KASUS
CONGESTIVE HEART
FAILURE
Et Causa HYPERTENSIVE HEART
DISEASE
+ SIROSIS HEPATIS
MUHAMMAD ABDILLAH
712017047
PEMBIMBING :
dr. M. Faisal Soleh, Sp.PD., KKV., FINASIM
LAPORAN KASUS
01 PENDAHULUAN
02 LAPORAN KASUS
03 TINJAUAN PUSTAKA
04 ANALISIS KASUS
05 SIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung masalah Gagal Jantung Survei Kesehatan Nasional 2003
kesehatan di seluruh dunia : penyakit sistem sirkulasi
sekaligus penyebab signifikan merupakan penyebab kematian
jumlah perawatan di rumah utama di Indonesia (26,4%)
sakit dengan menghabiskan
biaya yang tinggi. Profil Kesehatan Indonesia 2003
: penyakit jantung berada di
urutan ke-8 (2,8%) pada 10
penyakit penyebab kematian
terbanyak di rumah sakit di
Angka perawatan di rumah sakit Indonesia
karena gagal jantung
dekompensasi juga ikut
meningkat.
Secara global, tingkat kematian akibat sirosis meningkat dari Kebanyakan pasien
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
DPJP : dr. M. Faisal Soleh, Sp.PD., KKV., FINASIM
No. RM : 57.07.25
MRS : 12 Maret 2019
Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak Napas sejak ± 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Perut membesar, perut terasa
begah, jantung berdebar, mual
nafsu makan menurun, mudah
lelah, kedua tungkai bengkak
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sesak napas dirasakan saat istirahat, sesak
tidak dipengaruhi oleh cuaca. Sesak tidak BAK biasa, BAB hitam
disertai bunyi mengi. Pasien juga mengeluh (-).Riwayat minum
susah tidur karena sesak napas makin berat minuman beralkohol
saat berbaring, pasien lebih nyaman dan penggunaan
menggunakan 3 bantal tersusun saat tidur. narkotika disangkal
Nyeri dada (-), berdebar-debar (+), demam (-) oleh pasien.
± 1 jam
± 4 bulan
SMRS
SMRS
2018 2019
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : ± Sejak usia 18–55 tahun
Riwayat minum kopi : 2 gelas per hari
Riwayat minum minuman beralkohol: disangkal
Riwayat olahraga : disangkal
Riwayat makan : 3 kali sehari, sebanyak 1 piring setiap makan
Laboratorium darah dan urin rutin : Tanggal 12 Maret 2019 Tanggal 14 Maret 2019
Modern
Portfolio
Presentation
Hasil
Kesan :
Sinus Bradikardi + Atrial Fibrilasi + Infark Miokard
Anteroseptal
Pemeriksaan RO Thoraks (12 maret 2019)
Kesan :
Efusi pleura sinistra
Pemeriksaan USG Abdomen (22 maret 2019)
Modern
Portfolio
Presentation
Hasil
Interpretasi Hasil EKG
Hepar : mengecil, permukaan irreguler, tepi tidak rata, sudut
tumpul, Echogram : meningkat. Sistem vascular/bilier : baik, Lesi
focal/SOL : tidak ada, Ascites : (+)
Kantung empedu : dinding menebal, batu/sludge/endapan : (-)
Ginjal kanan : ukuran normal, batas sinus parenkim tegas,
pelvikalisal tidak melebar, tak tampak batu
Ginjal kiri : ukuran normal, batas sinus parenkim tegas,
pelvikalisal tidak melebar, tak tampak batu
Spleen : Baik
Vesika urinarius : dinding rata tidak menebal, tak tampak batu
KGB para aorta : tidak membesar
Prostat : tidak membesar, Homogen
Kesimpulan :
Cirrhosis hepatis
Ascites
Diagnosis
Congestive Heart Failure Et Hypertensive • Ascites ec CHF
Heart Disease + Sirosis Hepatis • Acites ec CKD
Simple PowerPoint
Pemeriksaan
Anjuran
Kimia Darah :
01 Bilirubin, Serum
Albumin, INR, APTT
• Endoskopi
• Biopsi hati 02
Farmakologis
• IVFD RL gtt
10x/menit
• Inj. Furosemid 2 x 20
Tatalaksana •
mg IV
Inj. Omeprazol vial 1
x 40 mg IV
Non-farmakologis • Spironolakton tab 2 x
Bed rest 100 mg PO
Edukasi • Hidroklorotiazid tab
1 x 12,5 mg PO
• Curcuma tab 3x1 PO
Prognosis
Quo ad functionam :
dubia ad malam
Follow Up
23 Maret 2019 S/ Sesak nafas (-), Nafsu makan menurun P/
O/ IVFD RL gtt 10 x/menit
Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang Oksigen 3 L/menit
Kesadaran: Compos mentis Inj. Furosemid 2 x 20 mg IV
Tanda Vital Inj. Omeprazol vial 1 x 40 mg IV
TD: 90/60 mmHg Spironolakton tab 2 x 100 mg PO
N : 59x/menit Hidroklorotiazid tab 1 x 12,5 mg PO
RR: 26 x/menit Curcuma tab 3x1 PO
T: 36,60C
Pemeriksaan Fisik
Kepala: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher: JVP: 5-2 cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Cor:
Ictus Cordis tidak terlihat, BJ 1 dan II regular, murmur (+): sistolik, grade III. Gallop (-).
Pulmo:
Statis Dinamis simetris, Stem Fremitus kanan sama dengan kiri, vesikuler (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen:
Cembung, tegang, hepar dan lien sulit dinilai.
Definisi Epidemiologi
Fungsi
Sistolik Diastolik
Low output
High output
a. Gagal jantung dekompensasi (Acute decompensated congestive heart failure). Riwayat perburukan progresif
pada pasien yang telah diketahui gagal jantung yang sedang dalam pengobatan dan bukti adanya bendungan
paru dan sistemik.
b. Gagal jantung akut hipertensif (Acute heart failure with hypertension/crisis hypertension) Tanda dan gejala
gagal jantung disertai peningkatan tekanan darah dan biasanya fungsi ventrikel kiri masih baik. Terdapat
bukti peningkatan tonus simpatis dengan takikardi dan vasokonstriksi. Responnya cepat terhadap terapi yang
tepat dan mortaliti rumah sakitnya rendah.
c. Gagal jantung akut dengan edema paru (Acute heart failure with pulmonary edema). Pasien yang datang
dengan distress pernafasan berat, takipnoe, dan ortopnoe, dengan ronki basah halus seluruh lapangan paru.
Saturasi O2 arteri biasanya < 90° pada udara ruangan sebelum diterapi oksigen.
d. Syok kardiogenik (Cardiogenic shock/ low output syndrome). Adanya bukti hipoperfusi jaringan akibat gagal jantung setelah dilakukan
koreksi preload dan aritmia mayor. Bukti hipoperfusi organ dan bendungan paru terjadi dengan cepat.
e. High output failure. Ditandai tingginya curah jantung, umumnya disertai laju jantung yang sangat cepat (penyebabnya antara lain :
aritmia, tirotoksikosis, anemia, penyakit paget, iatrogenik), dengan perifer hangat, kongesti paru, dan kadang tekanan darah yang rendah
seperti pada syok septik.
f. Gagal jantung kanan (Righ-sided acute heart failure). Ditandai oleh sindrom low output dengan peningkatan tekanan vena sentral
tanpa disertai kongesti paru.
g. Sindrom koroner akut dan gagal jantung. Banyak pasien gagal jantung datang dengan gambaran klinis dan bukti laboratoris sindrom
koroner akut. Sekitar 15% pasien dengan sindrom koroner akut memiliki tanda dan gejala gagal jantung akut.
Klasifikasi yang lain telah divalidasi pada perawatan
kardiomiopati, yang berdasarkan sirkulasi perifer
(perfusion) dan auskultasi paru (congestion),
diklasifikasikan menjadi: IV
III
Basah dan dingin (wet
and cold)
II
Kering dan dingin (dry
and cold)
I
Basah dan hangat (wet
and warm)
secara normal penurunan kemampuan pompa jantung kompensasi (sistem syaraf adrenergik, sistem renin angiotensin, dan sistim
sitokin) aktivasi berkelanjutan dari sistem sitokin dan neurohormonal perubahan terminal pada miokardium kerusakan organ
terminal sekunder pada ventrikel, dengan remodelling ventrikel kiri yang memburuk dekompensasi jantung secara klinis pasien
mengalami transisi dari gagal jantung yang tidak bergejala ke gagal jantung yang bergejala
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis gagal jantung secara umum:
• Dispnea
• Ortopnea
• Dispnea nokturnal paroksismal (PND)
• Asma kardial
• Batuk non produktif
• Hemoptisis
Pemeriksaan
Penunjang
Kelainan Penyebab Implikasi Klinis
b. Urinalisis
c. Elektrolit serum
Pemeriksaan
Laboratorium d. Profil Lipid
e. Tes fungsi hati
f. Tes fungsi ginjal
g. Hormon stimulasi tiroid
h. Peptida natriuretik
Pemeriksaan BNP dan NT-proBNP dengan indikator nilai untuk diagnosis gagal jantung
Peptida natriuretik biomarker gagal jantung
Usia (tahun) Cenderung bukan gagal Kemungkinan gagal Kemungkinan
peptida natriuretik atrium, peptida natriuretik
otak (brain natiuretic peptide, BNP), jantung jantung besar gagal
BNP dan bagian ujung aminonya dari NT-proBNP < 50 <300 pg/Ml 300-450 pg/mL >450 pg/mL
projormon N-terminal-pro-BNP (NT-
proBNP).
BNP---tingkat keparahan gagal jantung dan 50-75 <300 pg/mL 450-900 pg/mL >900 pg/mL
memperkirakan prognosis
>75 <300 pg/Ml 900-1800 pg/mL >1800 pg/mL
Ekokardiografi
Pengujian non invasif menilai struktur dan fungsi jantung gold standar untuk menilai gangguan fungsi sistol ventrikel
kiri dan membantu memperkirakan hasil dan kemampuan bertahan kasus gagal jantung
Radionuklir
• MUGA Scan (Multiple Gated Acquisition Scan) Menilai fungsi jantung : menghasilkan gambar dari detak jantung yang
• Positron Emission Tomography Scanning perkembangann gambaran fisiologis berdasarkan deteksi radiasi dari emisi positron,
menentukan aliran darah dari otot jantung, dan membantu mengevaluasi penyakit jantung koroner
Diagnosis
Tabel 4. Kriteria Framingham.
Diagnosis gagal jantung kongestif Kardiomegali (rasio kardiotorak 50% pada Hepatomegaly
mensyaratkan minimal 2 kriteria mayor rontgen torak)
atau satu kriteria mayor disertai 2
kriteria minor. Edema pulmonal akut Efusi pleura
Reflux hepatojugular Penurunan dalam kapasitas vital dalam
Kriteria minor tersebut dapat diterima
jika kriteria minor tersebut tidak 1/3 dari maksimal
berhubungan dengan penyakit seperti Peningkatan tekanan vena sentral
hipertensi pulmonal, PPOK, sirosis hati
atau sindroma nefrotik. (16cmH2O pada atrium kanan)
Penurunan berat badan .4,5kg dalam 5 hari
sebagai respon terhadap pengobatan
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Anjuran umum :
Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
Gagal jantung pada eksaserbasi akut pada
Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti
biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang masih bisa
kondisi emergensi
dilakukan. • Perbaikan hemodinamik
- Tindakan Umum : • Menghilangan kongesti paru,
Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ringan • Perbaikan oksigenasi jaringan
dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal
jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
Hentikan rokok
Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-30
menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban
70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan
sedang).
Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut.
Farmakologis
Definisi
keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi dari arsitektur
hepar dan pembentukan nodulus
regeneratif
Epidemiologi
JK: ♂1.6 : 1♀
U : 30-49 th Faktor Risiko
Amerika : 360/100.000 penduduk Kekurangan Nutrisi
Asia Tenggara, penyebab utama hepatitis B (HBV Hepatitis Virus
dan C (HCV) Zat Hepatotoksik
Indonesia : hepatitis = 21,2 – 46,9% Penyakit Wilson
hepatitis C = 38,7-73,9% Hemokromatosis
Sebab-Sebab Lain : Kelemahan jantung yang lama , obstruksi
empedu yang lama, sirosis kriptogenik
Klasifikasi Sirosis Hepatis Menurut Gall
1. Sirosis Postnekrotik
• Sirosis hepatis kompensata 2. Nutrisional cirrhosis
3. Sirosis Post hepatic
• Sirosis hepatis dekompensata
Stadium 1 dan 2 dimasukkan ke dalam kelompok sirosis kompensata, sementara stadium 3 dan 4
dimasukkan ke dalam kelompok sirosis hepatis dekompensata
Patogenesis
0 1 2
Albumin /> 3.6 3.0 - 3.5 < 3.0
Bilirubin < 2.0 2.0 - 3.0 > 3.0
Gangguan
- Minimal +
Kesadaran
Asites - Minimal +
Analisis
pada Hepar : mengecil,
permukaan irreguler, tepi tidak
rata, sudut tumpul, echogram
meningkat, kesimpulan : Cirrhosis
hepatis, Ascites. Baik anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara
umum maupun spesifik, keluhan
Kasus
Sirosis hepatis merupakan pasien mengarah kepada
Batasan sirosis hepatis menurut manifestasi klinis dari sirosis
perjalanan akhir dari kelainan WHO secara histologi adalah
penyakit hati. Berdasarkan studi hepatis.
didapatkannya gambaran fibrosis Dalam menegakkan diagnosis
epidemiologi yang dilakukan di hati (penumpukan yang berlebihan
rumah sakit besar di Indonesia, sirosis hepatis yang dialami oleh
dari matriks ekstraseluler dalam hati) pasien ini, didapatkan manifestasi
penyakit ini lebih banyak diderita ditambah dengan perubahan
oleh laki-laki dengan rasio laki-laki : klinis berupa asites. Manifestasi
arsitektur hati. ini terjadi akibat baik hipertensi
wanita = 2,1:1. Progresivitas kerusakan hati ini dapat
Prinsip penatalaksanaan pada porta yang menyebabkan
berlangsung dalam kurun waktu peningkatan tekanan hidrostatik
pasien dengan sirosis hepatis beberapa minggu hingga beberapa
adalah mengatasi komplikasi yang secara sistemik dan penurunan
tahun. Penegakkan diagnosis sirosis fungsi hati akibat fibrosis sel hati
terjadi dikarenakan pengobatan hepatis dapat dilakukan melalui
terhadap etiologi tidak akan lagi yang progresif yang
gambaran manifestasi dari mengakibatkan terjadinya
efektif jika pasien sudah memasuki perjalanan penyakit berdasarkan
tahap sirosis hati. hypoalbuminemia yang berujung
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pada penurunan tekanan onkotik
pemeriksaan penunjang. koloid. Baik peningkatan tekanan
hidrostatik dan penurunan
tekanan onkotik koloid merupakan
penyebab utama terjadinya asites.
BAB V
Simpulan
Simpulan
Diagnosis CHF pada pasien ini berdasarkan Framingham’s Score
Tn.AS 60 tahun datang di antar oleh keluarganya ke IGD RSUD adalah 2 kriteria mayor dan 1 kriteria minor, sebagai berikut:
Palembang Bari dengan keluhan sesak napas sejak ± 1 jam Kriteria mayor, yaitu paroxysmal nokturnal dispnea atau
SMRS. Pasien juga mengeluh susah tidur karena sesak napas ortopnea, kardiomegali, Kriteria minor, yaitu edema kedua
makin berat saat berbaring, pasien lebih nyaman ekstremitas inferior. Diagnosis CHF dapat ditegakkan jika
menggunakan 3 bantal tersusun saat tidur. terdapat 2 kriteria mayor; atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor berdasarkan Framingham’s Score.