Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dokter keluarga adalah cabang kedokteran komunitas yg memberi perhatian
khusus terhadap kesehatan keluarga sebagai sebuah unit. Kedokteran Keluarga
merupakan ilmu yang menekankan pentingnya pemberian pelayanan kesehatan
yang personal, primer, komprehensif dan berkelanjutan (continuing) kepada
individu dalam hubungannya dengan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.
Kedokteran Keluarga menekankan keluarga sebagai unit sosial yang memberikan
dukungan kepada individu. Masalah kesehatan pasien sering disebabkan oleh
masalah pada keluarga dan masalah kesehatan pasien dapat menyebabkan masalah
kesehatan keluarga.
Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada prevalensi
di negara lainnya. The National Arthritis Data Workgroup (NADW)
memperkirakan penderita osteoartritis di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27
juta yang terjadi pada usia 18 tahun keatas. Data tahun 2007 hingga 2009
prevalensi naik sekitar 1 dari 5 atau 50 juta jiwa yang didiagnosis dokter menderita
osteoartritis (Murphy dan Helmick, 2012). Estimasi insiden osteoartritis di
Australia lebih besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki dari semua
kelompok usia yaitu 2,95 tiap 1000 populasi dibanding 1,71 tiap 1000 populasi
(Woolf dan Pfleger, 2003). Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2 teratas
sebagai negara dengan epidemiologi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-turut
5.650 dan 8.145 jiwa yang menderita osteoartritis lutut (Fransen et. al, 2011). Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara pada usia ≥ 15
tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%. Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA tertinggi yaitu
sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar
9% sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27%
(Riskesdas, 2013). Sekitar 32,99% lansia di Indonesia mengeluhkan penyakit
degeneratif seperti asam urat, rematik/radang sendi, darah tinggi, darah rendah, dan
diabetes (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013). 56, 7%
pasien di poliklinik rheumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

1
didiagnosis menderita osteoartritis (Soenarto, 2010). Gejala OA lutut lebih tinggi
terjadi pada wanita dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan 10% pada
laki-laki. Murphy, et.al mengestimasikan risiko perkembangan OA lutut sekitar
40% pada laki-laki dan 47% pada wanita. Oliveria melaporkan rata-rata insiden OA
panggul, lutut dan tangan sekitar 88, 240, 100/100.000 disetiap tahunnya. Insiden
tersebut akan meningkat pada usia 50 tahun keatas dan menurun pada usia 70 tahun
(Zhang dan Jordan, 2010). Studi kohort di Framingham, 6,8% orang berusia 26
tahun ke atas memiliki gejala osteoartritis pada tangan dengan rata-rata laki-laki
3,8% dan wanita 9,2%. NADW memperkirakan 13 juta populasi di Amerika yang
berusia 26 tahun keatas memiliki gejala OA pada tangan, OA pada lutut
diperkirakan sebanyak 9,3 juta (4,9%) dan OA pada panggul sebanyak 6,7%.
Johnston Country Osteoarthritis (JoCo OA) Project, sebuah studi tentang OA pada
lutut dan panggul 43,3% pasien mengeluhkan rasa nyeri dan kekakuan pada sendi.
Hal ini disebabkan penebalan pada kapsul sendi dan perubahan bentuk pada
osteofit (Murphy dan Helmick, 2012).

1.2 Tujuan

a) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi


kesehatan di salah satu keluarga di daerah tersebut.
b) Untuk merencakan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan taraf kesehatan bagi keluarga tersebut.
c) Untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
d) Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan
kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita penyakit.
Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya hidup
apakah telah mendukung pengobatan farmakologi atau tidak.

2
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. M Febrian R

Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 9 Februari 1959

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Bhayangkara Blok E26, Benda Baru

Tanggal Kunjungan : 13 Januari 2019

2.2 ANAMNESA

 Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kiri sejak 3 bulan sebelum pasien datang ke puskesmas.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lutut kiri sejak 3 bulan sebelum
pasien datang ke puskesmas. Awalnya nyeri masih bisa ditahan oleh pasien,
lama-kelamaan pasien merasakan susah untuk melakukan sholat karna nyeri.
Nyeri tidak hilang saat pasien istirahat. Saat di pertama kali digerakan pasien
sudah merasakan nyeri pada lutut kirinya. Pasien juga merasakan ada kekakuan
di pagi hari hanya pada lutut kirinya. Kemerahan dan bengkak disangkal. Pasien
juga sering mengangkat galon air untuk minum dirumahnya sendiri. Tidak ada
keluhan saat buang air kecil maupun buang air besar. Pasien juga sering
mengeluhkan ada perasaan tidak enak di perutnya tapi tidak sampai muntah.
Demam, batuk, pilek, sesak, disangkal. Riwayat kencing berpasir disangkal.
Riwayat batu pada ginjal disangkal.

3
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan keluhan seperti ini sudah dirasakan hilang timbul
sejak 3 bulan terakhir.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan ayahnya mengalami keluhan yang sama. Riwayat
hipertensi pada ayahnya. dan riwayat diabetes mellitus pada ibunya.
 Riwayat Psikososial
Pasien merupakan pensiunan pemadam kebakaran. Dirumah pasien hidup
ber 6 dengan anak dan cucu pasien. pasien lebih sering di tinggal dirumah
sendiri karena anggota keluarga lain melakukan aktivitas di luar. maka dari itu
pasien sering membersihkan rumah sendiri dan mengangkat galon sendiri.

 Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat di klinik dan diberi obat asam mefenamat.dan rutin
mengkonsumsi amlodipine tablet 5mg.

 Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, obat dan cuaca tidak ada.

1. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Tanda Vital


Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 76x/menit
Pernapasan : 20x/ menit
Suhu : 36,8 ◦C
4
Status Generalisata
Kepala Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah
dicabut.
Mata Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek Pupil
(+/+), Isokor, d= 3 mm, edema palpebra (-/-), pegerakan
mata ke segala arah baik.
Hidung Epistaksis (-/-), septum deviasi (-), sekret (-/-)
Telinga Normotia, nyeri tekan daun telinga (-/-), serumen (-/-).
Mulut Mukosa bibir lembab (+), stomatitis (-), faring hiperemis
(-)
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks Simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, suara napas
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung
I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen supel, BU (+), perkusi timpani, nyeri tekan abdomen (-),
turgor kulit dalam batas normal
Ekstremitas Akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 dtk, edema pada
tepi kuku (-), onikolisis (-)

Status Lokalis : Genu sinistra

Inspeksi : deformitas (-), kemerahan (-) bengkak (-0

Palpasi : Nyeri tekan (-) nyeri saat digerakan (+)

Auskultasi : Krepitasi (-)

2. RESUME
Laki -laki 71 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lutut kiri sejak 3 bulan
sebelum pasien datang ke puskesmas. Awalnya nyeri masih bisa ditahan, lama-
kelamaan pasien merasakan susah untuk ditahan. kekakuan di pagi hari pada lutut
kirinya. sering mengangkat galon air untuk minum dirumahnya sendiri perasaan
tidak enak di perutnya tapi tidak sampai muntah.

5
Pasien mengatakan ayahnya mengalami keluhan yang sama. Riwayat
hipertensi pada ayahnya. dan riwayat diabetes mellitus pada ibunya.
Pasien merupakan pensiunan pemadam kebakaran. Dirumah pasien hidup ber
6 dengan anak dan cucu pasien. pasien lebih sering di tinggal dirumah sendiri karena
anggota keluarga lain melakukan aktivitas di luar. maka dari itu pasien sering
membersihkan rumah sendiri dan mengangkat galon sendiri. Pemeriksaan Fisik :
Tekanan darah : 150/90 mmHg, pada status lokalis adanya nyeri saat digerakan dan
krepitasi

3. DIAGNOSIS
1. Atralgia e.c susp Osteoartritis ( dd/ Rheumatoid Arthiritis )
2. Dyspepsia
3. Hipertensi grade I

4. RENCANA PEMERIKSAAN PENUJANG


- Foto rontgen polos genu sinistra

5. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Edukasi :
 Olahraga: jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak
memberi beban terhadap sendi, seperti olahraga akuatik, jalan cepat, tai chi,
dan aerobik
 Penurunan berat badan: dilakukan pada pasien OA simtomatik dan pasien
dengan IMT > 25 kg/m2, dengan target IMT 18,5 – 25 kg/m2
 Diet rendah kalori
 Fisioterapi: dapat dilakukan untuk memperkuat otot dan memperluas ROM
 Penggunaan alat bantu gerak

b. Medikamentosa
Analgetik : Natrium Diklofenak Tab 50mg 3x1 hari (prn )
H2Blocker : ranitidine tab 150mg 2x1 hari ( prn )
Calcium channel Blocker : Amlodiphine tab 10 mg 1x1 setiap hari

6
6. PROGNOSIS
a. Qua Ad Vitam : Dubia ad Bonam
b. Qua Ad Functionam :Dubia ad Bonam
c. Qua Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

7
BAB III

ANALISIS KEDOKTERAAN KELUARGA

3.1 IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA

Anak Penderita

Nama : Tn Ricky

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : konsultan

Pendidikan : S2

Menantu Penderita

Nama : ny. yenny

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : S1

Cucu Penderita

Nama : azka

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 20 tahun

Pekerjaan : mahasiswa

Pendidikan : kuliah

8
Cucu Penderita

Nama : Rini

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 13 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMP

Cucu Penderita

Nama : Asyifa

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 9 tahun

Pekerjaan : pelajar

Pendidikan : SD

3.2 GENOGRAM KELUARGA

9
3.3 PROFIL KELUARGA DAN STRUKTUR
Jumlah Anggota 6 Orang
Keluarga inti
Nama Ayah : Tn. M Febrial 60 tahun kepala
R keluarga
Anak : Tn. Ricky 39 tahun

menantu: Yenny 39 tahun

Cucu :
- Azka 20 tahun

- Rini 13 tahun

9 tahun
- Asyifa

Pekerjaan Ayah pensiunan


Anak konsultan
menantu PNS
cucu Pelajar/mahasiswa
Kewarganegaraan WNI
Sudah berkeluarga 40 tahun
selama berapa tahun
Tempat tinggal Rumah Pribadi Sejak tahun 2003
Agama Islam
Pendidikan terakhir Ayah SMA
Ibu SMA

Struktur Keluarga : Keluarga Inti.

10
3.4 ASPEK PERUMAHAN
a. Aspek perumahan.
1. Luas tanah : 6x10 m2.
2. Luas bangunan : 6x10 m2, 3 ruang tidur, 2 kamar mandi
3. Lantai : keramik.
4. Atap : Asbes
5. Ventilasi : baik
6. Pencahayaan :baik
7. Temperatur : sejuk
8. Kelembapan : baik
9. Kebisingan : Tidak bising
10. Fasilitas dalam rumah sehat :
Fasilitas Ya Tidak
PAM 
Pembuangan tinja 
Pembuangan air limbah 
Pembuangan sampah 
Fasilitas dapur 
Ruang keluarga 

3.5 ASPEK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


Indikator PHBS Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 
2. Memberikan ASI Eksklusif 
3. Menimbang balita setiap bulan 
4. Memberikan imunisasi balita sesuai jadwal 
5. Menggunakan air bersih 
6. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 

7. Menggunakan jamban sehat 

8. Memberantas jentik di rumah 1x tiap minggu 

11
9. Makan buah dan sayur setiap hari 
10. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 
11. Tidak merokok di dalam rumah 

3.6 MANDALA OF HEALTY

GAYA HIDUP
- Jarang berolahraga
- Asupan makanan tidak
seimbang

PERILAKU KESEHATAN
- Higiens pribadi dan
lingkungan baik LINGKUNGAN
- Kurangnya PSIKOSOSIO-EKONOMI
pengetahuan FAMILY - Pendapatan keluarga
terhadap posisi tinggi
ergonomic pada - Kehidupan social dengan
saat mengangkat lingkungan baik
benda berat

Tn. S
- Nyeri lutut kiri
PELAYANAN KESEHATAN - Rasa nyeri yang
- Jarak rumah ke menjalar dari LINGKUNGAN KERJA
pelayanan pinggang hingga Tidak ada
kesehatan cukup ujung kaki
jauh - Dyspepsia
- Tekanan darah
tinggi

LINGKUNGAN FISIK
- Ventilasi &
FAKTOR BIOLOGI penerangan dalam
- Usia >60 tahun rumah baik
- Obesitas - Keadaan rumah
bersih.

KOMUNITAS
- Pemukiman di lingkungan antar
tetangga tertata rapih
-

12
3.7 DIAGNOSIS KELUARGA
INPUT  PROSES OUTPUT OUTCOME
 Keluarga inti  Sering  Nyeri pada Aktivitas
dengan 6 orang mengangkat lutut berkurang
 Ayah menderita beban berat  hipertensi
OA + hipertensi  Asupan makanan
 Usia >60th tidak seimbang

3.8 DIAGNOSIS HOLISTIK (MULTIAKSIAL)

1. Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)

Pasien datang berobat ke Puskesmas biaya pengobatan yang gratis dan keluhannya tak

kunjung sembuh. Pasien datang berobat dengan harapan rasa sakit yang dirasakan

dapat berkurang dengan bantuan dokter di puskesmas. Pasien memiliki kekhawatiran

jika penyakitnya dapat menjadi beban keluarga.

2. Aspek klinik: (diagnosis kerja dan diagnosis banding)

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik di dapat kan hasil nyeri pada sendi lutut

kiri dan tekanan darah tinggi didapatkan diagnosis pasien adalah Atralgia dan

hipertensi.

3. Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan

pasien)

Pasien berusia >60 tahun. Pasien kurang mengetahui penyakit yang dideritanya.

Pasien jarang kontrol ke puskesmas karena tidak ada yang mengantar pasien. Pasien

berobat ke puskesmas jika keluhannya sudah tidak mempan dengan obat yang dibeli

di warung atau apotik. Pasien lebih sering makan daging dan kurang makan sayur dan

buah-buahan.

13
4. Aspek psikososial keluarga: (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah

kesehatan pasien).

Kurangnya pengetahuan keluarga akan kesehatan, sikap keluarga yang tidak paham

menangani keluhan pasien untuk di bawa ke dokter.

5. Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik

didalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental)

Drajat 2 , mampu melakukan pekerjaan ringan

Diagnostik Holistik : Pasien datang berobat ke Puskesmas biaya pengobatan yang gratis dan

keluhannya tak kunjung sembuh. Pasien datang berobat dengan harapan rasa sakit yang dirasakan

dapat berkurang dengan bantuan dokter di puskesmas. Pasien memiliki kekhawatiran jika penyakitnya

dapat menjadi beban keluarga. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik di dapat kan hasil nyeri

pada sendi lutut kiri dan tekanan darah tinggi didapatkan diagnosis pasien adalah Atralgia dan

hipertensi. Pasien berusia >60 tahun. Pasien kurang mengetahui penyakit yang dideritanya. Pasien

jarang kontrol ke puskesmas karena tidak ada yang mengantar pasien. Pasien berobat ke puskesmas

jika keluhannya sudah tidak mempan dengan obat yang dibeli di warung atau apotik. Pasien lebih

sering makan daging dan kurang makan sayur dan buah-buahan. (tingkat kesulitan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari baik didalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental) , mampu melakukan

pekerjaan ringan

14
3.9 PENATALAKSANAAN

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil Keterangan

diharapkan

Aspek Menjelaskan Pasien Pada saat Pemahaman Bersedia

personal kepada pasien dan kunjungan pasien tentang mendengarka

tentang penyakit keluarga ke penyakit yang n nasihat

Atralgia dan puskesmas dideritanya dan yang di

hipertensi serta pasien mau berikan

menjelaskan berobat dan dokter agar

bahwa penyakit menjaga asupan berobat

ini tidak menular. makanan. Dan secara rutin

Hanya tidak melakukan dan diet

meningkatkan pekerjaan yang rendah

risiko terjadinya berat. garam serta

hipertensi tidak

terhadap anggota melakukan

keluarga yamg aktivitas

lain berat

Aspek Memberikan obat Pasien Pada saat Pasien mampu Bersedia

klinik Natrium kunjungan meminum obat meminum

diklofenak tab, ke analgetik dan obat secara

ranitidine tab, puskesmas H2blocker serta teratur sesuai

amlodipine tab, amlodiphine penjelasan

menjelaskan sesuai aturan dokter

fungsi obat dan pakai

15
cara konsumsinya

Aspek - Menganjurkan Pasien Pada saat - Pasien Bersedia


pasien menjaga
risiko dan kunjungan menjaga pola menjaga pola
pola makan dan
internal keluarga ke rumah makan seperti makan dan
berolahraga
ringan secara pasien mengurangi menggunaka
rutin
kadar garam n obat sesuai
- Menggunakan
saat memasak aturan dokter
obat sesuai aturan
dokter dan dan tidak dan kembali
kembali kontrol.
memakai MSG kontrol

-serta rutin

berolahraga

ringan seperti:

jalan, renang,

dll selama

minimal 45

menit

- obat

digunakan

sesuai aturan

dan kembali

kontrol.

16
Aspek - Menganjurkan Pasien Saat Keluarga Bersedia

psikososia keluarga dan kunjungan memberi memberikan

l keluarga memberi keluarga ke rumah perhatian lebih perhatian

dukungan kepada pasien kepada pasien lebih kepada

pasien agar selalu pasien.

menjaga pola

makan dan

kesehtan

- Menganjurkan

keluarga

memberikan

perhatian kepada

pasien

Aspek Menyarankan Pasien Saat Kondisi tubuh Bersedia

fungsional pasien untuk dan kunjungan pasien lebih bersedia

menjaga pola keluarga ke rumah sehat menjaga pola

makan dan pasien makan dan

hindari mengindari

mengangkat mengangkat

beban berat atau beban berat

pekerjaan berat

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga Tn. M Febrial R memiliki tingkat kesehatan dan pemahaman tentang
kesehatan yang kurang baik. Terlihat dari gaya hidup yang dijalani dan keadaan sekitar
pasien . Keluarga ini memiliki rumah yang sesuai dengan kriteria. Perekonomian yang
cukup baik. Hanya kurangnya aktivitas fisik dan pengaturan pola makan yang belum baik.

4.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai calon dokter pelayanan primer yang mungkin saja akan
menjadi seorang dokter keluarga jika nanti sudah menjadi dokter yang sesungguhnya
dapat lebih memperhatikan keadaan masyarakat binaannya serta meningkatkan mutu
kesehatan bukan hanya sekedar dengan edukasi saja, namun kita juga harus dapat
memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang ada pada masyarakat tersebut serta
lingkungannya, sehingga kualitas kesehatan yang diharapkan akan tercapai dengan baik.

Untuk keluarga Tn. Febrial lebih diberikan pemahaman pasien tentang penyakit
yang dideritanya dan pasien mau berobat dan menjaga asupan makanan. Dan tidak
melakukan pekerjaan yang berat. Pasien juga harus minum obat secara rutin dan teratur
sesuai petunjuk dokter. Serta keluarga pasien harus memahami kondisi pasien dan
memberi perhatian lebih kepada pasien agar dapat menjaga pola makan pasien dan
memahami kondisi pasien.

18
FOLLOW UP

TANGGAL PEMERIKSAAN TEMPAT


24/9/2018 S: Keluhan sudah berkurang, sering olahraga pagi. Dan Rumah
mengurangi asupan garam. Pasien
o
O: T:130/80 mmHg N: 89 x/menit S: 36,6 C P: 20 x/m
Kepala: Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah
dicabut.
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek
Pupil (+/+), Isokor, d= 3 mm, edema palpebra (-/-),
pegerakan mata ke segala arah baik.
Hidung: Epistaksis (-/-), septum deviasi (-), sekret (-/-)
Telinga: Normotia, nyeri tekan daun telinga (-/-), serumen (-
/-).
Mulut: Mukosa bibir lembab (+), stomatitis (-), faring
hiperemis (-)
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks: Simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, suara
napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi
jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: supel, BU (+), perkusi timpani, nyeri tekan
abdomen (-), turgor kulit dalam batas normal
KGB inguinal bilateral tidak teraba.
Ekstremitas: Akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 dtk,
edema pada tepi kuku (-), onikolisis (-)
A: Atralgia + Hipertensi
P: Lanjutkan terapi

28/9/2018 S: Keluhan sudah berkurang, sering olahraga pagi. Dan Rumah

19
mengurangi asupan garam. Pasien
o
O: T:130/70 mmHg N: 89 x/menit S: 36,6 C P: 20 x/m
Kepala: Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah
dicabut.
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek
Pupil (+/+), Isokor, d= 3 mm, edema palpebra (-/-),
pegerakan mata ke segala arah baik.
Hidung: Epistaksis (-/-), septum deviasi (-), sekret (-/-)
Telinga: Normotia, nyeri tekan daun telinga (-/-), serumen (-
/-).
Mulut: Mukosa bibir lembab (+), stomatitis (-), faring
hiperemis (-)
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks: Simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, suara
napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi
jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: supel, BU (+), perkusi timpani, nyeri tekan
abdomen (-), turgor kulit dalam batas normal
KGB inguinal bilateral tidak teraba.
Ekstremitas: Akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 dtk,
edema pada tepi kuku (-), onikolisis (-)
A: Atralgia + Hipertensi
P: Lanjutkan terapi

20
LAMPIRAN

21
22

Anda mungkin juga menyukai