Anda di halaman 1dari 5

1. Adapun ruang lingkup dari masing-masing kelompok usaha adalah sebagai berikut.

a. Usaha asuransi umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan
penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti. Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan :
- Usaha asuransi umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi
kecelakaan diri.
- Usaha reasuransi untuk risiko perusahaan asuransi umum lain.
b. Usaha asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang
memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak
dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada
pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur
dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha asuransi jiwa termasuk
lini usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri.
c. Usaha reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh
perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya. Perusahaan
reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha reasuransi. Perusahaan reasuransi sangat
diperlukan dalam industri asuransi karena ketika menjalankan usahanya, terdapat
kemungkinan perusahaan asuransi menanggung risiko yang lebih besar daripada kemampuan
finansialnya.
d. Perusahaan pialang asuransi adalah perusahaan yang menyelenggarakan usaha jasa
konsultasi dan/atau ke perantaraan dalam penutupan asuransi atau asuransi syariah serta
penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk/dan atas nama pemegang polis,
tertanggung, atau peserta. Perusahaan pialang asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha
pialang asuransi.
e. Perusahaan pialang reasuransi adalah perusahaan yang menyelenggarakan usaha jasa
konsultasi dan/atau ke perantaraan dalam penempatan reasuransi atau penempatan reasuransi
syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk/dan atas nama
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan, perusahaan
penjaminan syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah yang
melakukan penempatan reasuransi atau reasuransi syariah. Perusahaan pialang reasuransi
hanya dapat menyelenggarakan usaha pialang reasuransi.
f. Perusahaan penilai kerugian asuransi adalah perusahaan yang menyelenggarakan usaha
jasa penilaian klaim dan/atau jasa konsultasi atas objek asuransi.

2. Berikut adalah persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki oleh asuransi jiwa dan bank umum
agar dapat menyelenggarakan dana pensiun.
a. Perusahaan Asuransi Jiwa
- Memenuhi tingkat solvabilitas sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan di
bidang asuransi sekurangnya 8 bulan. terakhir.
- Memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan DPLK yang dibuktikan dengan kesiapan di
bidang organisasi dan personel serta kesiapan sistem administrasi.
- Memiliki kerja investasi yang sehat dalam arti memiliki hasil yang memadai dari
portofolio investasi dan penempatan investasi tidak menyimpang dari ketentuan tentang
investasi yang berlaku di bidang asuransi.
- Memiliki tingkat kesinambungan pertanggungan yang sehat sekurang-kurangnya dalam 2
tahun terakhir. Tolok ukurnya adalah pembatalan pertanggungan yang mempunyai nilai
tunai kurang dari 20 persen.
- Sanggup untuk menyampaikan laporan hasil penilaian solvabilitas dan laporan investasi
perusahaan.
- Telah menjalankan usaha sekurang-kurangnya 5 tahun.
b. Bank Umum
- Memenuhi tingkat kesehatan bank.
- Memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan dana pensiun.
- Menyanggupi untuk menyampaikan laporan terakhir tingkat kesehatan bank, baik secara
keseluruhan maupun aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, dan pemenuhan batas
minimum pemberian kredit (BMPK) setiap triwulan.

3. Fsilitas yang ditawarkan oleh perusahaan Anjak Piutang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan pemberitahuan
1) Disclosed/notification
Dalam disclosed factoring atau notification factoring, pihak debitur akan diberi tahu
terlebih dahulu bahwa piutang akan dialihkan dari perusahaan kepada perusahaan anjak
piutang sehingga dalam faktur yang diberikan kepada pihak pembeli/debitur telah
dicantumkan bahwa piutang tersebut telah dipindahkan kepada perusahaan anjak piutang.
Pada saat jatuh tempo, perusahaan anjak piutang memiliki hak untuk menagih pihak
debitur. Tujuan pemberitahuan bahwa piutang telah dipindahkan ke perusahaan anjak
piutang adalah:
a) Menjamin kepastian pembayaran perusahaan anjak piutang.
b) Mengurangi kemungkinan pihak debitur melakukan perbuatan yang merugikan
perusahaan.
c) Mencegah perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
d) Memberikan hak kepada perusahaan anjak piutang untuk menuntut jika terjadi
perselisihan.
2) Undisclosed/non-notification Dalam mekanisme anjak piutang ini, piutang dialihkan dari
pihak supplier ke perusahaan anjak piutang tanpa memberitahukan pihak debitur terlebih
dahulu. Pemberitahuan kepada pihak debitur hanya dilakukan jika terjadi pelanggaran
kesepakatan dengan pihak supplier atau jika dianggap akan muncul risiko kerugian bagi
perusahaan anjak piutang.

b. Berdasarkan penanggungan risiko


1) Recourse factoring.
Perjanjian anjak piutang ini menyebutkan bahwa klien (supplier) akan menanggung risiko
kredit yang diserahkan kepada perusahaan anjak piutang. Risiko yang dimaksud adalah
risiko jika pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar piutang
sehingga menjadi kredit bermasalah. Dalam keadaan demikian, pihak perusahaan anjak
piutang dapat mengembalikan tanggung jawab pembayaran piutang kepada pihak klien
(supplier).
2) Without recourse factoring. Dalam perjanjian ini, seluruh risiko ditanggung oleh
perusahaan anjak piutang atas seluruh piutang yang telah dialihkan termasuk di antaranya
piutang yang tidak tertagih. Perjanjian recourse berlaku jika ternyata masalah yang timbul
bukan karena debitur tidak memenuhi kewajibannya, tetapi karena masalah lain.

c. Berdasarkan pelayanan
1) Full service factoring.
Perjanjian anjak piutang yang mencakup seluruh jasa anjak piutang. baik dalam hal
pembiayaan maupun nonpembiayaan, seperti administrasi penjualan, penagihan piutang,
termasuk menanggung risiko kredit macet.
2) Finance factoring.
Pelayanan yang disediakan oleh perusahaan anjak piutang hanya mencakup pembiayaan
saja. Biasanya perusahaan anjak piutang tidak menanggung risiko atas piutang yang tidak
tertagih. Masalah penagihan, administrasi, risiko piutang tidak tertagih menjadi tanggung
jawab klien. Perusahaan anjak piutang hanya menyediakan ana tunai sebesar 80 persen
dari nilai seluruh faktur sesuai dengan besar batas kredit.
3) Bulk factoring.
Bulk factoring disebut juga dengan agency factoring. Perusahaan anjak piutang
menyediakan layanan, seperti full service factoring namun masalah penagihan piutang
dan risiko tidak tertagihnya piutang menjadi tanggung jawab klien.
4) Maturity factoring. Pemberian dana pada jenis maturity factoring ditentukan berdasarkan
waktu jatuh tempo piutang, jadi pembayarannya dilakukan saat piutang jatuh tempo.
Pembayaran atas piutang yang dialihkan dapat dilakukan berdasarkan periode waktu
tertentu yang didasarkan atas perkiraan rata-rata jatuh tempo faktur atas penyerahan kopi
faktur.

d. Berdasarkan pembayaran pada klien


1) Advanced payment.
Pengalihan piutang yang pembayarannya diberikan di muka oleh perusahaan anjak
piutang pada klien sebesar 80 persen dari nilai faktur.
2) Maturity.
Pengalihan piutang yang pembayarannya dilakukan oleh perusahaan anjak piutang pada
saat piutang tersebut jatuh tempo. Pembayaran tagihan tersebut biasanya dilakukan
berdasarkan rata-rata jatuh tempo tagihan (faktur).
3) Collection.
Pengalihan piutang yang pembayarannya akan dilakukan jika perusahaan anjak piutang
berhasil melakukan penagihan kepada debitur.

e. Berdasarkan lingkup operasi


1) Indonesia factoring adalah kegiatan transaksi anjak piutang dengan melibatkan
perusahaan anjak piutang. klien, debitur yang berdomisili di dalam negeri.
2) Indonesia factoring atau export factoring adalah kegiatan anjak piutang untuk transaksi
ekspor dan impor barang yang melibatkan dua perusahaan factoring di masing-masing
negara sebagai export factor dan import factor.
4. Di indonesia, istilah kartu plastik identik dengan kartu kredit walaupun kartu plastik tidak selalu
merupakan kartu kredit. Kartu kredit pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1980-an
oleh Bank Duta yang bekerja sama dengan prinsipal VISA dan Mastercard Internasional. Sasaran
konsumen kartu kredit Bank Duta pada waktu itu adalah orang-orang kaya di Indonesia yang
sering bepergian ke luar negeri. Bisnis kartu kredit mencapai puncaknya saat pemerintah
mengeluarkan regulasi yang berkaitan dengan dunia perbankan yang dikenal dengan Paket
Desember 1988. Perusahaan keuangan baik bank maupun non bank yang menerbitkan kartu
kredit di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pada umumnya, kartu plastik dikeluarkan oleh bank
umum dan perusahaan pembiayaan. Di Indonesia, bank umum masih tetap mendominasi sebagian
besar penyaluran pembiayaan kartu kredit. Perusahaan pembiayaan tidak memfokuskan bisnisnya
pada usaha kredit. Hal ini kemungkinan disebabkan tingkat risiko bisnis kartu kredit yang lebih
tinggi dibandingkan pembiayaan konsumen. Bank Indonesia adalah pihak yang mengatur
mekanisme penerbitan kartu plastik oleh bank umum, sedangkan BAPEPAM-LK adalah pihak
yang mengatur mekanisme penerbitan kartu plastik oleh perusahaan pembiayaan. Contoh kartu
plastik yang dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan adalah Diners Card dari FIT Diners Jaya
Indonesia Internasional. Namun, di akhir tahun 2011, perusahaan tersebut mengalihkan piutang
pembiayaan kartu kreditnya kepada pemegang sahamnya yang bergerak di bidang perbankan
(BAPEPAM-LK, 2012).
Kartu ATM yang juga dapat digunakan sebagai kartu debit merupakan kartu yang paling banyak
penggunaannya di Indonesia. Hal ini karena setiap pemegang rekening di bank pada umumnya
juga memperoleh kartu ATM. Kartu ATM sekaligus kartu debit menjadi pilihan karena nasabah
bank menginginkan kepraktisan dan kemudahan dalam bertransaksi sehingga bank pun lebih
banyak menerbitkan jenis kartu ini daripada kartu ATM saja. Sementara, kartu kredit lebih sedikit
jumlahnya karena untuk memiliki kartu kredit diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang
tidak semua nasabah bank dapat memenuhinya.

Sumber referensi :
BMP EKSI4205

Anda mungkin juga menyukai