Oleh:
Pembimbing:
SURAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RS Universitas Sebelas Maret,
dengan judul:
Oleh:
Ahmad Sedayu G992202087
2
BAB I
KASUS
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Kampung Baru, Kartasura, Sukoharjo
No. RM : 00100XXX
Pekerjaan : Buruh
Suku : Jawa
Status : Sudah menikah
Tanggal pemeriksaan : 5 Juli 2022
2. DATA DASAR
Autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan fisik dilakukan di
bangsal lt. 5 Rumah Sakit UNS tanggal 5 Juli 2022 (H-8 Fase Akut).
a. Keluhan Utama
Pasien merasa pusingm kelemahan ekstremitas kiri.
3
Riwayat darah tinggi : diakui
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku makan 3 kali sehari dengan menu bervariasi sayur, lauk, dan
buah serta minum air putih cukup. Riwayat merokok dan alcohol disangkal.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 5 Juli 2022 dengan hasil sebagai berikut:
1. Keadaan Umum
Pasien compos mentis, GCS E4V5M6.
2. Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 163/83 mmHg
b) Nadi : 83 kali/menit
c) Frekuensi nafas : 20 kali/menit
d) Suhu : 37 oC
e) SpO2 : 99%
3. Kepala :
Bentuk mesocephal, jejas (-), nyeri tekan (-).
4. Leher :
Trakea di tengah, simeteris, pembesaran kelenjar
4
Tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening leher (-), spasmeotot leher (-)
5. Mata :
Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), pupil isokor berbentuk bulat dengan
diameter (3mm/3mm), reflek cahaya(+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-), sklera
ikterik (-/-).
6. Telinga :
Sekret (-/-), darah (-/-)
7. Hidung :
sekret (-), epistaksis (-), septum deviasi (-), sumbatan (-),
8. Mulut :
mukosa kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-)
9. Thorax :
Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada, kanan dan kiri sama retraksi
intercostal (-)
10. Jantung :
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis teraba dan kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), bising (-)
11. Pulmo :
Depan
Inspeksi
1. Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak
mendatar
2. Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
1. Statis : Nyeri tekan (-), benjolan (-)
2. Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri, fremitus raba
kanan = kiri
Perkusi
Kanan / kiri : Sonor / sonor
Auskultasi
5
Kanan / kiri : Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah kasar (-/-),
ronki basah halus (-/-), wheezing (-/-)
12. Abdomen :
a. Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding thoraks
b. Auskultasi : Bising usus (+) 13x/menit, bruit hepar (-)
c. Perkusi : Timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
d. Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
13. Ekstremitas :
CRT : < 2 detik
Superior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), akral dingin(-/-), ikterik (-/-),
deformitas (-/-)
Inferior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), akral dingin(-/-), ikterik (-/-),
deformitas (-/-)
C. PEMERIKSAAN NEUROLOGI
1. Kesadaran dan Fungsi Kognitif
Kesadaran : GCS E4V5M6 (compos mentis)
Fungsi Kognitif : normal
Atensi : baik, pasien dapat memahami dan mengikuti
instruksi pemeriksa
Memori : jangka segera, pendek, dan lama baik
Visuospasial : baik
Fungsi Eksekutif : baik
Bahasa : kemampuan berbahasa baik
6
- Ukuran pupil : (3 mm/3 mm)
- Refleks cahaya : (+/+)
- Gerakan bola mata : (+/+)
d. N. V :
- Sensorik V1-V3 : dalam batas normal
- M. Masseter : dalam batas normal
- Refleks kornea : (+/+)
e. N. VII :
- Kerutan dahi : ada, simetris
- Menaikkan alis : sama tinggi
- Memejamkan mata : dalam batas normal
- Lipatan nasolabial : sisi sehat lebih dalam
- Kemampuan meringis : sisi sehat lebih lebar
f. N. VIII
- Fungsi pendengaran : dalam batas normal
- Fungsi keseimbangan : tes romberg normal, finger to nose normal
h. N. XI :
Kekuatan M. Trapezius dan M. Sternocleidomastoideus dalam batas normal
i. N. XII :
- Atrofi lidah : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Posisi lidah saat diam : simetris
- Posisi lidah saat dijulurkan : ke arah lesi
7
Kernig : (-)
Tonus otot
normal normal
normal normal
Trofi otot
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
8
Refleks Mendel Bechtrew - -
7. Pemeriksaan Sensorik
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Rasa Eksteroseptik
Sensasi nyeri superficial Normal Normal Normal Normal
Sensasi suhu Tidak dilakukan
Sensasi raba Normal Normal Normal Normal
Rasa Proprioseptik
Sensasi getar Tidak dilakukan
Sensasi tekan Normal Normal Normal Normal
Sensasi nyeri tekan Normal Normal Normal Normal
Sensasi gerak dan posisi Normal Normal Normal Normal
9
Yang dinilai Kanan Kiri
Laseque - -
Kernig - -
Patrick - -
Contra-Patrick - -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. . Hasil Laboratorium Darah (28 Juni 2022) di RS UNS
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13.8 g/dl 12.1 - 17.6
Hematokrit 37 % 35 – 45
Trombosit 268 ribu/ul 150 - 450
Leukosit 14.64 Ribu/ul 4.50 - 11.00
Eritrosit 4.58 Juta/ul 4.50 – 5.90
Indeks Eritrosit
MCV 81.2 /UM 80.0 – 96.0
MCH 30.1 pg 28.0 – 33.0
MCHC 37.1 g/dl 33.0 - 36.0
RDW-CV 12.0 % 11.6 – 14.6
NLR 13.54 -
Hitung Jenis
Limfosit 6.6 % 22.0 – 44.0
Monosit 5.3 % 0.0 – 7.0
Neutrofil 87.8 % 55.0 – 80.0
Eosinofil 0.1 % 0.0 – 4.0
Basofil 0.2 % 0.0 – 2.0
Kimia
Glukosa Strip 131 Mg/dl 70 - 140
Sewaktu
Kolestrol total 176 Mg/dl 0 – 200
HDL Kolestrol 59 Mg/dl 30 - 71
LDL 98 Mg/dl
10
Trigliseride 99 Mg/dl
E. ASSESSMENT
1. Klinis : Hemiparese sinistra
2. Topis : Capsula interna dextra
3. Etiologi : Intracerebral hemorrhage
F. TERAPI
Inf. RL 20 tpm
Amlodipin 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
Inj. CIticolin 500 mg/12 jam
Inj. Ondacentron 1 mg/8 jam k/p
G. PROGNOSIS
Tergantung pada ukuran dan volume hematom, serta lokasi terjadinya perdarahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
A. DEFINISI
Stroke merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya defisit
neurologis serebral fokal atau global yang berkembang secara cepat dan
berlangsung selama minimal 24 jam atau menyebabkan kematian yang semata-mata
disebabkan oleh kejadian vaskular, baik perdarahan spontan pada otak (stroke
hemoragik) maupun suplai darah yang inadekuat pada bagian otak (stroke iskemik)
sebagai akibat aliran darah yang rendah, trombosis atau emboli yang berkaitan
dengan penyakit pembuluh darah (arteri dan vena), jantung, dan darah (Ropper dan
Samuel, 2020).
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI
12
disfungsi autoregulatori dengan aliran otak yang berlebihan, arteriopati, aneurisma
11 intracranial (biasanya juga terjadi pada pendarahan subarachnoid), arteriovenous
malformation ( penyebab pada 60% kasus), trombosis vena sinus serebral dan
infark vena, tumor otak (<5% kasus ICH) dan tumor SSP primer, dan penyalahan
penggunaan obat (Liebeskind et al., 2016).
D. PATOFISIOLOGI
E. KLASIFIKASI
Terdapat 2 tipe stroke, yaitu stroke iskemik (clot) dan stroke hemoragik
(perdarahan), sekitar 87% stroke merupakan stroke iskemik dan 13% stroke
hemoragik. Stroke iskemik terjadi sebagai hasil dari obstruksi pada pembuluh darah
membawa darah ke otak (CDC, 2020). Pada pasien didapatkan adanya kesan
Intracerebral hemorrhage ( volume 10,3 ml) pada thalamus kanan dalam CT Scan
kepala tanpa kontras menunjukan stroke yang dialami merupakan stroke
perdarahan.
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Junaidi, 2011) tanda dan gejala klinis stroke hemoragik adalah
13
sebagai berikut :
a. Tanda dan gejala perdarahan intraserebral:
1) Sakit kepala, muntah, pusing (vertigo), gangguan kesadaran.
2) Gangguan fungsi tubuh (deficit neurologis), tergantung lokasi perdarahan.
3) Bila perdarahan ke kapsula interna (perdarahan kapsuer), maka akan
ditemukan hemiparase kontralateral, hemiplegia, koma (bila perdarahan
luas).
4) Perdarahan luas/massif ke otak kecil/serebelum maka akan ditemukan
ataksia serebelum (gangguan koordinasi), nyeri kepala di oksipital, vertigo,
nistagmus, dan disartri.
b. Tanda dan gejala Perdarahan Subarakhnoid :
1) Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher.
2) Nausea dan vomiting (mual dan muntah)
3) Fotofobia (mudah silau)
4) Paresis saraf okulomotorius, pupil anisokor, perdarahan retina pada
funduskopi.
5) Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik)
6) Kaku leher/kuduk (meningismus), bila pasien masih sadar.
7) Gangguan kesadaran berupa rasa kantuk (somnolen) sampai kesadaran
hilang.
G. DIAGNOSIS
14
Gambar 2.1 Siriraj Stroke Score
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut:
a. Angiografi Cerebral
b. Lumbal Pungsi
c. CT Scan
d. MRI
e. USG Doppler
f. EEG
H. TATALAKSANA
15
bisa diberikan untuk memelihara hemoestasis elektrolit, khususnya kalium
dan natrium.
b) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami
gangguan aliran darah ke otak. Sehingga kebutuhan oksigen sangat penting
untuk mengurangi hipoksia dan juga untuk mempertahankan metabolism
otak. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator,
merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai hasil pemeriksaan analisa
gas darah atau oksimetri
c) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema serebri, oleh
karena itu pengurangan edema penting dilakukan misalnya dengan
pemberian manitol, control atau pengendalian tekanan darah
d) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
e) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
f) Evaluasi status cairan dan elektrolit
g) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah
resiko
injuri
h) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi labung dan
pemberian makanan
i) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
j) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil,
fungsi
sensorik dan motorik, nervus cranial dan reflex
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat
b) Program manajemen bladder dan bowel
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan komunikasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang
3) Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume
16
lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan
ventrikuloperitoneal bila ada hidrosefalus obstrukis akut.
4) Terapi obat-obatan
a) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium
b) Diuretic : manitol 20%, furosemid
c) Antikolvusan : fenitoin
17
DAFTAR PUSTAKA
Becske, T., Jallo, G.I., Lutsep, H.L., Berman, S.A., Kirshner, H.S., Talavera,
F.,2016. Subarachnoid Hemorrhage. Medscape Neurology,
http://emedicine.medscape.com/article/1164341-overview - diakses pada
tanggal 4 Juli 2022.
Center for Disease Control and Prevention. Stroke. https://www.cdc.gov/stroke/ -
diakses pada tanggal 4 Juli 2022.
Junaidi, iskandar. (2011). stroke Waspadai Ancamannya. Salemba Medika.
Liebeskind, D.S., Talavera, F., Kirshner, H.S., Lutsep, H.L., Saver, J.L.,
2016.Intracranial Hemorrhage. Medscape Neurology,
http://emedicine.medscape.com/article/1163977-overview - diakses pada
tanggal 4 Juli 2022.
Ogun SA, Oluwole O, Fatade B, Ogunseyinde AO, Ojini FI, Odusote KA.
Comparison of Siriraj Stroke Score and the WHO criteria in the clinical
classification of stroke subtypes. African Journal of Medicine and
Medical Sciences. 2002 Mar;31(1):13-6.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (2016). Panduan praktik klinis
neurologi. Jakarta: PERDOSSI
Ropper AH, Samuels MA (2020). Cerebrovascular Diseases. Adam and Victor’s
Principles of Neurology 9th edition. New York: McGraw Hill; pp: 746.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
(5th ed.). Salemba Medika
Weir CJ, Muir K, Grosset DG, Lees KR, Murray GD, Adams FG. Poor accuracy of
stroke scoring systems for differential clinical diagnosis of intracranial
haemorrhage and infarction. The Lancet. 1994 Oct 8;344(8928):999-
1002.
Wijaya, A. ., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Nuha Medika.
18