Anda di halaman 1dari 16

A.

PENGERTIAN ANJAK PIUTANG (FACTORING)

Dalam pengelolaan suatu perusahaan terdapat beragam kegiatan usaha, mulai dari kegiatan
pokok (utama) sampai dengan kegiatan tambahan. Yang menjadi masalah adalah jika kegiatan
pokok mengalami hambatan, maka hal ini akan menyebabkan kehidupan perusahaan terancam.
Kegiatan pokok merupakan tulang punggung kegiatan rusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Terancamnya kegiatan pokok tersebut akan mengakibatkan terancam pula keuntungan yang akan
diperoleh dan pada akhirnya akan membahayakan kehidupan perusahaan yang bersangkutan.
Untuk menghadapi hambatan tersebut pihak manajemen perlu melakukan berbagai tindakan
penyelamatan, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian yang lebih besar.

Hambatan-hambatan yang dialami oleh suatu perusahaan dapat berupa kesulitan melakukan
penjualan, kesulitan melakukan penagihan piutang, kondisi administrasi kredit yang semrawut
ataupun teknologi yang digunakan sudah ketinggalan zaman. Kemudian hambatan atau ancaman
tersebut dapat datang dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.

Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan penjualan, hambatan utama yang
dapat menjadi ancaman adal banyaknya penjualan kredit yang tidak dapat tertagih alias macet.
Banyaknya kredit yang macet akan mengakibatkan terganggunya barang dan perputaran
keuangan, apalagi jika sampai kredit tersebut tidak mampu lagi dibayar oleh nasabahnya.

Apabila masalah piutang macet ini tidak dapat segera ditanggulangi secara serius, bukan tidak
mungkin kerugian yang lebih besar tidak dapat dihindari lagi. Untuk melakukan penagihan
piutang yang macet diperlukan biaya maupun tenaga yang harus dikorbankan.

Untuk menanggulangi masalah piutang macet dan administrasi kredit yang semrawut dapat
diserahkan kepada perusahaan yang sanggup untuk melakukannya. Adalah perusahaan anjak
piutang memang kegiatan utamanya adalah bergerak di bidang penagihan piutang. Perusahaan
anjak piutang dapat mengambil alih pengelolaan piutang baik dengan cara dikelola atau dengan
cara dibeli serta dapat pula melakukan pengelolaan administrasi piutang suatu perusahaan. Jadi
bagi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan seperti di atas dapat menyerahkan seluruh
persoalannya kepada perusahaan anjak piutang dengan imbalan fee dan biaya-biaya lainnya yang
disepakati bersama. Lalu apa yang dimaksud dengan perusahaan anjak piutang serta apa saja
kegiatan yang dilakukannya. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut?

Pengertian perusahaan anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan nama factoring adalah
perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan atau pembelian, atau
pengambilalihan atau pengelolaan utang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau
pembayaran tertentu milik perusahaan.

Kemudian pengertian anjak piutang menurut keputusan menteri keuangan nomor


1251/kmk.013/1988 tanggal 20 desember 1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Dengan demikian, jelas perusahaan anjak piutang melakukan kegiatan pembiayaan baik secara
pembelian, pengelolaan atau pengambilalihan piutang suatu perusahaan. Kemudian dalam
menjalankan kegiatannya, perusahaan anjak piutang terdiri beberapa jenis. Jenis- jenis ini dilihat
dari kemampuan dan keragaman dari produk yang ditawarkannya kepada masyarakat.

B. KEGIATAN ANJAK PIUTANG

Perusahaan anjak piutang (factoring) merupakan jenis perusahan yang relatif baru dikenal di
indonesia. Secara resmi adalah dengan dikeluarkannya surat keputusan menteri keuangan nomor
1251/kmk.013/1998 tanggal 20 desember 1998, pada hal dibanyak negara lain kegiatan
perusahaan anjak piutang sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu.

Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengarnbil alih pengurusan piutang suatu
perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu, tergantung kesepakatan dengan pihak kreditor
(pihak yang punya piutang). Usaha-usaha yang dijalankan oleh perusahaan anjak piutang
berkaitan dengan pengambilalihan dan pengelolaan piutang suatu perusahaan, tergantung
permintaan pihak kreditor, bagi perusahaan kreditor dengan adanya perusahaan anjak piutang
sangat membantu mereka dalam hal mengurangi risiko yang dihadapi terhadap macetnya tagihan
perusahaan. Di samping itu, mereka juga dapat lebih berkonsentrasi terhadap kegiatan lain yang
lebih strategis di perusahaannya.

Kegiatan perusahaan anjak piutang di indonesia diatur berdasarkan surat keputusan menteri
keuangan nomor 1251/kmk.013/1988 tanggal 20 desember 1988. Berdasarkan surat keputusan
menteri keuangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan anjak piutang meliputi kegiatan
antara lain:

Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu;

Pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagargandengan harga yang sesuai
dengan kesepakatan

Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak piutang dapat
mengelola kegiatan administrasi kredit suatu perusahaan sesuai kesepakatan.

Dalam mengelola kegiatan sehari-harinya perusahaan anjak piutang seperti halnya perusahaan
lainnya juga memiliki tujuan tertentu yaitu mencari keuntungan. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan anjak piutang antara lain dari berbagai biaya yang dikenakan terhadap kliennya.
Kemudian dari keuntungan inilah perusahaan anjak dapat menutupi seluruh kegiatan
operasionalnya.
Dalam praktiknya keuntungan yang diperoleh dari biaya-biaya yang dibebankan kepada para
nasabahnya terdiri dari:

1. Jasa penagihan (service charge)

Yaitu biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang kepada kliennya, yang dikenal
dengan istilah fee dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu. Kemudian besarnya fee
yang diberikan tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak dengan berbagai pertimbangan
seperti misalnya tingkat kesulitan atau jumlah piutang yang ditagihkan.

2. Biaya administrasi

Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah melakukan pengelolaan
perusahaan kreditor oleh klien dan besarnya pun tergantung dari kesepakatan yang dibuat
bersama.

C. PIHAK YANG TERLIBAT

Dalam kegiatan transaksi perusahaan anjak piutang terdapat tiga pihak yang saling
berkepentingan. Tanpa keterlibatan ketiga pihak tersebut, maka kegiatan perusahaan anjak
piutang tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan transaksi anjak piutang adalah sebagai berikut:

1. Kreditor atau klien yang menyerahkan tagihannya kepada pihak anjak piutang untuk ditagih
atau dikelola atau diambil alih dengan cara dikelola atau dibeli sesuai perjanjian dan kesepakatan
yang telah dibuat.

2. Perusahaan anjak piutang (factoring), yaitu perusahaan yang akan mengambil alih atau
mengelola piutang atau penjualan kredit debiturnya.

3.debitur, yaitu nasabah yang mempunyai masalah (utang) kepada kreditor (klien).

D. Alur kegiatan anjak piutang:

perusahaan anjak
kreditor (klien)
piutang

debitur
1. Kreditor menyerahkan persoalan piutangnya kepada perusahaan anjak piutang baik dengan
cara memberitabukan kepada debitur maupun tidak.

2. Perusahaan anjak piutang melakukan penagihan kepada debitur sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat dengan kreditor.

3. Debitur membayar kepada perusahaan anjak piutang

4. Perusahaan anjak piutang membayar sesuai tanggung jawabnya kepada kreditor sesudah
semua persoalan utang piutang diselesaikan.

E. JENIS-JENIS ANJAK PIUTANG

Kemudian fasilitas yang dapat diberikan perusabaan anjak piutang dalam penagihan atau
pengelolaan penjualan kreditnya kepada kreditor (kliennya). Dilihat dari berbagai sisi sebagai
berikut:

1. Berdasarkan pemberitahuan

a. Disclosed

Yaitu fasilitas yang diberikan kepada perusahaan anjak piutang Dalam penagihan piutangnya
dengan sepengetahuan debitur.

b. Undisclosed

Merupakan fasilitas yang diberikan kepada perusahaan anjak piutang tanpa sepengetahuan si
debitur, kecuali jika ada pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat dan atau oleh
perusahaan anjak piutang mengandung suatu risiko.

2. Berdasarkan tanggung jawab

a. Withrecourse

Dalam hal apabila si debitur tidak mampu untuk melunasi segala kewajibannya, maka risiko
kredit tersebut menjadi tanggung jawab pihak si kreditor dan pihak anjak piutang
mengembalikan tanggung jawab penagihannya.

b.Without recourse

Dalam fasilitas ini apabila semua risiko yang tidak terbayar dalam suatu penagihan piutang
menjadi tanggung jawab anjak piutang sepenuhnya dan bukan tanggung jawab kreditor.
3. Berdasarkan pelanggan

a. Full service factoring

Merupakan perusahaan anjak piutang yang memberikan semua jenis fasilitas jasa anjak piutang
baik dalam jasa pembiayaan maupun jasa nonpembiayaan, termasuk fasilitas untuk menanggung
risiko terhadap kredit yang macet.

b. Resource factoring

Jasa yang diberikan oleh perusahaan anjak piutang meliputi hampir fasilitas semua jasa anjak
piutang kecuali proteksi terhadap risiko tidak terbayar tagihannya. Dalam hal ini risiko kredit
tetap berada pada kreditor.

c. Bulk factoring

Jasa yang diberikan terhadap kreditor hanyalah fasilitas jasa pembiayaan dan pemberitahuan
jatuh tempo pada debitur.

e. Invoice discounting

Pemberian fasilitas jasa hanyalah untuk yang berbentuk pembiayaan anjak piutang.

f. Undisclosed factoring

Dalam fasilitas ini perusahaan anjak piutang memberikan proteksi terhadap kemacetan pelunasan
piutang sampai dengan persentase tertentu dari jumlah faktur yang telah disetujui.

g. Advanced payment

Yaitu transaksi pengalihan piutang di mana pembayarannya dilakukan pada saat jatuh tempo dan
besarnya sekitar 80% dari nilai faktur.

4. Berdasarkan wilayah

a. Domestic factoring

Merupakan perusahaan anjak piutang yang hanya beroperasi di wilayah indonesia.

b. International factoring

Merupakan kegiatan anjak piutang yang kegiatannya dapat dilakukan antarnegara seperti
pembiayaan fasilitas ekspor impor.
JENIS JENIS TRANSAKSI ANJAK PIUTANG

Ada dua jenis transaksi anjak piutang :

1. Discount Factoring

Dengan discount factoring, pemilik piutang menerima uang sebelum piutangnya jatuh tempo.
Jumlahnya sebesar nilai piutang dikurangi potongan tertentu yang disebut diskonto. Selain itu,
pemilik piutang juga harus menanggung biaya atas dana yang diperolehnya sampai piutang yang
bersangkutan jatuh tempo.

2. Maturity Factoring

Dengan maturity factoring pemilik piutang hanya menerima uang pada saat piutangnya telah
jatuh tempo. Konsekuensinya, ia tidak dibebani biaya bunga. Pemilik piutang hanya
menanggung diskonto piutang dan biaya administrasi. Sebagai imbalannya, ia hanya
memperoleh jasa penagihan, pencatatan dan pemrosesan piutang. Ia tidak menerima uang
sebelum piutangnya dapat ditagih factor.

F. JASA-JASA DAN BIAYA YANG DIBERIKAN

Sama seperti halnya perusahaan keuangan lainnya, perusahaan anjak piutang juga
memiliki berbagai ragam produk atau jasa yang dapat ditawarkan kepada para nasabahnya.
Kelengkapan produk atau jasa yang ditawarkan sangat tergantung kepada kemampuan
perusahaan anjak piutang masing-masing.

Dalam kegiatan sehari-harinya secara umum perusahaan anjak Piutang mempunyai dua
macam jasa yang dapat ditawarkan kepada Masyarakat. Adapun jasa-jasa yang dilakukan oleh
perusahaan anjak Piutang sebagai berikut.

1. Jasa pembiayaan (financing service)

Dalam hal jasa pembiayaan, perusahaan anjak piutang melakukan Pembayaran di muka
(prefinancing) kepada kreditor yang besarnya Tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak.
Kontrak dalam Perjanjian dapat dibuat berdasarkan withrecourse atau dengan without Recourse.
Dalam hal ini besarnya pembiayaan yang dilakukan sekitar 60% sampai 80% dari total piutang
setelah dilakukan kontrak dan Penyerahan bukti-bukti penjualan.
2. Jasa Non Pembiayaan (non financing service)

Dalam jasa non pembiayaan kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian jasa pengelolaan
administrasi kredit. Biasanya kegiatan jasa ini meliputi:

a. analisis kelayakan suatu kredit;

b. melakukan administrasi kredit;

c. pengawasan terhadap kredit termasuk pengendaliannya;

d. perlindungan terhadap suatu risiko kredit.

Kemudian berkaitan dengan jasa-jasa yang diberikan pihak anjak piutang juga akan
membebankan sejumlah biaya kepada kreditor seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam
praktiknya paling tidak ada dua jenis biaya yang dibebankan kepada kliennya akibat dari
pembiayaan yang dilakukan perusahaan anjak piutang, yaitu fee dan biaya administrasi terhadap
pembiayaan tertentu.

G. KEUNTUNGAN ANJAK PIUTANG

Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan anjak piutang akan memberikan atau memperoleh
keuntungan bagi masing-masing pihak yang terlibat, baik perusahaan anjak piutang, kreditor
maupun debitur. Keuntungan yang diperoleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut.

1. Bagi Perusahaan Anjak Piutang

a. Memperoleh keuntungan berupa fee dan biaya administrasi.

b. Membantu menyelesaikan pertikaian di antara kreditor dan debitur.

c. Membantu manajemen pihak kreditor dalam penyelenggaraan kredit.

2. Bagi Kreditor (klien)

a. Mengurangi risiko kerugian dengan tertagihnya piutangnya.

b. Memperbaiki sistem administrasi yang semrawut.

c. Memperlancar kegiatan usaha.


d. Dengan ditagihnya piutang oleh perusahaan anjak piutang, kreditor dapat berkonsentrasi ke
usaha lainnya.

3. Bagi Debitur

Memberikan motivasi kepada debitur untuk segera membayar secepatnya, karena ada rasa malu
sehingga berusaba sckuat tenaga untuk segera membayar dengan berbagai cara.

KELEMAHAN ANJAK PIUTANG

1. Biaya relatif tinggi.


2. Ada factor yang tidak bersedia menerima transaksi nonrecourse.
3. Akan menurunkan laba, jika clash flow yang diperoleh tidak dimanfaatkan efektif.
4. Clash flow yang diperoleh harus bisa dimanfaatkan dengan cepat supaya tidak
merugikan.
5. Bisa menimbulkan kesan yang buruk pada pembeli karena penggantian pemilikan
piutang.
6. Cara penagihan factor mungkin bisa terlalu kasar.

H. UNDANG-UNDANG ANJAK PIUTANG

1. Dasar Hukum Substantif.


Dasar hukum yang bersifat substantif merupakan alas hak bagi eksistensi suatu kegiatan
factoring. Dasar hukum substantif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Dasar Hukum Substantif Murni.


Dasar hukum substantif murni merupakan dasar hukum bagi suatu kegiatan factoring yang pada
prinsipnya berasaskan sama dengan kegiatan leasing, yaitu apa yang dikenal dengan "asas
kebebasan berkontrak", yang bersumber pada ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata).
 Maksudnya adalah apabila kontrak factoring yang dibuat oleh para pihak telah memenuhi
syarat sahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata,
maka menurut ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata, kontrak tersebut sudah sah adanya dan dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang.

b. Dasar Hukum Substantif Bertendensi Prosedural.


Dasar hukum substantif bertendensi prosedural, yang juga terdapat dalam KUH Perdata, yaitu :

 ketentuan dalam buku kedua KUH Perdata tentang Cessie (pengalihan hutang), yang
berlaku berdasarkan ketentuan Pasal 613 KUH Perdata.
 ketentuan dalam buku ketiga KUH Perdata tetang Subrogasi, yang merupakan
pergantian hak si berpiutang oleh pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang. Subrogasi
terjadi baik karena perjanjian maupun karena undang-undang. Subrogasi berlaku berdasarkan
ketentuan Pasal 1400 KUH Perdata dan seterusnya.

2. Dasar Hukum Administratif.


Dasar hukum yang bersifat administratif dalam tingkatan undang-undang ditemukan dalam :
 Undang-Undang Nomor : 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 6 huruf I yang
memberi alas hukum kepada bank untuk melakukan kegiatan factoring, sekaligus memberikan
pengertian apa yang dimaksud dengan istilah factoring, yang dalam undang-undang tersebut
dipakai istilah "anjak piutang". 
 Undang-Undang Nomor : 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor : 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

I. ANJAK PIUTANG SYARIAH

Anjak piutang (factoring) secara syariah dapat merujuk pada Fatwa DSN Nomor
67/DSN-MUI/III/2008 yang menyatakan bahwa anjak piutang syariah adalah pengalihan
penyelesaian piutang atau tagihan jangka pendek dari pihak yang berpiutang kepada pihak lain
yang kemudian menagih piutang tersebut kepada pihak yang berhutang atau pihak yang ditunjuk
oleh pihak yang berhutang sesuai prinsip syariah.

Selain itu, anjak piutang (factoring) secara syariah juga terdapat pada Peraturan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan (Bapepam-LK) Nomor
PER-03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Pasal 1
dan Pasal 8. Sebagaimana Pasal 1 Ayat 1, anjak piutang (factoring) secara syariah adalah
kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas
piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah.

Sedangkan dalam Pasal 8 Ayat 3, disebutkan bahwa anjak piutang merupakan pengalihan
piutang yang dilakukan berdasarkan akad wakâlah bil ujrah, yaitu pelimpahan kuasa oleh satu
pihak (al-muwakil) kepada pihak lain (al-wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan
pemberian keuntungan (ujrah).

Konsep anjak piutang (factoring) yang berdasarkan prinsip syariah sering dikatakan sama
dengan istilah hiwalah, karena secara operasional mirip dengan pelaksanaan hiwalah di
perbankan syariah. Hal ini dikemukakan oleh M. Syafi’i Antonio dalam bukunya Bank Syariah:
Dari Teori ke Praktik. Selain itu, hiwalah juga dikemukakan oleh Herry Sutanto dan Khaerul
Umam dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran Bank Syariah. Oleh karena itu,
perjanjian pengalihan piutang atau anjak piutang (factoring) dalam fikih muamalah disebut
dengan istilah hiwalah/ hawalah.
M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa hiwalah adalah pengalihan utang dari orang yang
berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Sedangkan menurut Zulkifli, hiwalah
adalah akad pemindahan piutang nasabah (muhil) kepada bank (muhal ‘alaih) dari nasabah lain
(muhal). Muhil meminta muhal ‘alaih untuk membayarkan terlebih dulu piutang yang timbul
dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhal akan membayar kepada muhal
‘alaih. Kemudian, muhal ‘alaih akan memperoleh imbalan jasa pemindahan. Untuk
mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan survey atas kemampuan
pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang
berhutang.

J. CONTOH SKEMA HIWALAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Berdasarkan skema di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Penyuplai (muhil) menjual barang kepada pembeli (muhal) secara pembiayaan (angsuran)
dengan jangka waktu pendek;

(2) Untuk kepentingan dana segar (cash flow), penyuplai (muhil) meminta persetujuan kepada
pembeli (muhal) untuk menjual piutang tersebut kepada perusahaan lembaga pembiayaan (yang
dalam hal ini perusahaan factoring) yang disebut dengan factor/ bank. Data mengenai piutang
yang berasal dari jual beli tersebut, oleh penyuplai (muhil) diteruskan atau dipindahkan kepada
factor/bank (muhal ‘alaih). Atas dasar itu, maka dibuatlah perjanjian factoring antara penyuplai
(muhil) dan factor/bank (muhal ‘alaih);

(3) Factor/bank (muhal ‘alaih) membayar kepada penyuplai (muhil) atas hutangnya pembeli
(muhal);

(4) Factor/bank (muhal ‘alaih) menagih kepada pembeli (muhal) terhadap barang tersebut;

(5) Setelah jatuh tempo, maka pembeli (muhal) membayar hutangnya kepada factor/bank (muhal
‘alaih).

Ketika merujuk pada Fatwa DSN Nomor 67/DSN-MUI/III/2008, akad yang digunakan
dalam anjak piutang secara syariah adalah wakalah bil ujrah, di mana pihak yang berpiutang
mewakilkan kepada pihak lain untuk melakukan pengurusan dokumen-dokumen penjualan
kemudian menagih piutang kepada pihak yang berhutang atau pihak lain yang ditunjuk oleh
pihak yang berhutang. Kemudian, pihak yang ditunjuk menjadi wakil dari yang berpiutang untuk
melakukan penagihan (collection) kepada pihak yang berhutang atau pihak lain yang ditunjuk
oleh pihak yang berhutang untuk membayar. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dapat Muhal
‘Alaih (Factor/ Bank) Muhil (Penyuplai) Muhal (Pembeli)106 Islamiconomic: Jurnal Ekonomi
Islam Vol.8 No.1 Januari - Juni 2017 memberikan dana talangan (qardh) kepada pihak yang
berpiutang sebesar nilai piutang. Atas jasanya untuk melakukan penagihan piutang tersebut,
pihak yang ditunjuk menjadi wakil dapat memperoleh ujrah/ fee. Sedangkan besarnya ujrah
harus disepakati pada saat akad dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk
prosentase yang dihitung dari pokok piutang.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pada prinsipnya anjak piutang syariah akan
memberikan manfaat pembayaran piutang lebih cepat dari jatuh tempo, menambah dana segar
perusahaan, dapat membantu peningkatan keuntungan yang merupakan sarana peralihan risiko
tagihan yang tidak bisa dicairkan, serta akan memberikan kesempatan kerja bagi perusahaan
factor untuk mendapatkan upah berupa ujrah.

K. PERBEDAAN ANJAK PIUTANG (FACTORING) SYARIAH DENGAN


KONVENSIONAL

konsep anjak piutang yang berdasarkan prinsip syariah, yang bertujuan untuk
menghindari dari praktik yang dilarang oleh hukum Islam seperti riba, gharar, dan maisir. Hal ini
juga memberikan kemudahan bagi para pelaku kegiatan anjak piutang untuk melaksanakan
kegiatan anjak piutang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. kegiatan anjak piutang diperbolehkan
selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, anjak piutang secara syariah
yang diatur dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 67 Tahun 2008 merupakan peraturan yang
berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad wakâlah bil ujrah. Penggunaan akad
wakâlah bil ujrah tersebut untuk membedakan anjak piutang syariah dengan anjak piutang
konvensional. Secara umum, perbedaan anjak piutang syariah dengan anjak piutang
konvensional, sebagai berikut:

ANJAK PIUTANG SYARIAH ANJAK PIUTANG KONVENSIONAL


Sumber hukum yang dijadikan acuan adalah Sumber hukum yang dijadikan acuan adalah
aturan syariah yang terkandung dalam al- Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang
Qur’an maupun Hadis, serta Fatwa Dewan Anjak Piutang
Syariah Nasional (DSN) Nomor
67/DSNMUI/III/2008 tentang Anjak Piutang
Syariah.
Pemberian balas jasa berupa ujrah/fee dengan Pemberian balas jasa berupa biaya yang
besar sesuai kesepakatan bersama. besarnya telah ditentukan oleh perusahaan
factor secara sepihak dengan acuan tingkat
diskonto/bunga. Nilai upah dihitung
berdasarkan presentase atas besarnya piutang
yang dialihkan
Transaksi perdagangan harus terbebas dari Bebas tidak ada ketentuan.
gharar, maysir, dan riba.
Objek penjualan antar supplier dengan Tidak ada batasan ketentuan objek
customer harus merupakan barang yang halal.
Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tidak ada pengawas, artinya tidak ada
yang mengontrol jalannya aktivitas anjak pengontrolan dalam mengoperasikan jasa anjak
piutang syariah sesuai atau tidaknya dengan piutang.
ketentuan Islam.
Akad yang dilakukan sesuai dengan prinsip Akad yang dilakukan berupa perjanjian yang
syariah berupa hiwalah, wakâlah bil ujrah, dan berpayung hukum negara tanpa menyesuaikan
qard. prinsip syariah
Dalam hal mengoperasikan anjak piutang Lebih diutamakan adalah profit
syariah harus mengutamakan prinsip ta’awun sebesarbesarnya
(tolong-menolong), kemudian
profit/keuntungan.
Menerapkan nilai-nilai keislaman dalam Tidak ada tuntutan hukum jelas yang mengatur
menjalankan anjak piutang syariah dengan kejujuran dalam menjalankan anjak piutang.
prinsip kejujuran yang akan menciptakan
suasana kepercayaan.
TAMBAHAN PENJELASAN (KALO DIPERLUKAN)
DAFTAR PUSTAKA

APRIANTO, N. E. K. (2017). Anjak Piutang (Factoring) Dalam Ekonomi Islam.


ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi Islam, 8(1), 95–110.
https://doi.org/10.32678/ijei.v8i1.59

Gunawan, B. (2001). Anjak Piutang : Sebuah Alternatif Memperoleh Dana Usaha. Jurnal
Akuntansi Dan Investasi, 2(2), 137–146.

Dasar Hukum Factoring (Anjak Piutang) (legalstudies71.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai