Anda di halaman 1dari 10

A.

    Lembaga keuangan Syari’ah non Bank


Lembaga keuangan bukan bank (Nonbank Financial Institution) adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkanya pada
masyarakat guna membiayai investasi perusahaan. Lembaga keuangan bukan bank diatur
undang-undang yang mengatur masing-masing bidang usaha jasa keuangan yang dimaksud.
Seiring dengan semaraknya penerapan prinsip syari’ah dalam bidang lembaga
keuangan, para pelaku bisnis ini juga menggali dan menerapkan nilai-nilai syari’ah dalam
operasional usahanya. Hal ini dilakukanuntuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
menghendaki transaksi-transaksi keuangan selain menguntungkan juga sesuai dengan prinsip
syari’ah.

1.      Koperasi Syari’ah

Pengaturan mengenai usaha perasuransian di Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia
Belanda melalui Wetboek van Koopenhandel atau yang Kemudian diterjemahkan menjadi
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Sejauh ini kehadiran usaha perasuransian
hanya didasarkan pada KUHD di mana di dalamnya mengatur asuransi sebagai sesuatu
perjanjian. Sementara itu usaha asuransi merupakan usaha yang menjanjikan perlindungan
Kepada pihak tertanggung dan sekaligus sebagai usaha yang menyangkut dana masyarakat.
Dengan kedua peran usaha asuransi tersebut, dalam perkembangan pembangunan ekonomi
yang semakin meningkat maka semakin terasa kebutuhan akan hadirnya industri
perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka
usaha perasuransian merupakan bidang usaha yang memerlukan pembinaan dan pengawasan
secara berkesinambungan dari pemerintah, dalam rangka pengamanan kepentingan
masyarakat.
Dengan latar belakang tersebut, pada tahun 1992 muncullah Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1992 tentang Usaha perasuransian, di mana salah satu pasalnya menyatakan bahwa
dengan berlakunya undang-undang dimaksud, maka Ordonnanntie op het
Levensverzekeringbedrijf (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 101)dinyatakan tidak berlaku lagi.
Adapun usaha perasuransian dimaksud dalam UU No.2 Tahun 1992 merupakan kegiatan
usaha yang bergerak di bidang:
a.       Usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat
melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat
pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena saesuatu peristiwa
yang tidak pasti atau terhadap hidup dan meninggalnya seseorang.
b.      Usaha penunjang usaha asuransi, yang menyelenggarakan jasa keperantaraan , penilaian
kerugian asuransi dan jasa aktuaria.
Lebih lanjut dalam Pasal 3 UU No.2 Tahun 1992 disebutkan bahwa usaha perasuransian
meliputi:
a.       Usaha asuransi terdiri dari:
1.      Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.
2.      Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan
dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
3.      Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap resiko yang di
hadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau prusahaan jiwa.

b.      Usaha penunjang asuransi terdiri dari:


1.   Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi
dengan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan
pertanggung.
2.      Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi
dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan
prusahaan asuransi.
3.      Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada
objek asuransi yang dipertanggungkan.
4.      Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultan aktuaria.
5.      Usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa
asuransi untuk dan atas nama penanggung.
2.      Modal Ventura

Modal Ventura menurut Tony Lorenz adalah investasi jangka panjang dalam bentuk
penyediaan modal berisiko tinggi di mana penyadia dana (venture capitalist) bertujuan utama
memperoleh keuntungan (capital gain) bukan pendapatan bunga atau dividen.
Devinisi menurut Clinton Richardson bahwa Modal Ventura adalah dana yang
diinvestasikan pada perusahaan pasangan uasaha yang berisiko tinggi bagi investor.
Berdasarkan pada devinisi yang diuraikan di atas, maka dapat diinvestarisasi ciri-ciri
khas yang menjadi karakteristik Modal Ventura yaitu sebagai barikut :1[1]

Ciri-ciri Modal Ventura sebagai brikut :


a.    Merupan bantuan pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha.
b.   Bersifat sementara , karena maksimal dalam jangka waktu 10 tahun harus di lakukan
divestasi
c.    Perusahaan Modal Ventura terlibat dalam manajemen perusahaan pasangan usaha yang
dibiayainya.
d.   Pembiayaan yang diberikan bukan dalam bentuk pinjaman ,melainkan penyertaan modal.
e.    Pembiayaan yang di berikan oleh perusahaan modal ventura beresiko tinggi karena tidak
didukung oleh jaminan.
f.    Motif utama adalah bisnis pembiayaan yang mengharapkan keuntungan rewlatif tinggi
sebagai kontraprestasi pembiayaan yang beresiko tinggi.
g.   Pembiayaan umumnya berjangka panjang dari 5 sampai 10 tahun.
h.   Pembiayaan di tujukan kepada perusahaan kecil atau masih baru, tetapi berpotensi besar
untuk berkembang dan mempunyai prospek yang cerah, kususnya bidang teknologi atau
usaha yang mengandung trobosan baru di mana prusahaan baru ini sulit memperoleh kredit /
pembiayaan dari perusahaan.

Tujuan dan manfaat modal ventura

Pembiayaan modal ventura, di samping berorientasi untuk memperoleh keuntungan


yang tinggi dengan risiko yang tinggi pula, juga bertujuan antara lain untuk:

1.      Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu perusahaan baru.

1
2.      Membantu pembiayaan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana dalam pengem-
bangan usahanya, terutama pada tahap-tahap awal.

3.      Membantu perusahaan baik pada tahap pengembangan suatu produk maupun pada tahap
mengalami kemunduran.

4.      Membantu terwujudnya dari hanya suatu gagasan menjadi produk jadi yang siap dipasarkan.

5.      Memperlancar mekanisme investasi di dalam dan luar negeri.

6.      Mendorong pengembangan proyek research and development.

7.      Membantu pengembangan teknologi baru dan memperlancar terjadinya alih teknologi.

8.      Membantu dan memperlancar pengalihan kepemilikan suatu perusahaan.

3.      Asuransi Syari’ah

Pengaturan mengenai usaha perasuransian di Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia
Belanda melalui Wetboek van Koopenhandel atau yang Kemudian diterjemahkan menjadi
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Sejauh ini kehadiran usaha perasuransian
hanya didasarkan pada KUHD di mana di dalamnya mengatur asuransi sebagai sesuatu
perjanjian. Sementara itu usaha asuransi merupakan usaha yang menjanjikan perlindungan
Kepada pihak tertanggung dan sekaligus sebagai usaha yang menyangkut dana masyarakat.
Dengan kedua peran usaha asuransi tersebut, dalam perkembangan pembangunan ekonomi
yang semakin meningkat maka semakin terasa kebutuhan akan hadirnya industri
perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka
usaha perasuransian merupakan bidang usaha yang memerlukan pembinaan dan pengawasan
secara berkesinambungan dari pemerintah, dalam rangka pengamanan kepentingan
masyarakat.
Dengan latar belakang tersebut, pada tahun 1992 muncullah Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1992 tentang Usaha perasuransian, di mana salah satu pasalnya menyatakan bahwa
dengan berlakunya undang-undang dimaksud, maka Ordonnanntie op het
Levensverzekeringbedrijf (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 101)dinyatakan tidak berlaku lagi.
Adapun usaha perasuransian dimaksud dalam UU No.2 Tahun 1992 merupakan
kegiatan usaha yang bergerak di bidang:
a.       Usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat
melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat
pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena saesuatu peristiwa
yang tidak pasti atau terhadap hidup dan meninggalnya seseorang.
b.      Usaha penunjang usaha asuransi, yang menyelenggarakan jasa keperantaraan , penilaian
kerugian asuransi dan jasa aktuaria.
Lebih lanjut dalam Pasal 3 UU No.2 Tahun 1992 disebutkan bahwa usaha
perasuransian meliputi:
a.       Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.
b.      Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan
dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
c.       Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap resiko yang di
hadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau prusahaan jiwa.

Usaha penunjang asuransi terdiri dari:


a.       Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi
dengan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan
pertanggung.
b.      Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi
dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan
prusahaan asuransi.
c.       Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada
objek asuransi yang dipertanggungkan.
d.      Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultan aktuaria.
e.       Usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa
asuransi untuk dan atas nama penanggung.

4.      Pagadaian Syari’ah

Pegadaian syari’ah merupakan merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan bukan
bank yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang
membutuhkan dana dalam waktu segera.dana tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu, terutama yang mendesak, misalnya biaya pendidikan anak pada awl tahun pelajaran,
biaya pulang mengunjungi keluarga yang terkena musibah,biaya pengobatan keluarga yang
sakit, biaya menghadapi hari raya dan lain-lain.
Dengan demikian lembaga pegadaian mempunyai peran penting, terutama untuk
memenuhi kebutuhan dana segar (fresh money) akibat adanya kebutuhan yang mendesak.
Mengingat adanya keinginan masyarakat terhadap berdirinya lembaga gadai berdasarkan
prinsip syari’ah.
Beberapa aspek-aspek penting yang terkait dengan pegadaian syari’ah :
a.       Aspek Legalitas
Mendirikan lembaga gadai syari’ah dalam bentuk perusaan memerlukan izin
pemerintah. Sesuai dengan peraturan pemeritah nomor 10 tahun 1990 tentang pengalihan
bentuk perusahaan jawatan pegadaian (PERJAN) menjadi perusahaan umum (PERUM)
pegadaian, pasal 3 ayat (1) a menyebutkan bahwa perum pegadaian adalah badan usaha
tunggal yang diberi wewenag untuk menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
Kemudian nisi dari perum pegadaian dapat diperiksa antara lain peda pasal 5 ayat (2) b, yaitu
pencegahan praktik ijon, riba dan pinjaman tidak wajar lainya.
b.      Aspek Permodalan
Apabila umat islam memilih mendirikan suatu lembaga gadai dalam bentuk
perusahaan yang diopersikan sesuai dengan prinsip syariah islam, aspek penting lainya yang
perlu dipikirkrn adalah permodalan. Modal untuk menjalankan perusahaan gadai cukup besar
karena selain diperlukan dana untuk dipinjamkan kepada nasabah juga diperlukan untuk
investasi untuk tempat penyimpanan barang gadaian.
c.       Aspek Sumber Daya Manusia
Dengan kualitas sumber daya manusia yang memadahi,khususnya untuk menangani
penaksiran barang obyek gadai sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan pegadaian
d.      Aspek Kelembagaan
Perusahaan pegadaian syariah membawa misi syiar islam, oleh karena itu harus dapat
diyakini bahwa seluruh proses operasional di;lakukan tidak menyimpang dari prinsip syariat
islam. Untuk itu perlu adanya dewan pengawas syariah yang selalu memonitor kegiatan
perusahaan.
e.       Aspek system dan Propsedur
Menyandang nama syariah pada kegiatan hutang piutang dengan jaminan gadai
membawa konsekuensi harus efektif dan efisien kegiatan operasional perusahaan. Oleh
karena itu system dan prosedur harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menyulitkan
calon nasabah yang akan meminjam uang.
f.       Aspek Pengawasan
Aspek pengawasan dari suatu perusahaan gadai syariah sangat penting karena dalam
pengertian pengawasan itu termasuk di dalamnya pengawasan oleh yang maha kuasa melalui
malaikat-Nya.

5.      Pasar Modal Syari’ah

Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal, pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio
investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kacuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 2[2]
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Pasal 1 angka 13 UUPM menyatakan bahwa Pasar
Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran Umum dan perdagangan Efek
untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah,
kecuali perusahan asuransi, dana pension, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian obyek transaksi di pasar modal adalah berupah Efek, yaitu surat
berharga berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan
setiap derivatif dari Efek. UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal
tersebut dilakukan denga prinsip-prinsip Syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan
UUPM kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
Syariah dan dapat pula dilakukan secara konvevsianal.
Secara umum saham yang beredar pada Bursa Efek Jakarta atau yang saat ini sudah
berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia dapat ditinjau dari beberapa segi:
a.       Ditinjau dari segi bentuknya sahib dapat dikategorikan atas:
1.      Saham Atas Nama (Nominal Shares), yaitu saham yang menyebut nama pemiliknya.
Pencatatan saham ini dilakukan dalam daftar khusus. Para ahli fikif kontemporer

2
menghalalkan saham jenis ini dan sependapat bahwa penyebutan nama pemilik saham pada
dokumen saham menetapkan kepemilikan pemiliknya dan memberikan perlindungan atas
haknya. Halnya ini berarti bahwa saham jenis ini diperbolehkan secara fikif Islam.
2.      Saham Atas Unjuk (Bearer Shares), yaitu saham yang tidak menyebut nama pemiliknya. Ada
ahli fikih kontemporer memandang saham ini batal, karena tidak diketahui siapa pemiliknya.
Ketidak tahuan ini akan melenyapkan hak pemiliknya. Seperti ketika dicuri berpindah
kepemilikannya kepada pencurinya atau ketika hilang berpindah kepemilikannya kepada
penemunya. Bagaimanapun juga, sebaiknya saham jenis ini dihindari karena akan
menimbulkan permasalahan tentang kepemilikannya.
b.      Dari segi hak dan keistimewaannya
1.      Saham biasa, semua ahli fiqih kontemporer memandang saham biasa boleh, karena tidak
memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak maupun kewajiban.
2.      Saham Preferen , saham ini memiliki keistimewaan khusus dari segi perlakuan maupun dari
segi financial. Para ahli fiqih kontemporer memandang jenis saham ini harus di hindari
karena tidak sesuai dengan ketentuan secara syari’ah , karena pemilik saham ini mempunyai
hak mendapatkan bagian dari kelebihan yang dapat di bagikan sebelum di bagikan kepada
milik saham biasa.
Pasar modal mempunyai banyak manfaat, diantaranya:
1.      Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana tersebut secara optimal.
2.      Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi
(penganekaragaman, misalnya penganekaan usaha untuk menghindari ketergantungan pada
ketunggalan kegiatan, produk, jasa, atau investasi).
3.      Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi Negara.
4.      Memungkinkan penyebaran kepeilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5.      Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.
6.      Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.
7.      Alternative investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa di
perhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
8.      Membina iklim ketrebukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses control sosial.
9.      Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen
professional, dan penciptaan iklim bersahan yang sehat.[3]
6.      Obligasi Syari’ah

Perdagangan surat berharga merupakan salah satu kegiatan lembaga pembiayaan ,


sebagai mana yang di atur dalam keputusan mentri keuangan nomor 1251/KMK.013/1988
tentang kletentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan. Dalam pasal 1 huruf k
KMK dimaksud, memberikan definisi tentang perusahaan perdagangan surat berharga yaitu
sebagai badan usaha yang melakukan kegiatan pergagangan surat berharga. Kemudian pasal
5 menyatakan bahwa perusahaan perdagangan surat berharga melakukan kegiatan sebagai
perantara dan perdagangan surat berharga.
Instrumen pasar modal selain diwujudkan dalam bentuk saham, juga dapat
diwujudkan dalam bentuk obligasi (sukuk). Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu
obligate atau obligaat, yang berarti kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan atau surat hutang
suatu pinjaman negara atau daerah atau perseroan dengan bunga tetap. Dalam Islam obligasi
dikenal dengan nama sukuk.

A.    Kesimpulan
1.      Lembaga keuangan bukan bank (Nonbank Financial Institution) adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkanya pada
masyarakat guna membiayai investasi perusahaan. Lembaga keuangan bukan bank diatur
undang-undang yang mengatur masing-masing bidang usaha jasa keuangan yang dimaksud.
2.      Macam lembaga Syari’ah non Bank
a.       Koperasi Syari’ah.
b.      Modal Ventura.
c.       Asuransi Syari’ah.
d.      Pagadaian Syari’ah.
e.       Pasar Modal Syari’ah.
f.       Obligasi Syari’ah

Anda mungkin juga menyukai