Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS

TEMPOROMANDIBULAR DISORDER

Pembimbing: Drg. Erwid .F

Disusun Oleh:

YF. Indah Permata Sari 112110236

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2017
LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI PASIEN :

Nama : Z

Jenis Kelamin : Perempuan

Bangsa : Indonesia

Alamat : Banget Ayu, Semarang

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

INFORMASI MEDIS

Golongan darah : -

Hipertensi : Diketahui tidak ada kelainan

Penyakit jantung : Diketahui tidak ada kelainan

Penyakit diabetes : Diketahui tidak ada kelainan

Haemofilia : Diketahui tidak ada kelainan

Hepatitis : Diketahui tidak ada kelainan

Penyakit lainnya : Diketahui tidak ada kelainan

Alergi terhadap obat : Diketahui tidak ada kelainan

Alergi terhadap makanan : Tidak Ada

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

C hie f C om plain : Pasien datang dengan keluhan rahang sebelah kanan berbunyi

klik-klik saat membuka dan menutup mulut.

Anamnesa : Pasien datang dengan keluhan rahang sebelah kanan berbunyi klik-klik

saat membuka dan menutup mulut. Pasien merasakan bunyi kliking kurang

lebih sejak 3 tahun yang lalu saat mulai kuliah. Pasien merasakan banyaknya
tugas kuliah, sehingga posisi tidur pasien mulai miring dan setiap bangun

tidur pasien dalam keadaan miring ke kanan. Awalnya pasien merasa bunyi

klikingnya sedikit, tetapi lama kelamaan pasien menyadari bunyinya

semakin keras. Pasien juga mengeluh saat mengunya terlalu lama terasa

capek pada bagian kanan. Dulunya pasien sering mengunyah pada sisi

kanan, tetapi sekarang sudah dibiasakan untuk mengunyak kanan kiri. Pasien

mengaku ibu pasien juga merasakan adanya bunyi klik-klik.

Present Illness : - Inspeksi: Asimetri


Palpasi: - Nyeri (-)
- Trismus (-)

- Krepitasi (-)

- Auskultasi: Kanan (+), Kiri (-)

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

GENERAL Jasmani : sehat

Rohani : komunikatif dan kooperatif

Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : 120/80 mm/hg Nadi : 66 X/menit

Berat badan: 49 Kg Respiration rate : 22 X/menit

Temperatur: tdl Tinggi badan : 160 cm

Personal history

Ditemukan tidak ada kelainan


Foto Klinis
Latreal kiri : 2,6 mm

Foto Rontgen Panoramic dan TMJ


Terdapat defleksi ke kiri saat membuka dan menutup mulut

Diagnosis : Anterior disk displacement dengan reduksi

Rencana perawatan : - Edukasi pasien

Jaw exercise

Kunjungan I

S : Pasien datang dengan keluhan rahang sebelah kanan berbunyi klik-klik saat membuka

dan menutup mulut. Pasien merasakan bunyi kliking kurang lebih sejak 3 tahun yang lalu

saat mulai kuliah. Pasien merasakan banyaknya tugas kuliah, sehingga posisi tidur pasien

mulai miring dan setiap bangun tidur pasien dalam keadaan miring ke kanan. Awalnya

pasien merasa bunyi klikingnya sedikit, tetapi lama kelamaan pasien menyadari bunyinya

semakin keras. Pasien juga mengeluh saat mengunya terlalu lama terasa capek pada

bagian kanan. Dulunya pasien sering mengunyah pada sisi kanan, tetapi sekarang sudah

dibiasakan untuk mengunyak kanan kiri. Pasien mengaku ibu pasien juga merasakan

adanya bunyi klik-klik.

Keadaan umum pasien : baik

TD : 120/70
RR : 22 x/menit
Nadi : 66 x/menit

O : Inspeksi: Asimetri

- Palpasi: Nyeri (-)

- Trismus (-)

- Krepitasi (-)

- Auskultasi: Kanan (+), Kiri (-)

manual function analysis :


Oklusi : 0 mm

A: TMD

P:

- Edukasi pasien untuk:

1. Melakukan latihan rahang membuka mulut maksimal di depan cermin dengan

memastikan gerak membuka dan menutup mulut dengan alur yang lurus

2. Melakukan latihan ragang dengan gerakan lateral dan protrusive.

3. Membiasakan mengunyah makanan dengan dua sisi

Untuk poin 1 dan 2 dilakukan latihan selama 2-3 menit dengan frekuaensi 2-3 kali

sehari selama 2-3 bulan.


PERTANYAAN KRITIS

1. Etiologi TMD

2. Tanda dan Gejala TMD

3. Klasifikasi TMD

4. Pemeriksaan TMD

5. Penatalaksanaan TMD

ETIOLOGI TEMPOROMANDIBULAR DISORDER (TMD)

Gangguan sendi temporomandibula dapat ditimbulkan oleh banyak faktor

tanpa ada satu pun faktor yang bersifat spesifik, sehingga seringkali perawatan

gangguan sendi temporomandibula bersifat menghilangkan gejala bukan penyebab

timbulnya gangguan.3Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan dengan seksama

sebelum dapat menegakkan diagnosis dan menyusun rencana perawatan yang tepat. 1-4

Gerakan rahang yang normal pada aktivitas pengunyahantidak hanya ke atas

dan ke bawah, tetapijuga ke samping. Pergerakan rahang ini jugadidukung oleh

aktifitas otot-otot leher danunggung, serta berhubungan pula denganaktivitas otot-otot

di sekitar sendi. Kondisi gigigeligiyang tersusun dengan baik padalengkung geligi

akan menempatkan kedua kondilus berada pada bagian tengah disku artikularis.

Keadaan ini akan menyebabkan fungsi pengunyahan dapat berlangsung dengan

efektif.1

Adanya gangguan pada salah satu komponen di atas akan mempengaruhi

komponen lain yang mengakibatkan gangguan pada fungsi pengunyahan. Kasus

kehilangan gigi, terutama yang melibatkan gigi belakang dapat merupakan salah satu

penyebab terjadinya gangguan pada gerakan penguyahan yang akan berlanjut pada

gangguan sendi rahang yang disebutTMJ disorder. TMJ disorder disebut juga TMD
sering ditemukan dalam praktek dokter gigi sehari-hari. TMD merupakan istilah yang

digunakan untuk mengenali sejumlah masalah klinis yang meliputi otot-otot

mastikasi, TMJ atau keduanya. TMJ merupakan salah satu sendi yang paling

kompleks pada tubuh dan merupakan tempat dimana mandibulaberartikulasi dengan

kranium .Artikulasi tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang disebut

sendi ginglimoid dan pada saat bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang

diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial. TMJ terletak di bawah telinga, merupakan

sendi yang menyatukan rahang bawah (mandibula)dengan rahang atas (tulang

temporal). Sendi ini merupakan persendian yang unik karena bersifat bilateral.

Mandibula merupakan kesatuan tulang yang berhubungan dengantulang temporal

pada dua tempat, danbersifat simetris. Ujung dari mandibula ini membulat yang

disebut kondil.6,7

TANDA DAN GELAJA TMD

Tanda dan gejala TMD Tanda dan gejala klinis tentang TMD dapat

dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut struktur yang terpengaruhi, yaitu: otot,

TMJ dan gigi geligi.

a. Gangguan fungsional pada otot Gangguan fungsional pada otot pengunyah

mungkin merupakan keluhan TMD yang paling umum. Umumnya gangguan

fungsional pada otot dikelompokkan dalam kategori besar yang disebut masticatory

muscle disorder, berupa dua gejala utama yang dapat diamati yaitu rasa sakit dan

disfungsi. Keluhan yang paling umum dari pasien masticatory muscle disorder adalah

rasa sakit pada otot, yang berkisar dari ketidaknyamanan ringan hingga berat. Rasa

sakit yang dirasakan pada jaringan otot disebut myalgia. Myalgia dapat diakibatkan

oleh meningkatnya penggunaan otot. Gejala sering berkaitan dengan perasaan lelah

otot dan ketegangan otot, yang dikaitkan dengan vasokontriksi arteri nutrien yang
relevan dan akumulasi produk-produk limbah metabolik dalam jaringan otot (muscle).

Di daerah iscemik otot melepaskan zat algogenic (bradykinin, prostaglandin) yang

menyebabkan sakit pada otot.10 Disfungsi adalah gejala klinis umum yang berkaitan

dengan masticatory muscle disorder biasanya disfungsi dianggap sebagai

berkurangnya kisaran gerakan mandibula. Jika jaringan otot digunakan secara

berlebihan, maka kontraksi akan meningkatkan rasa sakit. Oleh karena itu, untuk

mempertahankan kenyamanan pasien membatasi gerakan dalam kisaran yang tidak

meningkatkan rasa sakit. Secara klinis ini disebut sebagai ketidakmampuan untuk

membuka lebar. Pada beberapa penyakit myalgia, pasien masih dapat membuka lebar

secara perlahan, rasa sakit masih terjadi dan mungkin menjadi semakin

memburuk.10,11 Keseluruhan masticatory muscle disorder secara klinis memberikan

gambaran yang tidak sama, perawatan pada masingmasing jenis juga berbeda.

Kebanyakan gangguan otot ini terjadi dan berkembang dalam waktu relatif pendek.

Jika kondisikondisi itu tidak diatasi, bisa banyak terjadi gangguan sakit kronis.

Masticatory muscle disorder kronis menjadi lebih rumit, dan perawatannya berbeda

dibanding yang akut. Oleh karena itu, penting untuk mampu mengidentifikasi

gangguan otot akut dan gangguan otot kronis sehingga dapat dilakukan terapi dengan

tepat. Fibromyalgia adalah salah satu contoh gangguan myalgic cronics yang terjadi

sebagai masalah penyakit muskuloskeletal sistemik, ini perlu diketahui oleh dokter

gigi dan ditangani dengan baik melalui rujukan ke staf medis yang ahli

. b. Gangguan Fungsional pada TMJ Gangguan fungsional TMJ mungkin

merupakan temuan yang paling banyak ketika melakukan pemeriksaan pasien atas

disfungsi otot pengunyahan. Kebanyakan gangguan fungsional TMJ tidak

menimbulkan rasa sakit, sehingga pasien membiarkannya. Dua gejala utama masalah

TMJ adalah nyeri dan disfungsi.1 Timbulnya bunyi pada sendi merupakan disfungsi
TMJ yang dapat dibagi atas dua jenis, yaitu rubbing sound, dan clicking souond. Pada

kebanyakan kasus suara kliking pada TMJ 70-80 % disebabkan oleh disk

displacement dengan berbagai tingkatan dan arah, tetapi sebagian besar pada arah

anteromedial.8 Fenomena ini dapat digambarkan sebagai suatu interferensi terhadap

gerak translatori kondilus dan meniscus (diskus) selama gerakan menutup dan

membuka mandibula. Lingir superior pada kondilus memungkinkan terjadinya

interfensi antara kondilus dan meniscus sewaktu keduanya bergerak. Normalnya ,

aktifitas otot adalah sedemikian sehingga meniscus yang fleksibel bergerak mulus

antara kondilus dan eminentia. Jika posisi awal kondilus berubah (misal akibat

perubahan pola oklusi), arah gerakannya bisa berubah dan zona posterior yang lebih

tebal sementara terjebak antara kondilus dan eminentia. Respon neuromuskular

biasanya menghasilkan gerak adaptasi yang dibutuhkan untuk menyempurnakan

gerak membuka mulut. Penyimpangan gerak untuk menghindari kliking akan terjadi

dan muncul rentetan lebih lanjut dari kliking dan gerak adaptasi, pada kelompok yang

mengalami kliking terdapat penyimpangan pola gerakan dibanding pada kelompok

sehat. Tidak adanya serabut nyeri pada meniskus, membuat kliking jarang sekali

menimbulkan nyeri, tetapi jika resistensi meningkat (misalnya viskositas cairan

sinovial), melanjutkan gerak membuka bisa mengakibatkan robeknya serabut otot

(pterigoideus lateralis), sehingga timbul nyeri dan kekakuan sebagai gejala yang

menyertainya.11 Kliking umumnya terjadi selama gerak membuka mulut, tetapi juga

bisa terjadi sesaat sebelum menutup mulut ketika diskus bergerak kebelakang pada

arah yang sudah berubah. Kliking dapat dihilangkan dengan membuka atau menutup

mandibula pada sumbu retrusi atau dengan meletakkan bidang gigit (bite plane)

berkontak dengan gigi incisivus bawah tepat sebelum gerak menutup. Perubahan pola

oklusi adalah salah satu penyebab terjadinya kliking. Penyebab lainnya adalah gerak
mandibula yang berlebihan dan mendadak yang mengakibatkan pergerseran diskus

atau clenching pada gigi yang berkepanjangan sehingga pembukaan berubah akibat

kelelahan otot. Kliking juga bisa terjadi secara intermiten pada remaja akibat gerak

adaptasi waktu pertumbuhan sedang berlangsung, keadaan ini bisa dihindari dengan

menutup dan membuka pada sumbu retrusi. Watt mengklasifikasikan bunyi sendi

menjadi kliking dan krepitus, kemudian keduanya dikelompokkan menjadi lunak dan

keras tergantung kualitasnya. Selanjutnya juga diklasifikasikan menjadi initial,

intermediate dan terminal, tergantung posisi rahang pada saat terjadinya kliking.

Kliking keras mungkin mengindikasikan adanya kelainan sendi yang biasa diikuti

dengan krepitus keras yang menunjukkan adanya cacat spesifik pada permukaan

sendi.9

Berdasarkan penyebab terjadinya kliking menurut dapat dibedakan/

diklasifikasikan menjadi :12

1) Kelompok 1 : a) Lateral dan/atau medial ligament

b) Hipermobilitas diskus.

2) Kelompok 2 : a) Partial disk displacement.

b) Total disk displacement

3) Kelompok 3 : a) Disk displacement dengan perlengketan.

b) Hipertropi cartilage

4) Kelompok 4 : a) Disk displacement dengan reposisi terminal.

b) Hipermobilitas kondilus

c. Gangguan fungsional pada gigi - geligi Seperti halnya otot dan sendi, gigi

geligi juga dapat menunjukkan tanda dan gejala gangguan fungsional.

Salah satunya adalah kerusakan pada struktur pendukung gigi geligi.

Tanda yang timbul berupa mobilitas gigi yang terlihat secara klinis sebagai
gerakan tidak biasa dari gigi terhadap soketnya. Hali ini dapat disebabkan

oleh hilangnya tulang pendukung dan tekanan oklusal yang tidak wajar.12

Hingga saat ini tanda yang paling umum berhubungan dengan gangguan

fungsional gigi adalah tooth wear. Ditandai dengan area mendatar yang

mengkilat pada gigi yang tidak sesuai dengan bentuk alami oklusal gigi.

Area ini disebut wear facet. Meskipun wear facet sering ditemukan pada

pasien, tetapi jarang dilaporkan. Tooth wear merupakan bentuk

predominan dari aktivitas parafungsional, dapat ditentukan dengan

observasi lokasi terbanyak wear facet. Jika tooth wear dihubungkan

dengan aktivitas parafungsional, maka secara logika akan ditemukan pada

permukaan gigi fungsional (seperti cusp lingual maxilla, cusp buccal

mandibula). Melalui pemeriksaan pada pasien ditemukan bahwa

kebanyakan tooth wear berasal dari kontak eksentrik gigi yang dihasilkan

oleh tipe bruxing.1

KLASIFIKASI TMD

A.gangguan artikular

- Bawaan atau perkembangan


Gangguan kelainan lengkung rahang : spasm microsomia,Sindrom Treacher

Collins, microsomia wajah bilateral,hiperplasia condylar,Idiopatik resorpsi

condylar (condylysis)
- Disk-derangement disorders
Displacement with reduction Displacement without reduction (closed lock)

Perforation
- gangguan sendi degeneratif : Inflamasi: capsulitis, sinovitis, polyarthritides

(rheumatoid arthritis, Psoriatic arthritis, ankylosing spondylitis, sindrom Reiter,

gout), Noninflammatory: osteoarthritis


- trauma
Luka memar,perdarahan intracapsular, Fraktur
- TMJ hipermobilitas
kelemahan sendi , Subluxation, Dislokasi
- TMJ hypomobility
Trismus, Terapi fibrosis postradiasi, Ankilosis: True ankilosis (tulang atau

fibro-osseus), pseudoankylosis
- Infeksi
- Neoplasia (American Academy of Orofacial Pain)

B. gangguan otot pengunyahan

gangguan nyeri myofascial ,mialgia lokal, myositis, myospasm, contracture

Myofibrotic, neoplasia

PEMERIKSAAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER (TMD)

Tanda dan gejala Temporomandibular Disorders (TMD) sangat umum

ditemukan. Beberapa diantaranya muncul sebagai gejala yang signifikan sehingga

pasien berusaha untuk mencari pengobatan. Namun banyak juga yang tidak

memberikan gejala yang jelas sehingga diabaikan oleh pasien.

a. Anamnesis

Tujuan anamnesis dan pemeriksaan penyaring adalah untuk identifikasi pasien

dengan tanda dan gejala subklinis dimana pasien mungkin tidak berhubungan dengan

gangguan yang diderita, namun umumnya terkait dengan gangguan fungsional system

pengunyahan (contohnya sakit kepala, telinga). Anamnesis penyaring terdiri dari

beberapa pertanyaan yang akan membantu orientasi klinisi pada TMD. Beberapa

pertanyaan dapat ditanyakan secara langsung oleh klinisi atau dapat dimasukkan

sebagai pelengkap dalam kuesioner kesehatan umum dan gigi pasien sebelum masuk

ke ruang periksa dokter gigi.

Klinisi dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada pasien untuk

mengidentifikasi gangguan fungsional:

1) Apakah kesulitan atau merasa nyeri saat membuka mulut (misalnya saat
menguap) ?

2) Apakah merasa rahang seperti melekat satu sama lain, seperti terkunci, atau

seperti macet ?

3) Apakah merasa kesulitan atau nyeri saat mengunyah, berbicara, atau

menggerakkan rahang ?

4) Apakah sendi rahang mengeluarkan suara berisik ?

5) Apakah sering merasa rahang kaku, kencang, atau lelah ?

6) Adakah merasa nyeri di dalam atau di sekitar telinga, pada pelipis, atau

pipi?

7) Adakah sakit kepala, sakit leher, atau sakit gigi yang berulang?

8) Pernahkah mengalami trauma kepala, leher, atau rahang akhir-akhir ini?

9) Pernahkah mengalami perubahan saat menggigit akhir-akhir ini?

10) Pernahkah berobat untuk nyeri wajah atau masalah sendi rahang yang sulit

dijelaskan ?

b. Pemeriksaan Klinis

Setelah riwayat diperoleh melalui diskusi mendalam dengan pasien, maka

dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis melaluipemeriksaan TMJ. Pemeriksaan akan

mengidentifikasi berbagai variasi dari system mastikasi yang normal, sehat beserta

fungsinya.Pemeriksaan TMJ dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (gambaran radiograf). Pemeriksaan fisik pada TMJ adalah

mengukur jarak perpindahan mandibula, palpasi, dan deteksi bunyi sendi (auskultasi

TMJ). Pemeriksaan jarak perpindahan mandibular tersebut dilakukan untuk

mengetahui apakah ada kesulitan/keterbatasan saat mandibular digerakkan. Sementara

itu, pemeriksaan palpasi dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan pergerakan sendi

dan ada atau tidaknya rasa nyeri saat dilakukan palpasi. Sedangkan, pemeriksaan
auskultasi bertujuan untuk mengetahui bunyi sendi yang ditimbulkan akibat adanya

kelainan TMJ. Pemeriksaan auskultasi TMJ ini dapat menggunakan light digital

palpation atau menggunakan stetoskop. Pada pemeriksaan standar TMJ dokter gigi

menggunakan stetoskop untuk mendeteksi adanya bunyi TMJ.

PENATALAKSANAAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER (TMD)

Tujuan utama penatalaksannaan pasien dengan TMD adalah mengurangi rasa

sakit dan gelisah, mengurang aktivitas fungsional dan parafungsional yang

menimbulkan kelainan, memperbaiki fungsi normal secara rasional, serta penerusan

aktivitas normal sehari-hari.5 secara umum pilihan terapi pada pasien gangguan sendi

temporomandibula adalah konseling dan edukasi pasien, manajemen perilaku dan

psikologis, farmakoterapi, terapi fisik, alat ortodontik, terapi oklusal dan

pembedahan.1,2,4,5 Pada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari terapi yang dilakukan

seringkali lebih dari satu atau bersifat kombinasi. Seperti terapi latihan rahang dan

terapi dingin.7 rangsang pada oto terbukti dapat memperbaiki aktivitas

elektromiografik (EMG) pada pasien dengan oto skeletal yang mengalami kontraksi

(spasme).8 otot yang tidak digunakan tidak hanya akan kehilangan kekuatannya kibat

atrofi tetapi juga akan memendek akibat kontraksi. Dengan demikian aktivias normal

otot-otot pengunyahan yang mengalami spasme hendaknya dipertahankan selama

tidak menimbulkan rasa sakit atau masih dalam batas toleransi pasien.8 latihan rahang

didesain untuk meningkatkan koordinasi otot, menegndurkan otot-otot yang tegang,

meningkatkan jangkauan pergerakan mandibular, meningkatkan kekuatan otot

mengembalikan koordinasi normal kompleks sendi temporomandibula, stabilitas

TMJ, dan pada akhirnya mengurangi rasa sakit.1,5,9,10


Berhasil tidaknya terapi latihan rahang tergantung kepada motvasi dan

kerjasama pasien. Untuk mendapatkan manfaat hendaknya dilakukan selama 2-3

menit dengan frekuensi latihan 2-3 kali sehari. Pada kebanyakan kasus diperlukan

waktu antara 2-3 bulan sampai hasil yang menggembirakan baik secara objektif

maupun subjektif. Terdapat 4 tipe latihan rahang yaitu latihan otot pasif, berupa

latihan buka mulut maksimal yang dilakukan didepan cermin untuk memastikan gerak

buka mulut memiliki alur yang lurus, gerak lateral serta gerak protusif. Latihan ini

dimaksud untuk mengatasi keterbatasan gerak rahang, meningkatkan koordinasi otot,

relaksasi otot yang tegang serta mengembalikan panjang dan fungsi normal otot. 1,2

Latihan oto juga dapat dilakukan dengan bantuan operator dan obat-obatan yang

bersifat muscle relaxant bila pasien tidak mampu untuk melakukan latihan rahang

secara mandiri.2 Latihan rahang ketiga berupalatihan otot dengan hambatan, dilakukan

dengan maksud menambah relaksasi otot yang kerjanya berlawanan dengan kerja otot

utama, misalnya pada saat gerak buka mulut; yang aktif adalah otot depressor. Dengan

adanya hambatan selama buka mulut otot lvator akan makin rileks. Demikian pula

sebaliknya latihan rahang yang terakhir adalah latihan rahang postural berupa

pengembalian posisi kepala dan leher yang normal terhadap bahu.2


REFLEKSI KASUS

Gangguan sendi temporomandibula atau temporomandibular disorder (TMD)

adalah suatu kumpulan gejala yang melibatkan sendi rahang dan otot di daerah

orofasial. Gangguan ini memiliki gejala klinis khas berupa rasa nyeri pada sendi

rahang, nyeri pada daerah wajah, bunyi sendi ketika membuka mulut, rasa tidak

nyaman ataupun rasanyeri ketika menggigit dan mengunyah makanan, serta gerak

rahang yang terbatas atau di luar jalur buka-tutup mulut normal (terdapat deviasi pada

buka-tutup mulut). Pada kasus ini, pasien memiliki keluhan terdapat bunyi klik

pada saat membuka mulutnya sejak 1 tahun lalu. Dari pemeriksaan klinis pasien

memiliki gangguan pergerakan rahang berupa deflesi ke kiri pada saat membuka

mulut, tidak ada trismus. Pada kasus ini, tidak ada treatment yang dapat dilakukan

karena gangguan tersebut memang tidak dapat diobati ataupun diberikan terapi namun

hanya dapat dikurangi keluhan dari pasien. Pasien diedukasi untuk menghilangkan

kebiasaan buruknya, yaitu mengunyah sebelah sisi dan kebiasaan tidur miring sebalah

sisi. Pasien juga diinstruksikan untuk melakukan latihan otot rahang selama 2-3 menit

dengan frekuensi 2-3 kali sehari selama 2-3 bulan.


DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Orofacial Pain.9 TMJ denotes temporomandibular

joint.
2. Okeson J.P, Management ofTemporomandibular Disorders andOcclusion, 1998, Toronto: C.V.

MosbyCompany.
3. Neil, Mc. Cranio-Mandibular(Temporomandibular Joint) Disorders theState of the Art: Part

II, AcceptedDiagnosis and Treatment Modality, Journalof Prosthetic Dentistry, 1983.


4. Suryonegoro, H. PencitraanTemporomandibular Disorder:

Clicking.http://hapynfun.blogspot.com/2008/02/pencitraan-temporomandibular

-discorder.html. 2008. [26 Oktober 2011]


5. Neill, Mc. Kelainan KraniomandibulaPedoman bagi Evaluasi, Diagnosisi

danPenatalaksanaan. Alih Bahasa : HaryantoA. G. 1993. Jakarta : Widya Medika


6. Elias, S. Pemakaian Splin Oklusal untukMengatasi Gangguan Sendi Temporo-Mandibular.

Majalah Ilmiah KedokteranGigi. 2002. Edisi Khusus FORIL Oktober.


7. Anggraini, W. 2002. Tinjauan AnatomiNyeri Intrakapsular dan Ekstrakapsularpada TMJr.

Majalah Ilmiah KedokteranGigi. Edisi Khusus FORIL Oktober


8. Geocities. TMJ Sound.http://www.geocities.com/capecanaveral/8462/TMJ03.HTM?

200817/Detailedanalysi of TMJ sounds. 2008. [26 Oktober2011]


9. Bell WE, 1982, Clinical Management ofTemporomandibular Disorders, Year BookMedical

Pub.Chicago.
10. Liebgott, B. Dasar-Dasar AnatomiKedokteran Gigi. Edisi Revisi. Penerjemah :Yuwono. 1994.

Jakarta : EGC
11. Watt , D.M., Gnatosonic Diagnosis andOcclusal Dynamics, 1980 , Praeger: Sussex
12.Dawson, Evaluation, Diagnosis, andTreatment of Occlusal Problems, 1989,

Anda mungkin juga menyukai