Dan Stabilitas
Vaksin
03 Formulasi vaksin
Formulasi dan Bahan Tambahan
Parameter Kontrol Kualitas
04 Stabilitas vaksin
Uji Stabilitas
Analisis Data
Pengantar Vaksin
Pandemi Global, Linimasa Vaksin Covid-19
Infografis Global
Eropa
Amerika
31,857,099
43,133,022
Afrika
2,437,945 Asia Tenggara
12,627,306
Jumlah kasus
Afrika Amerika
99.864.391
Jumlah kematian
Asia Tenggara Eropa
2.149.700
mRNA
mRNA
Vektor Virus
Inaktivasi
Vektor Virus
Sumber: Bloomberg.com
Pengembangan Vaksin
Platform & Fase Pengembangan
Ekspektasi Publik
Ekspektasi standar
Vaksin untuk orang sehat
keamanan >> dari obat
Ekspektasi standar
Toleransi rendah terhadap
keamanan tinggi
efek samping vaksin
dibandingkan dengan obat
Respon sekunder
Respon primer
Jeda waktu
Hari
Platform Vaksin Konvensional
Live-attenuated (LAV) Inactivated Subunit Toksoid
hidup dan dilemahkan inaktifasi (antigen mati) antigen yang dimurnikan toxin yang tidak aktif
• Tuberkulosis (BCG) • Pertusis sel utuh (wP) • Pertusis aseluler (aP) • Tetanus toksoid (TT)
• Vaksin polio oral (OPV) • Virus polio yang tidak • Haemophilius • Toksoid Difteri
• Campak aktif (IPV) influenzae tipe B (Hib)
• Rotavirus • Covid-19 • Pneumokokus (PCV-7,
• Demam kuning PCV-10, PCV-13)
• Hepatitis B (Hep B)
Platform Vaksin Bioteknologi
Antigen:
1. Penyajian protein asli (dari virus/bakteri)
2. Sintesis protein antigen
3. Tubuh mensintesis sendiri protein antigen (material genetik)
Vaksin Ideal
Vaksin Ideal
1. Efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan penyakit menular,
2. Memberikan perlindungan jangka panjang dan tahan lama terhadap
penyakit,
3. Mendapatkan kekebalan dengan dosis minimal,
4. Tidak ada / sedikit efek samping ringan,
5. Stabil pada kondisi penyimpanan ekstrim selama periode waktu lama,
6. Tersedia untuk penggunaan luas melalui produksi massal,
7. Terjangkau bagi semua populasi yang berisiko terkena penyakit
menular
Rute Pemberian
Intramuskular Subkutan Intradermal
Oral
(IM) (SC) (ID)
IPV
Hib
PCV-7
01 Keamanan
Keamanan / Safety
Khasiat 02
probabilitas peningkatan efek samping yang
membahayakan individu atau populasi
Uji Klinis & Keamanan Vaksin
Pengawasan pascapemasaran, sebagai Uji keamanan dan imunogenisitas
uji konfirmasi Studi Uji Klinis kandidat vaksin pada beberapa individu
melibatkan pengawasan keamanan Fase 4 Fase 1 dg risiko rendah (biasanya orang
(farmakovigilan) dan hal teknis yang dewasa sehat) untuk menentukan
berkelanjutan setelah mendapat izin tolerabilitas
untuk dipasarkan Ukuran populasi: 10 – 100
Uji Klinis
Fase 3
Memastikan efektifitas dalam pencegahan penyakit dan memberikan
informasi keamanan lebih lanjut dari populasi yang lebih heterogen dan
waktu observasi yang lebih lama
Ukuran populasi: 1.000 – 10.000
Formulasi Vaksin
Bahan Aktif, Eksipien & Karakterisasi
Pengembangan Formulasi
Sumber: Wikipedia.org
Bahan Aktif Vaksin
struktur protein primer
Protein / Peptida rantai asam amino
Produk akhir proses sintesis protein dengan decoding DNA
seluler
Penyusun protein adalah asam amino; molekul organik
terdiri dari atom karbon alfa (pusat) yang terikat dengan
gugus amino, gugus karboksil, atom hidrogen, dan struktur protein sekunder
komponen rantai samping
Asam amino dihubungkan oleh ikatan peptida, sehingga ikatan hidrogen pada tulang
membentuk rantai panjang. punggung peptida
menyebabkan asam amino
terlipat menjadi pola berulang
Stabiliser
Mencegah terjadinya reaksi kimia dalam vaksin dan menjaga
komponen vaksin tidak beragregasi
Peran sangat penting, terutama jika rantai dingin kurang terjaga
Ketidakstabilan hilangnya antigenisitas dan penurunan
efektivitas.
Faktor utama yang berpengaruh: suhu dan pH, hidrolisis dan
agregasi molekul protein dan karbohidrat
Contoh stabiliser: MgCl2 (untuk OPV), MgSO4, laktosa-sorbitol,
sorbitol-gelatin, gula (laktosa, sukrosa), asam amino (glisin)
Eksipien /
Bahan Tambahan Surfaktan Residu Diluen Lain – lain
Adjuvan
Adjuvan meningkatkan respons imun dari vaksin,
dengan cara memperlama antigen di tempat suntikan
atau dengan menstimulasi sel imun lokal
Banyak digunakan pada vaksin yang dinonaktifkan
(inactivated)
Variasinya sangat banyak mekanisme hiperaktivasi
sistem kekebalan tubuh sangat variatif
Contoh bahan: garam aluminium (seperti aluminium
fosfat, aluminium hidroksida atau kalium
aluminium sulfat), liposom dan emulsi (squalene)
Aluminium terbukti tidak menyebabkan efek samping
jangka panjang.
Adjuvan
Mekanisme respon imun yang diinduksi
oleh adjuvan berbasis aluminium, meliputi:
1. efek depot,
2. aktivasi inflammasome,
3. gangguan membran DC, dan
4. pelepasan DNA inang, yang memicu
pematangan DC dan meningkatkan
respons imun adaptif
Eksipien /
Bahan Tambahan Antigen Adjuvan Preservatif Stabiliser
Preservatif
Pengawet ditambahkan ke vaksin multidosis mencegah vaksin
terkontaminasi pertumbuhan bakteri dan jamur setelah dibuka
Vaksin dosis tunggal tidak perlu pengawet
Bahan yang banyak digunakan adalah 2-phenoxyethanol, karena
karena memiliki toksisitas sangat rendah
Bahan lain termasuk turunan thiomersal, formaldehid, atau fenol.
Eksipien /
Bahan Tambahan Surfaktan Residu Diluen Lain – lain
Surfaktan Diluen
Surfaktan membuat semua bahan Diluen adalah cairan yang
dalam vaksin tercampur menjadi digunakan untuk mengencerkan
satu. vaksin ke konsentrasi yang benar
segera sebelum digunakan
Mencegah pengendapan dan
penggumpalan unsur-unsur yang Diluen yang paling umum
ada dalam bentuk cair digunakan adalah air steril
Antibiotik Residual
Antibiotik (dalam jumlah kecil) digunakan Residu adalah sejumlah kecil dari bahan yang
selama fase produksi untuk mencegah digunakan selama pembuatan/produksi
kontaminasi bakteri pada sel kultur tempat
virus tumbuh Bisa bervariasi tergantung pada proses
pembuatan yang digunakan; bisa berupa
Biasanya hanya sejumlah kecil yang protein telur atau ragi
muncul dalam vaksin; < 25 µg per dosis
(< 0,000025 g) Jejak sisa dalam vaksin sangat kecil diukur
sebagai bpj atau bpm.
Contoh bahan: neomisin
Karakterisasi Sediaan Vaksin
Spesifikasi Metode Analisis Substansi Bahan Formulasi
produk
Antigen Sistem
Penghantaran
Penampilan Visual - - v
pH pH meter v - v
Osmolalitas Osmometer v - v
Ukuran partikel DLS/SLS v - v
Keseragaman kandungan HPLC v v v
Stabilitas konformasi dan termal CD, DSC, DSF v - -
Hasil degradasi RP-HPLC, Mass Spec v - -
Agregasi SEC-HPLC, Mass Spec v - -
pI cIEF v - -
Ikatan antigen SPR v - -
Eksplorasi XRPD/NMR/TEM/Cryo v v -
EM/DVS
Stabilitas Vaksin
Parameter dan Uji Stabilitas
Tujuan Uji Stabilitas Vaksin
Tujuan umum:
1. Memastikan bahwa vaksin tetap efektif secara klinis
sebagaimana ditentukan oleh batas potensi bawah,
2. Memastikan bahwa vaksin secara klinis aman pada batas
potensi atas, dan
3. Memastikan bahwa vaksin tetap berada dalam batas potensi
atas dan bawah selama masa pakainya
Tujuan khusus:
1. menentukan umur simpan, kondisi penyimpanan dan untuk
syarat perizinan;
2. memantau stabilitas vaksin dalam periode pasca lisensi, dan
3. bukti komparabilitas produk yang diproduksi dengan proses
berbeda
Uji Stabilitas Vaksin
pemilihan uji potensi MEC, MTC, dosis efektf, dll; frekuensi
parameter uji 3, 6, 9, 12, 18 & tiap 6 bulan sesudahnya
Uji
Stabilitas persetujuan karakterisasi sebelum mulai fase 3, identifikasi
uji klinis degradan, dll
Secara umum dilakukan uji pada 25º, 37º, 40ºC selama beberapa
minggu atau bulan.
3. Uji Tekanan / Stress
Uji dilakukan untuk mengetahui dampak dari faktor
lingkungan yang ekstrim seperti cahaya dan suhu
ekstrim (bisa juga termasuk oksidator, freeze thaw,
pH)
Keluarkan sampel dari cold chain (2-8ºC) dan letakkan pada suhu 25ºC untuk
waktu yang singkat seperti 1 hari atau 8 jam kemudian kembalikan ke kondisi
cold chain normal
Sampel dapat diambil dari rantai dingin pada periode awal dan / atau periode
tengah dan / atau periode akhir masa simpan setelah dirilis
Spesifikasi rilis dapat dihitung dengan menambahkan faktor koreksi dari studi
stabilitas ini
Vaccine Vial Monitor
(VVM)
Cumulative heat
Uji stabilitas berguna untuk exposure
pemilihan VVM
VVM start
Discard point
colour
Indikator berbentuk lingkaran, dicetak
langsung pada label botol vaksin atau
ditempelkan di bagian atas botol atau
ampul.
Kotak bagian dalam VVM terbuat dari
bahan yang peka panas, yang awalnya
berwarna terang dan menjadi lebih gelap VVM start colour of the square is never snow-white, it Beyond discard point
saat terkena panas dari waktu ke waktu. always has a bluish-grey tinge. From then on, until the
temperature and/or duration of heat reaches a level
Square colour is darker
known to degrade the vaccine beyond acceptable limits, than the outer circle
the inner square remains lighter than the outer circle.
Perhitungan masa kadaluwarsa dan / atau potensi minimum pada saat rilis
TERIMA KASIH
Salam Sehat & Semangat
Referensi
1. WHO. Data Reports
2. WHO. Vaccine Safety Basics e-learning course
3. WHO. Guidelines on stability evaluation of vaccines
4. Shin MD, Shukla S, Chung YH, Beiss V, Chan SK, Ortega-Rivera OA, Wirth DM, Chen A, Sack M, Pokorski JK, Steinmetz NF. COVID-19 vaccine
development and a potential nanomaterial path forward. Nature nanotechnology. 2020 Aug;15(8):646-55.
5. Su S, Du L, Jiang S. Learning from the past: development of safe and effective COVID-19 vaccines. Nature Reviews Microbiology. 2020 Oct 16:1-9.
6. Encyclopedia of Nanotechnology: Aluminum-Based Nano-adjuvants. Springer.
7. Brito LA, Malyala P, O’Hagan DT. Vaccine adjuvant formulations: a pharmaceutical perspective. 2013 Apr 1 (Vol. 25, No. 2, pp. 130-145). Academic Press.
8. Kumru OS, Joshi SB, Smith DE, Middaugh CR, Prusik T, Volkin DB. Vaccine instability in the cold chain: mechanisms, analysis and formulation strategies.
Biologicals. 2014 Sep 1;42(5):237-59.
9. Cunningham AL, Garçon N, Leo O, Friedland LR, Strugnell R, Laupèze B, Doherty M, Stern P. Vaccine development: From concept to early clinical testing.
Vaccine. 2016 Dec 20;34(52):6655-64.
10. Yusuf H, Ali AA, Orr N, Tunney MM, McCarthy HO, Kett VL. Novel freeze-dried DDA and TPGS liposomes are suitable for nasal delivery of vaccine.
International journal of pharmaceutics. 2017 Nov 25;533(1):179-86.
11. Yusuf H, Kett V. Current prospects and future challenges for nasal vaccine delivery. Human vaccines & immunotherapeutics. 2017 Jan 2;13(1):34-45.