Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN PENGKAJIAN FISIK PADA NY M


PASIEN KURETASE DENGAN NYERI DI RUANG G3
DI RUMAH SAKIT AMELIA PARE, KEDIRI

NAMA : ERINA PERMATASARI


NIM : 14.103

AKBID MEDIKA WIYATA KEDIRI


TAHUN AJARAN 2014/ 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
Pada Ny. M dengan kuretase
Di Ruang Gladiol 3, di Rumah Sakit Amelia Pare

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kuretase bukan ditunjukkan untuk menggunakan janin dalam kandungan masih banyak
kasus lain yang lebih penting untuk dilakukan tindakan kuretase, karena masalah
tersebut bisa mengganggu kesehatan.

Kuretase tidak bisa asal dilakukan. Selain harus ada indikasi medis juga harus ada
persetujuan dari pasangan suami istri, dan keputusan tersebut ditentukan oleh tim
doktetr dari hasil diagnosa.

Kebanyakan wanita memang punya bayangan mengerikan tentang proses kuretase


mulai rasa sakit sampai khawatir terjadi efek samping. Padahal, menurut konsultan
fertilitas dan endokrinolog, kuretase justru penting dilakukan untuk mempersiapkan
kehamilan selanjutnya.

Tanpa kuretase justru bisa memperbesar gangguan pada alat reproduksi wanita, serta
dapat menyebabkan kesulitan memiliki keturunan. Tak hanya untuk kesehatan
reproduksi, kuretase juga bisa dilakukan untuk mengetahui siklus haid yang normal
hingga mendeteksi adanya keganasan sel di dalam rahim.
2. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asunan kebidanan yang komprehensif
terhadap pasien kuretase.
2. Tujuan khusus
a) Mampu melakukan pengkajian dan menentukan diagnosa kebidanan pada kasus
kuretase
b) Mampu menyusun rencana asuhan sesuai kebutuhan pasien
c) Mengetahui apa itu kuretase
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerukan) . sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan
dalam untuk menentukan letak uterus, gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya
keselamatan misalnya perforasi
B. Etiologi
Hal hal yang menyebabkan kuret harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Usia Ibu yang lanjut
Riwayat obsterti/ ginekologi yang kurang baik
Riwayat infertilitas
Adanya kelainan/ penyakit yang menyertai kehamilan
Berbagai macam infeksi
Paparan dengan berbagai macam zat kimia
Trauma abdomen/ pelvis pada trisemester pertama
Kelainan kromosom
Sejarah perdarahan haid yang tidak normal, seperti pendarahan berat (menoragia)
atau pendarahan atau periode
C. Patofiologi
Terkadang kuret tidak berjalan lancar meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan
yang sudah dibekali ilmu kuret. Namun kekeliruan bisa saja terjadi bila saja dokter
kurang teliti, terburu buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu seperti pada kasus
abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya :
Pendarahan bisa saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan
terjadi pendarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi
pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan
pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun,
biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si Ibu,
jika terjadi pendarahan maka segera datang lagi ke dokter.
Cerukan di dinding rahim :
Pengerokan jaringan pun harus dapat sasaran, jaringan sampai meninggalkan cerukan
di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan. Dikhawatirkan akan mengganggu
kesehatan rahim.
Gangguan haid, yaitu pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot
rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklud haid.
Infeksi, jika jaringan tersisa di dalam rahim. Muncul luka cerukan, dikhawatirkan bisa
memicu terjadinya infeksi, sebab kuman senang sekali dengan daerah daerah yang
basah oleh cairan seperti darah.
Kanker kemungkinan kecil terjadi kanker hanya sekitar 1 %, namun bila kuret
tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker disebut kanker trofoblast/
kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.
D. Manifestasi klinis
1. Pendarahan hebat yang terkadang disertai dengan adanya gumpalan besar
2. Rasa nyeri/ sakit pada perut bagian bawah
3. Terjadinya perubahan cairan vagina seperi keputihan dan berbau
4. Mengalami demam dengan suhu yang tinggi
5. Mengalami menstruasi yang tidak normal sebulan setelah kuret
E. Penanganan
Bedres total
Pemberian obat obatan
Metorgin
Petidine
SA
Fertonert
Ifus : RL
Observasi tanda tanda vital dan tingkat kesadaran
Komplit Inkomplit

Seluruh hasil Kuretase Plasenta tertinggal Dikeluarkan
Konsepsi keluar dalam rahim
Alat yang Uterus
tidak steril Pembuluh darah berkontraksi
Perdarahan
Masih terbuka

Kembali normal Pesti Perdarahan 63, rasa
Dalam 10 hari Infeksi massif Nyaman nyeri

Syok hipovolemik Nadi

Distribusi darah Tekanan darah


ke jaringan

Ak dingin

63 perfusi
jaringan
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
AKADEMI KEBIDANAN
JL. DR. SAHARJO NO. 16 KEDIRI TELP. (0354) 776638, (0354) 7090903

FORMAT PENGKAJIAN DEWASA


AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA KEDIRI

Nama Mahasiswa : Erina Permatasari


NPM : 14.103
Semester : II

Tanggal masuk RS : 10 Agustus 2015


Tanggal Pengkajian : 10 Agustus 2015
Nomor Registrasi : 1409151

1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama pasien : Ny. M Nama Penanggung Jawab : Tn A.
Umur : 41 th Umur : 39 th
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan hamil 3 bulan, keluar darah gumpal gumpal dan perih
terasa nyeri
3. Pola makan dan minum
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Makan : Teratur 3x/ hari (nasi, sayur, lauk pauk)
Minum : 6 8 gelas/ hari (air putih)
b. Selama di Rumah Sakit
Makan : Sedikit dikit tapi rutin
Minum : Sedikit dikit tapi rutin
4. Pola aktivitas sehari - hari
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari hari bekerja sebagai karyawan swasta
b. Selama di Rumah Sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak ada aktivitas sama sekali
5. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Istirahat : 1 2 jam/ hari
Tidur : 6 jam (tidak tentu)
b. Selama di Rumah Sakit
Istirahat : 2 jam/ hari (tidak tentu)
Tidur : 6 jam/ hari (tidak tentu)
6. Pola Eliminasi
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, BAB 1x/ konsisten padat, bau kas
BAK : 3 4 x/ hari konsisten jernih, bau kas
b. Selama di Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, BAB 1x/ konsisten lunak, bau kas
BAK : 5 - 6 x/ hari konsisten jernih, bau kas
7. Riwayat penyakit yang sedang diderita
13
G IV P3 2 4 dy ab.incomplet

8. Riwayat penyakit yang lalu


Ibu mengatakan pernah mengalami penyakit tifus
9. Riwayat penyakit keturunan
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
10. Riwayat menstruasi (Bila ada indikasi)
a. HPHT : 1 5 2015
b. HPL : 8 2 2016
c. Menarche : 11 tahun
d. Dysminoroe : tidak
e. Frekuensi : normal, 50 cc/ hari
f. Siklus : 28 hari
g. Flour albus : tidak
11. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB (Bila ada indikasi)
12. Perilaku kesehatan
a. Minum alkohol/ Obat obatan
Obat obatan (-),Minum alkohol (-)
b. Merokok, makan sirih, kopi
Merokok (-)
c. Ganti pakaian
Sebelum masuk Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore)
Selama di Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore)
13. Keadaan psikologi
a. Hubungan pasien dengan keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik
b. Hubungan pasien dengan masyarakat
Hubungan pasien dengan masyarakat
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan emosional : baik
d. Tanda tanda Vital
Tekanan darah : 120/ 80 Suhu tubuh : 36, 9 0C
Nadi : 28 x Pernafasan : 28 x/m
e. Tinggi badan : -
f. Berat badan : -
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada pembengkakan
b. Muka
Mata
Inspeksi : simetris kanak kiri, sclera putih bersih, konjungtiva merah putih
Palpasi : tidak ada oedema pada kelopak mata
Mulut
Inspeksi : gigi bersih, mulut bersih, ludah bersih, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada kelainan
Hidung
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada becret, tidak ada polip
Palpasi : bagian luar hidung tidak ada pembengkakan
Telinga
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada becret
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada nyeri tekan
c. Leher
Inspeksi : normal, ada vena jugularis
Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
d. Axilia
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada pembengkakan pada k.limfe
Palpasi : normal, tidak ada pembesaran/ benjolan
e. Dada
Inspeksi : simetris kanan kiri, bersih, pergerakan dada sama
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : tidak ada benjolan/ tumor, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak ada wheezing, tidak ada ronki
f. Abdomen
Inspeksi : bersih, simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada pembesaran/ nyeri
Perkusi : normal, tidak kembung
Auskultasi : gerakan peristaltik usus normal 10x/ m
g. Punggung
Inspeksi : tidak di kaji
Palpasi : tidak di kaji
h. Ekstremitas
atas
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada becret,
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
bawah
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada becret,
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
i. Genetalia
Inspeksi : mengeluarkan gumpalan gumpalan darah (banyak)
Palpasi : nyeri pada saat ditekan
II. PEMERIKSAAN PENUNJANNG
1. Laboratorium
.
.
2. Foto Rontgen
.

III. ANALISA
.
.
.
.
IV. PENATALAKSANAAN

V. DATA PERKEMBANGAN
II. Pemeriksaan penunjang
1. Hasil laboratorium
Hasil pertama
N Pemeriksaan Darah Hasil Nilai Range
o Lengkap
1. HB 8,6 L.13,4-17,7 P.11,4-15,1
gr/dl

Hasil kedua

[darah lengkap] N Pemeriksaan Darah


Hasil Nilai Range
o Lengkap
1. Hb 9,9 L.13,4-17,7 P.11,4-15 gr/dl
2. Lekosit Kl, 200 L.4300-10.300 P. 4300-10.300 sel/
3. Hematorit 96,1
mm2
4. Trombosit 208.000
L.45-50 P.35-45 %
150.000-400.000 sel/ lp
5. HB S Ag rapid Negativ Negative
e
6. B-20 test Negativ Negative
e
Gula darah 92,2 < 140 mg/ dl bayi baru lahir
Gula darah sewaktu (30-80 mg/dl)

Golongan Darah : B
III. Analisa data
Senin, 10-8-2015
Diagnosa : G IV P3-2 13/14 3 < dari ab.incomplet
DS : Pasien mulai kemarin + softex penuh (ganti 3x softex)
mulai jam 11.00 WIB perdarahan terlalu banyak bergumpal gumpal, pusing
(+), bulan juli keluar darah bila kecapekan
DO : TD : 120/ 80
N : 78
S : 36,9
RR : 28x/ m
PP Test: Negative (-)
Skala nyeri 4 (sedang) nyeri sedang
Vt : 1 jari, uterus membesar, perdarahan banyak
Ginetalia :
Inspeksi : mengeluarkan darah bergumpal gumpal
Palpasi : nyeri pada saat ditekan
DX : rencana kuretase abortus

PENATALAKSANAAN
1. Intervensi
1) Nyeri : - Anjurkan px untuk melakukan distruksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
- Observasi TTV
- Kaji skala nyeri 1 - 10
2) Cemas : - Anjurkan px untuk melakukan relaksasi
- Jelaskan tentang prosedur kuretase
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian penjelasan setiap
tindakan ke pasien
- Observasi TTV
2. Implementasi
Dx : nyeri : -Anjurkan px untuk melakukan distruksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Observasi TTV
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
- Skala nyeri 4 (sedang)
Cemas : - Mengatakan lingkungan baik & nyaman
- Anjurkan relaksasi
- Observasi TTV
TD : 120/ 80
N : 78
S : 36,9 0C
RR : 26x/ m
- Jelaskan tentang prosedur kuretase
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
3. Evaluasi
Nyeri 10/8 = S : px mengatakan nyeri kembung
O : T : 120/80
N : 78
S : 36,9 0C
RR : 26x/ m
Pusing (+) agak bengkak pada kaki
Skala nyeri 3 (ringan)
A : Masalah teratasi sebagian
B : Rencana dilanjutkan
- Anjurkan distruksi dan relaksasi
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV
Cemas = S : px mengatakan cemas saat dirawat
O : T : 120/80
N : 78
S : 36,9 0C
RR : 26x/ m
Gelisah (-) cemas (+)
Skala nyeri 3 (ringan)
A : Masalah teratasi sebagian
B : Rencana dilanjutkan
- Anjurkan relaksasi
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
- Observasi TTV
Data Perkembangan
10-8-2015 12.20 WIB : - Pasang infus
T = 130/100 N = 100 S = 370C
- Perdarahan keluar sedikit sedikit
- PP tes urine
13.00 WIB : S : Badan masih terasa lemas
O : 120/80 96 pervaginam (-)
A : AUB ?
P : Terapi lanjut obat
13.45 WIB : Pasien puasa
17.00 WIB : S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : T = 120/80 N = 100 S = 370C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Terapi lanjut : - Observasi TTV
- Anjurkan melakukan distruksi dan
relaksasi
- Kaji skala nyeri
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
MANAJEMEN NYERI

A. Pengertian
Menurut International Association For Study Of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadi
kerusakan.
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial (Judith M.
Wilkinson, 2002).
B. Etiologi
a) Stimulus kimia (histamine, bradikinin, prostoglandin, bermacam macam asam)
b) Pembengkakan jaringan
c) Spasmus otot
d) Kehamilan
e) Inflamasi
f) Keletihan
g) Kanker
C. Manifestasi klinis
a) Gangguan tidur
b) Porsi menghindari nyeri
c) Gerakan menghindari nyeri
d) Pusat
e) Perubahan nafsu makan
D. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri dibedakan menjadi :
1) Menurut tempa pain
a) Periferal pain, dibagi menjadi 3 : - nyeri permukaan
- Nyeri dalam
- Nyeri alihan
b) Central pain
c) Psyhogenic pain
d) Phantom pain
e) Radiating pain

2) Menurut nyeri
a) Insidentil yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu waktu dan kemudian
menghilang
b) Steady yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dari dirasakan dalam sewaktu
yang sama
c) Parongsmal yaitu sifat nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
dan biasanya menetap selam 10 15 menit, lalu menghilang dan kemudian
timbul kembali
d) Intractable pain yaitu sifat nyeri yang resistan dengan diobati dan dikurangi
3) Menurut berat ringannya nyeri
a) Nyeri ringan yaitu yang berada dalam intensitas yang rendah
b) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga
reaksi psikologis
c) Nyeri berat yaitu yang berada dalam intensitas yang timbul
4) Menurut sewaktu serangan
a) Nyeri akut
b) Nyeri kronis
E. Patologis nyeri
Reseptor nyeri disebut reseptor nonsiseptor mencakup ujung ujung saraf bebas
yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, detormasi,
suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia pada rangsangan yang intensif.
Reseptor reseptor lain misalnya bahan pacini dan meissner juga mengirim
informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat zat kimia yang mempengaruhi nyeri
antara lain histamine, bradikiran, serutamin, beberapa prostaglandin, ion kalium
hydrogen masing masing zat tersebut tertimbun ditempat cidera. Hipoksia/ kematian
sel nyeri dapat cepat disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta nyeri dapat lambat
disalurkan ke korda plen oleh serat C lambat.
Serat serat C tampak mengeluarkan neurotramsmitter substansi P sewaktu
berspinaps di neuron neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun sebagian serat
berjalan sebelum berjalan ke atas atau ke bawah beberapa serpihan di korda spinalis,
sebelum bersinaps setelah mengaktifkan sel sel di korda spinalis, informasi
merupakan rangsangan nyeri dikirim oleh satu dari dua jarak ke otak trakmus neospino
talamikus atau trakmus p aleuspinotalamikus.
Trauma pada kepala Pohon Masalah

Kerusakan seluler

Pelepasan histamin, bradikinin & kalium
di nonsiseptor

Impuls saraf menyebar disepanjang
Serabut saraf perifer aferen

Serabut A & C melokalisir sumber nyeri

Nyeri terutama di daerah trauma
Nausea pada kepala

Rangsangan pada pusat muntah
Di medula
Mual muntah
Faktur basis risisko
Cranil infeksi

Durameter robek

CSS keluar melalui telinga/ hidung

Organisme bisa masuk ke dalam isi
Cranial melalui hidungn, telinga, sinus luka
robek di kepala

Barrier pertahanan tubuh terbuka

Port de entre masuknya kuman

Risiko infeksi trauma pada kepala

Chepal hematome meluas

Mendesak nangan innakranial

Peningkatan TIK

Mengurangi aliran darah ke otak

Perfusi jaringan cerebral terganggu nyeri
dan pusing bila bergerak

Tidak mampu memenuhi kebutuhan secara
mandiri

ADL dibantu
Penatalaksanaan

1. Farmakologis
SAID (Steroid Anti - Inflammation Drugs)
Dua jenis SAID murni yaitu ;
a) Agonis murni
b) Kombinasi agonis - integonis
NSAID (Non Steroid Anti - Inflammation Drugs)
2. Non Farmakologis
Penanganan fisik meliputi :
Message kulit
Tens
Pijat refleksi
Placebo
Stimulisasi elektrik
Akupuntur
Sidtraksi
Relaksasi
3. Penanganan kognitif
4. Regional analgesia
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada batang saraf
terdiri dari 2 analgesia yaitu :
a) Analgesia local
b) Analgesia infiltrasi
PENGKAJIAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA PQRST

a) P ( Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.


Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tahanan
terhadap nyeri adalah alkohol, obat obatan, tupnotis, gesekan atau gasukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya sedangkan faktor yang
dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain - lain
b) Q (Quality), dari nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat, contoh sensasi
yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil/ laserasi, dan lain lain. Sensasi
tumpul seperti ngilu, linu, dan lain lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang
dia ketahui : nyeri kepala ada yang membentur
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta
untuk menunjukkan semua daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk melokalisasi
nyeri dengan baik dengan lebih spesifik, perawat meminta pasien untuk melacak
daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat
difusi (menyebar ke segala arah), meliputi beberapa tempat atau melibatkan segmen
terbesar tubuh.
d) S (Seventy) adalah keparahan atau intensitas nyeri karakteristik paling subjektif pada
nyeri adalah tingkat keparahan/ intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta
untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah, namun makna
istilah istilah ini berbeda bagi perawat dan klien, dari waktu ke waktu informasi jenis
ini juga sulit untuk dipastikan
e) T (Time) adalah waktu lama serangan atau frekuensi nyeri perawat mengajukan
pertanyaan untuk menentukan awitan durasi dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai
dirasakan ? sudah lama nyeri dirasakan ? seberapa sering nyeri kembali kambuh ?
MENGOBYEKTIFKAN NYERI
Nyeri diupayakan menjadi terukur dengan skala termasuk disini skala numerik
nyeri/ visual analog scale yang berupa garis lurus, dan skala wajah, skala digunakan untuk
mendeskripsikan intensitas/ beratnta rasa nyeri
1. Skala numerik nyeri
Skala ini sudah dipergunakan dan telah divalidasi berat ringannya rasa sakit atau nyeri
dibuat menjadi struktur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala
numeris dari 0 hingga 10, dibawah ini dikenal juga sebagai Visual Analog Scale (VAS),
Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10), suatu
nyeri yang sangat hebat.
0 : tidak nyeri
1 3 : nyeri ringan
4 6 : nyeri sedang
7 9 : sangat nyeri, tetapi masih bisa di kontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
2. Visual analog scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka, bisa bebas
mengekspresikan nyeri, kearah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan, dengan tengah kira kira nyeri yang sedang.

Tidak ada sangat


Rasa nyeri Visual Analog Scale (VAS) nyeri
3. Skala wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri.
Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Purwoastuti, endang dan elisabeth siwi walyani, 2015, Ilmu Obstein dan Ginekologi
Sosial untuk Kebidanan, Yogyakarta, Pustaka Baru Press
Prawirohardjo, sarwono, 2013, Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bira Pustaka
Uliyah, Musrifatul dan Azis Alimul Hidayat, 2011, Keterampilan dasar praktik klinik,
Jakarta : Salemba Medika
Siwi, elisabeth walyani, 2015, Keterampilan dasar keladanani, Yogyakarta : Pustaka
Baru Press
Purwoastuti, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani, 2015, Ilmu Obstein Ginekologi Sosial
untuk Kebidanan, Yogyakarta : PT. Pustaka Baru
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
AKADEMI KEBIDANAN
JL. DR. SAHARJO NO. 16 KEDIRI TELP. (0354) 776638, (0354) 7090903

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Erina Permatasari


NPM : 14.103
Nama Dosen/ CI : Tanti
Judul Askeb : Laporan Pendahuluan Dan Pengkajian Fisik Pada Ny.P Pasien
Cedera Otak Ringan Dengan Nyeri Di Rumah Sakit Amelia Pare.

Tanda
No Hari, Tanggal Rekomendasi
Tangan
1. 7 Agustus - 4 Lp dilengkapi pada skala Nyeri
dan atutor keperawatan
- 4 askep dilengkapi pada analisa
diatas s/d evaluasi Px
- Td tambahkan pohon berdarah
2. 11 Agustus 57 ACC untuk Lp taskepnya
3. 10 November 2015 ACC
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
TAHUN AKADEMIK

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Laporan Pendahuluan Dan Pengkajian Fisik Pada Ny.P


Pasien Cedera Otak Ringan Dengan Nyeri
TEMPAT PRAKTEK : RS. AMELIA PARE (Ruang Obgyn Dan Bedah)
NAMA MAHASISWA : Erina Permatasari
NIM : 14.103

Jumat, 7 Agustus 2015


Pembimbing ruangan Mahasiswa

Tanti Erina Permatasari

Dosen pembimbing
akademik

Yuda Ari Susanti, SST


LAPORAN PENDAHULUAN
DAN PENGKAJIAN FISIK PADA NY P
PASIEN CEDERA OTAK RINGAN DENGAN NYERI
DI RUMAH SAKIT AMELIA PARE, KEDIRI

NAMA : ERINA PERMATASARI


NIM : 14.103

AKBID MEDIKA WIYATA KEDIRI


TAHUN AJARAN 2014/ 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
Pada Ny. P Dengan Cedera Otak Ringan
Di Ruang Mawar 2 di Rumah Sakit Amelia Pare
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Cedera otak merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
(Mansjoer, 2007)

Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000
mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit. Dua per
tiga berusia di bawah 30 tahun dengan jumlah laki laki lebih banyak dibandingkan
jumlah wanita. Lebih dari setengah semua pasien cedera kepala mempunyai signifikasi
terhadap cedera bagian tubuh lainnya. (Smeltzer and Bare, 2002)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien cedera kepala ringan mengalami nyeri
kepala, beberapa penelitian menentukan bahwa 30 % pasien cedera mengalami Acout
Past Traumatic Headache (APTH) dengan gejala paling sering pada daerah fronkus dan
tidak ada hubungannya dengan berat luka cedera (Walter et al, 2005) juga dikatakan
oleh Oshinsky (2009) bahwa pasien trauma kepala ringan 12 dari 33 (30 %), dan hasil
penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa dari 297 pasien cedera otak
mengalami nyeri kepala 3 hari sampai 1 minggu 33 %. (Bekkelund and salvesen 2002)

2. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang berhubungan
dengan cedera otak ringan
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada pasien dengan cedera otak
ringan
3. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan cedera
otak ringan
4. Mahasiswa mampu melakukan rencana tingkatan pada klien dengan cedera otak
ringan
5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan cedera
otak ringan
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan
cedera otak ringan
7. Pengumpulan data
3. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan pada pasien yang mengalami cedera otak ringan
yang sesuai dengan keterampilan yang telah di dapat di pendidikan
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Cedera otak merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Etiologi
Cedera otak dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
Cedera Otak Ringan (COR)
Adalah cedera otak yang ditandai dengan tidak adanya kehilangan
kesadaran, pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, dan pasien dapat
menderita laserasi dan hematoma kulit kepala
Cedera Otak Sedang (COS)
Adalah cedera otak yang ditandai dengan pasien sempat kehilangan
kesadarannnya, muntah
Cedera Otak Berat (COB)
Adalah cedera otak yang ditandai dengan pasien kehilangan kesadaran
dalam waktu yang lama, mengalami penurunan tingkat kesadaran secara progresif.
(Masjoer Arif, 2002)
B. Etiologi
1. Spasme pembuluh darah intrakranial
2. Kecelakaan otomatis/ tabrakan, terjatuh, olahraga, kecelakaan industri
3. Gejala depresi
4. Gangguan pada jaringan saraf yang sudah terganggu
5. Tertimpa benda keras
C. Patofisiologi
Cedera otak dapat disebabkan karena benturan kepala. Seperti tertimpa benda keras,
kecelakaan/ tabrakan sehingga tingkatan mengalami pergeseran dan otak terjadi
perubahan intrasel maupun ekstrasel
Perubahan pada intrasel akan menyebabkan terjadinya kelemahan otak kemudian
disertai dengan iskemik pada jaringan yang bisa ditandai dengan kejang. Sedangkan
perubahan pada ekstrasel akan menimbulkan peningkatan intrakranial sehingga
kesadaran seseorang mengalami penurunan ditandai dengan pusing yang akan
mengakibatkan terjadinya gangguan pada aktivitas seseorang. Selain itu juga dapat
ditandai dengan mual dan muntah, sehingga akan menimbulkan resiko gangguan
keseimbangan cairan.

1. Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala
2. Tidak ada kehilangan kesadaran
3. Pusing
4. Tengkuk kaku dalam sikap kepala mengarah/ hiperekstensi
5. Keletihan
6. Ketidakmampuan berkonsentrasi
7. Terdapat laserasi dan hematoma pada kulit kepala
(Masjoer Arif, 2002)
2. Penanganan
Bedrest total
Pemberian obat obatan
Pirabrain
Antrain
Bastrain
Internoxil
Infus : RL
Observasi tanda tanda vital dan tingkat kesadaran
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
MANAJEMEN NYERI

A. Pengertian
Menurut International Association For Study Of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadi
kerusakan.
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial (Judith M.
Wilkinson, 2002).
B. Etiologi
a) Stimulus kimia (histamine, bradikinin, prostoglandin, bermacam macam asam)
b) Pembengkakan jaringan
c) Spasmus otot
d) Kehamilan
e) Inflamasi
f) Keletihan
g) Kanker
C. Manifestasi klinis
a) Gangguan tidur
b) Porsi menghindari nyeri
c) Gerakan menghindari nyeri
d) Pusat
e) Perubahan nafsu makan
D. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri dibedakan menjadi :
1) Menurut tempa pain
a) Periferal pain, dibagi menjadi 3 : - nyeri permukaan
- Nyeri dalam
- Nyeri alihan
b) Central pain
c) Psyhogenic pain
d) Phantom pain
e) Radiating pain

2) Menurut nyeri
a) Insidentil yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu waktu dan kemudian
menghilang
b) Steady yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dari dirasakan dalam sewaktu
yang sama
c) Parongsmal yaitu sifat nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
dan biasanya menetap selam 10 15 menit, lalu menghilang dan kemudian
timbul kembali
d) Intractable pain yaitu sifat nyeri yang resistan dengan diobati atau dikurangi
3) Menurut berat ringannya nyeri
a) Nyeri ringan yaitu yang berada dalam intensitas yang rendah
b) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga
reaksi psikologis
c) Nyeri berat yaitu yang berada dalam intensitas yang timbul
5) Menurut sewaktu serangan
a) Nyeri akut
b) Nyeri kronis
E. Patologis nyeri
Reseptor nyeri disebut reseptor nonsiseptor mencakup ujung ujung saraf bebas
yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, detormasi,
suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia pada rangsangan yang intensif.
Reseptor reseptor lain misalnya bahan pacini dan meissner juga mengirim
informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat zat kimia yang mempengaruhi nyeri
antara lain histamine, bradikiran, serutamin, beberapa prostaglandin, ion kalium
hydrogen masing masing zat tersebut tertimbun ditempat cidera. Hipoksia/ kematian
sel nyeri dapat cepat disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta nyeri dapat lambat
disalurkan ke korda plen oleh serat C lambat.
Serat serat C tampak mengeluarkan neurotramsmitter substansi P sewaktu
berspinaps di neuron neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun sebagian serat
berjalan sebelum berjalan ke atas atau ke bawah beberapa serpihan di korda spinalis,
sebelum bersinaps setelah mengaktifkan sel sel di korda spinalis, informasi
merupakan rangsangan nyeri dikirim oleh satu dari dua jarak ke otak trakmus neospino
talamikus atau trakmus p aleuspinotalamikus.
Trauma pada kepala Pohon Masalah

Kerusakan seluler

Pelepasan histamin, bradikinin & kalium
di nonsiseptor

Impuls saraf menyebar disepanjang
Serabut saraf perifer aferen

Serabut A & C melokalisir sumber nyeri

Nyeri terutama di daerah trauma
Nausea pada kepala

Rangsangan pada pusat muntah
Di medula
Mual muntah
Faktur basis risisko
Cranil infeksi

Durameter robek

CSS keluar melalui telinga/ hidung

Organisme bisa masuk ke dalam isi
Cranial melalui hidungn, telinga, sinus luka
robek di kepala

Barrier pertahanan tubuh terbuka

Port de entre masuknya kuman

Risiko infeksi trauma pada kepala

Chepal hematome meluas

Mendesak nangan innakranial

Peningkatan TIK

Mengurangi aliran darah ke otak

Perfusi jaringan cerebral terganggu nyeri
dan pusing bila bergerak

Tidak mampu memenuhi kebutuhan secara
mandiri

ADL dibantu
Penatalaksanaan

1. Farmakologis
SAID (Steroid Anti - Inflammation Drugs)
Dua jenis SAID murni yaitu ;
a) Agonis murni
b) Kombinasi agonis - integonis
NSAID (Non Steroid Anti - Inflammation Drugs)
2. Non Farmakologis
Penanganan fisik meliputi :
Message kulit
Tens
Pijat refleksi
Placebo
Stimulisasi elektrik
Akupuntur
Sidtraksi
Relaksasi
3. Penanganan kognitif
4. Regional analgesia
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada batang saraf
terdiri dari 2 analgesia yaitu :
a) Analgesia local
b) Analgesia infiltrasi
PENGKAJIAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA PQRST
a) P ( Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tahanan
terhadap nyeri adalah alkohol, obat obatan, tupnotis, gesekan atau gasukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya sedangkan faktor yang
dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain - lain
b) Q (Quality), dari nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat, contoh sensasi
yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil/ laserasi, dan lain lain. Sensasi
tumpul seperti ngilu, linu, dan lain lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang
dia ketahui : nyeri kepala ada yang membentur
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta
untuk menunjukkan semua daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk melokalisasi
nyeri dengan baik dengan lebih spesifik, perawat meminta pasien untuk melacak
daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat
difusi (menyebar ke segala arah), meliputi beberapa tempat atau melibatkan segmen
terbesar tubuh.
d) S (Seventy) adalah keparahan atau intensitas nyeri karakteristik paling subjektif pada
nyeri adalah tingkat keparahan/ intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta
untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah, namun makna
istilah istilah ini berbeda bagi perawat dan klien, dari waktu ke waktu informasi jenis
ini juga sulit untuk dipastikan
e) T (Time) adalah waktu lama serangan atau frekuensi nyeri perawat mengajukan
pertanyaan untuk menentukan awitan durasi dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai
dirasakan ? sudah lama nyeri dirasakan ? seberapa sering nyeri kembali kambuh ?
MENGOBYEKTIFKAN NYERI
Nyeri diupayakan menjadi terukur dengan skala termasuk disini skala numerik
nyeri/ visual analog scale yang berupa garis lurus, dan skala wajah, skala digunakan untuk
mendeskripsikan intensitas/ beratnta rasa nyeri
1. Skala numerik nyeri
Skala ini sudah dipergunakan dan telah divalidasi berat ringannya rasa sakit atau nyeri
dibuat menjadi struktur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala
numeris dari 0 hingga 10, dibawah ini dikenal juga sebagai Visual Analog Scale (VAS),
Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10), suatu
nyeri yang sangat hebat.
0 : tidak nyeri
1 3 : nyeri ringan
4 6 : nyeri sedang
7 9 : sangat nyeri, tetapi masih bisa di kontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
2. Visual analog scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka, bisa bebas
mengekspresikan nyeri, kearah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan, dengan tengah kira kira nyeri yang sedang.

Tidak ada sangat


Rasa nyeri Visual Analog Scale (VAS) nyeri
3. Skala wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri.
Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 tahun.
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
AKADEMI KEBIDANAN
JL. DR. SAHARJO NO. 16 KEDIRI TELP. (0354) 776638, (0354) 7090903

FORMAT PENGKAJIAN DEWASA


AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA KEDIRI

Nama Mahasiswa : Erina Permatasari


NPM : 14.103
Semester : II

Tanggal masuk RS : 2 Agustus 2015


Tanggal Pengkajian : 3 Agustus 2015
Nomor Registrasi : 15.08002

1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama pasien : Ny. PNama Penanggung Jawab : Ny. M
Umur : 20 th Umur : 53 th
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
2. Keluhan Utama
Ibu mengalami nyeri pada kepala
3. Pola makan dan minum
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Makan : Teratur 3x/ hari (nasi, sayur, lauk pauk)
Minum : 6 8 gelas/ hari (air putih)
b. Selama di Rumah Sakit
Makan : Sedikit dikit tapi rutin
Minum : Sedikit dikit tapi rutin
4. Pola aktivitas sehari - hari
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari hari bekerja sebagai karyawan swasta
b. Selama di Rumah Sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak ada aktivitas sama sekali
5. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Istirahat : 1 2 jam/ hari
Tidur : 6 jam dari 23.00 WIB 05.00 WIB
b. Selama di Rumah Sakit
Istirahat : 2 jam/ hari (tidak tentu)
Tidur : 6 jam/ hari (tidak tentu)
6. Pola Eliminasi
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, BAB 1x/ konsisten padat, kuning, jernih, bau kas
BAK : 3 4 x/ hari konsisten jernih, bau kas
b. Selama di Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, BAB 1x/ konsisten lunak, kuning, jernih, bau kas
BAK : 5 - 6 x/ hari konsisten jernih, bau kas
7. Riwayat penyakit yang sedang diderita
COR (Cedera Otak Ringan)
8. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit yang lalu
9. Riwayat penyakit keturunan
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
10. Riwayat menstruasi (Bila ada indikasi)
a. HPHT : tidak dikaji
b. HPL : tidak dikaji
c. Menarche : tidak dikaji
d. Dysminoroe : tidak dikaji
e. Frekuensi : tidak dikaji
f. Siklus : tidak dikaji
g. Flour albus : tidak dikaji
11. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB (Bila ada indikasi)
12. Perilaku kesehatan
a. Minum alkohol/ Obat obatan
Obat obatan (-), tidak minum alkohol (-)
b. Merokok, makan sirih, kopi
Merokok (-)
c. Ganti pakaian
Sebelum masuk Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore)
Selama di Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore)
13. Keadaan psikologi
a. Hubungan pasien dengan keluarga
Memiliki hubungan baik dengan keluarga
b. Hubungan pasien dengan masyarakat
Memiliki hubungan baik dengan tetangga & masyarakat
B. DATA OBYEKTIF
3. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan emosional : tidak emosi
d. Tanda tanda Vital
Tekanan darah : 120/ 80 Suhu tubuh : 36, 6 0C
Nadi : 80 x Pernafasan : 20 x/m
e. Tinggi badan : 148 cm
f. Berat badan : 44 kg
4. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe
Palpasi : nyeri pada bagian kepala
b. Muka
Mata
Inspeksi : simetris kanak kiri, sclera putih bersih, konjungtiva merah putih
Palpasi : tidak ada oedema pada kelopak mata
Mulut
Inspeksi : gigi bersih, mulut bersih, ludah bersih, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada kelainan
Hidung
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada becret, tidak ada polip
Palpasi : bagian luar hidung tidak ada pembengkakan
Telinga
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada becret
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada nyeri tekan
c. Leher
Inspeksi : normal, ada vena jugularis
Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
d. Axilia
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada pembengkakan pada k.limfe
Palpasi : normal, tidak ada pembesaran/ benjolan

e. Dada
Inspeksi : simetris kanan kiri, bersih, pergerakan dada sama
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : tidak ada benjolan/ tumor, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak ada wheezing, tidak ada ronki
f. Abdomen
Inspeksi : bersih, simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Perkusi : normal, tidak kembung
Auskultasi : gerakan peristaltik usus normal 10x/ m
g. Punggung
Inspeksi : normal
Palpasi : tidak ada kelainan
h. Ekstremitas
atas
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada gangguan fungsi gerak
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada fraktur
Perkusi :
bawah
Inspeksi : simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada fraktur
Perkusi :
i. Genetalia
Inspeksi : tidak ada masalah
Palpasi : tidak dikaji
II. PEMERIKSAAN PENUNJANNG
1. Laboratorium
.
.
2. Foto Rontgen
.

III. ANALISA
.
.
.
.
IV. PENATALAKSANAAN

V. DATA PERKEMBANGAN
II. Pemeriksaan penunjang
1. Hasil laboratorium
Hasil kedua
N Pemeriksaan
Hasil Nilai Range
o Darah Lengkap
1. Hb 9,9 L.13,4-17,7 P.11,4-15 gr/dl
2. Lekosit Kl, 200 L.4300-10.300 P. 4300-10.300 sel/
3. Hematorit 96,1
mm2
4. Trombosit 208.000
L.45-50 P.35-45 %
150.000-400.000 sel/ lp

Golongan Darah : B
III. Analisa data
Senin, 10-8-2015
Diagnosa : G IV P3-2 13/14 3 < dari ab.incomplet
DS : Pasien mulai kemarin + softex penuh (ganti 3x softex)
mulai jam 11.00 WIB perdarahan terlalu banyak bergumpal gumpal, pusing
(+), bulan juli keluar darah bila kecapekan
DO : TD : 120/ 80
N : 78
S : 36,9
RR : 28x/ m
PP Test: Negative (-)
Skala nyeri 4 (sedang) nyeri sedang
Vt : 1 jari, uterus membesar, perdarahan banyak
Ginetalia :
Inspeksi : mengeluarkan darah bergumpal gumpal
Palpasi : nyeri pada saat ditekan
DX : rencana kuretase abortus

PENATALAKSANAAN
1. Intervensi
1) Nyeri : - Anjurkan px untuk melakukan distruksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
- Observasi TTV
- Kaji skala nyeri 1 - 10
2) Cemas : - Anjurkan px untuk melakukan relaksasi
- Jelaskan tentang prosedur kuretase
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian penjelasan setiap
tindakan ke pasien
- Observasi TTV
2. Implementasi
Dx : nyeri : -Anjurkan px untuk melakukan distruksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Observasi TTV
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
- Skala nyeri 4 (sedang)
Cemas : - Mengatakan lingkungan baik & nyaman
- Anjurkan relaksasi
- Observasi TTV
TD : 120/ 80
N : 78
S : 36,9 0C
RR : 26x/ m
- Jelaskan tentang prosedur kuretase
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
3. Evaluasi
Nyeri 10/8 = S : px mengatakan nyeri kembung
O : T : 120/80
N : 78
S : 36,9 0C
RR : 26x/ m
Pusing (+) agak bengkak pada kaki
Skala nyeri 3 (ringan)
A : Masalah teratasi sebagian
B : Rencana dilanjutkan
- Anjurkan distruksi dan relaksasi
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV
Cemas = S : px mengatakan cemas saat dirawat
O : T : 120/80
N : 78
S : 36,9 0C
RR : 26x/ m
Gelisah (-) cemas (+)
Skala nyeri 3 (ringan)
A : Masalah teratasi sebagian
B : Rencana dilanjutkan
- Anjurkan relaksasi
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
- Observasi TTV
II. Pemeriksaan penunjang
N Pemeriksaan Darah
Hasil Nilai Range
o Lengkap
1. Hb 9,12 L.13,4-17,7 P.11,4-15,1 gr/dl
2. Lekosit 9200 L.4300-10.300 P. 4300-11.300 sel/
3. Hematorit 23,5
mm2
4. Trombosit 286.000
L.45-50 P.35-45 %
150.1.400.0 l/ lp
Hasil laboratorium
III. Analisa data
Senin, 3-8-2015
Diagnosa : Nyeri sampai dengan cedak otak ringan
DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian kelapa
Pasien mengatakan masih pusing
DO : TD : 120/ 80 mmHg
N : 80
S : 36,6 0C
RR : 20x/ m
Kepala : nyeri berskala (4-6) nyeri sedang
Nyerinya 5 (nyeri sedang)
Diagnosa keperawatan :
Nyeri
Cemas
Tujuan :
Klien mengatakan nyeri berkurang dan mampu beradaptasi dengan nyeri
Klien aktif berpartisipasi dalam program penyembuhan sesuai dengan kemampuan
Intervensi
Kaji tingkat nyeri pasien
Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
Observasi TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80
S : 36,6 0C
RR : 20 x/ m
1. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis cedera otak yang utama adalah mencegah terjadinya cedera
otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi/
hipoksia oleh korena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000).

Penatalaksanaan umum adalah :

1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi

2. Stabilisasi vertevrata serviks pada semua kasus trauma

3. Berikan oksigenasi

4. Awasi tekanan darah

5. Kenali tanda tanda shock akibat hipovelemik/ neurogenik

6. Atasi shock

7. Awasi kemungkinan munculnya kejang

1. Intervensi
- kaji tingkat nyeri pasien
- Anjurkan pasien untuk melakukan distraksi & relaksasi
- Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman
- Mengikut sertakan keluarga pasien dalam memberikan motivasi agar tidak cemas
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian penjelasan setiap tindakan ke pasien
- Observasi TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80
S : 36,6 0C
RR : 20 x/ m

2. Cemas
Berikan terapi penyakit
Kolaborasi dengan tim media dalam pemberian terapi
Mengikut sertakan keluarga pasien dalam memberikan motivasi agar tidak cemas

2. IMPLEMENTASI & EVALUASI


N Tanggal/ Hari Diagnos Implementasi Evaluasi
o a
1. Senin. 3 Nyeri Mengkaji tingkat S : pasien mengatakan nyeri
Agustus 2015 nyeri, nyeri berkurang
berskala (4-6) nyeri O : TD: 120/80 mmHg
sedang N : 80
Melakukan distraksi S : 36,6 0C
& relaksasi RR : 20 x/ m
Memberikan posisi
A :masalah teratasi sebagian
senyaman mungkin
(COR dengan nyeri)
Kolaborasi dengan
P : terapi lanjut
tim medis dalam
pemberian terapi
Cemas Memberikan terapi S :pasien mengatakan sudah
penyakit pasien tidak cemas lagi
Kolaborasi dengan O : TD: 120/80 mmHg
tim medis dalam N : 80
pemberian terapi S : 36,6 0C
Ikut sertakan keluarga
RR : 20 x/ m
untuk melakukan/
A :masalah teratasi sebagian
membangun
(COR dengan nyeri)
motivasi untuk P : terapi lanjut
tidak cemas

Terapi yang diberikan :

1. Infus RL 20 hpm

2. Injeksi pirabrain 3 s 3 gr

3. Injeksi antrain 3 x 1

4. Injeksi gastridin 2 x 1

5. Injeksi intermoxil 3 x 1 gr

6.
V. Data Perkembangan
03-8-2015 05.00 WIB S : pasien mengatakan nyeri
O : TD : 110/70 mmHg
N: 88
S: 36 0C
A : masalah teratasi sebagian (COR dengan nyeri)
P : terapi lanjut
08.30 WIB : dengan petunjuk dr. Sutoko USG ditunda dulu, tungggu
kalau pasien membaik + tidak pusing
12.00 WIB : S : pasien mengatakan masih pusing
O : TD : 110/70 mmHg
N: 88
S: 36 0C
A : masalah teratasi sebagian (COR dengan nyeri)
P : terapi lanjut
17.00 WIB : S : pasien mengatakan masih pusing
O : TD : 110/70 mmHg
N: 80
S: 36,5 0C
A : masalah teratasi sebagian (COR dengan nyeri)
P : Rencana dilanjutkan
18.30 WIB : lepas infus
4-8-2015 05.00 WIB : S : pasien mengatakan pusing berkurang
O : TD : 120/70 mmHg
N: 70
S: 35,9 0C
A : masalah teratasi sebagian (COR dengan nyeri)
P : Rencana dilanjutkan
05.00 WIB : S : pasien mengatakan pusing berkurang
O : TD : 120/70 mmHg
N: 80
S: 36,5 0C
A : masalah teratasi sebagian (COR dengan nyeri)
P : Rencana dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Niluh, Swasanti dan winkanda satria putra, 2014, pertolongan pertama pada kedaruratan
P3K, Yogyakarta, Korra hati
Prawiroharjo, Sarwono, 2013, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT Bina Pustaka
Uliyah, Musrifatul dan Alimul hidayat, Azis, 2011, keterampilan dasar praktik klinik untuk
kebidanan, Jakarta, Salemba pustaka
Siwi, elisabeth walyani, Amd keb., 2015, keterampilan dasar kebidanan, yogyakarta,
pustaka baru press
Arif mansjoer, 2010 kopita selekta kedokteran penerbit media aeusculaplus FK-UI, Jakarta
NAMA : ERINA PERMATASARI
KELAS : 2C
NIM : 14.103

TANDA
TANGGAL
NO. REG NAMA PASIEN DIAGNOSA ALAMAT TEMPAT PRAKTEK TANGAN
PENGKAIAN
DOSEN
15.08002 Ny. Puspita COR Ds. Puhjarak 01/06 Kec. RS. Amelia Pare 3 Agustus 2015
Plemahan Kediri
14.09151 Ny. Mujiah Kuretase Ds. Sidomulyo/ Pancu Kediri RS. Amelia Pare 10 Agustus 2015
15.08495 Tn. Mustofa Abdominal pain Ds. Pakisrejo/ Wagir Malang RS. Amelia Pare 17 Agustus 2015
15.08709 Tn. Kosnan PPOK Ds. Palit/ Ngantang Malang RS. Amelia Pare 24 Agustus 2015
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
AKADEMI KEBIDANAN
JL. DR. SAHARJO NO. 16 KEDIRI TELP. (0354) 776638, (0354) 7090903

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Erina Permatasari


NPM : 14.103
Nama Dosen/ CI : Tanti
Judul Askeb : Laporan Pendahuluan Dan Pengkajian Fisik Pada Tn. M Pasien
Abdominal Pain Dengan Gangguan Nutrisi Di Rumah Sakit
Amelia Pare.

N Tanda
Hari, Tanggal Rekomendasi
o Tangan
1. Senin, 24/8/2015 Revisi ASKEP + LP
2. Rabu, 26/8/2015 ACC ASKEP & LP
3. Rabu, 11/11/2015 ACC
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
TAHUN AKADEMIK

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Laporan Pendahuluan Dan Pengkajian Fisik Pada Tn. M


Pasien Abdominal Pain Dengan Gangguan Nutrisi Di
Rumah Sakit Amelia Pare
TEMPAT PRAKTEK : RS. AMELIA PARE
NAMA MAHASISWA : Erina Permatasari
NIM : 14.103

Rabu, 26 Agustus 2015


Pembimbing ruangan Mahasiswa

Tanti Erina Permatasari

Dosen pembimbing
akademik

Yuda Ari Susanti, SST


LAPORAN PENDAHULUAN
DAN PENGKAJIAN FISIK PADA Tn. M
PASIEN ABDOMINAL PAIN DENGAN
GANNGGUAN NUTRISI DI RUANG TERATAI 8
DI RUMAH SAKIT AMELIA PARE, KEDIRI

NAMA : ERINA PERMATASARI


NIM : 14.103

AKBID MEDIKA WIYATA KEDIRI


TAHUN AJARAN 2014/ 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
Pada Tn. M Dengan Nyeri Perut
Di Ruang Teratai 8 di Rumah Sakit Amelia Pare
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Abdominal Pain(nyeri perut/ abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak
menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen (Pierce A. Group & Neil R. Borley,
2007)

Kasus abdominal pain tercatat 5 % sampai 10 % dari semua kunjungan gawat


darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika (Graff LG, Robinson D, 2001)
Studi lain menunjukkan bahwa 25 % dari pasien yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat mengeluh nyeri perut. (Cordell WH et all, 2002). Diagnosa bervariasi sesuai
untuk kelompok usia, yaitu anak dari geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak
anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus
diverticulitis dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Graff LG, Robinson D,
2001).

Istilah gawat abdome/ gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat


kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendesak denngan nyeri sebagai
keluhan utama. Gawat abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering
berupa tindak bedah, misalnya pada obstruksi, perporasim atau perdarahan masif
dirongga perut maupun di saluran cerna, infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran
cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut
oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis (Sjamsuhidayat dkk, 2010).

Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang seringn terjadi


akibat penyebaran infeksi dari organ organ abdomen (misalnya dpendisitis,
salpingitis, perforasi. Vikus iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (arief dkk,
2000).
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas.
Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung pada kemampuan melakukan
analisis melalui anamnesis, pemerasan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pengetahuan
anatomi dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk menyingkirkan satu demi
satu dari kemungkinan penyebab nyeri perut akut (Sjamsuhidayat dkk, 2010).

2. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan kebidanan yang komprehensif
terhadap pasien nyeri perut/ abdomen
2. Tujuan khusus
1) Mampu melakukan pengkajian dan menentukan diagnosa kebidanan pada kasus
nyeri abdomen
2) Mampu menyusun rencana asuhan sesuai kebutuhan pasien
3) Mengetahui apa itu nyeri abdomen
BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Abdominal pain (nyeri abdomen) adalah merupakan sensasi subjektif tidak
menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya
digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak dan atau durasi
pendek. Nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/ hilang
timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksoserbasi akut (Pierce A Grace &
Neil R Borley, 2007).
2. Etiologi
Beberapa penyebab utama dari nyeri perut antara lain adalah :
Inflamasi peritoneum pariental (periforasi peritonitis, kolesistitis)
Kelainan mukosa viseral (tukak lambung, inflamasi kandung kemih, radang usus
besar, radang kerongkongan)
Obstrukti viseral (ileus obstruksi, kolik lollier/ batu ginjal)
Regangan kopsula organ (hepatitis, kista ovarium, plelonefritas)
Gangguan vaskuler (iskemia/ infark intestinal)
Gangguan motilitas (sindrom iritasi kandung kemih dan dispepsi fungsional)
Ekstra abdominal (hespes, trauma muskuloskeletal, infark miokard dan gangguan
paru)
3. Patofisiologi
Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage) dimana jaringan tubuh
yang cidera melepaskan zat kimia inflamation (excitatory neurotiansmitters),
(histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yang kuat edema, kemerahan
dari nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins
Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik
proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listrik mengenai hoclceptor
dihantarkan melalui serabut saraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substanta
gelatinosa di dosal ham dari spiral cord ke arah melalui spinothalamictrads
thalamus dan pusat pusat yang lebih tinggi termasuk reticular formation limbic
system dan somatosensory cortex
Persepsi (perseption) : otak mengintepretasi signal, memproses inflamasi dan
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri individu mulai
menyadari nyeri
Mudulasi (mudulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opiolds (edorphins and ensephalins) serotanin,
norepinephrine dan gamma ominobutyric acid/ menghambat transmisi nyeri dan
membantu menimbulkan keadaan analgesik dan berefek menghilangkan nyeri.
Tidak adanya segmen aganglionic
Obstruksi pada
Penyempitan lumen usus
Usus besar Peristaltik abdomen

Obstruksi di proksimal
Konstipasi
Tidak dan gas
Perut membesar dan terkumpul
distensi abdomen
Berak cemendil
Mengganggu pola nafas dan kentut bau sekali
Gangguan
rasa nyaman

Mual muntah

Risiko
Kekurangan nutrisi

Perubahan status kesehatan



Tindakan pembedahan

Nyeri post Keterbatasan aktivitas


Resiko tinggi infeksi Kecemasan keluarga
operasi
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang sering muncul pada penderita ini adalah munculnya rasa nyeri yang
hebat terutama nyeri tekan di area perut. Nyeri ini dapat disertai dengan mual,
muntah dan kenaikan suhu tubuh penderitanya. Jika penyakit ini disebabkan karena
gangguan lain, maka penderita ini mungkin juga akan menampakkan gejala dan
gangguan utamanya.

5. Penanganan
Bedrest total
Mengompres menggunakan buli - buli hangat
Memberikan terapi obat
Inj. Gastridin
` Cernevit
Topedex tpz
Oral : braxidin
Pantoprazole
Infus : RL
Observasi tingkat tanda tanda vital dan tingkat kesadaran
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
AKADEMI KEBIDANAN
JL. DR. SAHARJO NO. 16 KEDIRI TELP. (0354) 776638, (0354) 7090903

FORMAT PENGKAJIAN DEWASA


AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA KEDIRI

Nama Mahasiswa : Erina Permatasari


NPM : 14.103
Semester : II

Tanggal masuk RS : 17 Agustus 2015


Tanggal Pengkajian : 17 Agustus 2015
Nomor Registrasi : 15.08002

1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama pasien : Tn. M Nama Penanggung Jawab : Ny. S
Umur : 70 th Umur : 60 th
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan perut kembung dan sudah 3 hari nafsu makan menurun,
pasien mengeluh nyeri pada abdomen atas dan merasa mual.
3. Pola makan dan minum
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Makan : 3x1/ hari (nasi, sayur, lauk pauk)
Minum : 6 8 gelas/ hari (air putih)
b. Selama di Rumah Sakit
Makan : 3x/ hari hanya menghabiskan 1/4 porsi yang diberikan
Minum : 2 4 gelas/ hari (air putih)
4. Pola aktivitas sehari - hari
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari hari bekerja sebagai tani di sawah
b. Selama di Rumah Sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak ada aktivitas sama sekali
5. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Istirahat : 1 2 jam/ hari
Tidur : 5 6 jam/ hari
b. Selama di Rumah Sakit
Istirahat : 1 2 jam/ hari (tidak tentu)
Tidur : 5 6 jam/ hari (tidak tentu)
6. Pola Eliminasi
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, BAB 1x/ konsisten padat, kuning, bau kas
BAK : 3 4 x/ hari warna jernih karena banyak minum air putih
b. Selama di Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, konsisten lunak, kuning, dan bau kas
BAK : 5 - 6 x/ hari konsisten jernih, bau kas
7. Riwayat penyakit yang sedang diderita
Abdominal pain (nyeri abdomen)
8. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit yang lalu
9. Riwayat penyakit keturunan
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
10. Riwayat menstruasi (Bila ada indikasi)
a. HPHT : tidak dikaji
b. HPL : tidak dikaji
c. Menarche : tidak dikaji
d. Dysminoroe : tidak dikaji
e. Frekuensi : tidak dikaji
f. Siklus : tidak dikaji
g. Flour albus : tidak dikaji
11. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB (Bila ada indikasi)
12. Perilaku kesehatan
a. Minum alkohol/ Obat obatan
Alkohol (-),Obat obatan (-),
b. Merokok, makan sirih, kopi
Merokok (-), Kopi (+)
c. Ganti pakaian
Sebelum masuk Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore)
Selama di Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore) dengan
dibantu keluarganya.
13. Keadaan psikologi
a. Hubungan pasien dengan keluarga
Memiliki hubungan baik dengan keluarga
b. Hubungan pasien dengan masyarakat
Memiliki hubungan baik dengan masyarakat
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan emosional : tidak emosi
d. Tanda tanda Vital
Tekanan darah : 160/ 100 Suhu tubuh : 36 0C
Nadi : 72 x Pernafasan : 20 x/m
e. Tinggi badan :
f. Berat badan : 50 kg (sebelum sakit)
48 kg (selama sakit)
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada pembengkakan
b. Muka
Mata
Inspeksi : simetris kanak kiri, sclera putih bersih, konjungtiva merah muda
Palpasi : tidak ada oedema pada kelopak mata
Mulut
Inspeksi : gigi bersih, mulut bersih, ludah bersih, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada kelainan
Hidung
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada polip
Palpasi : bagian luar hidung tidak ada pembengkakan
Telinga
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada nyeri tekan
c. Leher
Inspeksi : normal, ada vena jugularis
Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
d. Axilia
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada pembengkakan pada k.limfe
Palpasi : normal, tidak ada pembesaran/ benjolan

e. Dada
Inspeksi : simetris kanan kiri, bersih, pergerakan dada sama
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : tidak ada benjolan/ tumor, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi :
f. Abdomen
Inspeksi : bersih, simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada pembengkakan, nyeri tekan (+) pada
bagian perut atas
Perkusi : hipertimpani
Auskultasi : terdengar gerakan peristaltik usus normal 10x/ m
g. Punggung
Inspeksi : normal
Palpasi : tidak ada kelainan
h. Ekstremitas
atas
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada gangguan fungsi gerak
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada fraktur
bawah
Inspeksi : simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada benjolan
Perkusi :
i. Genetalia
Inspeksi : tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji
II. PEMERIKSAAN PENUNJANNG
1. Laboratorium
.
.
2. Foto Rontgen
.

III. ANALISA
.
.
.
.

IV. PENATALAKSANAAN

V. DATA PERKEMBANGAN
IV. Pemeriksaan penunjang
1. Hasil laboratorium
Hasil kedua
N Pemeriksaan Darah
Hasil Nilai Range
o Lengkap
1. Hb 13,3 L.13,4-17,7 P.11,4-15,1 gr/dl
2. Lekosit 8.300 L.4300-10.300 P. 4300-11.300 sel/
3. Hematorit 34,5
mm2
4. Trombosit 417.000
L.45-50 P.35-45 %
150.000-400.000 sel/ lp
Gula darah
5. Gula darah sewaktu 106,0 < 140 mg/ dl
bayi baru lahir (30-80 mg/dl)
Faal hati
6. SGOT 24,0 L<37 P<31 U/L
7. SGPT 18,2 L<40 P<39 U/L
Faal ginjal
8. Urea 24,2 10-50 mg/ dl
9. Creatinin 0,47 L 0,6-13 P 0,5-09 mg/dl
10 HBSAg rapid Negativ Negative
. e

1. Hasil USG
USG Abdomen total
Liver, besar normal, permukaan rata, ocho parenchym tampak hormon
isoechol c, sol (-), vp, vit dan sistem billiaor normal
Gall blander, pankreas dan lien, tidak tampak kelainan
Ginjal kanan dan kiri, naptiritis (-) ectasis (-) batu (-)
Buli dan prostat, tidak tampak kelainan BBB (-)
Tidak tampak masa maupun ascites
Total abdomen sonograpty saat ini normal
V. Analisa data
Senin, 17-8-2015
Diagnosa : gangguan nutrisi
DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun & merasa mual
DO : TD : 160/ 100 mmHg
N : 72
S : 36 0C
RR : 20x/ m
Keadaan umum cukup
BB sebelum sakit : 50 kg
BB selama sakit : 48 kg
Makannya : 3x/ hari, hanya menghabiskan
porsi yang diberikan
- Abdomen : palpasi : nyeri pada perut bagian atas
Perkusi : terdapat hipertimpani
DX : Pasien dengan abdomen pain.
PENATALAKSANAAN
Secara umum harus dilakukan pengistirahatan usus dengan retidrasi parenteral/
pengambilan cairan elektrolit ke usus setelah dehidrasi penggunaan analgesik aploid lebih
efektif dan analgesik biasa karena nyeri usus biasanya resistan terhadap analgesik biasa
serta anti depresan yang bekerja dengan mempengaruhi aktivitas otak melalui efek mood
yang berhubungan dengan depresi, namun penggunaannya harus dibatasi untuk
menghindari depresi, namun penggunaannya harus dibatasi untuk menghindari efek
sampingnya seperti mual, muntah, dan konstipasi dan yang paling pasti adalah mengobati
penyakit yang mendasari dispepsil itu sendiri.
Apabila penyakit ini tidak ditemukan dapat dipertimbangkan diagnosis banding
seperti gangguan fungsional saluran percernaan, iskemia miokard yang kadang juga yang
kadang menimbulkan nyeri epigastrium, penyakit yang jarang dijumpai seperti parfiria
dan demam mediterania familial atau juga penderita sering datang berobat karena alasan
penyakit akut yang masuk akal padahal sebenarnya tidak benar/ pura pura.
1. Intervensi
Gangguan nutrisi :
- BHSP
- Anjurkan pasien untuk makan sesuai dnt yang dianjurkan/ diprogramkan dokter
- Kaji pola makan yang dilakkukan saat ini
- Anjurkan untuk mengurani makan makanan yang terlalu asin, manis, pedas, dan asem
- Kolaborasi dengan tim medis dan gizi untuk pemberian dnt yang sesuai
2. Implementasi
Gangguan nutrisi :
Anjurkan pasien untuk makan sedikit dikit tapi sering
Berikan makanan yang lunak dan mudah dicerna sesuai kemampuan pasien
Anjurkan untuk mengurani makan makanan yang terlalu asin, manis, pedas, dan
asem
Kolaborasi dengan tim medis dan gizi untuk pemberian dnt yang sesuai
Mengobservasi TTV
3. Evaluasi
18-8-2015 = S : Pasien mengatakan sudah mau makan
O : TD : 160/100
N : 72
S : 36 0C
RR : 20x/ m
BB sebelum sakit : 50 kg
BB selama sakit : 48 kg
Makannya : 3x/ hari, hanya menghabiskan porsi yang diberikan
A : Masalah teratasi sebagian
P :Terapi dilanjutkan
- Anjurkan px untuk makan dikit dikit tapi sering
- Beri makanan lunak yang mudah dicerna
- Observasi TTV
19-8-2015 = S : pasien sudah mau makan
O : TD : 140/90
N : 77
S : 35,8 0C
BB sebelum sakit : 50 kg
BB selama sakit : 48 kg
Makannya 3x/ hari menghabiskan 1 porsi yang diberikan
A : Masalah teratasi
B : Rencana dilanjutkan
- Anjurkan px untuk makan dikit dikit tapi sering
- Beri makanan lunak yang mudah dicerna
- Observasi TTV
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
GANGGUAN NUTRISI

A. Definisi
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Dimana zat
makanan itu terdiri dari atas zat zat gizi dan zat zat lain yang dapat menghasilkan
energi dan tenaga. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk
keluhan. Proses dalam tubuh manusia dalam menerima makanan/ bahan bahan
penting dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana individu yang
mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
(Wilkinso Judith M, 2007)
B. Struktur Dan Fungsi Nutrisi
Nutrient/ kandungan zat yang terdapat dalam makanan yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh terdiri dari 6 kategori, yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan
air.
a) Karbohidrat
Fungsi utama sebagai sumber energi utama dan merupakan bahan bakar
untuk otak, otot rangka. Selama latihan eritrosit dan leukosit dan menduta, renal,
sumber karbohidrat, beras, tepung tepung, gula, buah dan lain lain.
b) Protein
Berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan pemeliharaan sel sel tubuh,
juga bisa menghasilkan kalori, sintesa hormon, dan katalisator enzim (dari proses
absorsi, metabolisme dan katalisator) dan antibodi sumber protein : daging sapi,
ayam, ikan, telur, susu, tahu, tempe, dan kacang kacangan.
c) Lemak
Fungsi lemak adalah untuk menyediakan kebutuhan kalori, menjaga temperatur
tubuh dan organ tubuh dengan lapisan lemak dan juga menjaga fungsi normal dan
kulit. Sumber lemak, mentega, margarin, minyak kelapa, cream, lemak hewan, dan
kacang kacangan.
d) Vitamin A
Penting untuk pertumbuhan tulang, rambut, dan kulit serta kesehatan mata vit. A
juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi sumber vit. A
hati, daging, mentega, keju, susu, kuning telur, buah, sayuran berwarna.
e) Vitamin D
Membantu tubuh menyerap kalsium dan fosfor, membentuk dan menjaga kesehatan
tulang dan gigi. Sumber vit. D : susu dan hasilnya, kuning telur, hati, ikan tuna,
salem.
f) Vitamin E
Penting untuk proses metabolisme, menjaga kesehatan kulit dan otot sebagai
antioksidan dalam menjaga sel dan jaringan tubuh dari kerusakan. Sumber vit. E :
kuning telur, kacang kedelai, sayuran hijau, margarin, roti, kentang. Dan gandum
g) Vitamin K
Penting untuk penggumpalan darah
h) Vitamin C
Penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi, gusi, kulit, otot, dan tulang
Mempercepat penyembuhan luka
Meningkatkan daya tahan tubuh dari infeksi
Membantu menyerap zat besi. Sumber vit. C : sayuran hijau, dan buah
buahan.
i) Vitamin B Kompleks
Mengambil peranan penting pada metabolisme karbohidrat
Meningkatkan selera makan
Menjaga fungsi normal dari pencernaan, jantung, dan sistem saraf
Sumber vit. B Kompleks : beras, daging, susu, kacang kacangan, telur dan
kedelai
C. Nutrisi esensial
Nutrisi dikatakan esensial bagi tubuh jika tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri
sehingga harus dipenuhi dari sumber makanan seperti karbohidrat, protein, lemak dan
berbagai vitamin dan mineral. Jadi nutrisi esensial penting agar tubuh dapat
memproduksi nutrisi esensial.
a) Karbohidrat
Merupakan senyawa yang mengandung zat karbon dioksida ikatan hidrogen dan
oksigen dalam suatu perbandingan 1:2:1. Fungsi karbohidrat :
Sebagai sumber energi bagi tubuh
Penting dalam mempertahankan integritas fungsi sel sel syaraf
Sebagai sumber energi otak
b) Lemak
Merupakan sumber energi yang kedua setelah karbohidrat. Pencernaan lemak
dimulai dari lambung (walaupun hanya sedikit) karena dalam tidak ada enzim
pemecah lemak. Fungsi lemak ;
Sumber cadangan energi
Isolator suhu tubuh
Pelarut vitamin A, D, E, dan K
c) Protein
Protein adalah nutrient pertama yang diperlukan oleh tubuh. Protein yang telah
diubah kedalam bentuk asam amino mempunyai sifat larut dalam air.
Fungsi protein :
Mempertahankan kesehatan vitalitas tubuh
Pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan tubuh
Pembentukan hormon
Pembentukan enzim, antibodi, dan susu saat proses laktasi
d) Vitamin
Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam sedikit dan akan
menimbulkan pennyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya dalam jumlah
yang mencukupi
e) Mineral
Umumnya mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus secara difusi
pasif maupun transportasi aktif
f) Air
Air merupakan zat makanan yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia terdiri atas 20 50 % air
D. Fisiologi
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrisi (zat yang sudah
dicerna) air, dan garam yang berasal dari zat makanan merupakan sumber energi bagi
tubuh seperti ATP yang dibutuhkan sel sel untuk melaksanakan tugasnya.
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan maka
saluran pencernaan harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang
terus menerus untuk dibutuhkan :
1) Pergerakan makan melalui saluran pencernaan
2) Sekresi getah pencernaan, air, dan elektrolit
3) Sirkulasi darah melalui organ gastroinlestinal yang membawa zat yang di absorbsi
4) Absorbsi hasil pencernaan dan elektrolit
5) Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon
Dalam lumel saluran gastrointestinal (Gl) harus diciptakan suatu lingkungan khusus
supaya pencernaan dan absorbsi dapat berlangsung. Sekresi kelenjar dan lontraksi otot
harus dikendalikan sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan yang optimal.
Mekanisme pengendalian lebih banyak dipengaruhi oleh volume dan komposisi
kandungan dan lumen gastrointestinal. Sistem pengendalian harus dapat mendeteksi
keadaan lumen. Sistem ini terdapat di dalam dinding saluran gastrointestinal,
kebanyakan refleks GI dimulai oleh sejumlah rangsangan dilumen yaitu rangsangan
dinding oleh isi lumen, osmolaritas kimus/ konsentrasi zat yang terlarut, keasaman
kimus/ konsentrasi ion H dan hasil pencernaan, karbohidrat, lemak, protein
(monoslikatida, asam lemak dan peptiole dan asam amino) proses pencernaan antara
lain :
1. Mengunyah
2. Menelan (Deglasi)
3. Makanan di lambung
4. Pengosongan di lambung
5. Faktor refleks duodenum
6. Pergerakan usus halus
7. defekasi
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis/ tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut
buku saku diagnosa keperawatan NIC NOC antara lain :
A. Subjektif
Kram abdomen
Nyeri abdomen dengan/ tanpa penyakit
Merasakan ketidakmampuan menyingesti makanan
Melaporkan perubahan sensasi rasa
Melaporkan kurangnya makanan
Merasa kenyang segera setelah menyingesti makanan
B. Objektif
Tidak tertarik untuk makan
Diare
Adanya bukti kekurangan makanan
Kehilangan rambut yang berlebihan
Bising usus hiper aktif
Kurangnya minat pada makanan
Luka, rongga mulut inflamasi
1. Masalah kebutuhan nutrisi
1. Kekurangan nutrisi
Merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa
(normal)/ resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi
kebutuhan metabolisme. Tanda klinis ;
Berat badan 10 20 % dibawah ideal
Tinggi badan dibawah ideal
Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
2. Kelebihan nutrisi
Merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam yang mempunyai resiko
peningkatan berat badan akibat asupan nutrisi kebutuhan secara berlebihan. Tanda
klinis :
Berat badan lebih dari 10 % berat ideal
Adanya jumlah asupan yang berlebihan
Aktivitas menurun/ monoton
3. Obesitas
Merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20 % berat
badan normal
4. Kurang nutrisi
Merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat sel,
gejala umum berat badan rendah, kelemahan otot, penurunan energi, pucat pada
kulit, konjungtiva, membrane mukosa, dll
5. Diabetes nutrisi
Merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin/ penggunaan karbohidrat secara
berlebihan
6. Hipertensi
Merupakan ganngguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta asupan
kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan
7. Jantung coroner
Merupakan ganngguan nutrisi yang disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol
darah dan merokok
8. Kanker
Merupakan ganngguan nutrisi yang disebabkan pengkonsumsian lemak secara
berlebihan
9. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai
dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan
2. Faktor yang mempengaruhi nutrisi
1. Pengetahuan : Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi
dapat mempengaruhi pola konsumsi makan
2. Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan bergizi
: tinggi dapat mengetahui status gizi seseorang
3. Kebiasaan Kebiasaan yang merugikan/ pantangan terhadap makanan
: tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi
4. Kerusakan Kerusakan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan
: dapat mengakibatkan kurang variasi makanan
5. Ekonomi Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi
: karena penyediaan maksimal bergizi membutuhkan
pendanaan yang tidak sedikit

3. Patofisiologi
Produksi saliva menurun : mempengaruhi proses perubahan kompleks karbohidrat
menjadi disakarida
Fungsi ludah menurun : sukar menelan
Fungsi kelenjar pencernaan menurun : perut terasa tidak enak/ kembung
Banyak gigi yang lepas (ompong) : nafsu makan menurun
4. Intervensi
Perubahan nutrisi berkurang dan kebutuhan tubuh kemungkinan berhubungan dengan :
a) Efek dan pengobatan mual/ muntah, gangguan intake makan, radiasi/ kemoterapi,
penyakit kronis
b) Berat badan menurun, lemah, kesulitan makan, nafsu makan menurun hipotensi
(ketidak seimbangan elektrolit)
c) Kondisi klinis yang terjadi : ananoxia nervosa, pembedahan, kanker, anemia,
marasmus. Tujuannya : agar terjadi peningkatan berat badan sesuai batas waktu dan
peningkatan status nutrisi

Intervensi
a) Tingkatan intake makanan dengan mengurangi gangguan lingkungan seperti berisik
b) Juga kebersihan mulut pasien
c) Membantu pasien makan jika tidak mampu
d) Sajikan makanan yang mudah dicerna dalam keadaan hangat
DAFTAR PUSTAKA

Ardhillah Azz,city, 2013, 100 % segalanya tentang bayi, yogyakarta : in azna books
Uliyah, musrifatul, azis alimul hidayat, 2011, keterampilan dasar praktik klinik untuk
kebidanan, jakarta : salemba medika
Prawiroharojo, sarwono, 2013, Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bina Pustaka
Sehat.link/ asuhan-keperawatan-pada-klien-nyeri-abdomen-askep-kolik-abdomen.info
Nugroho, taufan, nurrezki desi wamaliza, willis, 2014, askeb 1 kehamilan, yogyakarta:
nura medika
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
AKADEMI KEBIDANAN
JL. DR. SAHARJO NO. 16 KEDIRI TELP. (0354) 776638, (0354) 7090903

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Erina Permatasari


NPM : 14.103
Nama Dosen/ CI : Tanti
Judul Askeb : Laporan Pendahuluan Dan Pengkajian Fisik Pada Tn. K Pasien
PPOK + Di Rumah Sakit Amelia Pare.

Tanda
No Hari, Tanggal Rekomendasi
Tangan
1. Kamis, 27/8/2015 Revisi ASKEP + ACC LP
2. Jumat, 28/8/2015 ACC ASKEP
3. Rabu, 11/11/2015 ACC
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
TAHUN AKADEMIK

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Laporan Pendahuluan Dan Pengkajian Fisik Pada Tn. K


Pasien PPOK + Febris Di Rumah Sakit Amelia Pare
TEMPAT PRAKTEK : RS. AMELIA PARE
NAMA MAHASISWA : Erina Permatasari
NIM : 14.103

Jumat, 28 Agustus 2015


Pembimbing ruangan Mahasiswa

Tanti Erina Permatasari

Dosen pembimbing
akademik

Yuda Ari Susanti, SST


LAPORAN PENDAHULUAN
DAN PENGKAJIAN FISIK PADA Tn. K
PASIEN PPOK + FEBRIS DI RUANG T 12
DI RUMAH SAKIT AMELIA PARE, KEDIRI

NAMA : ERINA PERMATASARI


NIM : 14.103

AKBID MEDIKA WIYATA KEDIRI


TAHUN AJARAN 2014/ 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
Pada Tn. K Dengan PPOK + Febris
Di Ruang Teratai 12 di Rumah Sakit Amelia Pare
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya perorangan
tetapi juga kelompok bahkan masyarakat. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Status kesehatan dipengaruhi oleh faktor biologis lingkungan dan pelayanan
kesehatan. Faktor biologis merupakan faktor dari dalam individu/ faktor keturunan,
misalnya pada penyakit alergi (Manjoer, 2000).

Penyakit paru obstruksi kronis adalah penyakit jalala nafas karena bronkitis kronis/
emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktivitas
bronkus dan sebagian bersifat reversible bronkitis kronis. Ditandai dengan batuk
batuk hamir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang kurangnya 3 bulan
berturut turut dalam 1 tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Emfisema adalah
suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal
saluran udara (Manjoer, 2000).

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2010
diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan keempat sebagai penyebab kematian.
Prevalensi terjadinya kematian akibat rokok pada penyakit. Penyakit paru obstruksi
kronis pada tahun 2010 sebanyak 80 90 % (Kasanah, 2011).

2. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit paru obstruksi kronis.
2. Tujuan khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit paru obstruksi
kronis
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit paru
obstruksi kronis.
c) Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit
paru obstruksi kronis.
d) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
paru obstruksi kronis.
BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Penyakit paru obstruksi kronis ( PPOK) adalah penyakit obstruksi jalan nafas karena
bronkitis kronis/ amfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif bisa bersifat
hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversible. Bronkitis kronis ditandai
dengan batuk batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, kurang
kurangnya 3 bulan berturut turut dalam 1 tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun.
Emfisema adalah anatomi paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal
saluran udara (Mansjoer, 2000)
2. Etiologi
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas
yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. Asap rokok
a) Perokok aktif
b) Perokok pasif
2. Polusi udara
a) Polusi di dalam ruangan, asap rokok asap kompor
b) Polusi di luar ruangan, gas buang kendaraan bermotor debu jalanan
3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
a) Infeksi saluran nafas bawah berulang
3. Patofisiologi
Saluran nafas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen.
Untuk keperluan metabolisme dan penngeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme proses ini terdiri dari 3 tahap. Yaitu ventilasi, difusi, dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi
adalah distribusi darah yang telah berogsigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari
gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran nafas, parameter yang sering dipakai untuk
melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan
obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP 1), dan
rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP 1/
KVP)
(Sherwood, 2001)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok, komponen komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia
yanng melapisi bronkus mengalami kelumpuhan/ disfungsional serta metaplasia,
sistem eskalator mukosillaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai tempat
persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen timbul
peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspresi
terlambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat dari mukus yang kental dan adanya pandangan (GOLD, 2009)
Komponen komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik
pada paru. Mediator mediator peradangan secara progresif merusak struktur
struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya ekastsitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
terutama karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif
setelah ekspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009)
Berbeda dengan asma yang dimiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran nafas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrophil chemotactic factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease,
sehingga terjadi kerusakan jaringan (kamangar, 2000) selama eksaserbasi akut terjadi
perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi
kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan nafas, edema,
bronkokon striksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan perfusi berhubungan dengan
konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003)
Bersihan jalan nafas tidak efektif

Udara terperangkap dalam alveolus

Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus


Faktor Predisposisi

4. Manifestasi Klinis
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama
dan sepanjang hari. Batuk disertai produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan
mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen. Seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk penderita penderita PPOK juga akan mengeluh sesak
yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah
hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap.
Kejauhan sesak inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke Rumah
Sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktivitas dan pada saat mengalami
eksaserbasi akut. Gejala gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi :
1. Batuk bertambah berat
2. Produksi sputum bertambah
3. Sputum berubah warna
4. Sesak nafas, bertambah berat
5. Bertambahnya keterbatasan aktivitas
6. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7. Penurunan kesadaran

5. Penanganan
1. Bedrest total
2. Memberikan oksigen
3. Memberikan terapi obat
a) Inj : Ricef 3x1 Intidol
Antrain 3x1 Suplai O2 POO2 renda
Gastridin 2x1 jaringan rendah POCO2 ting
Lameson 2x1
Dofacef 3x1
b) Oral : Erdobat 3x1
c) Nebul : Combivent 3x15
d) Infus : RL (20 tetes) Kompen Gangguan metabolism
4. Observasi tanda tanda vital dan tingkat kesadaran sasi kardio G
Hipok
vaskuler semi

Hipertensi pulmonal Metabolisme anae

Gagal jantung kanan Produksi ATP men

Defisit energ

Lemah, lelah

Intoleransi aktivitasGangguan pola t


AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA
AKADEMI KEBIDANAN
JL. DR. SAHARJO NO. 16 KEDIRI TELP. (0354) 776638, (0354) 7090903

FORMAT PENGKAJIAN DEWASA


AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA KEDIRI

Nama Mahasiswa : Erina Permatasari


NPM : 14.103
Semester : II

Tanggal masuk RS : 24 Agustus 2015


Tanggal Pengkajian : 24 Agustus 2015
Nomor Registrasi : 15.08709

1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama pasien : Tn. K Nama Penanggung Jawab : Ny. K
Umur : 61 th Umur : 55 th
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan badannya panas, sesak dan batuk batuk selama kurang
lebih 5 hari
3. Pola makan dan minum
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Makan : teratur 3x/ hari (nasi, sayur, lauk pauk)
Minum : 6 8 gelas/ hari (air putih)
b. Selama di Rumah Sakit
Makan : 3x/ hari hanya menghabiskan 1/4 porsi yang diberikan
Minum : 2 6 gelas/ hari (air putih)
4. Pola aktivitas sehari - hari
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari hari bekerja sebagai tani di sawah
b. Selama di Rumah Sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak ada aktivitas dan dibantu
keluarga
5. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
Istirahat : 1 2 jam/ hari
Tidur : 6 jam/ hari
b. Selama di Rumah Sakit
Istirahat : 1 2 jam/ hari (tidak tentu)
Tidur : 5 6 jam/ hari (tidak tentu)
6. Pola Eliminasi
a. Sebelum masuk Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, BAB 1x/ konsisten padat, bau kas
BAK : 3 4 x/ hari warna jernih
b. Selama di Rumah Sakit
BAB : 1x/ hari, konsisten lunak, dan bau kas
BAK : 5 - 6 x/ hari konsisten warna jernih
7. Riwayat penyakit yang sedang diderita
Pasien mengatakan badannya panas, sesak dan batuk batuk selama kurang
lebih 5 hari
8. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit yang lalu
9. Riwayat penyakit keturunan
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
10. Riwayat menstruasi (Bila ada indikasi)
a. HPHT : tidak dikaji
b. HPL : tidak dikaji
c. Menarche : tidak dikaji
d. Dysminoroe : tidak dikaji
e. Frekuensi : tidak dikaji
f. Siklus : tidak dikaji
g. Flour albus : tidak dikaji
11. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB (Bila ada indikasi)
12. Perilaku kesehatan
a. Minum alkohol/ Obat obatan
Alkohol (-)
b. Merokok, makan sirih, kopi
Merokok (+), Kopi (+)
c. Ganti pakaian
Sebelum masuk Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore)
Selama di Rumah Sakit : 2x/ hari (sesudah mandi pagi & sore)
13. Keadaan psikologi
a. Hubungan pasien dengan keluarga
Memiliki hubungan baik dengan keluarga
b. Hubungan pasien dengan masyarakat
Memiliki hubungan baik dengan masyarakat
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan emosional : tidak emosi
d. Tanda tanda Vital
Tekanan darah : 130/ 80 Suhu tubuh : 35,7 0C
Nadi : 80 x Pernafasan : 30 x/m
e. Tinggi badan : 170
f. Berat badan : 60 kg
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada pembengkakan
b. Muka
Mata
Inspeksi : simetris kanak kiri, sclera putih bersih, konjungtiva merah muda
Palpasi : tidak ada oedema pada kelopak mata
Mulut
Inspeksi : gigi kuning, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi
Hidung
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada polip
Palpasi : bagian luar hidung tidak ada pembengkakan
Telinga
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada nyeri tekan
c. Leher
Inspeksi : normal, ada vena jugularis
Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan

d. Axilia
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada pembengkakan pada k.limfe
Palpasi : normal, tidak ada pembesaran/ benjolan

e. Dada
Inspeksi : simetris kanan kiri, bersih, pergerakan dada sama
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi: wheezing & ronki
f. Abdomen
Inspeksi : simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi: terdengar gerakan peristaltik usus normal 10x/ m
g. Punggung
Inspeksi : normal, simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada kelainan
h. Ekstremitas
atas
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada gangguan fungsi gerak
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada fraktur
bawah
Inspeksi : simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada oedama, tidak ada benjolan
Perkusi :
i. Genetalia
Inspeksi : tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji
II. PEMERIKSAAN PENUNJANNG
3. Laboratorium
.
.
4. Foto Rontgen
.

III. ANALISA
.
.
.
.
IV. PENATALAKSANAAN

V. DATA PERKEMBANGAN
II. Pemeriksaan penunjang
1. Hasil laboratorium
N Pemeriksaan Darah
Hasil Nilai Range
o Lengkap
1. Hb 12.7 L.13,4-17,7 P.11,4-15,1 gr/dl
2. Lekosit 14.300 L.4300-10.300 P. 4300-11.300 sel/
3. Hematorit 36.1
mm2
4. Trombosit 183.000
L.45-50 P.35-45 %
150.000-400.000 sel/ lp
Gula darah
5. Gula darah sewaktu 81.9 < 140 mg/ dl
bayi baru lahir (30-80 mg/dl)
Faal hati
6. SGOT 29.5 L<37 P<31 U/L
7. SGPT 23.3 L<40 P<32 U/L
Faal ginjal
8. Urea 14.4 10-50 mg/ dl
9. Creatinin 0.75. L 0,6-13 P 0,5-09 mg/dl
10 HBsAg Negativ Negative
. e

2. Foto Rontgen
Foto thorax PA
Jantung, besar dan bentuk normal
Paru, infiltrat proses para hiltra kanan dan kiri
Kedua sinus lancip dan normal
KP dupek aktif
Analisa data
Senin, 24-8-2015
Diagnosa : tidak efektifnya pola nafas
DS : Pasien mengatakan sesak nafas
DO : TD : 130/ 80 mmHg
N : 80
S : 35,7 0C
RR : 30x/ m
Keadaan umum cukup
Pasien terpasang oksigen (O2) 2 ltr/ menit
Pasien diposisikan semi fowler
Pada dada di auskultasi terdapat bunyi tambahan Wheezing
dan Ronki
DX : Penyumbatan pada saluran nafas
PENATALAKSANAAN
24 Agustus 2015
1. Intervensi
Diagnosa : tidak efektifnya pola nafas
- BHSP
- Kaji frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan serta pergerakan dada
- Kolaborasi dengan tim medis dan gizi untuk pemberian oksigen
- Kolaborasi dengan tim medis dan gizi untuk pemberian terapi obat
- Mengobservasi TTV
- Atur posisi pasien senyaman mungkin semi fowler
2. Implementasi
Dx : tidak efektifnya pola nafas
BHSP
Memberikan oksigen 2 4 jam
Mengajarkan batuk efektif
Kolaborasi dengan tim medis dan gizi untuk pemberian terapi obat
Atur posisi pasien senyaman mungkin semi fowler
Mengobservasi TTV, RR
3. Evaluasi
24-8-2015 Dx : tidak efektifnya pola nafas
S : Pasien mengatakan sesak nafas
O : TD : 130/ 80
N : 80
S : 35,7 0C
RR : 30x/ m
Pasien masih terpasang oksigen (O2) 2 ltr/ menit
Pasien diposisikan semi fowler
Keadaan umum cukup
A : Masalah teratasi sebagian
P : Terapi dilanjutkan
Memberikan oksigen 2 4 jam
Mengajarkan batuk efektif
Atur posisi pasien senyaman mungkin semi fowler
Mengobservasi TTV, RR
Kolaborasi dengan tim medis dan gizi untuk pemberian terapi obat

25-8-2015 = S : Pasien mengatakan sesak nafas sudah berkurang


O : TD : 130/ 80
N : 80
S : 35,7 0C
RR : 22x/ m
Pasien sudah tidak terpasang oksigen lagi
Keadaan umum cukup
A : Masalah teratasi
B : Terapi dilanjutkan
Memberikan oksigen 2 4 jam
Mengajarkan batuk efektif
Atur posisi pasien senyaman mungkin semi fowler
Kolaborasi dengan tim medis dan gizi untuk pemberian terapi obat
Mengobservasi TTV, RR
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sel sel tubuh secara
normal demam ini diperoleh dengan cara menghirup O 2 setiap kali bernafas masuknya
oksigenasi ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan
keadaan hematologi. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen di atmosfer, konsentrasi
oksigen dalam udara ruangan adalah 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan
transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stress.
Tujuan terapi oksigenasi :
1. Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat
2. Mengembalikan frekuensi pernafasan dalam batas normal
2. Etiologi
a) Faktor fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikat O2 pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diispirasi seperti pada obstruksi saluran
pernafasan bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen (O2)
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi demam luka, dll
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskuluskeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC Paru
b) Faktor perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang
2. Merokok, nikotin menyebabkan vaso kontriksi pembuluh darah
3. Alkohol dan obat obatan menyebabkam depresi pusat pernapasan
4. Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat
3. Patofisiologi dan anatomi
a) Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi, dan transportasi. Proses
ventilasi (proses penghantar jumlah oksiegen yang masuk dan keluar dari paru
paru). Apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigenasi tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda yang menimbulkan pengeluaran mukus proses difusi (pengeluaran oksigen
dari Alveolike jaringan).
b) Anatomi sistem pernafasan
1. Saluran nafas atas
Hidung
Faring
Laring
Trakea
2. Saluran nafas bawah
Bronkus
Bronkeolus
Bronkeolus respirator
Duktus alvedor
Alveoli
4. Manifestasi Klinis
Suara nafas tidak normal
Perubahan jumlah pernafasan
Batuk disertai dahak
Penggunaan otot tambahan pernafasan
Penurunan haluan urine
Penurunan ekspansi paru
5. Faktor faktor yang mempengaruhi oksigen
1. Saraf otomik
2. Hormon dan otot
Semua hormon dapat melebarkan pelebaran saluran pernafasan obat yang tergolong
prasimelatis dapat melebarkan saluran pernafasan
3. Alergi pada saluran nafas
Banyak faktor yang mempengaruhi elergi faktor faktor ini menyebabkan bersin
bila terdapat rangsangan di daerah nasal
4. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah oksigen karena organ
dalam tubuh berkembang seiring dengan perkembangan usia
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seperti faktor
alergi, ketinggian tanah, dan suhu
6. Perilaku
Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah dengan cara kita
mengonsumsi makanan
6. Gangguan dalam pola pemenuhan kebutuhan oksigenasi, meliputi :
a. Bradipnea
Frekuensi pernafasan teratur namun lambat secara tidak normal (kurang dari 12
menit). Jadi kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi akibat defisiensi
oksigenasi, sehingga kulit menjadi kebiruan (sianosis)
b. Takipnea
Frekuensi pernafasan teratur namun cepat secara tidak normal (724/ menit)
c. Apnea
Pernafasan berhenti untuk beberapa detik. Perhentian sistem pernafasan
mengakibatkan henti nafas
d. Hipo ventilasi
Frekuensi pernafasan abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
e. Hiperventilasi
Frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat
7. Faktor yang mempengaruhi pernafasan bisa berlangsung normal
1. Suplai oksigen yang adekuat
2. Saluran pernafasan yang utuh
3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal
4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama sama berfungsi membentuk unit
pernafasan yang normal dalam jumlah yang cukup
5. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel tubuh
6. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung efektif
7. Berfungsinya pusat pernafasan
8. Penanganan
1. Intervensi

Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data

Kolaborasi dengan dokter/ tim medis untuk memberikan oksigen dengan


masker dan juga canule

Berikan oksigen/ udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan

Berikan posisi semi fowler

2. Implementasi

Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data

Kolaborasi dengan dokter/ tim medis untuk memberikan oksigen dengan


masker dan juga canule

Berikan oksigen/ udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan

Berikan posisi semi fowler

3. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan medis di atas sesak berkurang

Keadaannya sudah agak membaik

Pasien sudah nyaman dengan posisinya

Kebutuhan oksigen terpenuhi

4.
DAFTAR PUSTAKA

Kasanah, 2011, analisis keakuratan kode diagnosis penyakit paru obstruksi kronis
eksaserbasi akut : Yogyakarta : Jurnal keperawatan
Swasanti, niluh dan winkanda satria putra, 2014, pertolongan pertama pada kedaruratan
P3K, Yogyakarta : Katahati
Nugroho, taufan, nurrezki, desi wamaliza, willis, 2014, askeb 1 kehamilan, yogyakarta:
nura medika
Uliyah, musrifatul, azis alimul hidayat, 2011, keterampilan dasar praktik klinik untuk
kebidanan, jakarta : salemba medika
http://dwisulistyowadi 1.com/ 2013/ 10. Pemyakit paru obstruktif-kronik-PPOK.html?mel

Anda mungkin juga menyukai