Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAKARTA

LAPORAN KASUS
“AMEBIASIS”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

DiajukanKepada :
Pembimbing : dr. Bartholomeus Susanto Sp.Pd

Disusun Oleh :
Hendra leofirsta 1320221103

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “ VETERAN” JAKARTA
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
PERIODE 5 Januari-14 Maret 2015

1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
PENYAKIT DALAM

Presentasi kasus dengan judul :

AMEBIASIS
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Hendra leofirsta 1320221103

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Telah disetujui

Tanggal :......................................................

Disusun oleh :
Hendra Leofirsta
1320.221.103

Pembimbing

dr. Bartolomeus Susanto Sp.Pd

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Amebiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh


Entamoeba histolytica dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan
(Food Borne Disease). Amebiasis merupakan penyebab ketiga kematian
akibat infeksi parasit di dunia setelah malaria dan skistomiasis. Pada dasar
global, amebiasis mengenai 50 juta orang per tahun, dan menyebabkan
hampir 100,000 kematian (Dhawan, 2008).
Amebiasis terjadi di seluruh dunia, namun prevalensi tertinggi
terjadi pada daerah tropis, negara berkembang dengan keadaan sanitasi
buruk, status sosial ekonomi yang rendah dan status gizi yang kurang baik
serta di mana strain virulensi E histolytica masih tinggi. Kebanyakan
mortalitas dan morbiditas penyakit infeksi berlaku di Afrika, Asia,
Amerika Selatan dan Amerika Sentral. Prevalensi E histolytica di berbagai
daerah di Indonesia berkisar di antara 10-18% (Junita et al, 2006). Hanya
±10% penderita menjadi simptomatik dan berbeda simptomnya mengikut
geografi. Prevalensi penderita asimptomatik berkisar sebanyak ±90%,
namun berbeda prevalensinya mengikut geografi (Markel et al, 1999).
Persentase mortalitas bagi pasien dengan abses hepar
nonkomplikasi adalah kurang dari 1%, manakala fulminan kollitis
amebiasis lebih dari 50%. Pleuropulmonar amebiasis mempunyai
persentase mortalitas 15-20%, perikarditis amebik pula sebanyak 40%.
Amebiasis serebral mempunyai persentase yang paling tinggi iaitu 90%
(Dhawan, 2008).
Di antara semua amebae intestinal, hanya entamoeba
histolytica yang bersifat patogen dan signifikan terhadap kesehatan
manusia. Protozoa ini juga merupakan penyebab utama disentri amebik
(Yulfi, 2006).

3
Entamoeba histolytica ditransmisi terutamanya melalui fecal-
oral secara direk, kontak orang ke orang seperti menukar lampin bayi dan
praktis seksual oral-anal atau indirek melalui ingesti makanan atau
minuman terkontaminasi. Faktor
Universitas Sumatera Utara
A. transmisi fekal-oral ialah higine individu yang buruk
terutama pada anak-anak yang dijaga di tempat penitipan anak-anak,
kemudian institusi seperti penjara, rawat inap psikiatri, dan rumah anak
yatim akibat displin kebersihan yang tidak terjaga. Faktor lain ialah
kawasan water-borne epidemics, diare migrans dan wisatawan serta pria
homoseksual yang melakukan kontak oral-anal. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Umum
Mengetahui tentang penyakit Amebiasis
2. Khusus
a. Menyusun laporan kasus untuk penderita Amebiasis
b. Menjelaskan tentang Amebiasis
c. Menjelaskan pendiagnosaan hingga penatalaksanaan Amebiasis

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang Amebiasis
2. Melakukan follow-up hingga selesai untk memantau perkembangan
pasien

4
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny I
Umur : 22 tahun
Alamat : Geyongan 02/08 Kandangan Bawen
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Status Berobat : Rawat Inap
Bangsal : Teratai
Tanggal Masuk : 5 february 2015
No. RM : 045914- 2015

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan5 february 2015 jam 09.45 di Bangsal Teratai kelas
III RSUD Ambarawa secara autoanamesis.
A. Keluhan Utama : BAB cair
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 hari yang lalu, pasien BAB 5-6 kali ± 200 cc, terjadi tiba-
tiba, konsistensi cair, warna coklat, lendir (+), darah (-), nyeri perut (+)
seperti diremas-remas, rasa tidak lega setelah BAB (masih ingin BAB) (-)
Saat ini BAB 5-6 kali ± 200 cc, konsistensi cair, warna coklat,
lendir (+), darah (-), nyeri perut (+), tenesmus (-)

5
 Keluhan tambahan : nyeri perut (+) di perut bagian kiri atas
sejak 4 hari yang lalu, seperti ditusuk-tusuk, dirasakan terus menerus,
nyeri berkurang saat makan, mual (+), muntah (-)

 Sejak 2 hari yang lalu, muntah >5x/hari isi cairan dan


makanan, muntah terjadi beberapa saat setelah makan, darah (-), demam
(-), sesak (-), nyeri dada (-), pusing (-), lemas (+), BAK (tidak ada
kelainan), nafsu makan menurun, pasien belum pernah memperiksakan diri
ke dokter atau minum obat

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat keluhan seperti ini : disangkal
2. Riwayat hipertensi : disangkal
3. Riwayat DM : disangkal
4. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat mondok : disangkal
6. Riwayat batuk lama : disangkal
7. Riwayat asma : disangkal
8. Riwayat pengobata jangka lama : disangkal
9. Riwayat operasi : disangkal
10. Riwayat trauma di perut : disangkal
11. Riwayat maag : disangkal
12. riwayat menstruasi (normal), HPHT : 13 January 2015
D. Riwayat penyakit keluarga :
1. Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
2. Riwayat darah tinggi : disangkal
3. Riwayat sakit gula : disangkal
4. Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat batuk lama : disangkal
6. Riwayat asma : disangkal
7. Riwayat alergi makanan atau obat : disangkal

6
E. Riwayat pribadi :
1. Riwayat minum obat-obatan bebas : disangkal
2. Riwayat minum jamu : disangkal
3. Riwayat merokok : disangkal
4. Riwayat minum alkohol : disangkal
5. Kebiasaan olahraga : jarang
6. Riwayat kebiasaan jajan di warung : diakui
7. Sumber air minum : dari sumur
F. Riwayat sosial ekonomi
Pasien sudah menikah, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal
bersama suaminya. Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh jamkesmas.
Kesan Ekonomi cukup

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 5 february 2015 jam 09.45 di
Bangsal Teratai kelas III RSUD Ambarawa
- Keadaan umum : tampak sakit ringan
- Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
- Vital sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- suhu : 36,8 C

- nadi : 88x/menit reguler isi tegangan cukup

- RR : 18x/menit

- BB : 46 kg

- TB : 150 CM

- IMT : 20,44 (kesan gizi : normo weight)

- Status Internus
 Kulit : warna sawo matang, petekie (-), turgor kulit menurun(-/-)

7
 Kepala : kesan mesocephal, rambut hitam, mudah rontok (-)
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm
 Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
 Telinga : serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid
(-/-)
 Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-)
 Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)
 Thorax :

Paru
Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada L > AP L > AP
Hemitorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Nyeritekan (-) (-)
Pelebaran ICS (-) (-)

3. Perkusi Sonor diseluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

4. Auskultasi
Suaradasar Vesikuler Vesikuler
Suaratambahan (-) (-)
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada Dalam batas normal Dalambatas normal
Hemitorak Simetris Simetris

2. Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Nyeritekan (-) (-)
Pelebaran ICS (-) (-)

3. Perkusi Sonor di seluruhlapangparu Sonor di seluruhlapangparu

4. Auskultasi
Suaradasar Vesikuler Vesikuler
Suaratambahan - -

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

8
Kesan : Paru dalam batas normal
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V LMCS, tak kuat angkat
Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Pinggang jantung: ICSIII Linea parasterna sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial Linea mid
clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS IV Linea sternalis dextra
Auskultasi: Bunyi jantung I & II normal &murni, bising (-),
gallop(-)
 Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
Tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (+) hipokondrium sinistra, hepar,lien dan
ginjal tidak teraba
 Ektremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Ptekie -/- -/-

IV. RESUME

9
Pasien datang ke RSUD Ambarawa dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari
yang lalu, pasien BAB 5-6 kali ± 200 cc, terjadi tiba-tiba, konsistensi cair, warna
coklat, lendir (+), darah (-), nyeri perut (+) seperti diremas-remas, rasa tidak lega
setelah BAB (masih ingin BAB) (-), mual (+), muntah (+), muntah >5x/hari isi
cairan dan makanan, muntah terjadi beberapa saat setelah makan, lemas (+), BAK
(tidak ada kelainan), nafsu makan menurun, pasien belum pernah memperiksakan
diri ke dokter atau minum obat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu 120/80 mmHg, Nadi
80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, Frekuensi napas 20x/menit, reguler,
Suhu 36,8°C,tinggi badan 150 cm , berat badan 46 kg dan status gizi normoweight
(BMI : 20,44). Pada pemeriksaan Internus didapatkan kelainan nyeri tekan di
hipokondrium sinistra.

V. Diagnosa Banding
Disentri amoeba (amebiasis)
Disentri basiler
Colitis
VI. Diagnosa Kerja
GEA dengan dehidrasi ringan
Dyspepsia
VII. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium :- Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,6 12-16
Lekosit 7,1 4 -10
Eritrosit 4,69 4,2- 5,4
Hematokrit 41,2 37-43
Trombosit 234 200-400
MCV 84,0 80-90
MCH 28,7 27-34

10
MCHC 34,2 32-36
RDW 11,0 10-16
MPV 8,2 7-11
Limfosit 1,8 1,7- 3,5
Monosit 0,5 0,2- 0,6
Granulosit 5,0 2,5- 7
Limfosit % 25,4 25-35
Monosit % 5,3 4-6
Granulosit % 70,3 50-80
PCT 0,292 0,2-0,5
PDW 13,4 10- 18
KIMIA KLINIK
Gula darah puasa 89 74- 106
Gula darah 2 jam PP 98 <120
Ureum 15,4 10-50
Creatinin 1,1 0,45-0,75
SGOT 15 0-35
SGPT 11 0-35
Protein total 7,2 6-9
Uric Acid 3,78 2-7
Cholesterol 91 <200 dianjurkan, 200-
240 risiko sedang, >240 risiko
tinggi
Trigycerid 74 70-81
SEROLOGI
HbsAg Non reaktif Non reaktif

- Feses rutin

11
Pemeriksaan
Makroskopis
Warna Coklat
Konsistensi Cair
Lendir Positif
Darah Negatif
Mikroskopis
Lekosit 4-6
Eritrosit 1-2
Amuba Positif
Telur cacing Negatif
Sisa makanan Positif
Lain-lain -

12
- Urin rutin

Pemeriksaa Hasil Nilai rujukan


n

Urin rutin
Warna Yellow
Kekeruhan Clear
Protein urin Negative Negative
Glukosa urin Negative Negative
pH 5,0 5-9
Billirubin urin Negative Negative
Urobilinogen Normal Negative
Berat jenis urin 1.030 1.000-1.030
Keton urin Negative Negative
Lekosit Negative Negative
Eritrosit negative <5
Nitrit negative Negative
Sedimen
Epitel 2-4 <4
Eritrosit 0-1 0-1
Leukosit 3-4 <5
Silinder Negative Negative
Kristal Negative Negative
Lain – lain Bakteri (-)

VIII. Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa :
Makan makanan lunak (DL II) rendah serat, oralit
Edukasi tentang penyakitnya
b. Medikamentosa :
Infus RL 20 tpm

13
Inj. ondansetron 3x1 amp (4mg)
Inj. Ranitidin 2x1 amp (50mg)
New diatab 2 tab/BAB max 14 tab
Metronidazol 3x500mg tab
IX. Monitoring
a. Perbaikan kondisi umum pasien
b. Tanda vital pasien
X. Edukasi
a. menjaga pola makan dan kebersihan, jangan sering makan di sembarang
tempat
b. menjaga higine diri sendiri dan lingkungan
XI. Prognosis
Quo ad vitam :ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad cosmeticum : ad bonam

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
AMEBIASIS
A. DEFINISI
Amebiasis (disentri amoeba, enteritis amoeba, kolitis amoeba) adalah
penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus Entemoeba
histolytica.
B. CARA PENULARAN
Penularan terjadi melalui berbagai cara, misalnya :
pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, juru masak, vektor lalat
dan kecoak
C. KLASIFIKASI
- carrier (cyst passer),
- amebiasis intestinal ringan (disentri ameba ringan),
- amebiasis intestinal sedang (disentri ameba sedang),
- disentri ameba berat,
- disentri ameba kronik.
D. PATOFISIOLOGI
Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. E.
Histolytica terdapat dalam dua bentuk yaitu kista dan tropozoit yang
bergerak. Penularan terjadi melalui bentuk kista yang tahan suasana asam.
Didalam lumen usus halus, dinding kista pecah mengeluarkan tropozoid
yang akan menjadi dewasa dalam lumen kolon. Tropozoit menginvasi
dinding usus dengan cara mengeluarkan enzimproteolitik, penglepasan
bahan toksik menyebabkan reaksi inflamasi dan terjadi destruksi mukosa.
Selanjutnya timbul ulkus dengan kedalaman mencapai submukosa atau
lapisan muskularis, tepi ulkus menebal dan sedikit reaksi radang. Akibat
invasi amuba ke dinding usus, timbul reaksi imunitas humoral dan imunitas
amebisidal berupa makrofag lymphokine-activated serta limfositsitotoksik

15
CD8. Invasi yag mencapai lapisan muskularis dinding kolon dapat
menimbulkan jaringan dan terbentuk massa yang disebut amuba, sering
terjadi di sekum atau kolon asenden.
E. MANIFESTASI
1. CARRIER :
tidak menunjukkan gejala klinis disebabkan karena ameba yang berada di
dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke dinding usus
2. Disentri Ameba Ringan :
- timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan
- mengeluh perut kembung
- nyeri perut ringan
- diare 4-5 kali/hari, tinja bau busuk, bercampur darah dan lendir
- sedikit nyeri tekan di sigmoid
- jarang nyeri tekan di epigastrium seperti ulkus peptik
- keadaan umum pasien baik
- Demam ringan (subfebril)
- kadang-kadang disertai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan
3. Disentri Ameba Sedang :
- keluhan dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan, tapi
pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- tinja disertai darah dan lendir
- Mengeluh perut kram, demam, lemah badan,di sertai hepatomegali
yang nyeri ringan
4. Disentri Ameba Berat :
- keluhan dan gejala klinis lebih hebat lagi
- diare disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali/hari
- demam tinggi (40 C - 40,5 C)
- disertai mual dan anemia
5. Disentri Ameba Kronik
- gejala menyerupai gejala pada ameba ringan
- serangan diare diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala

16
- keadaan ini dapat berjalan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun
- pasien biasanya menunjukkan gejala neurastenia
- serangan diare biasanya muncul karena kelelahan, demam atau
makanan yang sukar dicerna

F. DIAGNOSIS
Selain menilai gejala dan tanda, diagnosis smebiasis yang akurat
membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bentuk tropozoit
dan kista serta mengetahui adanya eritrosit. Metode yang paling sering
digunakan adalah teknik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen
stain. Untuk screening cukup menggunakan sediaan basah dengan bahan
saline dan diawarnai lugol agar terlihat jelas. Pemeriksaan endoscopi
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis pasien amebiasis akut.
Pemeriksaan penunjang :
- Hasil pemeriksaan tinja yaitu bau busuk, bercampur darah dan lendir,
trofozoit (+)
- sigmoidoskopi dan kolonoskopi berguna untuk membantu diagnosis
penderita dengan gejala disentri terutama bila ada pemeriksaan tinja
tidak ditemukan ameba à Tampak ulkus yang khas dengan tepi
menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus
tampak normal
- Foto rontgen tidak banyak membantu karena ulkus tidak tampak pada
foto polos

17
G. PENATALAKSANAAN

18
19
H. Komplikasi

20
Komplikasi intestisial :
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
- Ameboma
- Intususepsi
Komplikasi ekstra intestisial :
- Amebiasis hati
- Amebiasis pleuropulmonal
- Abses otak, limpa dan organ lain
- Amebiasis kulit

BAB IV

21
PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan data Ny I , usia 22 tahun datang ke


RSUD Ambarawa Semarang dengan keluhan BAB cair Sejak 4 hari yang
lalu, pasien BAB 5-6 kali ± 200 cc, terjadi tiba-tiba, konsistensi cair,
warna coklat, lendir (+), darah (-), nyeri perut saat BAB (+) seperti
diremas-remas, rasa tidak lega setelah BAB (masih ingin BAB) (-), disertai
nyeri perut (+) di perut bagian kiri atas sejak 4 hari yang lalu, seperti
ditusuk-tusuk, dirasakan terus menerus, nyeri berkurang saat makan, mual
(+), muntah (+) sejak 2 hari yang lalu, muntah >5x/hari isi cairan dan
makanan, muntah terjadi beberapa saat setelah makan, darah (-), demam
(-), sesak (-), nyeri dada (-), pusing (-), lemas (+), BAK (tidak ada
kelainan), nafsu makan menurun, pasien belum pernah memperiksakan diri
ke dokter atau minum obat
Pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan pasien nampak sakit
ringan, kesadaran komposmentis. tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
88x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, Frekuensi napas 18x/menit,
reguler, Suhu 36,8°C,tinggi badan 150 cm , berat badan 46 kg dan status
gizi normoweight (BMI : 20,44). Pada pemeriksaan Internus didapatkan
kelainan nyeri tekan di regio hipokondrium kiri. Pada pemeriksaan feses
didapatkan amuba (+) dari teori mengatakan bahwa untuk mendiagnosa
amebiasis dengan pemeriksaan penunjang feses rutin dan akan ditemukan
amuba.
Penanganan pada pasien ini diberikan terapi metronidazol
3x500mg selama 5 hari untuk antimikroba. Secara umum prognosis pasien
baik.

DAFTAR PUSTAKA

22
1. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakrta: IPD FKUI. 2006.

2. Price, Sylvia Anderson. Wilson, Lorraine McCarty. Patofisologi Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005
3. Rasmaliah. Epidemiologi amebiasis dan upaya pencegahan. 2003. Available
from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3770/1/fkm.rasmaliah.pdf
4. Brown HW. Dasar parasitologi klinis. Edisi ketiga. Jakarta:
Gramedia,1983.
5. Mulyaningsih B, Hadianto T, Ernaningsih. Prevalensi parasit usus di daerah
kalikutes pituruh purworejo. 1989.
Available from: http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?datald=7208

FOLLOW UP

23
TANGGA KELUHAN TANDA VITAL TERAPI TARGE
L T
21-10-13 BAB 4x konsistensi TD : 120/80 Medikamentosa Keluhan
cair, lendir (+), mmHg, - Terpi lanjut berkuran
darah (-), mual (+), HR :80 x/mnt, RR: g
muntah (+) 3x isi 20x/mnt, T: 36,7ºC
cairan dan makanan,
lemas (+), pusing
(-), demam (-)
Nyeri perut di
bagian
hipokondrium kiri,
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, terus
menerus, BAK (n)

22-10-13 BAB 2x konsistensi TD : 120/70 Medikamentosa Keluhan


lembek, lendir (+), mmHg Terapi lanjut berkuran
darah (-), mual (+), N : 78 x/menit g
muntah (+) 1x isi RR : 18 x/menit
cairan dan makanan, T : 36,5oC
lemas (-), pusing (-),
demam (-)
Nyeri perut di
bagian hipokon-
drium kiri, nyeri
berkurang, BAK (n)

23-10-13 mual (-), muntah (-), TD : 120/80 Medikamentosa Pasien


lemas (-), pusing (-) mmHg Terapi lanjut + ACC pulang melakuka
Nyeri perut (-), BAB n aktivits

24
(n), BAK (n) N : 82 x/menit - seperti
Tidak ada keluhan RR : 18 x/menit biasa
T : 36,6oC

25

Anda mungkin juga menyukai