Anda di halaman 1dari 65

SMF/BAGIAN ILMU BEDAH LONG CASE

RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES JUNE 2023


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN TETRALOGY OF FALLOT

Disusun oleh:
Dian Novita Rahmah, S.Ked
2208022002

Pembimbing:
dr. Elric Brahm Malelak, Sp. BS., M.KM

DIBAWAKAN DALAM KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES
KUPANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini diajukan oleh :

Nama : Dian Novita Rahmah, S.Ked

NIM : 2208022002

Judul : Stroke Non Hemorragik dengan Tetraogy of Fallot

Long Case ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
yang diperlukan untuk mengikuti ujian akhir di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana RSUD W.Z. Johannes Kupang.

Pembimbing Klinik

1. dr. Elric Brahm Malelak, Sp.BS., M.KM 1……………..

Ditetapkan di :

Kupang

Hari/tanggal Juni 2023


BAB 1

PENDAHULUAN

Stroke pada anak semakin lama semakin meningkat. Angka kejadian stroke pada

anak, remaja dan dewasa muda 15% dari seluruh kejadian stroke iskemik. Gambaran

klinik, penyebab stroke dan penanganan stroke pada anak sangat berbeda Beberapa penulis

membagi stroke pada anak menjadi 3 bagian yaitu stroke pada neonatal dan perinatal

(lahir-29 hari), usia anak (1 bulan sampai 18 tahun) dan dewasa muda pada umur (18

tahun-50 tahun)'. Pada beberapa studi dilaporkan Perinatal Arterial Ischemic Stroke terjadi

pada 1 dari 2300 kelahiran cukup bulan, sedangkan stroke pada masa anak anak dilaporkan

terjadi pada 2 diantara 100.000 anak.

Beberapa pendapat lama mengatakan bahwa stroke pada anak relatif mudah sembuh

karena adanya neuroplastisitas pada otak, tetapi kenyataan saat ini menunjukkan hanya

31% anak yang berhasil sembuh dari stroke. Didapatkan data anak yang mengalami stroke

17% diantaranya mempunyai gejala gangguan kognitif serta psikiatri yang menetap.

Saat ini walaupun metoda pengobatan sudah sangat maju, tetapi stroke pada anak

masih menjadi penyebab kematian pada anak yang paling banyak.


BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. Evan Bernadus Mbois
Tanggal Lahir : 09 Maret 2020
Umur : 3 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Fatubena, BTN Kolhua
Tanggal MRS : 03 Mei 2023
No. MR : 571388

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit


Keluhan Utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak laki-laki rujukan dari RS X dengan diagnosis acute infantile

hemiplegi + TOF + Brochopnrumoni + Gizi buruk. Datang dengan kejang yang

berulang selama perawatan di RS X.

Awalnya menurut ibu kandung, pada tanggal 3 april 2023 jam 15:00 wita pasien

kejang dengan kedua tangan dan kaki kaku dan posisi lurus serta mata mendelik

ke atas, kejang berlangsung selama kurang lebih 5 menit dan selalu berulang

kejang nya sampai di jam 18.00 wita. Kejang terjadi secara tiba-tiba tanpa demam,

jatuh atau perilaku aneh lainnya disangkal. Setelah kejang mulut pasien mencong

ke arah kanan dan menghilang saat hari jumat 5 mei 2023 saat pasien kontrol ke

praktek dokter sore hari. Saat kontrol di praktek dokter pasien diberi obat tetapi

ibunya tidak memberikan obat tersebut. Karena kondisi pasien yang masih kejang,

semakin melemas disertai muntah dan tidak mau makan akhirnya keluarga

membawa pasien ke IGD RS Leona pada hari sabtu, 6 mei 2023 jam 15.00 wita
pasien dirawat di leona selama 2 minggu dan dirawat di ICU, di leona dirawat

dengan acute infatile hemiplegi, TOF, gizi buruk dan bronchopneumonia. Pada

saat dirawat di leona pasien membaik tetapi saat hari pasien dipulangkan pasien

kembali mengalami kejang sehinga pasien kemudian dirujuk ke RSUDWZJ untuk

dilakukan pemeriksaan CT Scan dan tatalaksana lanjutan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien di diagnosis penyakit jantung pada saat usia kehamilan 8 bulan. Setelah

melahirkan pasien tidak pernah dibawa kontrol oleh kedua orang tua. Pasien

terkadang merasa sesak napas dan sering ngos-ngosan dan muncul kebiruan pada

beberapa bagian tubuh terutama saat selesai minum susu.

Riwayat Pengobatan

Pasien sempat berobat ke salah satu Rumah Sakit Swasta di kupang. Pasien
sempat dirawat di Rumah Sakit Swasta selama 2 minggu. Orangtua tidak ingat
pengobatan apa saja yang telah didapatkan.

Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

Riwayat Sosial dan Ekonomi

Pasien merupakan anak ke 7 dari 7 bersaudara tinggal bersama orang tua

kandung. Ayah bekerja sebagai petani dan ibu sebagai IRT.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Selama hamil pasien tidak rutin ANC, tidak rutin minum tablet tambah darah karena selalu

mual muntah dan pernah dirawat di rumah sakit saat usia kehamilan 7 bulan karena
kekurangan darah dan dilakukan transfusi darah. Selama hamil pasien sering memasak

menggunakan kayu api dan sering terpapar asap rokok dari suaminya. Pasien lahir cukup

bulan secara perandominal (SC) dan dirawat di NICU selama 2 minggu karena berat badan

bayi rendah (BBL : 2300 gram PBL : 44cm) dan penyakit jantungnya. Enam anak lainnya

lahir secara spontan pervaginam di rumah ditolong dukun.

Riwayat Nutrisi

Sejak lahir, pasien diberi ASI ekslusif sampai dengan usia 1 tahun, MPASI

dengan bubur sun. Selama 1 tahun ini pasien hanya makan nasi/bubur dengan

daun kelor, jika makan ikan/daging pasien hanya menghisapnya saja kemudian

ampasnya dilepeh.

Riwayat Imunisasi

a. HB0 pada usia 0 bulan

b. BCG pada usia 1 bulan

c. Polio pada usia 1,2,3 dan 4 bulan

d. DPT-HB-Hib pada usia 2, 3 dan 4 bulan dan booster pada usia 18 bulan.

e. Campak pada usia 10 bulan dan booster pada usia 18 bulan.

Riwayat Tumbuh Kembang

Pasien sampai usia 2 tahun belum bisa berjalan, bisa merangkak (+) hanya bisa
berbicara dalam bentuk kata, belum bisa berdiri sendiri. Tumbuh kembang pasien
tidak sesuai dengan saudara kandungnya dan anak seusianya
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. GCS : E4M3V4
2. Tanda Tanda Vital :
 Nadi : 116x/menit
 Suhu : 36,58ºC
 Pernapasan : 30x/menit
 SpO2 : 98%

3. Status Generalis :
 Kulit : Tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik
 Kepala : Normochephal, lingkar kepala 39 cm
 Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
 Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-/-)
 Telinga : Deformitas (-), menggunakan alat bantu dengar (-)
 Mulut : mukosa bibir lembab
 Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran KGB (-)
 Cor
• Inspeksi : Jejas (-), iktus cordis tampak
• Palpasi : iktus kordis teraba
• Perkusi : tidak dievaluasi
• Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (+), terdengar di ics
3-4 parasternal sinistra menjalar ke ics4/5 midclavicularis
sinistra, gallop (-).
 Pulmo
- Inspeksi : Dinding toraks simetris, retraksi otot-otot pernapasan (-
)
- Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar
- Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
- Palpasi : Supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba
- Perkusi : Timpani (+)
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), clubbing
fingers (+), sianosis (+).

4. Pemeriksaan Status Neurologis :


1. GCS : E4M3V4
2. Meningeal Sign :
Kaku Kuduk :-
3. Pemeriksaan N. Cranialis :
N.1 : Sulit dievaluasi
N.2 : kesan normal
N.3, N.4, N.6 : Pupil bulat dan tepat ditengah, isokor 3 mm/ 3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+), Ptosis (-)
N.5 : Sensorik (dbn) | motorik (dbn) | refleks kornea
(dbn)
N.7 : Lipatan dahi simetris, sudut bibir simetris
N.8 : dbn
N.9 , N.10 :Sensorik (sde)|disfagia (sde)|disfonia (sde)|
kesimetrisan uvula (sde)| refleks muntah/batuk (+)
N.11 : Tahanan M. sternocleidomastoideus (sde)
Tahanan M.trapezius (sde)
N.12 : Disartria (sde), posisi lidah saat istirahat dalam
batas normal, posisi lidah saat keluar (sde)
4. Pemeriksaan Motorik :
• Ekstremitas atas : 4/5
• Ekstremitas bawah : 4/5
5. Tonus :
Ekstremitas atas : (spastik)/ (spastik)
Ekstremitas bawah : (spastik)/ (spastik)

6. Trofik :
Ekstremitas atas : normotrofik/normotrofik
Ekstremitas bawah : normotrofik/normotrofik
7. Refleks Fisiologis :
a. Ekstremitas Atas : +2/+2
b. Ekstremitas Bawah : +2/+2
8. Refleks Patologis:
 Hoffman -/-
 Tromner -/-
 Babinski -/-
 Chaddok -/-
 Oppenheim -/-
 Rosolimo -/-
 Mendelbecktrew -/-

2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. CT Kepala (08/05/2023)
Gambar 1. Pemeriksaan penunjang CT kepala tanpa kontras pada
pasien
Kesan :
 Soft tissue swelling (-)
 Bone continuity (-)
 Sulkus dan gyrus sinistra terkompresi
 Sulkus dan gyrus dextra tidak terkompresi
 Sisterna dan ventrikel tidak terkompresi
 Sylvian fissure tidak terkompresi
 Tampak lesi hipodense, batas sebagian tidak tegas, wedge
shape di cortex fronto temporo parietal kiri.
 Tampak lesi hypodense, batas tegas, densitas kistik, di
cortex subcortex temporo parietal kanan
 Midline shift (-)

2. CT Kepala (23/05/2023)

Gambar 2. Pemeriksaan penunjang CT kepala tanpa kontras pada


pasien
Kesan :
 Soft tissue swelling (-)
 Bone continuity (-)
 Sulkus dan gyrus tidak terkompresi
 Sisterna dan ventrikel tidak terkompresi
 Sylvian fissure tidak terkompresi
 Tampak lesi hypodense, batas tegas, densitas kistik, di
cortex subcortex temporo parietal kanan.
 Midline shift (-)

3. Ro Thorax (16/04/2023)

Kesan :
 Cor : Membesar
 Pulmo : Normal
Kesimpulan : Cardiomegali

4. Echocardiography (04/05/2023)
Kesan : TOF dd PA-VSD (curiga TOF)

5. Labpratorium (04/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 15.3 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 8.73 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 56.1 % 35.0 – 43.0
MCV 64.3 fL 73.0-101.0
MCHC 27.3 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 19.04 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 292.00 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 190.00 mg/dL 70.00-150.00
Kreatinin darah 0.79 mg/dL 0.00-1.40
Urea N 23.00 mg/dL 6.00-20.00
Natrium 136 mmol/L 132-147
Kalium 4.64 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 102 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.35 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca 2.79 mmol/L 2.20-2.70

Tabel 1 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

6. Laboratorium (08/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
PT 10.60 detik 10.80-14.40
INR 1.02
APTT 22.20 detik 26.40-37.60

Tabel 2 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

7. Laboratorium (11/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 13.5 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 7.40 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 48.0 % 35.0 – 43.0
MCV 64.9 fL 73.0-101.0
MCHC 28.1 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 24.33 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 376.00 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 150.00 mg/dL 70.00-150.00
Natrium 135 mmol/L 132-147
Kalium 2.89 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 107 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.13 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca - mmol/L 2.20-2.70

Tabel 3 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

8. Laboratorium (12/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 14.7 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 7.59 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 48.0 % 35.0 – 43.0
MCV 63.2 fL 73.0-101.0
MCHC 30.6 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 20.52 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 295.00 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 90.00 mg/dL 70.00-150.00
Natrium 133 mmol/L 132-147
Kalium 4.02 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 106 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.10 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca - mmol/L 2.20-2.70

Tabel 4 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

9. Laboratorium (18/05/2023)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hb 15.2 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 7.66 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 51.1 % 35.0 – 43.0
MCV 66.7 fL 73.0-101.0
MCHC 29.7 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 9.88 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 263.00 10^3/ul 217.00–
497.00
HS-CRP 0.29 mg/dL
Tabel 5 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

10. Laboratorium (23/05/2023)


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 12.3 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 6.07 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 39.0 % 35.0 – 43.0
MCV 64.2 fL 73.0-101.0
MCHC 31.5 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 23.73 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 111.00 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu - mg/dL 70.00-150.00
CRP Kuantitatif 22.82 mg/dL <= 0.50

Tabel 6 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

11. Laboratorium (26/05/2023)


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 11.1 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 5.60 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 36.6 % 35.0 – 43.0
MCV 65.3 fL 73.0-101.0
MCHC 30.4 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 9.13 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 137.20 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu - mg/dL 70.00-150.00
Natrium 135 mmol/L 132-147
Kalium 3.60 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 105 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.02 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca 2.24 mmol/L 2.20-2.70
PT (Waktu Protombin) 10.30 detik 10.80-14.40
INR 0.99
Tabel 7 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

12. Laboratorium (27/05/2023)


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 8.7 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 4.19 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 28.0 % 35.0 – 43.0
MCV 66.8 fL 73.0-101.0
MCHC 31.0 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 8.34 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 150.10 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 237.00 mg/dL 70.00-150.00
Natrium 136 mmol/L 132-147
Kalium 3.04 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 105 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.00 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca 2.10 mmol/L 2.20-2.70

Tabel 8 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

13. Laboratorium (29/05/2023)


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 13.9 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 6.06 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 42.1 % 35.0 – 43.0
MCV 69.4 fL 73.0-101.0
MCHC 33.1 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 7.78 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 206.50 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 107.00 mg/dL 70.00-150.00
Natrium 142 mmol/L 132-147
Kalium 3.06 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 112 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.15 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca 2.47 mmol/L 2.20-2.70
Tabel 9 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

14. Laboratorium (31/05/2023)


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Natrium 138 mmol/L 132-147
Kalium 4.96 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 106 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.21 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca 2.15 mmol/L 2.20-2.70
Tabel 10 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien

15. Hasil Kultur dan Sentitifitas (12/05/2023)


Jenis Sampel : Darah
Hasil Kultur Aerob : STERIL ( Tidak ada pertumbuhan )
Keterangan :
• Kultur ini tidak ada pertumbuhan kuman (steril) setelah
diinkubasi 5 hari.
• Bila kultur steril (kontaminan saja) harus melanjutkan terapi
antibiotik mengikuti sindrom klinis pasien.
• Kultur steril mungkin disebabkan :
- Sudah menerima antibiotik
- Volume darah kurang
- Bakteremia tidak berlanjut misalnya abses
- Infeksi tidaak menular
- Organisme yang sukar tumbuh
- Tidak ada infeksi : demam karena obat dan penyakit
autoimun, dll.
16. Hasil Kultur dan Sensitifitas (25/05/2023)
Jenis Sampel : Darah
Hasil Kultur Aerob : STERIL ( Tidak ada pertumbuhan )
Keterangan :
• Kultur ini tidak ada pertumbuhan kuman (steril) setelah
diinkubasi 5 hari.
• Bila kultur steril (kontaminan saja) harus melanjutkan terapi
antibiotik mengikuti sindrom klinis pasien.
• Kultur steril mungkin disebabkan :
- Sudah menerima antibiotik
- Volume darah kurang
- Bakteremia tidak berlanjut misalnya abses
- Infeksi tidaak menular
- Organisme yang sukar tumbuh
- Tidak ada infeksi : demam karena obat dan penyakit
autoimun, dll.

2.5 Asessment

SNH Emboli frontotemporal sinistra


Ensefalomalasia frontotemporal dextra
Tetralogy Of Fallot

2.6 Follow up

 Tanggal : Selasa, 9 Mei 2023


 Subjektif :-
 CCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36.8 C
- N: 98x/menit
- RR: 28x/menit
- Spo2: 88% dengan O2 SM
 Assessment
A/Sp.BS
- Infark luas regio frontotemporal sinistra
- Ensefalomalasia regio frontotemporal dextra
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Epilepsi simptomatik
- TOF
A/Sp.A
- Hemiparese dextra
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Pro craniectomy dekompresi + indirect bypass
- CITO siang ini
- Puasa dari Pkl. 07.00 WITA
- Post op ICU, pesan ICU
- Siap PRC 2 bag
- Terapi sesuai Sp.A
Sp.N
- Observasi TTV (oksigenasi, normotermi, GDS Normal)
- Antiplatelet  TUNDA (rencana OP)
- Terapi lain sesuai Sp.A dan Sp.BS
Sp.A
- Pada prinsipnya dari bagian anak setuju untuk dilakukan tindakan
craniectomy dekompresi + indirect bypass pada pasien tersebut.
 Tanggal : Rabu, 10 Mei 2023
 Subjektif :-
 CCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36.4C
- N: 92x/menit
- RR: 30x/menit
- Spo2: 85% dengan O2 SM
 Assessment
SNH Emboli frontotemporal sinistra
Ensefalomalasia frontotemporal dextra
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Pro craniectomy dekompresi + indirect bypass
- CITO pagi ini
- Post OP ICU
- Konsul Ts. Sp.An Pkl 08.00
Sp.N
- Observasi ketat TTV
- Belum ada terapi spesifik
- Terapi lain sesuai Sp.A dan Sp.BS
Sp.A
- Pada prinsipnya dari bagian anak setuju untuk dilakukan tindakan
craniectomy dekompresi + indirect bypass pada pasien tersebut.
 Tanggal : Kamis, 11 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : DPO
 TTV :
- TD : 100/60 mmHg
- S: 36.4C
- N: 123x/menit
- RR: 30x/menit
- Spo2: 60-70% dengan ventilator
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD I a/I SNH
Emboli
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Post Craniectomy Dekompresi H-1
- TOF
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post craniectomy
- TOF
- SNH Emboli
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts.Sp.An
- Rawat luka
- Terapi sesuai Ts.Sp.A
- Cek lab post op
Sp.N
- Observasi TTV
- Terapi sesuai Ts. Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam (H-9)
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam (H-8)
- Inj. Dexamethasone 1.5 mg/12 jam (H-5)
- Propranolol 3 mg/12 jam po
- Program :
• Transfusi PRC 1 kantong
• Koreksi hipokalemi dengan KCl 13 ml + 240 ml D5% ½
NS jalan 10 ml/jam selama 24 jam
• Kultur darah
• Diet F100 5x200 ml, jika residu (+) kurangi
Sp.An
- PCV 10, RR 26, FiO2 40%. PEEP 3
- D5% ½ NS 200 ml/24 jam
- Propranolol 2x3mg
 Tanggal : Jum’at, 12 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5Vett
 TTV :
- TD : 100/60 mmHg
- S: 36.4C
- N: 107x/menit
- RR: 34x/menit
- Spo2: 75-80% dengan ventilator
 Produksi drain 50cc (10/5/2023)
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD II a/I SNH
Emboli
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Post Craniectomy Dekompresi H-2
- TOF
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post craniectomy
- TOF
- SNH Emboli
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts.Sp.An daan Sp.A
- Rawat luka
Sp.N
- Observasi TTV
- Terapi sesuai Ts. Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam + KCL 13 meq 10 ml/jam 24 jam, jika habis
D5% ½ NS kosongan
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam (H-10)
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam (H-9)
- Tap off Inj. Dexamethasone 2x1.5 mg
- Propranolol 3 mg/12 jam po
- Program :
• Tunggu kultur darah
• Diet F100 8x20 ml
Sp.An
- PCV 10, RR 26, FiO2 40%. PEEP 3
- D5% ½ NS 200 ml/24 jam
- Propranolol 2x3mg
 Tanggal : Sabtu, 13 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- TD : 110/75 mmHg
- S: 37.0C
- N:84x/menit
- RR: 37x/menit
- Spo2: 92% dengan ventilator
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD III a/I SNH
Emboli
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Post Craniectomy Dekompresi H-3
- TOF
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
- Imbalance elektrolit dengan perbaikan
A/Sp.An
- Post craniectomy
- TOF
- SNH Emboli
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts.Sp.An daan Sp.A
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Rawat luka buang drain
- Pindah ruangan hari Senin (15/05/2023)
- Aff drain besok pagi (Minggu,14 Mei 2023)
- Aff DC besok pagi
Sp.N
- Terapi mengikuti Ts. Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam + KCL 13 meq 10 ml/jam 24 jam, jika habis
D5% ½ NS kosongan
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam (H-11)
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam (H-10 )
- Tap off Inj. Dexamethasone 2x1.5 mg  STOP
- PO :
Propranolol 3 mg/12 jam
Paracetamol 100 mg/4-6 jam
- Program :
• Tunggu kultur darah (12/5/2023)
• Diet F100 8x30 ml
• Boleh pindah ruangan
Sp.An
- PCV 10, RR 26, FiO2 40%. PEEP 3
- Terapi lain sesua Ts Sp.A
 Tanggal : Minggu, 14 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- TD : 111/ 83 mmHg
- S: 36.3 C
- N:70x/menit
- RR: 24x/menit
- Spo2: 94% dengan ventilator
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD IV a/I SNH
Emboli
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Post Craniectomy Dekompresi H-4
- TOF
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post craniectomy
- TOF
- SNH Emboli
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts.Sp.An daan Sp.A
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Rawat luka buang drain
- Pindah ruangan hari Senin (15/05/2023)
- Aff drain pagi ini
- Aff DC pagi ini
Sp.N
- Terapi mengikuti Ts. Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam + KCL 13 meq 10 ml/jam 24 jam, jika habis
D5% ½ NS kosongan
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam (H-12)
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam (H-11 )
- PO :
Propranolol 3 mg/12 jam
Paracetamol 100 mg/4-6 jam
- Program :
• Tunggu kultur darah (12/5/2023)
• Diet F100 8x30 ml
• Besok pindah ruangan
Sp.An
- PCV 10, RR 26, FiO2 40%. PEEP 3
- Terapi lain sesua Ts Sp.A
 Tanggal : Senin, 15 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- TD : 112/ 70 mmHg
- S: 36.3 C
- N:70x/menit
- RR: 24x/menit
- Spo2: 85% Simple Mask 6 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD V a/I SNH
Emboli
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Post Craniectomy Dekompresi H-5
- TOF
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post craniectomy
- TOF
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts.Sp.An daan Sp.A
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Rawat luka
- Acc pindah uangan biasa hari ini (Senin,15 Mei 2023)
Sp.N
- Terapi mengikuti Ts. Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam (H-13)
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam (H-12)
- PO :
Propranolol 3 mg/12 jam
Paracetamol 100 mg/4-6 jam (analgetik)
- Program :
• Wearing O2 target SpO2 60-80%
• Pantau TTV
Sp.An
- O2 Simple Mask 6 lpm
- Head up 30 derajat
- D5% ½ NS 10 ml/jam
- Rencana pindah ruangan hari ini
- Terapi lain sesua Ts Sp.A
 Tanggal : Selasa, 16 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E4M5V2
 TTV :
- S: 37.0 C
- N:99x/menit
- RR: 24x/menit
- Spo2: 92% Simple Mask 6 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD VI a/I SNH
Emboli
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Post Craniectomy Dekompresi H-6
- TOF
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts.Sp.An daan Sp.A
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Rawat luka
Sp.N
- Terapi mengikuti Ts. Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam (H-14)
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam (H-13)
- PO :
Propranolol 3 mg/12 jam
Paracetamol 100 mg/4-6 jam (analgetik)
- Program :
• Wearing O2 target SpO2 60-80%
• Pantau TTV
 Tanggal : Rabu, 17 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36.8 C
- N:99x/menit
- RR: 24x/menit
- Spo2: 92% Simple Mask 6 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD VII a/I SNH
Emboli
A/Sp.N
- SNH Emboli
- Post Craniectomy Dekompresi H-7
- TOF
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts.Sp.An daan Sp.A
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Rencana KRS sesuai Ts.SpA
- Rawat luka
Sp.N
- Terapi mengikuti Ts. Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam (H-14)
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam (H-13)
- Propranolol 3 mg/12 jam po
 Tanggal : Kamis, 18 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36.8 C
- N:99x/menit
- RR: 24x/menit
- Spo2: 92% Simple Mask 6 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD VIII a/I SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka di kepala
- Rencana KRS sesuai Ts Sp.A
- FIU Ts Sp.KFR
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam
- Inj. Metronidazol 60 mg/8jam
- Propranolol 3x3mg po
 Tanggal : Jum’at, 19 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 37 C
- N:99x/menit
- RR: 36x/menit
- Spo2: 71% NRM 5 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD IX a/I SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka di kepala, aff hecting selang seling
- Rencana KRS sesuai Ts Sp.A
- FIU Ts Sp.KFR
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
- Rawat jalan menunggu aff oksigen
 Tanggal : Sabtu, 20 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 37 C
- N:99x/menit
- RR: 36x/menit
- Spo2: 71% NRM 5 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD X a/I SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Aff hecting semua, rawat luka tertutup
- Rencana KRS sesuai Ts Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
- Wearing O2
 Tanggal : Minggu, 21 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 37 C
- N:99x/menit
- RR: 36x/menit
- Spo2: 71% NRM 5 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD XI a/I SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Aff hecting semua, rawat luka tertutup
- Rencana KRS sesuai Ts Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
- Wearing O2
 Tanggal : Senin, 22 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 40 C
- N: 100 x/menit
- RR: 39 x/menit
- Spo2: 69% room air
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD XII a/I SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Terapi sesuai Ts Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 70 mg/4 jam
- Propranolol 3x3mg po

 Tanggal : Selasa, 23 Mei 2023


 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 40 C
- N: 100 x/menit
- RR: 39 x/menit
- Spo2: 68% room air
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD XIII a/I SNH
Emboli
-
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Terapi sesuai Ts Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Ceftriaxon 600 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 70 mg/4 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
 Kultur pus luka bekas operasi

 Tanggal : Rabu, 24 Mei 2023


 Subjektif : Demam naik turun (+)
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 39,5 C
- N: 100 x/menit
- RR: 35 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
- LK : 43 cm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD XIV a/I SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Terapi sesuai Ts Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin 150 mg/24 jam  hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 70 mg/4 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
 Kultur darah
 Tanggal : Kamis, 25 Mei 2023
 Subjektif : Demam naik turun (+)
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 40 C
- N: 100 x/menit
- RR: 35 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
- LK : 44 cm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD XV a/I SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Observasi lingkar kepala
- Terapi sesuai Ts Sp.A
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 70 mg/4 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
 Tunggu kultur darah
 Tanggal : Jum’at, 26 Mei 2023
 Subjektif : Demam naik turun (+)
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 40 C
- N: 100 x/menit
- RR: 35 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
- LK : 44,5 cm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD XVI a/i SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Observasi lingkar kepala
- Pro cranioplasty + craniotomy eksplorasi
- CITO bedah
- Pesan ICU
- Cek DL, SE, PT, APTT
- Persiapkan 2 kolf PRC
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 70 mg/4 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
 Persiapkan PRC 2 kantung
 Tanggal : Sabtu, 27 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36.9 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
- LK : 44,5 cm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass POD XVII a/i SNH
Emboli
A/Sp.A
- Post craniectomy dekompresi + indirect bypass ec. Emboli cerebri
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Observasi lingkar kepala
- Pro craniotomy eksplorasi + cranioplasty CITO pagi ini
- Konsul Ts Sp.An
- Konfirmasi ICU
- PRC 2 bag
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 70 mg/4 jam
- Propranolol 3x3mg po
Program :
 Tunggu kultur darah
 Tanggal : Minggu, 28 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : DPO
 TTV :
- S: 35.9 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 92% on ventilator
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD I a/I LCS Leakage
+ defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H1
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post cranioplasty
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
 Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi
Sp. An
- Venti : CPAP, RIV 4, PEEP 4
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Cek GDS
- Stop ventanyl
- PCT 4x100 mg/24 jam
 Tanggal : Senin, 29 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : DPO
 TTV :
- S: 37.1 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 92% on ventilator
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD II a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H2
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post cranioplasty
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
 Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi

Sp. An
- Venti : CPAP, RIV 4, PEEP 4
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Cek GDS
- Stop ventanyl
- PCT 4x100 mg/24 jam
 Tanggal : Selasa, 30 Mei 2023
 Subjektif :-
 GCS : DPO
 TTV :
- S: 37.9 C
- N: 82 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 92% on ventilator
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD III a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H3
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post cranioplasty
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
 Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi
Sp. An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Cek GDS
- PCT 4x100 mg/24 jam
- Ekstubasi
 Tanggal : Rabu, 31 Mei 2023
 Subjektif : belum BAB 2 hari, hiatus (+), demam (-).
 GCS :
 TTV :
- S: 40 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD IV a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H4
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post cranioplasty
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka setiap hari
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
- Aff drain besok pagi
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
 Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi
Sp. An
- Venti : CPAP, RIV 4, PEEP 4
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Cek GDS
- Stop ventanyl
- PCT 4x100 mg/24 jam
 Tanggal : Kamis, 01 Juni 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36,9 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD V a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H5
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka setiap hari
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Bedah saraf BLPL
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
 Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi
 Tanggal : Jumat, 2 Juni 2023
 Subjektif :
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36.7 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 95% room air
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD VII a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H6
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka setiap hari
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
- Aff drain besok pagi
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem Stop
- Inj. Amikasin stop
- Propadol 3x3 mg
 Tanggal : Sabtu 3 Juni 2023
 Subjektif :-
 GCS : E3M5V2
 TTV :
- S: 36.6 C
- N: 78 x/menit
- RR: 23 x/menit
- Spo2: 95% room air
 Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD VII a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H7
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- ACC BLPL
- Terapi lain sesuai TS anak
- Rawat luka sebelum pulang
- Kontrol poli jumat 07.30
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem Stop
- Inj. Amikasin stop
- Propadol 3x3 mg
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Sistem Saraf Pusat

Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan,di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater kranialis
terlihat gyrus, sulkus,dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura korteks serebri
membagi hemisfer serebrimenjadi daerah lebih kecil yang disebut lobus.
Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan.
Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang
menonjoldisebutgyrudan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut su
lkus.
Keempat lobs tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal,
lobus oksipital dan lobus temporal.
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum.
Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian
belakang oleh garisyang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung
posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima
impuls dari serabut saraf sensorikthalamus yang berkaitan dengan segala
bentuk sensasi dan mengenali segala jenisrangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan
dariserebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral
dariRolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol
gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan
area prefrontal (areaasosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual.
c.Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas
sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasidan bahasa dalam bentuk suara.
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal.
Lobus
ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampumelakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.

2. Serebelum (Otak Kecil)


Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang
batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher
bagian atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas
gerakan. Serebelum juga mengontrol banyak fungsiotomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang
dipelajari sepertigerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis,
gerakan mengunci pintudan sebagainya

3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasardan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk
mengontroltekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta
pola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala
yang sering timbul berupa muntah, kelemahan otot wajah baik satu
maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika
bangun

Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:


a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan
serebelum. Saraf kranial III danIV diasosiasikan dengan otak tengah.
Otak tengah berfungsi dalam halmengontrol respon penglihatan,
gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengaturgerakan tubuh dan
pendengaran
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara
midbrain dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial
posterior. Saraf Kranial (CN) Vdiasosiasikan dengan pons.
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang
otak yangakan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata
terletak juga di fossakranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan
dengan medulla, sedangkan CNVI dan VIII berada pada perhubungan
dari pons dan medulla.
3.2 Penyakit Jantung Kronik (PJK)
PJK dikategorikan sebagai sianotik atau asianotik. PJK Sianotik dapat

mengurangi aliran melalui sirkulasi paru dengan shunting darah dari kanan ke kiri

mengakibatkan sianosis dan kompensasi eritrosit. PJK sianotik merupakan

predisposisi untuk stroke iskemik dengan memungkinkan embolisasi paradoks


dan hiperviskositas. PJK sianotik termasuk Tetralogi Fallot, koneksi vena paru

anomali total, hipoplastik sindrom jantung kiri, transposisi arteri besar, truncus

arteriosus (persisten), dan sindrom Eisenmenger.

Sebagian besar anomali ini memiliki fisiologi yang sama, dengan stenosis

pulmonal dan darah vena melewati paru-paru menyebabkan darah terdeoksigenasi

dalam sirkulasi sistemik. Pengecualian adalah sindrom Eisenmenger, di mana

resistensi vaskular paru meningkat seiring waktu, menghasilkan kebalikan dari

shunt kiri ke kanan.

Tetralogi Fallot dan Eisenmenger syndrome adalah PJK sianotik yang

paling umum dan keduanya berhubungan dengan stroke. PJK asianotik memiliki

aliran normal melalui sirkulasi paru dan oksigenasi normal. Bentuk yang paling

umum adalah defek septum ventrikel diikuti oleh cacat septum atrium . Tujuh

puluh persen defek septum ventrikel terletak di septum interventrikular

membranosa dan 20% di septum otot. Sekitar 40% defek septum menutup secara

spontan pada usia 2 tahun dan 90% pada usia 10 tahun tahun. Cacat kecil

cenderung tidak bergejala secara klinis tetapi defek yang besar dapat

meningkatkan tekanan vaskuler pulmonal dan menyebabkan kebalikan shunting

kiri ke kanan dengan diikuti sianosis.

3.3 Patogenesis dan Penatalaksanaan Stroke

Faktor risiko stroke pediatrik bermacam-macam dan berbeda dari stroke

orang dewasa. Sebagian besar Arterial Ischemic Stroke (AIS) di anak-anak

memiliki penyakit yang mendasari seperti sel sakit dan jantung bawaan atau

didapat penyakit. Di antara penyakit yang sianogenik dengan shunt kanan-ke-kiri

memiliki tingkat komplikasi tertinggi, termasuk hipoksemia, polisitemia atau


sianosis, dan dapat berkembang dengan serebral iskemia hingga 4% kasus.

Patofisiologi stroke iskemik termasuk trombosis dan emboli. faktor risiko stroke

pediatrik bermacam-macam dan berbeda dari stroke orang dewasa.

Sebagian besar Arterial Ischemic Stroke (AIS) di anak-anak memiliki

penyakit yang mendasari seperti sel sakit dan jantung bawaan atau didapat Di

antara penyakit bawaan, yang sianogenik dengan shunt kanan-ke-kiri memiliki

tingkat komplikasi tertinggi, termasuk hipoksemia, polisitemia atau sianosis, dan

dapat berkembang dengan serebral iskemia hingga 4% kasus.3,5 Stroke

kardioemboli adalah kondisi yang parah yang dapat menyebabkan kesulitan dalam

diagnostik dan pendekatan terapeutik. Klinis diagnosis ditegakkan berdasarkan

temuan a asal emboli jantung-transkardiak tanpa bukti penyebab stroke lainnya.

Jantung emboli dapat menyebabkan masif, superfisial, striatokapsular besar

tunggal atau multipel infark pada arteri serebri media. Itu fitur sugestif stroke

kardioemboli secara klinis penurunan kesadaran pada onset, regresi gejala yang

cepat, tiba-tiba onset hingga defisit maksimal <5 menit, dan penurunan visual

penelantaran, atau afasia.

Tetralogi Fallot adalah yang paling umum penyakit jantung bawaan. TF

tetap jenis yang paling umum dari lesi jantung bawaan terlihat melampaui masa

bayi dan masa kanak-kanak dengan sekitar 5% dari pasien bertahan sampai usia

40 tahun. 9 Tetralogi Fallot adalah salah satunya keluarga conotruncal lesi jantung

di mana cacat primer adalah deviasi anterior dari septum infundibular (otot

septum yang memisahkan aorta dan aliran keluar paru). Konsekuensi dari

penyimpangan ini adalah (1) obstruksi ke kanan aliran keluar ventrikel (stenosis

paru), (2) defek septum ventrikel (VSD), (3) dextroposition dari aorta dengan

override of septum ventrikel, dan (4) kanan hipertrofi ventrikel. Emboli paradoks
adalah mekanisme stroke unik untuk penyakit jantung bawaan. Arah dan volume

darah yang dialirkan dalam berbagai kondisi memiliki peran sentral dalam

menentukan risiko stroke. Sebagai emboli paradoks membutuhkan abnormal

komunikasi antara vena dan kompartemen arteri, menurut definisi semua pasien

yang diduga mengalami stroke mekanisme ini harus memiliki semacam kelainan

jantung bawaan. Emboli paradoks adalah jenis stroke atau trombosis arteri yang

disebabkan oleh trombus berasal dari vena melalui defek pada jantung yang

menciptakan potensi kanan-ke-kiri shunting darah. Seorang pasien dengan

tetralogi dari fallot, sianosis yang disebabkan oleh kanan-ke-kiri shunting.

Pada sistem peredaran darah normal, tempat tidur kapiler paru bertindak

sebagai filter, mencegah bahan emboli dibawa oleh darah vena dari mencapai

sistemik sirkulasi. Kejadian emboli sistemik, termasuk stroke, yang merupakan

akibat dari emboli yang berasal dari vena kompartemen melewati filter kapiler

paru, didefinisikan sebagai paradoks emboli. Sianosis merupakan gambaran klinis

adanya kandungan oksigen yang rendah dalam darah arteri sistemik, akibat

volume vena yang besar darah (biasanya 1–2 L/menit) yang dialirkan langsung ke

sirkulasi sistemik, dengan potensi membawa gumpalan atau lainnya seperti bahan

emboli menyebabkan stroke atau abses otak. Tetralogi of Fallot dan Sindrom

Eisenmenger adalah contoh penyakit jantung sianotik yang diketahui. Dalam

kasus bekuan yang terinfeksi, abses otak terjadi kemudian. Seperti pasien juga

berisiko kejadian iatrogenik, disebabkan oleh pengenalan yang tidak disengaja

sejumlah kecil udara ke dalam jalur intravena, dan tindakan pencegahan khusus

diperlukan untuk mencegah komplikasi ini.


3.3.1 Emboli paradoksal

Dalam keadaan normal, kapiler paru bertindak sebagai filter, mencegah

bahan emboli vena mencapai sirkulasi arteri. Namun, shunt kanan ke kiri

memungkinkan terjadinya emboli untuk menyeberang ke sirkulasi arteri tanpa

melintasi paru-paru. Fenomena ini, yang disebut emboli paradoks, adalah satu

mekanisme yang paling umum dari stroke pada pasien dengan PJK. Shunt kanan

ke kiri dapat dideteksi dengan uji gelembung. Gelembung yang memasuki

sirkulasi paru biasanya akan disaring oleh paru-paru tetapi dengan shunt dapat

menyeberang ke jantung kiri dan sirkulasi arteri di mana mereka dapat dideteksi

dengan ekokardiografi atau Doppler transkranial. Jika tidak ada gelembung yang

terdeteksi, adanya batuk atau ketegangan pasien meningkatkan tekanan intratoraks

dan dapat memicu shunting kanan-ke-kiri. Ekokardiografi transesofagus lebih

unggul daripada ekokardiografi transthoraks untuk mengidentifikasi kedua bahan

emboli dalam atrium kiri dan potensi shunt.

Pengobatan emboli paradoks harus mempertimbangkan keduanya

pencegahan gumpalan dan koreksi shunt. Antikoagulan diindikasikan jika pasien

mengalami trombosis vena dalam, paru emboli, atau fibrilasi atrium.Pasien tanpa

indikasi yang jelas untuk antikoagulan harus diobati dengan antiplatelet.

Kebanyakan cacat atrioventrikular kecil dan tidak meningkatkan tekanan arteri

pulmonal. Dalam kasus ini, penyakit pembuluh darah paru tidak mungkin

berkembang dan pasien tidak memerlukan penutupan bedah. Sebaliknya, cacat

besar dapat mengakibatkan kegagalan ventrikel kiri dan hipertensi pulmonal, yang

menyebabkan kegagalan ventrikel kanan pada masa dewasa. Penutupan bedah

kemudian direkomendasikan. Dari catatan, paradoks emboli tidak sepenuhnya

dihilangkan dengan perbaikan bedah terapi tambahan adalah sering diindikasikan.


3.3.2. Hiperviskositas

PJK sianotik dikaitkan dengan polisitemia dan erythocytosis kompensasi

dengan hematokrit di kali lebih dari 70%. Hal ini dapat menyebabkan

hiperviskositas mengurangi pengiriman oksigen dan meningkatkan kejadian

trombotik. Kebanyakan trombosis cenderung terjadi pada sistem vena. Meskipun

proses mengeluarkan darah adalah secara rutin digunakan untuk mencegah

hiperviskositas untuk penyakit lain dengan eritrositosis, pada PJK dapat

menyebabkan defisiensi besi dengan eritrosit mikrositik dan sferositosis sekunder,

yang memperburuk viskositas dan risiko stroke. Hidroksiurea telah dicoba sebagai

alternatif proses mengeluarkan darah, tapi ternyata tidak rutin digunakan.

Endokarditis Infektif PJK juga meningkatkan risiko endokarditis infektif dan

stroke yang diakibatkannya. Anatomi jantung yang berubah dapat menjadi

predisposisi untuk pembentukan vegetasi menular. Selain itu, infeksi dapat

dimasukkan ke dalam sirkulasi arteri melalui shunt jika darah melewati paru-paru.

Pedoman Asosiasi Jantung Amerika merekomendasikan pertimbangan profilaksis

antibiotik pada pasien berisiko tinggi dengan PJK termasuk PJK sianotik yang

tidak diperbaiki, cacat yang diperbaiki dengan bahan / perangkat prostetik selama

6 bulan setelah prosedur, dan PJK diperbaiki dengan sisa cacat di atau berdekatan

dengan tambalan prostetik atau perangkat yang dapat menghambat endotelisasi.

3.3.3. Dilatasi RuangJantung

Pasien dengan PJK dapat mengalami pelebaran bilik jantung karena pola

aliran yang abnormal. Ini memungkinkan stasis dan pembentukan trombus di

dalam bilik atau dapat mendistorsi sistem dan predisposisi untuk aritmia termasuk
fibrilasi atrium. Pencegahan stroke dalam kasus ini bergantung pada antikoagulan

untuk mencegah pembentukan trombus.

3.3.4. Koreksi Bedah/Perangkat Implan

Koreksi bedah PJK mungkin merupakan pedang bermata dua sehubungan

dengan pencegahan stroke iskemik. Meskipun prosedur bedah dapat berfungsi

untuk meminimalkan shunt mencegah paradoks embolisasi dan hiperviskositas,

mereka juga dapat mengekspos dan memasukkan permukaan trombogenik ke

dalam jantung. Misalnya, katup prostetik telah dikaitkan dengan insiden yang

lebih tinggi peristiwa trombotik bila dibandingkan dengan katup asli. Di dalam

Selain itu, jaringan parut di atrium dapat menyebabkan perkembangan aritmia.

Singkatnya, meskipun PJK adalah penyebab yang tidak umum stroke iskemik,

pasien yang memiliki PJK berada pada risiko yang lebih tinggi. Pertimbangan

kedua faktor risiko stroke tradisional seperti dislipidemia, hipertensi, dan diabetes

melitus serta karakteristik individu PJK mereka harus dipertimbangkan ketika

mengembangkan rencana pengobatan.

3.4 Pendekatan Diaganosis

3.4.1 Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Gejala klinik pada anak yang mengalami stroke memerlukan anamnesa yang

sangat teliti dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan neurologi termasuk riwayat

perinatal dan adanya gangguan tumbuh kembang. Seorang klinisi harus

mempunyai kemampuan untuk selalu memikirkan kemungkinan terjadinyan

stroke pada anak setiap kali muncul gejala atau gangguan pada pasien perinatal

atau pasien anak. Stroke harus selalu dipikirkan sebagai diagnosa dari suatu gejala

klinis pada setiap umur tidak hanya pada umur dewasa atau usia lanjut. Anamnesa
yang cermat dilengkapi dengan pemeriksaan yang teliti pada kulit,mata dan sistem

organ. Sakit kepala yang kronik, gangguan kognitif atau gangguan psikiatrik harus

dipikirkan kemungkinan suatu arteriopathy.

Pada Perioda Perinatal

 Gejala stroke akut

1. Kejang

2. Apneu

3. Encepalopathy

4. Sulit makan

5. Thrombositopenia

6. Anemia

7. Gejala fokal neurologi (hemiparese, monoparese)

8. Lesi pada kulit

9. Riwayat thrombosis placenta

10. Murmur, nafas cepat atau adanya bruit

 Gejala Stroke yang sudah lewat fase akut

1. Cerebral palsy

2. Epilepsi

3. Disfungsi kognitif

4. Gangguan pada gerakan tangan

5. Ukuran lingkar kepala yang abnormal

6. Keterlambatan tumbuh kembang

7. Hemiparese

8. Gangguan berbahasa

9. Gangguan tingkah laku


 Pada periode anak dan dewasa muda

1. Gejala stroke akut

2. Gagal nafas

3. Kejang

4. Gangguan neurologi fokal

5. Kecurigaan gangguan jantung seperti adanya murmur

6. Lesi pada kulit yang menunjukkan adanya kemungkinan infeksi atau

penyakit emboli.

 Gejala stroke yang lewat fase akut

1. Cerebral palsy

2. Epilepsy

3. Disfungsi kognitif

4. Gangguan tumbuh kembang

5. Hemiparese

6. Gangguan tingkah laku

3.4.2 Imaging

3.4.2.1 TTE

Ekokardiografi transthoracic (TTE) memiliki telah bervariasi berguna

dalam mendeteksi sumber emboli pada pasien stroke. Pada pasien dengan

penyakit jantung yang tampak secara klinis, hasil untuk Sumber Emboli Jantung

(CSEs) dari ekokardiografi transthoracic konvensional (TTE) dengan injeksi

agitated-saline mungkin melebihi 25%, tetapi turun di bawah 10% sebaliknya.

Sebaliknya, resolusi gambar yang superior dari ekokardiografi transesofageal

(TEE) memungkinkan identifikasi kemungkinan CSE di lebih dari 50% pasien


tanpa klinis penyakit jantung terbuka atau tidak dapat dijelaskan peristiwa

serebrovaskular.

3.5 Terapi

Manajemen akut stroke pediatrik umumnya mengikuti pedoman untuk

penatalaksanaan anak sakit. Tidak ada pedoman khusus yang saat ini berlaku

untuk pengobatan stroke pada anak-anak, meskipun elemen sentral termasuk

pengobatan dukungan, pemantauan, dan antikoagulan sebagai sekunder

pencegahan pada kasus tertentu. Penggunaan antikoagulan yang aman tergantung

pada kerjasama pasien dan a sistem pemantauan yang dapat mencapai INR target

secara teratur.

Ada kurangnya penelitian tentang penggunaan antikoagulan pada anak.

Meskipun demikian, gunakan heparin atau heparin dengan berat molekul rendah

dapat dipertimbangkan pada anak-anak dengan emboli jantung, diseksi arteri,

gangguan koagulasi, dan stroke berulang. Pengobatan antikoagulan dapat

diindikasikan pada seorang anak dengan kemunduran progresif, atau selama

evaluasi awal infark otak baru. Aspirin dosis rendah (3-5 mg/kg) adalah

dianjurkan jika antikoagulan tidak diberikan.

3.6 Prognosis

Prognosis tergantung pada luasnya kerusakan otak dan penyakit yang

mendasarinya tetapi tingkat kekambuhan tinggi dalam banyak kasus. Tidak

mengetahui tingkat kekambuhan membuatnya sulit jika bukan tidak mungkin

untuk menganalisis efek dari setiap metode perawatan yang disediakan untuk

pencegahan sekunder. Adanya Tetralogi Fallot di pasien ini memiliki risiko tinggi

untuk kambuh stroke.


BAB 4

PEMBAHASAN

Tinjauan Pustaka Kasus


Stroke pada anak semakin lama pasien anak-anak datang dengan
semakin meningkat. Angka kejadian kejang, penurunan kesadaran,
stroke pada anak, remaja dan dewasa pada pemfis didapatakan hemiparese
muda 15% dari seluruh kejadian stroke sisnistra dan spastik
iskemik. Beberapa penulis membagi kecurigaan pada lesi intracranial
stroke pada anak menjadi 3 bagian dengan gambaran CT scan stroke infark
yaitu stroke pada neonatal dan perinatal luas
(lahir-29 hari), usia anak (1 bulan
sampai 18 tahun) dan dewasa muda
pada umur (18 tahun-50 tahun)'. Pada
beberapa studi dilaporkan Perinatal
Arterial Ischemic Stroke terjadi pada 1
dari 2300 kelahiran cukup bulan,
sedangkan stroke pada masa anak anak
dilaporkan terjadi pada 2 diantara
100.000 anak
Manajemen akut stroke Pasien dengan kecurigaan TOF dd PA-
VSD
pediatrik umumnya mengikuti pedoman
Gambara Thorax Cardiomegali—
untuk penatalaksanaan anak sakit.
Sepatu Boot
Tidak ada pedoman khusus yang saat

ini berlaku untuk pengobatan stroke

pada anak-anak, meskipun elemen

sentral termasuk pengobatan dukungan,

pemantauan, dan antikoagulan sebagai

sekunder pencegahan pada kasus


tertentu. Penggunaan antikoagulan yang

aman tergantung pada kerjasama pasien

dan a sistem pemantauan yang dapat

mencapai INR target secara teratur.

Tindakan operasi melihat klinis

pasien.

Prognosis tergantung pada Prognosis ad malam

luasnya kerusakan otak dan penyakit

yang mendasarinya tetapi tingkat

kekambuhan tinggi dalam banyak

kasus. Tidak mengetahui tingkat

kekambuhan membuatnya sulit jika

bukan tidak mungkin untuk

menganalisis efek dari setiap metode

perawatan yang disediakan untuk

pencegahan sekunder. Adanya

Tetralogi Fallot di pasien ini memiliki

risiko tinggi untuk kambuh stroke.


BAB 5

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus stroke infark luas ada seoranga anak usia 3 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Penanganan bedah telah dilakukan untuk pasien yaitu craniectomy dan
terapi simtomatik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Dokter Saraf Indonesia. Buku ajar
neurologi Anak. Gedung Perpustakaan Unpad Jatinagor. 2019
2. Attar, H., Sachdeva, A.,Sundaranjan, S., Cardioembolic Stroke In Adults
With a History Of Congenital Heart Disease. American Heart
Asscosiation.2016
3. Pitra, H., Susanti, E. Iscemic Stroke In Inant With Tetralogy Of Fallot.
Health And Medical journal. 2019
4. . Roach ES, Golomb MR, Adams R, Biller J, Daniels S, deVeber G, et al.
Management of Stroke in Infants and Children: A Scientific Statement
From A Special Writing Group of The American Heart Association Stroke
Council and The Council on Cardiovascular Disease in the Young. Stroke.
2019;39:2264-2691
5. Rafay MF. Ischemic Stroke in Children Overview Including an Asian
Perspective. J Pak Med Assoc Vol.58, No.7, July 2020.
6. Filho EM, de Carvalho WB. Stroke in Children. J Pediatr (Rio J). 2020;
85(6):469-479
7. Ranzan J, Rotta NT. Ischemic Stroke in Children; A Study of The
Associated Alterations. Arq Neuropsiquiatr 2020;62(3-A):618-625
8. Kirkham F, Sebire G, Steinlin M, Strater R. Arterial Ischemic Stroke in
Children. Review of the Literature and Strategies for Future Stroke
Studies. Thromb Haemost 2019;92:697-706
9. Mackay MT. Stroke in Children. Australian Family Physician 2020;36:11
Krishna CS, Reddy GK, Debta M, Panigrahi NK. Tetralogy of Fallot with
Rheumatic Mitral Stenosis: A case report.
DOKUMENTASI (Rabu, 10 Mei 2023)
Tindakan craniectomy dekompresi + indirect bypass a/i SNH Emboli
DOKUMENTASI (Sabtu, 27 Mei 2023)
Tindakan craniotomy eksplorasi + cranioplasty a/i Leakage + defek tulang

Anda mungkin juga menyukai