3. Karena koperasi sebagian besar bersifat internal yang hanya terdiri dari anggota-anggota suatu
instansi atau lembaga-lembaga yang bersifat bisnis.
5. Banyaknya kompetitor-kompetitor lain yang memiliki daya saing tinggi terhadap koperasi yang
membuat koperasi menjadi sulit berkembang di dunia bisnis.
6. Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada para anggota koperasi.
7. Kurangnya motivasi terhadap para anggota koperasi yang menyebabkan koperasi kurang bersaing di
dunia bisnis.
8. Karena banyak yang beranggapan koperasi hanya untuk kepentingan pribadi atau sekelompok orang.
Jadi kesimpulannya adalah menurut pendapat saya KOPERASI memang telah gagal menjadi soko guru
ekonomi Indonesia seperti yang didengung-dengungkan selama ini. Tapi mungkin ini bisa diatasi oleh
pemerintah dengan memberlakukan aturan aturan atau apapun upaya upaya yang mungkin bisa mengembalikan
koperasi kembali menjadi soko guru perekonomian di Indonesia. Karena selama ini Pemerintah yang berkuasa
kurang memberikan perhatian yang serius dan sungguh-sungguh dalam membangun perekonomian nasional.
Pemerintah hanya mementingkan tumbuhnya perekonomian nasional, tidak peduli lagi siapa yang memegang
peranan utama, pihak BUMN, BUMS atau koperasi, dan pada akhirnya merekalah pihak swasta yang lebih
banyak memegang peranan dalam perekonomian nasional.
2. Privatisasi atau denasionalisasi sering diasosiasikan dengan perusahaan berorientasi jasa atau industri, seperti
pertambangan, manufaktur atau energi, meski dapat pula diterapkan pada aset apa saja, seperti tanah, jalan, atau
bahkan air. Bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), privatisasi merupakan penjualan saham ke masyarakat
dan mengakibatkan berkurangnya persentase kepemilikan Pemerintah Republik Indonesia.
Cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk menhindari privitisasi yaitu dengan menciptakan perusahaan
milik Negara yang efisien. Biasanya efisiensi dijadikan sebagai alasan formal suatu privatisasi walaupun yang
sesungguhnya adalah untuk menutupi biaya pembangunan. Asumsinya, dengan kewenangan yang dimilikinya
pemilik asing bisa mendorong terciptanya pengelolaan yang efisien tentunya dengan pengorbanan kepemilikan.
Saya kuatir, keputusan pelaksanan privatisasi hanya semata-mata menggunakan pertimbangan sudut pandang
ilmu ekonomi. Padahal seharusnya keputusan penjualan saham perusahaan milik negara mempertimbangkan
banyak aspek lainnya. Itu bukan bidang keputusan ekonomi, tapi keputusan pemerintah yang harusnya juga
mempertimbangkan faktor lain selain ekonomi.
Adapun beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan efisiensi BUMN
yaitu :
2. Meningkatkan efisiensi
3. Menerapkan tatakelola
4. Mempekerjakan professional yang proven
6. Presiden menjaga kemandirian BUMN dari campur tangan pihak lain termasuk keluarga sendiri.