Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : By. Ny. H


Umur : Lahir 17 September 2014
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Tlogomulyo Pedurungan, Kota Semarang

Nama ayah : Tn. M


Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Supir
Pendidikan : SMU

Nama ibu : Ny. H


Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP

No CM : 299752
Bangsal : Perinatologi
Lahir : 17 September 2014

II. DATA DASAR


1. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu pasien pada tanggal 20 September
2014 dan didukung dengan catatan medis.

Keluhan utama : Bayi tidak menangis segera setelah lahir


Keluhan tambahan : Lengan kanan atas bengkak dan kebiruan

1
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum Masuk Perinatologi
Ibu G3P2A0, usia 30 tahun, hamil 34 minggu, riwayat haid teratur, siklus haid 28
hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah
mendapat suntikan tetanus toxoid sebanyak 2 kali. Selama hamil ibu merasa mual kadang
disertai muntah. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi selama kehamilan.
Semasa hamil, Ibu tidak mengonsumsi obat – obatan apapun selain tablet suplemen besi.
Riwayat trauma sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal,
riwayat penyakit kencing manis, asma dan penyakit jantung disangkal. Pasien tidak
meminum jamu – jamuan selama masa kehamilan. Riwayat perdarahan disangkal.
Ibu pasien masuk ke ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Semarang dengan
rencana akan dilakukan operasi sectio cesarea atas indikasi ruptur membran prematur dan
ketuban pecah dini 12 hari. Ibu pasien kemudian masuk ke kamar operasi dan dilakukan
tindakan anestesi spinal/ sub araknoid blok oleh dokter anestesi. Kurang lebih 15 menit
kemudian dilakukan sayatan pertama untuk tindakan operasi sectio cesarea oleh dokter
kandungan dan kebidanan. Selama operasi terdapat beberapa tindakan yang dilakukan oleh
operator berupa manuver – manuver agar bayi dapat dikeluarkan dari perut Ibu.
Bayi lahir pukul 08.55 WIB, jenis kelamin perempuan dengan berat badan lahir
2400 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 32 cm dan lingkar dada 30 cm. Bayi lahir
tidak menangis lalu dibawa ke daerah resusitasi neonatus tidak jauh dari kamar operasi.
Penilaian awal dilakukan dan didapatkan bayi lahir tidak menangis dan tampak lemas.
Pada kulit hemithoraks kanan dan lengan kanan atas tampak hematom dan oedem.
Dilakukan penghisapan lendir dengan kateter nomor 6 untuk membersihkan jalan napas.
Didapatkan pada selang hisap cairan jernih. Selanjutnya bayi diposisikan semi ekstensi,
dihangatkan dan dipeka rangsang.
Bayi masih belum menangis dan kelihatan megap – megap. Selanjutnya dilakukan
ventilasi tekanan positif dengan O2 100% dan aliran 6 liter per menit selama 30 detik dan
melakukan pemotongan tali pusat. Denyut jantung bayi didapatkan kurang dari 100 kali
per menit lalu dilakukan persiapan untuk intubasi dengan pipa endotrakeal nomor 3, non
cuffed, kedalaman 8 cm. Ventilasi dilanjutkan lalu dilakukan pemasangan kateter
umbilikal, fluid challenge 26 cc dan pemberian cairan infus D10% 5 tetes per menit.
Selanjutnya pasien dikirim ke ruang perinatologi sambil tetap dilakukan ventilasi.

APGAR 0 1 2 1’ 5’ 10’

2
Denyut jantung Tak ada < 100 > 100 1 2 2
Pernafasan Tak ada Tak teratur Baik 1 1 VTP
Tonus otot Lemah Sedang Baik 0 1 1
Peka rangsang Tak ada Meringis Menangis 0 0 0
Warna Biru / Merah jambu ujung – Merah 1 1 1

putih 2 biru jambu


Total 3 4 5

Didalam Ruang Perinatologi


Di ruang perinatologi, pasien ditempatkan di inkubator dan dipasang monitor dan
ventilator dengan modus RR 40, PEEP 6, PIP 18, FiO2 60%. Keadaan umum pasien masih
kurang aktif, tampak lemas dan tidak menangis. Dilakukan injeksi ampicillin 2 x 130 mg
intravena, injeksi gentamycin 1 x 13 mg intravena, drip dopamin 3 mcg/kgBB/menit. Pasien
diprogramkan untuk dilakukan babygram, foto rontgen lengan kanan, cek darah rutin, gula
darah sewaktu, ureum, creatinin, natrium, kalium, calsium dan analisa gas darah. Pasang pipa
orogastrik kemudian dialirkan.

NAMA : By. Ny. H NO. RM : 299752


RUANG : Perinatologi
UMUR : 0 hari KELAS :
TANGGAL / PERJALANAN PENYAKIT / PERINTAH DOKTER
JAM DIAGNOSA PENGOBATAN / TINDAKAN

17/9/2014 S: - Terapi:
(10.00 WIB) O:
Usia: 0 hari Keadaan Umum: Modus ventilator:
BB: 2400 gram Kurang aktif, tampak lemas, terpasang - RR 40
Sakit: 0 hari ventilator. - PEEP 6
Rawat: 0 hari - PIP 18
Tanda Vital: - FiO2 60%
Tekanan darah: tidak dilakukan
Nadi: 100x/mnt, i/t kurang Infus D10% 5 tpm
Pernapasan: ventilator Injeksi ampisilin 2 x 130 mg IV
Suhu: 37.40C Injeksi gentamycin 1 x 13 mg IV
Drip dopamin 3 mcg/kgBB/menit
BSM: Pasang OGT
HR: 127 x
SpO2: 100% Program:
- Babygram
Status Internus: - Foto rontgen lengan kanan

3
Mata: CA (-), SI (-) - DR, GDS, Ur, Cr, elektrolit, Ca
Hidung: NCH (+) - AGD
Mulut: Sianosis (-) - Konsul bedah bila hasil foto (+)
Thoraks:
- Simetris, retraksi (+) Hasil Lab (+):
- Hematom dan oedem sebelah kanan - Inf D10% 7 tpm mikro
Cor/ BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-) - Inj ampisulbaktam 2 x 175 mg iv
Pulmo/ SN. Vesikuler (+/+) - Inj Ca gluconas 2 x 1,25 cc
Abdomen: datar, supel, BU (+) - Inj vit K 1 x 1 mg im
Ekstremitas: - Drip dopamin 3 mcg/kgbb/menit
- Lengan kanan atas hematom dan - Imobilisasi lengan kanan atas
oedem - ET terekstubasi (11.45)
Refleks hisap (-)
Menangis (-) Assesment:
Ikterik (-) - Neonatus preterm
- Riwayat asfiksia berat
A: - BBLR
- Neonatus preterm - Neonatal infeksi
- Asfiksia berat - Fraktur humerus dextra 1/3
- BBLR tengah tertutup
- Suspek fraktur humerus dextra - Gangguan napas berat
- Gangguan napas berat - Hiperglikemia
- Hipokalsemia

Pemeriksaan (17/9/2014) Hasil Satuan Nilai rujukan


Hematologi
– Hemoglobin 12.4 g/dL 12.0 – 16.0
– Hematokrit 37.70 % 37 – 47
– Eritrosit 3.29 /uL 4.2 – 5.4
– Leukosit 17.5 /uL 4.8 – 10.8
– Trombosit 170 103 /uL 150 - 400
Kimia Klinik
– Glukosa darah sewaktu 746 mg/dL 70 – 115
– Natrium 135.0 mmol/L 134.0 – 147.0
– Kalium 4.40 mmol/L 3.50 – 5.20
– Calsium 0.97 mmol/L 1.12 – 1.32

Hasil foto Babygram:

4
Fraktur humerus 1/3
tengah dextra

Thorax:
- Cor : Letak, bentuk dan ukuran normal.
- Pulmo : Corakan bronkovaskuler normal.
Tak tampak bercak – bercak di paru.
- Diafragma dan sinus baik
Kesan: Cor : Normal.
Pulmo : Tak tampak kelainan.

Abdomen:
Distribusi udara usus meningkat, dilatasi (-), fekal material (-), tak tampak AFL ataupun
free air, tak tampak gambaran massa solid intraabdomen.

5
Kesan: Gambaran meteorismus.

Riwayat Penyakit Ayah dan Ibu


 Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit jantung,
penyakit ginjal, alergi, anemia, serta kelainan darah sebelum hamil disangkal.
 Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular seksual
selama masa kehamilan atau saat proses kehamilan seperti gonorea, klamidia,
trikomonasis, kandidiasis disangkal.
 Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya
hamil disangkal.
 Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat pengobatan
paru selama 6 bulan dan membuat kencing berwarna merah disangkal.
 Riwayat ibu demam tinggi selama proses kehamilan disangkal.
 Riwayat ibu merokok disangkal.
 Riwayat ayah merokok (+)

Riwayat Pemeriksaan Prenatal


Ibu rutin memeriksakan kehamilannya sebulan 1x dan mendapat suntikan tetanus
toxoid sebanyak 2 kali selama masa kehamilannya. Riwayat trauma sebelum kehamilan
disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis
disangkal, riwayat minum jamu-jamu disangkal oleh ibu.
Kesan: Pemeliharaan prenatal baik.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Ibu dengan riwayat G3P3A0. Anak pertama dan kedua lahir secara spontan per
vaginam dan keduanya lahir hidup. Hamil anak ketiga 34 minggu dan lahir secara sectio
cesarea atas indikasi ruptur membran prematur dan ketuban pecah dini 12 hari.
Bayi lahir tidak langsung menangis, pernapasan tidak teratur, warna kulit wajah
dan badan biru, tonus otot lemah. Berat badan lahir 2400 gram, panjang badan 45 cm,
lingkar kepala 32 cm dan lingkar dada 30 cm. Skor APGAR 3 – 4 – 5. Pada lengan kanan
atas dan dada kanan didapatkan hematom dan oedem.

6
Kesan: Neonatus preterm, berat badan lahir rendah, asfiksia berat, suspek neonatal infeksi,
suspek fraktur humerus.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan:
Berat badan lahir : 2400 gram
Panjang badan lahir : 45 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar kepala : 30 cm

Perkembangan:
Belum dapat dinilai dan dievaluasi.

Riwayat Makan dan Minum Anak


- Usia 0 hari pemberian diet ASI ditunda karena asfiksia berat.
- Usia 1 hari diberikan ASI melalui pipa orogastrik.
- Usia 3 hari pipa orogastrik dilepas dan dimulai diet ASI 8 x 10 – 15 ml.
- Usia 4 hari sampai pulang diet ASI mulai 8 x 15 – 20 ml dan naik secara bertahap.

Riwayat Imunisasi
- Hepatitis B : belum dilakukan
- Polio : belum dilakukan
- BCG : belum dilakukan
Kesan: belum dilakukan imunisasi dasar.

Riwayat Keluarga Berencana


Ibu pasien tidak menjalankan program keluarga berencana dengan metode apapun.

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai supir pribadi dengan penghasilan kurang lebih 1 juta
rupiah per bulan. Ibu pasien saat ini tidak bekerja. Biaya pengobatan pasien dan operasi
sectio cesarea menggunakan BPJS.
Kesan: Status sosial ekonomi kurang.
7
Data Obstetri
Jenis persalinan, penolong, Jenis kelamin, Keadaan anak
Anak ke Tahun
usia kehamilan BBL, PBL sekarang

Spontan per vaginam, bidan, Laki-laki, 2700


1 2008 Sehat
38 minggu gram

Spontan per vaginam, bidan, Laki-laki, 2600


2 2010 Sehat
39 minggu gram

Neonatus preterm,
asfiksia berat,
Perempuan, 2400
3 2014 SC, dokter, 34 minggu BBLR, fraktur
gram, 45 cm
humerus 1/3 dextra
tertutup

Data Keluarga
Ayah Ibu

Perkawinan ke- I I

Umur Menikah 28 tahun 23 tahun

Pendidikan terakhir SMU SMP

Agama Islam Islam

Kesehatan Sehat Sehat

Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Rumah kontrakan.
Keadaan rumah : Dinding rumah terbuat dari tembok, 1 kamar tidur, 1 kamar
mandi di dalam rumah.
Sumber air bersih : Sumber air minum dari sumur, limbah buangan dialirkan
saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.
Keadaan lingkungan : Antar rumah berdekatan, tidak terlalu padat.

8
2.PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 17 September 2014 pukul 14.00 WIB
Bayi perempuan usia 0 hari, berat badan 2400 gram, panjang 45 cm.
Keadaan umum : compos mentis, aktif.
Tanda vital
 Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
 Nadi : 100 kali per menit, isi dan tegangan cukup
 Pernapasan : 40 kali per menit
 Suhu : 37,4oC (aksila)
Status Internus:
 Kepala
Normosefali, lingkar kepala 32 cm, ubun – ubun besar masih terbuka, tidak tegang, tidak
menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
 Mata
Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
 Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (+/+), sekret (-/-), septum deviasi (-).
 Telinga
Normotia, sekret (-/-), kembali cepat setelah dilipat.
 Mulut
ET terekstubasi pukul 11.45 WIB
Sianosis (-), trismus (-), labiopalatognatoschizis (-)
 Thoraks
o Paru
 Inspeksi : hemithoraks dextra dan sinistra simetris pada
keadaan inspirasi dan ekspirasi, retraksi epigastrium (-)
 Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
 Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
 Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), suara napas tambahan (-/-)
o Jantung
 Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat

9
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
 Auskultasi : bunyi jantung I – II reguler murni, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : datar
 Auskultasi : bising usus (+) 1 kali per menit
 Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
 Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
 Tulang belakang
Tidak tampak deformitas, spina bifida (-), meningokel (-)
 Genitalia dan anorektal
Jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi sebagian labia minora, anus (+)
tidak ada kelainan.
 Kulit
Tidak tampak efloresensi yang bermakna, ikterik (-), pucat (-), pewarnaan
mekoneum (-)
 Ekstremitas
Superior Inferior

Deformitas -/- -/-

Akral Dingin -/- -/-

Akral Sianosis -/- -/-

Ikterik -/- -/-

CRT <2” <2”

Tonus Normotonus Normotonus

Lengan kanan atas tampak hematom dan oedem.


 Refleks Primitif:
o Refleks Hisap : (+), cukup kuat
o Refleks Rooting : (+)
o Refleks Moro : (+)
o Refleks Palmar Grasp : (+)
o Refleks Plantar Grasp : (+)
10
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan (17/9/2014) Hasil Satuan Nilai rujukan


Hematologi
– Hemoglobin 12.4 g/dL 12.0 – 16.0
– Hematokrit 37.70 % 37 – 47
– Eritrosit 3.29 /uL 4.2 – 5.4
– Leukosit 17.5 /uL 4.8 – 10.8
– Trombosit 170 103 /uL 150 - 400
Kimia Klinik
– Glukosa darah sewaktu 746 mg/dL 70 – 115
– Natrium 135.0 mmol/L 134.0 – 147.0
– Kalium 4.40 mmol/L 3.50 – 5.20
– Calsium 0.97 mmol/L 1.12 – 1.32

Foto Babygram
Thorax:
- Cor : Letak, bentuk
dan ukuran normal.
- Pulmo : Corakan
bronkovaskuler normal.
Tak
tampak bercak – bercak di paru.
- Diafragma dan sinus baik
Kesan: Cor : Normal.
Pulmo : Tak

Abdomen:
Distribusi udara usus meningkat, dilatasi (-), fekal material (-), tak tampak AFL ataupun
free air, tak tampak gambaran massa solid intraabdomen.
Kesan: Gambaran meteorismus.

4. PEMERIKSAAN KHUSUS

11
Ballard Score

14

15

12
New Ballard Score

Total skor neuromuskular + maturitas fisik = 29

Kesan: Kehamilan preterm 35 minggu

Kurva Lubchenco

Berat Badan Lahir : 2400 gram


Usia Kehamilan (New Ballard Score) : 35 minggu
Kesan: Bayi Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan

13
APGAR Score
APGAR 0 1 2 1’ 5’ 10’
Denyut jantung Tak ada < 100 > 100 1 2 2
Pernafasan Tak ada Tak teratur Baik 1 1 VTP
Tonus otot Lemah Sedang Baik 0 1 1
Peka rangsang Tak ada Meringis Menangis 0 0 0
Warna Biru / Merah jambu ujung – Merah 1 1 1

putih 2 biru jambu


Total 3 4 5

Kesan: Asfiksia Berat

Bell Squash Score


Parameter Skor
Partus tindakan (SC, forcep, vakum ekstraksi, sungsang) 1
Ketuban tidak normal 1
Kelainan bawaan 0
Asfiksia 1
Preterm 1
Berat badan lahir rendah 1
Infeksi tali pusat 0
Riwayat penyakit Ibu 0
Riwayat penyakit kehamilan 0
Total Skor 5 Kesan:
Neonatal
Gupte Score Infeksi

Prematuritas 3

Cairan amnion berbau busuk 0

Ibu demam 0

Asfiksia (APGAR menit 1 ≤ 6 2

Partus lama 0

Vagina tidak bersih 0

KPD 1

Total Skor 6

14
Kesan: Mulai Pemberian Antibiotik

III. RESUME
Telah lahir bayi jenis kelamin laki – laki dari seorang Ibu G 3P2A0 usia 30 tahun,
usia kehamilan 34 minggu, lahir secara sectio cesarea ditolong oleh dokter spesialis
kandungan dan kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang pada tanggal 17
September 2014 pukul 08.55 WIB dengan berat badan lahir 2400 gram, panjang badan 45
cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30 cm, caput succedaneum (-), cephal hematom (-),
air ketuban jernih dan tidak berbau busuk. Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak
teratur, warna kulit kepala dan badan putih, tonus otot lemah, denyut jantung < 100 kali
per menit. Skor APGAR 3 – 4 – 5.
Dilakukan ventilasi tekanan positif dengan O2 100% dan aliran 6 liter per menit
selama 30 detik dan melakukan pemotongan tali pusat. Denyut jantung bayi didapatkan
kurang dari 100 kali per menit lalu dilakukan intubasi endotrakeal dan dialirkan O 2.
Dilakukan pemasangan infus umbilikal dengan cairan D10% 5 tetes per menit setelah
sebelumnya dilakukan fluid challenge 26 cc. Tampak lengan kanan atas bengkak dan
berwarna kebiruan. Dilakukan imobilisasi lengan kanan atas dengan menggunakan kain
bedong. Pasien dikirim ke ruangan perinatologi.
Di dalam ruang perinatologi pasien dipasangkan ventilator dengan modus RR 40,
PEEP 6, PIP 18 dan FiO2 60%. Dari hasil pemeriksaan fisik di ruang perinatologi tanggal
17 September 2014 pukul 14.00 WIB didapatkan keadaan umum sudah cukup aktif. Nadi
100 kali per menit, isi dan tegangan kurang, dan suhu aksila 37,4 oC. Status internus
didapatkan napas cuping hidung (+), lengan kanan atas terdapat ciri – ciri fraktur, labia
mayora menutupi sebagian labia minora dan refleks menghisap cukup kuat.
Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium darah didapatkan anemia ringan dan
leukositosis. Kesan dari foto babygram tampak gambaran meteorismus dan fraktur
humerus dextra 1/3 tengah. Dari pemeriksaan laboratorium kimia klinik didapatkan
hiperglikemia dan hipokalsemia.
APGAR skor saat lahir didapatkan 3 – 4 – 5 untuk 10 menit pertama dengan kesan
asfiksia berat. Skor Ballard didapatkan kesan usia kehamilan preterm 35 minggu, dari
kurva Lubchenco didapatkan kesan neonatus sesuai masa kehamilan. Skor Bell Squash
dan Gupte didapatkan hasil neonatal infeksi dan harus dimulai pemberian antibiotik.

15
Secara keseluruhan didapatkan kesan bayi lahir preterm 35 minggu, berat badan
lahir rendah, sesuai masa kehamilan, asfiksia berat, neonatal infeksi, gangguan napas berat
dan fraktur humerus dextra 1/3 tengah.

IV. DIAGNOSIS BANDING


a. Neonatus Preterm
– Sesuai masa kehamilan (SMK)
– Kecil masa kehamilan (KMK)
– Besar masa kehamilan (BMK)
b. BBLR
– Prematuritas murni
– Dismaturitas
c. Asfiksia Berat

– Faktor Janin (letak sungsang ,bayi besar, gemeli, BBLR, fetal distress)
– Faktor ibu (hipertensi, perdarahan, CPD, SC berulang, partus lama, kelahiran
dengan ekstraksi forceps atau vakum)
– Faktor Placenta (solusio placenta, placenta previa, lilitan tali pusat)
d. Observasi Infeksi Neonatal
Berdasarkan Etiologi :
– Infeksi antenatal
1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi virus, Trikomoniasis,
Candidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis, komdiloma
akuminata, ulkus molle, limfogranuloma inguinal)
2. Ketuban
– Infeksi durante natal
1. Infeksi ascenden
2. Infeksi lintas amnion
3. Infeksi lintas jalan lahir
– Infeksi postnatal
1. Perawatan tali pusat tidak adekuat
2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril)
3. Partus tindakan
4. Penolong persalinan

16
Berdasarkan Waktu :
– Early onset (< 72 jam)
1. Ketuban pecah dini
2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus, trikomoniasis, kandidiasis
vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis, kondiloma akuminata,
ulkus molle, limfogranuloma inguinal)
– Late onset (> 72 jam)
1. Perawatan tali pusat
2. Infeksi Nosokomial
e. Fraktur humerus dextra 1/3 tengah tertutup

V. DIAGNOSIS SEMENTARA
a. Neonatus preterm
b. Berat badan lahir rendah, sesuai untuk masa kehamilan (KMK)
c. Asfiksia berat
d. Neonatal infeksi
e. Fraktur humerus dextra 1/3 tengah tertutup
f. Gangguan napas berat

VI. TATALAKSANA
a. Non Medikamentosa :
- Jaga jalan nafas
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat bayi
- Bed side monitor

b. Medikamentosa:
- O2 nasal 1 – 2 liter per menit
- Infus D10% 5 tetes per menit (mikro)
- Injeksi ampisulbaktam 2 x 175 mg IV
- Injeksi gentamisin 1 x 13 mg IV (tunggu urin keluar)
- Injeksi Ca Glukonas 2 x 1,25 cc ad aqua IV pelan
- Drip dopamin 3 mcg/kgBB/menit

17
c. Program
– Ekstubasi evaluasi dengan O2 nasal 2 liter per menit
– Awasi tanda distress pernapasan
– Pantau saturasi oksigen, keadaan umum dan tanda vital
– Tunda diet
– Pasang pipa orogastrik
– Imobilisasi lengan kanan atas
– Monitor keadaan umum, tanda vital, dan distress pernapasan
– Konsul spesialis bedah ortopedi
– Edukasi orangtua

VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

VIII. USUL
a. Pemeriksaan darah rutin ulang (3 – 5 hari setelah antibiotik)
b. Pemeriksaan elektrolit ulang (atas indikasi)
c. Pemeriksaan GDS ulang
d. Pemeriksaan analisa gas darah
e. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan creatinin)
f. Pemantauan tumbuh kembang
g. Naikkan diet bertahap
h. Imunisasi dasar tepat waktu

IX. NASEHAT UNTUK ORANGTUA


a. Jaga kehangatan bayi
b. Rawat tali pusat
c. Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali. ASI harus diteruskan
dan diberikan sesering mungkin.
d. Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui. Jika
Ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan harus
selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
18
e. Untuk Ibu pelajari cara menyusui yg benar. Kebanyakan bayi cenderung menghisap
udara yang berlebihan sewaktu menyusui. Karena itu setelah menyusui sendawakan
bayi dengan cara melektakkan bayi tegak lurus di pundak dan tepuk punggungnya
perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan udara.
f. Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian imunisasi dasar.
g. Cepat temui dokter bila bayi mengalami:
– Masalah bernafas
– Merintih
– Tampak sianotik (kebiruan)
– Suhu tubuh >38°C
– Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
– Muntah atau BAB berlebihan (>3x/hari)
– Mengeluarkan darah saat BAB dan BAK
– Kejang
– Kelihatan kuning

X. FOLLOW UP

NAMA : By.H NO. RM : 299752

UMUR : Lahir 17 September 2014 pukul 08.55 WIB RUANG : Perinatologi


TANGGAL/ PERJALANAN PENYAKIT/ PERINTAH DOKTER
JAM DIAGNOSA
18/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 1 hari  Lingkungan (-)  O2 nasal 2 lpm
BB: 2400 gr  Diet (-)  Infus D10% 7 tpm mikro
HR: 118x/m  OGT (+)  Injeksi ampisulbaktam 2 x
RR: 52x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif 175 mg IV (H-2)
T: 36.5oC Status Internus  Injeksi Ca gluconas 2 x 1,25
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (+) cc (H-2)
Thoraks: simetris, retraksi (-)  Drip dopamin 3
BSM Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) mcg/kgBB/menit (H-2)
HR: 121x Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)
SpO2: 97% Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x Program
Kulit: ikterik (-)  Ekstubasi evaluasi dengan O2
Refleks: nasal 2 lpm
-Refleks hisap (+), lemah  Awasi tanda distress
-Menangis keras (+) pernapasan
 Pantau keadaan umum, tanda

19
vital dan saturasi oksigen
Assesment  Imobilisasi lengan kanan
 Neonatus preterm
 BBLR
 Pasca asfiksia berat
 Gangguan napas berat
 Neonatal infeksi
 Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
19/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 2 hari  Lingkungan (-)  O2 nasal 2 lpm
BB: 2400 gr  Diet (+)  Infus D10% 7 tpm mikro
HR: 128x/m  OGT (+)  Injeksi ampisulbaktam 2 x
RR: 44x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif 175 mg IV (H-3)
T: 37.6oC Status Internus  Injeksi Ca gluconas 2 x 1,25
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-) cc (H-3)
Thoraks: simetris, retraksi (-)
BSM Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Program
HR: 141x Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Stop drip dopamin
SpO2 100% Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x  Ekstubasi evaluasi dengan O2
Kulit: ikterik (-) nasal 2 lpm
Refleks:  Awasi tanda distress
-Refleks hisap (+), lemah pernapasan
-Menangis keras (+)  Pantau keadaan umum, tanda
vital dan saturasi oksigen
Assesment  Imobilisasi lengan kanan
 Neonatus preterm  Pindah cuves
 BBLR
 Pasca asfiksia berat
 Gangguan napas berat
 Neonatal infeksi
 Fraktur humerus dextra 1/3 tengah

20/9/2014 Kondisi bayi: Terapi


U: 3 hari  Lingkungan (+)  O2 nasal 2 lpm
BB: 2360 gr  Diet (+)  Infus D10% 7 tpm mikro
HR: 120x/m  OGT (+)  Injeksi ampisulbaktam 2 x
RR: 36x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif 175 mg IV (H-4)
T: 36.4oC Status Internus  Injeksi Ca gluconas 2 x 1,25
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-) cc
Thoraks: simetris, retraksi (-)
BSM Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Program
HR: 137x Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Stop injeksi Ca gluconas
SpO2: 96% Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 2x  Diet ASI 8 x 10 – 15 ml
Kulit: ikterik (+) Kramer III - IV  Cek residu
Refleks:  Imobilisasi lengan kanan
-Refleks hisap (+), kuat  Cek bilirubin total dan direk
-Menangis keras (+)
 Ekstubasi evaluasi dengan O2
nasal 2 lpm
Assesment

20
 Neonatus preterm  Awasi tanda distress
 BBLR pernapasan
 Pasca asfiksia berat  Pantau keadaan umum, tanda
 Gangguan napas berat vital dan distress pernapasan
 Neonatal infeksi  Edukasi Ibu cara menetek
 Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
21/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 4 hari  Lingkungan (+)  O2 nasal 1 lpm
BB: 2300 gr  Diet (+)  Infus D10% 7 tpm mikro
HR: 138x/m  OGT (-)  Injeksi ampisulbaktam 2 x
RR: 35x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif 175 mg IV (H-5)
T: 37.1oC Status Internus
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-) Program
Thoraks: simetris, retraksi (-)  Diet ASI 8 x 15 – 20 ml
BSM Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)  Imobilisasi lengan kanan
HR: 153x Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)
SpO2: 96% Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 2x
Kulit: ikterik (+) Kramer III - IV
Refleks:
-Refleks hisap (+), kuat
-Menangis keras (+)

Assesment
 Neonatus preterm
 BBLR
 Pasca asfiksia berat
 Gangguan napas berat
 Neonatal infeksi
 Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
 Neonatus ikterik
22/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 5 hari  Lingkungan (+)  Infus D10% 7 mikro
BB: 2100 gr  Diet (+)  Injeksi ampisulbaktam 2 x
HR: 150x/m  OGT (-) 175 mg IV (H-6)
RR: 48x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif
T: 37.0oC Status Internus Program
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-)  Diet ASI 8 x 15 – 20 ml
Thoraks: simetris, retraksi (-)  Imobilisasi lengan kanan
BSM Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)  O2 nasal aff
HR: 132x Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Cek darah rutin
SpO2: 97% Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x
Kulit: ikterik (+) Kramer II - III
Refleks:
-Refleks hisap (+), kuat
-Menangis keras (+)

Assesment
 Neonatus preterm
 BBLR
21
 Pasca asfiksia berat
 Gangguan napas berat
 Neonatal infeksi
 Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
 Neonatus ikterik
23/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 6 hari  Lingkungan (+)  Infus D10% 7 tpm mikro
BB: 2190 gr  Diet (+)
HR: 120x/m  OGT (-) Program
RR: 40x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif  Diet ASI 8 x 20 – 25 ml
T: 36.7oC Status Internus  Imobilisasi lengan kanan
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-)  Stop injeksi ampisilin
Thoraks: simetris, retraksi (-)  Stop injeksi Ca gluconas
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)  Boleh pulang
Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Edukasi orangtua
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x  Kontrol ke poli anak 2 hari
Kulit: ikterik (-) setelah pulang (25/9/2014)
Refleks:
-Refleks hisap (+)
-Menangis keras (+)

Assesment
 Neonatus preterm
 BBLR
 Pasca asfiksia berat
 Gangguan napas berat
 Neonatal infeksi
 Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
 Pasca neonatus ikterik

Pemeriksaan (20/9/2014) Hasil Satuan Nilai rujukan


Lain - lain
– Bilirubin total 10.00 mg/dL 1.0 – 1.00
– Bilirubin direk 0.25 mg/dL 0.0 – 0.35

Pemeriksaan (22/9/2014) Hasil Satuan Nilai rujukan

22
Hematologi
– Hemoglobin 14.7 g/dL 12.0 – 16.0
– Hematokrit 40.9 % 37 – 47
– Leukosit 17.1 /uL 4.8 – 10.8
– Trombosit 446 103 /uL 150 – 400

TINJAUAN PUSTAKA
USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIR

PENDAHULUAN
Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu indikator
kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertumbuhan intrauterin yang dapat
mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Berawal dari fakta klinis

23
bahwa bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau usia gestasi memiliki masalah klinis
yang serupa,yaitu gangguan perkembangan fisik , gangguan perkembangan mental dan
kelainan kongenital maka American Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn
menyarankan agar semua bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir
berdasarkan usia gestasi.
Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram
lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram
adalah aterm. Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald (1960) yang menunjukan
bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh
sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.1,2

DEFINISI DAN KLASIFIKASI


Berat Badan Lahir
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas kesehatan
(Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter ,
Bidan dan Perawat)
Klasifikasi :
1. Bayi Badan Lahir Rendah
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram
2. Bayi Badan Lahir Cukup / Normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 – 4000 gram
3. Bayi Badan Lahir Lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram

Usia Gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari
pertama haid terakhir
Klasifikasi :
1. Bayi Kurang Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)

24
Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco
2. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco
Dengan perngertian seperti yang telah diterangkan diatas bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa Gestasinya < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasanya disebut Bayi Kurang Bulang –Sesuai Masa Kehamilan
(BKB-SMS)
2. Dismaturitas
Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.1,4

PATOFISIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Terdapat banyak penyebab bayi berat lahir rendah tetapi yang paling utama adalah
gangguan pertubuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation). Gangguan
pertumbuhan tiap bayi berbeda, ditentukan oleh onset terjadinya. Pada IUGR di awal
kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan simetris sedangkan pada akhir kehamilan
disebut juga gangguan pertumbuhan asimetris, dimana organ-organ besar seperti otak ,
jantung dan tulang rangka hanya sedikit terpengaruh secara klinis.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam IUGR :


1. Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta sejalan
dengan pertambahan berat janin, sehingga berat lahir memiliki hubungan berarti
dengan berat plasenta. Aliran darah ke uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi
plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vascular yang diderita ibu. Disfungsi
plasenta dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin.25 – 30% kasus gangguan

25
pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada
kehamilan dengan komplikasi penyakit vascular ibu.
Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda , penyalahgunaan obat , penyakit vaskular , penyakit ginjal ,
penyakit infeksi (TORCH) , insersi plasenta umbilicus yang abnormal dan tumor
vaskular.
2. Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat selama kehamilan. Ibu dengan
berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada
yang dilahirkan dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status
nutrisi ibu memiliki efek terhadap pertumbuhan janin.
3. Infeksi
Infeksi tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi yang
menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus umumnya menimbulkan
gangguan pertumbuhan janin.
4. Faktor Genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetic ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk
berulangkali melahirkan memiliki kemungkinan tinggi untuk melahirkan bayi berat
lahir kurang.1,3

MASALAH BAYI BERAT LAHIR RENDAH DAN BAYI KURANG BULAN


1. Ketidakstabilan Suhu
- Peningkatan hilangnya panas
- Kurangnya lemak subkutan
- Rasio luas permukaan terhadap berat badan
- Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadahi dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan Pernafasan
- Defisiensi surfaktan yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran Hyalin)
- Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk , menghisap dan
menelan
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah

26
- Pernafasan yang periodic dan apnea
3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi
- Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
- Motilitas usus yang menurun
- Pengosongan lambung tertunda
- Pencernaan dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak berkurang
- Defisiensi enzim lactase
- Menurunnya cadangan kalsium , fosfor , protein dan zat besi dalam tubuh
- Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans)
4. Imaturitas Hati
- Konjugasi dan ekskresi billirubin yang terganggu
- Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas Ginjal
- Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
- Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolic
- Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia ,
hiperkalemia atau glikosuria ginjal
6. Imaturitas Imunologis
- Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga
- Fagositosis terganggu
- Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan Neurologis
- Refleks isap dan telan imatur
- Penurunan motilitas usus
- Apnea dan bradikardia berulang
- Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
- Pengaturan perfusi serebral yang buruk
- Hypoxic Ischemic Enchepalopathy (HIE)
- Retinopati prematuritas
- Kejang
- Hipotonia
8. Kelainan Kardiovaskular
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi
BKB
27
- Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan Hematologis
- Anemia
- Hiperbilirubinemia
- Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
- Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10. Kelainan Metabolisme
- Hipokalsemia
- Hipoglikemia atau hiperglikemia. 1,2,4,5

PENILAIAN USIA GESTASI


1. Penilaian Usia Gestasi Antenatal
Cara yang paling sederhana adalah dengan menentukan Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian penting misalnya gerakan janin , munculnya
denyut jantung janin dan tinggi fundus. Cara ini biasanya tidak jelas dan kejadian-
kejadian selama kehamilan biasanya tidak spesifik atau tidak tercatat bila pasien tidak
menjani perawatan antenatal (ANC).
Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan ultrasonografi
(USG) juga dapat memperikirakan umur kehamilan. 1,4
2. Penilaian Usia Gestasti Postnatal
Tiga teknik pasca persalinan yang paling sering digunakan adalah :
1. Penilaian ciri fisik luar
Farr et al dan Usher et al mengidentifikasi ciri-ciri fisik luar bayi baru lahir
yang progresif dengan pola teratur selama kehamilan. Parameter ini berupa
berbagai macam cirri fisik dan meliputi elemen-elemen seperti perubahan lipa
telapak kaki dan perubahan bentuk serta kekakuan daun telinga.4,5

Tanda 0 1 2 3 4
Luar
Edema
tangan dan Pitting Tidak ada
Edema kaki ; edema pada edema
Pitting tibia
edema

28
pada tibia

Halus ; Sedikit Tebal dan


ketebalan menebal ; seperti
Tekstur Sangat Tipis dan sedang , pecah- perkamen
Kulit tipis halus ruam dan pecah dan ; pecah –
pengelupasan ruam pecah dan
superfisial superficial ruam
dalam
Pucat ;
hanya
Merah Merah muda merah
Warna Merah tua muda pucat pada muda pada
Kulit menyeluruh tubuh telinga ,
bervariasi bibir ,
telapak
tangan atau
kaki
Sejumlah Beberapa
besar vena Vena-vena Beberapa vena besar Tidak
Opasitas dan venula dan vena besar tampak tampak
Kulit terlihat cabangnya nampak jelas tidak jelas pembuluh
jelas, terlihat pada pada –
terutama abdomen abdomen pembuluh
abdomen darah
Banyak Penipisan Sedikit Paling
sekali rambut lanugo dan tidak
Lanugo Tidak ada panjang dan terutama daerah separuh
lanugo tebal di bagian tanpa punggung
seluruh bawah rambut tanpa
punggung punggung lanugo
Garis-garis
merah jelas
Garis-garis pada lebih Identasi
merah tipis dari setengah Identasi nyata dan

29
Lipatan pada bagian lebih dari dalam
Telapak Tidak ada setengah anterior sepertiga lebih dari
Kaki lipatan bagian identasi pada bagian sepertiga
kulit anterior kurang dari anterior bagian
kaki sepertiga anterior
bagian
anterior
Puting Puting susu Areola Areola
susu tampak berbintik , berbintik ,
Bentuk hamper jelas ; pinggiran tdk pinggiran
Putting tidak areola halus terangkat , terangkat ,
nampak ; (diameter < diameter < diameter >
tidak ada 0,75 cm) 0,75 cm 0,75 cm
areola
Ukuran Jaringan Jaringan Jaringan Jaringan
Payudara payudara payudara payudara payudara
tidak pada satu pada satu pada satu
teraba atau kedua atau kedua atau kedua
sisi, sisi sisi
diameter < berukuran berukuran
0,5 cm 0,5 – 1 cm > 1 cm
Pinna
datar dan Putaran
Bentuk tidak Bagian Putaran penuh
Telinga berbentuk pinna sebagian seluruh
, putaran memutar pinna bagian bagian atas
pinggir atas pinna
sedikit/
tidak ada
Pinna Pinna lunak Pada pinggir
lunak , , dapat pinna Pinna keras
dapat dilipat , terdapat ,
Kekakuan dilipat dengan kartilago tapi berkartilag
Telinga dengan mudah , di beberapa o hingga ke
mudah recoil tempat pinggir ,

30
(tidak ada lambat lunak , recoil cepat
recoil) segera terjadi
recoil
Paling tidak
Dalam ada satu Paling tidak
skrotum testis yang ada satu
Genitalia tidak terletak testis yang
Pria terdapat tinggi di berada di
testis dalam bawah
skrotum
Labia Labio
mayora mayora Labio
Genitalia terpisah hampir mayora
Wanita jauh , labio menutupi menutupi
minora labia labio minora
menutup minora secara penuh
keluar

1. Evaluasi neurologis
Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik yang dapat
dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis harus dilakukan saat bayi
berada dalam keadaan tenang dan beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah
ketidakpraktisan penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi
atau infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi bias
penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai criteria fisik
daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,4

2. Sistem nilai yang menggabungkan ciri fisik luar dan evaluasi neurologis
Dubowitz dan rekan menemukan sistem penilaian yang menggabungkan
temua neurologis (Amiel Tison) dengan ciri-ciri fisik yang digambarkan farr. 1,4

31
PENILAIAN PERTUMBUHAN INTRAUTERIN
Menurut Kurva Lubchenco
Nilai standard yang digunakan disusun untuk berat , panjang dan lingkar kepala lahir
terhadap umur kehamilan. 1,2

32
33
ASFIKSIA DAN RESUSITASI
PENDAHULUAN
Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan
bantuan untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk
bernapas) hingga resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut kira-kira hanya 1%
saja yang membutuhkan resusitasi ekstensif. Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah
sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan
kompresi dada.
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru lahir.
Walaupun demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu
tempat dan peralatan untuk melakukan resustasi harus memadahi dan petugas yang sudah
dilatih dan terampil harus tersedia setiap saat di semua tempat kelahiran bayi.3,5

DEFINISI
Resusitasi adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL ang tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia ditandai dengan
keadaaan hipoksemia , hiperkarbia dan asidosis. Menurut APP dan ACOG (2004), berikut
karakteristik asfiksia :
1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu pH <
7 , pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
2. Nilai apgar 0 – 7 pada menit ke 1
3. Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang , hipotonia , koma
atau ensefalopati hipoksik iskemik
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.3

FAKTOR RISIKO
1. Faktor Risiko Antepartum
- Diabetes pada ibu
- Hipertensi pada kehamilan
- Hipertensi kronik
- Anemia janin atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin atau neonatus
- Perdarahan pada trimester dua dan tiga

34
- Infeksi ibu
- Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan nerologi
- Polihidroamnion
- Oligohidroamnion
- Ketuban pecah dini
- Hidrops fetalis
- Kehamilan lewat waktu
- Kehamilan ganda
- Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
- Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker
- Ibu pengguna obat bius
- Malformasi atau anomaly janin
- Tanpa pemeriksaan antenatal
- Usia < 16 tahun atau > 35 tahun

2. Faktor Risiko Intrapartum


- Seksio sesaria darurat
- Kelahira dengan ekstraksi forsep atau vakum
- Letak sungsang atau persentasi abnormal
- Kelahiran kurang bulan
- Partus presipitatus
- Korioamnionitis
- Ketuban pecah lama (< 18 jam sebelum persalinan)
- Partus lama (> 24 jam)
- Kala dua lama (> 2 jam)
- Makrosomia
- Bradikardia janin persisten
- Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan
- Penggunaan anestesi umum
- Hiperstimulus uterus
- Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
- Air ketuban bercampur mekonium
- Prolaps tali pusat
- Solisio plasenta
35
- Plasenta previa
- Perdarahan intrapartum. 3,5

PENILAIAN
Penilaian
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian dengan APGAR
Score. 6

Pembacaan APGAR Score :


1. Apgar score dinilai 3x pada menit ke 1 – 5 – 10

36
2. Menit pertama digunakan untuk menentukan diagnosis (sehat / asfiksia)
a. Nilai APGAR 8 – 10 : Vigorous baby
b. Nilai APGAR 7 : Asfiksia ringan
c. Nilai APGAR 4 – 6 : Asfiksia sedang
d. Nilai APGAR 0 – 3 : Asfiksia berat
3. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis perkebangan bayi baru
lahir.5,6

37
NEONATAL INFEKSI

DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection
(diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi
yg diperoleh dari lingkungan luar). 3

PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:

1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara
ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
b. Spirochaeta: treponema palidum
c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes

2. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh,
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi
janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi intranatal dapat
juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya
blenorea dan “oral trush”.

3. Infeksi pascanatal

38
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.3,9

DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan
dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan
dengan pemeriksaan fisik serta laboratorium.

Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital
tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat bahwa
kelainan tersebut disebabkan infeksi.

Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama


pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan
angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu mendapat
perhatian yaitu 3,9:
 Bayi malas minum
 Bayi tertidur
 Tampak gelisah
 Pernafasan cepat
 Berat badan turun drastis
 Terjadi muntah dan diare
 Panas badan dengan pola bervariasi
 Aktivitas bayi menurun
 Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning, pembesaran
hepar, purpura, dan kejang-kejang
 Terjadi edema
 Sklerema

39
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
“Bell Squash Score” dan “Gupte Score”: 9,10
 Bell Squash Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: < 4  Observasi NI; > 4  NI
 Gupte Score:

Prematuritas 3

Cairan amnion berbau busuk 2

Ibu demam 2

Asfiksia 2

Partus lama 1

Vagina tidak bersih 2

KPD 1

Hasil: 3-5  screening NI; > 5  NI

KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
 Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis, pneumonia,
diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorum.
 Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum,
infeksi umbilicus, moniliasis.

40
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya
seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko:
o Persalinan lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi / febris pada ibu
o Air ketuban bau, keruh
o KPD > 12 jam
o Prematuritas & BBLR
o Fetal distress
Tanda & gejala:
o Refleks hisap lemah
o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
o Hipotermia atau hipertermia
o Merintih
o Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
o Penggunaan antibiotika
o Pemeriksaan laboratorium urin
o Biakan darah dan uji resistensi

2. Meningitis pada Neonatus


Tanda dan gejala:
o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis
o Kejang
o UUB menonjol
o Kaku kuduk
Pengobatan:
o Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak diberikan
minimal 3 minggu

41
o Pungsi lumbal

3. Sindrom Aspirasi Mekonium


SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan kematian
terutama pada bayi BBLR karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna
Gejala:
o Pada waktu lahir ditemukan meconium staining
o Letargia
o Malas minum
o Apneu neonatal
o Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
o Rhonki (+)
Pengobatan:
o Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan
lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan nafas
o Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
o Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
o Terapi antibiotika
o Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram

4. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
o Perwatan tali pusat yang tidak steril
o Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang otot rahang
dan faring
o Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus
o Tangan mengepal (boxer hand)
o Kejang
o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru

42
Tindakan:
o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
o Pasang IV line dan OGT
o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari
o Rawat tali pusat
o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya
rangsangan
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi
melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, bisa
terdapat pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur
darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat
lagi.
Penatalaksanaan:
o Bayi harus diisolasi
o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit disusul
dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata diberikan setiap jam
selama 3 hari
o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM. 3

PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
 Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
 Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
43
 Gunakan teknik aseptic
 Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi instrument dan
peralatan
 Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
 Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.3,9
DAFTAR PUSTAKA

1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku 3. FKUI, Jakarta.


2. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition. Dalam
Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.
3. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010
4. S a i f u d d i n , A B , A d r i a n z , G . M a s a l a h B a y i B a r u L a h i r . D a l a m : B u k u
A c u a n  Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1.
Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
5. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4.
London:Arnold, 2002; 62-88.
6. Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds.
Manualof neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004;
536-54.
7. Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku.
8. Prawirohartono EP, Sunarto (ed), Ikterus dalam Pedoman Tata Laks ana
Medik An ak RSUP.Dr. Sardjito, Edisi 2, Cetakan 2, Medika FK UGM, Yogyakarta
2000, hal 37-43.

9. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis.2011.Avalaible


at http://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober 10th, 2011

10. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in Neonatal


Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta 2005:1-13

44

Anda mungkin juga menyukai