Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

Ankylosing Spondilitis

Disusun oleh:
Wahyu Ardiyanti
112017129

Dokter Pembimbing:
Dr. Hadi K. Sp.KFR

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT PANTI WILASA “DR. CIPTO”
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
PERIODE 28 Mei – 30 juni 2018

1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT PANTI WILASA “DR. CIPTO”

Nama Mahasiswa :Wahyu Ardiyanti


NIM :112017129
Dokter Pembimbing :dr. Hadi K. Sp.KFR
Tanda Tangan:

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. EF
Umur : 37 tahun / 07-10-1981
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pekerja swasta
Alamat : Ronggowarsito104
No RM : 290555
Tanggal masuk RS : 11 juni 2018
Pasien Datang Ke RS tidak diantar, datang sendiri menggunakan sepeda.
II. SUBJEKTIF
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis langsung pada tanggal 11 juni 2018.
Keluhan utama
Nyeri pada punggung dan pergerakan sendi terbatas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien laki-laki berusia 37 tahun datang ke poli rehab medik RS PWDC,
datang tanpa diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada punggung dan pergerakan sendi
pada tulang belakang dan bahu saat beraktifitas. Pasien mengatakan pegal terasa sekali saat
duduk terlalu lama. Pekerjaan pasien sebagai office boy di sebuah sekolah ikut terganggu akibat
terbatasnya gerakan dari punggung, leher, dan bahu.

2
Pasien mengeluhkan nyeri yang memberat setelah melakukan aktivitas berat berkaitan
dengan pekerjaan sebagai office boy. Pasien mengatakan sering pegal dan sakit. ketika duduk
lama serta saat beraktifitas. Gerakan leher terbatas, sulit menengok ke arah samping dan
menunduk. Perpindahan posisi dari jongkok sampai berdiri harus perlahan. Menurut pasien
ketika tidur harus menggunakan bantal yang agak tinggi agar tidak pegal dan sakit pada leher.
Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada BAB dan BAK. Tidak ada gangguan penglihatan
kabur dan pandangan ganda, ataupun gangguan pendengaran. Pasien juga mengatakan tidak
mengalami muntah menyembur, ataupun penurunan kesadaran. Selain itu pasien juga tidak
mengalami demam tinggi ataupun kejang.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat kecelakaan yang membuat fraktur pada pergelangan kaki
semasa SMP (sekitar 20 tahun lalu) dan dilakukan gips pada kaki tersebut selama satu bulan.

Riwayat Pengobatan
Pasien meminum obat rutin yang biasanya diminum yaitu meloxicam dan vitamin B
kompleks.

Riwayat Sosial
Pasien berobat menggunakan BPJS pasien tinggal bersama dengan keluarganya, tidak
memiliki kebiasaan merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol.

III. OBJEKTIF
1. Status Presens
 Kesadaran : kompos mentis GCS 15 (E4 M6 V5)
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 85 kali/menit
 Pernapasan : 20 kali/menit
 Suhu : 36,8oC
 Kepala : Normocephal

3
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
 Toraks : Pergerakan simetris, kanan dan kiri
 Jantung : Bunyi I dan II reguler, murmur (-), Gallop (-)
 Paru-paru : Vesikuler, ronki -/-, Wheezing -/-
 Abdomen : Perut datar tidak teraba massa, nyeri tekan -, bising usus -
 Ekstremitas : Akral hangat dan tidak ada sianosis disemua ekstremitas

2. Status Neurologikus

A. Rangsang Meningeal:
 Kaku Kuduk : (-), sulit dinila
 Bruzinski I : (-), Tidak ada fleksi pada tungkai
 Bruzinski II : (-), Tidak ada fleksi tungkai kontralateral
 Bruzinski III : (-), Tidak ada fleksi kedua lengan
 Bruzinski IV : (-), Tidak ada fleksi kedua tungkai
 Laseque : (-), Tidak ada tahanan tidak terdapat tahanan sblm mencapai 70º
 Kerniq : (-), Tidak ada tahanan tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º

B. Saraf Kranial

 Nervus I (Olfakturius) : Tidak dilakukan

 Nervus II (Optikus)
- Tajam penglihatan : Tidak dilakukan
- Lapang pandang : Tidak dilakukan
- Funduskopi : Tidak dilakukan
- Melihat warna : Tidak dilakukan

 Nervus III (Oculomotorius)


- Pergerakan bulbus : Normal pada kedua mata
- Strabismus : Tidak ada pada kedua mata
- Nystagmus : Tidak ada pada kedua mata
- Exopthalmus : Tidak ada pada kedua mata
- Ptosis : Tidak ada pada kedua mata
- Besar pupil : 3 mm pada kedua mata

4
- Bentuk pupil : Bulat dan isokor pada kedua mata
- Refleks terhadap sinar : RCL, RCTL postif pada kedua mata
- Melihat kembar : Tidak ada

 Nervus IV (Trochlearis)
- Gerak ke adduksi – depresi : Normal pada kedua mata
- Sikap bulbus : Normal pada kedua mata

 Nervus V (Trigeminus)
- Membuka mulut : Pasien dapat membuka mulut
- Mengunyah : Pasien dapat mengunyah
- Menggigit : Pasien dapat menggigit
- Refleks kornea : Tidak dilakukan
- Sensibilitas: : Positif pada seluruh wajah

 Nervus VI (Abdusens)
- Gerak mata ke lateral : Normal pada kedua mata
- Sikap bulbus : Normal pada kedua mata
- Melihat kembar: : Tidak ada

 Nervus VII (Facialis)


- Mengkerutkan dahi : Normal pada kedua sisi
- Menyeringai : normal pada kedua sisi
- Menutup mata : Normal pada kedua sisi
- Memperlihatkan gigi : Normal pada kedua sisi
- Menggembungkan pipi : Normal pada kedua sisi
- Pengecapan : Tidak dilakukan
- Mencucu : Normal pada kedua sisi

 Nervus VIII (Vestibulotrokelaris)


- Rinne : Tidak dilakukan
- Webber : Tidak dilakukan
- Swabach : Tidak dilakukan

 Nervus IX (Glossopharyngeus)
- Pengecapan : Tidak dilakukan

5
 Nervus X (Vagus)
- Arcus Faring : Simetris
- Uvula : Letak ditengah, tidak ada deviasi
- Bicara : Bicara normal
- Menelan : Menelan baik

 Nervus XI (Accesorius)
- Mengangkat bahu : Normal pada kedua sisi
- Memalingkan kepala : Terbatas pada kedua sisi

 Nervus XII (Hipoglossus)


- Pergerakan lidah : tidak ada deviasi
- Lidah : tidak ada deviasi
- Tremor lidah : Tidak ada
- Artikulasi : baik

C. Badan dan Anggota Gerak


Motorik
 Respirasi : abdominotorakal
 Bentuk columna vertebralis : kifosis
 Pergerakan columna vertebralis : tidak dinilai

Sensibilitas kanan kiri


 Taktil + normal + menurun (C7)
 Nyeri tidak dilakukan
 Thermi tidak dilakukan
 Lokalisasi tidak dilakukan

Refleks kanan kiri


 Refleks kulit perut atas tidak dilakukan
 Refleks kulit perut tengah tidak dilakukan
 Refleks kulit perut bawah tidak dilakukan

6
Pemeriksaan gerak aktif
 Ekstensi leher : (+)
 Flexi leher : (-)
 Rotasi leher : (-) terbatas
 Flexi lateral leher : (-) terbatas
 Flexi lumbal : (-) terbatas
 Flexi lateral lumbal : (-) terbatas
 Ekstensi lumbal : (+)
 Rotasi badan : (+)

ANGGOTA GERAK ATAS


Motorik kanan kiri
 Pergerakan normal Normal
 Kekuatan 555 444
 Tonus isotonus isotonus
 Atrofi (-) (-)

Refleks fisiologis kanan kiri


 Biceps + tidak meningkat + tidak meningkat
 Triceps + tidak meningkat + tidak meningkat

Refleks patologis
 Trommer hoffman - -

Sensibilitas kanan kiri


 Taktil normal menurun
 Nyeri normal menurun
 Thermi tidak dilakukan
 Lokalisasi tidak dilakukan

ANGGOTA GERAK BAWAH


Motorik kanan kiri
 Pergerakan normal menurun
 Kekuatan 555 444
7
Refleks fisiologis
 Refleks patella + tidak meningkat + tidak meningkat
 Refleks achiles + tidak meningkat + tidak meningkat

Refleks patologis
 Babinsky - -
 Oppenheim - -
 Schaeffer - -
 Chaddok - -

Sensibilitas kanan kiri


 Taktil normal menurun (L3)
 Nyeri normal menurun
 Thermi tidak dilakukan
 Lokalisasi tidak dilakukan

a. Keseimbangan dan Koordinasi


 Tes Romberg : Tidak dilakukan
 Tes Romberg dipertajam : Tidak dilakukan
 Tandem Gait : Tidak dilakukan
 Tes jari - jari : Tidak dilakukan
 Tes jari - hidung : Tidak dilakukan
 Tes tumit lutut : Tidak dilakukan
 Disdiadokokinesia : Tidak dilakukan
b. Tes Provokasi
 Patrick : (-)
 Kontrapatrick : (+) pada kedua sisi
 Lhermitte : tidak dilakukan
 Schober test : nilai <20cm
 Sciatic stretch test : tidak dilakukan
 Femoral nerve stretch test : tidak dilakukan

8
4. Pemeriksaan Penunjang

Alignment lumbosacral baik


Tak ada dislokasi
Tak ada destruksi tulang, pedikel baik
Tak ada kompresi
Tampak gambaran bridging spurs multiple yang membentuk bamboo spine
Diskus tak ada penyempitan
Tak tampak tanda sakroilitis

Kesan:
Sesuai dengan gambaran ankylosing spondylitis

IV. RESUME
Seorang pasien laki-laki berusia 37 tahun datang ke poli rehab medik RS PWDC, datang tanpa
diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada punggung dan pergerakan sendi pada tulang
belakang dan bahu saat beraktifitas. Pasien mengatakan pegal terasa sekali saat duduk terlalu
lama. Pekerjaan pasien sebagai office boy di sebuah sekolah ikut terganggu akibat terbatasnya
gerakan dari punggung, leher, dan bahu.

9
Pasien mengeluhkan nyeri yang memberat setelah melakukan aktivitas berat berkaitan dengan
pekerjaan sebagai office boy. Pasien mengatakan sering pegal dan sakit. ketika duduk lama
serta saat beraktifitas. Gerakan leher terbatas, sulit menengok ke arah samping dan menunduk.
Perpindahan posisi dari jongkok sampai berdiri harus perlahan. Menurut pasien ketika tidur
harus menggunakan bantal yang agak tinggi agar tidak pegal dan sakit pada leher. Terdapat
riwayat fraktur pada pergelangan kaki kiri dan TB. Terdapat pemeriksaan kaku kuduk dan
kontrapetrik yang positif dengan rangsang sensorik yang menurun terutama pada radix saraf
C7 dan L3. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran yang sesuai ddengan ankylosing
spondylitis.

V. DIAGNOSIS
a. Diagnosis klinik : back pain
b. Diagnosis topis : tulang belakang cervical dan lumbal
c. Diagnosis etiologik : Ankylosing Spondylitis

VI. PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa
- Meloxicam 75 mg 1x1
- Ranitidine 150mg 1x1
- Vitamin b1, b6, b12
 Non Medikamentosa
- Menghindari aktivitas fisik berat
- Latihan ringan
- Berenang
- Fisioterapi

VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

10
Tinjauan Pustaka

Definisi
Ankylosing spondylitis (AS) adalah gangguan inflamasi multisistem kronis terutama
melibatkan sendi sacroiliaka (SI) dan aksial. Ankylosing spondilitis (AS) disebut juga
Bechterew disease atau Marie Strümpell disease. Penyakit ini merupakan bagian dari
spondiloartritis kronik (kumpulan penyakit radang yang menyebabkan penyakit rematik
inflamasi) terbesar, yaitu 90% kasus spondiloartritis.
Ankylosing spondylitis sendiri adalah keadaan di mana antar ruas tulang belakang menyatu
dengan sendi sacroiliaca meskipun keterlibatan sendi lain juga dapat terjadi. 1
Hal ini menyebabkan peradangan sendi dan nyeri yang parah. AS juga dapat menyebabkan
peradangan, nyeri, dan kekakuan di area lain dari tubuh seperti bahu, pinggul, tulang rusuk,
tumit, dan sendi kecil tangan dan kaki. Kadang-kadang mata bisa terlibat (dikenal sebagai iritis
atau uveitis), dan - jarang - paru-paru dan jantung dapat terpengaruh.2 Penyakit ini dikaitan
dengan kondisi genetics (the human leukocyte antigen [HLA] class-I gene HLA-B27) dan
beberapa keadaan patologis (enthesitis). 3

Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada pada perempuan dengan
perbandingan 3:1.1,3
Hal ini sering terlihat pada populasi dewasa muda, dengan gejala awal yang semakin jelas pada
dekade ketiga meskipun pada 18% kasus menjadi semakin jelas pada dekade kedua dan lebih
jarang terkena pada usia di atas 50 tahun. 1,3
Secara umum, AS lebih sering terjadi pada kulit putih daripada di non-kulit putih. Ini terjadi
pada 0,1-1% dari populasi umum, dengan prevalensi tertinggi di negara-negara Eropa Utara
dan terendah di sub-Sahara Afrika.3

Etiologi
Etiologi dari penyakit ini sebenarnya belum benar-benar diketahui, namun dapat ditemukan
adanya predisposisi kuat dengan faktor genetik. Hubungan langsung antara ankylosing
spondylitis dan gen HLA-B27 menjadi sebuah penjabaran. Peran tepat HLA-B27 dalam
menjerumuskan tetap tidak diketahui; Namun, diyakini bahwa HLA-B27 mungkin mirip atau
bertindak sebagai reseptor untuk memengaruhi antigen (misalnya, bakteri antigen). 3
11
Tanda ini ditemukan di lebih dari 95 persen orang di populasi Kaukasia dengan AS. Penting
untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa seseorang tidak harus HLA-B27 positif untuk memiliki
AS. Juga, mayoritas orang dengan genetik marker ini tidak pernah mengalami ankylosing
spondylitis.2
Para ilmuan menduga bahwa gen lain - bersama dengan faktor lingkungan yang memicu,
seperti infeksi bakteri- diperlukan untuk mengaktifkan penyakit ankylosing spondylitis pada
orang yang rentan. HLA-B27 kemungkinan menyumbang sekitar 30 persen dari keseluruhan
risiko, tetapi ada banyak gen lain yang bekerja bersama dengan HLA-B27. Para peneliti telah
mengidentifikasi lebih dari 60 gen yang berhubungan dengan AS dan penyakit terkait. Di
antara gen kunci baru yang diidentifikasi adalah ERAP 1, IL-12, IL-17, dan IL-23.2

12
Patofisiologi
Perjalanan penyakit dari ankylosing spondylitis masih belum jelas sampai saat ini. Hal
ini diasumsikan sebagai suatu penyakit autoimmune. Terdapat peran jelas dari sitokin, karena
pasien menunjukkan perbaikan dengan anti-tumor necrosis factor α (anti-TNF-α) agen.
Terdapat pula komponen genetik, dan gen HLA-B27 ditemukan dalam lebih dari 90% pasien
dengan ankylosing spondylitis, meskipun kejadian bervariasi tergantung pada beberapa
populasi yang diteliti. Agregasi familial terlihat bahkan tanpa gen HLA-B27. Sebuah pemicu
infeksi untuk penyakit ini masih merupakan hipotesis.3
Hubungan genetik dominan dengan ankylosing spondylitis adalah kelompok MHC,
khususnya HLA-B27. Ada hubungan yang signifikan dari ankylosing spondylitis dengan HLA-
B27, dan diperkirakan berkontribusi 20 dan 40% pada ankylosing spondylitis. HLA-B27
adalah molekul MHC Kelas I yang dikodekan pada kromosom 6; meskipun diantara jenis sel,
ekspresinya lebih tinggi dari antigen-presenting cells. Setelah translation dan tertiary folding,
protein ini mengikat β2-mikroglobulin dan dimuat dengan oligopeptide. Peptida ini biasanya
berasal dari self-protein, tetapi peptida antigenik dapat ditampilkan ketika mikroba intraseluler
menginfeksi sel. Kompleks trimolekular berjalan melalui aparatus Golgi ke permukaan sel di
mana peptida antigenik disajikan kepada CD8 + limfosit atau sel NK. HLA-B27 juga memiliki
asosiasi dengan spondyloarthropathies lain, termasuk artritis reaktif, psoriasis arthritis, dan
uveitis anterior. Ada hubungan genetik yang kuat antara HLA-B27 dan ankylosing spondylitis,
dengan isoform protein yang ditemukan dalam lebih dari 90% dari pasien yang menderita;
Namun, kurang dari 5% dari HLA-B27 + individu akan mengembangkan ankylosing
spondylitis. 3
Imunopatogenesis ankylosing spondylitis diduga melibatkan peningkatan regulasi
sitokin proinflamasi. Tumor necrosis factor-α secara konsisten ditemukan lebih tinggi pada
pasien dengan ankylosing spondylitis dibandingkan pada orang sehat, dan ada bukti bahwa
terapi anti-TNF secara efektif dapat meningkatkan baik parameter penyakit klinis dan
laboratorium. Peradangan pada ankylosing spondylitis terjadi terutama pada sendi sacroiliac,
namun bisa melibatkan entheses, badan vertebra yang berdekatan dengan diskus
intervertebralis, dan perifer bersama sinovium. Fitur patologis extraarticular termasuk
keterlibatan mata, jantung, paru, gastrointestinal, dan sistem ginjal. 3
Entesitis (inflamasi pada jaringan ikat antara tendon dan tulang), baik di aksial dan
kerangka apendikular, adalah fitur patologis utama dari spondyloarthritis. Enthesis adalah
keadaan di mana tendon atau ligamen melekat pada tulang. Pada keadaan ini biasanya
berkembang edema tulang diikuti oleh erosi, dilanjutkan osifikasi, akhirnya ankilosis.
13
Peradangan sendi sacroiliaca diikuti oleh ankilosis. Pada tulang belakang, kita dapat melihat
peradangan di persimpangan fibrosis anulus dari diskus tulang rawan dengan margin tulang
vertebra. Pada akhirnya, ini menyebabkan pembentukan syndesmophytes, dengan bridging
yang mengarah ke penampilan radiografi dari tulang belakang bamboo. Spinal facet joint
menunjukkan sinovitis diikuti oleh ankilosis.
Pasien dengan ankylosing spondylitis umumnya menyebabkan densitas tulang
menurun. Rendahnya kepadatan mineral tulang pada pasien tampaknya terkait dengan aktivitas
dan tingkat keparahan proses inflamasi yang mendasari, meskipun mekanismenya masih belum
jelas. Penyebab lain osteoporosis luar aktivasi osteoklas inflamasi pada populasi ini termasuk
penggunaan kortikosteroid, imobilitas, dan ketidakseimbangan hormone. 4

Manifestasi klinis
Perjalanan penyakit pada AS dapat berbeda-beda pada setiap individu. Gejala klinis
penyakit ini secara umum berupa inflamasi pada berbagai area tubuh. Beberapa yang paling
sering terkena adalah area sacroiliaca, leher, area tulang torakal punggung, area lumbosacral,
mata, dan bahu. Gejala klinis mulai muncul pada usia sesuai prevalensi penyakit, yaitu dewasa
muda pada dekade kedua sampai ketiga. 2
Biasanya, gejala pertama dari ankylosing spondylitis adalah sering mengalami nyeri
dan kekakuan pada punggung bawah dan bokong, yang datang secara bertahap selama
beberapa minggu atau bulan, dan dirasakan pada satu sisi. Rasa sakit biasanya perlahan dan
difus, bukan lokal. Nyeri dan kekakuan ini biasanya lebih buruk di pagi hari dan pada malam
hari, tetapi dapat diperbaiki dengan mandi hangat atau berolahraga ringan.2
Pada tahap awal dari ankylosing spondylitis, mungkin terjadi demam ringan,
kehilangan nafsu makan dan ketidaknyamanan. Penting untuk dicatat bahwa nyeri punggung
dari ankylosing spondylitis adalah peradangan alami, bukan mekanik. Rasa sakit biasanya
menjadi persisten (kronis) dan dirasakan di kedua sisi, biasanya bertahan untuk setidaknya tiga
bulan. Selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, kekakuan dan nyeri dapat menyebar ke
tulang belakang dan ke leher. Nyeri dan nyeri menyebar ke tulang rusuk, tulang belikat,
pinggul, paha dan mungkin juga pada tumit. 2
Ankylosing spondylitis dapat hadir berbeda pada onset pada wanita dibandingkan pada
pria. Perempuan sering hadir dengan cara yang lebih atipikal sehingga lebih sulit untuk
membuat diagnosis pada wanita. Beberapa wanita dengan ankylosing spondylitis menyatakan
bahwa gejala mereka dimulai di leher bukan di punggung bawah. 2
14
Berbagai tingkat kelelahan mungkin juga terjadi sebagai hasil dari peradangan yang
disebabkan oleh ankylosing spondylitis. Tubuh harus mengeluarkan energi untuk menangani
peradangan, sehingga menyebabkan kelelahan. Anemia ringan sampai sedang mungkin terjadi,
yang mungkin juga hasil dari peradangan, dapat berkontribusi untuk kelelahan. 2
Gejala lainnya sebagian kecil individu, nyeri tidak dimulai di punggung bawah, tetapi
pada sendi perifer seperti pinggul, pergelangan kaki, siku, lutut, tumit atau bahu. Nyeri ini
biasanya disebabkan oleh enthesitis, yang merupakan peradangan pada situs di mana ligamen
atau tendon melekat pada tulang. Peradangan dan nyeri pada sendi perifer lebih sering terjadi
pada remaja dengan ankylosing spondylitis. Hal ini dapat membingungkan karena, tanpa
kehadiran langsung dari sakit punggung, ankylosing spondylitis mungkin terlihat seperti
bentuk lain dari arthritis.
Banyak orang dengan ankylosing spondylitis juga mengalami peradangan usus, yang
mungkin berhubungan dengan penyakit Crohn atau kolitis ulserativa. Ankylosing spondylitis
sering disertai dengan iritis atau uveitis (radang mata). Sekitar sepertiga orang dengan
ankylosing spondylitis akan mengalami peradangan mata setidaknya sekali. Tanda-tanda iritis
atau uevitis adalah: Mara menjadi menyakitkan, berair, penglihatan kabur merah dan individu
dapat mengalami dan kepekaan terhadap cahaya terang. 2
Pasien dengan ankylosing spondylitis paling sering mengalami nyeri punggung bawah.
Rasa sakit ini terletak di atas sakrum (bagian bawah tulang belakang) dan dapat menyebar ke
pangkal paha dan bokong serta kaki. Nyeri punggung bawah tetap ada bahkan saat beristirahat.
Pola Nyeri ini adalah karakteristik dari sakroilitis bilateral (peradangan pada sendi sakroiliaka).
2
Dengan waktu, nyeri punggung berlangsung sampai tulang belakang dan
mempengaruhi tulang rusuk. Ekspansi dada kemudian menjadi terbatas. Pasien harus berlatih
bernapas menggunakan diafragma. Leher bagian dari tulang belakang (tulang belakang leher)
menegang di akhir perjalanan penyakit, yang menyebabkan pembatasan dalam gerakan leher
dan rotasi kepala. Akhirnya, tulang belakang benar-benar kaku dan kehilangan lekukan dan
gerakan normal. 2

Diagnosa
Diagnosa AS dapat ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan penunjang berupa kriteria klinis
inflamasi tulang belakang dan enthesitis atau artritis dan gambaran radiologi yang sesuai AS.
Poin keseluruhan dalam penegakan AS adalah2
15
- Onset biasanya di bawah 45 tahun.
- Nyeri berlanjut selama lebih dari tiga bulan (yaitu, itu kronis).
- Nyeri punggung dan kekakuan memburuk dengan imobilitas, terutama pada malam dan pagi
hari.
- Nyeri punggung dan kekakuan cenderung berkurang dengan aktivitas fisik dan olahraga.

Berdasarkan poin diagnose yang ada, maka pada pemeriksaan fisik dapat kita temukan
adanya pergerakan sendi yang terbatas. Pemeriksaan fisik khusus pada pasien yang dicurigai
memiliki ankylosing spondylitis adalah Schober test, modified lasseque test (sciatic stretch
test), dan vemoral nerve stretch test.
Pada pemeriksaan Schober test kita memberi titik tengah pada tulang belakang pada
garis imaginer antara tulang SIAS sebagai titik A. Kemudian berikan lagi dua titik di atasnya
dengan jarak 5 cm dari titik A sebagai titik B dan 10 cm di atas titik B sebgai titik C. Jarak total
dari titik A sampai C adalah 20 cm. kita meminta pasien membungkuk (flexi lumbal) lalu kita
ukur jarak titik A sampai titik C menggunakan pita ukur. Tes ini dikatakan positif jika saat
pasien melakukan lumbar flexi didapatkan jarak <20cm dengan asumsi adanya kekakuan otot
atau peradangan pada tulang lumbosakralis.
Pada pemeriksaan modifikasi lassegue atau sciatic stretch test, dikatakan positif ketika
ditemukan nyeri pada area bokong. Femoral nerve stretch test dilakukan dengan car meminta
pasien berbaring tengkurap kemudian kita ektensikan panggul dengan mengangkat kaki pasien.
Tes ini akan positif ketika didapati nyeri pada regio inguinal dan area panggul depan. 6

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium tidak dapat menjadi penentu spesifik
pada penyakit ini. Pada pemeriksaan LED dan C reaktif protein tidak selalu didapatkan
peningkatan yang signifikan. Dapat ditemukan adanya anemia ringan dan peningkatan alkaline
fosfatase pada tingkatan yang parah. Temuan IgA yang meningkat dapat mengindikasikan
terjadinya fase akut.

Radiografi
Foto polos

16
Gambaran radiologi berupa inflamasi yang ditemukan pada tulang belakang dan sendi
sacroiliaca merupakan gambaran yang penting dalam menentukan diagnosis dan evaluasi pada
progresifitas penyakit.
Sacroilitis yang simetri dan terjadi bilateral dapat ditemukan pertama kali. Pada tahap
awal, jarak persendian ini melebar sebelum bertahap menjadi sempit. Setelah itu terjadi erosi
subcondral dan proliferasi pada tulang iliaca dari persendian ini. Pada tahap akhir, persendian
sacroiliaca dapat terlihat seperti garis tipis saja atau bahkan tidak tampak. 1
Pada tulang belakang dapat ditemukan enthesitis termasuk "squaring" tulang vertebral
yang disebabkan oleh erosi margin superior dan inferior badan-badan ini, mengakibatkan
hilangnya kontur cekung normal permukaan anterior tubuh. Lesi inflamasi di entheses
vertebralis dapat mengakibatkan sclerosis margin superior dan inferior dari tulang vertebral,
disebut shiny corner sign (lesi Romanus). Syndesmophytic ankylosis yang difus dapat
memberikan gambaran bamboo spine, osifikasi pada ligamen spinosus dapat memberikan
gambaran dagger spine pada foto tampak depan. Terjadi pula osifikasi pada ligamen,
persendian dan diskus spinal yang paling baik terlihat pada pemeriksaan MRI. 1,3

CT-SCAN dan MRI


Magnetic resonance imaging (MRI) atau computed tomography (CT) scanning dari
sendi SI, tulang belakang, dan persendian periferal dapat mengungkapkan bukti awal
sacroiliitis, erosi, dan enthesitis yang tidak terlihat pada radiografi standar.3

Tatalaksana
Medikamentosa
Guideline terapi yang diapakai dalam penanganan ankylosing spondylitis telah
dirumuskan oleh American College of Rheumatology. Pada pasien dewasa dengan AS yang
aktif:2
1. Sangat direkomendasikan pengobatan dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
2. Pengobatan kondisional secara terus-menerus dengan OAINS selama memang dibutuhkan
pengobatan dengan OAINS
3. Tidak ada rekomendasi NSAID tertentu sebagai pilihan yang lebih baik.
4. Dianjurkan untuk memberikan pengobatan dengan glukokortikoid sistemik.
Penggunaan kortikosteroid sistemik mungkin diberikan dalam jangka pendek, dalam jangka
panjang akan meningkatkan resiko adverse effects. Hal ini perlu dipertimbangkan sehingga
17
dapat diberikan kortikosteroid secara injeksi pada sacroilitis simptomatik, entesitis perifer, dan
artritis walaupun reaksinya tidak secepat pada terapi pada rematoid artritis.

Selain OAINS dan kortikosteroid, kita juga dapat memberikan beberapa terpai
farmakologi seperti:
1. Sulfasalazine
Obat ini terutama diberikan pada orang yang tidak mengalami perbaikan dengan penggunaan
OAINS dan memiliki riwayat penyakit pada traktus gastrointestinal.
2. TNF α antagonis
Pemberian terapi ini dinilai memiliki benefit yang lebih banyak dan lebih efektif karna
langsung berkaitan dengan sel target. Sediaan pada golongan TNF α agonis ini adalah
Etanercept, infliximab, adalimumab, golimumab, dan certolizumab pegol.

Non Medikamentosa
Terapi Fisik
Pada penyakit AS ini diperlukan latihan fisik yang Sesuai untuk pemeliharaan fungsi
otot. Pasien akan mengalami remisi dari gejala klinis setelah berolahraga. Perlunya
mendapatkan rehabilitasi medik juga menjadi pendukung yang baik dalam memperbaiki dan
memelihara fungsi tulang yang berkaitan. Berenang dan streching ringan merupakan pilihan
yang paling baik dalam menjaga kebugaran dan mobilitas tulang belakang. Saat berenang akan
terjadi ekstensi tulang belakang dan latihan pada pernapasan yang membantu mobilisasi tulang
belakang, membuat postur tegak dan membuat ekspansi dada.

Komplikasi
Meskipun ankylosing spondylitis dan penyakit terkait, kadang-kadang secara kolektif
disebut spondylitis untuk jangka pendek, adalah kondisi yang mempengaruhi tulang belakang,
area lain dari tubuh juga dapat terlibat. Spondylitis tidak mengikuti bagian yang sama di setiap
orang; bahkan di antara anggota keluarga. Terdapat beberapa komplikasi atau gejala yang lebih
umum daripada yang lain. Misalnya, radang mata, atau iritis, sangat umum, sedangkan gejala
neurologis sangat jarang. Rasa sakit kronis sering disebabkan dari peradangan dapat bervariasi
dari orang ke orang dan berkisar dari ringan sampai sangat berat. 1,2,5
Beberapa komplikasi, antara lain :
1. Uveitis
18
Uveitis, juga dikenal sebagai iritis, adalah suatu kondisi yang kadang-kadang dikaitkan
dengan ankylosing spondylitis. Uveitis adalah peradangan (kemerahan dan bengkak) dari
bagian mata. Biasanya hanya mempengaruhi satu mata, tidak keduanya. Gejalanya, antara lain
: kemerahan, nyeri pada mata, photophobia. Uveitis mudah diobati dengan menggunakan obat
tetes mata. Jika ditangani dengan cepat, uveitis biasanya akan hilang dalam waktu dua sampai
tiga minggu. Namun, jika uveitis tidak ditangani dengan cepat, hal ini dapat menyebabkan
hilangnya sebagian atau seluruh visus.2
2. Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu kondisi yang menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh.
Dalam ankylosing spondylitis, osteoporosis dapat berkembang di tulang belakang.
3. Sindrom cauda equina
Sindrom cauda equina merupakan komplikasi yang sangat jarang ankylosing
spondylitis yang terjadi ketika saraf di bagian bawah tulang belakang terkompresi (dipadatkan).
1,5
Keadaan ini dapat menyebabkan :
- Rasa sakit atau mati rasa pada punggung bawah dan bokong
- kelemahan di kaki, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk berjalan
- Inkontinensia urin
4. Fusi tulang belakang
Fusi tulang belakang kadang-kadang dapat menyebabkan kelengkungan tulang
belakang ke depan, kyphosis, menyebabkan postur membungkuk ke depan. Meskipun hal ini
dapat terjadi dalam kasus yang paling parah dari ankylosing spondylitis, sekarang jauh kurang
umum mengingat kemajuan dalam pengobatan.5
5. Fraktur kompresi.
Beberapa orang mengalami penipisan tulang mereka selama tahap awal dari ankylosing
spondylitis. Lemahnya tulang, meningkatkan keparahan postur tubuh menjadi membungkuk.
Patah tulang belakang kadang-kadang dapat merusak sumsum tulang belakang dan saraf yang
melewati tulang belakang. 1,5
6. Masalah jantung.
Ankylosing spondylitis dapat menyebabkan masalah dengan aorta, arteri terbesar dalam
tubuh. Aorta meradang dapat memperbesar ke titik yang mendistorsi bentuk katup aorta di
jantung, yang mengganggu fungsinya. 5
7. Fleksibilitas menurun

19
Diperkirakan bahwa empat dari 10 orang dengan ankylosing spondylitis akan memiliki
keterbatasan dalamfleksibilitas tulang belakang. Deformitas Spinal cenderung berkembang
dalam jangka waktu 10 tahun.

Prognosis
Prognosis pada pasien ankylosing spondilitis umumnya lebih baik dibandingkan pasien
dengan rheumatoid arthritis. Prognosis buruk bila didapatkan keterlibatan sendi perifer, onset
usia muda, peningkatan LED dan respon yang buruk terhadap pengobatan NSAID. Sebagian
besar pasien Ankylosing spondilitis mengembangkan penyakit kronis progresif dan
mengembangkan cacat akibat peradangan tulang belakang yang mengarah ke fusi, seringkali
dengan kyphosis toraks atau penyakit erosif yang melibatkan sendi perifer, terutama pinggul
dan bahu. Pasien dengan fusi tulang belakang rentan terhadap patah tulang belakang yang dapat
mengakibatkan defisit neurologis. Dalam kasus yang jarang terjadi, pasien dengan ankylosing
spondilitis lama dan progresif mengembangkan manifestasi ekstra-artikular seperti penyakit
jantung, termasuk cacat konduksi jantung dan regurgitasi aorta, fibrosis paru, gejala sisa
neurologis (sindrom cauda equina), amyloidosis, dan uveitis. Diagnosis sedini mungkin serta
pengobatan yang tepat dapat mencegah kerusakan berat pada sendi serta menghasilkan hidup
yang lebih berkualitas.12

20
Daftar Pustaka

1. Gaillard F, Associate professor et all. Ankylosing spondilytis. Diunduh dari


https://radiopaedia.org/articles/ankylosing-spondyliti. 17 Juni 2018
2. Overview of ankylosing spondylitis. Diunduh dari https://www.spondylitis.org/Ankylosing-
Spondylitis. Pada 18 Juni 2018.
3. Brent LH, MD et all. Ankylosing Spondylitis and Undifferentiated Spondyloarthropathy. 13
Juni 2018. Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/332945-overview#a1. pada
18 Juni 2018.
4. Bunyard MP. Cleveland Clinic. Diunduh 12 April 2018. Tersedia
dari:http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/rheumatology/a
nkylosing-spondylitis/#top.
5. Staff, M.C., 2014. Ankylosing Spondylitis. Diunduh dari
dari:http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ankylosing-
spondylitis/basics/complications/con-20019766" http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/ankylosing-spondylitis/basics/complications/con-20019766. Pada 18 Juni 2018
6. Potter L. Spine examination- OSCE guide. Diunduh dari https://geekymedics.com/spine-
examination. Pada 18 Juni 2018.

21

Anda mungkin juga menyukai