Anda di halaman 1dari 3

3.2.

10 Tatalaksana
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring,
isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotic.
Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit
serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan
seksama. Pengobatan antibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya
pathogenesis infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakterimia.
Kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita demam tifoid.
Dosis yang diberikan adalah 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10-14
hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun, sedang pada kasus dengan malnutrisi atau
penyakit, pengobatan dapat diperpanjang sampai 21 hari, 4-6 minggu untuk osteomilitis akut,
dan 4 minggu untuk meningitis. Salah satu kelemahan kloramfenikol adalah tingginya angka
relaps dan karier. Namun pada anak hal tersebut jarang diaporkan.8
Ampisilin memberikan respons perbaikan klinis yang kurang apabila dibandingkan
dengan kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali
pemberian secara intravena. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali
pemberian per oral memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun
penurunan demam lebih lama. Kombinasi trimethoprim sulfametoksazol (TMP-SMZ)
memberikan hasil yang kurang baik disbanding kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah
TMP 10 mg/kg/hari atau SMZ 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis. Di beberapa negara sudah
dilaporkan kasus demam tifoid yang resisten terhadap kloramfenikol. Di India resisteni ganda
terhadap kloramfenikol, Ampisilin, dan TMP-SMZ terjadi sebanyak 49-83%. Strain yang
resisten umumnya rentan terhadap sefalosporin generasi ketiga. Pemberian sefalosporin
generasi ketiga seperti Seftriakson 100 mg/kg/hari dibagi dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4
gram/hari) selama 5-7 hari atau sefotaksim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis
efektif pada isolat yang rentan. Efikasi kuinolon baik tetapi tidak dianjurkan untuk anak.
Akhir-akhir ini cefixime oral 10-15 mg/kgBB/hari selama 10 hari dapat diberikan sebagai
alternatif, terutama apabila jumlah leukosit <2000/ul atau dijumpai resistensi terhadap
S.typhi.8
Pada demam tifoid kasus berat seperti delirium, obtundasi, stupor, koma dan shock,
pemberian deksametason intravena (3 mg/kg diberikan dalam 30 menit untuk dosis awal,
dilanjutkan dengan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam) disamping antibiotik yang memadai,
dapat menurunkan angka mortalitas dari 35-55% menjadi 10%. Demam tifoid dengan
penyulit perdarahan usus kadang-kadang memerlukan transfuse darah. Sedangkan apabila
diduga terjadi perforasi, adanya cairan pada peritoneum dan udara bebas pada foto abdomen
dapat membantu menegakkan diagnosis. Laparatomi harus segera dilakukan pada perforasi
usus disertai penambahan antibiotic metronidazole dapat memperbaiki prognosis. Reseksi 10
cm di setiap sisi perforasi dilaporkan dapat meningkatkan angka harapan hidup. Transfusi
trombosit dianjurkan untuk pengobatan trombositopenia yang dianggap cukup berat sehingga
menyebabkan perdarahan saluran cerna pada pasien-pasien yang masih dalam pertimbangan
untuk dilakukan intervensi bedah.8
Ampisilin (atau amoksisilin) dosis 40 mg/kg/hari dalam 3 dosis peroral ditambah
dengan probenecid 30 mg/kg/hari dalam 3 dosis peroral atau TMP-SMZ selama 4-6 minggu
memberikan angka kesembuhan 80% pada karier tanpa penyakit saluran empedu. Bila
terdapat kolelitiasis atau kolesistisis, pemberian antibiotic saja jarang berhasil, kolesistektomi
dianjurkan setelah pemberian antibiotik (ampisilin 200 mg/kgBB/hari dalam 4-6 dosis IV)
selama 7-10 hari, setelah kolesistektomi dilanjutkan dengan amoksisilin 30 mg/kgBB/hari
dalam 3 dosis peroral selama 30 hari.8
Kasus demam tifoid yang mengalami relaps diberi pengobatan sebagai kasus demam tifoid
serangan pertama.8
3.2.11 Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan Kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti
perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endocarditis, dan pneumonia,
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.8
Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S.ser.Typhi >-3
bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. Risiko menjadi karier pada anak-anak
rendah dan meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien
demam tifoid. Insidens penyakit traktus biliaris lebih tinggi pada karier kronis dibandingkan
dengan populasi umum. Walaupun karier urin kronis juga dapat terjadi, hal ini jarang dan
dijumpai terutama pada individu dengan skistosomiasis.8
3.2.12 Pencegahan
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap
individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
Salmonella typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57C untuk beberapa menit
atau dengan proses iodinasi/klorinasi.8
Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57C beberapa menit dan secara merata juga
dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara/daerah
tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah
serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi. Imunisasi aktif dapat membantu
menekan angka kejadian demam tifoid.8
Saat sekarang dikenal dengan tiga macam vaksin untuk penyakit demam tifoid, yaitu
yang berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan komponen Vi dari Salmonelle typhi.
Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B yang dimatikan
(TAB vaccine) telah puluhan tahun digunakan dengan cara pemberian suntikan subkutan;
namun vaksin ini hanya memberikan daya kekebalan yang terbatas, disamping efek samping
lokal pada tempat suntikan yang cukup sering. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi
hidup yang dilemahkan (Ty-21a) diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian
selang sehari, memberi daya perlindungan 6 tahun. Vaksin Ty-21a diberikan pada anak
berumur di atas 2 tahun. Pada penelitian di lapangan didapat hasil efikasi proteksi yang
berbanding terbalik dengan derajat transmisi penyakit. Vaksin yang berisi komponen Vi dari
Salmonella typhi.diberikan secara suntikan intramuskular memberikan perlindungan 60-70%
selama 3 tahun.8

Anda mungkin juga menyukai