Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. N/Perempuan/33 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : RT 24 Tambak Sari

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal dirumah dengan lingkungan rumah yang padat


penduduk. Rumah pasien berada di gang sempit. Rumah terdiri atas 1 ruang
tamu, 1 ruang tengah, 3 kamar tidur, dan 1 kamar mandi. Seluruh lantai
rumah berupa semen dan langit-langit masih berupa seng karena belum
ditutup triplek atau gipsum. Pada ruang tamu terdapat 4 jendela dan beberapa
lubang angin, pencahayaan cukup membuat rumah tampak terang. Air yang
digunakan untuk masak, makan, minum berasal dari air PDAM.
2

e. Kondisi Lingkungan di Sekitar Rumah


Sekitar rumah merupakan pemukiman padat penduduk. Kebersihan
lingkungan sekitar cukup.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga :


Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Tidak ada masalah
psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya
cukup baik.

IV. Keluhan Utama :


Mual muntah sejak ± 1 minggu terakhir

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak ± 1 bulan terakhir.
Mual juga dirasakan pada saat pasien mau mulai makan. Muntah sebanyak ±5x
sehari berisi apa yang dimakan sebanyak ±1/4 gelas belimbing setiap kali
muntah, namun keluhan dirasakan memberat ± 1 minggu terakhir, pasien juga
merasa badannya terasa lemah, dan terjadi penurunan berat badan dari 1 bulan
yang lalu dari bb pasien 55 kg menjadi 52 kg.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :


 Keluhan yang sama (+) saat hamil anak pertama
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)

VII. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)

VIII. Riwayat Kebiasaan, Alergi Makanan dan Obat Obatan


 Riwayat alergi makanan (-)
 Riwayat alergi obat obatan (-)
3

IX. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 152 cm
Status Gizi : IMT = 52 /(1,52)2 = 22,5

Status Generalisata
 Kepala : Normocepal

 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RC (+/+)

 Telinga : Nyeri tekan (-)

 Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-

 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)

 Tenggorok : Tonsil T1/T1, hiperemis(-), faring hiperemis (-)

 Leher : Pembesaran KGB (-)

 Thoraks
Paru-paru :
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
 Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil menurun
 Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : batas jantung dbn
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
4

 Abdomen
 Inspeksi : Datar, skar (-)
 Auskultasi : Peristaltik normal
 Palpasi : Nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

Status Obstetri
Riwayat Obstetri
- GPA : G3P2A0
- HPHT : 14 Juli 2019
- TP : 21 April 2020
- Menarche : Umur 12 tahun
- Siklus haid : teratur 28 hari
- Lama haid : 5 hari

Riwayat Persalinan :
1. 2009/Aterm/Spontan/Bidan/Perempuan /3500 gram/Hidup
2. 2014/Aterm/Spontan/Bidan/Laki Laki/2800 gram/Hidup
3. Ini

Riwayat Perkawinan :
- Status Perkawinan : menikah satu kali, usia 22 tahun
- Riwayat Kontrasepsi : pernah menggunakan pil KB

Pemeriksaan Luar
 Inspeksi : striae (+), skar (-).
 Palpasi : TFU belum dapat dinilai
 Leopold I : sulit dinilai
 Leopold II : sulit dinilai
 Leopold III : sulit dinilai
 Leopold IV : sulit dinilai
 His :-
5

 Auskultasi : DJJ : sulit dinilai

X. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin :
WBC : 7,4 x 103/µL
RBC : 3,89 x 106/µL
HGB : 11 g/dL
HCT : 36,9 %
PLT : 304 x 103/µL

XI. Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan Elektrolit Darah

XII. Diagnosis Kerja


Hiperemesis Gravidarum Ringan (O.21.0)

XIII. Diagnosis Banding


 Gastritis (K29.70)
 Ulkus Peptikum (K27.1)

XIV. Manajemen
a. Promotif :
 Memberikan informasi mengenai pengetahuan dasar tentang hiperemesis
gravidarum
 Memberikan informasi bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan >20
minggu.

b. Preventif :
 Hindari makan makanan berlemak
 Perbanyak makan buah dan sayur, serta makan dalam porsi kecil tetapi
sering
6

 Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah seperti bau yang tidak
mengenakkan

c. Kuratif :
Non Farmakologi :
 Diet hiperemesis
 Terapi psikologik :
- Meyakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan.
- Hilangkan rasa takut karena kehamilan.
- Kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.

Farmakologi :
 Vitamin B6 1x50 mg
 Asam Folat 1x1 mg
 Metoclopramide 1x10 mg

Obat Tradisional Berdasarkan FOHAI :


Obat antiemetik untuk HEG :
- Jahe
2 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)/hari.

d. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yg bergizi.
 Jika keluhan bertambah berat dan sudah mengganggu aktivitas sehari hari
pasien disarankan untuk kerumah sakit untuk ditatalaksana lebih lanjut
7

Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1


DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS PAKUAN BARU PUSKESMAS PAKUAN BARU
Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec.
Jambi Selatan, Kota Jambi. Jambi Selatan, Kota Jambi.
Dokter : dr. Intan Anferta M Dokter : dr. Intan Anferta M

R/ R/

Pro : Ny. N Pro : Ny. N


Umur : 33 Th Umur : 33 Th

Resep Ilmiah 2 Resep Ilmiah 3


DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS PAKUAN BARU PUSKESMAS PAKUAN BARU
Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec.
Jambi Selatan, Kota Jambi. Jambi Selatan, Kota Jambi.
Dokter : dr. Intan Anferta M Dokter : dr. Intan Anferta M

R/ R/

Pro : Ny. N Pro : Ny. N


Umur : 33 Th Umur : 33 Th
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada
kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum
menjadi buruk. Morning sickness dengan yang muntah terus menerus dan asupan
makanan kurang dapat menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari.
Dalam situasi demikian disebut hiperemesis gravidarum. 1,2

2.2 Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat
hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2 Faktor-faktor yang
menjadi predisposisi pasien diantaranya:1,2,
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan adalah:
a) Faktor Adaptasi Dan Hormonal
Sering terjadi pada primigravida atau nullipara, mola hidatidosa, diabetes,
dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar hCG. Pada wanita yang hamil
kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum dapat
dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia, primigravida, overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola
hidatidosa.
b) Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum
jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut akan
9

kehamilan dan persalinan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan rumah


tangga, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.
c) Faktor Organik
Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
Maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis
gravidarum.
d) Faktor gizi/ anemia
Kekurangan gizi dan anemia dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
e) Obesitas
Ibu hamil yang obesitas dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis
gravidarum
f) Riwayat hiperemesis gravidarum
Ibu hamil dengan riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya dan riwayat keluarga dengan hiperemesis gravidarum berisiko
lebih tinggi mengalami hiperemesis gravidarum.
g) Umur ibu
Ibu hamil yang berusia muda atau kurang dari 20 tahun meningkatkan risiko
terjadinya hiperemesis gravidarum.

2.3 Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar βHCG, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian
mual dan muntah dapat terjadi sampai berbulan-bulan. Hiperemesis gravidarum
merupakan komplikasi mual dan muntah pada wanita muda, bila terjadi terus
menerus dapat mnyebabkan dehidrasi, dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita
lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang lebih berat.1,3
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
10

tidak sempurna, terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang diminum dan


kehilangan cairan karena muntah mengakibatkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian
pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi mengakibatkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat
merusak hati.1,3

2.4 Gejala Klinis


Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.1,4
1) Tingkat I = ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan,
berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium; nadi sekitar 100 kali/menit,
tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung, dan
urin sedikit tetapi masih normal.
2) Tingkat II = sedang
Mual dan muntah yang hebat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah; lemah,
apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi cepat dan lebih
dari 100-140 kali per menit, suhu badan naik (dehidrasi), kadang ikterus
ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg, hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi. Dapat pula terjadi
asetonuria, dan dari nafas keluar bau aseton.
3) Tingkat III = berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun (delirium sampai koma),
muntah berkurang atau terhenti, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat,
11

suhu badan naik, dan tensi sangat turun, ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin.

2.5 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sulit. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan
penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat
pula memberikan gejala muntah.1,5
 Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu\
 Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebris dan gangguan kesadaran
 Pemeriksaan fisik : dehidrasi, pucat, ikterus, sianosis, berat badan
menurun : pada vaginal toucher uterus besar sesuai usia kehamilan,
konsistensi lunak: pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)
 Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga
untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun
kehamilan molahidatitoda
 Pemeriksaan Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematoktrit,
benda keton dan protenuria
 Pada keluhan hiperemesis yang berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi
psikologi.1,7
12

Tabel 1. Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan investigasi untuk


memonitor keparahan dan penyebab lain.5
13

2.6 Penatalaksanaan
Farmakologi :
Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin),
antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians
and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah
12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama
yang aman dan efektif. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan
benzamin, telah terbukti efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti
proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah
dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors
melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system.3,5
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron
mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam
kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki
efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi
ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi
mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan.3,5

Tabel 2. Rekomendasi Terapi Antiemetik dan Dosis5


14

Terapi Cairan :
Memberikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. Pemberian cairan
untuk mengimbangi hilangnya cairan dan elektrolit, turgor kulit cepat
kembali, meningkatkan dieresis dan membuang benda keton melalui urin.
Glukosa sendiri dibutuhkan untuk metabolism umum dan menghindari
kerusakan liver lebih lanjut dan glukosa yang dipecah menjadi energy
diharapkan dapat mengurangi pembentukan badan keton. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks, vitamin C, dan
bila ada kekurangan protein dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar cairan yang masuk dan dikeluarkan. Urine perlu diperiksa
untuk mengetahui adanya protein, aseton, klorida dan bilirubin. Bila selama
24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum baik, dapat dicoba untuk
memberikan minuman dan lambat laun dapat ditambah dengan makanan yang
tidak cair.2,3

Non Farmakologi :
Terapi Psikologis
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,
normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba
hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosioekonomi dan pekerjaan serta
lingkungan.2,4

Isolasi :
Penderita ditempatkan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter
dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah
berhenti dan penderita mau makan. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.2,4

Diet
Tujuan diet hiperemesis yaitu :6
- Mengganti persediaan energi tubuh
- Mengontrol keasamaan darah
15

- Secara bertahap memberikan makanan berenergi dan bergizi cukup.

Prinsip diet hiperemesis :6


- Makanan dalam bentuk kering
- Makanan mudah dicerna
- Tidak menimbulkan mual dan muntah
- Diberikan sering dalam porsi kecil
- Makanan secara bertahap ditingkatkan porsinya sesuai keadaan ibu
hamil.
Makanan yang dianjurkan seperti :
Roti panggang, biskuit, buah segar, sari buah, sirup, teh, dll.

Makanan yang tidak dianjurkan :


Makanan atau minuman yang mengandung alkohol, kopi, makanan atau
minuman yang mengandung pengawet, pewarna, dan bahan penyebab.

a. Diet hiperemesis I yaitu untuk ibu hamil dengan hiperemesis berat.6

Tabel 3. Menu makanan untuk diet hiperemesis I 6


16

b. Diet hiperemesis II yaitu untuk ibu hamil yang sudah berkurang mual dan
muntah. Secara bertahap diberikan makanan yang lebih tinggi energi dan
zat gizi. Minuman diberikan secara terpisah.6

Tabel 4. Menu makanan untuk diet hiperemesis II 6


17

c. Diet hiperemesis III yaitu untuk ibu hamil dengan hiperemesis ringan.
Menu makan sesuai dengan kesanggupan pasien. Minuman boleh
diberikan bersama makan. Makanan cukup energi dan zat gizi.6

Tabel 5. Menu makanan untuk diet hiperemesis III 6

Penghentian Kehamilan :
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.1
18

2.7 Komplikasi 
Beberapa kasus melaporkan bahwa komplikasi pada hiperemesis
gravidarum adalah sebagai berikut :
a. Ruptur esofagus dan perforasi
b. Pneumothorak bilateral dan pneumomediastinum
c. Wernick Ensefalopati akibat defisiensi tiamin , kebutaan
d. Epistaksis berat akibat koagulopati defisiensi vitamin K
e. Laserasi Mallory Weiss
f. Kejang, koma atau kematian.3,5
19

BAB III
ANALISIS KASUS

1. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Diagnosis penyakit pada pasien ini tidak ada hubungan dengan lingkungan
disekitarnya, karena penyakit pasien ini bukan merupakan penyakit berbasis
lingkungan

2. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis di keluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
hubungan pasien dengan keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan
diagnosis dengan aspek psikologis dalam keluarga.

3. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar.
Tidak ada hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.

4. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit


Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan
diet dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya
belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan
bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-
faktor yang menjadi predisposisi diantaranya
 Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG.
 Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
 Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab
dan sebagainya.
20

Penyebab pada pasien ini kemungkinan karena faktor organik.

5. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutuskan rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi
Untuk mengurangi mual muntah pada pasien ini disarankan agar istirahat
yang cukup, hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah. Dapat pula
dengan terapi psikologis seperti memberikan pengertian bahwa mual muntah
kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis jadi tidak perlu
takut dan khawatir.

6. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


- Memberikan informasi kepada pasien, suami, dan keluarga bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses fisiologi
- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala
fisiologi pada kehamilan muda dan akan hilang setelah usia kehamilan >20
minggu
- Menjaga pola makan dan keadaan fisik ibu.
21

DOKUMENTASI
22

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga , Cetakan


Kedelapan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006.
2. Cunningham, dkk. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta:EGC.
2012.
3. Gabra A. Updates in Management of Hyperemesis Gravidarum. Critical
Care Obstetrics and Gynecology.
4. Gunawan, Kevin, dkk. Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis
Gravidarum. Vol: 61. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,
2011.
5. Green Top Guideline. The Management of Nausea and Vomiting of
Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. Royal College of Obstetricians
& Gynaecologists. Juni 2016.
6. Inggrik D, Zahroh L. Diet Hiperemesis. Konsultasi Gizi Klinik Puskesmas
Senggi. 2017.

Anda mungkin juga menyukai