PEMBIMBING:
Prof. Sondang Pintauli, drg., PhD
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menjalankan tugas kepaniteraan klinik di Departemen
Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat.Dalam penulisan
laporan penelitian ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara atas izin melakukan tugas kepaniteraan klinik.
2. Darmayanti Siregar, drg., MKM, selaku ketua Departemen Ilmu
Kedokterean Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan membantu
serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan laporan kegiatan ini.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu dalam melaksanakan kegiatan.
5. Dahliana, SH, M.Si, selaku ketua kepala UPT Kebakatan olahraga Pusat
Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara yang telah bersedia
membantu dan mengarahkan dalam menyelesaikan penelitian ini.
6. Ismayana Taufan, SH selaku pihak pengelola kolam renang Selayang yang
telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Orangtua dan keluarga masing-masing penulis yang telah memberikan doa,
semangat, dukungan materi maupun moril dalam menyelesaikan laporan penelitian
ini.
8. Teman-teman sesiklus kepaniteraan klinik yang telah memberikan bantuan,
dukungan, semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
i
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi fakultas dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 3
iii
2.8 Pencegahan Erosi........................................................................
15
BAB 5 PEMBAHASAN.............................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35
LAMPIRAN
iv
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Komposisi Enamel dan Dentin
4
2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
17
3 Karakteristik Responden Atlet Renang PPLP Sumatera Utara
22
4 Aktivitas Renang Atlet Renang PPLP Sumatera Utara
23
vi
9 Tingkat Keparahan Erosi Gigi pada Atlet Renang PPLP Sumatera
Utara Berdasarkan Letak Gigi
.................................................................................................................
.................................................................................................................
25
10 Distribusi Frekuensi Kegiatan Selama Selang Waktu Saat Berenang
.................................................................................................................
26
.................................................................................................................
11 Distribusi Frekuensi Kegiatan Setelah Berenang
26
12 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mengonsumsi Minuman Ringan
27
13 Distribusi Frekuensi Riwayat Kunjungan ke Dokter Gigi
27
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Erosi Pada Bagian Labial..................................................................... 6
2 Status Erosi Gigi Atlet Renang............................................................ 23
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
3 Kuisioner
4 Lembaran Pengamatan
5 Surat Penelitian 1
6 Surat Penelitian 2
ix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tabel 1 terdapat perbedaan komposisi antara enamel dan dentin. Protein
pada enamel berguna sebagai pelindung kristal mineral dari asam dan komposisinya
lebih banyak daripada lemak dalam komponen organik.10 Kandungan air pada enamel
5
berpengaruh pada difusi asam yaitu proses perpindahan molekul atau ion yang larut
dalam air (kalsium dan fosfat) dari dalam enamel ke saliva karena adanya perbedaan
konsentrasi selama proses erosi gigi. Dentin mempunyai protein yang berbeda yang
banyak mengandung kolagen tipe 1 yang akan melindungi gigi dari erosi gigi dan
hanya 10% protein noncollagenous. Kandungan lemak pada dentin hanya 1% dari
beratnya dan dapat dilihat dari tabel 1, dentin mempunyai kandungan air cukup besar
sehingga dentin lebih mudah terserang erosi gigi. 11 Enamel tidak mempunyai
kemampuan untuk menggantikan permukaan yang rusak sehingga enamel yang lepas
dari jaringan enamel lainnya tidak dapat dibentuk kembali.12
Berbeda dengan dentin yang dapat membentuk dentin sekunder yaitu dentin
yang terbentuk pada dinding sebelah dalam dari rongga pulpa yang dapat tumbuh
selama hidup yang dibentuk sesuai dengan banyaknya daerah dentin yang mengalami
kerusakan.
Penilaian status erosi gigi ditentukan berdasarkan perolehan skor indeks erosi
gigi yang dikategorikan menjadi, erosi ringan: skor <1; erosi sedang: skor 1–1,5;
erosi berat: skor >1,5.4
3. Bulimia
Bulimia adalah tingginya level dari asam pada saat muntah yang dapat merusak
enamel. Penderita bulimia mempunyai kebiasaan makan berlebihan yang dapat terjadi
9
beberapa kali dalam seminggu atau dalam sehari. Penderita mungkin mengkonsumsi
ribuan kalori yang tinggi karbohidrat dan lemak. Jumlah makanan yang dikonsumsi
dianggap berlebihan dalam keadaan normal. Oleh karena itu, penderita akan
memuntahkan kembali makanan dengan cara memasukkan jari ke dalam mulut
sehingga muntah.2
4. Alkohol
Alkoholisme kronis adalah kondisi serius dengan komplikasi yang berpotensi
mengancam jiwa. Beberapa pecandu alkohol mengalami erosi gigi yang disebabkan
oleh asam lambung yang dimuntahkan. Gesekan karena bruxism juga telah dilaporkan
pada pecandu alkohol sehingga dapat memperparah kerusakan yang terjadi. Alkohol
juga memiliki kontrol diet yang buruk dan cenderung makan lebih banyak makanan
dan minuman yang asam. Erosi gigi pada pecandu alkohol biasanya ditemukan pada
(asam asetat). Sering mengonsumsi makanan dan minuman bersifat asam akan
memicu terjadi erosi gigi yang lebih cepat.19
2. Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan erosi gigi dengan berbagai mekanisme.
Kerusakan bisa dihasilkan secara langsung oleh kadar keasaman obat yang berkontak
langsung dengan gigi pada saat dikonsumsi. Selain itu, beberapa obat-obatan dapat
menyebabkan xerostomia yang cenderung mengurangi aliran saliva dan dengan
demikian mengurangi efek protektif dari saliva untuk gigi sehingga meningkatkan
risiko terjadinya erosi gigi. Studi oleh Mc Derra, dkk telah meneliti hubungan antara
erosi dan obat inhalasi yang digunakan untuk mengobati asma. Hasil penelitian
mengatakan bahwa aerosol mungkin memiliki efek langsung pada gigi atau dapat
menimbulkan risiko langsung akibat xerostomia yang dihasilkan oleh obat-obatan
seperti salbutamol dan terbutaline. Inhaler yang menggunakan obat-obat ini dapat
digunakan hingga empat kali sehari selama jangka waktu yang panjang sehingga
dapat memicu terjadinya erosi gigi. Demineralisasi gigi yang disebabkan oleh obat-
obatan dapat terjadi setelah pasien mengonsumsi obat-obatan lebih dari setahun. Hal
ini dapat terlihat pada gigi anterior maksila dan mandibula, terutama pada permukaan
labial dan lingualnya.18
3. Pekerjaan
Ada beberapa pekerjaan yang menyebabkan seseorang terpapar dengan zat
asam. Seringnya kontak dengan zat asam pada lingkungan pekerjaan dapat
meningkatkan risiko terjadinya erosi gigi. Para pencicip wine professional, mencicipi
rasa wine sering dilakukan selama 30-60 detik di dalam mulutnya. Beberapa diantara
mereka dapat mencicipi 20-50 jenis wine berbeda setiap minggu. Keadaan ini dapat
menyebabkan erosi gigi yang meluas. Pekerjaan lain seperti polusi industri yang
menyebabkan pekerja di pabrik pembuatan baterai dan asam hidroklorit terpapar
asam sulfur saat proses galvanisasi dilakukan. Biasanya erosi gigi yang terjadi pada
pekerja-pekerja ini terlibat pada permukaan labial gigi anterior yang tidak terlindungi.
Pekerjaan lain yang dapat menyebabkan erosi meliputi paparan klorin dari kolam
renang. Beberapa laporan kasus dan penelitian melaporkan hubungan olahraga dan
11
erosi gigi didapati pada perenang yang berlatih di kolam dengan pH air yang rendah.
Selain itu, para atlet angkat berat juga dapat menyebabkan erosi secara tidak langsung
yaitu saat melakukan latihan angkat berat akan meningkatkan refluks
gastroesofageal.18
4. Lingkungan
Beberapa laporan kasus dan penelitian melaporkan adanya hubungan faktor
lingkungan dengan erosi gigi. Penyebab secara langsung misalnya pada perenang
yang berlatih di kolam dengan pH air yang rendah. Aktivitas renang yang
menyebabkan kontak antara cairan dari kolam renang dengan gigi. Air kolam renang
akan berkontak secara langsung dengan gigi saat perenang melakukan gerakan
pengambilan napas. Hal tersebut dapat terjadi karena gerakan pernapasan yang
dilakukan seseorang saat berenang dilakukan melalui mulut. Air kolam renang harus
memenuhi kriteria standar untuk memenuhi syarat kesehatan. Persyaratan menurut
Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 dan Permenkes RI No:
061/Menkes/Per/I/1991, menyebutkan bahwa kolam renang harus memenuhi syarat
tertentu, salah satunya yaitu syarat bakteriologis. Syarat bakteriologis dapat terpenuhi
dengan penambahan desinfektan pada air kolam renang.20 Desinfektan yang
umumnya digunakan adalah klorin yang lebih dikenal masyarakat dengan nama
kaporit atau kalsium hipoklorit. Kadar klorin yang dianjurkan untuk digunakan
sebagai desinfektan pada kolam renang adalah 0,2-0,5mg/l. Air kolam yang
mengandung klorin menyebabkan air bersifat asam.1
5. Gaya Hidup
Gaya hidup berubah seiring berjalannya waktu dan sering mencerminkan faktor
sosial seseorang. Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat dikaitkan dengan erosi gigi.
Faktor gaya hidup umumnya termasuk kebiasaan makan makanan/diet dengan
kandungan produk asam yang meningkat dan kebiasaan minum yang asam dan
minuman isotonik, tingkat aktivitas fisik, gangguan terkait stres dan/atau
penyalahgunaan zat seperti penyalahgunaan narkoba. Pecandu alkohol juga mungkin
memiliki risiko yang tinggi mengalami terjadinya erosi dan keausan gigi yang lebih
sering terkena pada permukaan palatal anterior rahang atas. Erosi gigi pada pecandu
12
2.6 Renang
2.6.1 Atlet Renang
Renang merupakan olahraga yang dikenal sudah sejak lama dan banyak
memberikan manfaat baik secara fisik maupun emosional. Manfaat dari renang
tersebut antara lain: untuk keselamatan diri, meningkatkan kebugaran jasmani,
rehabilitasi dan prestasi. Selain itu renang merupakan olahraga yang
mempertandingkan kecepatan atlet renang dalam kemampuan berenang. Renang
adalah olahraga yang menyehatkan, karena hampir semua otot tubuh bergerak
sehingga seluruh otot berkembang dengan pesat dan kekuatan perenang semakin
meningkat. Perenang yang menjadi pemenang merupakan perenang yang
menyelesaikan jarak lintasan tercepat untuk meningkatkan suatu prestasi olahraga.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain aspek fisik, aspek teknik, aspek
taktik, dan aspek psikis (mental). Berenang memiliki risiko yang minim seperti
cedera fisik karena saat berenang seluruh berat badan ditahan oleh air. Selain itu
renang juga memiliki banyak manfaat yaitu membentuk otot, meningkatkan
kemampuan fungsi jantung dan paru-paru, melatih pernapasan dalam air secara
perlahan, hal ini bertujuan agar suhu tubuh dan detak jantung tidak menurun secara
drastis.19,21
Ada beberapa gaya renang yang digunakan saat berenang yaitu gaya renang
bebas, gaya dada, gaya kupu-kupu dan gaya punggung. Gaya bebas merupakan gaya
renang yang dilakukan dengan kayuhan lengan agar dapat bergerak maju secara
berurutan diiringi dengan tendangan kaki secara terus-menerus dengan posisi tubuh
perenang yang horizontal memudahkan perenang tersebut untuk mengambil napas ke
salah satu sisi sesudah kayuhan lengan. Gaya punggung merupakan gaya renang
dengan posisi kepala yang berlawanan dengan air sehingga memudahkan untuk
mengambil napas. Renang gaya dada merupakan gaya yang dilakukan dengan posisi
badan harus sejajar dengan permukaan air, tangan menjulur ke depan bersamaan
dengan majunya badan, kemudian tangan kembali ke belakang dibawah permukaan
13
air untuk mendorong badan agar melaju lebih cepat kemudian kaki ditekuk dan
ditarik kearah badan, kemudian melingkar keluar hingga kedua kaki merapat dan
lurus kembali. Gaya kupu–kupu memerlukan koordinasi gerakan yang baik antara
kayuhan lengan dan tendangan tungkai–kaki.21,22
rendah dapat menyebabkan erosi gigi.7 Penelitian Chuenarrom pada tahun 2010 di
Thailand menunjukkan bahwa kolam renang dengan pH 2,91 memiliki potensial
erosif enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan pH 3,85 yang mengindikasikan
peningkatan kehilangan enamel berhubungan dengan pH air kolam yang semakin
rendah.23
Selain nilai pH, klorinasi pada air kolam renang juga harus diperhatikan.
Klorinasi adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengontrol kualitas air
kolam dan mencegah penyebaran penyakit patogen pada perenang. 24 Klorin dalam
kolam renang umumnya memiliki keuntungan untuk mengurangi kontaminasi bakteri
dan alga. Klorin dapat ditambahkan ke air kolam sebagai natrium hipoklorit yang
memiliki pH basa, sehingga potensi erosi terbatas. Gas klorin sering digunakan
terutama pada kolam renang besar. Gas klorin bereaksi dengan air untuk membentuk
asam hipoklorat (HOCl) dan asam klorida (HCl) dalam reaksi: Cl 2 + H2O= HOCl +
HCl. Asam hipoklorit adalah agen pembunuh kuman dalam klorinasi, sedangkan
asam klorida adalah produk risidual yang tidak diinginkan. 3 Kecuali asam
dinetralkan, biasanya dengan natrium karbonat pH air bisa bertambah dari 3. Tetapi
pH rendah mungkin tidak dapat dirasakan oleh perenang, meskipun dapat
menyebabkan iritasi mata pada mereka yang tidak memakai kacamata namun, air
asam yang bersentuhan dengan gigi akan menyebabkan erosi ireversibel pada
enamel.7 Klorin menunjukkan keseimbangan pH dan suhu antara asam hipoklorat
(HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), dengan jumlah keduanya dikenal sebagai klorin
bebas.24 Menurut WHO, klorin yang ditambahkan pada kolam renang sebaiknya
memiliki konsentrasi 0,2 – 0,5 ppm.26
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Jenis Penelitian
16
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan pendekatan cross
sectional dimana setiap sampel diperiksa satu kali dan pada satu saat.
Status erosi
Yaitu Kondisi yang Berdasarkan Skor indeks erosi Ordinal
gigi menunjukkan indeks Eccles gigi yang
adanya and Jenkins dikategorikan
pengikisan pada dimana: menjadi:
permukaan gigi Nilai 1: terdapat Erosi ringan: skor <1;
atlet renang pengikisan Erosi sedang:
permukaan gigi, skor 1–1,5;
perubahan Erosi berat: skor >1,5
terbatas hanya
pada enamel di
≤1/3 servikal;
Nilai 2: dentin
mulai terbuka,
memengaruhi
≤2/3 mahkota
gigi;
Nilai 3: dentin
sudah terbuka,
memengaruhi
>2/3 mahkota
gigi
dihitung dalam
hitungan bulan,
minimal 1 bulan
Pengambilan data
Erosi
Pengolahan data
Analisa data
22
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 4. Aktivitas Renang Atlet Renang PPLP Sumatera Utara (n=101 orang)
Aktivitas Renang n %
Lama menjadi perenang <1 8 7,92
(tahun) ≥1 93 92,08
Frekuensi berenang <3 35 34,65
(kali/minggu) ≥3 66 65,35
60
50
40
30
20
10
0
Berdasarkan aspek lamanya menjadi atlet renang, responden yang telah menjadi
atlet renang kurang dari setahun seluruhnya hanya mengalami erosi ringan (100%),
24
sedangkan pada responden yang telah setahun atau lebih menjadi atlet renang telah
ditemukan erosi berat dengan persentase 2,15%, diikuti dengan erosi sedang 47,31%
dan erosi ringan 50,54% (Tabel 5).
Tabel 5. Tingkat Keparahan Erosi Gigi pada Atlet Renang PPLP Sumatera Utara
Berdasarkan Lamanya Menjadi Atlet Renang (n=101 orang)
Tingkat Erosi Gigi
Lamanya Menjadi
n Ringan Sedang Berat
Atlet Renang (tahun)
n % n % n %
<1 8 8 100 0 0 0 0
≥1 93 47 50,54 44 47,31 2 2,15
Tabel 6. Tingkat Keparahan Erosi Gigi pada Atlet Renang PPLP Sumatera Utara
Berdasarkan Frekuensi Renang (n=101 orang)
Tingkat Erosi Gigi
Frekuensi Renang
n Ringan Sedang Berat
(kali/minggu)
n % n % n %
<3 35 27 77,14 8 22,86 0 0
≥3 66 28 42,42 36 54,55 2 3,03
Berdasarkan aspek durasi renang, terdapat responden dengan status erosi berat
sebesar 5,13% pada durasi renang tiga jam per hari atau lebih, sedangkan pada durasi
kurang dari tiga jam per hari hanya ditemukan status erosi ringan dan sedang (Tabel
7).
25
Tabel 7. Tingkat Keparahan Erosi Gigi pada Atlet Renang PPLP Sumatera Utara
Berdasarkan Durasi Renang (n=101 orang)
Tingkat Erosi Gigi
Durasi Renang
n Ringan Sedang Berat
(jam/hari)
n % n % n %
<3 62 39 62,90 23 37,10 0 0
≥3 39 16 41,02 21 53,85 2 5,13
Berdasarkan aspek gaya renang, terdapat hasil yang bervariasi pada gaya bebas
dan gaya gabungan yang mengalami status erosi berat dengan persentasi masing-
masing 2,44% dan 4,74%, sedangkan pada gaya dada, gaya kupu-kupu dan gaya
punggung tidak terdapat erosi berat (Tabel 8).
Tabel 8. Tingkat Keparahan Erosi Gigi pada Atlet Renang PPLP Sumatera Utara
Berdasarkan Gaya Renang (n=101 orang)
Tingkat Erosi Gigi
Gaya Renang n Ringan Sedang Berat
n % n % n %
Bebas 41 25 60,97 15 36,59 1 2,44
Dada 26 10 38,46 16 61,54 0 0
Punggung 6 1 16,67 5 83,33 0 0
Kupu-kupu 7 5 71,43 2 28,57 0 0
Gabungan 21 14 66,67 6 28,57 1 4,76
Berdasarkan aspek letak gigi, erosi gigi yang berat hanya ditemukan pada
responden yang mengalami erosi pada gigi anterior dan posterior sebesar 5,13%
(Tabel 9).
Tabel 9. Tingkat Keparahan Erosi Gigi pada Atlet Renang PPLP Sumatera Utara
Berdasarkan Letak Gigi (n=101 orang)
Tingkat Erosi Gigi
Letak Gigi n Ringan Sedang Berat
n % n % n %
Anterior 62 50 80,65 12 19,35 0 0
Anterior dan 39 5 12,82 32 82,05 2 5,13
Posterior
26
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kegiatan Selang Waktu Saat Berenang (n=101 orang)
Kegiatan Selang Waktu Berenang n %
Tidak melakukan apa-apa 24 23,76
Berkumur dan/atau minum air putih 58 57,43
Mengonsumsi makanan/minuman ringan 19 18,81
(Pop-mie, minuman isotonik, bersoda, teh dan jus)
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Riwayat Kunjungan ke Dokter Gigi (n=101 orang)
Frekuensi ke Dokter Gigi n %
Tidak pernah 37 36,63
Berkala 1x/tahun 7 6,93
Berkala 2x/tahun 1 0,99
Jika ada masalah pada gigi 56 55,45
28
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai gambaran status erosi gigi pada atlet renang PPLP
Sumatera Utara menunjukkan hampir tiga perempat jumlah responden adalah laki-
laki. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan anatomi yang menyebabkan
laki-laki secara umum lebih mampu melakukan aktivitas fisik yang memerlukan
kekuatan. Penelitian yang telah dilakukan pada kelompok perempuan biasanya
kurang terlatih sehingga kapasitas kerja mereka buruk, sehingga lebih sedikit
perempuan yang ikut berperan aktif dalam kegiatan olahraga, khususnya dalam
olahraga yang dipertandingkan. Perbedaan anatomis perempuan dan laki-laki
memang nyata dan menjadikan kemampuan kerja perempuan secara umum lebih
rendah daripada laki-laki, tetapi bukan berarti kemampuan kerja fisik perempuan
tidak dapat ditingkatkan.28 Berdasarkan usia, atlet renang yang menjadi responden
sebagian besar berusia 15 – 17 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan menurut
hasil wawancara dengan Kepala UPT Atlet Renang PPLP pada rentang usia tersebut
biasanya atlet dipersiapkan untuk mengikuti pertandingan tingkat provinsi dan
nasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh atlet telah mengalami erosi gigi
(100%) dengan status erosi ringan memiliki persentase terbesar yaitu 54,45%, erosi
sedang 43,56% dan erosi berat 1,98%. Hal ini sejalan dengan penelitian Litan, dkk
tahun 2016 yang menunjukkan seluruh perenang di kolam renang KONI Sario
mengalami erosi gigi.4
Erosi gigi merupakan kondisi ireversibel yang dapat disebabkan oleh pH air
yang rendah pada kolam renang klorinasi yang tidak adekuat. 23 Diketahui informasi
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak kolam renang Selayang yang
menjadi tempat latihan atlet PPLP Sumatera Utara, nilai pH air kolam renang adalah
6,5 dan tidak ada penambahan soda ash. Pembersihan kolam dilakukan dengan cara
melakukan pengendapan setiap pagi hari sebelum kolam renang digunakan selama
1,5 jam. Hal ini menunjukkan bahwa pH air kolam tersebut berada di bawah standar
29
Hal ini mendukung hasil penelitian dimana gambaran status erosi pada atlet renang
sebagian besar mengalami erosi ringan karena atlet memilih berkumur dan/atau
minum air putih sehingga keadaan rongga mulut para atlet yang terpapar klorin tidak
berlangsung terlalu lama.
Hasil penelitian pada Tabel 12 menunjukkan bahwa ditemukan tindakan positif
yang dilakukan para atlet dalam mencegah terjadinya erosi gigi yaitu sebagian besar
responden mengkonsumsi susu sebanyak 54,46%. Hasil penelitian Manaf ZA, dkk
tahun 2011 mengatakan bahwa sebagian besar responden yang sering mengkonsumsi
susu memiliki status erosi gigi lebih rendah. Susu mengandung kalsium dan fosfat
yang dapat mencegah terjadi demineralisasi gigi dan memperkuat jaringan keras gigi.
Santik YDP tahun 2015 berpendapat bahwa para atlet sebenarnya sudah
mendapatkan fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang baik, namun seringkali malas
datang ke dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin. Selain itu,
adanya paradigma bahwa datang ke dokter gigi jika mengalami sakit gigi saja.5
Sesuai dengan hasil penelitian pada Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar
atlet renang datang ke dokter gigi hanya jika ada masalah gigi (55,45%). Dengan
demikian, perlu ditingkatkan kesadaran diri para atlet akan pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut, baik sebelum maupun sesudah mengalami masalah
kesehatan gigi dan mulut. Pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi setiap enam bulan
sekali wajib dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tujuan utama
melakukan pemeriksaan gigi secara rutin yaitu untuk melakukan pemeriksaan gigi
dan dapat mendeteksi dini hal-hal yang mungkin terjadi pada gigi. Apabila terjadi
masalah pada gigi berupa karies atau erosi gigi dapat terdeteksi secara dini, maka
dapat segera dilakukan perawatan yang tepat, sehingga tidak akan berkembang
menjadi lebih parah.5
33
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan:
1. Bahwa seluruh atlet mengalami erosi gigi dengan persentase terbesar
adalah status erosi ringan.
2. Responden yang menjadi atlet satu tahun atau lebih ditemukan mengalami
erosi berat dengan persentase 2,15%.
3. Responden dengan frekuensi renang tiga kali atau lebih dalam seminggu
ditemukan mengalami erosi berat sebesar 3,03%.
4. Responden dengan durasi renang tiga jam atau lebih dalam sehari
ditemukan mengalami erosi sebesar 5,13%.
5. Erosi berat ditemukan pada responden yang menggunakan gaya bebas dan
gaya gabungan (gaya bebas dan gaya dada).
6. Erosi gigi yang berat hanya ditemukan pada responden yang mengalami
erosi pada gigi anterior dan posterior.
7. Sebagian besar responden berkumur dan/atau minum air putih selang
waktu saat berenang.
8. Sebagian besar responden berkumur dan/atau minum air putih setelah
berenang.
9. Sebagian besar responden diketahui lebih banyak meminum susu.
10. Sebagian besar responden datang ke dokter gigi jika ada masalah pada
rongga mulutnya.
34
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Para atlet disarankan menggunakan mouth guard untuk mencegah erosi
gigi atau melindungi gigi dari erosi yang lebih parah.
2. Perlu dilakukannya penyuluhan kepada atlet mengenai tindakan
pencegahan erosi gigi sebelum dan sesudah berenang.
3. Perlu dilakukan upaya preventif dan promotif oleh pemerintah, seperti
pengawasan terhadap kadar klorin di kolam renang yang digunakan oleh para atlet
serta sosialisasi tentang berbagai hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya erosi gigi pada atlet renang.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Almira A. Kadar pH air kolam renang, perilaku atlet, serta erosi gigi pada atlet
renang Surabaya. J Kes Ling 2019; 11 (1): 10-6.
2. Wiegand A, Attin T. Occupational dental erosion from exposure to acids-a
review. Occupational Medicin 2007; 57: 169-76.
3. Radlinska JB, Lagocka R, Kaczmarek W, Gorski M, Nowicka A. Prevalence of
dental erosion in adolescent competitive swimmers exposed to gas-chlorinated
swimming pool water. Clin Oral Invest 2013; 17: 579-83.
4. Litan BF, Vonny NS, Wowor, Pangemanan DHC. Gambaran status erosi gigi
pada perenang di kolam renang Koni Sario. Jurnal Ilmiah Farmasi 2016; 5 (1):
69-77.
5. Santik YDP. Pentingnya kesehatan gigi dan mulut dalam menunjang
produktivitas atlet. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia 2015; 5 (1): 13-7.
6. Geurtsen W. Rapid general dental erosion by gas-chlorinated swimming pool
water, review of the literature and case report. American Journal of Dentistry
2000; 13 (6): 291-3.
7. Dawes C, Boroditsky CL. Rapid and severe tooth erosion from swimming in an
improperly chlorinated pool: case report. JCDA 2008; 74 (4): 359-61.
8. Berkovitz BKB, Moxham BJ, Linden RWA, Sloan AJ. Master dentistry. 3rd ed.
London: Elsevier, 2011: 142-4.
9. Featherstone JD, Lussi A. Understanding the chemistry of dental erosion.
Monogr Oral Sci 2006; 20: 66-76.
10. Lussi A. Dental Erosion.Monogr Oral Sci 2006; (20): 119–39.
11. Aguiar TR, Gaglianone LA, Mathias P. An overview of the impact lifestyle
behaviors on the operative dentistry. J Interdiscipl Med Dent Sci 2014; 2(4): 1-6.
12. Ganss C. Dental erosion-Defination of erosion and links to tooth wear. Monogr
Oral Sci Basel, Karger 2006; 20: 9-16.
13. Sosa C, dkk. Dental Erosion: Causes, diagnostics and treatment. Journal Oral Of
Research. 2014; 3: 257-261.
36
14. Johansson AK, Omar R, Carlsson GE, Johansson A. Dental erosion and its
growing importance in clinical practice: from past to present. Int J Dent 2012; 1:
1-17.
15. Griffin JD. Anterior CEREC CAD/CAM porcelain treatment of GERD
erodedteeth. Contemporary Esthetics 2006; 4: 1-12.
16. Paryag A, Rafeek R. Dental erosion and medical conditions an overview of
aetiology, diagnosis and management. West Indian Med J 2014; 63(5): 499.
17. Lussi A, Hellwig, Ganss C, Jaeggi T. Dental Erosion. Operative Dentistry 2009,
34(3): 251-62.
18. Bab VIII Gaya. In: Buku Panduan Cabang Olahraga Renang Special Olympics.
Pengurus Pusat Special Olympics Indonesia 2009: 31-50.
19. Pangastuti NI. Latihan Renang Untuk Lansia. Jurnal Olahraga Prestasi Januari
2011; 1(7): 32-7.
20. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Peraturan menteri kesehatan nomor 416 tahun
1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
https://baristandsamarinda.kemenperin.go.id/download/PerMenKes416(1990)-
Syarat&Pengawasan_Kualitas_Air.pdf. (11 Juni 2019).
21. Ikhwani Y. Hubungan Kekuatan Otot Lengan, Daya Ledak Otot Tungkai Dan
Koordinasi Gerak Dengan Kecepatan Renang Gaya Dada. Jurnal Sport Pedagogy
2015; 5(2): 5-7.
22. Prasetyo E,Yunus M. Hubungan antara Frekuensi Gerakan Kaki dengan Prestasi
Renang Gaya Crawl 50 Meter. Indonesia Performance Journal 2017; 7(2): 82-90.
23. Chuenarrom C, Daosodsai P, Benjakul P. Erosive dental of low pH swimming
pool water on dental enamel. J health Res 2010, 24(2): 91-4.
24. Mehdipour M, Zenooz AT , Gholizadeh N, Bahramian A, Pour N S. Evaluation
the Effect of Swimming Time on Dental Erosion among Swimmers. Journal of
Islamic Dental Association of IRAN (JIDAI) Spring 2013; 25(2): 76-9.o
25. Cita DW. Kualitas air dan keluhan kesehatan pengguna kolam renang di
Sidoarjo. J Kes Ling 2013; 7(1): 26-7.
37
Selamat Siang,
Salam,
( Peneliti )
LAMPIRAN 2
Medan,…………….2019
Subjek penelitian
(…………………………)
Tanda tangan dan nama jelas
LAMPIRAN 3
KUISIONER GAMBARAN STATUS EROSI GIGI PERMANEN PADA
ATLET RENANG PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR
(PPLP) SUMATERA UTARA DI KOLAM RENANG SELAYANG
MEDAN
No. Kartu :
Tanggal :
Identitas Responden
a. Nama :
b. Jenis Kelamin: L/P
c. Umur :
d. No. Telepon :
Petunjuk pengisian: Pilihlah jawaban pertanyaan dengan memberi tanda silang (X)
dan tuliskan jawabannya
A. Kebiasaan Berenang
4. Apa jenis gaya renang yang sering Anda lakukan saat berenang?
a. Gaya bebas d. Gaya kupu-kupu
b. Gaya dada e. Gabungan………… (tuliskan)
c. Gaya punggung
5. Apakah yang Anda lakukan selama waktu selang saat berenang?
a. Tidak melakukan apa-apa
b. Berkumur dan/atau minum air putih
c. Minum-minuman ringan :………………………………….(tuliskan)
7. Selain air putih/mineral, jenis minuman apa yang sering anda minum tiap
hari?
a. Susu
b. Minuman ringan :………………………………………….(tuliskan)
c. Multivitamin
No. Kartu :
Tanggal :
Identitas Responden
a. Nama :
b. Jenis Kelamin: L/P
c. Umur :
d. No. Telepon :
A. Kondisi Gigi
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
Indeks erosi gigi (Eccles dan Jenkins) Katagori skor indeks erosi gigi:
Erosi Sedang
Erosi Berat
LAMPIRAN 5
Surat Penelitian 1
LAMPIRAN 6
Surat Penelitian 2