Anda di halaman 1dari 10

dari Modul 7 Perekonomian Indonesia

KEMISKINAN DI INDONESIA

Kemiskinan masih menjadi masalah bangsa Indonesia. Jika dulu hampir semua penduduk Indonesia
miskin atau dikenal sebagai share proverty, sedangkan sekarang kemiskinan terjadi di tengah-tengah
sebagian masyarakat yang berlimpah (affluent society). Kemiskinan yang terjadi saat ini disebabkan
kesenjangan pendapatan dalam masyarakat sehingga ada perbedaan akses untuk terlibat dalam
aktivitas ekonomi. Masalah kemiskinan disebabkan oleh lingkaran setan kemiskinan ( the vicious circle of
proferty ).

A. Kondisi Kemiskinan

Kemiskinan Absolut dilihat dari kemampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan minimal untuk
kebutuhan pokok. Jika pendapatan seseorang berada di bawah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
minimal tersebut maka secara Absolut ia hidup di bawah garis kemiskinan.

Kemiskinan kultural dikaitkan dengan budaya masyarakat yang menerima kemiskinan yang terjadi pada
dirinya bahkan tidak merespon usaha-usaha pihak lain yang membantunya untuk keluar dari kemiskinan
tersebut. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan struktur dan sistem ekonomi yang
timpang dan tidak berpihak pada si miskin sehingga memunculkan masalah struktural ekonomi yang
makin memikirkan peranan orang miskin.

B. Sebab-Sebab Struktural Kemiskinan di Indonesia

Upaya pembangunan bangsa agar menjadi maju dan mandiri membutuhkan akselerasi pembangunan
dan pemerataan hasilnya. Pada masa setelah perang dunia kedua pemikiran pentingnya pertumbuhan
ekonomi sangat dominan dalam rangka mengejar ketertinggalan pembangunan di suatu negara.
Ketimpangan Pembangunan merupakan situasi yang tidak terelakan akan tetapi justru dianggap
memacu pertumbuhan itu sendiri. Pola kebijakan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan yang
telah dilakukan masih mengandung beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi mendasar yaitu:

- masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro daripada pemerataan


- sentralisasi kebijakan daripada desentralisasi kebijakan

- lebih bersifat karikatif daripada transformatif

- memposisikan masyarakat sebagai objek daripada subjek

- cara pandang tentang penanggulangan kemiskinan masih berorientasi pada charity dari pada
productivity

- asumsi permasalahan dan solusi kemiskinan sering dipandang sama daripada pluralistis.

C. Kebijakan Pemerintah Untuk Menanggulangi Kemiskinan

Untuk mengatasi masalah kemiskinan akibat krisis moneter pemerintah mengeluarkan program jaringan
pengaman sosial yaitu program jangka pendek untuk membantu mereka yang hampir tenggelam Karena
krisis yang dibagi dalam empat kelompok yaitu program JPS Departemen teknis, program JPS prioritas,
program JPS sektor-sektor pembangunan, program JPS monitoring. Pengalokasian dana program JPS
menggunakan tiga jalur seperti yang sudah biasa ditempuh program terdahulu yaitu kebijakan
pembangunan sektoral, kebijakan pembangunan regional dan kebijakan khusus. Program-program
penanggulangan kemiskinan tersebut dapat dikatakan baik dalam perencanaan namun dalam
pelaksanaannya ada beberapa kekurangan yang perlu dibenahi yaitu:

- skema kredit yang dikucurkan oleh pemerintah dalam rangka penanggulangan kemiskinan memiliki
berbagai ketentuan yang mengatur agar penyalurannya tidak salah sasaran

- sistem pertanggungjawaban yang saling mengikat antar kelompok yang ditetapkan dalam P4K justru
menghambat laju perkembangan pada kelompok yang potensial dan berkembang dengan baik

- banyak kelompok yang merasakan bahwa terjadi ketidaktepatan pencairan kredit di mana pada masa
saat mereka memerlukan modal kerja dengan segera karena ada peningkatan order usaha
- kurangnya integrasi program dan koordinasi antar instansi pengelola program menyebabkan
permasalahan ketidaktepatan alokasi dana program

D. Paradigma Baru Pemberantasan Kemiskinan di IndonesiaIndonesia

Program pemberantasan kemiskinan di Indonesia dapat secara efektif dijalankan melalui beberapa
langkah berikut (Mubyarto, 2004:14) :

- penerbitan undang-undang pemberantasan kemiskinan sehingga program pengurangan kemiskinan


lebih diperoleh Jelaskan oleh pemerintah dan masyarakat

- program pemberantasan kemiskinan harus bersifat multisektoral

- perencanaan dan pelaksanaan dilakukan bersama antara masyarakat dan pemerintah sehingga
program sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi aktual masyarakat dapat lebih tergali

- masyarakat dijadikan subjek bukan sekedar objek program

- pertanggungjawaban program tidak saja pada pemerintah tetapi juga pada masyarakat

- program yang berkesinambungan

- ukuran keberhasilan ditentukan berdasarkan kemampuan masyarakat keluar dari belenggu


kemiskinan.

PENGANGGURAN DI INDONESIA

A. Struktur Ketenagakerjaan Indonesia

Salah satu masalah pembangunan yang sangat serius dihadapi pemerintah saat ini adalah yang
berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan yaitu Bagaimana mengaktualisasikan potensi sumber daya
manusia Indonesia yang jumlahnya sangat besar. Dalam pengertian statistik ketenagakerjaan yang
digunakan di tanah air angkatan kerja adalah semua penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih yang
bekerja dan memperoleh penghasilan namun dengan adanya program wajib belajar 9 tahun maka
definisi ini tidak cocok dan batas usia minimal untuk masuk kategori angkatan kerja adalah 15 tahun.

B. Lapangan Kerja Dan Pengangguran

- Upah Buruh dan Produktivitas

Aspek ini sangat penting bukan saja karena terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia melainkan juga terkait dengan kemampuan daya saing produk yang dihasilkan. Namun
kenaikan upah tersebut tidak berarti menempatkan kesejahteraan buruh industri di Indonesia lebih baik
dibandingkan kebanyakan negara lainnya. Rendahnya tingkat upah di Indonesia ternyata tidak hanya
terkait dengan banyaknya tenaga kerja yang ada dan besarnya tambahan angkatan kerja baru yang
masuk kerja. Faktor lain yang menyebabkan murahnya tingkat upah ini adalah tingkat produktivitas yang
rendah.

- Upah dan Daya Saing Industri

Dilihat dari kacamata pemerintah pengangguran adalah beban ekonomi dan suatu perekonomian yang
mempunyai banyak penganggur tentu harus menyediakan dana amat besar untuk menghidupi mereka.
Di Indonesia dan banyak negara berkembang lain kesempatan kerja yang lebih besar adalah kesempatan
kerja mandiri bukan kesempatan kerja dengan upah. Jika masalah kesempatan kerja ini dilihat sebagai
masalah pengangguran seperti di negara-negara industri maka pemecahannya adalah dengan
memberikan iklim yang baik bagi pengembang usaha yang pada gilirannya akan mampu menciptakan
lapangan kerja. Maka suatu perekonomian harus tumbuh untuk mengatasi pengangguran yang tidak
sesuai dengan karakteristik ekonomi riil dan pengangguran yang ada di Indonesia.

Kebijakan Pemerintah

Upaya percepatan peningkatan produktivitas tenaga kerja di sector industry tidak semata-mata terkait
dengan perlunya peningkatan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja, melainkan juga dengan pola
produksi serta alat-alat produksi ataupun teknologi produksi yang digunakan di sector industry
Indonesia. Semakin baik pola kemampuan dari tenaga kerja itu untuk menghasilkan lebih banyak barang
dan jasa, sehingga dapat memberikan penghasilan yang lebih layak pula.
Arah kebijakan Ketenagakerjaan di Indonesia paling tidak harus menjawab tiga persoalan yaitu terus
menciptakan kesempatan kerja baru agar dapat mengimbangi laju pertumbuhan angkatan kerja yang
ada, memberi tingkat upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan
produktivitas para pekerja yang ada sehingga dapat menghasilkan produk yang kompetitif untuk
mendorong produksi lanjut.

Pengantar Ekonomi Mikro


1. Diketahui :
Fungsi permintaan Pd = 25 – Q
Fungsi penawaran Ps = -5 + 0,5 Q
Ditanyakan ? Harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan
Jawab :
Pd=Ps
25 - Q = -5 + 0,5Q
-Q-0,5Q = -5 – 25
-1,5Q = -30
1,5Q = 30
Q = 30/1,5=20

P = 25-Q
P = 25-20
P= 5
Jadi Harga Keseimbangannya (P) adalah 5 dan jumlah keseimbangannya (Q) adalah 20

2. Penentuan harga energi dalam sistem pasar, tanpa regulasi ataupun campur tangan
pemerintah ditentukan dari sisi penawaran yaitu aspek biayanya serta dari sisi permintaan atau
nilai netback.
Dari sisi penawaran atau biaya, harga pasar suatu energi ditentukan oleh biayanya plus tingkat
keuntungan normal. Dalam pasar persaingan muri biayanya adalah sebesar biaya marginal
(MC). Ini untuk energi terbarukan. Tetapi untuk energi yang tak terbarukan maka harus
ditambahkan biaya pengurasan (users cost) / (MC+U) yang sama dengan pendapatan Marginal
(MR). Posisi ini merupakan optimal efisien. Selanjutnya bila menimbulkan eksternalitas maka
perlu ditambahkan biaya eksternal (E) baik yang untuk energi terbarukan maupun tak
terbarukan. Karena eksploitasi energi terjadi dalam jangka panjang maka biaya marginal jangka
panjangnya adalah maksimum, Ini bisa didekati dengan biaya inkremental rata-rata (AIC).
Dari sisi permintaan, dikenal konsep nilai netback / netback value ( BC ). Nilai netback suatu
energi merupakan manfaat yang diperoleh dari penggunaan atau konsumsinya baik langsung
maupun tidak langsung (primer maupun sekunder). Nilai netback terkait dan dihitung berdasar
alternatif energi terbaik sesudahnya. Harga pasar yang optimal efisien adalah apabila atau pada
tingkat dimana AIC = NBV dan begitu juga berlaku untuk kuantitas yang diproduksi.

3. Setiap upaya campur tangan pemerintah atas proses atau situasi pasar bebas akan
memperburuk keadaan dan hasil, tetapi setelah beberapa waktu kemudian disadari sistem
mekanisme harga pasar tidak sepenuhnya memberikan hasil optimal bagi masyarakat. Situasi
seperti ini sering kali disebut sebagai fenomena kegagalan pasar. Ada tiga elemen utama
kegagalan pasar yaitu :
a. Persaingan tak sempurna (murni).
Hasil ideal terbaik pertama dalam mekanisme pasar diperoleh bila syarat berlakunya persaingan
murni dipenuhi. Kondisi atau syarat ini merupakan istilah teknis ekonomis adalah situasi di
mana petani, pengusaha produsen, ataupun pekerja serta keseluruhan relatif banyak
jumlahnya dibandingkan dengan pasar hingga masing-masing pelaku pasar tak mempunyai
pengaruh individu atas harga pasar. Namun, bila salah satu dari mereka cukup besar hingga
cukup dapat mempengaruhi pasar, maka terdapat unsur pasar persaingan tak sempurna.
b. Eksternalitas.
Hasil ideal oleh pengaturan tangan gaib juga tak dapat dicapai bila kegiatan ekonomi tumpah ke
luar (spill over) dari pasar bersangkutan, yang disebut eksternalitas. Eksternalitas yang bisa
terjadi pada kasus pencemaran udara di mana sebuah pabrik mengeluarkan asap atau debu
yang mengganggu kesehatan atau ketenteraman dan harta milik masyarakat yang seharusnya.
Namun pabrik tidak membayar biaya-biaya atas kerugian ini. Contoh lain adalah pencemaran
air sungai, danau atau laut, risiko proses produksi pabrik yang tak aman atau fasilitas pusat
pembangkit listrik tenaga nuklir. Di sisi lain ada pula eksternalitas positif atau eksternalitas
ekonomis di mana masyarakat memperoleh manfaat atas penemuan suatu produk baru yang
tidak dilakukannya. Eksternalitas terjadi bila aktivitas produsen atau rumah tangga individu
menimbulkan biaya atau manfaat kepada pihak lain tanpe mereka menerima pembayaran atau
membayar biaya yang sesuai.
c. Barang Publik
Ini adalah kegiatan ekonomi yang memberi manfaat kepada masyarakat yang tak dapat
diserahkan pelaksanaan atau penyelenggaraannya kepada perusahaan swasta. Contohnya
adalah pertahanan dan keamanan, pemeliharaan hukum dan ketertiban, pembuatan jalan raya,
dukungan keuangan untuk riset dan pengembangan ilmu murni serta kesehatan masyarakat.
Manfaat barang tersebut menyebar luas ke seluruh masyarakat hingga tak ada produsen atau
konsumen yang secara individu mempunyai rancangan untuk melaksanakan, maka
pemerintahlah yang wajib menyediakan barang publik.

Statistika Ekonomi
Analisis Varian Sederhana

Analisis varian merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi perbedaan atau persamaan
dua atau lebih observasi dengan membandingkan antara dua atau lebih mean (rata-rata).
Asumsi yang mendasari analisis varian ini adalah bahwa setiap rata-rata sampel yang dihitung
harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama. Namun,
penyimpangan dari asumsi normalitas yang disebut diatas relatif tidak mempengaruhi
pengujian ini apabila populasi-populasinya bersifat uni modal dan besarnya sampel yang
diambil relatif besar. Karena hipotesis nol dalam masalah ini mengatakan bahwa rata-rata
populasi adalah sama maka asumsi bahwa varian sama, juga dapat berarti bahwa rata-rata yang
dihitung berasal dari populasi yang sama. Normalitas distribusi suatu populasi bergantung pada
dua parameter yaitu rata-rata dan varian (atau standar deviasi).

Analisis Varian Dua Faktor

Rasio F pada pembahasan sebelumnya pada dasarnya dapat ditingkatkan dengan cara
memperkecil “penyebut”nya, yaitu memperkecil “varian yang tidak dijelaskan”. Varian yang tak
dijelaskan ini dapat diperkecil dengan menambah faktor yang diamati.

Dalam analisis varians dua-arah, perlu mengukur setiap kombinasi dua faktor dari variabel
terikat (dependent variable) yang sedang dikaji.

Tujuan dari analisis dua-faktor adalah untuk memperkirakan dan membandingkan pengaruh
perlakuan yang berbeda-beda terhadap variabel bebas atau variabel respon. Bergantung pada
situasinya, maka dapat melakukan pengujian untuk melihat apakah terdapat perbedaan nyata
atau signifikan (significant differences) pengaruh:
1. antar-level dari faktor 1;

2. antar-level dari faktor 2; dan

3. antar-kombinasi faktor 1 dan 2.

Jika terdapat perbedaan yang nyata, maka akan mengestimasi seberapa tinggi tingkat
perbedaan tersebut dalam kerangka untuk mengetahui apakah ada keuntungan praktik dari
perbedaan tersebut. Selanjutnya, dapat mengestimasi pengaruh dari perlakuan tertentu
terhadap rata-rata (mean) respons (variabel bebas), dan kita bisa memprediksikan nilai individu
dari variabel respons atau variabel bebas.

Matkul Bank & lembaga keuangan non bank iki mbaa

• Bank Dunia adalah sebuah lembaga keuangan multilateral pemberi dana bantuan
pembangunan ke negara-negara berkembang dan negara yang sedang dalam masa transisi.

• Tujuan atau misi Bank Dunia ialah untuk menghapus kemiskinan dan meningkatkan standar
hidup negara berkembang dengan memberi bantuan dana di bidang pembangunan.

• Dari berbagai program yang dikembangkan, bantuan dari Bank Dunia terutama ditujukan
kepada 6 tema strategis utama, yaitu :

1. Negara-negara termiskin
Bank Dunia Group telah menyusun rekam pendanaan untuk membantu negara-negara
termiskin melalui International Development Association (IDA). Bantuan terutama ditujukan
untuk melawan kelaparan dan malnutrisi, terutama melalui produktivitas pertanian yang lebih
baik. Bank Dunia juga mendorong integrasi regional dan membantu membangun infrastruktur:
energi, air, transportasi, dan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk memperoleh hasil yang
lebih cepat, IDA melakukan program gabungan dengan International Finance Cooperation (IFC),
agensi Bank Dunia Group untuk pembangunan sektor swasta, dan juga dengan organisasi-
organisasi nirlaba.
2. Negara pasca konflik dan negara rentan
Membantu pencegahan konflik dan mendukung rekonstruksi merupakan bagian dari misi Bank
Dunia dalam mengurangi kemiskinan; dahulu, tujuan pendirian Bank Dunia adalah untuk
membantu rekonstruksi pasca Perang Dunia II.

3. Negara dengan pendapatan menengah


Bank Dunia Group berusaha memenuhi kebutuhan khusus negara berpendapatan menengah
dengan memberikan bantuan yang disesuaikan seperti produk keuangan yang kompetitif serta
jasa pembelajaran dan ilmu pengetahuan. Negara-negara ini secara meningkat juga menjadi
partner penting bagi Bank Dunia dalam menangani permasalahan global dan lintas energi,
seperti permasalahan energi bersih, integrasi perdagangan, perlindungan lingkungan, stabilitas
keuangan internasional, dan melawan penyakit menular.

4. Barang-barang publik (public goods) yang digunakan secara global


Contoh barang publik adalah lingkungan, kesehatan umum, perdagangan internasional, dan
infrastruktur keuangan.

5. Dunia Arab
Bank Dunia Group bekerja sama dengan Liga Negara-negara Arab telah mendirikan Arab World
Initiative (AWI), yaitu kerja sama untuk mendukung kolaborasi yang efektif dalam hal integrasi
ekonomi dan sharing ilmu pengetahuan di antara negara-negara di wilayah Arab. Kerja sama
tersebut terdiri dari 3 pilar, yaitu: pembangunan manusia dan peningkatan kualitas pendidikan,
proyek infrastruktur, serta pengembangan usaha mikro kecil, dan menengah.

6. Ilmu pengetahuan dan pembelajaran.


Negara miskin dan sedang berkembang membutuhkan keahlian Bank Dunia selain
membutuhkan bantuan keuangan. Sebagai klien Bank Dunia, negara-negara ini secara
meningkat mengharapkan solusi yang terintegrasi untuk menangani kebutuhan khusus mereka.
Agar bisa lebih kompetitif secara ekonomi, negara-negara ini membutuhkan data sebagai
benchmark kemajuan mereka. Juga kebutuhan akan informasi analisis mendalam mengenai
tantangan secara lokal dan pengalaman yang dikumpulkan dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan. Bank Dunia menyediakan pinjaman berbunga rendah, kredit tanpa bunga, dan
hibah bagi negara-negara berkembang. Bantuan tersebut ditujukan untuk mendukung investasi
dalam bidang edukasi, kesehatan, administrasi publik, infrastruktur, pembangunan sektor privat
dan keuangan, pertanian, dan manajemen sumber daya alam dan lingkungan. Beberapa proyek
Bank Dunia juga turut dibiayai oleh pemerintah, institusi multilateral lainnya, bank komersial,
agen kredit ekspor, dan investor di sektor privat. Bank Dunia juga menyediakan atau
memfasilitasi pembiayaan melalui kerja sama trust fund dengan donor bilateral maupun
multilateral.

Sumber referensi : BMP EKSI4205/Modul 9 Hal 9.36, 9.42-9.43

Anda mungkin juga menyukai