PENDAHULUAN
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang
tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting, dan pengetahuan
tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk menentukan pecegahan dan
pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan.
1
Berdasarkan gejala klinis, infark serebri dapat dibagi menjadi 3, yaitu infark
aterotrombotik (aterotromboli), infark kardioemboli, dan infark lakuner. Menurut
Warlow, dari penelitian pada populasi masyarakat, infark aterotrombotik merupakan
penyebab stroke yang paling sering terjadi, yaitu ditemukan pada 50% penderita
aterotrombotik, bervariasi antara 14-40%. Infark aterotrombotik terjadi akibat adanya
proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan intrakranial.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. Y
Usia : 49 tahun
Agama : Islam
II.2. SUBJECTIVE
Keluhan utama:
Lemah sisi tubuh kanan mendadak
Riwayat penyakit sekarang:
Pada pukul 13.00 pada tanggal 24 Maret 2013, sehabis memasak, tiba-tiba
tangan kanan dan kaki kanan terasa lemah untuk digerakkan. Bicara juga pelo,
sebelumnya penderita dapat berbicara dengan lancar. Sebelumnya, pasien merasa
sakit kepala cekot-cekot, tapi tidak ada mual maupun muntah. Tidak pernah
demam. Makan dan minum baik. BAB dan BAK tidak ada masalah.
Riwayat penyakit dahulu:
3
Belum pernah dirawat sebelumnya atas indikasi apapun. Memiliki riwayat
hipertensi tetapi jarang kontrol rutin ataupun minum obat. Riwayat Diabetes
disangkal. Riwayat kejang dan cedera kepala sebelumnya disangkal oleh
penderita.
II.3. OBJECTIVE
STATUS GENERALIS
Vital Sign :
STATUS LOKALISATA
Status Interna
Kepala/Leher:
Thoraks:
- Jantung :
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat, terdapat pada
sela iga 5 garis midclavicula
o Perkusi : Redup, batas jantung normal
4
o Auskultasi : Suara jantung I dan II regular, tidak terdapat gallop
dan murmur
- Paru :
o Inspeksi : Simetris
o Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri sama
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Nafas vesikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan,
baik berupa rhonki maupun wheezing.
Abdomen:
Ekstremitas:
Status Neurologi
GCS : E4V5M6
MENINGEAL SIGN :
Kaku Kuduk : -
Kernig : -
Brudzinski I-IV : -
5
NERVUS CRANIALIS :
1. N. Olfaktorius (N. I) : DBN
4. N. Trigeminus (N. V)
a. Sensorik : DBN
b. Motorik :
i. Merapatkan gigi : DBN
ii. Buka mulut : DBN
iii. Menggigit tongue spatel kayu : tidak dilakukan
iv. Menggerakkan rahang : DBN
c. Refleks :
i. Maseter /mandibular : (-)
ii. Kornea : DBN
6
i. Kondisi diam : simetris
ii. Kondisi bergerak :
a) Musculus frontalis : DBN
b) Musculus korugator supersili : DBN
c) Musculus nasalis : DBN
d) Musculus orbicularis oculi : DBN
e) Musculus orbicularis oris : DBN
f) Musculus zigomaticus : DBN
g) Musculus risorius : DBN
h) Musculus bucinator : DBN
i) Musculus mentalis : DBN
j) Musculus plysma : DBN
c. Sensorik khusus
i. Lakrimasi : tidak dilakukan
ii. Refleks stapedius : tidak dilakukan
iii. Pengecapan 2/3 anterior lidah : tidak dilakukan
7
- Sulit menelan air atau cairan dibandingkan padat: (-)
8. N. Acesorius (N.XI)
a. Kekuatan m. trapezius : DBN
b. Kekuatan m. sternokleidomastoideus : DBN
MOTORIK :
a. Observasi : DBN
b. Palpasi : konsistensi otot kenyal
c. Perkusi : DBN
d. Tonus : DBN
e. Kekuatan otot : 4 5
4 5
i. Extremitas atas :
M. deltoid : +4 / +5
M. biceps brakii : +4 / +5
M. triceps : +4 / +5
M. brakioradialis : +4 / +5
M. pronator teres : +4 / +5
Genggaman tangan : +4 / +5
ii. Extremitas bawah :
M. iliopsoas : +4 / +5
M. kwadricep femoris : +4 / +5
M. hamstring : +4 / +5
M. tibialis anterior : +4 / +5
M. gastrocnemius : +4 / +5
M. soleus : +4 / +5
8
SENSORIK
a. Eksteroseptik / protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar) : DBN
b. Proprioseptik (gerak/posisi, getar dan tekan) : DBN
c. Kombinasi :
i. Stereognosis : tidak dilakukan
ii. Barognosis : tidak dilakukan
iii. Graphestesia : DBN
iv. Two point tactile discrimination : DBN
v. Sensory extinction : DBN
vi. Loss of body image : (-)
REFLEKS FISIOLOGIS
a. Refleks Superficial
i. Dinding perut /BHR : tidak dilakukan
ii. Cremaster :-
b. Refleks tendon / periostenum :
i. BPR / Biceps : +2/ +2
ii. TPR / Triceps : +2/ +2
iii. KPR / Patella : +2/ +2
iv. APR / Achilles : +2 / +2
v. Klonus :
Lutut / patella :-/-
Kaki / ankle :-/-
REFLEKS PATOLOGIS
a. Babinski :+/-
b. Chaddock :+/-
c. Oppenheim :+/-
d. Gordon :-/-
e. Schaeffer :-/-
f. Gonda :-/-
g. Stransky :-/-
h. Rossolimo :-/-
9
i. Mendel-Bechtrew :-/-
j. Hoffman : -/ -
k. Tromner : -/ -
REFLEKS PRIMITIF
a. Grasp refleks : -/-
b. Palmo-mental refleks : -/-
PEMERIKSAAN SEREBELLUM
a. Koordinasi:
i. Asinergia /disinergia : (-)
ii. Diadokinesia : (-)
iii. Metria : (-)
iv. Tes memelihara sikap
Rebound phenomenon : sulit dievaluasi
Tes lengan lurus : sulit dievaluasi
b. Keseimbangan
i. Sikap duduk : sulit dievaluasi
ii. Sikap berdiri
Wide base / broad base stance : sulit dievaluasi
Modifikasi Romberg : sulit dievaluasi
Dekomposisi sikap : sulit dievaluasi
iii. Berjalan / gait :
Tendem walking : sulit dievaluasi
Berjalan memutari kursi / meja : sulit dievaluasi
Berjalan maju-mundur : sulit dievaluasi
Lari ditempat : sulit dievaluasi
c. Tonus : DBN
d. Tremor : (-)
10
2. Alexia : (-)
3. Apraksia : (-)
4. Agraphia : (-)
5. Akalkulia : (-)
6. Right-left disorientation : (-)
7. Fingeragnosia : (-)
PEMERIKSAAN DISARTRIA
a. Labial : DBN
b. Palata : DBN
c. Lingual : DBN
II.4. RESUME
Seorang pasien wanita berusia 49 tahun datang dengan keluhan kaki kanan
dan tangan kanan lemah secara mendadak. Terjadi setelah memasak. Bicara juga
pelo, sebelumnya penderita dapat berbicara dengan lancar. Terdapat sakit kepala
cekot-cekot sebelumnya, tapi tidak ada mual maupun muntah. Makan dan minum
baik. BAB dan BAK lancar.
11
Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, pasien memiliki riwayat hipertensi
tetapi tidak pernah kontrol rutin ataupun minum obat. Riwayat diabetes
disangkal.
II.5. ASSESSMENT
II.6. PLANNING
PLANNING DIAGNOSTIK
- Lab darah:
Darah lengkap
Profil lipid
Asam urat
Fungsi ginjal
12
Fungsi hati
- CT SCAN kepala tanpa kontras
- Lab darah:
Darah lengkap
Profil lipid
Asam urat
Fungsi ginjal
Fungsi hati
MCV (fl) 79 80 – 99
Uerum (mg/dl) 19 0 – 50
13
Trigliserida (mg/dl) 86 0 – 150
SGOT (U/L) 16 3 – 35
SGPT (U/L) 10 8 – 41
PLANNING TERAPI
14
- Injeksi Bralin 500 mg 2x1
- Injeksi Lapibal 1x1
- Injeksi Extrace 500 mg 2x1
- Injeksi Norages 3x1
- Q10 DS 3x1
- Nifedipin 3x10 mg
PLANNING MONITORING
EDUKASI
15
Tanda tangan supervisor :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. STROKE
III.1.1 Definisi
III.1.2. Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling sering setelah
penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat. Angka kematiannya mencapai 160.000
per tahun dan biaya langsung sebesar 27 milyar dolar US setahun. Insiden bervariasi
1.5 – 4 per 1000 populasi. Selain merupakan penyebab utama kematian, juga
merupakan penyebab utama kecacatan.
III.1.3. Klasifikasi
a. Stroke hemoragik
16
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
4) Completed stroke
1) Sistem karotis
2) Sistem vertebrobasiler
Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua, yakni yang dapat dimodifikasi dan yang
tidak dapat dimodifikasi:3
17
pembuluh darah besar. Baik hipertensi sistolik maupun diastolik, keduanya
merupakan faktor risiko terjadinya stroke.3
Menurut The seventh report of the Joint National Committee on
prevention, detection, evaluation, dand treatment of high blood pressure (JNC
7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II.
b. Penyakit jantung
Pada penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa gangguan fungsi
jantung secara bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke tanpa
tergantung derajat tekanan darah.3
Penyakit jantung tersebut antara lain:3
- Penyakit katup jantung
- Atrial fibrilasi
- Aritmia
- Hipertrofi jantung kiri (Left Ventrikel Hypertrophy)
- Kelainan EKG
Dalam hal ini, perlu diingat bahwa stroke sendiri dapat menimbulkan
beberapa kelainan jantung berupa:3
18
Diabetes mellitus merupakan faktor risiko untuk terjadinya infark
serebri. Diduga diabetes mellitus mempercepat terjadinya proses
arteriosklerosis, biasa dijumpai arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar, dan
mulai lebih dini.
Infark serebri terjadi 2.5 kali lebih banyak pada penderita diabetes
mellitus pria dan empat kali lebih banyak pada penderita wanita dibandingkan
dengan yang tidak menderita diabetes mellitus pada umur dan jenis kelamin
yang sama.3
d. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat. Hal ini
berlaku untuk semua jenis rokok (sigaret, cerutu, atau pipa) dan untuk semua
tipe stroke terutama stroke infark dan perdarahan subarachnoid. Merokok
mendorong terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya memprovokasi
terjadinya thrombosis arteri.3
e. Faktor risiko lainnya, seperti tingginya kadar kolesterol dan asam urat, serta
kurang olahraga.3
2. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Riwayat keluarga
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung,
tetapi gen sangat berperan besar pada beberapa faktor risiko stroke, misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan kelainan pembuluh darah. Riwayat
stroke dalam keluarga terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
menderita stroke pada usia 65 tahun.3
b. Lain-lain: usia, jenis kelamin, dan ras/suku.3
1. Thrombosis
Thrombosis arteri (atau vena) pada system saraf pusat dapat
disebabkan oleh satu atau lebih dari trias Virchow:
- Abnormalitas dinding pembuluh darah, umumnya penyakit
degenerative, dapat juga inflamasi (vaskulitis) atau trauma (diseksi).
- Abnormalitas darah, misalnya polisitemia.
19
- Gangguan aliran darah.
20
Penderita embolisme biasanya lebih muda disbanding dengan
penderita thrombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu
thrombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya
adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat
mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya akan menyumbat bagian-
bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus serebri
adalah arteria serebri media, terutama bagian atas.
III.2.3. Patofisiologi
Stroke iskemik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu,
maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah sikemik. Perubahan ini
dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti
dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan
kematian neuron.
Pada fase akut, perubahan terjadi pada aliran darah otak, dimana pada daerah
yang terkena iskemia, aliran darah menurun secara signifikan. Secara mikroskopis,
daerah yang iskemik (penumbra) yang pucat ini akan dikelilingi oleh daerah yang
hiperemis di bagian luar. Daerah ini disebut “luxury perfusion”, karena melebihi
kebutuhan metabolik, sebagai akibat mekanisme system kolateral yang mencoba
21
mengatasi keadaan iskemia. Di daerah sentral dan focus iskemik ini terdapat inti yang
terdiri atas jaringan nekrotik atau jaringan dengan tingkat iskemia yang terberat.
Perubahan lain yang terjadi adalah kegagalan autoregulasi pada daerah iskemia
sebagai respon arteriole terhadap perubahan tekanan darah dan
oksigen/karbondioksida. Mekanisme patologi lain yang terjadi pada aliran darah otak
adalah berkurangnya aliran darah seluruh hemisfer di sisi yang sama dan juga di sisi
hemisfer yang berlawanan dalam tingkat yang lebih ringan (diaschisis), juga pada sisi
kontrolateral hemisfer serebelar (remote area). Proses diaschisis berlangsung
beberapa waktu (hari sampai minggu) tergantung luasnya infark.
22
proses apoptosis: disintegrasi elemen-elemen seluler secara bertahap dengan
kerusakan dinding sel yang disebut “programmed cell death”.
III.2.4. Diagnosis
- Kematian rasa atau kelemahan secara mendadak pada wajah, lengan atau kaki,
terutama pada satu sisi tubuh
- Kebingungan yang mendadak, kesulitan dalam bicara dan memahami
- Kesulitan dalam melihat pada satu atau kedua mata
- Kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi tubuh
- Nyeri kepala yang endadak tanpa sebab yang diketahui.
Akronim dari FAST adalah cara mudah untuk mengingat tanda-tanda stroke:6
- (F) ACE : minta pasien untuk tersenyum. Lihat sisi wajah yang turun.
- (A) RMS : minta pasien untuk mengangkat kedua tangan. Lihat jika satu
tangan turun dengan cepat.
- (S) PEECH: minta pasien untuk mengulangi kalimat yang mudah. Lihat jika
ternyata pasien menjadi cadel dan kalimat yang diulang tidak benar.
23
- (T) IME: jika pasien menunjukkan tanda-tanda tersebut, waktu sangat penting.
Sangat penting untuk ke rumah sakit secepat mungkin.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis neurologis
3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke
4. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
III.2.4.1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit, karena jika memang stroke sebagai penyebabnya, maka
sesuai dengan definisinya, kelainan saraf yang ada timbulnya secara mendadak. Bila
sudah ditetapkan penyebabnya adalah stroke, maka langkh berikutnya adalah
menentukan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke
non hemoragis.3
Peringatan (warning) - +
Kejang + -
Muntah + -
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda yang muncul, bila dibandingkan antara
keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut:3
24
Tabel . Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan tanda-tanda
Kaku kuduk + -
25
2. Penetapan jenis stroke berdasarkan Djoenaedi Stroke Score
26
selaput otak - Kaku kuduk ringan
- Tidak ada kaku kuduk 5
0
9 Pupil - Isokor 5
- Anisokor 10
- Pin point kanan/kiri 10
- Midriasis kanan/kiri 10
- Kecil dan reaksi lambat 10
Total score:
5 Ateroma -
27
a. DM (1) Ya
b. Angina pectoris
Klaudikasio intermiten
Hasil:
Keterangan:
C: kesadaran
V: vomitus
H: nyeri kepala
12: konstanta
2 Pungsi lumbal:
28
3 Arteriografi Ada shift Oklusi
4 CT-scan
5 MRI
29
merupakan deposisi hemosiderin dan
pembesaran homolateral ventrikel.
30
3 – 7 intracellular Hiperintens Isointens
methemoglobine
Hanya karena seseorang mempunyai gangguan bicara atau kelemahan ada satu
sisi tubuh, tidaklah sinyal kejadian stroke. Terdapat banyak kemungkinan lain yang
mungkin bertanggung jawab untuk gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke
meliputi:
31
a. Tumor otak
b. Abses otak (kumpulan nanah di dalam otak karena bakteri atau jamur)
c. Perdarahan otak baik secara spontan maupun trauma
d. Ketidakseimbangan kalsium atau glukosa dalam tubuh juga dapat
menyebabkan perubahan system saraf yang serupa dengan stroke.
III.2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan
mengurangi kecacatan (time is brain). Tujuan utama penatalaksanaan adalah untuk
memperbaiki aliran darah ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan
memotong kaskade iskemik.3
32
c. Brain
Bila didapatkan kenaikan tekanan intracranial dengan tanda nyeri
kepala, muntah proyektil, dan bradikardi relatif, harus diobati dengan
obat yang sering digunakan yakni manitol 20% 1 – 1.5 gram/kgBB
dilanjutkan dengan 6x100 cc (0.5 gram/kgBB) dalam 15 – 20 menit
dengan pemantauan osmolalitas antara 300 – 320 mOsm. Keuntungan
lain penggunaan manitol adalah manitol dapat digunakan sebagai
penghancur radikal bebas.
Bila terjadi kejang, dapat diberikan antikonvulsan diazepam
intravena.
d. Bladder
Hindari infeksi saluran kemih. Bila terjadi retensio urin, sebaiknya
dipasang kateter intermiten.
e. Bowel
Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi,
jaga supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan
menelan makanan. Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat
memperberat edema otak.
33
Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke maupun upaya
yang paling ideal, obat thrombosis yang sudah disetujui oleh FDA
adalah r-TPA (recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis
0.9 mg/kgBB, maksimal 90 mg (10% diberikan bolus dan sisanya infuse
kontinyu dalam 60 menit). Tetapi pengobatan ini harus diberikan dalam
kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk rumah sakit
dengan onset awal, penyelesaian pemeriksaan darah, CT scan kepala,
dan informed consent yang cepat saja yang dapat menerima terapi ini.
Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki
hemorheologi seperti obat pentoxifilin yang mengurangi viskositas
darah denganmeningkatkan deformabilitas sel darah merah dengan dosis
15 mg/kgBB/hari. Obat lain yang juga memperbaiki sirkulasi adalah
naftidrofuril dengan memperbaiki aliran darah melalui unsure seluler
darah, dengan dosis 600 mg/hari selama 10 hari secara intravena,
dilanjutkan peroral 300 mg/hari.
b. Prevensi terjadinya thrombosis (antikoagulasi)
Untuk menghindari terjadinya thrombus lebih lanjut, terdapat dua
kelas pengobatan yang tersedia yaitu anti koagulan dan anti agregasi
trombosit.
34
Anti koagulan diberikan pada pasien stroke yang mempunyai risiko
untuk terjadi emboli otak seperti pasien dengan kelainan jantung
fibrilasi atrium non valvular, thrombus mural dalam ventrikel kiri, infark
miokard baru dan katup jantung buatan. Obat yang dapat diberikan
adalah heparin dengan dosis awal 1000 u/jam cek APTT 6 jam
kemudian. Bisa diberikan warfarin dengan dosis hari I= 8 mg, hari II= 6
mg, dan hari III penyesuaian dosis.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berisisko
terjadinya thrombosis vena dalam dan embli paru untuk prevensi
diberikan heparin 2x5000 unit secara subkutan atau heparin berat
molekul rendah (LMWH) 2x0.3 cc selama 7 – 10 hari.
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan, antara lain
aspirin dosis 80 – 1200 mg/hari, dengn mekanisme kerja menghambat
jalur siklooksigenase. Dipiridamol dikombinasi dengan aspirin, aspirin
25 mg + dipiridamol SR 200 mg, dua kali sehari, dengan mekanisme
kerja menghambat jalur siklooksigenase, fosfodiesterase, dan ambilan
kembali adenosine. Cilostazol dosis 2x50 mg, mekanisme kerjanya
menghambat aktivitas fosfodiesterase III. Ticlopidin dosis 2x250 mg
dengan mekanisme kerja menginhibisi reseptor adenosine difosfat dan
thyenopyridine. Clopidogrel dosis 1x75 mg dengan menginhibisi
reseptor adenosine difosfat dan thyenopyridine.
c. Proteksi neural/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini
karena diharapkan dengan memotong kaskade iskemik dapat mencegah
kerusakan lebih lanjut dari neuron. Obat-obatan tersebut antara lain:
- CDP-choline
CDP-choline bekerja dengan memperbaiki membrane sel
dengan cara menambah sintesa phospatidylcholine, menghambat
terbentuknya radikal bebas dan juga menaikkan sintesis asetilkolin
(suatu neurotransmitter untuk fungsi kognitif). Dosis 500 – 2000 mg
sehari selama 14 hari menunjukkan penurunan angka kematian dan
kecacatan yang bermakna. Therapeutic windows 2 – 14 hari.
35
- Piracetam
Cara kerja secara pasti dari piracetam tidak diketahui.
Diperkirakan piracetam memperbaiki integritas sel, memperbaiki
fluiditas membrane, dan menormalkan fungsi membrane. Dosis
bolus 12 gram secara intravena dilanjutkan 4x3 gram intravena
sampai hari keempat. Hari kelima dilanjutkan 3x4 gram peroral
sampai minggu keempat, minggu kelima sampai minggu ke-12
diberikan 2x2.4 gram peroral. Therapeutic windows 7 – 12 jam.
- Statin
Statin mempunyai sifat neuroprotektif untuk iskemia otak dan
stroke. Mempunyai efek antioksidan “downstream” dan “upstream”.
Efek “downstream” adalah stabilisasi aterosklerosis sehingga
mengurangi pelepasan plak tromboemboli dari arteri ke arteri. Efek
“upstream” adalah memperbaiki pengaturan eNOS (endothelial
Nitric Oxide Synthese, mempunyai sifat anti thrombus, vasodilatasi,
dan antiinflamasi), menghambat iNOS (inducible Nitric Oxide
Synthese yang sifatnya berlawanan dengan eNOS), antiinflamasi
dan antioksidan.
- Cerebrolisin
Cerebrolisin merupakan suatu protein otak bebas lemak dengan
khasiat anti calpain, penghambat caspase, dan sebagai neurotropik.
Dosis 30 – 50 cc selama 21 hari menunjukkan perbaikan fungsi
motorik yang bermakna.
36
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan sedini mungkin dengan mempertimbangkan
keadaan kardiovaskuler, perkembangan penyakitnya, dan dilaksanakan
sedini mungkin, dilakukan dengan tujuan:
- Memperbaiki fungsi motorik
- Mencegah kontraktur sendi
- Agar penderita dapat mandiri
- Rehabilitasi social perlu dilakukan juga karena penderita biasanya
jatuh dalan keadaan depresi.
III.2.7. Prognosis
Lebih dari 75% pasien dapat bertahan hidup pada serangan stroke pertama
selama tahun pertama, dan lebih daari separuh bertahan di bawah 5 tahun. Banyak
penderita pasca stroke dapat kembali ke fungsi mereka sebelumnya, tetapi 25%
lainnya memiliki disability ringan dan 40% memiliki disability sedang-berat.
Risiko untuk rekurensi dari stroke ini sendiri sangat tinggi pada minggu-minggu
pertama dan bulan pertama setelah stroke. Tetapi sekitar 25% pasien yang memiliki
serangan stroke pertama kali, akan mendapat serangan kembali dalam 5 tahun
kemudian. Faktor risiko untuk terjadi rekurensi stroke:6
Banyak pasien mendapat kelemahan fisik yang tersisa dan disertai dengan nyeri
dan spastisitas. Tergantung dari tingkat keparahan gejala dan seberapa banyak bagian
37
tubuh yang terlibat, kelemahan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan untuk
berjalan, untuk berdiri dari kursi, untuk makan sendiri, untuk menulis atau
menggunakan computer, untuk menyetir, dan aktivitas lainnya.6
III.2.9. Pencegahan
Pasien yang telah terserang stroke untuk pertama kali, memiliki risiko yang
tinggi untuk mendapat serangan stroke berulang. Cara untuk mecegah rekurensi dari
stroke yakni:6
38
Pencegahan sekunder (jika terapi yang diberikan untuk pencegahan
stroke ulang):
Dapat diberikan aspirin saja atau aspirin disertai obat-obatan
anti-clotting seperti dipyridamole (Persantine, atau aggrenox)
dua kali sehari.
Dapat digunakan klopidogrel sebagai pengganti aspirin, untuk
pasien dengan arteri koroner yang menyempit atau telah
memiliki stent.
Mengkombinasi aspirin dengan klopidogrel bersama-sama
tidak memiliki efek yang menguntungkan tetapi meningkatkan
risiko terjadinya perdarahan.
Obat antikoagulan (warfarin) dapat digunakan sebagai pencegahan
stroke pada pasien dengan fibrilasi atrial. Pemberian warfarin memiliki
risiko terjadinya perdarahan, tetapi keuntungan yang didapatkan lebih
besar daripada risikonya. Risiko terjadinya perdarahan lebih tinggi jika
terapi warfarin dimulai dengan dosis yang tinggi dan dengan periode
terapi yang lama. Pemeriksaan protrombin time (PT) dan international
normalized ratio (INR) dapat digunakan untuk memonitor koagulasi
darah.
- Kontrol diabetes
Pasien dengan diabetes harus mencapai kadar gula darah puasa kurang
dari 110 mg/dl dan HbA1C kurang dari 7%.
- Kontrol tekanan darah
Pase=ien dengan diabetes, chronic kidney disease, atau aterosklerosis
harus mencapai tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
- Kolesterol LDL yang rendah
American Heart Association merekomendasikan pasien yang memiliki
stroke iskemik atau TIA untuk meminum obat statin untuk
menurunkan kadar kolesterol. Kebanyakan pasien harus mencapai
kadar LDL kurang dari 100 mg/dl. Pasien dengan faktor risiko
multipel harus mencapai kadar LDL kurang dari 70 mg/dl.
39
III.3. STROKE HAEMORAGIK
III.3.1.Definisi
Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupun global secara tiba-tiba,
dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan diakibatkan
oleh gangguan vaskuler.1
III.3.2.Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab ketiga angka kematian di dunia dan penyebab
pertama kecacatan. Angka morbiditas lebih berat dan angka mortalitas lebih tinggi
pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang
dapat melakukan kegiatan mandirinya lagi. Angka mortalitas dalam bulan pertama
pada stroke hemoragik mencapai 40-80%. Dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam
pertama.7
Tingkat insidensi dari stroke hemoragik seluruh dunia berkisar antara 10
sampai 20 kasus per 100.000 populasi dan bertambah dengan umur. Perdarahan
intraserebral lebih sering terjadi pada pria disbanding dengan wanita, terutama pada
usia diatas 55 tahun, dan juga pada populasi tertentu seperti pada orang kulit hitam
dan orang Jepang.8
III.3.3.Klasifikasi
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak didalam
parechym otak, pecahnya pembuluh darah tersebut disebabkan karena
kerusakan dindingnya akibat arterosklerosis, peradangan, trauma atau kelainan
kongenital seperti aneurisma.
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan terutama pada sirkulus Willisi dan berasal dari aneurisma
kongenital yang pecah. Biasanya terjadi pada usia yang lebih muda. Perdarahan
sering berulang dan menimbulkan vasospsme hebat sehingga terjadi infark
otak.2
40
III.3.4.Faktor Resiko
Secara garis besar faktor resiko stroke dibagi atas faktor resiko yang dapat
dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor
resiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung
(fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia,
kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.3,4
III.3.5.Gejala Klinis
1. PIS
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah nyeri kepala
berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan
sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah
jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).9
2. PSA
Pada penderita PSA dijumpai gejala nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher
dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk
mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah
terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi
demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena
pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria,
albuminuria, dan perubahan pada EKG.9
III.3.6.Diagnosis
Anmanesis dan pemeriksaan fisik, selain itu dengan pemeriksaan CT scan.
Sebelum dikenal adanya CT scan, pemeriksaan CSF merupakan metode yang paling
sering dipakai untuk menegakkan diagnosis dari stroke hemoragik. Adanya darah
atau CSF yang xanthokromik mengindikasikan adanya komunikasi antara hematom
41
dengan rongga ventrikular namun jarang pada hematoma lobar atau yang kecil.
Secara umum, pungsi lumbal tidak direkomendasikan, karena hal ini dapat
menyebabkan atau memperparah terjadinya herniasi. Selain itu dapat terjadi kenaikan
leukosit serta LED pada beberapa pasien.
Computerized tomography (CT) serta kemudian magnetic resonance imaging
(MRI) memberikan visualisasi langsung dari darah serta produknya di ekstravaskuler.
Komponen protein dari hemoglobin bertanggung jawab lebih dari 90% hiperdensitas
gambaran CT pada kasus perdarahan, sedangkan paramagnetic properties dari
hemoglobin bertanggung jawab atas perubahan sinyal pada MRI. CT scan dapat
mendiagnosa secara akurat suatu perdarahan akut. Lesi menjadi hipodens dalam 3
minggu dan kemudian membentuk suatu posthemorrhagic pseudocyst. Perbedaan
antara posthemorrhagic pseudocyst dari kontusio lama, lesi iskemik atau bahkan
astrositoma mungkin dapat menjadi sulit. MRI dapat membedaakan 5 stage dari
perdarahan berdasarkan waktunya yaitu: hiperakut, akut, subakut stage I, subakut
stage II, dan kronik.
Penggunaan angiography pada diagnosis dari PIS menurun setelah adanya CT
dan MRI. Peranan utama dari angiografi adalah sebagai alat diagnosis etiologi dari
PIS non-hipertensif seperti AVM, aneurysm, tumor dll, PIS multipel, dan juga PIS
pada tempat-tempat atipikal (hemispheric white matter, head of caudate nucleus).
Walaupun demikian penggunaannya tetap terbatas oleh karena perkembangan
imaging otak yang non-invasif.10
Untuk pengukuran Volume lesi perdarahan diukur berdasarkan metode A x B
x C /2 dimana :
A = diameter terpanjang pada slice perdarahan yang terbesar
B = diameter tegak lurus dari A
C = tebal potongan dimana lesi perdarahan masih terlihat.
III.3.7.Pengobatan
Penatalaksanaan pasien stroke (PERDOSSI, 2007):11
Penatalaksanaan Umum Stroke Akut
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
42
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan diagnosis
klinik harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan neurologik dan skala stroke.
4. Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD,
elektrolit darah, tes fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah
rutin, PT/INR, aPTT, dan saturasi oksigen.
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
• Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring.
• Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
b. Stabilisasi hemodinamik
• Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan
hipotonik)
• Optimalisasi tekanan darah
• Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah mencukupi,
dapat diberikan obat-obat vasopressor.
• Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
• Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi.
c. Pemeriksaan awal fisik umum
• Tekanan darah
• Pemeriksaan jantung
• Pemeriksaan neurologi umum awal
o Derajat kesadaran
o Pemeriksaaan pupil dan okulomotor
o Keparahan hemiparesis
d. Pengendalian peninggian TIK
• Pemantauan ketat terhadap risiko edema serebri harus dilakukan
dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologik pada
hari pertama stroke
• Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien
yang mengalami penurunan kesadaran
43
• Sasaran terapi TIK < 20 mmHg
• Elevasi kepala 20-30º.
• Hindari penekanan vena jugulare
• Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
• Hindari hipertermia
• Jaga normovolemia
• Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama >20
menit, diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide
dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV.
• Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
• Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke
iskemik serebelar
e. Pengendalian Kejang
• Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti
phenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum
50 mg/menit.
• Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi
profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila
kejang tidak ada.
f. Pengendalian suhu tubuh
• Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan
antipiretika dan diatasi penyebabnya.
• Beri asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5ºC
g. Pemeriksaan penunjang
• EKG
• Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal
hemostasis, KGD, analisa urin, AGDA dan elektrolit.
• Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
• Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada
44
1. Cairan
• Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12
mmHg.
• Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB.
• Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
pengeluaran cairan yanng tidak dirasakan.
• Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu diperiksaa dan
diganti bila terjadi kekuranngan.
• Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGDA.
• Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia.
2. Nutrisi
• Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam.
• Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau
kesadaran menurun.
• Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.
45
Penatalaksanaan stroke perdarahan intra serebral (PIS)
Terapi Medik pada PIS Akut
a. Terapi hemostatik
- Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat
hemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemophilia yang resisten terhadap
pengobatan factor VII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita dengan
fungsi koagulasi yang normal.
- Aminocaproic acid terbukti tidak mempunyai efek yang menguntungkan.
- Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-
significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih dari
3 jam.
b. Reversal of Anticoagulation
- Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya di berikan fresh
frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
- Prothrombic complex concentrate suatu konsentrat dari vitamin K dependent
coagulation factor II, VII,IX, X, menormalkan INR lebih cepat dibandingkan
FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman untuk jantung dan
ginjal.
- Dosis tunggal intravena rFVIIa 10µ/kg- 90 µ/kg pada pasien PIS yang memakai
warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini
harus tepat diikuti dengan coagulation factor replacement dan vitamin K karena
efeknya hanya beberapa jam.
- Pasien PIS akibat penggunaan unfractioned or low moleculer weight
heparindiberikan Protamine Sulfat dan pasien dengan trombositopenia atau
adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin,
transfusi platelet atau keduanya.
- Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian
obat dapat dimulai pada hari ke 7-14 setelah terjadinya perdarahan.
46
- Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau defisit neurologis minimal
- Pasien dengan GCS ≤4. Meskipun pasien GCS ≤4 dengan perdarahan serebelar
disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
III.3.8.Prognosis
Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume
perdarahan. Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk.8
47
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang pasien wanita berusia 49 tahun datang dengan keluhan kaki kanan
dan tangan kanan lemah secara mendadak. Terjadi setelah memasak. Bicara juga
pelo, sebelumnya penderita dapat berbicara dengan lancar. Terdapat sakit kepala
cekot-cekot sebelumnya, tapi tidak ada mual maupun muntah. Makan dan minum
baik. BAB dan BAK lancar.
48
Hasil pemeriksaan penunjang diperoleh dalam batas normal, Hasil CT-scan
kepala diperoleh hasil bahwa belum tampak kelainan. Dari CT-Scan, diagnosis
kerja berubah ke arah CVA infark karena bila CVA Bleeding pasti sudah akan
langsung tampak perdarahan pada CT-Scn. Dalam hal ini kemungkinan bahwa
CT-scan tersebut dilakukan kurang dari 36 jam sehingga infark belum tampak.
Penatalaksanaan yang diberikan untuk penderita yakni:
- Infuse Asering + Cernevit14 tpm
o Infuse Asering
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
- Na 130 mEq
- K 4 mEq
- Cl 109 mEq
- Ca 3 mEq
- Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis
laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10
ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus
sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
49
o Cernevit
Cernevit® adalah preparat multivitamin yang larut dalam air
maupun lemak (kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed
micelles (glycocholic acid dan lecithin). Mengingat kebutuhan
vitamin tubuh yang mungkin berkurang karena berbagai situasi
stress (trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat
memperlambat proses penyembuhan.
Komposisi
Setiap vial mengandung:
Retinol Palmitat
Amount corresponding to retinol 3.500 IU
Cholecalciferol 220 IU
DL alphatocopherol 10.200 mg
Amount corresponding to alphatocopherol 11.200 IU
Asam Askorbat 125.000 mg
Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg
Amount corresponding to thiamine 3.510 mg
Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg
Amount corresponding to riboflavine 4.140 mg
Pyridoxine Hydrochloride 5.500 mg
Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg
Cyanocobalamine 0.006 mg
Asam Folat 0.414 mg
Dexpanthenol 16.150 mg
Amount corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg
Biotin 0.069 mg
Nicotinamide 46.000 mg
Glisin 250.000 mg
Glycoholic Acid 140.000 mg
Soya Lecithin 112.500 mg
Sodium hydroxide q.s. pH=5.9
Hydrochloric acid
Indikasi
Cernevit diindikasikan untuk pasien yang membutuhkan vitamin harian
secara parenteral karena pemberian oral merupakan kontraindikasi,
50
tidak memungkinkan, tidak mencukupi (misal karena malnutrisi,
malabsorpsi gastrointestinal dan sebagainya).
Kontra Indikasi
- Cernevit dikontraindikasikan untuk pasien hipervitaminosis atau
hipersensitif pada salah satu bahan aktif termasuk hipersensitif terhadap
tiamin (vitamin B1).
Dosis
- Dewasa dan anak-anak di atas 11 tahun dapat diberikan 1 vial per hari.
Mula-mula harus ditambahkan 5 ml air untuk injeksi ke dalam vial dan
dikocok perlahan untuk melarutkan lyophilised powder. Larutan ini
kemudian dapat diberikan melalui intravena secara perlahan (paling
sedikit 10 menit) atau dengan infus dalam isotonic saline atau larutan
glukosa. Cernevit dapat diberikan bersama komposisi campuran nutrisi
parenteral yang mengandung karbohidrat, lemak, asam amino, elektrolit
dan trace elements, dimana kompatibilitas dan stabilitasnya telah
dikonfirmasikan. Tampak sebagai bubuk steril lyophilised cake warna
kuning-oranye yang tidak berbau, dicampur dengan 5 ml air untuk
injection Ph.Eur., atau cairan intravena lain seperti sodium chloride 5%,
glukosa atau campuran nutrisi untuk pemberian parenteral. Saat sudah
tercampur dengan air, larutan memiliki pH 5.9.
51
- Injeksi Bralin 500 mg 2x1
Mengandung citicoline yang merupakan asam nukleat yang merupakan
prekursor fosfatidilkolin, yaitu suatu zat gizi penting untuk integritas
dan fluiditas membran sel otak. Digunakan untuk membantu
menangani penurunan kemampuan kognitif pada usia lanjut.
KOMPOSISI
Metamizole Na.
INDIKASI
Meringankan nyeri kronis & akut berat seperti penyakit rematik, sakit
kepala, sakit gigi, nyeri kanker, nyeri pasca operasi atau pasca cedera,
kejang otot, nyeri kolik.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap analgesik & antireumatik.
Kehamilan & menyusui, tekanan darah sistolik < 100 mmHg.
PERHATIAN
Pasien dengan sirkulasi darah tidak stabil seperti infark miokard,
berbagai cedera, syok, gangguan koagulasi darah.
Asma bronkial, infeksi saluran nafas kronis.
Disfungsi ginjal atau hati.
Pemakaian jangka panjang & kronis.
EFEK SAMPING
Reaksi anafilaktik, serangan asma, reaksi hipersensitif pada kulit.
KEMASAN
Ampul 500 mg/ml x 2 ml x 5's.
DOSIS
Dewasa & anak > 15 tahun 2-5 ml secara IM/IV sekali sehari. Maksimal:
10 ml/hari.
52
- Injeksi Lapibal 1x1
o Komposisi: mecobalamine.
o Indikasi: neuropati perifer, tinnitus, vertigo, anemia
megaloblastik karena defisiensi vitamin B12.
o Efek samping: mual, diare, kemerahan pada kulit, dan
anoreksia.
o Sediaan: ampul 500 mcg.
o Dosis: 1 ampul, 3 kali dalam satu minggu, secara intramuscular
atau intravena.
- Injeksi Extrace 2x1
o Komposisi: asam askorbat.
o Indikasi: defisiensi vitamin C.
o Sediaan: ampul 200 mg/2 ml.
o Efek samping: ruam yang panas, sakit kepala, mual, muntah,
dan insomnia.
o Dosis: 100 – 250 mg, 1 – 2 kali perhari.
- Q10 DS 3x1
Coenzyme Q10 (CoQ10) adalah senyawa yang ditemukan secara alami
di dalam energi. CoQ10 terlibat dalam membuat molekul penting yang
dikenal sebagai adenosin trifosfat (ATP). ATP berfungsi sebagai
sumber energi utama sel dan mengontrol sejumlah proses biologis,
termasuk kontraksi otot dan produksi protein. CoQ10 juga bekerja
sebagai antioksidan.
- Nifedipin 3x10 mg
Indikasi:
Pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner (terutama angina
pektoris setelah infark jantung) dan sebagai terapi tambahan pada
hipertensi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap nifedipine.
53
Karena pengalaman yang terbatas, pemberian nifedipine pada wanita
hamil hanya dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati.
Farmakologi:
Nifedipine merupakan antagonis kalsium (calcium channel blocker)
yang berefek mengurangi konsumsi oksigen jantung, memperbaiki
toleransi latihan pada pasien angina pektoris, mengurangi kebutuhan
nitrogliserin dan mengurangi perubahan iskemik jantung saat
beristirahat dan beraktivitas.
Dosis:
Dosis tunggal: 5 - 10 mg.
Dosis rata-rata: 5 - 10 mg, 3 kali sehari.
Interval di antara 2 dosis pemberian tidak kurang dari 2 jam.
Efek Samping:
Dose dependent disebabkan oleh dilatasi vaskular seperti: sakit kepala
atau perasaan tertekan di kepala, flushing, pusing, gangguan lambung,
mual, lemas, palpitasi, hipotensi, hipertensi ortostatik, edema tungkai,
tremor, kram pada tungkai, kongesti nasal, takikardia, tinitus, reaksi
dermatologi.
Sangat jarang terjadi, dilaporkan pada pemakaian nifedipine jangka
panjang terjadi hiperplasia gusi dan segera kembali ketika pemakaian
nifedipine dihentikan.
Efek samping berat yang memerlukan penghentian pengobatan relatif
jarang terjadi.
Interaksi Obat:
54
Penggunaan nifedipine bersamaan dengan betha-bloker
mempotensi efek antihipertensi nifedipine.
Penggunaan nifedipine bersamaan dengan betha-bloker pada
pasien dengan insufisiensi jantung, terapi harus dimulai dengan
dosis kecil dan pasien harus dimonitor dengan sangat hati-hati.
Penggunaan nifedipine bersamaan dengansimetidin (tidak pada
ranitidin) meningkatkan konsentrasi plasma dan efek
antihipertensi nifedipine.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD
Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
2. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of
Clinical Neurology, 3 ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
rd
56