ARTHRITIS GOUT
OLEH :
dr. Ayu Rezki Fadliya
PEMBIMBING SUPERVISOR
dr. Umar Said, Sp.PD
PENDAMPING INTERNSHIP :
dr. Wenny Ngeljaratan
1
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing,
dr.Wenny Ngeljaratan
2
DAFTAR ISI
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal
sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi
satu sendi.1
Penyakit artritis gout adalah salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal monosodium
urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium urat ini berasal dari
metabolisme purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan kristal
adalah hiperurisemia dan saturasi jaringan tubuh terhadap urat. Apabila kadar
asam urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi
jaringan tubuh, penyakit artritis gout ini akan memiliki manifestasi berupa
penumpukan kristal monosodium urat secara mikroskopis maupun
makroskopis berupa tophi (Mandel, 2008).1
Dua etiologi yang menyebabkan keadaan hiperurisemia adalah ekskresi
asam urat menurun (90% pasien) atau sintesis asam urat meningkat (10%
pasien). Keadaan ekskresi asam urat yang menurun terdapat pada pasien-
pasien dengan penyakit ginjal, penyakit jantung, terapi obat-obatan seperti
diuretik, dan penurunan fungsi ginjal karena usia. Sedangkan keadaan sintetis
asam urat meningkat terdapat pada pasien-pasien dengan predisposisi genetik,
diet tinggi purin, dan konsumsi alkohol.1
5
asam urat erat kaitannya dengan pola makan. Salah satu cara penyembuhan
tentu dengan mengontrol asupan makanan. Jika pola makan tidak dirubah,
kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan menimbulkan penumpukan
kristal asam urat. Apabila kristal terbentuk dalam cairan sendi, maka akan
terjadi penyakit gout (asam urat).2
Berdasarkan jurnal penelitian Best Practice & Research Clinical
Rheumatology pada tahun 2010, terhadap 4683 orang dewasa menunjukkan
bahwa angka prevalensi gout dan hiperurisemia di Indonesia pada pria adalah
masing-masing 1,7 dan 24,3%. Dimana rasio perbandingan laki-laki dan
perempuan adalah 34:1 untuk gout, dan 2:1 untuk hiperurisemia.2
Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, penderita penyakit gout dari tahun ketahun
semakin meningkat dan terjadi kecenderungan diderita pada usia yang
semakin muda. Hal ini tebukti dengan hasil rekam medik RSCM pada tahun
1993-1995 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 1993 tercatat 18 kasus, pria
13 kasus dan wanita 5 kasus (1 kasus umur 2-25 tahun, 12 kasus umur 30-50
tahun, dan 5 kasus umur >65 tahun). Pada tahun 1995 jumlah kasus yang
tercatat adalah 46 kasus, 37 pria dan 9 wanita ( 2 kasus umur 2-25 tahun, 40
kasus umur 30-50 tahun dan 4 kasus umur > 65 tahun). Jadi prevalensi
kejadian gout lebih banyak terjadi antara umur 30-50 tahun.2
Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk membuat laporan kasus
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi artritis gout yang terjadi
pada pasien yang memiliki perilaku konsumsi alkohol dan makan tinggi purin
dan terdiagnosa dengan Gout Arthtritis.2
6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 31 Desember 1954 (61 tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 7/12/2017
Nama RS : RS. AL Jala Ammary Makassar
Anamnesis : Autoanamnesis
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bengkak dan nyeri pada persendian ibu jari tangan
kanan
Anamnesis Terpimpin :
Bengkak dan nyeri pada persendian dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri pada
sendi ibu jari terutama bila digerakkan. Nyeri sebelumnya ada, tapi tidak berat
semenjak 3 tahun yang lalu. Saat ini nyeri kepala (-). batuk (-) batuk darah (-),
sesak nafas (-), nyeri dada (-), riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual
(-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa.
Buang air besar saat ini lancar 1 kali sehari berwarna kuning konsistensi lunak.
Buang air kecil lancar berwarna kuning jernih.
Riwayat asam urat tinggi (+) sejak 3 tahun yang lalu. Riwayat penyakit
rematik dan asam urat dalam keluarga (-)
Riwayat DM tidak diketahui. Riwayat DM pada keluarga (-). Riwayat jika
mendapatkan luka sukar sembuh (-)
Riwayat Hipertensi (-).
7
Riwayat penyakit jantung (-). Riwayat penyakit jantung pada keluarga
(-)
Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
Riwayat minum obat anti nyeri (+)
Riwayat minum anti-purin (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat penyakit maag (-)
Riwayat minum minuman beralkohol (-)
Riwayat penyakit kuning (-).
C. PEMERIKSAAN FISIS
Status Present:
Sakit Sedang/Gizi Cukup/ Compos mentis
BB= 50 kg; TB= 160 cm; IMT=19,53 kg/m2 (normal)
Tanda Vital:
Tensi : 110/60 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
o
Suhu : 37 C (axilla)
Kepala:
Ekspresi : Normal
Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Gerakan : Kesegala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (+)
8
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
Pupil : Bulat, isokor, ∅2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Telinga:
Tophi : (-)
Pendengaran : Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+2 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
9
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)
Paru:
o Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
Bunyi Pernapasan :Vesikuler
Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
Jantung:
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)
10
Perut:
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
o Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal
Ekstremitas
- Tampak benjolan dan kemerahan pada manus dextra sinistra digiti 1
- Nyeri tekan pada benjolan (+)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
11
H Urat
DIAGNOSIS SEMENTARA
- Arthritis Gout Akut Digiti 1 manus dextra
D. PENATALAKSANAAN AWAL
- Diet rendah purin
- Meloxicam 2x7,5mg
- Colcisin tab 2x0,5 mg
- Neurodex 1x1
- Methilprednisolon 2x4 mg
E. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia et malam
Ad Functionem : Dubia et malam
Ad Sanationem : Dubia et malam
12
BAB III
DISKUSI
Pasien laki-laki, 61 tahun, MRS dengan keluhan utama bengkak dan nyeri
pada persendian memberat dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri pada ibu jari
sendi tangan kanan. Nyeri sebelumnya ada, tapi tidak berat smenjak 3 tahun
yang lalu. Terdapat benjolan di manus dextra digiti I. Nyeri tekan pada
benjolan (+)
Saat ini nyeri kepala (-). batuk (-) batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri
dada (-), riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-),
nyeri ulu hati (-), riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air
besar saat ini lancar 1 kali sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang
air kecil lancar berwarna kuning jernih.
Riwayat asam urat tinggi (+) sejak 3 tahun yang lalu. Riwayat
penyakit rematik dan asam urat dalam keluarga (-). Riwayat minum obat anti
nyeri (+). Riwayat minum anti-purin (-). Riwayat penyakit lain tidak ada.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan anemis (+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar asam urat
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang
lainnya, maka pasien ini didiagnosis sebagai Gout Arhtritis Manus Dextra
Digiti 1.
13
Diagnosis Artritis gout pada pasien ini didasarkan pada Kriteria Diagnosis
Gout Arthritis oleh subkomite The American Rheumatism Association,
dimana kriteria diagnostik untuk gout arthritis adalah:
1) Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
2) Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinarterpolarisasi.
3) Sekurang-kurangnya harus memenui 6 gejala di bawah ini
a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
c. Oligoarthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari 4)
d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak
f. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal pertama
g. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
h. Tofi (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago
artikular (tulang rawan sendi) dankapsula sendi
i. Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah pria lebih dari 7,5 mg/dL dan
pada wanita lebih dari 6mg/dL)
j. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
k. Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.
Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria 1 dan/atau kriteria 2
dan/atau 6 atau lebih poin pada kriteria 3.3
Pada pasien ini memenuhi kriteria 3a,b,c,d,e,f,,i,k (memenuhi lebih dari 6
poin pada kriteria 3).
Secara umum penatalaksanaan atritis gout adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan farmakologis. Pengobatan
dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi
lain, misalnya pada ginjal. Pengbatan arthritis gout akut bertujuan
menghilangkan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat antara lain
14
dengan kolkisin, obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), kortikosteroid, atau
hormon ACTH. Obat penurun asam urat seperti alopurinol atau obat
urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut. Namun pada pasien yang
telah rutin mendapatkan obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan.
Pemberian kolkisin dosis standar utnuk arthritis gout akut secara oral 3-4 kali,
0,5-0,6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg. Pemberian OAINS dpaat
pula diberikan. Dosis tergantung dari jenis OAINS yang dipakai. Di samping
efek anti inflamasi obat ini juga mempunyai efek analgetik. Jenis OAINS
yang banyak digunakan pada arthritis gout adalah indometasin. Dosis obat ini
adalah 150-200mg/hari selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75-100mg/hari sampai
minggu berikutnya atau sampai nyeri atau peradangan berkurang.
Kortikosteroid dan ACTH diberikan apabila kolkisin dan OAINS tidak efektif
atau merupakan kontraindikasi pada gout dapat diberikan oral atau parenteral.
Indikasi pemberian adalah pada arthritis gout yang akut yang mengenai
banyak sendi (poliartikular). Pada stadium interkritik dan menahun tujuan
pengobatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat sampai kadar normal
guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan
pemberian diet rendah garam dan pemakaian obat allopurinol bersama dengan
obat urikosurik yang lain.4
Nyeri merupakan keluhan utama pasien rematik, dalam hal ini gout arthritis.
Nyeri pada penyakit rematik umumnya karena inflamasi. Untuk
menghilangkan dan meringankan keluhan ini digunakanlah obat yang mampu
menghambat proses inflamasi dan memiliki efek analgesik serta anti piretik
yang diklasifikasikan sebagai Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS).
Penggunaan OAINS yang kurang tepat dapat menyebabkan gastropati.4
OAINS dikenal sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan mukosa lambung baik secara lokal maupun sistemik. Lesi mukosa
lambung tersebut di kenal dengan gastropati . Pasien yang mengalami
gastropati dapat mengalami dispepsia tanpa adanya ulkus, ulkus dengan atau
15
tanpa sindrom dispepsia, atau bahkan komplikasinya yang berupa
perdarahan atau perforasi.4
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi
OAINS bersamaan dengan obat sitoproteksi tidak ada yang mengalami gejala
klinis gastropati.3 Sehingga terapi pada pasien ini digunakan kombinasi
Paracetamol sebagai OAINS dan omeprazole yang merupakan golongan
Proton Pump Inhibitor yang direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug
Administration) sebagai terapi dan pencegahan ulkus lambung akibat
penggunaan OAINS jangka panjang.4
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal
sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi
satu sendi.1
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada
jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan
kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
16
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia).1
1.2 Epidemiologi
Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi penyakit ini meningkat
hampir 2 kali lipat di Amerika. Di Cina, penduduk Cina yang mengalami
keadaan hiperurisemia berjumlah hingga 25%. Hal ini mungkin disebabkan
karena gaya hidup seperti diet purin tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
dan medikasi-medikasi lain (Wortman, 2002).5
Alexander (2010) menyatakan prevalensi asam urat (gout) di Amerika
serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara
1990 dan 1999, dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi kedua,
prevalensi asam uratpada populasi orang dewasa Inggris diperkirakan 1,4%,
dengan puncak lebih dari 7% pada pria berusia 75 tahun.5
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo
Jakarta, penderita penyakit goutdari tahun ke tahun semakin meningkat dan
terjadi kecenderungan diderita pada usia yang semakin muda. Hal ini tebukti
dengan hasil rekam medik RSCM pada tahun 1993-1995 mengalami kenaikan
yaitu padatahun 1993 tercatat 18 kasus, pria 13 kasus dan wanita 5 kasus
(1kasus umur 2-25 tahun, 12 kasus umur 30-50 tahun, dan 5 kasus umur >65
tahun). Pada tahun 1995 jumlah kasus yang tercatat adalah 46 kasus, 37 pria
dan 9 wanita, 2 kasus umur 2-25 tahun, 40 kasus umur 30-50 tahun dan 4
kasus umur > 65 tahun (Krisnatuti, 1997).5
Prevalensi penderita asam urat tertinggi di Indonesia berada pada
penduduk di daerah pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado – Minaha
sebesar 29,2 % pada tahun 2003dikarenakan kebiasaan atau pola makan ikan
dan mengonsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam
17
urat lewat urine berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam
darah (Anonim, 2009).5
1.3 Etiologi
1.2.1 Hiperurisemia dan Gout Primer
Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas
diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia
primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan
karena produksi yang berlebih (10-20%). Hiperurisemia karena kelainan
enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu karena peningkatan aktivitas
varian dari enzim phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan
kekurangan sebagian dari enzim hypoxantine phosporibosyltransferase
(HPRT). Hiperurisemia primer karena penurunan ekskresi kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran asam
urat yang menyebabkan hiperurisemia.6
18
sedangkan hiperurisemia akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam
beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi
glomerulus, penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian obat-
obatan.(Putra, 2009)6
19
1.3.4 Penyakit-Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Mis.
Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb.
Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat untuk
gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor
pelindung. (Purwaningsih, 2005)6
1.3.5 Obat-Obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia.
Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk
memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk menurunkan tekanan
darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat menurunkan
kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout.
Gout yang disebabkan oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan
menyesuaikan dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti
cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat.
Hipertensi dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting
independen untuk gout. (Luk, 2005)6
Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah
menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat,
sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.(Doherty, 2009)6
20
gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada
mereka lima puluh persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang
lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa
sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua
dari 80 tahun. ( Luk, 2005)6
21
tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama
berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa
demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1
yang biasanya disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat
terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor
pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin,
kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik dan lain-
lain.(Putra, 2009)7
22
menimbulkan deformitas. Pada stadium ini kadang-kadang disertai batu
saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun. (Putra, 2009)7
1.5 Diagnosis
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya
kristal urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk
memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR
(American College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
3. Arthritis monoartikuler
4. Kemerahan pada sendi
5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. Kecurigaan terhadap adanya tofus
9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
11. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi7
Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan
meskipun kadar asam urat normal.(Hidayat, 2009)7
1.6 Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout arthritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara
dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan
23
gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun asam
urat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat
diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah
mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada
stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar
asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan
kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan
pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain. (Putra, 2009)8
Penelitian terbaru telah menemukan bahwa konsumsi tinggi dari kopi,
susu rendah lemak produk dan vitamin C merupakan faktor pencegah
gout.(Doherty, 2009)8
24
DAFTAR PUSTAKA
25