Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengangguran (unemployment) adalah kelompok angkatan kerja yang ingin bekerja, tetapi belum
beruntung mendapat kesempatan untuk bekerja (belum mendapat kesempatan bekerja). Ada
beberapa masalah yang dianggap sebagai penyebab timbulnya pengangguran. Dari penyebab
timbulnya pengangguran tersebut, timbul beberapa istilah tentang pengangguran antara lain
penganggurean sukarela (voluntary uncemployment) dan pengangguran terpaksa (involuntary
uncemployment). Berikut adalah beberapa jenis pengangguran.
a) Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Pengangguran jenis ini bersifat sementara, biasanya terjadi karena adanya
kesenjangan antara pencari kerja dan kesempatan kerja. Kesenjangan ini dapat berupa
kesenjangan waktu, informasi, maupun jarak. Mereka yang masuk dalam kategori
pengangguran sementara umumnya rela menganggur untuk mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik. Contoh yang selesai sekolah kemudian mencari pekerjaan dan
menunggu pekerjaan.
b) Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Pengangguran ini timbul akibat adanaya perubahan struktural akibat perekonomian.
Keadaan ini menyebabkan keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja tidak
sesuai dengan tuntutan yang ada. Misalnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
industri kimia menuntut persyaratanyang relative berat, yaitu pendidikan minimal
sarjana, mampu menggunakan komputer, dan minimal menguasai bahasa Inggris.
c) Pengangguran Musiman (Seasonal Unempoyment)
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi ekonomi jangka pendek, terutama di
sector pertanian. Misalnya di luar musim tanam dan panen, para petani umumnya rela
menganggur sampai menunggu musim tanam dan panen berikutnya.
d) Pengangguran Konjungturl/Siklis (Cycle Unempoyment)
Pengangguran ini timbul karena adanya gelombang naik turunnya kehidupan
ekonomi, seperti terjadinya kemunduran (resesi) dan depresi sehingga mengakibatkan
adanya pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan buruh.

Di Indonesia sendiri terdapat 36 juta pengangguran pada tahun 2014. Berikut


Perinciannya.
Kriteria Keterangan
Pengangguran
Pengangguran terbuka Mereka yang bekerja di bawah 1 jam per minggu (open
unemployment). Kelompok ini patut di waspadai karena
merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai
permasalahan sosial. Jumlahnya mencapai 5,1 juta jiwa.
Pencari Kerja Mereka yang sedang benar-benar mencari kerja (job seekers).
Jumlahnya mencapai 26 juta jiwa.
Pengangguran Disebut juga setengah menganggur (under empolyment)
Terselubung

Sumber : Depnaker, (2015)

2. Pada masa pandemi covid 19 membuat roda perekonomian di Indonesia tersendat. Tidak sedikit
usaha yang gulung tikar karenanya, contoh yang paling terdampak adalah usaha di bidang
pariwisata dan perhotelan. Adanya sistem PPKM yang sangat ketat membuat hampir semua
bagian wisata dan hotel terpaksa tutup. Keadaan itu membuat pengusaha harus membayar upah
gaji karyawan tanpa adanya pemasukan yang ideal, tidak sedikit dari mereka yang merumahkan
atau bahkan mem-PHK karyawannya. Contohnya di Bali, per bulan Februari 2021, Kepala Dinas
Pariwisata Bali mengatakan terdapat 3.000 karyawan yang di PHK. Dalam keadaan normal
tingkat angka pengangguran di Bali biasanya mencapai 1,2% saja, namun pada masa pandemi
bisa mencapai 5,6%. Hal tersebut sejalan dengan naiknya angka kemiskinan di Bali yang mana
mencapai 5,6%.

3. Berikut adalah Kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah secara umum dalam
melaksanakan otonomi daerah.
a) Ketidakcukupan sumber daya keuangan untuk menutup fiscal gap. Kondisi tersebut
disebabkan oleh:
1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) sementara penerimaan daerah (fiscal
capacity) tidak cukup membiayai kebutuhan daerah.
2) Kualitas pelayanan publik yang masih memprihatinkan.
3) Rendahnya kualitas sarana, prasarana dam infrastruktur wilayah.
4) DAU dari pemerintah pusat yang tidak mencukupi.
5) Belum diketahui potensi PAD yang mendekati kondisi riil.
b) Semakin tinggi masalah ekonomi biaya tinggi di daerah, yang disebabkan oleh politik uang,
KKN dalam Proyek Pemerintah daerah, akibat mengejar target PAD banyak kebijakan daerah
(Perda) yang bertentangan dan tidak mengacu kepada kebijakan pusat dan menghambat
investasi di daerah.

4. Pada era otonomi daerah sekarang ini, anggaran yang di berikan pemerintah kepada sektor
pendidikan masih dianggap kurang maksimal. Anggaran yang rendah akan mempengaruhi
kualitas pendidikan yang tentunya berdampak kepada kualitas, kemampuan dan kreativitas
peserta didik. Akibatnya nantinya lulusan tersebut tidak memenuhi standar kualifikasi yang
diinginkan dunia kerja, dan terjadilah pengangguran. Jadi, meskipun mereka telah menempuh
pendidikan wajib 9 tahun atau bahkan perguruan tinggi sekalipun mereka akan menambah
persoalan baru, yaitu pengangguran.
Untuk sektor kesehatan, pemerintah juga kurang maksimal untuk anggaran kesehatan. Akibatnya
belakangan ini Indonesia di serang berbagai macam virus maupun gangguan kesehatan lainnya
seperti, flu burung, polio, dan gizi buruk. Diduga pemerintah hanya bereaksi dengan sewajarnya
tanpa ada upaya yang getol dalam mencegah kejadian tersebut. Pemerintah tidak memiliki
program yang berkesinambungan untuk menyelesaikan berbagai macam masalah kesehatan. Dana
kompensasi yang diberikan pemerintah untuk memperbaiki kualitas rumah sakit maupun faskes
untuk orang miskin pun belum cukup mampu mengatasi masalah di sektor kesehatan.

5. Yang harus di persiapkan dalam menghadapi globalisasi adalah :


a. Mempersiapkan peran kelembagaan ekonomi dalam perekonomian nasional seperti
standarisasi produk yang diikuti dengan kebijakan untuk mendorong produk unggul yang
masuk ke pasar bebas dan melindungi atau mengembangkan produk lokal lain untuk
memenuhi standar yang berlaku di pasar bebas.
b. Perlindungan konsumen, karena konsumen memerlukan rasa aman dan nyaman ketika
memilih produk sehingga Indonesia perlu meyakinkan konsumen bahwa produk Indonesia
aman digunakan. Sedangkan untuk pemerintah daerah, beberapa langkah yang perlu
dilakukan adalah pertama, peningkatan pemahaman masyarakat tentang pasar bebas untuk
skup internasional dan AEC untuk skup ASEAN; kedua, perbaikan iklim investasi dan iklim
usaha di daerah.
c. Peningkatan infrastruktur daerah.
d. Peningkatan daya saing produk ekspor unggulan daerah; kelima, peningkatan kualitas SDM
daerah.
Selain beberapa strategi diatas, strategi lain yang mendukung penguatan untuk menghadapi
persaingan bebas adalah melakukan sinergi dan sinkronisasi antara strategi dan program
pemerintah dengan strategi dan program swasta dalam mencermati dan memanfaatkan
peluang pasar ASEAN (Bappenas, 2013) serta menciptakan iklim ketenagakerjaan daerah
yang lebih kondusif.

Sumber referensi :
- BMP ESPA4314
- https://disnaker.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/banyaknya-pengangguran-karana-
kurangnya-pelatihan-keterampilan-kerja-11
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20210408130355-4-236220/covid-19-sebabkan-3000-
karyawan-di-bali-kena-phk

Anda mungkin juga menyukai