Anda di halaman 1dari 49

Formulasi

Dan Stabilitas
Vaksin

Helmy Yusuf, Ph.D


Departemen Ilmu Kefarmasian
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Outline
Pengantar pengembangan
01 vaksin
 Pandemi global
 Linimasa pengembangan vaksin covid-19

02 Tahap pengembangan vaksin


 Platform vaksin
 Fase pengembangan vaksin

03 Formulasi vaksin
 Formulasi dan Bahan Tambahan
 Parameter Kontrol Kualitas

04 Stabilitas vaksin
 Uji Stabilitas
 Analisis Data
Pengantar Vaksin
Pandemi Global, Linimasa Vaksin Covid-19
Infografis Global

Eropa
Amerika
31,857,099
43,133,022

Afrika
2,437,945 Asia Tenggara
12,627,306

Jumlah kasus
Afrika Amerika
99.864.391

Jumlah kematian
Asia Tenggara Eropa
2.149.700

Sumber: WHO Data report, 27 Jan 2021


Linimasa: Vaksin COVID-19

mRNA

mRNA

Vektor Virus

Inaktivasi

Vektor Virus

Sumber: Bloomberg.com
Pengembangan Vaksin
Platform & Fase Pengembangan
Ekspektasi Publik
Ekspektasi standar
Vaksin untuk orang sehat
keamanan >> dari obat

Ekspektasi standar
Toleransi rendah terhadap
keamanan tinggi
efek samping vaksin
dibandingkan dengan obat

Pemerintah memastikan kualitas, keamanan dan efektivitas vaksin secara ketat

Pemantauan Peninjauan Uji Klinis

Memantau dan menyelidiki setelah dirilis, ditinjau


Sebelum dirilis, vaksin
KIPI untuk memastikan secara komprehensif &
dinilai dalam uji klinis
keamanan bagi populasi berkelanjutan
Cara Kerja Vaksin

Natural RESPON Vaksinasi


 Infeksi terjadi secara
IMUNITAS  Penerima vaksin tidak terkena
alami 1. Membunuh patogen penyakit
 Berpotensi mengancam 2. Membuat antibodi  Risiko efek samping yang
nyawa 3. Memproduksi sel memori rendah jauh lebih
menguntungkan daripada
tingginya risiko infeksi alami
Respon Imun Primer & Sekunder
Pemberian antigen primer Pemberian antigen sekunder

Level antibodi (skala log)

Respon sekunder

Respon primer

Jeda waktu

Hari
Platform Vaksin Konvensional
Live-attenuated (LAV) Inactivated Subunit Toksoid

hidup dan dilemahkan inaktifasi (antigen mati) antigen yang dimurnikan toxin yang tidak aktif
• Tuberkulosis (BCG) • Pertusis sel utuh (wP) • Pertusis aseluler (aP) • Tetanus toksoid (TT)
• Vaksin polio oral (OPV) • Virus polio yang tidak • Haemophilius • Toksoid Difteri
• Campak aktif (IPV) influenzae tipe B (Hib)
• Rotavirus • Covid-19 • Pneumokokus (PCV-7,
• Demam kuning PCV-10, PCV-13)
• Hepatitis B (Hep B)
Platform Vaksin Bioteknologi

Subunit Rekombinan Partikel Mirip Virus Vektor Virus RNA DNA

Antigen:
1. Penyajian protein asli (dari virus/bakteri)
2. Sintesis protein antigen
3. Tubuh mensintesis sendiri protein antigen (material genetik)
Vaksin Ideal

Vaksin Ideal
1. Efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan penyakit menular,
2. Memberikan perlindungan jangka panjang dan tahan lama terhadap
penyakit,
3. Mendapatkan kekebalan dengan dosis minimal,
4. Tidak ada / sedikit efek samping ringan,
5. Stabil pada kondisi penyimpanan ekstrim selama periode waktu lama,
6. Tersedia untuk penggunaan luas melalui produksi massal,
7. Terjangkau bagi semua populasi yang berisiko terkena penyakit
menular
Rute Pemberian
Intramuskular Subkutan Intradermal
Oral
(IM) (SC) (ID)

OPV Covid-19 Campak BCG


Bentuk Sediaan
 Likuid
Demam
 Solid/Liofilisasi Rotavirus Hepatitis B
Kuning

IPV

Hib

PCV-7

cara pemberian mempertimbangkan efek samping minimal


IMUNISASI GLOBAL
Keseimbangan
Keamanan - Efektifitas
Khasiat / Efficacy
kemampuan vaksin untuk bekerja sebagaimana
dimaksudkan untuk melindungi dari penyakit

01 Keamanan

Keamanan / Safety
Khasiat 02
probabilitas peningkatan efek samping yang
membahayakan individu atau populasi
Uji Klinis & Keamanan Vaksin
 Pengawasan pascapemasaran, sebagai  Uji keamanan dan imunogenisitas
uji konfirmasi Studi Uji Klinis kandidat vaksin pada beberapa individu
 melibatkan pengawasan keamanan Fase 4 Fase 1 dg risiko rendah (biasanya orang
(farmakovigilan) dan hal teknis yang dewasa sehat) untuk menentukan
berkelanjutan setelah mendapat izin tolerabilitas
untuk dipasarkan  Ukuran populasi: 10 – 100

 Pendaftaran vaksin diajukan ke otoritas  Memantau keamanan, potensi efek


pemerintah untuk persetujuan izin edar Pengajuan Uji Klinis samping, respons imun, dosis dan
 Vaksin siap untuk digunakan. Izin Fase 2 jadwal yang optimal
 Ukuran populasi: 100 – 1000

Uji Klinis
Fase 3
 Memastikan efektifitas dalam pencegahan penyakit dan memberikan
informasi keamanan lebih lanjut dari populasi yang lebih heterogen dan
waktu observasi yang lebih lama
 Ukuran populasi: 1.000 – 10.000
Formulasi Vaksin
Bahan Aktif, Eksipien & Karakterisasi
Pengembangan Formulasi

 Untuk memastikan tingkat potensi vaksin (efektifitas) selama


penyimpanan dan distribusi jangka panjang (keamanan), serta untuk
aspek pemberian yang nyaman dan tepat (akseptabilitas)

 Untuk memastikan karakteristik interaksi (atau non-interaksi) antigen


vaksin dengan bahan tambahan (terutama adjuvan) dapat
dipertahankan (stabilitas) selama penyimpanan dan pemberian
untuk menghasilkan respon kekebalan yang konsisten sejak awal
dirilis hingga akhir dari masa simpan vaksin.
Bahan Aktif Vaksin
ANTIGEN
 Vaksin mengandung komponen
aktif (antigen) atau cetak birunya
untuk membuat komponen aktif
yang menghasilkan respon imun

 Antigen bisa berupa bagian kecil


dari organisme patogen, seperti
Struktur dan rentang ukuran berbagai antigen vaksin virus dan bakteri
protein atau gula, atau bisa berupa
organisme utuh yang dilemahkan
atau tidak aktif.

Sumber: lihat referensi


Bahan Aktif Vaksin
Bakteri Virus
Mikroorganisme sel tunggal yang Mikroorganisme ultramikroskopik yang
dapat berkembang biak sendiri bisa mereplikasi dirinya sendiri hanya di
dengan cepat dalam sel inang hidup

Sumber: Wikipedia.org
Bahan Aktif Vaksin
struktur protein primer
Protein / Peptida rantai asam amino
 Produk akhir proses sintesis protein dengan decoding DNA
seluler
 Penyusun protein adalah asam amino; molekul organik
terdiri dari atom karbon alfa (pusat) yang terikat dengan
gugus amino, gugus karboksil, atom hidrogen, dan struktur protein sekunder
komponen rantai samping
 Asam amino dihubungkan oleh ikatan peptida, sehingga ikatan hidrogen pada tulang
membentuk rantai panjang. punggung peptida
menyebabkan asam amino
terlipat menjadi pola berulang

struktur protein tersier


pola lipatan tiga dimensi
protein akibat interaksi rantai
samping

struktur protein kuartener


protein yang terdiri dari lebih
dari satu rantai asam amino

Struktur protein sekunder Sumber gambar: OpenStax Biology


Eksipien /
Bahan Tambahan Antigen Adjuvan Preservatif Stabiliser

Stabiliser
 Mencegah terjadinya reaksi kimia dalam vaksin dan menjaga
komponen vaksin tidak beragregasi
 Peran sangat penting, terutama jika rantai dingin kurang terjaga
 Ketidakstabilan  hilangnya antigenisitas dan penurunan
efektivitas.
 Faktor utama yang berpengaruh: suhu dan pH, hidrolisis dan
agregasi molekul protein dan karbohidrat
 Contoh stabiliser: MgCl2 (untuk OPV), MgSO4, laktosa-sorbitol,
sorbitol-gelatin, gula (laktosa, sukrosa), asam amino (glisin)
Eksipien /
Bahan Tambahan Surfaktan Residu Diluen Lain – lain

Adjuvan
 Adjuvan meningkatkan respons imun dari vaksin,
dengan cara memperlama antigen di tempat suntikan
atau dengan menstimulasi sel imun lokal
 Banyak digunakan pada vaksin yang dinonaktifkan
(inactivated)
 Variasinya sangat banyak  mekanisme hiperaktivasi
sistem kekebalan tubuh sangat variatif
 Contoh bahan: garam aluminium (seperti aluminium
fosfat, aluminium hidroksida atau kalium
aluminium sulfat), liposom dan emulsi (squalene)
 Aluminium terbukti tidak menyebabkan efek samping
jangka panjang.

Sumber tabel: lihat referensi


Eksipien /
Bahan Tambahan Surfaktan Residu Diluen Lain – lain

Adjuvan
Mekanisme respon imun yang diinduksi
oleh adjuvan berbasis aluminium, meliputi:
1. efek depot,
2. aktivasi inflammasome,
3. gangguan membran DC, dan
4. pelepasan DNA inang, yang memicu
pematangan DC dan meningkatkan
respons imun adaptif
Eksipien /
Bahan Tambahan Antigen Adjuvan Preservatif Stabiliser

Preservatif
 Pengawet ditambahkan ke vaksin multidosis mencegah vaksin
terkontaminasi pertumbuhan bakteri dan jamur setelah dibuka
 Vaksin dosis tunggal tidak perlu pengawet
 Bahan yang banyak digunakan adalah 2-phenoxyethanol, karena
karena memiliki toksisitas sangat rendah
 Bahan lain termasuk turunan thiomersal, formaldehid, atau fenol.
Eksipien /
Bahan Tambahan Surfaktan Residu Diluen Lain – lain

Surfaktan Diluen
 Surfaktan membuat semua bahan  Diluen adalah cairan yang
dalam vaksin tercampur menjadi digunakan untuk mengencerkan
satu. vaksin ke konsentrasi yang benar
segera sebelum digunakan
 Mencegah pengendapan dan
penggumpalan unsur-unsur yang  Diluen yang paling umum
ada dalam bentuk cair digunakan adalah air steril

 Contoh bahan: DDAB, poloksamer,


saponin, lipopolisakarida,
fosfolipid
Eksipien /
Bahan Tambahan Surfaktan Residu Diluen Antibiotik

Antibiotik Residual
 Antibiotik (dalam jumlah kecil) digunakan  Residu adalah sejumlah kecil dari bahan yang
selama fase produksi untuk mencegah digunakan selama pembuatan/produksi
kontaminasi bakteri pada sel kultur tempat
virus tumbuh  Bisa bervariasi tergantung pada proses
pembuatan yang digunakan; bisa berupa
 Biasanya hanya sejumlah kecil yang protein telur atau ragi
muncul dalam vaksin; < 25 µg per dosis
(< 0,000025 g)  Jejak sisa dalam vaksin sangat kecil  diukur
sebagai bpj atau bpm.
 Contoh bahan: neomisin
Karakterisasi Sediaan Vaksin
Spesifikasi Metode Analisis Substansi Bahan Formulasi
produk
Antigen Sistem
Penghantaran
Penampilan Visual - - v
pH pH meter v - v
Osmolalitas Osmometer v - v
Ukuran partikel DLS/SLS v - v
Keseragaman kandungan HPLC v v v
Stabilitas konformasi dan termal CD, DSC, DSF v - -
Hasil degradasi RP-HPLC, Mass Spec v - -
Agregasi SEC-HPLC, Mass Spec v - -
pI cIEF v - -
Ikatan antigen SPR v - -
Eksplorasi XRPD/NMR/TEM/Cryo v v -
EM/DVS
Stabilitas Vaksin
Parameter dan Uji Stabilitas
Tujuan Uji Stabilitas Vaksin
Tujuan umum:
1. Memastikan bahwa vaksin tetap efektif secara klinis
sebagaimana ditentukan oleh batas potensi bawah,
2. Memastikan bahwa vaksin secara klinis aman pada batas
potensi atas, dan
3. Memastikan bahwa vaksin tetap berada dalam batas potensi
atas dan bawah selama masa pakainya

Tujuan khusus:
1. menentukan umur simpan, kondisi penyimpanan dan untuk
syarat perizinan;
2. memantau stabilitas vaksin dalam periode pasca lisensi, dan
3. bukti komparabilitas produk yang diproduksi dengan proses
berbeda
Uji Stabilitas Vaksin
pemilihan uji potensi MEC, MTC, dosis efektf, dll; frekuensi
parameter uji 3, 6, 9, 12, 18 & tiap 6 bulan sesudahnya

Tahap produk antigen yg dimurnikan, antigen yg teradsorpsi /


Produksi antara adjuvan, dll

lot akhir bentuk sediaan, kemasan, kontainer dll

Uji
Stabilitas persetujuan karakterisasi sebelum mulai fase 3, identifikasi
uji klinis degradan, dll

perizinan umur simpan, tanggal kedaluwarsa & kondisi


produk penyimpanan
Tahap
Regulasi spesifikasi umur simpan dan untuk
pasca-lisensi menyempurnakan profil stabilitas

rilis lot konsistensi produksi


Rantai Dingin
 Industri farmasi - wajib melakukan
pemantauan suhu dan pencatatan data untuk
aspek regulasi dan pemenuhan GMP untuk
menyediakan produk berkualitas.

 Transportasi - Perubahan suhu dapat terjadi


kapan saja, terutama selama transportasi 
regulasi proses rantai dingin

 Gudang/distributor - Kulkas yang dilengkapi


pencatatan data atau termometer freezer
secara nirkabel, untuk memantau 24/7,
melihat riwayat pencatatan data, menjalankan
laporan secara real time

 Pengguna/retail. Ada catatan kisaran suhu


selama perjalanan untuk memastikan bahwa
produk berada dalam kisaran suhu yang
aman.

Ilustrasi gambar: Cole Palmer


Sifat Fisik
Produk Vaksin
• Sensitif panas, mudah terdegradasi pada suhu tinggi (>34ºC)
 disimpan rantai dingin pada 2 - 8ºC atau -15 s.d. -25ºC
Mis. BCG, Polio, Campak, MR

• Sensitif beku, rusak karena suhu beku (< 0ºC)


 rusak karena adanya kristal es, penyimpanan rantai dingin 2 - 8ºC
Mis. Hep B, DPT-HB-Hib, DT, TT, IPV, COVID-19

• Beberapa faktor lingkungan lain seperti cahaya, tekanan,


pH, dapat mempengaruhi stabilitas produk

• Kegagalan dalam menjaga stabilitas vaksin  tidak efektif,


 timbul spekulasi dengan konsekuensi biaya mahal untuk
mengembalikan kepercayaan publik Pegamatan visual dan mikroskop optik untuk mendeteksi kerusakan
akibat pembekuan pada vaksin setelah uji pengocokan dan diikuti
dengan pengendapan selama beberapa detik
Evaluasi Stabilitas Vaksin Analisis profil stabilitas vaksin

(A) Penentuan potensi vaksin saat rilis


berdasarkan profil stabilitas dan
variabilitas dari uji

(B) Profil stabilitas pada interval


kepercayaan 95% menunjukkan lebih
rendah (garis putus-putus); tetap
dalam spesifikasi selama 24 bulan
namun hasil out-of- spesification
(OOS) menyiratkan umur simpan
hanya 18 bulan

(C) Penanganan dan kondisi riil


penyimpanan selama manufaktur,
transportasi, penyimpanan dan
penggunaan
WHO Guideline:
Evaluasi Stabilitas Vaksin

 Fokus pada bagaimana mengevaluasi stabilitas vaksin,


BUKAN panduan bagaimana menstabilkan vaksin
 Suhu adalah faktor lingkungan yang paling
mempengaruhi karakteristik vaksin
 Fotostabilitas tidak wajib dalam uji stabilitas vaksin.
 Pengaruh kelembaban tidak terlalu relevan untuk
sebagian besar vaksin
 Studi stabilitas real time adalah persyaratan wajib untuk
penetapan masa simpan vaksin
WHO Guideline:
Jenis Uji Stabilitas Vaksin

 Uji stabilitas real time


 Uji stabilitas dipercepat (degradasi)
 Uji tekanan
 Uji stabilitas termal
 Uji stabilitas pedukung
 Uji stabilitas selama periode penggunaan
 Uji kemasan
 Uji stabilitas vaksin pada kondisi di luar kondisi penyimpanan
yang tertera dalam label
1. Uji Stabilitas Real Time

 Pengujian terkait karakteristik fisik, kimia, biologi, dan


mikrobiologi vaksin, selama dan hingga perkiraan masa
simpan dan periode penyimpanan sampel dalam kondisi
penanganan dan penyimpanan yang disarankan

 Secara umum pada 2 – 8ºC.

 Contoh uji kuantitatif: HPLC, MS

 Contoh uji kualitatif: Circular Dichroism, mengevaluasi


struktur sekunder, sifat pelipatan dan ikatan protein
2. Uji Stabilitas Dipercepat
(Degradasi)

 Uji didesain untuk menentukan laju degradasi vaksin tiap waktu


sebagai konsekuensi dari paparan suhu tinggi

 Dapat digunakan untuk menetapkan umur simpan atau spesifikasi


pada saat didistribusikan tetapi sebaiknya tidak digunakan untuk
memprediksi kestabilan kondisi real time vaksin

 Memberikan informasi awal tentang stabilitas vaksin pada tahap


pengembangan awal dan profil stabilitas vaksin

 Secara umum dilakukan uji pada 25º, 37º, 40ºC selama beberapa
minggu atau bulan.
3. Uji Tekanan / Stress
 Uji dilakukan untuk mengetahui dampak dari faktor
lingkungan yang ekstrim seperti cahaya dan suhu
ekstrim (bisa juga termasuk oksidator, freeze thaw,
pH)

 Uji ini biasanya digunakan untuk menetapkan


kualitas kemasan dan kondisi wadah serta pelabelan.
4. Uji Stabilitas Termal

 Stabilitas vaksin setelah terpapar pada suhu lebih tinggi


dari rekomendasi penyimpanan selama periode waktu
tertentu  dinyatakan sebagai perubahan potensi
 Stabilitas termal merupakan karakteristik vaksin utama
sebagai indikator konsistensi produksi dalam konteks lot.
 Uji stabilitas termal tidak dirancang untuk memprediksi
stabilitas real time tetapi untuk menguji kesesuaian
dengan spesifikasi dari vaksin yang diuji
5. Uji Stabilitas Masa
Penggunaan

 Uji stabilitas dilakukan untuk menentukan berapa lama


vaksin cair atau setelah kemasan dibuka dan direkonstitusi,
masih dapat digunakan

 Contoh: uji setelah rekonstitusi dan disimpan pada suhu


kamar / 2-8ºC.
Dampak kemasan dan penutup

 Relevan untuk vaksin bentuk cair


 Uji dengan memaparkan dan meletakkan sampel pada posisi yang
berbeda selama periode waktu tertentu (tegak; posisi horizontal atau
terbalik)
 Posisi ini harus meniru kemungkinan situasi yang mungkin terjadi selama
distribusi dan penyimpanan dan yang memfasilitasi adanya kontak antara
vaksin dan kemasan penutup.
6. Uji Stabilitas Vaksin Pada Kondisi Di Luar Kondisi
Penyimpanan Yang Tertera Dalam Label

Kemungkinan adanya perubahan suhu selama transportasi

Keluarkan sampel dari cold chain (2-8ºC) dan letakkan pada suhu 25ºC untuk
waktu yang singkat seperti 1 hari atau 8 jam kemudian kembalikan ke kondisi
cold chain normal

Sampel dapat diambil dari rantai dingin pada periode awal dan / atau periode
tengah dan / atau periode akhir masa simpan setelah dirilis

Spesifikasi rilis dapat dihitung dengan menambahkan faktor koreksi dari studi
stabilitas ini
Vaccine Vial Monitor
(VVM)
Cumulative heat
Uji stabilitas berguna untuk exposure

pemilihan VVM
VVM start
Discard point
colour
 Indikator berbentuk lingkaran, dicetak
langsung pada label botol vaksin atau
ditempelkan di bagian atas botol atau
ampul.
 Kotak bagian dalam VVM terbuat dari
bahan yang peka panas, yang awalnya
berwarna terang dan menjadi lebih gelap VVM start colour of the square is never snow-white, it Beyond discard point
saat terkena panas dari waktu ke waktu. always has a bluish-grey tinge. From then on, until the
temperature and/or duration of heat reaches a level
Square colour is darker
known to degrade the vaccine beyond acceptable limits, than the outer circle
the inner square remains lighter than the outer circle.

USE THIS DO NOT USE THIS VACCINE


VACCINE INFORM YOUR SUPERVISOR
Kategori Jumlah hari pada Jumlah hari pada Jumlah hari pada
37°C 25°C 5°C

VVM 30: Stabilitas Tinggi 30 193 > 4 tahun

VVM 14: Stabilitas Medium 14 90 > 3 tahun

VVM 7: Stabilitas Moderat 7 45 > 2 tahun

VVM 2: Stabilitas Rendah 2 N/A 225 hari


Protokol Uji Stabilitas
 Minimal tiga lot
 Data skala pilot mungkin dapat diterima asalkan batch skala manufaktur
diuji setelah persetujuan dan pembandingan ditunjukkan
 Parameter stabilitas (Non-WHO GL) ditentukan berdasarkan kasus per
kasus, sebagian besar meliputi:
 potensi / kandungan antigen,
 pH,
 keamanan / safety,
 toksisitas spesifik,
 kandungan agen antimikroba,
 sterilitas,
 konten adjuvan (adsorben), dan
 perubahan fisik/kimia.

 Uji kuantitatif diperlukan untuk mendeteksi laju perubahan


Analisis Data Stabilitas

Membandingkan pengukuran uji stabilitas dengan kriteria penerimaan.


 (Model Kesesuaian)

Pemodelan statistik seperti analisis regresi dapat digunakan untuk menganalisis


data dari studi stabilitas. Pemodelan dapat dilakukan setelah tiga atau lebih titik
waktu stabilitas telah diperoleh  bisa dari 3 lot
 (Model Estimasi/Prediksi)

Perhitungan masa kadaluwarsa dan / atau potensi minimum pada saat rilis
TERIMA KASIH
Salam Sehat & Semangat
Referensi
1. WHO. Data Reports
2. WHO. Vaccine Safety Basics e-learning course
3. WHO. Guidelines on stability evaluation of vaccines
4. Shin MD, Shukla S, Chung YH, Beiss V, Chan SK, Ortega-Rivera OA, Wirth DM, Chen A, Sack M, Pokorski JK, Steinmetz NF. COVID-19 vaccine
development and a potential nanomaterial path forward. Nature nanotechnology. 2020 Aug;15(8):646-55.
5. Su S, Du L, Jiang S. Learning from the past: development of safe and effective COVID-19 vaccines. Nature Reviews Microbiology. 2020 Oct 16:1-9.
6. Encyclopedia of Nanotechnology: Aluminum-Based Nano-adjuvants. Springer.
7. Brito LA, Malyala P, O’Hagan DT. Vaccine adjuvant formulations: a pharmaceutical perspective. 2013 Apr 1 (Vol. 25, No. 2, pp. 130-145). Academic Press.
8. Kumru OS, Joshi SB, Smith DE, Middaugh CR, Prusik T, Volkin DB. Vaccine instability in the cold chain: mechanisms, analysis and formulation strategies.
Biologicals. 2014 Sep 1;42(5):237-59.
9. Cunningham AL, Garçon N, Leo O, Friedland LR, Strugnell R, Laupèze B, Doherty M, Stern P. Vaccine development: From concept to early clinical testing.
Vaccine. 2016 Dec 20;34(52):6655-64.
10. Yusuf H, Ali AA, Orr N, Tunney MM, McCarthy HO, Kett VL. Novel freeze-dried DDA and TPGS liposomes are suitable for nasal delivery of vaccine.
International journal of pharmaceutics. 2017 Nov 25;533(1):179-86.
11. Yusuf H, Kett V. Current prospects and future challenges for nasal vaccine delivery. Human vaccines & immunotherapeutics. 2017 Jan 2;13(1):34-45.

Anda mungkin juga menyukai