Anda di halaman 1dari 28

BAB I

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/umur : Ny.D/Perempuan/38 Tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : RT 12 Tambak Sari

2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi rumah
Pasien tinggal di sebuah rumah yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 3 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Di bagian depan
pintu masuk dan jendela yang cukup untuk sirkulasi udara dan
pencahayaan. Pada seluruh bagian rumah juga kondisi udara dan
pencahayaan cukup, serta rumah tampak bersih dan rapi. Sumber air
berasal dari PDAM dan listrik berasal dari PLN.
e. Kondisi lingkungan keluarga
Pasien tinggal bersama suami dan dua orang anaknya. Komunikasi
antar keluarga cukup harmonis. Tidak ada permasalahan dalam
keluarga dan cukup harmonis.
f. Riwayat makan, alergi, obat-obatan, perilaku kesehatan :
 Alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-) .
 Pasien memiliki suami yang selalu merokok di dalam rumah.
 Dalam pola makannya, pasien mengaku memang jarang konsumsi
buah dan sayur.
3. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan Keluar darah dari jalan lahir sejak tiga hari
Sebelum ke puskesmas.

1
4. Riwayat penyakit sekarang :
3 hari lalu, pasien mengeluh keluar darah pervaginam, darah
berwarna merah coklat, kehitaman dan menggumpal. Darah yang keluar
sebanyak satu pembalut penuh dan pasien dapat mengganti pembalut
lebih dari 5 kali dalam sehari karena jumlah darah yang banyak. Keluhan
disertai rasa nyeri pada perut.
2 hari lalu, keluhan keluar darah pervaginam semakin banyak
warna merah kehitaman dan menggumpal. Nyeri semakin terasa di perut
bagian bawah dan daerah panggul pasien. Nyeri terasa mengganggu
sehingga pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Kemudian pasien
berobat ke UGD dan diberi obat anti-nyeri. Keluhan nyeri berkurang.
1 hari lalu, keluar darah pervaginam tidak juga berhenti dan nyeri
tidak membaik. Pasien juga mengeluh sakit kepala, badan terasa lemas,
dan rasa mual. Pasien mengatakan sejak 3 bulan terakhir siklus haid tidak
teratur dan dalam sebulan bisa mendapat haid 2 kali.

5. Riwayat Penyakit Dahulu :


 Tidak ada riwayat trauma pada alat kelamin wanita.
 Tidak ada riwayat sering mimisan dan mudah memar pada tubuh
pasien.
 Tidak ada riwayat terjadi perdarahan pada alat kelamin pasien setelah
melakukan hubungan seksual.
 Tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan , minuman keras, jamu-
jamuan dan tidak merokok.

Riwayat Haid
- Pertama kali haid pada umur 13 tahun

- Haid tidak teratur dan disertai nyeri

- Lama haid 7 hari

- Haid terakhir 20 agustus 2019

6. Riwayat penyakit dalam keluarga

2
 Riwayat keluhan serupa (-)
 Riwayat Penyakit kelainan darah (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
a. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
b. Kesadaran : kompos mentis
c. Suhu : 36.3oC
d. Nadi : 64 x/menit
e. Pernapasan : 18 x/menit
f. Berat badan : 45 kg
g. Tinggi badan : 155 cm
h. Status gizi : IMT=18.75 (cukup)

Pemeriksaan organ
a. Kepala bentuk : normocephal
Ekspresi : biasa
Simetris : simetris
b. Mata : CA (+/+), SI (-/-), RC (+/+)
c. Hidung : sekret (-), benjolan (-)
d. Telinga : tidak ada kelainan
e. Mulut : T1-T1 non hiperemis, karies (-/-)
f. Leher : pembesaran KGB dan tiroid (-)
g. Toraks : Bentuk simetris, retraksi (-)
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Jantung
 Auskultasi : suara normal jantung reguler, gallop (-),
murmur (-)

3
Paru
 Auskultasi : suara napas vesikular kanan dan kiri, ronki
(-), wheezing (-)
h. Abdomen :
 Auskultasi : bising usus (+) normal,
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
 Perkusi : timpani.
Ekstremitas : tidak ada kelainan.
5. Pemeriksaan laboratorium :
Darah rutin
WBC : 8.4
RBC : 4.06
HGB : 10.1
HCT : 39.7
PLT : 424
6. Pemeriksaan anjuran :
- IVA test
- Pap smear test
- USG Rahim
- Laparoskopik diagnostik

7. Diagnosis kerja :
Menometroragia (N92.1)

8. Diagnosis banding :
 Mioma uteri (D25.1)
 Ca Cerviks (C53.9)
 Pelvic Inflamatory disease

9. Manajemen
a. Promotif

4
- Menjelaskan tentang penyakit pasien dan penatalaksanaan penyakit
pasien.
- Menjelaskan komplikasi dan kegawatdarurarat dalam hal
permasalahan organ kandungan wanita.
b. Preventif
1. Hindarin penggunaan obat-obat yang memicu perdarahan
2. Hindari stress berlebihan
3. Hindari terjadinya trauma pada organ kandungan.
4. Hindari minuman dan makanan sembarangan
c. Kuratif
1. Nonfarmakologi
 Istirahat minimal 8 jam perhari
 Meningkatkan asupan makanan bergizi
 Rujuk ke spesialis Obstetri dan ginekologi.
2. Farmakologi
 Sulfos ferousus 1x1tab
 Paracetamol apabila nyeri
 Vit C tab 1x1
3. Obat tradisional
Jahe
Minum air jahe sering menjadi cara yang dianjurkan untuk
melancarkan haid.
Untuk mendapatkan manfaatnya, rebus jahe ke dalam sepanci
kecil air panas. Anda juga dapat menambahkan gula atau madu agar
rasanya lebih nikmat. Anda bisa mencobanya setelah memastikan Anda
tidak alergi jahe.
Namun sayangnya, belum ada bukti ilmiah yang mendukung
klaim jahe sebagai obat herbal pelancar haid.
d. Rehabilitasi
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi ataupun mengkonsumsi
multivitamin.

5
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

PUSKESMAS PAKUAN BARU PUSKESMAS PAKUAN BARU


JAMBI, SEPT 2019 JAMBI, SEPT 2019
DOKTER : dr. SAHLIAN DOKTER :
POLI : DEWASA POLI : DEWASA

Pro : Pro :
Usia : Usia :

PUSKESMAS PAKUAN BARU PUSKESMAS PAKUAN BARU


JAMBI, SEPT 2019 JAMBI, SEPT 2019
DOKTER : DOKTER :
POLI : DEWASA POLI : DEWASA

Pro : Pro :
Usia : Usia :

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Saat ini gangguan haid merupakan keluhan tersering bagi wanita yang

datang ke poliklinik ginekologis dan menoragia merupakan salah satu diantaranya

yang tersering. Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama

hidupnya bahkan banyak diantaranya harus mengalami gangguan ini setiap

bulannya. Gangguan ini dapat terjadi dalam kurun waktu antara menarche dan

menopause. Gangguan haid atau perdarahan abnormal menjadi masalah menarik

sehubungan dengan makin meningkatnya usia harapan hidup perempuan.

Penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30% wanita

premenopause mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health

Organizations (WHO) baru-baru ini melaporkan bahwa 18 juta wanita golongan

usia 30-55 tahun merasa bahwa perdarahan dalam menstruasinya berlebihan.

Menorrhagia harus dapat dibedakan dari diagnosis ginekologis lainnya, termasuk

metroragia, menometroragia, polimenorea dan perdarahan karena disfungsi uterus

(dysfunctional uterine bleeding). Menoragia sendiri merupakan suatu keadaan

dimana siklus menstruasi dalam interval yang normal tapi memiliki durasi yang

memanjang dan perdarahan yang berlebihan.

Fisiologi Menstruasi

Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang

paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi

(perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi

7
tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.

Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita

berobat ke dokter.1

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu

keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan

wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa,

sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali

terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak

teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini

melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Siklus Menstruasi Normal

Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium

(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2

bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi

menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal.

Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim),

miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium

(lapisan terdalam rahim).  Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam

siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang

terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.1

8
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang

dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk

mengeluarkan prolaktin

 Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis

merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada

umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat

menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf

yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis

mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH

berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke

hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik

akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. 2

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH,

folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,

dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh

hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).

Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi

9
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus

luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan

progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan,

dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila

terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut

dipertahankan.2

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu

endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan

hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah

2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah

menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi

pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk

perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari

ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut

ovulasi)

3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.

Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan

endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi

(perlekatan janin ke rahim)1

10
Siklus ovarium :

1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel

telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus

dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur).

Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan

variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan

2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan

jangka waktu rata-rata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam

siklus menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,

LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari

fase luteal siklus sebelumnya

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah

akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase

folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan

endometrium1

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada

pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat

11
dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level

hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)

hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari

hormon LH, keluarlah hormon progesteron

5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang

menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.

Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari

folikular ke luteal

6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi

sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi

dari korpus luteum

7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda

bahwa sudah terjadi ovulasi

8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup

korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus

berikutnya1

Pengertian

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus

haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting

dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya

adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma

serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen3

12
Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan

jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini

sama dengan hipermenorea.

Menometroragia, yaitu perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak teratur

disertai perdarahan yang banyak dan lama

Penyebab:

Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah

kelainan pada:

 serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri,

ulkus pada portio uteri, karsinoma servisis uteri.

 Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus

insipiens, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,

subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma

uteri.

 Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor

tuba.

 Ovarium; radang overium, tumor ovarium.

Sebab fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan

sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional

dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan

ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungís ovarium.

Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk

perdarahan disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun.

13
Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa

pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana

diperlukan perawatn di rumahsakit.

Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional belum diketahui

secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim

disfungsional, antara lain: Kegemukan (obesitas), Faktor kejiwaan,Alat

kontrasepsi hormonal Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine

devices),Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim, misalnya:

trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing

Manis (diabetus mellitus), dan lain-lai• Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat

terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease),

infeksi vagina, dan lain lain.3

Patogenesis

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran

sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya

pada wanita premenopause (folikel persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus

difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10%

terjadi dalam siklus ovulasi.

Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun

bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya

kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

14
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation), Perdarahan rahim yang sering terjadi

pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi

ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon

progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami

penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah

dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan

rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi

bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti

perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.5

Gambaran klinik

Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.

Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita

mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.

a.Perdarahan ovulatori

Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional

dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk

menegakan diagnosis perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa

mendekati haid. Jira karena perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid

tidak dikenali lagi, maka Madang-kadang bentuk survei suhu badan basal dapat

menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe

sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:

1. korpus luteum persistens

15
Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan ovarium

yang membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena

riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak

persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan

pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis ini di

buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya, yaitu menurut Mc.

Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai

endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi.

2. insufisiensi korpus luteum Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting,

menoragia atau polimenore. Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron

disebabkan oleh gangguan LH realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil

biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium

yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

3. apopleksia uteri Pada wanita dengan hipertensi dapat terjado pecahnya

pembuluh darah dalam uterus.

4. kelainan darah Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam

mekasnisme pembekuan darah.3

b. Perdarahan anovulatoir

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan

menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul perdarahan yang

Madang-kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali.

Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada

statu waktu fungsional aktif. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum

mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel – folikel baru. Endometrium

16
dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula

ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran ini

diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya perdarahan

anovulatoir.Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi

paling sering pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause. Pada

masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan atau

keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan

realizing faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya

fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar. Bila pada masa pubertas kemungkinan

keganasan kecil sekali dan ada harapan lambat laun keadaan menjadi normal dan

siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang dewasa dan terutama dalam masa

pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk

menentukan ada tidaknya tumor ganas. Perdarahan disfungsional dapat dijumpai

pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit

darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya.

Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan

disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor

psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian, pemberian

obat penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan

perdarahananovulatoir

Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam

pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya

penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin

17
diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG

dan laparoskopi jika diperlukan. Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda

premenstruasi (mastalgia, kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan

tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori.

Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah

mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.

Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron

serum ( > 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang

terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan

bukti ovulasi. Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus genitalia,

terkadang menimbulkan kesulitan karena tergantung pada apa yang dianggap

sebagai penyakit organik, dan tergantung pada sejauh mana penyelidikan

dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia. Pasien berusia dibawah

40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami karsinoma endometrium,

jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan keharusan.

Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana

penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko

karsinoma endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1

persen. Jadi, pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.3

Pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,

Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan

perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.

18
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)

histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan

perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon

terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium.

Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase.

Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai

pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita

yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan

kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.

3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam

uji coba terapeutik.3

Penatalaksanaan

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan

kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mengatur menstruasi agar kembali normal.

3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan perdarahan.

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan

19
tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat berhubungan intim”. O b a t

(medikamentosa)1. Golongan estrogen.Pada umumnya dipakai estrogen alamiah,

misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena

tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan

darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan

gangguan fungsi liver.

Dosis dan cara pemberian: Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg

diminum selama 7-10 hari.Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler.

(melalui bokong) Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname),

dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus

(suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4

jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen

konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol

secara akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung

terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit.

Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus

endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus

DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini

ialah bahwa setelah suntikan dihentikan,perdarahan timbul lagi.

2. Obat Kombinasi

Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif.

Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau

perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah

20
memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan

dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang

normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan

berkelanjutan diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan

endometrium yang berdarah banyak selama penarikan progestin . Speroff

menganjurkan pengobatan dengan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral

dengan regimen menurun secara bertahap.

Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam ,

selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya

mengontrol perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan

menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan

kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi

regresi teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil

kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari,

kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali

setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena

paparan estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan

menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana

DUB jangka panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan

yaitu mencegah kehamilan. Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan

berat yang lama dapat mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak

responsif terhadap progestin. Kuretase untuk mengontrol perdarahan

dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia intrauterin

( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita

21
hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok dan tidak

hipertensi.5

3. Golongan progesterone

Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat

anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh

estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain: Medroksi

progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10 hari.

Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari. Kaproas hidroksi-

progesteron 125 mg secara intramuscular

4. OAINS

Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan

Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7

hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB

ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama

espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah

selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar

pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2Mengatur

menstruasi agar kembali normal Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya

adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan

pemberian: Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum

22
obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.Transfusi jika kadar hemoglobin

kurangdari8gr%.

Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.

Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb)

0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-

kira perlu sekitar 4 kantong darah

Prognosis

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit

(patofisiologi)Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini

dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %Pada wanita muda, yang

sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik.

Kesimpulan

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus

haid. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma

endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen

eksogen.

Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan

jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini

sama dengan hipermenorea. Menometroragia, yaitu perdarahan yang terjadi

dengan interval yang tidak teratur disertai perdarahan yang banyak dan lama.

23
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional belum diketahui

secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim

disfungsional, antara lain: Kegemukan (obesitas), Faktor kejiwaan,Alat

kontrasepsi hormonal Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine

devices),Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim, misalnya:

trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing

Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain. Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat

terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease),

infeksi vagina, dan lain lain

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi).

Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat

memberikan angka kesembuhan hingga 90 %. Pada wanita muda, yang sebagian

besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik.

24
BAB III

ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah :


Pasien tinggal di sebuah rumah yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 3 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Di bagian depan pintu
masuk dan jendela yang cukup untuk sirkulasi udara dan pencahayaan. Pada
seluruh bagian rumah juga kondisi udara dan pencahayaan cukup, serta rumah
tampak bersih dan rapi. Sumber air berasal dari PDAM dan listrik berasal dari
PLN.
 Dari kondisi rumah ada tidak hubungan antara kondisi rumah dengan
keadaan pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Pasien tinggal bersama suami dan dua orang anaknya. Komunikasi antar
keluarga cukup harmonis. Tidak ada permasalahan dalam keluarga dan cukup
harmonis.
 Jadi tidak ada hubungan yang memperberat penyakit akibat dari faktor
psikologi pasien.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-) . Pasien memiliki suami yang
selalu merokok di dalam rumah. Dalam pola makannya, pasien mengaku
memang jarang konsumsi buah dan sayur.
 Jadi tidak ada hubungan antara diagnosis pasien dengan perilaku
kesehatan.

d. Analisis faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien

- Adanya gangguan di dalam Rahim/organ kandungan itu sendiri, seperti kista,


tumor, ataupun keganasan

25
- Usia yang sudah mendekati masa menopause
- Adanya masalah psikis atau stress yang memberatkan pasien.
- Adanya masalah hormone

e. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan penyakit


- Konsumsi makanan yang meningkatkan daya tahan dan produksi dari sel darah
merah.
- Kunjungi dokter spesialis untuk mencari penyebab pasti permasalahan tersebut.

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga

- Memberikan penjelasan tentang penyakit dan tatalaksana penyakit pasien


- Hindari trauma pada organ kandungan.
- Hindari pekerjaan yang berlebihan
- Hindari stress yang berlebihan.
- Jangan memijat atau mengurut organ kandungan.
- Kunjungi dokter spesialis untuk mencari penyebab pasti permasalahan tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono P. Ilmu kebidanan. Jakarta:FKUI;2009.


2. Millie, Richard. Dysfunctional uterine bleeding. 15 Juli 2013. Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/257007-overview
3. B, Achmad. Ilmu Kesehatan Reproduksi Ginekologi.Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
4. Mohammad JH. Haid dan siklusnya. Ilmukandungan. 2005. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Hal 103- 112
5. Cunningham FG et al. Menstruasi dan kehamilan. William obstetric. Edisi
21. 2001. New york; mac graw hill: hal 71-82
6. Sulaiman S. Kelainan haid. Genekologi fakultas kedokteran Universitas
Pajajaran. 1981. Bandung; hal 31- 34

27
DOKUMENTASI

28

Anda mungkin juga menyukai