccal dan palatal) karena ukuran cusp
palatal lebih kecil dari cusp buccal. Cusp palatal juga cenderung membulat.
Mesiopalatal marginal ridge dari aspek ini telihat lebih menonjol dibandingkan
dengan distopalatal. Mesiopalatal cusp rigde lebih panjang dar distopalatal cusp
Garis servikal melengkung ke arah oklusal tidak sedalam gigi anterior. Ujung
buccal cusp segaris dengan apeks akar bukal. Ujung lingual cusp segaris dengan
garis luar akar lingual. Ada depression di bawah titik kontak. Mesio marginal ridge
Hampir sama dengan permkaan mesial. Garis servikal hampir lurus. Tidak
ada depression. Tidak ada mesio marginal groove yang memotong mesio marginal
2.3.3 Premolar 2
Pada aspek ini cusp buccal terlihat sedikit karena tinggi cusp palatal tidak
jauh berbeda dengan cusp buccal. Cusp palatal juga cenderung membulat namun
ujung cusp lebih lancip daripada premolar 1. Distopalatal marginal ridge dari aspek
rigde lebih panjang dari mesiopalatal cusp rigde. Garis servikal hampir lurus.
(Nelson, 2015)
Cusp bukal dan palatal lebih pendek dari premolar 1 rahang atas dengan tinggi
yang hampir sama (sama-sama di 1/3 oklusal mahkota). Jarak antara ujung cusp
lebih luas sehingga permukaan oklusal lebih luas. Tidak ada developmental
dangkal pada akar yang meruncing. Tidak ada developmental groove yang melewati
Depression pada akar aspek distal lebih dalam daripada aspek mesial.
2.4.1 Molar 1
Molar 1 permanen mulai mengalami klasifikasi pada waktu lahir. Email gigi
lengkap saat anak berusia 3-4 tahun dan akan mengalami erupsi saat umur 6 tahun.
Mempunyai 5 cusp, yaitu mesio buccal cusp, mesio palatinal cusp (terbesar),
disto buccal cusp, disto palatinal cusp dan tuberculum carabelli/ fifth cusp (terkecil).
Selain itu, gigi molar 1 permanen mempunyai 3 akar yaitu akar mesio buccal, akar
3. Titik kontak distal lebih pendek dari mesial (dilihat dari servikal)
2. 1 mm lebih rendah dari puncak cusp mesio palatinal cusp dan dekat ke mesial
(pada molar 2 dan molar 3 rahang atas tidak ada) – developmental depresion
palatal
1. Terlihat 3 cusp ( mesio buccal cusp, mesio palatinal cusp dan tuberculum
carabelli)
1. Terlihat 4 cusp (disto buccal cusp, disto palatinal cusp, mesio palatinal cusp
2. Terlihat 3 akar, yaitu akar mesio buccal, akar disto buccal dan akar palatinal
a. Mesiolingual
b. Mesiobuccal
c. Distobuccal
d. Distolingual
lancip
Crown bagian mesial lebih besar dibandingkan distal dan lingual lebih besar
dibandingkan buccal
2.4.2 Molar 2
Jarak dari serviks ke occlusal lebih rendah dari molar pertama rahang atas.
Jarak dari mesio ke distal lebih kecil dari molar pertama rahang atas.
Disto buccal cusp lebih kecil dari disto buccal cusp molar pertama rahang atas.
Mesio buccal cusp sama dengan mesio buccal cusp molar pertama rahang atas
1. Disto palatinal cusp lebih kecil dari disto palatinal molar 1 rahang atas
4. Apex akar palatinal satu garis dengan puncak disto palatinal cusp
1. MPC terlihat
Memiliki 3 cusp yang ukurannya relatif besar dan 1 cusp distolingual yang
2.4.3 Molar 3
Ciri khas dari molar ketiga rahang atas yaitu sebagai berikut :
3. Mahkota memiliki satu sampai delapan atau lebih cusp dengan adanya/tidak
adanya cusp carabelli, cusp distolingual yang kecil atau tidak ada sama sekali.
40
4. Cusp mesio lingual memiliki ukuran yang paling besar dan terpanjang, diikuti
cusp mesiobuccal yang lebih lebar dan biasanya lebih panjang daripada cusp
distobuccal.
5. Dari pandangan oklusal, semakin menyempit dari buccal ke lingual dan dari
7. Akarnya (umumnya) menyatu tapi ada pula yang bifurkasi. Akarnya ada 3,
9. Dari permukaan oklusal, molar ketiga berbentuk seperti hati atau jantung
10. Cervicoocclusal lebih pendek dan mesiodistal lebih sempit daripada molar
kedua
2.5.1 Molar 1
Sulung
- Mesiobuccal
- Distolingual
- Mesiolingual
- Distobuccal
3. Akar – akar tipis, langsing dan menyebar melebihi garis terluar mahkota
4. Berbentuk Segiempat
42
Permanen
lingual
3. Memiliki akar – akar yang tebal dan furkasi sering dekat pertemuan
4. Berbentuk Rhomboid
2.5.2 Molar 2
Sulung
Permanen
carabelli
Gambar II.33 Molar 2 Sulung Kanan Aspek Buccal, Lingual, Mesial, Occlusal
(Nelson, 2015)
Gambar II.34 Molar 2 Permanen Aspek Mesial, Buccal, Distal, Lingual, Oklusal
(Nelson, 2015)
44
GERD merupakan kondisi patologis akibat aliran balik (refluks) isi lambung
Gambar II.35 Refluks isi lambung menuju esofagus akibat LES yang melemah
atau tidak berfungsi normal.
2.6.1 Etiologi
membatasi esofagus dan lambung. Pada keadaan normal, LES akan menjadi rileks
jika terdapat makanan yang masuk. Kemudian akan menegang kembali untuk
mencegah asam dan makanan yang sudah masuk ke lambung untuk naik kembali
ke esofagus. Tetapi pada penderita GERD, LES lemah atau tidak berfungsi dengan
normal sehingga isi lambung kembali ke esofagus atau mencapai rongga mulut dan
GERD juga dapat disebabkan oleh hernia hiatal. Hernia hiatal terjadi ketika
bagian atas dari lambung terdorong melewati diafragma menuju bagian dada. Pada
esophagus mencegah refluks isi lambung. Tetapi pada penderita hernia hiatal, daya
penahan tersebut berkurang karena keduanya berada dalam level yang berbeda.
Gambar II.36 (A) Normal, (B) Hernia hiatal yang menyebabkan GERD.
memungkinkan refluks. Makanan berlemak dan porsi yang banyak juga berisiko
yang lebih lama sehingga asam lambung yang diproduksi lebih banyak dan
mengonsumsi kopi, cokelat, atau alkohol. Hal ini menyebabkan LES menjadi rileks
sehingga asam lambung dapat naik ke esofagus. Kebiasaan merokok juga dapat
menetralkan asam. Asam yang terkandung dalam minuman bersoda juga dapat
2.6.2 Gejala
a. Heartburn
Penderita GERD akan merasakan sensasi terbakar atau panas yang menyebar
b. Regurgitasi
Regurgitasi dapat difenisikan sebagai aliran balik dari isi lambung atau
esofagus menuju faring yang mendadak dan tanpa memerlukan usaha. Ketika isi
lambung sudah melewati UES (Upper Esophagel Sphincter), maka akan material
dalam aliran balik tersebut dapat masuk ke rongga mulut atau diaspirasi oleh sistem
c. Dysphagia
Penderita GERD akan merasa sulit menelan karena esofagus yang mengalami
d. Batuk
Material refluks yang melewati UES dan diaspirasi oleh sistem paru-paru
e. Nyeri Dada
f. Laringitis
Refluks isi lambung menyebabkan peradangan pada laring atau pita suara
g. Globus
ditenggorokan.
h. Posisi Tubuh
Posisi tubuh juga dapat memicu refluks seperti sehabis makan jika langsung
i. Gigi rusak
dapat mengikis gigi jika terjadi terus-menerus sehingga gigi menjadi rusak.
2.6.3 Komplikasi
GERD yang berlangsung dalam kurun waktu lama dan tidak ditangani dapat
a. Esophagitis
lambung yang naik kembali ke esofagus. Asam lambung dapat mengikis dinding
esofagus dengan sangat parah. Jika tidak ditangani, kondisi ini akan menyebabkan
perasaan tidak nyaman, masalah dalam menelan, luka dan terbentuk jaringan parut
pada esofagus.
48
karena teriritasi oleh asam lambung secara terus-menerus. Iritasi ini bisa
c. Esofagus Barrett
Sel-sel pada dinding esofagus yang berupa epitel gepeng digantikan dengan
epitel silindris akibat iritasi asam lambung yang berulang kali. (Greenberg, 2008:
346). Kondisi ini dianggap sebagai kondisi prakanker. Sel-sel ini bisa memicu
d. Kanker Esofagus
esofagus. Risiko akan meningkat jika penderita adalah perokok, peminum alkohol,
atau obesitas. Gejala yang paling umum adalah kesulitan menelan serta penurunan
berat badan.
e. Asma
Asam lambung yang naik kembali ke esofagus, melewati UES dan teraspirasi
sistem pernapasan akan menyebabkan kesulitan untuk bernapas dan batuk yang
terus menerus. Asam lambung tersebut juga menyebabkan reflex saraf di sekitarnya
untuk menutup jalan napas sehingga asam lambung tidak masuk ke saluran napas.
2.6.4 Pemeriksaaan
2.6.4.1 Test pH
sebesar kapsul akan dilekatkan pada esophagus, kadar pH yang terdeteksi oleh
2.6.4.2 Endoskopi
Dilakukan bagi penderita GERD berat. Alat yang dinamakan endoskop yang
berupa selang dengan lampu dan kamera pada ujungnya dimasukan ke dalam
2.6.5 Penanganan
Penanganan yang paling efektif untuk penderita GERD yaitu adalah dengan
Mengurangi alcohol, kafein, soda : Mengandung kadar asam (pH) yang tinggi
pengosongan lambung
reseptor antagonis dan memberikan waktu bagi jaringan esophagus yang rusak
o H2 reseptor antagonis
Obat jenis ini berfungsi mengurangi produksi asam lambung. Obat jenis ini
bekerja tidak secepat antasida, tetapi dapat memberikan bantuan yang lebih lama
dan dapat menurunkan produksi asam lambung hingga 12 jam. Contoh obat:
Erosi Gigi
GERD dapat menyebabkan erosi gigi dalam durasi menahun. Jika penderita
erosi gigi.
53
2.7.1.1 Pengertian
Abrasi berasal dari Bahasa Latin yaitu ‘abradere’ yang berarti mengikis.
Abrasi merupakan hasil dari kebiasaan abnormal atau penggunaan abnormal dari
substansi abrasif secara oral. Abrasi menyebabkan resesi gingiva dan kerusakan
pada gigi. Perubahan awal dapat terlihat pada remaja dan contoh berat / parah di
kemudian hari.
Abrasi mulai dari permukaan cementum yang terekspos, bukan enamel, lalu
a. Pipe smoking
Abrasi dari pipa merokok terjadi pada permukaan oklusal dalam hubungan
b. Tobacco chewing
54
Abrasi dari tembakau tanpa asap biasanya terjadi pada permukaan vestibular
d. Horizontal brushing at the right angles to the vertical axis of the teeth
f. Nail biters
junction mudah terlihat. Ini biasanya terjadi pada permukaan akar yang terpapar
ketika resesi gingiva telah terkena sementum. Ini dapat dilihat pada insisal atau
Enamel dan dentin yang aus akan menghasilkan kedudukan berbentuk 'V'
pada leher gigi. Daerah yang paling sering terkena adalah permukaan labial dan
bukal dari gigi taring dan premolar, dapat juga mempengaruhi tepi insisal dari gigi
anterior.
55
Gingival margin surut tetapi tetap ada dan sehat. Di dekatnya mungkin terjadi
gingivitis kronis secara interstitial dimana tidak bisa dicapai sikat gigi. Abrasi dapat
bite).
c. Akhirnya, grooves di bagian leher gigi bisa menjadi dalam dan melebar ke
b. Air abrasion
57
c. Restoration
b. Memakai sikat gigi yang lembut, jangan menggunakan sikat gigi elektrik.
c. Menahan diri dari mengunyah tusuk gigi dan pensil atau menggigit kuku.
d. Pastikan peralatan gigi dilepas sesuai dengan benar dan memiliki mereka
bagian servikal gigi permukaan interproksimal. Pada gigi yang mengalami abrasi
karena penggunaan dental floss yang salah, groove radiolucent lebih banyak terlihat
di bagian mesial daripada distal, karena lebih mudah menambah tekanan kea rah
2.7.2 Atrisi
dengan mengauskan permukaan gigi karena kontak gigi dengan gigi. Patologi dari
kebiasaan parafungsi seperti bruxism. Prevalensi dari atrisi yang parah (melibatkan
dentin) pada orang dewasa bertambah dari 3 persen pada umur 20 tahun menjadi
17 persen pada umur 70 tahun. Pada anak-anak, prevalensi yang tercatat bervariasi
untuk geligi susu yang sangat aus mulai dari 0 sampai 82 persen. (Warnakulasuriya,
2014)
a. Makanan
b. Faktor saliva
c. Kebiasaan
e. Jenis Kelamin
60
Hanya terdapat sedikit variasi kekerasan enamel pada tiap individu; namun
variasi yang banyak dari tingkat atrisi dapat dilihat secara klinis. Pria biasanya
menderita atrisi yang lebih parah dibanding wanita dengan usia yang sama,
mungkin karena hasil dari gaya kuyah pria yang lebih besar. Variasi dapat juga
muncul karena hasil dari perbedaan kekasaran makanan yang dimakan atau
dengan atmosfer debu abrasive dan tidak bisa menghindari masuknya material ke
dalam mulut, hal ini juga penting dalam etiologi atrisi yang berlebihan (Rajendran
Secara klinis atrisi terlihat adanya batas aus yang sepadan antara gigi yang
berlawanan. Biasanya hal ini terjadi pada permukaan oklusal tapi bisa
mempengaruhi permukaan bukal dan lingual dengan tipe tertentu dari maloklusi.
kecil pada ujung cusp atau ridge atau sedikit perataan pada ujung insisal. karena
ada sedikit pergerakan gigi pada soketnya, sebuah manifestasi dari resilensi
ligament periodontal, batas yang sama muncul pada titik kontak pada permukaan
proksimal gigi. Seiring seseorang bertambah tua dan pengausan berlanjut, ada
pengurangan yang bertahap pada tinggi cusp dan perataan pada bidang miring
Atrisi lebih lanjut, dimana enamel telah sepenuhnya aus pada satu atau lebih
area, kadang menyebabkan warna kuning atau coklat dari dentin yang terekspos
makanan atau rokok. Jika tidak ada kehilangan prematur gigi makan atrisi dapat
Sivapathasundharam, 2012).
permukaan gigi, etiologi, gejala, apakah kehilangan terjadi secara progresif atau
stabil, dan tingkat kompromi estetik. Pengendalian dari faktor etiologi berupa
restoratif. Dentin yang sensitive dapat di rawat dengan aplikasi topikal pernis dan
bidang gigit (bite plane) pada waktu tidur untuk mencegah terkikisnya gigi.
b. Apabila atrisi yang terjadi tidak terlalu mengganggu dan tidak mengurangi
c. Apabila atrisi yang terjadi sudah mengganggu estetik serta fungsi, maka dapat
2.7.3 Abfraksi
2.7.3.1 Definisi
Abfraksi adalah hilangnya jaringan keras gigi pada CEJ yang muncul karena
3. Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan
mengganggu oklusi
2.7.3.2 Penyebab
3. Menderita bruxism.
Abfraksi ditandai dengan pembentukan retakan yang dangkal dan takik pada
gigi .Lesi abfraksi sering ditemukan pada orang dewasa, dan bahkan pada individu
yangmenggertakkan gigi, yang menempatkan tekanan berulang kali pada gigi. Gigi
dengan lesi abfraksi tidak mudah untuk membusuk dan dapat diobati dengan
2.7.4 Erosi
Erosi adalah hilangnya jaringan keras gigi akibat paparan kimia. PH di mana
jaringan keras mulai kehilangan mineralisasi sekitar 5,0 sampai 5,5. Erosi dapat
berkarbonasi dan minuman olahraga, atau mengisap lemon atau cairan pembersih
yang mengandung asam sitrat. Erosi dari makanan asam yang tertelan terlihat
terutama pada permukaan wajah gigi anterior dan terkadang permukaan bukal gigi
Kasus erosi lebih rentan terjadi pada gigi sulung dibandingkan dengan gigi
permanen karena enamel yang membentuk lebih tipis lapisannyaa. Pada anak-anak
persentase erosi yang terjadi <10% dan semakin dewasa usianya, insidensi nya
Lesi erosif biasanya lesi permukaan halus jelas pada permukaan bukal dan
labial gigi. Terkadang, permukaan proksimal juga terlibat. Secara klinis, erosi
muncul sebagai daerah yang luas dan halus pada enamel yang mendekati batas
leher rahim gigi (Gambar 5). Daerah yang erosi hampir selalu dangkal dan
menunjukkan arsitektur 'scooped-out'. Gigi yang umum terkena erosi adalah gigi
margin restorasi tampak lebih tinggi dari pada tingkat enamel yang terkikis.
65
Gambar II.52 Gambar Erosi karena penyakit GERD. A, pasien dengan gangguan
refluks kronis; amalgam tampak menonjol. B, palatal permukaan
gigi anterior pada gangguan refluks kronis
Muntah yang sering seperti yang terlihat pada kehamilan, acid reflux atau
Bodecker (1945) menunjukkan bahwa cairan gingival crevicular bersifat asam dan
dapat menyebabkan erosi saat bersentuhan dengan daerah serviks pada gigi.
Biasanya, enamel translusen dan tipis. Bagian yang umum mengalami erosi
adalah permukaan palatal gigi anterior dan permukaan oklusal gigi posterior. Erosi
66
terjadi karena asam klorida dan enzim proteolitik pepsin yang terkandung dalam
cairan lambung. Erosi permukaan lingual atau palatal gigi akibat regurgitasi
kandungan asam lambung, diperparah oleh gerakan melingkar lidah yang disebut
perimolisis.
minuman ringan berkarbonasi menyebabkan korosi pada gigi. Penyebab lain untuk
mengisap lemon, dan makanan yang bersifat asam. Mengunyah obat tertentu seperti
merupakan faktor penting untuk potensi erosif, faktor lain seperti frekuensi dan
metode kontak agen erosif dan kedekatan penyikatan gigi setelah terpapar zat erosif
2.7.4.3 Perawatan
erosi hanya terdapat pada bagian enamel yaitu erosi ringan, dapat dilakukan
bagian labial yaitu erosi sedang , dapat dilakukan pemasangan veneer keramik atau
2.7.5 Stain
produk tembakau, teh, kopi, obat kumur tertentu dan pigmen didalam makanan
menghasilkan permukaan yang kasar sehingga mudah ditempeli oleh sisa makanan
dan kuman yang akhirnya membentuk plak. Apabila tidak dibersihkan, plak akan
mengeras dan membentuk karang gigi (calculus) yang dapat merambat ke akar gigi,
akibatnya gusi mudah berdarah, gigi gampang goyah, dan mudah tanggal.
pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal lokal, misalnya noda tembakau yang
Stain pada gigi dapat terjadi dengan 3 cara : (1) stain melekat langsung pada
permukaan, (2) stain mengendap didalam kalkulus dan deposit lunak, dan (3) stain
Endapan stain yang menebal dapat membuat kasar permukaan gigi yang
terdapat didalam email dan dentin.2 Menurut Mangoen Prasodjo (2004) pewarnaan
pembentukan struktur gigi .16 Menurut Grossman (1995) Perubahan warna dapat
ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal dari lokal, misalnya noda
menjadi gelap, pewarnaan karena nitrat perak, bercak kehijauan yang dihubungkan
pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda yang terdapat didalam email dan dentin,
struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila masuk kedalam dentin akan
terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna gigi dapat dihubungkan
warna dapat terjadi pada saat atau setelah terbentuknya email dan dentin penyebab
perubahan warna gigi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu karena noda
alamiah dan pewarnaan iatrogenik. Penyebab noda alamiah perubahan warna gigi
disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi setelah gigi erupsi. Noda
alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan didalam struktur gigi,
1. Stain Ekstrinsik
Stain ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan dapat dihilangkan
2. Stain Intrinsik
Stain instrinsik terjadi di dalam subtansi gigi dan tidak dapat dihilangkan
1. Stain eksogen
Stain eksogen berkembang atau berasal dari sumber sumber di luar gigi, stain
eksogen dapat berupa ekstrinsik dan berada pada permukaan luar gigi atau intrinsik
2. Stain endogen
Stain endogen berkembang atau berasal dari gigi. Stain endogen selalu
bersifat intrinsik dan biasanya mewarnai dentin yang terefleksi pada email.
stain langsung disebabkan oleh kromogen organic yang melekat pada partikel.
Warna stain yang dihasilkan berasal dari warna asli kromogen tersebut. Merokok
dan mengunyah tembakau diketahui menyebakan stain jenis ini, demikian juga
dengan beberapa jenis minuman seperti teh dan kopi. (2) stain tidak langsung,
dihasilkan dari inteaksi kimia antara komponen penyebab stain dengan permukaan
gigi. Stain ini berhubungan dengan antiseptik kationik dan garam metal.1
70
kuningan. Stain ini dihubungkan dengan keberadaan plak. Dapat terjadi disemua
usia, dan lebih banyak dijumpai pada individu yang mengabaikan kebersihan
Brown stain merupakan suatu pelikel tipis, translusen, biasanya bebas kuman
yang mengalami pigmentasi. Stain terjadi pada orang yang kurang baik menyikat
baik,.Sering dijumpai pada permukaan bukal gigi molar rahang atas dan
Gambar II.54 Brown stain and overall discoloration of teeth from 20 years of
pipe smoking.
Tembakau menyebabkan deposit yang berwarna cokelat tua atau hitam dan
melekat erat serta menyebabkan perubahan warna pada gigi. Staining dari tembakau
ini disebabkan oleh karena pembakaran dan adanya penetrasi air tembakau ke
dalam ceruk dan fisura email dan dentin. Terjadinya stain ini tidak selamanya
kutikula yang telah terlebih dahulu terbentuk yang akan melekatkan produk bakteri
ke permukaan gigi.
Gambar II.55 Black tobacco stain from dipping snuff for 15 years.
Stain ini biasanya terjadi berupa suatu garis hitam yang tipis pada permukaan
oral dan vestibular gigi dekat gingival margin dan berupa bercakan yang difus pada
72
kembali setelah dibersihkan. Lebih sering terjadi pada wanita dan dapat terjadi pada
Stain yang berwarna hijau atau kuning kehijau- hijauan yang biasa dijumpai
pada anak-anak. Green stain dianggap sebagai kutikula email yang ,mengalami
pewarnaan, tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan dengan jelas. Green stain
biasanya terjadi pada permukaan labial gigi anterior rahang atas pada pertengahan
gingival. Green stain dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering terjadi pada
Gambar II.57 Green stain associated with poor oral hygiene and gingival
inflammation.
Stain ini dapat dikumpulkan dari gigi permanen. Komposisinya terdiri atas :
(1) bakteri kromogenik dan fungi, (2) Hemoglobin yang mengalami dekomposisi,
Green stain adalah akibat dari kebersihan mulut yang terabaikan. Bakteri
tempat retensi dan proliferasi bakteri kromogenik seperti plak dan debris makanan.
hijau adalah (1) bahan-bahan yang mengandung klorofi, (2) debu industri yang
merupakan logam, dan (3) beberapa jenis obat-obatan, termasuk merokok yang
Orange stain lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan green stain atau
Gambar II.58 Orange stain appears as a thick brick-red, orange, or yellow line on
the cervical third of the involved teeth, usually the incisors, and is
associated with poor oral hygiene.
Stain yang dapat menyatu dengan stuktur gigi dari arah dalam dan
dihubungkan dengan periode perkembangan gigi. Dapat berupa : (1) gigi yang
pulpanya jadi Non-Vital (2) pewarnaan akibat minuman antibiotika tetrasiklin, dan
abu-abu muda, merah kecokelatan, cokelat gelap, abu-abu kehitaman atau hitam.
Pewarnaan disini terjadi karena darah dan elemen jaringan pulpa dipecah
akibat adanya hemoragi didalam kamar pulpa.Perawatan saluran akar, atau nekrosis
termineralisasi dan diresorbsi oleh tulang dan gigi.Antibiotik ini dpaat menembus
Pewarnaan pada gigi anak terjadi jika obat ini diberikan kepada ibu yang
hamil trisemester ketiga atau bayi atau anak usia dini.Pewarnaan yang terjadi pada
gigi dapat berwarna hijau muda hingga kuning tua, atau abu-abu
mungkin disebabkan oleh proses patologis dari kelainan lain, seperti lesi inflamasi
kronis, kista, tumor jinak, atau neoplasma ganas. Patogenesis resorpsi eksternal dari
vaskularisasi di bagian akar, dan tekanan yang terjadi. Resorpsi eksternal gigi juga
dapat disebabkan oleh trauma, reimplantasi atau transplantasi gigi, dan impaksi.
Trauma yang menyebabkan luka atau nekrosis pada ligamentum periodontal dapat
memicu resorpsi akar gigi. Trauma ini dapat berasal dari suatu kejadian, maloklusi,
atau dari gaya ortodontik yang berlebihan. Gigi reimplantasi dan transplantasi
bersifat nonvital dan tidak memiliki ligamen periodontal, sehingga akan diganti
dengan tulang, sehingga gigi mengalami resopsi. Gigi yang mengalami impaksi,
akan memberikan tekanan pada gigi yang berdekatan, dapat menyebabkan resorpsi
akar gigi sebelahnya, gigi yang terkena impaksi kadang-kadang bisa mengalami
ligamentum periodontal atau epitel email yang berkurang. Sehingga resorpsi pada
Resorpsi eksternal bisa terjadi pada satu atau lebih gigi. Mungkin terjadi pada
setiap gigi, tetapi gigi molar paling tidak mungkin terjadi. Terdapat dua pola dalam
proses resorpsi. Yang pertama, resorpsi terjadi dari arah apikal ke cemento enamel
bedanya di resorpsi eksternal, lesi terjadi pada permukaan akar di bawah epitel
gingiva. Pada pola kedua, resorpsi eksternal dimulai pada apeks gigi dan
berlangsung ke arah oklusal. Resorpsi eksternal adalah salah satu jenis kelainan gigi
yang sangat menyebalkan bagi pasien dan dokter gigi karena tidak ada penjelasan
yang masuk akal atau jelas untuk kondisi yang terjadi dan tidak ada pula perawatan
yang efektif. Pada akhirnya resorpsi menyebabkan hilangnya gigi yang terkena.
(Regezi, 2003)
Internal root resorption adalah resorpsi yang terjadi pada bagian dalam dari
akar gigi atau pada saluran pulpa oleh aktifitas klastik. Fenomena ini terjadi sebagai
respon inflamasi.
79
2.7.7.1 Etiologi
Terdapat tiga faktor yaitu faktor lokal dan sistemik yang terdiri dari sebagai
tabel berikut dan faktor idiopatik (Regezi, 2003). Secara umum dikarenakan adanya
tekanan berlebih.
Tumor
2.7.7.2 Patofisiologi
Patofisiologi dari internal root resorption adalah adanya injury pada struktur
gigi dapat berupa pre-dentin. Hal tersebut menyebabkan inflamasi. Fase ini adalah
fase injury. Kemudian, sebagai respon dari inflamasi maka sel makrofag, neutrofil,
serta sel yang bersifat klastik akan berkumpul di daerah tersebut. Dengan stimulasi
berlanjut, sel-sel yang bersifat klastik akan meresorpsi secara terus menerus pada
permukaan dalam akar atau saluran akar. Fase ini disebut fase stimulasi.
2.7.7.3 Lokasi
dengan terjadinya eksternal root resorption. Internal root reseorption juga dapat
terjadi sepanjang saluran akar dimana umumnya terjadi bersamaan dengan pulpitis.
Tanda dan gejala dari internal root resorption adalah sebagaimana tabel
berikut.
Tabel II.5 Tanda dan gejala dari internal root resorption. (Regezi, 2003)
Biasanya terdeteksi secara tidak
Terjadinya resorpsi
sengaja pada radiograf.
Pulpitis
Inflamasi periapikal
Trauma
Gambar II.65 Gambaran radiograf gigi yang mengalami internal root resorption,
dimana terlihat bagian radiolusen berukuran abnormal di saluran
akar.
2.7.7.5 Terapi
Sebelum terjadinya peforasi akar maka gigi yang mengalami dapat dirawat
secara endodontik. Jika akar terpeforasi, maka penanganan terbaik adalah ekstraksi.
(Regezi, 2003)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
keluhan gigi rahang atas kanan dan kiri terasa linu jika meminum air dingin.
Keluhan ini sudah berlangsung beberapa lama tetapi tidak terlalu mengganggu dan
selalu hilang timbul sehingga ibu anak merasa tidak perlu membawanya ke dokter
gigi.
Sejak anak berusia 6 tahun keluhan ini timbul tetapi tidak terlalu lama
berlangsung. Ketika dibawa kedokter gigi, dokter gigi mengoleskan cairan pada
permukaan gigi yang diakuinya sebagai pencegah rasa linu pada gigi. Akhir-akhir
ini keluhan linu pada gigi-gigi tesebut timbul lebih sering dan lama. Menurut ibu
anak, sejak usia 5 tahun, anak memperlihatkan gejala muntah secara spontan yang
Kelainan saluran pencernaan yang dimaksud yang kami duga ada Gastro-
esofageal reflux disease (GERD). Penyakit ini merupakan kondisi patologis akibat
aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam kerongkongan karena tidak berfungsinya
Lower Esofageal Sphincter dengan normal. Dengan demikian isi lambung bisa
82
83
intra oral, dokter gigi yang bertugas menetapkan Emy menderita erosi gigi akibat
zat kimia yang dikeluarkan dari dalam saluran pencernaannya pada saat dia
Salah satu zat kimia yang dikeluarkan dari dalam saluran pencernaannya
Erosi gigi adalah hilangnya jaringan keras gigi akibat paparan kimia. PH di
mana jaringan keras mulai kehilangan mineralisasi sekitar 5,0 sampai 5,5.
Dengan demikian dugaan bahwa gigi saudari Emy mengalami erosi akibat
muntah spontan akibat GERD yang dimilikinya adalah wajar. GERD dapat
menyebabkan erosi gigi dalam durasi menahun. Jika penderita GERD tidak segera
Dokter gigi mengatakan kepada ibu Emy banyak kelainan struktur gigi akibat
berbagai faktor, salah satunya adalah kelainan struktur gigi yang diderita Emy
gigi tersebut menetapkan tindakan merujuk Emy kepada dokter ahlinya agar gigi
Chantal, S., Burkes, M., Everitt, H. & van Dorp, F. 2014. Oxford Handbook of
General Practice. 4th ed. Oxford: Oxford University Press.
Myers, S.L. & Curran, A.E. 2014. General and Oral Pathology. Philadelphia: F. A.
Davis Company.
Nelson, S.J. 2015. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. 10th ed.
Missouri: Elsevier.
Ongole, R. & B. N., P. 2013. Textbook of Oral Medicine, Oral Diagnosis, and Oral
Radiology. 2nd ed. New Delhi: Elsevier.
Rajendran, R. & Sivapathasundharam, B. 2012. Shafer’s Textbook of Oral
Pathology. 7th ed. New Delhi: Elsevier.
Regezi, J. 2003. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlations. 4th ed. Missouri:
Saunders.
Scheid, R.C. & Weiss, G. 2012. Woelfel’s Dental Anatomy. 8th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Warnakulasuriya, S. & Tilakaratne, W.M. 2014. Oral Medicine and Pathology.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.
84