I. IDENTITAS PASIEN
No CM : 299752
Bangsal : Perinatologi
Lahir : 17 September 2014
1
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum Masuk Perinatologi
Ibu G3P2A0, usia 30 tahun, hamil 34 minggu, riwayat haid teratur, siklus haid 28
hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah
mendapat suntikan tetanus toxoid sebanyak 2 kali. Selama hamil ibu merasa mual kadang
disertai muntah. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi selama kehamilan.
Semasa hamil, Ibu tidak mengonsumsi obat – obatan apapun selain tablet suplemen besi.
Riwayat trauma sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal,
riwayat penyakit kencing manis, asma dan penyakit jantung disangkal. Pasien tidak
meminum jamu – jamuan selama masa kehamilan. Riwayat perdarahan disangkal.
Ibu pasien masuk ke ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Semarang dengan
rencana akan dilakukan operasi sectio cesarea atas indikasi ruptur membran prematur dan
ketuban pecah dini 12 hari. Ibu pasien kemudian masuk ke kamar operasi dan dilakukan
tindakan anestesi spinal/ sub araknoid blok oleh dokter anestesi. Kurang lebih 15 menit
kemudian dilakukan sayatan pertama untuk tindakan operasi sectio cesarea oleh dokter
kandungan dan kebidanan. Selama operasi terdapat beberapa tindakan yang dilakukan oleh
operator berupa manuver – manuver agar bayi dapat dikeluarkan dari perut Ibu.
Bayi lahir pukul 08.55 WIB, jenis kelamin perempuan dengan berat badan lahir
2400 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 32 cm dan lingkar dada 30 cm. Bayi lahir
tidak menangis lalu dibawa ke daerah resusitasi neonatus tidak jauh dari kamar operasi.
Penilaian awal dilakukan dan didapatkan bayi lahir tidak menangis dan tampak lemas.
Pada kulit hemithoraks kanan dan lengan kanan atas tampak hematom dan oedem.
Dilakukan penghisapan lendir dengan kateter nomor 6 untuk membersihkan jalan napas.
Didapatkan pada selang hisap cairan jernih. Selanjutnya bayi diposisikan semi ekstensi,
dihangatkan dan dipeka rangsang.
Bayi masih belum menangis dan kelihatan megap – megap. Selanjutnya dilakukan
ventilasi tekanan positif dengan O2 100% dan aliran 6 liter per menit selama 30 detik dan
melakukan pemotongan tali pusat. Denyut jantung bayi didapatkan kurang dari 100 kali
per menit lalu dilakukan persiapan untuk intubasi dengan pipa endotrakeal nomor 3, non
cuffed, kedalaman 8 cm. Ventilasi dilanjutkan lalu dilakukan pemasangan kateter
umbilikal, fluid challenge 26 cc dan pemberian cairan infus D10% 5 tetes per menit.
Selanjutnya pasien dikirim ke ruang perinatologi sambil tetap dilakukan ventilasi.
2
APGAR 0 1 2 1’ 5’ 10’
Total 3 4 5
17/9/2014 S: - Terapi:
(10.00 WIB) O:
Usia: 0 hari Keadaan Umum: Modus ventilator:
BB: 2400 gram Kurang aktif, tampak lemas, terpasang - RR 40
Sakit: 0 hari ventilator. - PEEP 6
Rawat: 0 hari - PIP 18
Tanda Vital: - FiO2 60%
Tekanan darah: tidak dilakukan
Nadi: 100x/mnt, i/t kurang Infus D10% 5 tpm
3
Pernapasan: ventilator Injeksi ampisilin 2 x 130 mg IV
Suhu: 37.40C Injeksi gentamycin 1 x 13 mg IV
Drip dopamin 3 mcg/kgBB/menit
BSM: Pasang OGT
HR: 127 x
SpO2: 100% Program:
- Babygram
Status Internus: - Foto rontgen lengan kanan
Mata: CA (-), SI (-) - DR, GDS, Ur, Cr, elektrolit, Ca
Hidung: NCH (+) - AGD
Mulut: Sianosis (-) - Konsul bedah bila hasil foto (+)
Thoraks:
- Simetris, retraksi (+) Hasil Lab (+):
- Hematom dan oedem sebelah kanan - Inf D10% 7 tpm mikro
Cor/ BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-) - Inj ampisulbaktam 2 x 175 mg iv
Pulmo/ SN. Vesikuler (+/+) - Inj Ca gluconas 2 x 1,25 cc
Abdomen: datar, supel, BU (+) - Inj vit K 1 x 1 mg im
Ekstremitas:
- Drip dopamin 3 mcg/kgbb/menit
- Lengan kanan atas hematom dan oedem
Refleks hisap (-) - Imobilisasi lengan kanan atas
Menangis (-) - ET terekstubasi (11.45)
Ikterik (-)
Assesment:
A: - Neonatus preterm
- Neonatus preterm - Riwayat asfiksia berat
- Asfiksia berat - BBLR
- BBLR - Neonatal infeksi
- Suspek fraktur humerus dextra - Fraktur humerus dextra 1/3
- Gangguan napas berat tengah tertutup
- Gangguan napas berat
- Hiperglikemia
- Hipokalsemia
4
– Natrium 135.0 mmol/L 134.0 – 147.0
– Kalium 4.40 mmol/L 3.50 – 5.20
– Calsium 0.97 mmol/L 1.12 – 1.32
Meteorismus
5
Fraktur humerus 1/3
tengah dextra
Thorax:
- Cor : Letak, bentuk dan ukuran normal.
- Pulmo : Corakan bronkovaskuler normal.
Tak tampak bercak – bercak di paru.
- Diafragma dan sinus baik
Kesan: Cor : Normal.
Pulmo : Tak tampak kelainan.
Abdomen:
Distribusi udara usus meningkat, dilatasi (-), fekal material (-), tak tampak AFL ataupun
free air, tak tampak gambaran massa solid intraabdomen.
Kesan: Gambaran meteorismus.
6
Riwayat Penyakit Ayah dan Ibu
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit jantung,
penyakit ginjal, alergi, anemia, serta kelainan darah sebelum hamil disangkal.
Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular seksual
selama masa kehamilan atau saat proses kehamilan seperti gonorea, klamidia,
trikomonasis, kandidiasis disangkal.
Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya
hamil disangkal.
Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat pengobatan
paru selama 6 bulan dan membuat kencing berwarna merah disangkal.
Riwayat ibu demam tinggi selama proses kehamilan disangkal.
Riwayat ibu merokok disangkal.
Riwayat ayah merokok (+)
7
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan:
Berat badan lahir : 2400 gram
Panjang badan lahir : 45 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Perkembangan:
Belum dapat dinilai dan dievaluasi.
Riwayat Imunisasi
- Hepatitis B : belum dilakukan
- Polio : belum dilakukan
- BCG : belum dilakukan
Kesan: belum dilakukan imunisasi dasar.
8
Data Obstetri
Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke- I I
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Rumah kontrakan.
Keadaan rumah : Dinding rumah terbuat dari tembok, 1 kamar tidur, 1 kamar
mandi di dalam rumah.
Sumber air bersih : Sumber air minum dari sumur, limbah buangan dialirkan
saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.
Keadaan lingkungan : Antar rumah berdekatan, tidak terlalu padat.
9
2. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 17 September 2014 pukul 14.00 WIB
Bayi perempuan usia 0 hari, berat badan 2400 gram, panjang 45 cm.
Keadaan umum : compos mentis, aktif.
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 100 kali per menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 40 kali per menit
Suhu : 37,4oC (aksila)
Status Internus:
Kepala
Normosefali, lingkar kepala 32 cm, ubun – ubun besar masih terbuka, tidak tegang, tidak
menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata
Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (+/+), sekret (-/-), septum deviasi (-).
Telinga
Normotia, sekret (-/-), kembali cepat setelah dilipat.
Mulut
ET terekstubasi pukul 11.45 WIB
Sianosis (-), trismus (-), labiopalatognatoschizis (-)
Thoraks
o Paru
Inspeksi : hemithoraks dextra dan sinistra simetris pada
keadaan inspirasi dan ekspirasi, retraksi epigastrium (-)
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), suara napas tambahan (-/-)
o Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
10
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : bunyi jantung I – II reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) 1 kali per menit
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Tulang belakang
Tidak tampak deformitas, spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia dan anorektal
Jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi sebagian labia minora, anus (+)
tidak ada kelainan.
Kulit
Tidak tampak efloresensi yang bermakna, ikterik (-), pucat (-), pewarnaan
mekoneum (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
11
o Refleks Plantar Grasp : (+)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Babygram
12
Thorax:
- Cor : Letak, bentuk dan ukuran normal.
- Pulmo : Corakan bronkovaskuler normal.
Tak tampak bercak – bercak di paru.
- Diafragma dan sinus baik
Kesan: Cor : Normal.
Pulmo : Tak tampak kelainan.
Abdomen:
Distribusi udara usus meningkat, dilatasi (-), fekal material (-), tak tampak AFL ataupun
free air, tak tampak gambaran massa solid intraabdomen.
Kesan: Gambaran meteorismus.
4. PEMERIKSAAN KHUSUS
Ballard Score
14
13
2
15
14
Kurva Lubchenco
APGAR Score
APGAR 0 1 2 1’ 5’ 10’
Total 3 4 5
15
Bell Squash Score
Parameter Skor
Kelainan bawaan 0
Asfiksia 1
Preterm 1
Gupte Score
Prematuritas 3
Ibu demam 0
Partus lama 0
KPD 1
Total Skor 6
16
III. RESUME
Telah lahir bayi jenis kelamin laki – laki dari seorang Ibu G3P2A0 usia 30 tahun,
usia kehamilan 34 minggu, lahir secara sectio cesarea ditolong oleh dokter spesialis
kandungan dan kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang pada tanggal 17
September 2014 pukul 08.55 WIB dengan berat badan lahir 2400 gram, panjang badan 45
cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30 cm, caput succedaneum (-), cephal hematom (-),
air ketuban jernih dan tidak berbau busuk. Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak
teratur, warna kulit kepala dan badan putih, tonus otot lemah, denyut jantung < 100 kali
per menit. Skor APGAR 3 – 4 – 5.
Dilakukan ventilasi tekanan positif dengan O2 100% dan aliran 6 liter per menit
selama 30 detik dan melakukan pemotongan tali pusat. Denyut jantung bayi didapatkan
kurang dari 100 kali per menit lalu dilakukan intubasi endotrakeal dan dialirkan O2.
Dilakukan pemasangan infus umbilikal dengan cairan D10% 5 tetes per menit setelah
sebelumnya dilakukan fluid challenge 26 cc. Tampak lengan kanan atas bengkak dan
berwarna kebiruan. Dilakukan imobilisasi lengan kanan atas dengan menggunakan kain
bedong. Pasien dikirim ke ruangan perinatologi.
Di dalam ruang perinatologi pasien dipasangkan ventilator dengan modus RR 40,
PEEP 6, PIP 18 dan FiO2 60%. Dari hasil pemeriksaan fisik di ruang perinatologi tanggal
17 September 2014 pukul 14.00 WIB didapatkan keadaan umum sudah cukup aktif. Nadi
100 kali per menit, isi dan tegangan kurang, dan suhu aksila 37,4oC. Status internus
didapatkan napas cuping hidung (+), lengan kanan atas terdapat ciri – ciri fraktur, labia
mayora menutupi sebagian labia minora dan refleks menghisap cukup kuat.
Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium darah didapatkan anemia ringan dan
leukositosis. Kesan dari foto babygram tampak gambaran meteorismus dan fraktur
humerus dextra 1/3 tengah. Dari pemeriksaan laboratorium kimia klinik didapatkan
hiperglikemia dan hipokalsemia.
APGAR skor saat lahir didapatkan 3 – 4 – 5 untuk 10 menit pertama dengan kesan
asfiksia berat. Skor Ballard didapatkan kesan usia kehamilan preterm 35 minggu, dari
kurva Lubchenco didapatkan kesan neonatus sesuai masa kehamilan. Skor Bell Squash
dan Gupte didapatkan hasil neonatal infeksi dan harus dimulai pemberian antibiotik.
Secara keseluruhan didapatkan kesan bayi lahir preterm 35 minggu, berat badan
lahir rendah, sesuai masa kehamilan, asfiksia berat, neonatal infeksi, gangguan napas berat
dan fraktur humerus dextra 1/3 tengah.
17
IV. DIAGNOSIS BANDING
a. Neonatus Preterm
– Sesuai masa kehamilan (SMK)
– Kecil masa kehamilan (KMK)
– Besar masa kehamilan (BMK)
b. BBLR
– Prematuritas murni
– Dismaturitas
c. Asfiksia Berat
– Faktor Janin (letak sungsang ,bayi besar, gemeli, BBLR, fetal distress)
– Faktor ibu (hipertensi, perdarahan, CPD, SC berulang, partus lama, kelahiran
dengan ekstraksi forceps atau vakum)
– Faktor Placenta (solusio placenta, placenta previa, lilitan tali pusat)
d. Observasi Infeksi Neonatal
Berdasarkan Etiologi :
– Infeksi antenatal
1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi virus, Trikomoniasis,
Candidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis, komdiloma
akuminata, ulkus molle, limfogranuloma inguinal)
2. Ketuban
– Infeksi durante natal
1. Infeksi ascenden
2. Infeksi lintas amnion
3. Infeksi lintas jalan lahir
– Infeksi postnatal
1. Perawatan tali pusat tidak adekuat
2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril)
3. Partus tindakan
4. Penolong persalinan
Berdasarkan Waktu :
– Early onset (< 72 jam)
1. Ketuban pecah dini
18
2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus, trikomoniasis, kandidiasis
vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis, kondiloma akuminata,
ulkus molle, limfogranuloma inguinal)
– Late onset (> 72 jam)
1. Perawatan tali pusat
2. Infeksi Nosokomial
e. Fraktur humerus dextra 1/3 tengah tertutup
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
a. Neonatus preterm
b. Berat badan lahir rendah, sesuai untuk masa kehamilan (KMK)
c. Asfiksia berat
d. Neonatal infeksi
e. Fraktur humerus dextra 1/3 tengah tertutup
f. Gangguan napas berat
VI. TATALAKSANA
a. Non Medikamentosa :
- Jaga jalan nafas
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat bayi
- Bed side monitor
b. Medikamentosa:
- O2 nasal 1 – 2 liter per menit
- Infus D10% 5 tetes per menit (mikro)
- Injeksi ampisulbaktam 2 x 175 mg IV
- Injeksi gentamisin 1 x 13 mg IV (tunggu urin keluar)
- Injeksi Ca Glukonas 2 x 1,25 cc ad aqua IV pelan
- Drip dopamin 3 mcg/kgBB/menit
c. Program
– Ekstubasi evaluasi dengan O2 nasal 2 liter per menit
– Awasi tanda distress pernapasan
19
– Pantau saturasi oksigen, keadaan umum dan tanda vital
– Tunda diet
– Pasang pipa orogastrik
– Imobilisasi lengan kanan atas
– Monitor keadaan umum, tanda vital, dan distress pernapasan
– Konsul spesialis bedah ortopedi
– Edukasi orangtua
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
VIII. USUL
a. Pemeriksaan darah rutin ulang (3 – 5 hari setelah antibiotik)
b. Pemeriksaan elektrolit ulang (atas indikasi)
c. Pemeriksaan GDS ulang
d. Pemeriksaan analisa gas darah
e. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan creatinin)
f. Pemantauan tumbuh kembang
g. Naikkan diet bertahap
h. Imunisasi dasar tepat waktu
20
bayi dengan cara melektakkan bayi tegak lurus di pundak dan tepuk punggungnya
perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan udara.
f. Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian imunisasi dasar.
g. Cepat temui dokter bila bayi mengalami:
– Masalah bernafas
– Merintih
– Tampak sianotik (kebiruan)
– Suhu tubuh >38°C
– Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
– Muntah atau BAB berlebihan (>3x/hari)
– Mengeluarkan darah saat BAB dan BAK
– Kejang
– Kelihatan kuning
X. FOLLOW UP
21
Assesment Imobilisasi lengan kanan
Neonatus preterm
BBLR
Pasca asfiksia berat
Gangguan napas berat
Neonatal infeksi
Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
19/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 2 hari Lingkungan (-) O2 nasal 2 lpm
BB: 2400 gr Diet (+) Infus D10% 7 tpm mikro
HR: 128x/m OGT (+) Injeksi ampisulbaktam 2 x
RR: 44x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif 175 mg IV (H-3)
T: 37.6oC Status Internus Injeksi Ca gluconas 2 x 1,25
N: i/t cukup cc (H-3)
Hidung: napas cuping hidung (-)
BSM Thoraks: simetris, retraksi (-)
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Program
HR: 141x
SpO2 100% Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+) Stop drip dopamin
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x Ekstubasi evaluasi dengan O2
nasal 2 lpm
Kulit: ikterik (-)
Awasi tanda distress
Refleks: pernapasan
-Refleks hisap (+), lemah Pantau keadaan umum, tanda
-Menangis keras (+) vital dan saturasi oksigen
Imobilisasi lengan kanan
Assesment Pindah cuves
Neonatus preterm
BBLR
Pasca asfiksia berat
Gangguan napas berat
Neonatal infeksi
Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
22
-Refleks hisap (+), kuat Ekstubasi evaluasi dengan O2
-Menangis keras (+) nasal 2 lpm
Awasi tanda distress
Assesment pernapasan
Pantau keadaan umum, tanda
Neonatus preterm
vital dan distress pernapasan
BBLR
Edukasi Ibu cara menetek
Pasca asfiksia berat
Gangguan napas berat
Neonatal infeksi
Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
21/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 4 hari Lingkungan (+) O2 nasal 1 lpm
BB: 2300 gr Diet (+) Infus D10% 7 tpm mikro
HR: 138x/m OGT (-) Injeksi ampisulbaktam 2 x
RR: 35x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif 175 mg IV (H-5)
T: 37.1oC Status Internus
N: i/t cukup Program
Hidung: napas cuping hidung (-)
Thoraks: simetris, retraksi (-) Diet ASI 8 x 15 – 20 ml
BSM
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Imobilisasi lengan kanan
HR: 153x
SpO2: 96% Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 2x
Kulit: ikterik (+) Kramer III - IV
Refleks:
-Refleks hisap (+), kuat
-Menangis keras (+)
Assesment
Neonatus preterm
BBLR
Pasca asfiksia berat
Gangguan napas berat
Neonatal infeksi
Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
Neonatus ikterik
22/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 5 hari Lingkungan (+) Infus D10% 7 mikro
BB: 2100 gr Diet (+) Injeksi ampisulbaktam 2 x
HR: 150x/m OGT (-) 175 mg IV (H-6)
RR: 48x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif
T: 37.0oC Status Internus Program
N: i/t cukup
Hidung: napas cuping hidung (-) Diet ASI 8 x 15 – 20 ml
Thoraks: simetris, retraksi (-) Imobilisasi lengan kanan
BSM
HR: 132x Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) O2 nasal aff
SpO2: 97% Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+) Cek darah rutin
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x
23
Kulit: ikterik (+) Kramer II - III
Refleks:
-Refleks hisap (+), kuat
-Menangis keras (+)
Assesment
Neonatus preterm
BBLR
Pasca asfiksia berat
Gangguan napas berat
Neonatal infeksi
Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
Neonatus ikterik
23/9/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 6 hari Lingkungan (+) Infus D10% 7 tpm mikro
BB: 2190 gr Diet (+)
HR: 120x/m OGT (-) Program
RR: 40x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif Diet ASI 8 x 20 – 25 ml
T: 36.7oC Status Internus Imobilisasi lengan kanan
N: i/t cukup Stop injeksi ampisilin
Hidung: napas cuping hidung (-)
Thoraks: simetris, retraksi (-) Stop injeksi Ca gluconas
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Boleh pulang
Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+) Edukasi orangtua
Kontrol ke poli anak 2 hari
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x
setelah pulang (25/9/2014)
Kulit: ikterik (-)
Refleks:
-Refleks hisap (+)
-Menangis keras (+)
Assesment
Neonatus preterm
BBLR
Pasca asfiksia berat
Gangguan napas berat
Neonatal infeksi
Fraktur humerus dextra 1/3 tengah
Pasca neonatus ikterik
24
Pemeriksaan (20/9/2014) Hasil Satuan Nilai rujukan
Lain - lain
– Bilirubin total 10.00 mg/dL 0.0 – 1.00
– Bilirubin direk 0.25 mg/dL 0.0 – 0.35
25
TINJAUAN PUSTAKA
USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIR
PENDAHULUAN
Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu indikator
kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertumbuhan intrauterin yang dapat
mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Berawal dari fakta klinis
bahwa bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau usia gestasi memiliki masalah klinis
yang serupa,yaitu gangguan perkembangan fisik , gangguan perkembangan mental dan
kelainan kongenital maka American Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn
menyarankan agar semua bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir
berdasarkan usia gestasi.
Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram
lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram
adalah aterm. Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald (1960) yang menunjukan
bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh
sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.1,2
Usia Gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari
pertama haid terakhir
26
Klasifikasi :
1. Bayi Kurang Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)
Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco
2. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco
Dengan perngertian seperti yang telah diterangkan diatas bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa Gestasinya < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasanya disebut Bayi Kurang Bulang –Sesuai Masa Kehamilan
(BKB-SMS)
2. Dismaturitas
Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.1,4
27
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam IUGR :
1. Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta sejalan
dengan pertambahan berat janin, sehingga berat lahir memiliki hubungan berarti
dengan berat plasenta. Aliran darah ke uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi
plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vascular yang diderita ibu. Disfungsi
plasenta dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin.25 – 30% kasus gangguan
pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada
kehamilan dengan komplikasi penyakit vascular ibu.
Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda , penyalahgunaan obat , penyakit vaskular , penyakit ginjal ,
penyakit infeksi (TORCH) , insersi plasenta umbilicus yang abnormal dan tumor
vaskular.
2. Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat selama kehamilan. Ibu dengan
berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada
yang dilahirkan dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status
nutrisi ibu memiliki efek terhadap pertumbuhan janin.
3. Infeksi
Infeksi tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi yang
menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus umumnya menimbulkan
gangguan pertumbuhan janin.
4. Faktor Genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetic ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk
berulangkali melahirkan memiliki kemungkinan tinggi untuk melahirkan bayi berat
lahir kurang.1,3
28
- Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadahi dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan Pernafasan
- Defisiensi surfaktan yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran Hyalin)
- Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk , menghisap dan
menelan
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah
- Pernafasan yang periodic dan apnea
3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi
- Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
- Motilitas usus yang menurun
- Pengosongan lambung tertunda
- Pencernaan dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak berkurang
- Defisiensi enzim lactase
- Menurunnya cadangan kalsium , fosfor , protein dan zat besi dalam tubuh
- Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans)
4. Imaturitas Hati
- Konjugasi dan ekskresi billirubin yang terganggu
- Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas Ginjal
- Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
- Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolic
- Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia ,
hiperkalemia atau glikosuria ginjal
6. Imaturitas Imunologis
- Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga
- Fagositosis terganggu
- Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan Neurologis
- Refleks isap dan telan imatur
- Penurunan motilitas usus
- Apnea dan bradikardia berulang
- Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
- Pengaturan perfusi serebral yang buruk
29
- Hypoxic Ischemic Enchepalopathy (HIE)
- Retinopati prematuritas
- Kejang
- Hipotonia
8. Kelainan Kardiovaskular
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi
BKB
- Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan Hematologis
- Anemia
- Hiperbilirubinemia
- Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
- Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10. Kelainan Metabolisme
- Hipokalsemia
- Hipoglikemia atau hiperglikemia. 1,2,4,5
30
Tanda 0 1 2 3 4
Luar
Edema
tangan dan Pitting Tidak ada
Edema kaki ; edema pada edema
Pitting tibia
edema
pada tibia
31
sekali rambut lanugo dan tidak
Lanugo Tidak ada panjang dan terutama daerah separuh
lanugo tebal di bagian tanpa punggung
seluruh bawah rambut tanpa
punggung punggung lanugo
Garis-garis
merah jelas
Garis-garis pada lebih Identasi
merah tipis dari setengah Identasi nyata dan
Lipatan pada bagian lebih dari dalam
Telapak Tidak ada setengah anterior sepertiga lebih dari
Kaki lipatan bagian identasi pada bagian sepertiga
kulit anterior kurang dari anterior bagian
kaki sepertiga anterior
bagian
anterior
Puting Puting susu Areola Areola
susu tampak berbintik , berbintik ,
Bentuk hamper jelas ; pinggiran tdk pinggiran
Putting tidak areola halus terangkat , terangkat ,
nampak ; (diameter < diameter < diameter >
tidak ada 0,75 cm) 0,75 cm 0,75 cm
areola
Ukuran Jaringan Jaringan Jaringan Jaringan
Payudara payudara payudara payudara payudara
tidak pada satu pada satu pada satu
teraba atau kedua atau kedua atau kedua
sisi, sisi sisi
diameter < berukuran berukuran
0,5 cm 0,5 – 1 cm > 1 cm
Pinna
datar dan Putaran
Bentuk tidak Bagian Putaran penuh
32
Telinga berbentuk pinna sebagian seluruh
, putaran memutar pinna bagian bagian atas
pinggir atas pinna
sedikit/
tidak ada
Pinna Pinna lunak Pada pinggir
lunak , , dapat pinna Pinna keras
dapat dilipat , terdapat ,
Kekakuan dilipat dengan kartilago tapi berkartilago
Telinga dengan mudah , di beberapa hingga ke
mudah recoil tempat lunak pinggir ,
(tidak ada lambat , segera recoil cepat
recoil) terjadi recoil
Paling tidak
Dalam ada satu Paling tidak
skrotum testis yang ada satu
Genitalia tidak terletak testis yang
Pria terdapat tinggi di berada di
testis dalam bawah
skrotum
Labia Labio
mayora mayora Labio
Genitalia terpisah hampir mayora
Wanita jauh , menutupi menutupi
labio labia labio minora
minora minora secara penuh
menutup
keluar
1. Evaluasi neurologis
Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik yang dapat
dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis harus dilakukan saat bayi
berada dalam keadaan tenang dan beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah
33
ketidakpraktisan penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi
atau infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi bias
penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai criteria fisik
daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,4
2. Sistem nilai yang menggabungkan ciri fisik luar dan evaluasi neurologis
Dubowitz dan rekan menemukan sistem penilaian yang menggabungkan
temua neurologis (Amiel Tison) dengan ciri-ciri fisik yang digambarkan farr. 1,4
34
35
ASFIKSIA DAN RESUSITASI
PENDAHULUAN
Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan
bantuan untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk
bernapas) hingga resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut kira-kira hanya 1%
saja yang membutuhkan resusitasi ekstensif. Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah
sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan
kompresi dada.
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru lahir.
Walaupun demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu
tempat dan peralatan untuk melakukan resustasi harus memadahi dan petugas yang sudah
dilatih dan terampil harus tersedia setiap saat di semua tempat kelahiran bayi.3,5
DEFINISI
Resusitasi adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL ang tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia ditandai dengan
keadaaan hipoksemia , hiperkarbia dan asidosis. Menurut APP dan ACOG (2004), berikut
karakteristik asfiksia :
1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu pH <
7 , pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
2. Nilai apgar 0 – 7 pada menit ke 1
3. Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang , hipotonia , koma
atau ensefalopati hipoksik iskemik
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.3
FAKTOR RISIKO
1. Faktor Risiko Antepartum
- Diabetes pada ibu
- Hipertensi pada kehamilan
- Hipertensi kronik
- Anemia janin atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin atau neonatus
- Perdarahan pada trimester dua dan tiga
36
- Infeksi ibu
- Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan nerologi
- Polihidroamnion
- Oligohidroamnion
- Ketuban pecah dini
- Hidrops fetalis
- Kehamilan lewat waktu
- Kehamilan ganda
- Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
- Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker
- Ibu pengguna obat bius
- Malformasi atau anomaly janin
- Tanpa pemeriksaan antenatal
- Usia < 16 tahun atau > 35 tahun
PENILAIAN
Penilaian
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian dengan APGAR
Score. 6
38
c. Nilai APGAR 4 – 6 : Asfiksia sedang
d. Nilai APGAR 0 – 3 : Asfiksia berat
3. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis perkebangan bayi baru
lahir.5,6
39
NEONATAL INFEKSI
DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection
(diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi
yg diperoleh dari lingkungan luar). 3
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara
ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
b. Spirochaeta: treponema palidum
c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh,
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi
janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi intranatal dapat
juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya
blenorea dan “oral trush”.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
40
silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.3,9
DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan
dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan
dengan pemeriksaan fisik serta laboratorium.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital
tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat bahwa
kelainan tersebut disebabkan infeksi.
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
“Bell Squash Score” dan “Gupte Score”: 9,10
41
Bell Squash Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: < 4 Observasi NI; > 4 NI
Gupte Score:
Prematuritas 3
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
KPD 1
KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis, pneumonia,
diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorum.
Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum,
infeksi umbilicus, moniliasis.
42
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya
seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko:
o Persalinan lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi / febris pada ibu
o Air ketuban bau, keruh
o KPD > 12 jam
o Prematuritas & BBLR
o Fetal distress
Tanda & gejala:
o Refleks hisap lemah
o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
o Hipotermia atau hipertermia
o Merintih
o Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
o Penggunaan antibiotika
o Pemeriksaan laboratorium urin
o Biakan darah dan uji resistensi
4. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
o Perwatan tali pusat yang tidak steril
o Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang otot rahang
dan faring
o Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus
o Tangan mengepal (boxer hand)
o Kejang
o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru
Tindakan:
o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
o Pasang IV line dan OGT
o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
44
o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari
o Rawat tali pusat
o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya
rangsangan
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi
melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, bisa
terdapat pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur
darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat
lagi.
Penatalaksanaan:
o Bayi harus diisolasi
o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit disusul
dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata diberikan setiap jam
selama 3 hari
o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM. 3
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
Gunakan teknik aseptic
Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi instrument dan
peralatan
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.3,9
45
DAFTAR PUSTAKA
46