Disusun oleh:
Dian Novita Rahmah, S.Ked
2208022002
Pembimbing:
dr. Elric Brahm Malelak, Sp. BS., M.KM
NIM : 2208022002
Long Case ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
yang diperlukan untuk mengikuti ujian akhir di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana RSUD W.Z. Johannes Kupang.
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di :
Kupang
PENDAHULUAN
Stroke pada anak semakin lama semakin meningkat. Angka kejadian stroke pada
anak, remaja dan dewasa muda 15% dari seluruh kejadian stroke iskemik. Gambaran
klinik, penyebab stroke dan penanganan stroke pada anak sangat berbeda Beberapa penulis
membagi stroke pada anak menjadi 3 bagian yaitu stroke pada neonatal dan perinatal
(lahir-29 hari), usia anak (1 bulan sampai 18 tahun) dan dewasa muda pada umur (18
tahun-50 tahun)'. Pada beberapa studi dilaporkan Perinatal Arterial Ischemic Stroke terjadi
pada 1 dari 2300 kelahiran cukup bulan, sedangkan stroke pada masa anak anak dilaporkan
Beberapa pendapat lama mengatakan bahwa stroke pada anak relatif mudah sembuh
karena adanya neuroplastisitas pada otak, tetapi kenyataan saat ini menunjukkan hanya
31% anak yang berhasil sembuh dari stroke. Didapatkan data anak yang mengalami stroke
17% diantaranya mempunyai gejala gangguan kognitif serta psikiatri yang menetap.
Saat ini walaupun metoda pengobatan sudah sangat maju, tetapi stroke pada anak
LAPORAN KASUS
Awalnya menurut ibu kandung, pada tanggal 3 april 2023 jam 15:00 wita pasien
kejang dengan kedua tangan dan kaki kaku dan posisi lurus serta mata mendelik
ke atas, kejang berlangsung selama kurang lebih 5 menit dan selalu berulang
kejang nya sampai di jam 18.00 wita. Kejang terjadi secara tiba-tiba tanpa demam,
jatuh atau perilaku aneh lainnya disangkal. Setelah kejang mulut pasien mencong
ke arah kanan dan menghilang saat hari jumat 5 mei 2023 saat pasien kontrol ke
praktek dokter sore hari. Saat kontrol di praktek dokter pasien diberi obat tetapi
ibunya tidak memberikan obat tersebut. Karena kondisi pasien yang masih kejang,
semakin melemas disertai muntah dan tidak mau makan akhirnya keluarga
membawa pasien ke IGD RS Leona pada hari sabtu, 6 mei 2023 jam 15.00 wita
pasien dirawat di leona selama 2 minggu dan dirawat di ICU, di leona dirawat
dengan acute infatile hemiplegi, TOF, gizi buruk dan bronchopneumonia. Pada
saat dirawat di leona pasien membaik tetapi saat hari pasien dipulangkan pasien
melahirkan pasien tidak pernah dibawa kontrol oleh kedua orang tua. Pasien
terkadang merasa sesak napas dan sering ngos-ngosan dan muncul kebiruan pada
Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke salah satu Rumah Sakit Swasta di kupang. Pasien
sempat dirawat di Rumah Sakit Swasta selama 2 minggu. Orangtua tidak ingat
pengobatan apa saja yang telah didapatkan.
Riwayat Alergi
Selama hamil pasien tidak rutin ANC, tidak rutin minum tablet tambah darah karena selalu
mual muntah dan pernah dirawat di rumah sakit saat usia kehamilan 7 bulan karena
kekurangan darah dan dilakukan transfusi darah. Selama hamil pasien sering memasak
menggunakan kayu api dan sering terpapar asap rokok dari suaminya. Pasien lahir cukup
bulan secara perandominal (SC) dan dirawat di NICU selama 2 minggu karena berat badan
bayi rendah (BBL : 2300 gram PBL : 44cm) dan penyakit jantungnya. Enam anak lainnya
Riwayat Nutrisi
Sejak lahir, pasien diberi ASI ekslusif sampai dengan usia 1 tahun, MPASI
dengan bubur sun. Selama 1 tahun ini pasien hanya makan nasi/bubur dengan
daun kelor, jika makan ikan/daging pasien hanya menghisapnya saja kemudian
ampasnya dilepeh.
Riwayat Imunisasi
d. DPT-HB-Hib pada usia 2, 3 dan 4 bulan dan booster pada usia 18 bulan.
Pasien sampai usia 2 tahun belum bisa berjalan, bisa merangkak (+) hanya bisa
berbicara dalam bentuk kata, belum bisa berdiri sendiri. Tumbuh kembang pasien
tidak sesuai dengan saudara kandungnya dan anak seusianya
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. GCS : E4M3V4
2. Tanda Tanda Vital :
Nadi : 116x/menit
Suhu : 36,58ºC
Pernapasan : 30x/menit
SpO2 : 98%
3. Status Generalis :
Kulit : Tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik
Kepala : Normochephal, lingkar kepala 39 cm
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-/-)
Telinga : Deformitas (-), menggunakan alat bantu dengar (-)
Mulut : mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran KGB (-)
Cor
• Inspeksi : Jejas (-), iktus cordis tampak
• Palpasi : iktus kordis teraba
• Perkusi : tidak dievaluasi
• Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (+), terdengar di ics
3-4 parasternal sinistra menjalar ke ics4/5 midclavicularis
sinistra, gallop (-).
Pulmo
- Inspeksi : Dinding toraks simetris, retraksi otot-otot pernapasan (-
)
- Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar
- Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
- Palpasi : Supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba
- Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), clubbing
fingers (+), sianosis (+).
6. Trofik :
Ekstremitas atas : normotrofik/normotrofik
Ekstremitas bawah : normotrofik/normotrofik
7. Refleks Fisiologis :
a. Ekstremitas Atas : +2/+2
b. Ekstremitas Bawah : +2/+2
8. Refleks Patologis:
Hoffman -/-
Tromner -/-
Babinski -/-
Chaddok -/-
Oppenheim -/-
Rosolimo -/-
Mendelbecktrew -/-
2. CT Kepala (23/05/2023)
3. Ro Thorax (16/04/2023)
Kesan :
Cor : Membesar
Pulmo : Normal
Kesimpulan : Cardiomegali
4. Echocardiography (04/05/2023)
Kesan : TOF dd PA-VSD (curiga TOF)
5. Labpratorium (04/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 15.3 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 8.73 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 56.1 % 35.0 – 43.0
MCV 64.3 fL 73.0-101.0
MCHC 27.3 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 19.04 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 292.00 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 190.00 mg/dL 70.00-150.00
Kreatinin darah 0.79 mg/dL 0.00-1.40
Urea N 23.00 mg/dL 6.00-20.00
Natrium 136 mmol/L 132-147
Kalium 4.64 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 102 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.35 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca 2.79 mmol/L 2.20-2.70
6. Laboratorium (08/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
PT 10.60 detik 10.80-14.40
INR 1.02
APTT 22.20 detik 26.40-37.60
7. Laboratorium (11/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 13.5 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 7.40 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 48.0 % 35.0 – 43.0
MCV 64.9 fL 73.0-101.0
MCHC 28.1 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 24.33 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 376.00 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 150.00 mg/dL 70.00-150.00
Natrium 135 mmol/L 132-147
Kalium 2.89 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 107 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.13 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca - mmol/L 2.20-2.70
8. Laboratorium (12/05/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 14.7 g/dL 11.8-15.0
Jumlah Eritrosit 7.59 10^6/uL 3.60 - 5.20
Hematokrit 48.0 % 35.0 – 43.0
MCV 63.2 fL 73.0-101.0
MCHC 30.6 g/L 26.0-34.0
Jumlah Lekosit 20.52 10^3/ul 5.00 – 14.50
Jumlah Trombosit 295.00 10^3/ul 217.00–
497.00
Glukosa Sewaktu 90.00 mg/dL 70.00-150.00
Natrium 133 mmol/L 132-147
Kalium 4.02 mmol/L 3.50-4.50
Clorida 106 mmol/L 96-111
Ca Ion 1.10 mmol/L 1.12-1.32
Total Ca - mmol/L 2.20-2.70
9. Laboratorium (18/05/2023)
2.5 Asessment
2.6 Follow up
Sp. An
- Venti : CPAP, RIV 4, PEEP 4
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Cek GDS
- Stop ventanyl
- PCT 4x100 mg/24 jam
Tanggal : Selasa, 30 Mei 2023
Subjektif :-
GCS : DPO
TTV :
- S: 37.9 C
- N: 82 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 92% on ventilator
Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD III a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H3
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post cranioplasty
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi
Sp. An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Cek GDS
- PCT 4x100 mg/24 jam
- Ekstubasi
Tanggal : Rabu, 31 Mei 2023
Subjektif : belum BAB 2 hari, hiatus (+), demam (-).
GCS :
TTV :
- S: 40 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD IV a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H4
- TOF
- Gizi buruk
A/Sp.An
- Post cranioplasty
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka setiap hari
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
- Aff drain besok pagi
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi
Sp. An
- Venti : CPAP, RIV 4, PEEP 4
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Cek GDS
- Stop ventanyl
- PCT 4x100 mg/24 jam
Tanggal : Kamis, 01 Juni 2023
Subjektif :-
GCS : E3M5V2
TTV :
- S: 36,9 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 95% NK 2 lpm
Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD V a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H5
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka setiap hari
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.A
- Bedah saraf BLPL
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem 250 mg/8jam
- Inj. Amikasin hari ke 2 120 mg/24 jam
- Inj. Paracetamol 100 mg/6 jam
- Propranolol 3x3mg po
- MLP susu 5x50cc/NGT
- Terapi lain lanjut
Program :
Cek DL, elektrolit, Ca ulang post koreksi
Tanggal : Jumat, 2 Juni 2023
Subjektif :
GCS : E3M5V2
TTV :
- S: 36.7 C
- N: 78 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Spo2: 95% room air
Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD VII a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H6
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- Obs GCS TNRS
- Head Up 30 derajat
- Rawat luka setiap hari
- O2 + IVFD sesuai Ts. Sp.An
- Terapi lain sesuai Ts. Sp.An
- Aff drain besok pagi
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem Stop
- Inj. Amikasin stop
- Propadol 3x3 mg
Tanggal : Sabtu 3 Juni 2023
Subjektif :-
GCS : E3M5V2
TTV :
- S: 36.6 C
- N: 78 x/menit
- RR: 23 x/menit
- Spo2: 95% room air
Assessment
A/Sp.BS
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty POD VII a/I LCS
Leakage + defek tulang
A/Sp.A
- Post craniotomy eksplorasi + cranioplasty H7
- TOF
- Gizi buruk
Sp. BS
- ACC BLPL
- Terapi lain sesuai TS anak
- Rawat luka sebelum pulang
- Kontrol poli jumat 07.30
Sp.A
- Inf D5% ½ NS 10 ml/jam
- Inj. Meropenem Stop
- Inj. Amikasin stop
- Propadol 3x3 mg
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan,di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater kranialis
terlihat gyrus, sulkus,dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura korteks serebri
membagi hemisfer serebrimenjadi daerah lebih kecil yang disebut lobus.
Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan.
Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang
menonjoldisebutgyrudan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut su
lkus.
Keempat lobs tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal,
lobus oksipital dan lobus temporal.
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum.
Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian
belakang oleh garisyang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung
posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima
impuls dari serabut saraf sensorikthalamus yang berkaitan dengan segala
bentuk sensasi dan mengenali segala jenisrangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan
dariserebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral
dariRolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol
gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan
area prefrontal (areaasosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual.
c.Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas
sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasidan bahasa dalam bentuk suara.
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal.
Lobus
ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampumelakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.
3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasardan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk
mengontroltekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta
pola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala
yang sering timbul berupa muntah, kelemahan otot wajah baik satu
maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika
bangun
mengurangi aliran melalui sirkulasi paru dengan shunting darah dari kanan ke kiri
anomali total, hipoplastik sindrom jantung kiri, transposisi arteri besar, truncus
Sebagian besar anomali ini memiliki fisiologi yang sama, dengan stenosis
paling umum dan keduanya berhubungan dengan stroke. PJK asianotik memiliki
aliran normal melalui sirkulasi paru dan oksigenasi normal. Bentuk yang paling
umum adalah defek septum ventrikel diikuti oleh cacat septum atrium . Tujuh
membranosa dan 20% di septum otot. Sekitar 40% defek septum menutup secara
spontan pada usia 2 tahun dan 90% pada usia 10 tahun tahun. Cacat kecil
cenderung tidak bergejala secara klinis tetapi defek yang besar dapat
memiliki penyakit yang mendasari seperti sel sakit dan jantung bawaan atau
Patofisiologi stroke iskemik termasuk trombosis dan emboli. faktor risiko stroke
penyakit yang mendasari seperti sel sakit dan jantung bawaan atau didapat Di
kardioemboli adalah kondisi yang parah yang dapat menyebabkan kesulitan dalam
tunggal atau multipel infark pada arteri serebri media. Itu fitur sugestif stroke
kardioemboli secara klinis penurunan kesadaran pada onset, regresi gejala yang
cepat, tiba-tiba onset hingga defisit maksimal <5 menit, dan penurunan visual
tetap jenis yang paling umum dari lesi jantung bawaan terlihat melampaui masa
bayi dan masa kanak-kanak dengan sekitar 5% dari pasien bertahan sampai usia
40 tahun. 9 Tetralogi Fallot adalah salah satunya keluarga conotruncal lesi jantung
di mana cacat primer adalah deviasi anterior dari septum infundibular (otot
septum yang memisahkan aorta dan aliran keluar paru). Konsekuensi dari
penyimpangan ini adalah (1) obstruksi ke kanan aliran keluar ventrikel (stenosis
paru), (2) defek septum ventrikel (VSD), (3) dextroposition dari aorta dengan
override of septum ventrikel, dan (4) kanan hipertrofi ventrikel. Emboli paradoks
adalah mekanisme stroke unik untuk penyakit jantung bawaan. Arah dan volume
darah yang dialirkan dalam berbagai kondisi memiliki peran sentral dalam
komunikasi antara vena dan kompartemen arteri, menurut definisi semua pasien
yang diduga mengalami stroke mekanisme ini harus memiliki semacam kelainan
jantung bawaan. Emboli paradoks adalah jenis stroke atau trombosis arteri yang
disebabkan oleh trombus berasal dari vena melalui defek pada jantung yang
Pada sistem peredaran darah normal, tempat tidur kapiler paru bertindak
sebagai filter, mencegah bahan emboli dibawa oleh darah vena dari mencapai
akibat dari emboli yang berasal dari vena kompartemen melewati filter kapiler
adanya kandungan oksigen yang rendah dalam darah arteri sistemik, akibat
volume vena yang besar darah (biasanya 1–2 L/menit) yang dialirkan langsung ke
sirkulasi sistemik, dengan potensi membawa gumpalan atau lainnya seperti bahan
emboli menyebabkan stroke atau abses otak. Tetralogi of Fallot dan Sindrom
kasus bekuan yang terinfeksi, abses otak terjadi kemudian. Seperti pasien juga
sejumlah kecil udara ke dalam jalur intravena, dan tindakan pencegahan khusus
bahan emboli vena mencapai sirkulasi arteri. Namun, shunt kanan ke kiri
melintasi paru-paru. Fenomena ini, yang disebut emboli paradoks, adalah satu
mekanisme yang paling umum dari stroke pada pasien dengan PJK. Shunt kanan
sirkulasi paru biasanya akan disaring oleh paru-paru tetapi dengan shunt dapat
menyeberang ke jantung kiri dan sirkulasi arteri di mana mereka dapat dideteksi
dengan ekokardiografi atau Doppler transkranial. Jika tidak ada gelembung yang
mengalami trombosis vena dalam, paru emboli, atau fibrilasi atrium.Pasien tanpa
pulmonal. Dalam kasus ini, penyakit pembuluh darah paru tidak mungkin
besar dapat mengakibatkan kegagalan ventrikel kiri dan hipertensi pulmonal, yang
dengan hematokrit di kali lebih dari 70%. Hal ini dapat menyebabkan
yang memperburuk viskositas dan risiko stroke. Hidroksiurea telah dicoba sebagai
dimasukkan ke dalam sirkulasi arteri melalui shunt jika darah melewati paru-paru.
antibiotik pada pasien berisiko tinggi dengan PJK termasuk PJK sianotik yang
tidak diperbaiki, cacat yang diperbaiki dengan bahan / perangkat prostetik selama
6 bulan setelah prosedur, dan PJK diperbaiki dengan sisa cacat di atau berdekatan
Pasien dengan PJK dapat mengalami pelebaran bilik jantung karena pola
dalam bilik atau dapat mendistorsi sistem dan predisposisi untuk aritmia termasuk
fibrilasi atrium. Pencegahan stroke dalam kasus ini bergantung pada antikoagulan
dalam jantung. Misalnya, katup prostetik telah dikaitkan dengan insiden yang
lebih tinggi peristiwa trombotik bila dibandingkan dengan katup asli. Di dalam
Singkatnya, meskipun PJK adalah penyebab yang tidak umum stroke iskemik,
pasien yang memiliki PJK berada pada risiko yang lebih tinggi. Pertimbangan
kedua faktor risiko stroke tradisional seperti dislipidemia, hipertensi, dan diabetes
Gejala klinik pada anak yang mengalami stroke memerlukan anamnesa yang
sangat teliti dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan neurologi termasuk riwayat
stroke pada anak setiap kali muncul gejala atau gangguan pada pasien perinatal
atau pasien anak. Stroke harus selalu dipikirkan sebagai diagnosa dari suatu gejala
klinis pada setiap umur tidak hanya pada umur dewasa atau usia lanjut. Anamnesa
yang cermat dilengkapi dengan pemeriksaan yang teliti pada kulit,mata dan sistem
organ. Sakit kepala yang kronik, gangguan kognitif atau gangguan psikiatrik harus
1. Kejang
2. Apneu
3. Encepalopathy
4. Sulit makan
5. Thrombositopenia
6. Anemia
1. Cerebral palsy
2. Epilepsi
3. Disfungsi kognitif
7. Hemiparese
8. Gangguan berbahasa
2. Gagal nafas
3. Kejang
penyakit emboli.
1. Cerebral palsy
2. Epilepsy
3. Disfungsi kognitif
5. Hemiparese
3.4.2 Imaging
3.4.2.1 TTE
dalam mendeteksi sumber emboli pada pasien stroke. Pada pasien dengan
penyakit jantung yang tampak secara klinis, hasil untuk Sumber Emboli Jantung
serebrovaskular.
3.5 Terapi
penatalaksanaan anak sakit. Tidak ada pedoman khusus yang saat ini berlaku
pada kerjasama pasien dan a sistem pemantauan yang dapat mencapai INR target
secara teratur.
Meskipun demikian, gunakan heparin atau heparin dengan berat molekul rendah
evaluasi awal infark otak baru. Aspirin dosis rendah (3-5 mg/kg) adalah
3.6 Prognosis
untuk menganalisis efek dari setiap metode perawatan yang disediakan untuk
pencegahan sekunder. Adanya Tetralogi Fallot di pasien ini memiliki risiko tinggi
PEMBAHASAN
pasien.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus stroke infark luas ada seoranga anak usia 3 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Penanganan bedah telah dilakukan untuk pasien yaitu craniectomy dan
terapi simtomatik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Dokter Saraf Indonesia. Buku ajar
neurologi Anak. Gedung Perpustakaan Unpad Jatinagor. 2019
2. Attar, H., Sachdeva, A.,Sundaranjan, S., Cardioembolic Stroke In Adults
With a History Of Congenital Heart Disease. American Heart
Asscosiation.2016
3. Pitra, H., Susanti, E. Iscemic Stroke In Inant With Tetralogy Of Fallot.
Health And Medical journal. 2019
4. . Roach ES, Golomb MR, Adams R, Biller J, Daniels S, deVeber G, et al.
Management of Stroke in Infants and Children: A Scientific Statement
From A Special Writing Group of The American Heart Association Stroke
Council and The Council on Cardiovascular Disease in the Young. Stroke.
2019;39:2264-2691
5. Rafay MF. Ischemic Stroke in Children Overview Including an Asian
Perspective. J Pak Med Assoc Vol.58, No.7, July 2020.
6. Filho EM, de Carvalho WB. Stroke in Children. J Pediatr (Rio J). 2020;
85(6):469-479
7. Ranzan J, Rotta NT. Ischemic Stroke in Children; A Study of The
Associated Alterations. Arq Neuropsiquiatr 2020;62(3-A):618-625
8. Kirkham F, Sebire G, Steinlin M, Strater R. Arterial Ischemic Stroke in
Children. Review of the Literature and Strategies for Future Stroke
Studies. Thromb Haemost 2019;92:697-706
9. Mackay MT. Stroke in Children. Australian Family Physician 2020;36:11
Krishna CS, Reddy GK, Debta M, Panigrahi NK. Tetralogy of Fallot with
Rheumatic Mitral Stenosis: A case report.
DOKUMENTASI (Rabu, 10 Mei 2023)
Tindakan craniectomy dekompresi + indirect bypass a/i SNH Emboli
DOKUMENTASI (Sabtu, 27 Mei 2023)
Tindakan craniotomy eksplorasi + cranioplasty a/i Leakage + defek tulang