Anda di halaman 1dari 32

BAB I

STATUS PASIEN

I. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny.M/Perempuan /45 th
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SMA
c. Alamat : RT 01 Pasir Putih
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu
d. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal dirumah semi permanen dengan luas ± 12 x 7 m 2. Rumah


terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur yang bergabung dengan
ruang makan dan 1 kamar mandi dan 1 wc dengan tipe leher angsa.
Lantai rumah terbuat dari kayu dilapisi perlak coklat yang rapi, atap dan
dinding terbuat dari kayu yang tersusun rapi. Pintu masuk terdapat di
depan disertai 7 buah jendela, ruang tengah terdiri dari 5 jendela, ruang
tengah terdapat 4 buah jendela dan 2 pada masing-masing kamar.
Pencahayaan rumah saat malam menggunakan listrik PLN dan sumber air
berasal dari PDAM. Rumah terkesan rapih dan bersih serta cukup
ventilasi dan pencahayaan.

1
e. Kondisi Lingkungan di sekitar
Rumah

Lingkungan di
sekitar rumah merupakan
lingkungan yang
padat penduduk. Jarak
rumah pasien ke rumah tetangga ± 1 meter. Lingkungan rumah cukup
bersih dan asri, pajanan sinar matahari cukup,tidak terdapat sampah di
lingkungan sekitar rumah pasien dan pekarangan tertata rapi.

2
3. Aspek Prilaku dan Psikologis di Keluarga
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal dengan dua
orang anaknya dan saudara kandung pasien sendiri. Pasien bekerja sebagai
honorer di TU kampus UNBARI. Menurut saudara pasien, pasien ini ramah
hanya saja sedikit pendiam. Menurut saudara dari pasien, hubungannya
dengan keluarga sekarang kurang harmonis, hal ini terjadi ketika suami dari
pasien meninggal dunia, pasien jadi sering menyendiri, melamun dan
meneteskan air mata, nafsu makan menurun, susah untuk memulai tidur ,
tidak mau bergaul dengan tetangga dan jarang komunikasi dengan anaknya.
Pasien merasa sangat terpukul atas kepergian suami yang menyebabkan
pasien kehilangan semangat dalam menjalani hidupnya karena tidak ada yang
melindungi keluarga.

4. Keluhan Utama
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan susah tidur.

5. Riwayat Penyakit sekarang


Kurang lebih sejak 2 minggu terakhir pasien mengeluh susah tidur,
hal ini dirasakan setelah suami pasien meninggal dunia. Pasien mengatakan
sulit untuk memulai tidur, biasanya pasien mulai tidur pada pukul 22.00-24.00
dan pasien sering terbangun saat tidur namun pasien dapat tidur kembali.
Pasien merasa kehilangan semangat untuk hidup, sering melamun dan
meneteskan air mata, nafsu makan dirasakan menurun, malas berkomunikasi
dengan siapapun, menyendiri. Pasien juga mengatakan masa depannya sudah
tidak ada lagi semenjak kepergian sang suami. Pasien jadi malas bekerja dan
ingin keluar dari tempat pekerjaan karena tidak ada orang yang mengantar
pasien bekerja.

3
Keluhan berupa sering melihat atau mendengar hal yang tidak dilihat
dan didengar orang lain (-), rasa ingin bunuh diri (-) keluhan diancam untuk
dibunuh (-) perasaan cemas berlebihan hingga berdebar-debar (-), Keluhan
dari keluarga terhadap pasien seperti sering berbicara sendiri (-), berbicara
meracau atau tidak masuk akal (-), sering marah-marah atau mengamuk (-).
Keluhan sering terlalu bersenang-senang dan foya-foya (-) Sesak (-), nyeri
dada (-), nyeri perut (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

Faktor Memperingan :
 Saat pasien beristirahat dan memiliki kesibukan lain misalnya berkumpul
bersama keluarga
Factor Memperberat :
 Saat pasien sendirian di rumah dan tidak memiliki aktivitas
6. Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
 Riwayat gangguan kejiwaan (-)
 Riwayat kejang (-)
 Riwayat ggn pertumbuhan & perkembangan (-)
 Riwayat dirawat di RSJ (-)
7. Riwayat penyakit dalam keluarga
 Keluhan serupa di keluarga (-)
 Riwayat gangguan kejiwaan di keluarga (-)

4
8. Riwayat makan, alergi, obat-obatan, perilaku kesehatan :
 Alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)
 Konsumsi rokok (-)
 Konsumsi alkohol (-)
 Konsumsi obat-obatan terlarang (-)
 Sehari-hari pasien yang merupakan IRT dan pegawai TU banyak
menghabiskan waktunya sendirian di rumah untuk bersih-bersih rumah
dan memasak. Pasien jarang berolah raga namun cukup suka makan sayur
dan buah.

9. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital
o TD : 130/80 mmHg
o Nadi : 104 x/I, regular, pulsasi cukup
o Pernafasan : 20 x/i
o Suhu : 36,6 ºC
 BB/TB : 63 kg/160 cm
 Kepala : Normocepal
 Mata : CA (-), SI (-), Isokor, RC (+/+)
 Telinga : Nyeri tekan tragus(-), nyeri tarik auricula(-) sekret (-)
 Hidung : Deformitas(-), sekret (-)
 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
 Tenggorok : Tonsil T1/T1, hiperemis(-),
 Leher : Pemb. KGB (-), Pemb. tiroid (-)
 Thorak : Bentuk dbn, deformitas (-),

5
5
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris retraksi iga (-)

Palpasi Stem fremitus ka=ki

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)


Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus Cordis terlihat di ICS IV Linea MCS

Palpasi Ictus Cordis teraba di ICS IV Linea MCS, thrill (-)

Perkusi Batas-batas jantung


Atas : ICS II kiri
Kanan : Linea parasternalis kanan
Kiri : ICS IV Linea MCS

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)

Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),


splenomegali (-), refluks hepatojugular (-), nyeri ketok
CVA (-/-), Shifting dullnes (-),

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstrimitas
Superior : akral hangat, CRT<2s, sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : akral hangat, CRT<2s, sianosis (-/-), edema (-/-)
6
Status Psikiatri
a. Keadaan Umum
 Penampilan : Rapih
 Kesadaran : Compos Mentis
 Orientasi : W/T/O = baik
 Tingkah Laku : Kooperatif
b. Gangguan Berpikir
 Bentuk Pikir : Realistik
 Arus Pikir : Koheren
 Isi Pikir : Luas
c. Alam Perasaan
 Mood : sedih
 Afek : depresif
 Kesesuaian: Tidak sesuai
d. Persepsi
 Halusinasi :-
 Ilusi :-
e. Fungsi Intelektual
 Konsentrasi : Baik
 Orientasi : Baik
 Daya Ingat : Baik
 Pikiran Abstrak : Baik
f. Pengendalian Impuls : Baik
g. Daya Nilai : Baik
h. Tilikan :6
i. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat Dipercaya

7
10. Pemeriksaan
Penunjang Darah Rutin

WBC : 6.800 sel/mm3 darah


RBC : 3.14 juta sel/mm3 darah
PLT : 238.000 sel/mm3 darah
HGB : 12.8 g/dl

11. Usulan Pemeriksaan :-


12. Diagnosis Kerja :
Aksis I : Gangguan Depresi Sedang (F.32.1)
Aksis II :-
Aksis III :-
Aksis IV : Primary Support Group
Aksis V : GAF Scale 70-61

13. Diagnosis Banding (Aksis I)


 Gangguan Afektif Bipolar (F.32.1)
 Distimia (F.34.1)
 Skizofrenia (F.20)

8
14. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, bahwa
disebabkan oleh faktor psikologis.
 Menjelaskan kepada pasien untuk cukup istirahat
 Menjelaskan pada pasien untuk banyak berolah raga
 Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga pola makan seimbang

 Mencari kesibukan misalnya dalam bentuk kegiatan social di masyarakat


agar tidak larut dalam kesedihan.
b. Preventif
 Hindari dalam keadaan sendirian, perbanyak interaksi social
 Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
 Hindari dan kelola stress dengan baik
 Hindari merokok, konsumsi kopi dan begadang
c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Psikoterapi
 Cognitive Behaviour Theraphy (CBT)
 Tidur yang cukup dan berkualitas
 Perbanyak aktivitas dan interaksi dengan orang lain
 Rujuk ke Psikiatri

Farmakologi
 Vit. B Komp 1x1 tab
 Fluoxetin 1x20mg

9
Obat Tradisional
 Valerian

Sebagai sedatif ringan dan obat tidur. Sering digunakan


sebagai substitusi dari sedatif sintetik yang lebih kuat seperti
benzodiazepin pada terapi neurosis dan ansietas yang menimbulkan
kesulitan tidur. In vitro, ekstrak air dari akar V. officinalis
menghambat re-uptake dan menstimulasi pelepasan GABA yang
dilabel radioaktif pada sinaptosom yang diisolasi dari sediaan korteks
otak tikus. Aktivitas ini dapat meningkatkan kadar GABA ekstrasel
pada celah sinaps sehingga meningkatkan efek biokimia dan sifat
GABA. Dapat digunakan pada ansietas sebanyak 1 x 1 kapsul (100 mg
ekstrak akar) dan pada insomnia sebanyak 1 x 1 kapsul (600 mg
ekstrak akar), 30 menit sebelum tidur.
d. Rehabilitatif
 Menaati nasihat dokter dan minum obat sesuai anjuran dokter
 Melakukan kontrol rutin ke Fasyankes
 Mengambil obat rutin ke Fasyankes

10
11
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEPRESI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta
bunuh diri.
Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangka pendek
atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan
perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan
kondisi mood yang menurun. 2,3
Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau lebih
simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood, atau
ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria DSM-IV-
TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi
gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang
terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang
signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau gerakan yang
paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.2,4,5

2.2 PATOSIOLOGI dan ETIOLOGI


Patofisiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu diasumsikan oleh
banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa sindrom yang ada dengan gejala
yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis, dan sosial berkaitan dengan MDD, tetapi
penemuan terbaru menyatakan genetic, gambaran neurologis, dan biologi molekuler sudah
menjelaskan beberapa hubungan dengan tekanan yang besar ini, terutama pada modulasi dari
kehidupan pada proses genetic dan neurobiology.1,2,5

Genetik

Penemuan keluarga, kembar, dan adaptasi

13
Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga kali lebih besar
untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengan MDD, dengan onset umur dan depresi
berulang memberikan resiko yang lebih besar. Studi adopsi, kebanyakan dari mereka di
Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh lebih mungkin dengan adanya kekerabatan
biologis dibandingkan dengan orang tua asuh untuk menderita depresi. Studi anak kembar yang
membandingkan kembar monozigot dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan genetik dari
pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit. Perkiraan dari studi anak kembar kapasitas
depresi diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang jenis kelamin. hasil
yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar genetik untuk MDD.1

Neurobiologi

Monoamin

Hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis depresi selama 50 tahun
terakhir. Berdasarkan pengamatan dari mekanisme kerja antidepresan, hipotesis ini menyatakan
bahwa depresi merupkan hasil dari defisit serotonin (5-HT) di otak atau neurotransmisi
norepinefrin pada sinaps. Antidepresan bertindak dengan menghalangi transpor serotonin
(SERT), yang meningkatkan ketersediaan neurotransmiter ke dalam celah sinaps. Namun, teori
ini tidak sesuai dengan penundaan onset efek terapi antidepresan karena kenaikan
neurotransmiter sinapsi terjadi segera penghambatan pengambilan kembali. Studi tryptophan
deplesi dan katekolamin juga belum menghasilkan bukti untuk defisit sederhana di tingkat
neurotransmitter atau fungsi pada MDD.1,2,5

Tidur

Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap sebagai fitur utama dari
depresi klinis sehingga tidak mengherankan bahwa studi biologi telah difokuskan pada
disregulasi tidur pada MDD. polysomnography digunakan untuk mendeteksi gangguan tidur di
MDD, dan memperlihatkan beberapa dari tanda-tanda biologis yang paling kuat di depresi.
Masih ada kontroversi tentang apakah depresi menyebabkan perubahan dalam tidur adalah
penanda karakteristik, mendahului onset depresi, dan memprediksi relaps pada pasien yang
dilaporkan, sehingga menunjukkan peran pathoogenetic untuk gangguan tidur diMDD.1,5

Kotak 1. Abnormalitas Tidur Polisomnografi pada gangguan depresi mayor 1


14
 Onset awal REM (Rapid Eye Movement)
 Peningkatan tidur REM
 Peningkatan lamanya REM
 Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep (SWS)
 Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam
 Gangguan pada slow wave activity (SWA)

Neuropsikologi

Kognitif dan Daya Ingat


Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan daya ingat, terutama
pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang tersamar. Sebagai tambahan, ada beberapa
defisit ingatan dalam jangka panjang dan pengambilan daya ingat yang diucapkan, dan fungsi
kognitif khusus seperti pemilihan strategi dan pemantauan performa.1

Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur neuron dalam
memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan ingatan. Volume hipokampus
menurun pada pasien depresi, terutama dengan episode yang berulang atau kronis atau trauma
masa lalu.1

Lingkungan dan kejadian kehidupan

Depresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada episode depresi
pertama atau kedua. Pengalaman masa kanak yang berat seperti kekerasan pada anak, kehilangan
orang tua, dan dukungan sosial yang buruk adalah stres yang paling umum yang terjadi pada
pasien depresi. Peningkatan bukti yang menyatakan bahwa stres dan trauma dapat
mengakibatkan gangguan sistem biologik pada depresi.1,2,5

Studi kembar memperlihatkan innteraksi antara resiko genetik dan kejadian saat hidup
dalam berkembangya depresi. Kehidupan yang penuh dengan stres tidak terdapat resiko dalam
menghasilkan depresi pada wanita dengan faktor genetik yang rendah., tetapi kejadian saat hidup
dapat meningkatkan resiko depresi dengan adanya peningkatan faktor genetik pada depresi.1

15
2.3 GEJALA KLINIK
Mood yang rendah.

Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood yang rendah,
pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda secara kualitatif dengan orang yang
mengalami kesedihan dalam batas normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang pada
umumnya. Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti ingin menangis,
lainnya memperlihatkan respon emosional yang buruk.1

Minat.

Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada merupakan salah
satu tanda penting pada depresi. Anhedonia juga memperlihatkan sebagai pembedanya, dan tetap
ada walaupun penderita tidak memperlihatkan mood yang turun. Kehilangan minat seksual,
keinginan, atau fungsi juga umum terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan
terdekat atau konflik rumah tangga.1,6

Tidur.

Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang klasik adalah terbangun
dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal insomnia), tetapi tidur dengan
kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah malam (insomnia pertengahan) juga umum
terjadi. Kesulitan tertidur pada malam hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat saat
cemas menyertai. Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang
umum terjadi pada pasien depresi.1

Tenaga.

Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti sulit untuk
memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik, dan bisa berhubungan
dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang berat, aktivitas rutin seperti
kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari
kelelahan adalah kelumpuhan yang dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya
yang membuat hal ini atau mereka seperti berjalan di air.1

Rasa bersalah.

16
Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum dipikirkan
oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi sering salah menginterpretasikan
kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian negative diluar kemampuan
mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat menyertai dan
rasa bersalah yang muncul kembali.1

Konsentrasi.

Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah hal yang sering
dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya menyebabkan permasalahan
pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis sebagai dementia
onset dini.1

Nafsu makan/berat badan.

Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan kehilangan
berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa dirinya sendiri untuk makan.
Bagaimanapun, pasien lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa ketika depresi, atau
perlakuan sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. Tetapi, berkurangnya aktifitas
dan olahraga akan menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom metabolic. Perubahan
berat badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.1

Aktivitas psikomotor.

Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi motorik tanpa adanya
kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada depresi. Kemunduran psikomotor meliputi
sebuah perlambatan (melambatnya gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon pembicaraan
yang lama) dimana pada keadaan yang ekstrem dapat menjadi mutisme atau katatonik.
Kecemasan juga dapat bersamaan dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat, sangat
berenergi, tidak dapat duduk diam).1,6

Bunuh diri.

Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri diharapkan
semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang
dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien depresi sering
kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri. Tetapi, bunuh diri merupakan
17
hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-15% pasien yang dirawat inap adalah pasien yang
matinya karena bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah saat awalan
pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik selain gejala kognitif
(keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti apa yang mereka pikirkan
dan rencanakan untuk bunuh diri.1

Gejala lain.

18
Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum pada depresi. Mudah
marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam kemarahan dan kesedihan, dan frustasi
juga mudah terganggu untuk hal kecil adalah yang sering terlihat. Variasi diurnal mood, dengan
kekhawatiran pada pagi hari, dapat muncul. Depresi sering menyebabkan berkurangnya
kepercayaan diri dan harga diri dengan pemikiran bahwa dirinya tidak berguna didukung dengan
keputusasaan. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi sakit fisik, seperti sakit
kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya. 1,6
Gejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih muda, sering hanya
gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas sosial, dan gangguan kognitif seperti
gangguan memori, gangguan konsentrasi serta fungsi kognitif yang memburuk.
Perubahan Pikiran
 Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi.

 Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.

 Kurang percaya diri.

 Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.

 Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.

 Adanya pikiran untuk bunuh diri.


Perubahan Perasaan
 Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri.

 Merasa bersalah, tak berdaya.

 Tidak adanya perasaan.

 Merasa sedih.

 Sering menangis tanpa alas an yang jelas.

 Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.


Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari
 Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.

 Menghindari membuat keputusan.

 Menunda pekerjaan rumah.

 Penurunan aktivitas fisik dan latihan.

 Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.

 Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.


19
Pada pasien lanjut gangguan kognitif sering menyebabkan pseudodemensia (sindrom demensia
pada depresi) antara lain mengalami:
a. Defisit atensi dan kosentrasi yang bervariasi
b. Jarang memiliki gangguan bahasa
c. Jika tidak yakin, paling sering menjawab ‘tidak tahu’
d. Gangguan ingatan terbatas pada ingatan bebas

Gejala pada anak – anak atau remaja

2.4 DIAGNOSIS
DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi mayor/ major
depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak terklasifikasikan.1

20
MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi mayor (Kotak
2). kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada pada waktu yang sering,
sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang
terlihat. Gejala yang muncul juga harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan.
Akhirnya, bereavement dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.1,5

Episode depresi berdasarkan ICD-10 6

Kriteria Umum
1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu
2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk episode
hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu
3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik
Gejala Utama
1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir untuk hampir
sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak responsif terhadap keadaan, dan
bertahan selama minimal 2 minggu
2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan
3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat
Gejala Lainnya
1. Kehilangan percaya diri atau harga diri
2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak tepat
3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri
4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi, seperti
keraguan atau kebimbangan
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6. Gangguan tidur
7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat badan yang
sesuai

21
Kotak 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor 1,5
A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan
perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan
laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar.
Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah
2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau
peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak, berat badan yang
tidak naik
4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan
perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi)
hampir setiap hari
8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa perencanaan
yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.
B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran
C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis
D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau
kondisi medis umum (hipotiroid)
E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat kambuh,
setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak penyembuhan
paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan
pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan.1

Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan pola dari
episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan maksud agar pemilihan
terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan
kriteria-kriteria depresi dengan beberapa kunci-kuncinya.1
22
Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6
Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Kunci
Depresi melankolis Dengan gambaran melankolis Mood nonreaktif, anhedonia,
kehilangan berat badan, rasa
bersalah, agitasi dan retardasi
psikomotorik, mood yang
memburuk pada pagi hari,
terbangun di pagi buta
Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak
tidur, makan berlebihan,
paralisis yang dibuat, sensitive
pada penolakan interpersonal
Depresi psikotik (waham) Dengan gambaran psikotik Halusinasi atau waham
Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsi, katatonik, negativism,
mutisme, mannerism, echolalia,
echopraxia (tidak lazim pada
klinis sehari-hari)
Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan
kriteria MDD
Gangguan afektif musiman Musiman Onset yang seperti biasa dan
kambuh pada saat musim
tertentu (biasanya musim
gugur/dingin)
Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu
postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD menjadi


tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi tngkat keparahannya
berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung jawab
individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat
keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang
menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat
keparahan.1,7

23
Tabel 4. Derajat keparahan depresi 1
Keparahan Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10
depresi
Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 2 gejala tipikal
minat + 4 gejala depresi lainnya 2. 2 gejala inti
2. Gangguan minor sosial/ lainnya
pekerjaan
Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 2 gejala tipikal
minat + 4 atau lebih gejala 2. 3 atau lebih gejala
depresi lainnya inti lainnya
2. Gangguan sosial/pekerjaan yang
bervariasi
Berat 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 3 gejala tipikal
minat + 4 atau lebih gejala 2. 4 atau lebih gejala
depresi lainnya inti lainnya
2. Gangguan sosial atau pekerjaan Juga dapat dengan
yang berat atau ada gambaran atau tanpa gejala
psikotik psikotik

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.


Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :
• Semua gejala utama depresi :
o afek depresif
o kehilangan minat dan kegembiraan
o berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
• Gejala lainnya:
o konsentrasi dan perhatian berkurang
o harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o pandangan masa depan yang suram dan pesimis
o gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
o tidur terganggu
o nafsu makan berkurang
24
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika
gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.
Episode depresif ringan menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

Episode depresif sedang menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga.

Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :
(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien
mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam
hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat
dibenarkan.
(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan
rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

25
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di
atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.

Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Asesmen Depresi
 Geriatric Depression Scale (GDS)

Terdiri dari 30 pertanyaan, biasanya dipergunakan untuk memisahkan apakah pasien tersebut
masuk ke dalam kelompok depresi. Alat ukur GDS ini memiliki sensitivitas 88,9% dan
spesifisitas 47,8%. Penilaian skala ini berdasarkan aspek kekhawatiran somatik, penurunan afek,
gangguan kognitif, berkurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang, dan kurangnya
harga diri. Skala ini telah direkomendasikan agar dipergunakan dalam situasi klinis oleh Institute
of Medicine.

2.5 DIAGNOSIS BANDING


1. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsungseumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atauhipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat
bergantian secara cepat,yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim dapat
menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.

2. Distimia
Distimia adalah suatu gangguan kronis yang ditandai oleh adanya mood yang terdepresi
(atau mudah marah pada anak –anak dan remaja) yang berlangsung hampir sepanjang hari dan
ditemukan pada sebagian besar hari. Kriteria diagnosis distimia memerlukan adanya mood yang
terdepresi pada sebagian besar waktu untuk sekurang-kurangnya dua tahun ( atau satu tahun

26
untuk anak-anak dan remaja). DSM-IV memungkinkan klinis untuk menentukan apakah onset
adalah awal (sebelum usia 21 tahun) atau akhir (21 tahun dan lebih).

3. Skizofrenia
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
(“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan  pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental
dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau
tumpul (blunted), kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atu
menumpul, miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi,
anhedonia, dan penarikan diri secara social.

2.6 TATALAKSANA
Farmakologi
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode depresif telah
terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi pasien. Untuk depresi
ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat
sedikit bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih
unggul daripada pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu,
pengobatan kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan
kondisi lain, atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1

Farmakoterapi

Anti depresi

- Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine


- Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.
- Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN OXYDASE-
A-(RIMA) : Moclobemide
- Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline, Paroxentine,
Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.

27
- Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.4,7,9

Psikologi Terapi 2,4,7,9

- Behaviour therapy
- Interpersonal Therapy
- Problem Solving

28
BAB III
ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah tertata dengan baik, rapih dan bersih. Lingkungan rumah
berupa lingkungan padat penduduk yang rapih dan bersih. Namun dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan diagnosa dengan keadaan rumah dan lingkungan
sekitar.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh penyakit yang sama dengan pasien.
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal dengan dua orang anaknya
dan saudara kandung pasien sendiri. Pasien bekerja sebagai honorer di TU kampus
UNBARI. Menurut saudara pasien, pasien ini ramah hanya saja sedikit pendiam.
Menurut saudara dari pasien, hubungannya dengan keluarga sekarang kurang
harmonis, hal ini terjadi ketika suami dari pasien meninggal dunia, pasien jadi sering
menyendiri, melamun dan meneteskan air mata, nafsu makan menurun, susah untuk
memulai tidur , tidak mau bergaul dengan tetangga dan jarang komunikasi dengan
anaknya. Pasien merasa sangat terpukul atas kepergian suami yang menyebabkan
pasien kehilangan semangat dalam menjalani hidupnya karena tidak ada yang
melindungi keluarga.
Terdapat hubungan antara penyakit yang dialami pasien dengan keadaan di
dalam keluarga, dimana kepergian suami menjadi salah satu pemicu munculnya stress
sehingga menjadi depresi pada pasien.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan


sekitar
Pada kesehariannya pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan pasien
bekerja sebagai honorer di TU kampus UNBARI. Aktivitas di rumah berupa bersih-
bersih dan memasak. Personal hygiene tiap anggota keluarga cukup baik. Pasien
jarang berolahraga namun cukup rutin konsumsi sayur dan buah. Tidak terdapat
hubungan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar dengan penyakit
pasien.

29
Analisis faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien merupakan seorang perempuan
usia 45 tahun. Pasien merupakan seorang yang menurut keluarga memiliki
kepribadian pendiam. Dimana 3 minggu yang lalu suami pasien meninggal dunia dan
pasien merasakan kesedihan yang teramat dalam. Hal-hal tersebut di duga merupakan
faktor risiko dari penyakit yang dialami pasien.

Analisis untuk mengurangi paparan


Anjurkan pasien untuk menghindari keadaan sendirian. Jelaskan juga untuk
mengindari dan kelola stress dengan baik. Dari segi pola hidup, untuk menghindari
konsumsi kopi, merokok dan begadang, serta lebih sering berdoa dan mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, bahwa
disebabkan oleh faktor psikologis. Menjelaskan kepada pasien untuk cukup istirahat.
Menjelaskan pada pasien untuk cukup olah raga. Menjelaskan kepada pasien untuk
menjaga pola makan seimbang. Menjelaskan pada pasien untuk menghindari faktor
risiko yang dapat memperburuk perjalanan penyakit seperti pengelolaan stres yang
buruk, pola hidup yang tidak sehat dan kurang berinteraksi sosial dengan orang
sekitar. Serta menjelaskan kepada pasien untuk lebih banyak berdoa dan
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Menaati nasihat dokter dan minum obat
sesuai anjuran dokter. Melakukan kontrol rutin ke Fasyankes. Mengambil obat rutin
ke Fasyankes

30
DAFTAR PUSTAKA

1. W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck


Institutes. 2000. p. 1-57.
2. Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. from :
http://www.Major_depressive_disorder.htm
3. Anonim. Major Depressive Disorder. [online]. Update 0n 2012. Available
from : http://www.All About Depression.com
4. Peveler R, Carson A, Rodin G. Depression in medical patients, in Mayou R,
Sharpe M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ Publishing group
2003. p. 10-3.
5. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams &
Wilkins. 2007. p. 1-89.
6. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and
experience in psychiatry. 2002. p. 8-12.
7. W. Long P. Mayor depressive Disorder, Treatment. [online]. p 1-31.
Available from : http://www.mentalhealth.com
8. W. Long P. Mayor depressive Disorder. [online]. Updated on 2011. p 1-6.
Available from : http://www.mentalhealth.com
9. Anonim. Depression in Older Adults, in : Mental Health: A report of the
surgeon general. [online]. Update 0n 2012. Available from :
http://www.Mental Health.com

31
32

Anda mungkin juga menyukai