Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisi
elektrolit di dalamnya tetap stabil adalah penting bagi homeostatis. Beberapa
masalah klinis timbul akibat adanya abnormalitas dalam hal tersebut. Untuk
bertahan, kita harus menjaga volume dan komposisi cairan tubuh, baik
ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS) dalam batas normal.
Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa penderita dalam
kegawatan yang kalau tidak dikelolam secara cepat dan tepat dapat
menimbulkan kematian. Hal tersebut terlihat misalnya pada diare, peritonitis,
ileus obstruktif, terbakar, atau pada pendarahan yang banyak. Elektrolit
merupakan molekul terionisasi yang terdapat di dalam darah, jaringan, dan sel
tubuh. Molekul tersebut, baik yang positif (kation) maupun yang negatif
(anion) menghantarkan arus listrik dan membantu mempertahankan pH dan
level asam basa dalam tubuh.
Elektrolit juga memfasilitasi pergerakan cairan antar dan dalam sel
melalui suatu proses yang dikenal sebagai osmosis dan memegang peraran
dalam pengaturan fungsi neuromuskular, endokrin, dan sistem ekskresi.
Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan dan minum akan dikeluarkan
dalam jumlah relatif sama. Ketika terjadi gangguan homeostasis dimana
jumlah yang masuk dan keluar tidak seimbang, harus segera diberikan terapi
untuk mengembalikan keseimbangan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan larutan Ringer Laktat?
2. Bagaimana prosedur pembuatan larutan Ringer Laktat?
3. Apa manfaat larutan Ringer Laktat bagi tubuh?
C. Tujuan
1 Untuk mengetahi definisi larutan Ringer Laktat.
2 Untuk mengetahui prosedur pembuatan larutan Ringer Laktat.
3 Untuk mengetahui manfaat larutan Ringer Laktat bagi tubuh.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Larutan Ringer Laktat (RL)


Ringer Laktar (RL) merupakan cairan yang paling fisiologis yang
dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak
digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok
hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Laktat yang terdapat di dalam
larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat yang berguna
untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium yang
terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi
untuk kasus defisit kalium.
Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai
sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk
mencegah terjadinya ketosis. Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar
di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109
mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar
273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml dan 1.000 ml.
B. Prosedur Pembuatan Larutan Ringer Laktat (RL)
1. Kekuatan sediaan
Tiap 500 mL mengandung Natrium Laktat 0,31 gram, KCl 0,03
gram, CaCl20,02 gram, dan NaCl 0,6 gram.
2. Preformulasi Zat Aktif
a. Natrium laktat
Rumus molekul : C3CHOHCOONa
Bobot molekul : 112,06 g/mol
Pemerian : Tidak berwarna , bening ; tidak berbau;
atau sedikit berbau dengan bau garam
yang khas ;higroskopis
Kelarutan : Larut dalam methanol 95% dan dalam

2
air, kloroform dan gliserol.praktis tidak
larut dalam kloroform,eter dan minyak
Stabilitas : Stabil dalam air
pH : 5-7
Titik lebur : 163 - 165
Inkompatibilitas : Novabison sodium,oksitetrasiklin HCl,
sodium karbonat,sodium kalsium
edetal,sulfanidin sodium
Wadah penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik dan
kering
Khasiat dan penggunaan : buffering agent, Isotonis agent
(Rowe,2009: )

b. Natrium Klorida
Natrium klorida
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 458,44
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna
atau serbuk hablur putih; rasa asin
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih
mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam gliserin;sukar larut dalam etanol.
Stabilitas :iStabil dalam bentuk larutan. Larutan
stabil dapat menyebabkan pengguratan
partikel dari tipe gelas
Ph : antara 5,0 dan 7,5
Titik lebur : 801oC (1047 K)
Inkompatibilitas : Logam Hg,Fe dan Ag
Wadah penyimpanan :iDalam wadah kaca atau plastik dosis
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe 1 atau
Tipe II

3
Dosis :iLebih dari 0,9% (Excipient hal 440).
Injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1
jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl
mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam
plasma = 135-145 mEq/L.
Khasiat dan penggunaan : Pengganti Na+ dan Cl- dalam tubuh
(Farmakope Indonesia Edisi Keempat,1995:584-586)
c. Kalium Klorida
Kalium klorida
Rumus molekul : KCl
Bobot molekul : 74,55 g/mol
Pemerian : Hablur bentuk memanjang, prisma atau
kubus,tidak berwarna,atau serbuk granul
putiih;tidak berbau;rasa garam;stabil
diudara;larutan bereaksi netral terhadap
lakmus
Kelarutan : Mudah larut dalam air;lebih mudah larut
dalam air mendidih;tidak larut dalam
etanol
Stabilitas : stabil diudara; stabil dan harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat, ditempat
sejuk dan kering
Ph : Antara 4-8
Titik lebur :-
Inkompatibilitas : Larutan KCl IV inkompatibel dengan
protein hidrosilat,perak dan garam
merkuri
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis :IKonsentrasi kalium pada rute IV tidak
lebih dari 40 mEq/L dengan kecepatan
20 mEq/jam (untuk hipokalemia). Untuk

4
mempertahankan konsentrasi kalium
pada plasma 4 mEq/L (DI,2003:1410).
K+ dalam plasma = 3,5-5 mEq/L (steril
dosage from hal 251).
Khasiat dan penggunaan : zat antimikroba
(Farmakope Indonesia Edisi Keempat,1995:477)
d. Kalsium Klroida
Kalsium klorida dihidrat
Rumus molekul : CaCl2.2H2O
Bobot molekul : 147,02 g/mol
Pemerian : Granul atau serpihan ; putih, keras ; tidak
berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan
dalam etanol mendidih; sangat mudah
larut dalam air panas
Stabilitas : Injeksi kalsium dilaporkan inkompatibel
dengan larutan IV yang mengandung
banyak Zat aktif.
Ph : Antara 4,5 dan 9,2
Titik lebur :-
Inkompatibilitas : Karbonat, Sulfat, Tartrat, Sefalotin
sodium, CTM dengan tetrasiklin
membentuk kompleks
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis :-
Khasiat dan penggunaan : Zat penyerap air dan antimikroba
(Farmakope Indonesia Edisi Keempat,1995: 160)
3. Pengembangan Formula
Infus Ringer laktat (USP)
a. Bentuk sediaaan

5
Bentuk sediaan yang akan dibuat yaitu larutan sejati karena semua
zat aktif yang digunakan dalam sediaan infuse Ringer laktat ini
memiliki kelarutan yang baik dalam air.
b. Penentuan volume sediaan
Volume ninimal untuk sediaan parenteral volume besar (infuse)
adalah 100 mL dan maksimal 1000mL. Sediaan akan dibuat dalam
volume 500 mL
c. Rute pemberian
Rute pemberian yang digunakan adalah intravena. Karena rute
intravena adalah satu satunya rute yang dapat menerima sediaan
dalam volume besar ( >10mL).
d. Pemilihan pembawa
Pembawa yang digunakan adalah aquabidest yang bebas pirogen.
Hal ini karena semua zat aktif yang digunakan memiliki sifat
kelarutan yang baik dalam air. Selain itu air merupakan cairan
yang memiliki kemiripan sifat dengan cairan tubuh, jika cairan
yang digunakan berupa pelarut non air seperti minyak maka
berpotensi menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah dan
dapat menempel didinding pembuluh darah.
e. Zat tambahan
1) Kedalam sediaan Infus Ringer Laktat ini ditambahkan Karbon
aktif karena karbon aktif adalah salah satu senyawa yang dapat
menghilangkan pirogen. Karbon aktif ini akan menyerap
pirogen yang dapat membahayakan tubuh jika sampai masuk
bersama aliran darah. Karbon aktif yang digunakan sebanyak
0,1% dari volume total kemudian dipanaskan selama 10-15
menit dengan suhu 60-70ºC sambil diaduk.
2) Kedalam sediaan Infus Ringer Laktat ditambahkan pengatur
isotonis, karena isotonis merupakan syarat mutlak yang sangat
diperhatikan terutama untuk sediaan dengan volume besar
(>10mL) agar pada saat masuk kedalam tubuh tidak terjadi

6
hemolisa sel darah. Osmolaritas Infus Ringer Laktat yang harus
dicapai : 270mOsm/L
4. Perhitungan Tonisitas dan Osmolaritas
Volume setelah ditambahkan 2% = 500 ml + (2% x 500 ml)
= 500 ml + 10 ml
= 510 ml
0,31 𝑔
Na Laktat = 100 𝑚𝐿 𝑥 510 𝑚𝐿 = 1,58 gram
0,03 𝑔
KCl = 100 𝑚𝐿 𝑥 510 𝑚𝐿 = 0,153 gram
0,02 𝑔
CaCl2 = 100 𝑚𝐿 𝑥 510 𝑚𝐿 = 0,102 gram
0,6 𝑔
NaCl = 100 𝑚𝐿 𝑥 510 𝑚𝐿 = 3,06 gram

Osmolaritas
g
liter zat terlarut
Na Laktat = x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
1,58 𝑔/0,51 𝐿
= x 1000 x 2
112,06

= 55,2 M osmole/L
g
liter zat terlarut
KCl = x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
0,153 𝑔/0,51 𝐿
= x 1000 x 2
74,5

= 8,05 M osmole/L
g
liter zat terlarut
CaCl2 = x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
0,102 𝑔/0,51 𝐿
= x 1000 x 3
147,02

= 4,08 M osmole/L
g
liter zat terlarut
NaCl = x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
3,06 𝑔/0,51 𝐿
= x 1000 x 2
58,44

= 205,33 M osmole/L
Jumlah total = 55,2 + 8,05 + 4,08 + 205,33 = 272,75 (Isotonis)

Isotonis dilihat dari tabel kaitan antara osmolaritas dan tonisitas :

7
Osmolaritas ( M Osmole/L) Tonisitas
>350 Hipertonis
329-350 Sedikit Hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit Hipotonis
0-249 Hipotonis

5. Formula Akhir
R/ Natrium Laktat 0,31 g
NaCl 0,6 g
KCl 0,03 g
CaCl2 0,02 g
Aquabidest ad 500 ml
.
6. Preformulasi Eksipien
a. Karbon Adsorben

Pemerian : Serbuk,hitam;tidak berbau. Diperoleh dari


residu destruktif berbagai bahan organic,
diolah untuk meningkatkan kapasitas
adsorbs zat warna organic dan basa
nitrogen (Dirjen POM,1995:1128).
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol 95%
Stabilitas : Dapat mengadsorbsi air

8
Inkompatibilitas : Dapat menurunkan ketersediaan hayati
beberapa obat seperti loperamid dan
riboflavin. Reaksi hidrolisis dan oksidasi
dapat dinaikkan
Fungsi : Adsorbsi pirogen
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara, sejuk
dan kering
(Farmakope Indonesia Edisi Ketiga,1979:133)

b. Aquabidest bebas pirogen


Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna ; tidak
berbau;tidak berasa
BM : 18,2 g/mol
Titik beku/didih : 0/100ºC
pH : 7 (netral)
BJ : 1 gram/cm3
Stabilitas : Dapat stabil dalam semua keadaan fisika
(es,cair,padat)
Inkompatibilitas :iKompatibel dengan zat aktif dan semua
bahan tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(Dirjen POM,1979: 97);(Rowe,et all.,2009:766)
7. Penimbangan

Nama bahan Penimbangan


Na-Laktat 1,58
NaCl 3,06
KCl 0,153
CaCl2 0,102
Aquabidest Ad 510 mL

9
8. Penentuan metode sterilisasi

Nama zat Metode sterilisasi Alasan


Na-Laktat Metode sterilisasi akhir Karena zat tahan panas
dengan Autoklaf dan dapat bercampur
dengan air
KCl Metode sterilisasi akhir Karena zat tahan panas
dengan Autoklaf dan dapat bercampur
dengan air
NaCl Metode sterilisasi akhir Karena NaCl tahan
dengan Autoklaf panas dan dapat
bercampur dengan air
Ca2Cl Metode sterilisasi akhir Karena zat tahan panas
dengan Autoklaf dan dapat bercampur
dengan air
Aquabidest Metode sterilisasi akhir Karena aquabidest tahan
dengan Autoklaf panas dan dapat
bercampur dengan air

9. Prosedur pembuatan
Zat ( Na-Laktat, KCl, CaCl2, dan NaCl ) ditimbang dengan
menggunakan kaca arloji sesuai dengan data penimbangan.

Zat aktif dimasukkan ke dalam gelas piala steril yang telah dikalibrasi,
kemudian dilarutkan dengan aqua bidestilat. Gerus karbon aktif
sejumlah 0,1 % b/v dan dimasukkan ke dalam gelas piala,
ditambahkan aqua bidestilat hingga volume yang diminta.

10
Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan disisipi dengan batang
pengaduk. Panaskan larutan di atas api bunsen pada suhu 60 – 70o C
selama 15 menit sambil sesekali diaduk, cek suhu dengan termometer,
lakukan diluar lemari steril.

Saring larutan hangat – hangat ke dalam Erlenmeyer dengan


menggunakan kertas saring rangkap 2 steril yang telah dibasahi air
bebas pirogen.

Pindahkan larutan ke gelas ukur dan diukur volumenya. Tambahkan


aqua bidestilat ad 500 mL.

Larutan dituangkan ke dalam kolom melalui saringan G3 dengan


bantuan pompa penghisap.

Filtrat dari kolom ditampung ke dalam botol infus steril yang telah
ditara. Botol ditutup dengan flakon steril, diikat dengan simpul
champagne.

Dilakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 121oC selama


15 menit.

Pemberian etiket.

10. Hasil Evaluasi Sediaan

No. Pengujian Hasil Uji


1. pH 7
2. Kejernihan Jernih
3. Partikulat Tidak ada

11
11. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dibuat sediaan infuse ringer laktat. Yang
dimaksud dengan sediaan infuse sendiri adalah sediaan parenteral
dengan volume besar berupa sediaan cairan steril yang mengandung
obat yang dikemas dalam wadah lebih dari 100 mL, dan umumnya
diberikan secara intravena dengan kecepatan pemberian dosis yang
konstan. Infuse intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotois terhadap
darah, disuntikkan langsung kedalam vena dalam volume relative
banyak (Dirjen POM,1979:12).
Sediaan infuse yang dikenal dengan nama infuse Ringer laktat ini
merupakan sediaan infuse yang terdiri dari beberapa bahan aktif
seperti NaCl,KCl,CaCl2 dan Na.laktat. masing masing bahan tersebut
memiliki kegunaan masing masing untuk setiap penambahalnya. NaCl
berfungsi sebagai pengisotonis, KCl berfungsi sebagai zat
antimikroba,CaCl2 berfungsi sebagai zat penyerap air dan antimikroba
sedangkan Natrium Laktat berfungsi sebagai buffering agent dan
isotonis agent. Formula yang digunakan untuk sediaan ini merujuk
pada Farmakope belanda dengan komposisi yang sudah ditentukan
yaitu tertera pada formula. kombinasi ini adalah kombinasi yang
umum digunakan untuk sediaan infuse Ringer Laktat karena sesuai
dengan kebutuhan tubuh dan menyebabkan kondisi sediaan menjadi
isotonis sehingga tidak perlu dilakukan penambahan zat pengisotonis.
Biasanya infuse ringer laktat ini merupakan infuse yang digunakan
untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit dalam tubuh terutama
saat kondisi dehidrasi, hal ini dapat terjadi karena kandungan dari
infuse ini tersusun dari banyak ion-ion (elektrolit) yang memiliki
kemiripan dengan cairan ektraseluler tubuh.
Secara klinis fungsi larutan elektrolit adalah untuk mengatasi
perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam
darah. Ada dua jenis kondisi plasma darah yang menyimpang yaitu:

12
a. Asidosis merupakan kondisi plasma darah yang terlampau asam
akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
b. Alkalosis merupakan kondisi plasma darah yang terlampau basa
akibat adanya ion natrium, kalium,dan kalsium dalam jumlah
berlebih
Penyebab kekurangan elektrolit plasma adalah kecelakaan,
kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis,
demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input
tidak seimbang. Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan
kekurangan H2O disebut dehidrasi. Kemudian kekurangan HCO3
disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+
disebuthipokalemia.Keseimbangan air dalam tubuh harus
dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama dengan jumlah yang
dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan/pengurangan
jumlah yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat.Ini menekankan
pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang
masuk dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk
pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi
cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl.
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum pembuatan
sediaan ini adalah rancangan preformulasi dengan tujuan agar
pemilihan metode saat pembuatan tepat dan tidak menyebabkan
kerusakan pada sediaan atau bahan aktif serta dapat menentukan
bahan tambahan apa saja yang perlu ditambahkan kedalam sediaan
sesuai dengan data atau sifat fisika,kimia serta stabilitas dari masing
masing zat yang digunakan. Kedalam sediaan infuse ini tidak perlu
ditambahkan pengawet karena digunakan untuk satu kali pemberian.
Selain itu sediaan infuse ini merupakan sediaan yang dikategorikan
dalam jumlah yang besar ( >100mL), sehingga jika ditambahkan
pengawet maka akan memerlukan banyak volume pengawet dan juga
untuk menghindari terjadinya toksisitas yang mungkin saja bisa terjadi

13
akibat penggunaan pengawet dalam jumlah yang banyak. Disebutkan
pula bahwa injeksi yang diberikan dalam jumlah besar seperti infuse
untuk pengganti cairan tubuh,nutrisis dan elektrolit juga tidak
diberikan pengawet (Anief,1997:206).
Sebelum pembuatan sediaan dilakukan perhitungan isotonis
terlebih dahulu. Hal ini merupakan syarat suatu infuse yang baik
karena infuse yang baik harus isotonis dengan tubuh sehingga tidak
menyebakan sakit saat disuntikkan atau hemolisis pada sel darah.
Selain itu salah satu persyaratan mutlak yang harus dipenuhi dalam
sediaan infuse yaitu bebas pirogen. Lebih dari 15 mL cairan yang
mengandung pirogen ini dapat menimbulkan demam. Menurut Co
Tui, Pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida dimana
mengandung radikal yang ada unsure N dan P. selama radikal masih
terikat, selama itu masih dapat menimbulkan demam dan pirogen
bersifat termostabil. Pirogen sendiri dapat berasal dari aquadest yang
dibiarkan lama dan tercemar bakteri serta udara ataupun bisa berasal
dari bahan bahan tertentu seperti glukosa,NaCl,Na-Sitrat
(Anief,1997:204). Oleh karena hal ini maka kedalam sediaan infuse
perlu ditambahkan zat untuk pirogenisasi (menghilangkan pirogen)
yaitu salah satunya menggunakan karbon aktif (karbo adsorben).
Karbo adsorben digunakan untuk mencegah terbentuknya thrombus
dan menghilangkan pirogen karena mekanisme kerja dari karbo
adsorben ini yaitu menyerap pirogen. Selain terserapnya pirogen, ada
kemungkinan bahan aktif yang digunakan juga ikut terserap oleh
karbo adsorben. Untuk menghindari terjadi hal ini maka saat
dilakukan penimbangan bahan aktif dilebihkan sebesar 2% dari berat
masing-masing bahan.
Setelah proses preformulasi selesai, dilakukan proses
pembuatan sediaan infuse ringer laktat. Semua bahan dicampurkan
menjadi satu termasuk karbo adsorben yang sudah digerus kasar
sebelumnya. Tujuan penggerusan ini agar ukuran partikel karbo

14
adsorben menjadi sedikit lebih kecil sehingga luas permukaan
adsorben semakin tinggi . Semakin besar luas permukaan adsorben
maka daya penyerapannya akan semakin besar. Penggerusan tidak
boleh dilakukan hingga karbo adsorben terlalu halus, karena
ditakutkan pada saat proses penyaringan karbo adsorben dapat lolos
dari filter. Kemudian ditambahkan aquabidest hingga volume yang
diinginkan, lalu dipanaskan sambil diaduk sampai suhu larutan 60ºC.
adanya pemanasan dan pengadukan ini dilakukan untuk mempercepat
proses pelarutan bahan aktif dan agar larutannya menjadi homogen.
Setelah dipanaskan, larutan segera disaring dengan alat saringan yang
dibantu dengan adanya vakum. Vakum ini berguna untuk
mempercepat proses penyaringan dengan cara menurunkan tekanan
dalam sistem. Saat divakum, digunakan saringan khusus yaitu
whatman 0,45 µm yang terbuat dari nilon. Penyaringan ini bertujuan
untuk mencegah kemungkinan ikutnya partikel-partikel asing kedalam
sediaan infuse, serta menyaring karbon aktif yang digunakan sebagi
adsorben. Setelah disaring larutan infuse dimasukan kedalam botol
ukuran 500mL dan siap dilakukan sterilisasi.
Proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklap
suhu 121ºC selama ± 15 – 30 menit. sterilisasi ini bertujuan untuk
menghilangkan adanya cemaran atau kontaminan mikroba saat
pengerjaan. dengan bantuan uap air panas dari autoklaf menyebabkan
terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein essensial
organisme (Bakteri) tersebut.
Kemudian dilakukan evaluasi terhadap sediaan infuse
meliputi evaluasi kejernihan, bebas partikulat,dan pH. dari data yang
didapatkan sediaan infuse Ringer Laktat yang kami buat jernih. Selain
itu sediaan infuse ini juga bebas partikulat artinya tidak ada partikel
asing yang terkandung didalam sediaan. Hal ini dilakukan dengan cara
meletakkan sediaan didepan lampu yangmana didepannya terdapat
background hitam untuk melihat partikulat berwarna putih dan

15
didepan suatu background yang berwarna putih untuk melihat
partikulat berwarna hitam (Lachman,1994:1355) . terakhir yaitu
pengukuran pH sediaan menggunakan kertas pH universal dan
diperoleh pH sediaan 7. Karena sediaan sudah berpH 7, maka
kedalam sediaan ini tidak perlu ditambahkan buffer atau pengadjust
karena sudah sesuai dengan pH darah sehingga tidak akan
menimbulkan efek yang membahayakan saat akan digunakan.
Penambahan buffer hanya dilakukan jika sediaan yang akan dibuat
tidak stabil selama proses penyimpanan, sehingga perlu distabilkan
pHnya dengan cara ditahan oleh Buffer, sedangkan penambahan
pengadjust dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan seperti mencegah timbulnya rasa nyeri saat penyuntikkan
ataupun mencegah terjadinya hemolisis sel darah.
Selain evaluasi diatas, diwajibkan dalam sediaan infuse ini
dilakukan uji pirogen. Menurut Farmakope Edisi Keempat,1995:908
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada
tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberiaan sediaan
injeksi.pengujian meliputi pengukuran suhu kelinci setelah
menyuntikkan larutan uji secara intravena dan ditunjukkan untuk
sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis
penyuntikkan tidak lebih dari 10 mL per Kg bobot badan dalam
jangka waktu tidak lebih dari 10 menit. selain dapat dilakukan dengan
cara kualitatif dapat juga dilakukan dengan cara Kuantitatif yaitu
dengan uji LAL secara in vitro dengan menggunakan sifat membentuk
gel dari lisat amebasit dari limulus polifemus. Kemudian dihitung
banyaknya gel yang terbentuk.

16
12. Etiket

C. Manfaat larutan Ringer Laktat (RL)


Fungsi ringer laktak secara umum adalah untuk menggantikan cairan
eletkrolit yang hilang dalam tubuh. Berikut adalah beberapa kondisi di mana
ringer laktat digunakan:
1 Syok
2 Eletrolit tubuh tidak seimbang
3 Tubuh kehilangan banyak darah atau cairan
4 Kekurangan kalium, kalsium, atau natrium dalam tubuh
5 Membersihkan luka (tidak diberikan secara intravena
Selain fungsi ringer laktat di atas, ringer laktat juga sering dijadikan
sebagai alternatif pengganti Salin Normal yang merupakan cairan infus
natrium klorida yang digunakan. Penggunaannya tentu saja harus berdasarkan
saran medis dari dokter, melihat pada kebutuhan dan menimbang efek
samping yang mungkin terjadi pada pasein.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ringer Laktar (RL) merupakan cairan yang paling fisiologis yang
dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak
digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok
hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Infuse Ringer Laktat bersifat
isotonis yaitu 205,33 M osmole/L yang berarti infuse ini memiliki tekanan
osmosis larutan obat sesuai dengan yang seharusnya.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, infuse Ringer Laktat
menunjukkan hasil yang baik dilihat dari kejernihan,partikulat dan pH
sehingga tidak membahayakan tubuh saat digunakan.

B. Saran
Di harapkan setelah membaca makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca terkait Prosedur Pembatan Larutan Ringer Laktat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-content/uploads/2016/10/DASAR-
DASAR-TERAPI-CAIRAN-DAN-ELEKTROLIT.pdf, di akses tanggal 1
Oktober 2019
medpub.litbang.pertanian.go.id/Trace-Element, di akses tanggal 1 Oktober 2019
https://www.academia.edu/Infuse_Ringer_Laktat_USP, di akses tanggal 1
Oktober 2019
https://www.academia.edu/32433526/MAKALAH_UNSUR_RENIK_TRACE_E
LEMENT_.docx, di akses tanggal 1 Oktober 2019
https://www.academia.edu/KERACUNAN_TIMBAL, di akses tanggal 1 Oktober
2019

19
Lampiran
1. Jelaskan dan berikan contoh kasus penggunaan Trace Element !
Jawab :
Trace element adalah unsur yang terdapat dalam sistem biologi dengan
jumlah konsentrasi mg/kg, atau kurang (bagian persejuta, ppm). Secara
khusus, kebutuhan harian setiap unsur adalah sedikitmya 1 mg perhari.
Trace element memiliki berbagai peranan dan fungsi biokimia yang sangat
penting. Biasanya, mereka terlibat secara langsung dalam transpor elektron,
atau sebagai komponen utama dari beberapa metalloprotein. Selain itu, trace
element bertindak sebagai kofaktor untuk berbagai enzim yang berbeda yang
terlibat secara luas dalam berbagai fungsi biokimia termasuk sintesis DNA,
sintesis protein, produksi tulang dan kolagen, dari beberapa jalur metabolisme
sel. Berikut ini terdapat unsur-unsur renik (Trace element) dalam kimia klinik
yaitu: Besi (Fe), Seng (Zn), Tembaga (Cu).
2. Jelaskan proses-proses terjadinya keracunan yang disebabkan oleh timbal dan
merkuri!
Jawab :
a. Timbal
Proses perkembangan racun timbal hingga akhirnya menimbulkan gejala
keracunan umumnya terjadi secara perlahan dalam hitungan bulan hingga
tahun. Ketika memasuki tubuh, timbal akan menyebar ke berbagai organ
tubuh, seperti otak, ginjal, dan hati. Kemudian, tubuh akan menyimpan
endapan timbal tersebut di gigi dan tulang. Seiring waktu, endapan timbal
ini akan terakumulasi dan mulai menimbulkan gejala keracunan.
Anak usia di bawah 6 tahun merupakan salah satu kelompok individu
yang paling rentan terhadap keracunan timbal karena sering memasukkan
benda atau jari tangan ke dalam mulut. Secara bertahap, racun timbal
dapat memengaruhi perkembangan mental dan fisik anak. Racun timbal
juga berbahaya bagi ibu hamil karena dapat meningkatkan risiko
keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan lambatnya
pertumbuhan bayi.

20
Penyebab Keracunan Timbal
Keracunan timbal umumnya disebabkan oleh unsur timbal yang tertelan
atau terhirup ke dalam tubuh. Unsur timbal banyak terkandung di dalam
benda yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar manusia, seperti cat
rumah, baterai, bensin, dan kosmetik. Namun, potensi utama keracunan
timbal berasal dari air minum yang dikonsumsi melalui keran yang
tersambung dengan pipa atau tangki air logam. Kandungan timbal pada
keran atau tangki tersebut menyebabkan air terkontaminasi, dan jika
dikonsumsi dalam jangka panjang, dapat menyebabkan terjadinya
pengendapan timbal.
b. Merkuri
Gejala keracunan akut antara lain seperti kehilangan nafsu makan, berat
badan menurun shiness. Gejala keracunan kronik ringan adalah erethism,
paraethesia, kehilangan daya ingat, insomnia, tremor dan gingivitis,
sweating (WHO, 1976, Hunter et al, 1980.
Keracunan merkuri organik sangat berbahaya karena mengakibatkan
gangguan system saraf pusat (CNS). Gejala pertama (sindrom) yang
dirasakan antara lain rasa kesemutan, rasa baal pada kulit, jarak pandang
mata menyempit, pendengaran berkurang, berjalan limbung, tremor dan
daya ingat yang berkurang, gangguan fungsi ginjal dan kesuburan dan
cacat seumur hidup. Keracunan metilmerkuri menimbulkan gangguan
CNS seperti ataxia, pandangat menyempit, penengaran menurun,
neuropati, sifat tembus otak dan plasenta oleh karena itu berbayahaya bagi
janin (David K. Tan, 2006).
Anak-anak yang menghirup uap merkuri, makan makanan atau bahan lain
yang mengandung penilmerkuri atau garam-garam yang mengandung
merkuri anorganik atau menggunakan salep yang mengandung MeHg
akan berkembang menjadi akrodynia atau sakit pingk.
Akrodynia merupakan kram kaki yang parah, iritabilitas dan kulit menjadi
merah tidak normal di ikuti dengan tangan, hidung, tungkai dan kaki yang
mengelupas, gatal, bengkak, denyut jantung meningkat, tekanan darah

21
meningkat, air liur atau keringat berlebihan, ruam, resah, sulit tidur dan
lemah. Kejadian tersebut hanya terjadi pada anak-anak, tetapi baru-baru
ini dilaporkan pada remaja dan orang dewasa telah menunjukkan
gejala akrodynia (ATSDR, 1999). MeHg adalah senyawa kimia yang
sangat dikenal dengan resiko terhadap perkembangan anak. Pajanan dapat
melalui makan ikan, roti yang terkontaminasi MeHg. Ibu yang terpajan
MeHg dapat memajan anaknya melalui air susu ibu. Kadang-kadang pada
anak efek tidak begitu terlihat seperti pada perkembangan IQ atau efek
pada otak (Ramires B. Gloria et al, 2000, Oken Emili, et al, 2005). Hanya
dapat diketahui melalui tes neuropsikologi. Pada saat lahir, anak terlihat
normal, namun selanjutnya mengalami perkembangan bicara atau
perkembangan lainnya lambat. Kasus yang terjadi pada anak-anak di Irak
disebabkan oleh makan roti yang terkontaminasi pestisida yang
mengandung MeHg, pada anak-anak di Jepang disebabkan oleh makan
ikan yang terkontaminasi MeHg. Penelitian retrospektif kadar merkuri
darah tali pusar pada 1.000 anak di Faroe pada umur 7 tahun yang telah
terpajang waktu prenatal telah dilakukan. Setelah diajust dengan berat
badan kenaikan MeHg darah pada tali pusar 1-10 µg/L memberikan
kenaikan pada distolik dan sistolok 13.9 dan 14.5 mmHg. Pada anak laki-
laki MeHg darah tali pusar naik 1-10 µg/L, keceatan jantungnya turun
47%. Variasi kecepatan jantung refleksi dari kontrol oitoimmune jantung.
Kasus keracunan pada seorang anak yang berumur 19 tahun setelah 8
bulan bekerja diperusahaan tambang emas. Anak tersebut menderita
tremor dan fatique karena terpajan merkuri dari tempat ia bekerja. Hasil
pemeriksaan menunjukkan pada anak tersebut menderita tremor,
dysdiadchokinosis dan mild rigidity. Kandungan merkuri pada urin
dideteksi pada 24 jam 715 nmol/L (148 µg/L). sedangkan no adverse
effect pada 250 nmol/L (50 µg/L) (Donoghue A. M., 1998).
Merkuri menyebabkan tidak berfungsinya mitokondria dan stress
oksidatif. Tidak berfungsinya mitokondria primer pada bagian
ubiquinone-sitokrom dan NADH dehidrogenase menyebabkan perpidahan

22
ion Fe++ dan Cu+ pada pusat a3Cub sitokrom C (dapat dilihat pada
gambar 2). Hal ini menyebabkan depolarisasi dan auto-oksidasi pada
bagian dalam mitokondria dengan peroksi lipid dan tidak berfungsinya
mitokodria. Konsekwensi fisiologi meliputi meningkatnya hydrogen
peroksida, menipisnya glutathione mitokondria lebih dari 50%,
meningkatnya lipid peroksidasi seperti TBRS lebih dari 70%, oksidasi
nukleutida piridin seperti NAD(p) dan mengubah kalsium homeostasis
(Mark C. Houston, 2007).
3. Sebutkan macam-macam penyakit yang ditimbulkan oleh kekurangan unsur-
unsur esensial didalam tubuh!
Jawab :
a. Kekurangan Zat Besi (Fe)
Defisiensi atau kekurangan besi didefenisikan sebagai berkurangnya
kandungan besi tubuh. Kondisi ini berkembang sebagai suatu hasil
ketidakcukupan besi yang masuk dan/atau kehilangan besi secara
berlebihan. Jika tidak dikoreksi, tingkat anemia, yang dikarakterisasi
melalui gangguan sintesis eritrosit, akan berkembang. Kekurangan besi
anemia adalah kekurangan nutrisi yang paling umum pada manusia,
dengan perkiraan 750 juta orang di seluruh dunia telah menderita anemia.
Tingkat tercepat dari defisiensi besi ditandai oleh habisnya cadangan besi
tubuh. Kehabisan besi terjadi sebagai hasil dari ketidak cukupan besi
yang masuk melalui makanan dalam jangka panjang, ketidak cukupan
absorpsi besi, atau kehilangan besi yang signifikan (utamanya melalui
kehilangan darah). Kehabisan besi secara umum tidak berhubungan
dengan beberapa ketidaknormalan yang berhubungan dengan anemia
(seperti perubahan indeks sel darah merah atau morfologi). Indikator
kehabisan besi yang paling sensitif dan cepat adalah menurunnya serum
ferritin. Ini dapat diamati sebelum terjadinya tingkat penurunnan yang
signifikan dalam serum besi yang terlihat. Jika kehilangan besi terus
berlanjut dan/atau cadangan besi tidak dilengkapi kembali tingkat defisien
besi yang lebih signifikan akan berkembang dengan cepat. Defisiensi

23
besi paling sering selama masa pertumbuhan (pada anak-anak atau selama
masa kehamilan) dan pada masa menstruasi wanita. Secara klinik , ini
dikarakteristikkan sebagai anemia ringan, hasil penurunan serum ferritin
dan tingkat besi, mikrositosis ringan (eritrosit kecil), suatu hemoglobin
yang moderat rendah (< 12 g/dL), dan peningkatan tingkat serum
transferrin. Defisiensi besi pada pria remaja atau menjelang masa
menopause pada wanita paling sering menyebabkan pendarahan
gastrointenstinal, sering dihasilkan dari padang lambung, gastritis atau
neoplasma.
Anemia yang berarti secara klinik pada tingkat terlambat yang jelas dari
kekurangan besi dan tidak muncul sampai cadangan besi tidak ada yang
esensial. Uji mikroskopik dari dara microcytile terbuka, dan hipokromik
eritsosit. Perubahan laboratorium termasuk penurunan tingkat serum
ferritin dan tingkat besi, menaikkan tingkat transferrin, dan konsentrasi
hemoglobin kurang dari 8 g/dL. Sebagai tambahan, noda/zat warna besi
dari sumsum tulang dan sel hati menyatakan ketidakadaan simpanan besi
yang sebenarnya.
Sekali kekurangan besi telah didiagnosa sebagai penyebab anemia, adalah
sangat penting untuk memulai perawatan. Pada awalnya, pengukuran
korektif harus diperoleh untuk mencegah berlangsungnya kehilangan
darah. Ini diikuti dengan peningkatan dalam jenis bahan makanan dan
penggunaan suplemen besi secara oral menggunakan ferosulfat.
b. Kekurangan Seng (Zn)
Kekurangan seng dapat terjadi sebagai hasil dari perpanjangan
ketidakcukupan bahan makanan yang masuk. Ini biasanya terjadi dalam
hubungannya dengan istilah lain makanan atau peningkatan kebutuhan
metabolik seperti pertumbuhan anak, kehamilan, dan masa menyusui.
Sebagai tambahan, kekurangan besi juga terjadi sebagai hasil dari
beberapa penyakit yang disebabkan oleh ekskresi seng yang berlebihan (
penyakit liver kronis,penyakit kehilangan protein ginjal, terapi kelat) atau
penurunan penyerapan seng dari bahan makanan (penyakit Chrons).

24
Penururnan level seng sering disertai tingkat katabolik tinggi (dekstruksi
jaringan dari pembakaran, operasi, anemia hemolitik), infarcsi myocardial
akut, dan pengaturan obat tertentu.. Pengaturan suplemen dari seng
memperbaiki perubahan ini. Penurunan level seng sering disertai tingkat
katabolitik tinggi (dekstruksi jaringan dari pembakaran, operasi, anemia
hemolitik), infarcsi myocardial akut, dan pengaturan obat tertentu. Gejala
kekurangan seng tersebar secara merata dan termasuk penurunan tingkat
pertumbuhan, ketidaknormalan skelet dan kulit, kehilangan selera makan,
impotent dan gangguan sensorik. Pengaturan supplement dari seng
memperbaiki perubahan ini.
c. Kekurangan Tembaga (Cu)
Peristiwa kekurangan tembaga dalam populasi umum adalah sedikit;
Bagaimanapun ini adalah keadaan sebenarnya dalam populasi sub-grup
tertentu. Kekurangan tembaga biasanya diamati pada bayi premature dan
pada penderita anak-anak karena kekurangan gizi dan malabsorpsi
sindrom. Anak-anak tersebut rentan terhadap kekurangan tembaga karena
mereka mempunyai sedikit kandungan Cu dalam hati. Dan juga kenaikan
kuantitas nutrisi pada tempat pokok penyalur tembaga yang terbatas.
Biasanya, kekurangan tembaga adalah manifestasi dari anemia. Pada
kasus kekurangan tembaga yang terus-menerus, tulang dan tulang sendi
menjadi abnormal dan sering juga osteoporosis, kerusakan pada
pigmentasi dan abnormalitas neurological dapat dilihat.
Suplementasi tembaga dalam bahan makanan dapat mencegah dan
membalikkan/memutar dari abnormalitas tersebut. Oleh karena itu,
penerima mutu tembaga pada anak-anak yang rentan adalah nilai penting.
Pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, kekurangan tembaga
dapat dilihat pada beberapa macam penyakit. Khususnya penyakit GO
kronis. Sindrom malabsorpsi, penyakit ginjal, total jangka panjang
pemberian makanan dan administrasi dari zat pengkelat dapat berperan
penting dalam kekurangan tembaga.

25
Jarang sekali kekurangan tembaga disebabkan oleh penyakit sindrom
menkes kinky hair. Ini adalah penyakit genetika x-linked yang dihasilkan
dari kerusakan transport tembaga dan tempat penyimpanannya.

26

Anda mungkin juga menyukai