Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

STROKE NON HEMORAGIK

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Saraf
Rumah Sakit Tentara Tk II. Dr. Soedjono Magelang

Disusun oleh:
Dicky Fitriyadi
01.210.6127

Pembimbing:
Letkol CKM dr. Heriyanto, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Dicky Fitriyadi


NIM : 01.210.6127
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Saraf
Judul : Stroke non hemoragik (Infark)

Semarang, September 2014


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Saraf RST Tk II. Dr. Soedjono Magelang

Pembimbing

Letkol CKM dr. Heriyanto, Sp.S


BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS KHUSUS COASS NEUROLOGI

DEPARTEMEN NEUROLOGI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG

No. Reg : 110200

Nama Pasien : Tn.ANH Sex : L Umur : 25

Alamat : Jl.wates Magelang

I SUBJEK

A. Keluhan Utama

Kelemahan anggota badan sebelah kanan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien baru datang ke IGD dengan keluhan lemah sisi kanan sejak 9 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya dirawat di RS. Jati
Rahayu Bekasi. Saat kejadian pasien pulang bekerja lalu tergeletak dan
lemah sisi kanan, tidak didapatkan muntah, BAK lancar, belum BAB sejak
9 hari yang lalu. Tidak bisa bicara sejak kejadian tersebut. Pada saat pasien
datang ke IGD sudah terpasang kateter. Dengan keluhan seperti itu pasien
dibawa keluarganya ke RST Tk II dr.Soedjono Magelang.

C. Riwayat Penyakit Dulu

Riwayat hipertensi (+)


II OBJEK

A. Status Interna

Anemis : -

Ikterik : -

Rhonki halus/ kasar : -/-

Wheezing : -/-

Bunyi jantung : reguler

Abdomen : Peristaltik (+) Normal

Nyeri Lumbal : -

Ekstremitas : Oedem -/- , akral hangat

B. Status Neurologi
a. GCS : E3VxMx (Afasia global)
b. Meningeal Sign :
i. Brudzinski I-IV : DBN
ii. Laseque : DBN
c. N. Craniales
i. N. Olfaktorius : SDE
ii. N. Opticus :
1. Visual Acuity : SDE
2. Visual Field : SDE
3. Warna : tidak dilakukan
4. Funduskopi : tidak dilakukan
iii. N. Oculomotor, N. Abducens, N. Trochlearis : SDE
iv. N. Trigeminus :
1. Sensorik : SDE
2. Motorik :
Rapat gigi : Normal
Buka Mulut : SDE
Gigit tongue spatel : tidak dilakukan
Gerak rahang : DBN
v. N. Facialis :
1. Motorik :
Diam : simetris
Bergerak :
Kerut dahi

Menutup mata
SDE
Angkat sudut bibir

Tersenyum

2. Sensorik : SDE
vi. N. Stato-akustikus : tidak dilakukan
vii. N. Glossopharyngeus & N Vagus:
1. Menelan air : DBN
2. Suara parau : DBN
viii. N. Accessorius : tidak dilakukan
ix. N. Hypoglossus : SDE

d. Motorik
i. Observasi : Normal
ii. Palpasi : tidak ada atrofi, kenyal padat normal
iii. Perkusi : normal (cekung 1-2 detik)
iv. Tonus : normo tonus , kuat tonus atas 5/5, bawah 5/5
Kekuatan otot :
1. Ex atas : tidak dilakukan
2. Ex bawah :
M. Iliopsoas
M. Quadriceps
M. Hamstring
M. Tibialis Anterior
SDE
M. Gastrocnemius
M. Soleus
e. Sensorik
i. Protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar) : SDE
ii. Propioseptif (gerak/posisi, getar tekan) : SDE
iii. Kombinasi :
1. 2 point tactile : SDE
2. Sensory extinction : SDE
3. Loss of Body image : SDE
iv. Reflek Fisiologi
1. BHR : DBN
2. Cremaster : DBN
v. Reflek tendon : Hipereflex

f. Reflek Patologis :
i. Babinski : -/-
ii. Chaddock : -/-
iii. Oppenheim : -/-
iv. Gordon : -/-
v. Stransky : -/-
vi. Gonda : -/-
vii. Schaeffer : -/-
viii. Rossolimo : -/-
ix. Mendel-Bechtrew : -/-
x. Hoffman : -/-
xi. Tromner : -/-
g. Px Cerebellum :
h. Px fungsi luhur : SDE
i. Tes sendi sakro iliaka : SDE
j. Tes Provokasi n. Ischiadicus : SDE

III ASSESMENT

A. Klinis : Hemiparese dextra, Hipertensi, Afasia global


B. Topis : Cerebrum
C. Etiologi : CVA infark

IV PLANNING

A. Diagnosa banding
CVA infark
CVA bleeding
TIA

Untuk menyingkirkan diagnosis banding, maka sebaiknya di lakukan


pemeriksaan penunjang seperti :

CT SCAN kepala tanpa kontras


MRI kepala tanpa kontras
Darah rutin
Pemeriksaan gula darah
B. Therapi :

Asering VI

Tarontal VI

Berocetam 3gr

Lapibal 2x1

Neuciti 2x500mg

Neuralges 3x1

Extrace 2x500mg

Pepsol 1x1

Pycin 3x1

Fluxum 2x0.1

Tonicard 3x1

Neofer 3x1

Narfos 2x1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Stroke adalah tanda klinis yang ditandai defisit neurologis fokal atau
global yang berlangsung mendadak selama 24 jam atau lebih atau kurang dari 24
jam yang dapat menyebabkan kematian, yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah.

Epidimiologi

Kasus stroke di 5 Rumah sakit di Yogyakarta sebanyak 1053 dengan angka


kematian 28.3%. Sedangkan sekitar 20.4% dari 780 kasus stroke adalah stroke
iskemik. Rata-rata pasien adalah laki-laki. Untuk angka mortalitas di RSUP
dr.sardjito menempati peringkat ketiga dengan stroke hemoragik 51.58% dan
stroke iskemik 47.37%.

Klasifikasi

Berdasarkan kelainan patologik, stroke dapat dibagi menjadi :

1. Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan ekstraserebral
2. Stroke non hemoragik
Trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah oleh karena trombus yang makin
lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik. Trombosis adalah
obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi satu atau lebih
pembuluh darah lokal.
Emboli serebri
Infark iskemik dapat disebabkan oleh emboli yang timbul dari lesi
ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-
gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke
tempat lain dalam aliran darah. Bila emboli mencapai pembuluh darah
yang sempit. Maka jaringan otak tersebut tidak mendapat nutrisi dan akan
menjadi infark.

Faktor Resiko

Faktor resiko pada stroke sendiri terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Tidak bisa dikendalikan


Umur
Genetik
Ras dan etnis
Jenis kelamin
Geografi
2. Potensial bisa dikendalikan
Diabetes militus
Hipertrofi ventrikel kiri
Hiperhomosistenemia
3. Bisa dikendalikan
Hipertensi
Penyakit jantung
Merokok
Endokarditis

Patologi stroke

1. Stroke perdarahan
Kira-kira 10 % stroke disebabkan perdarahan intraserebral yang utama
disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol. Sebab lain yaitu aneurisma,
malformasi arterivena,angioma kavernosa, alkoholisme dan teripi
menggunakan obat anti koagulan.
2. Stroke infark
Stroke infark diakibatkan oleh kekurangan suplai darah ke otak. Secara
normal suplai darak ke otak yaitu 58ml/100 gram jaringan otak per menit,
sehingga aktivitas neuron akan terhenti. Apabila kekurangan suplai
<10ml/100mg jaringan otak maka akan mengakibatkan daerah tersebut
menjadi infark.

Gambaran klinis

Serangan stroke apapun baik itu akibat perdarahan maupun infark ditandai
dengan defisit neurologis yang akut. Selain adanya defisit neurologis, ada gejala
yang lain, antara lain:

1. Hemianopsi (buta separuh lapang pandang)


2. Defisit motorik
3. Defisit sensorik
4. Kelumpuhan n.Facialis dan n.Hypoglossus yang bersifat sentral
5. Defisit batang otak

Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis stroke, biasanya dilakukan langkah-langkah, antara


lain:

1. Anamnesis
Anamnesis yang cermat sangat membantu untuk menidagnosis secara
tepat. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada penderita stroke adalah :
Ditanya bagaimana permulaannya. Apakah mendadak sehingga pasien
langsung jatuh tidak sadarkan diri atau terjadi perlahan dalam jangka
waktu yang lama, hal tersebut menandakan adanya infark.
Apakah ada permulaan serangan penderita baru bangun ataukah serangan
pertama muncul pada saat penderita habis marah atau melakukan aktivitas.
Hal tersebut yang terakhir biasanya dialami pada pasien stroke perdarahan.
Berapa kali serangan terjadi? Pada infark sebelumnya terjadi serangan
kemudian sembuh kembali (TIA), kemuadian terjadi lagi dan membaik
kembali dan terus berulang dan terus memberat.
Apakah terjadi nyeri kepala sebelum dan selama serangan.
Apakah pasien merasa mual dan muntah (biasanya pada bleeding)
Apakah intelektual penderita mengalami pemunduran
Apakah mengalami penyakit lain ( hipertensi, diabetes)
Apakah terdapat kelumpuhan atau kesemutan
Apakah pasien sering menagalami pusing kemudian pingsan
Apakah terjadi gangguan penglihatan
2. Pemeriksaan objektif
Setelah melakukan pemeriksaan interna secara teliti. Maka dilakukan
pemeriksaan neurologi, pada saat pemeriksaan tersebut biasanya dilakukan
pemeriksaan neurovaskular, antara lain:
Mengukur tekanan arteri ophtalmica, apakah menurun pada sisi infark
Mendengar dan mencari bruit cranial atau servikal
Palpasi dan auskultasi pada arteri karotis maupun cabang arteri tersebut
dipermukaan
Melakukan pengukuran tekanan darah pada posisi berbaring dan bangun
Melihat retina menggunakan optalmoskop tertama pembuluh darahnya

Untuk membedakan stroke perdarahan atau infark dapat dilihat pada tabel
dibawah ini, antara lain:

Tabel 2.1 Perbedaan antara stroke perdarahan dan infark

Untuk membedakan lesi apakah di kortikal atau subkortikal dapat dilihat pada
tabel dibawah ini, antara lain:
Tabel 2.2 letak lesi kortikal dan subkortikal

3. Pemeriksaan penunjang
Untuk ketepatan diagnosis, maka diperlukan pemeriksaan penunjang yang
lain seperti :
CT SCAN
CT SCAN kepala tanpa kontras harus di lakukan sesegera mungkin
untuk mengetahui penyebab dari kelemahan tersebut apakah akibat stroke
perdarahan atau infark.
EKG
Karena penyebab terjadinya stroke akibat dari penyakitjantung, maka
dianjurkan pemasangan EKG pada semua pasien stroke.
Kadar gula darah
Pemeriksaan kadar gula darah sangat penting dilakukan, untuk
memeriksa apakah penderita stroke ini mengalami diabetes militus. Karena
dengan ratio tinggi nya kadar gula darah maka meningkatkan resiko
kecacatan dan kematian. Dan dapat mengetahui apakah hipoglikemi yang
menyebabkan stroke.
Elektrolit serum da faal ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan berkaitan dengan rencana pemberian obat
osmoterapi yang disertai peningkatan tekanan intrakranial.
X-Foto thorax
Untuk menilai dari ukuran jantung, aapakah ada kalsifikasi jantung
dan ada atau tidak odem pulmo.
Darah rutin
Untuk mengetahui status hematologik yang menyebabkan stroke
iskemik. Seperti anemia, polisitemia dan keganasan.
Faal hemostasis
Pemeriksaan jumlah trombosit dan waktu protrombin, tromboplastin
yang berguna pada saat pemberian obat anti koagulan atau trombolitik.

Terapi

Tujuan penatalaksaan yang komperhensif pada stroke akut adalah

1. Meminimalkan kerusakan neuron melalui perbaikan jaringan penumbra dan


mencegah terjadinya perdarahan lebih hebat
2. Mencegah secara dini komplikasi neurologi maupun medik
3. Mempercepat perbaikan fungsin neurologi secara keseluruhan

Penatalaksanaan pasien stroke menurut PERDOSSI tahun 2007, bahwa


terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan pada instalasi gawat darurat yang
biasanya bertujuan untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih luas. Antara
lain dengan pemberian O2 selama 2L/menit dan pemberian cairan
kristaloid/koloid, hindari pemberian dextrose maupun salin dalam H2O.
Dilakukan pemeriksaan CT SCAN kepala, EKG, foto thorax, darah
lengkap. Protombin time (INR), glukosa darah, kimia darh (elektrolit dll). Jika
hipoksia dilakukan analisa gas darah.
2. Stadium akut
Pada stadium ini dilakukan penanganan faktor etiologi maupun penyulit.
Juga dilakukantindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologi. Dan
menjelaskan mengenai stroke sejelas mungkin
Terapi pada stroke iskemik atau infark terbagi menhadi 2 pola
penatalaksanan, yaitu :
1. Terapi umum
Letakkan pasien pada posisi head up 300 , kepala dan dada pada
satu bidang dan ubah posisi setiap 2 jam. Mobilisasi dilakukan apabila
keadaan pasien mulai stabil.
Pada stadium ini dilakukan koreksi terhadap faktor yang
menyebabkan stroke. Apabila demam berikan antipiretik dan cari
penyebabnya, jika kandung kemih penuh kosongkan dengan pemakian
kateter.
Pemberian cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1000-1500 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan. Hindari pemberian cairan yan megandung
gula atau salin isotonis. Pemberian oral pada makan dilakukan apabila
tidak ada keluhan sulit menelan, apabila ada keluhan tersebut maka
dianjurkan pemasangan NGT.
Kadar gula darah >150 mg%harus dikoreksi dengan pemberian
insulin drip secara intravena secara kontinu selama 2-3 hari dengan target
150 mg% . Hipoglikemi ( <60 mg % atau <80 mg% dengan gejala)
berikan dekstrose 40 % secara intravena sampai kembali normal dan dicari
penyebabnya.
Nyeri kepala, mual dan muntah diberikan obat-obat an sesuai
gejala. Tekanan darah tidak perlu langsung diturunkan, tapi apabila
tekanan sistole >220 mmHg dan diastole >120mmHg dan MAP (mean
arterial blood pressure) >130mmHg dengan rentang pengukuran selama 30
menit, atau didapatkan infark miokard, gagal jantung kongestif serta gagal
ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal 20 %. Obat yang
direkomendasikan adalah natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa dan
beta, calsium antagonis dan ACE inhibitor.
Jika terjadi hipotensi, dimana tekanan sistole <90mmHg dan
diastole <70mmHg. Maka pasien diberi NacL 0.9 % 250 ml selama 1 jam,
dilanjut pemberiannya sebanyak 500ml selama 4 jam dan diteruskan
sebanyak 500ml sebanyak 8 jam atau diberikan sampai tekanan darah
menjadi normal.
Jika kejang diberi diazepam 5-20 mg IV pelan-pelan selama 3
menit dengan dosis maksimal 100 mg/hari. Dilanjutkan pemberian anti
konvulsan oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2
minggu maka diberikan obat anti konvulsi peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, berikan manitol bolus
secara intravena sebanyak 0.25-1g/kgBB selama 30menit,dan jika dicuriga
kedaan memburuk berikan 0.25g/kgBB/ 30menit setiap 6 jam selama 3-
5hari dan dilakukan pemantauan osmolalitas (<320mmol) sebagai
alternatif dapat diberikan larutan hipertonis atau furosemide.
2. Terapi khusus

Ditujukan utuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet yaitu aspirin dan


anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA
(recombinant tissue plasminogen activator) bisa juga diberi obat neuro
protektor seperti sitilkolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
BAB III

KESIMPULAN

Stroke adalah tanda klinis yang ditandai defisit neurologis fokal atau
global yang berlangsung mendadak selama 24 jam atau lebih atau kurang dari 24
jam yang dapat menyebabkan kematian, yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah.

Untuk mendiagnosis stroke infark dapat ditegakkan melalui anamnesa yg


detail dan melalui pemeriksaan fisik neuologi dan pemeriksaan penunjang
lainnya.

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan penunjang


lainnya di dapatkan bahwa pasien tersebut didiagnostic stroke infark.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-14. PT Dian Rakyat.


Jakarta. 2009
2. Sidharta, Priguna. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik
Umum. PT Dian Rakyat. Jakarta.1999
3. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. PT
Dian Rakyat. Jakarta 2002
4. Setyopranoto,Iwan. Stroke: Gejala dan penatalaksanaanya. IDI
5. Bahrudin, M. Diagnosa stroke.

Anda mungkin juga menyukai