Anda di halaman 1dari 12

MODUL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Modul 3

Nyeri Odontogenik dan Nonodontogenik Orofasial

Disajikan pada Mahasiswa Semester Akhir 2019/2020

Disusun Oleh:

drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM(K)

PANDUAN UNTUK MAHASISWA


BLOK OROMAKSILOFASIAL I
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020


MODUL 3

Nyeri Odontogenik dan Nonodontogenik Orofasial

PENDAHULUAN

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya

kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan

emosional yang merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan. (International

Association for the Study of Pain)

Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas,

memiliki Nyeri hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.

Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama.

Nyeri kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan

dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti.

Nyeri orofasial umumnya disebabkan oleh penyakit yang berhubungan

secara lokal pada: gigi dan jaringan pendukungnya, rahang, antrum maksila, kelenjar

ludah, paring, serta mata. Sedangkan yang berhubungan dengan kelainan saraf

adalah: trigeminal neuralgia, tumor yang melibatkan saraf trigeminus,

glossoparingeal neuralgia, herpes zoster, dan SUNCT syndrome, untuk itu menurut

Gilkey SJ dan Plaza-Villegas F (2017) membagi nyeri orofasial atas nyeri

odontogenik orofasial dan nyeri nonodontogenik orofasial.

Modul nyeri odontogenik dan nonodontogenik orofasial merupakan bagian

dari tindakan dalam ilmu bedah mulut dan maksilofasial dalam bidang kedokteran
2


gigi yang disajikan pada blok 13. TIU dan TIK untuk modul ini disajikan pada

permulaan buku, agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami secara menyeluruh

tentang semua aspek nyeri orofasial. Modul ini membicarakan tentang pemahaman

dasar dan lingkup dari nyeri odontogenik dan nonodontogenik orofasial yang

bersumber dari; dental, rahang, temporomandibular joint (TMJ), kelenjar ludah,

sinus, dan penyebab dari saraf seperti; trigeminal neuralgia, glossoparingeal

neuralgia, post-herpetic neuralgia, idiopatik neuralgia, serta beberapa lesi yang

menyebabkan terjadinya trigeminal neuralgia adalah; traumatik, cerebrovascular

disease, multiple sclerosis, infeksi akibat HIV, inflamasi, neoplasia seperti

nasoparingeal tumor atau tumor pada antrum.

Modul ini terdiri dari satu skenario yang menggambarkan suatu nyeri

odontogenik dan nonodontogenik orofasial yang memerlukan tindakan penegakan

diagnosa, dan terapi medikamentosa yang sering dijumpai dalam praktik sehari-hari.

Diskusi, selain ditujukan pada inti permasalahan, juga hal-hal lain yang ada

hubungannya dengan nyeri odontogenik dan nonodontogenik orofasial. Dari diskusi

ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan semua aspek dan penanganan nyeri

odontogenik dan nonodontogenik orofasial dalam ilmu bedah mulut dan

maksilofasial kedokteran gigi.

Sebelum menggunakan buku ini, tutor dan mahasiswa harus membaca TIU

dan TIK dengan cermat agar diskusi tidak menyimpang dari tujuan, sehingga dicapai

kompetensi minimal yang diharapkan. Peran tutor dalam mengarahkan tutorial sangat

penting. Bahan diskusi, bisa diperoleh dari bahan bacaan yang tercantum pada akhir


setiap unit. Informasi dapat juga diperoleh dari para ahli melalui kuliah atau pada

pertemuan konsultasi antar kelompok mahasiswa serta diskusi dengan ahli yang

bersangkutan. Konsultasi dan kuliah pakar bisa diatur oleh mahasiswa dengan dosen

yang bersangkutan.

Penyusun mengharapkan buku modul ini dapat membantu mahasiswa dalam

mengatasi masalah nyeri orofasial.

Makassar, 2 Mei 2020

Penyusun

drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM(K)


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat mengerti, memahami dan

menjelaskan secara menyeluruh tentang semua aspek nyeri odontogenik dan

nonodontogenik orofasial serta pemahaman dasar dan lingkup dari nyeri orofasial

yang bersumber dari; dental, rahang, temporomandibular joint (TMJ), kelenjar ludah,

sinus, dan penyebab dari saraf seperti; trigeminal neuralgia, glossoparingeal

neuralgia, post-herpetic neuralgia, idiopatik neuralgia, serta beberapa lesi yang

menyebabkan terjadinya trigeminal neuralgia adalah; traumatik, cerebrovascular

disease, multiple sclerosis, infeksi akibat HIV, inflamasi, neoplasia seperti

nasoparingeal tumor atau tumor pada antrum.


TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :

1. Memahami semua aspek nyeri orofasial

2. Menjelaskan pemahaman dasar dan lingkup dari nyeri odontogenik dan

nonodontogenik orofasial yang bersumber dari; dental, rahang,

temporomandibular joint (TMJ) disorders , kelenjar ludah, sinus, penyebab dari

saraf, kanker, neuropatik pain disorders, vascular and nonvascular cranial pain

disorders, primary headache disorders, cervical pain disorders dan sleep

disorders.

3. Menjelaskan etiologi, patofisiologi dan gambaran klinis nyeri odontogenik

orofasial.

4. Menjelaskan etiologi, patofisiologi dan gambaran klinis nyeri nonodontogenik

orofasial.

5. Menjelaskan dan memahami pemeriksaan, diagnosis, differensial diagnosis dan

penatalaksanaan nyeri odontogenik orofasial.

6. Menjelaskan dan memahami pemeriksaan, diagnosis, differensial diagnosis dan

penatalaksanaan nyeri nonodontogenik orofasial.

7. Menjelaskan terapi medikamentosa nyeri odontogenik orofasial.

8. Menjelaskan terapi medikamentosa dan dapat merujuk nyeri nodontogenik

orofasial.


Skenario

Seorang wanita berusia 40 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi Mulut Unhas
dengan keluhan nyeri pada otot wajah kanan atas sekitar telinga, keluhan
nyeri dirasakan tumpul terkadang tajam seperti tertusuk, keluhan kadang
terasa saat makan atau menguap. Pembukaan mulut terbatas dan tampak
deviasi rahang bawah kearah kanan saat membuka dan atau menutup mulut
serta kadang berbunyi. Keluhan dapat juga dirasakan sakit pada kepala, otot
leher maupun otot bahu. Pasien pernah sakit gigi 37 dan dilakukan
perawatan saluran akar hingga tumpatan permanen. Keluhan nyeri dan
dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.

TUGAS UNTUK MAHASISWA



1. Setelah membaca dengan teliti skenario di atas, mahasiswa mendiskusikannya
dalam satu kelompok diskusi yang terdiri dari 12-15 orang, dipimpin oleh
seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih oleh mahasiswa sendiri. Ketua
dan sekretaris ini sebaiknya berganti-ganti pada setiap kali diskusi. Diskusi
kelompok ini bisa dipimpin oleh tutor atau secara mandiri.
2. Melakukan aktivitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan
menggunakan buku ajar, jurnal, slide, tape atau video, dan internet untuk
mencari informasi tambahan.
3. Melakukan diskusi kelompok mandiri (tanpa tutor), melakukan curah pendapat
bebas antar anggota kelompok untuk menganalisa dan atau mensintese
informasi dalam menyelesaikan masalah.
4. Melakukan penilaian atas pelaksanaan tutorial.
5. Berkonsultasi pada nara sumber yang ahli pada permasalahan dimaksud untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam (tanya pakar).
6. Mengikuti kuliah khusus (kuliah pakar) dalam kelas untuk masalah yang belum
jelas atau tidak ditemukan jawabannya.
7. Melakukan praktikum di Laboratorium Keterampilan Klinik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
7


PROSES PEMECAHAN MASALAH

Dalam diskusi kelompok, mahasiswa memecahkan problem yang terdapat dalam
skenario ini, dengan melakukan 7 langkah di bawah ini:
1. Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario di atas, dan tentukan kata
kunci.
2. Identifikasi problem penting dalam skenario di atas, dengan membuat pertanyaan
penting.
3. Analisa problem-problem tersebut dengan brain storming.
4. Urutkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas kasus di
atas.
Langkah 1 sd 5 dilakukan dalam diskusi pertama bersama tutor.

6. Cari informasi tambahan tentang kasus di atas di luar kelompok tatap muka.
Langkah 6 dilakukan dengan belajar sendiri atau diskusi berkelompok tidak
dengan tutor.
7. Laporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi yang baru ditemukan.
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok diskusi dengan tutor.

JADWAL KEGIATAN

1. Pertemuan pertama dalam kelas besar, untuk dinamika, menjelaskan tentang cara
penyelesaian modul, dan membagi kelompok diskusi.
Mahasiswa belajar mandiri atau berkelompok untuk memilih ketua dan penulis
kelompok.
2. Pertemuan kedua, kelompok diskusi dipimpin oleh mahasiswa untuk
menyelesaikan langkah 1 sd 5


3. Pertemuan ketiga, mahasiswa belajar mandiri baik sendiri atau berkelompok
untuk mencari informasi baru.
4. Pertemuan keempat: mahasiswa melaporkan hasil diskusi dan mensintese
informasi yang baru ditemukan.
5. Pertemuan terakhir : dilakukan dalam kelas besar dengan bentuk diskusi panel
untuk melaporkan hasil diskusi masing-masing kelompok dan menanyakan hal-
hal yang belum terjawab pada ahlinya (temu pakar).

TIME TABLE
PERTEMUAN
I II III IV V

Tutorial I Mandiri Tutorial II Mandiri Panel Diskusi

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Diskusi kelompok yang diarahkan tutor

2. Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor

3. Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan dimaksud untuk

memperoleh pengertian yang lebih mendalam

4. Kuliah khusus dalam kelas

5. Aktifitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan buku

ajar, jurnal, slide, tape atau video, dan internet.

6. Clinical Skills laboratory


LEMBAR KERJA

1. Kalimat / kata kunci.


2. Pertanyaan-pertanyaan penting

10


3. Tujuan pembelajaran pada kasus

4. Jawaban pertanyaan

11


BAHAN BACAAN

1.MASALAH
Joint Commission on accreditation of Healthcare Organizations. Pain: current
understanding of assessment, management, and treatments. National
Pharmaceutical Council, Inc; 2001.
2. Wallace MS, Staats PS. Pain medicine and management: just the facts.
McGraw-Hill; 2005.
3. National Institute of Health Warren Grant Magnuson Clinical Center. Pain
intensity instruments: numeric rating scale; 2003.
4. Wong D, Whaley L. Clinical handbook of pediatric nursing. Edisi ke-2. St.
Louis: C.V. Mosby Company; 1986. h. 373.
5. Ambuel, Hamlett KW, Marx CM, Blumer JL. Assessing distress in pediatric
intensive care environments: the COMFORT Scale. J Paed Psych.
1992;17:95-109.
6. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Health care guideline:
assessment and management of acute pain. Edisi ke-6. ICSI; 2008.
7. Pain Management Task Group of the Hull & East Riding Clinical Policy
Forum. Adult pain management guidelines. NHS; 2006.
8. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Health care guideline:
assessment and management of chronic pain. Edisi ke-5. ICSI; 2011.
9. Argoff CE, McCleane G. Pain management secrets: questions you will be
asked. Edisi ke-3. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2009.
10. Gilkey SJ dan Plaza-Villegas F. Evaluation and management of orofacial pain.
Journal of the American Academy of Physician Assistants. 2017;3(2):16-11
11. Reny de Leeuw. Orofacial Pain; guideline for assessment, diagnosis and
management. Edisi 4. American Academy of Orofasial Pain. Quintessence
Publishing Co. Chicago.
12. Benoliel R, May Arne, Svensson P. International Classification of Orofacial
Pain, 1st edition (ICOP). Cephalalgia An International Journal of Headache.
2020;40(2):129-221

12

Anda mungkin juga menyukai