Disusun oleh:
Ranvabesa Cakra Laksa Cita 0915011
Cristika 1315033
Diella Natasha 1315054
Emanuella Tamara 1315227
Feiny Melinda Sugiono 1315228
Pembimbing:
Dr. dr. Aloysius Suryawan, Sp.OG (K)
1
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. AN
Usia : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cicukang
Nama Suami : Tn. G
Pekerjaan : Buruh
Menikah : 1 x, 16 tahun
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 61kg
BB sblm hamil : 45 kg
Tanggal Masuk : 02/04/2018
Jam masuk : 00:00
DPJP : dr. RR , Sp. OG
II. Anamnesis
Autoanamnesis
2
Siklus haid : Tidak teratur
Riwayat PNC : Bidan
Riwayat KB : Tidak memakai KB
RPD : Tidak ada hipertensi, DM, asma
RPK : Tidak ada hipertensi, DM, asma
R. Operasi : Tidak pernah
Gol. Darah : B+
Riwayat Obstetrikus
Perkawina Persalinan Lama Persalinan JK BBL Umur skrg Keadaan
n ke- kehamila & (gram) skrg
n komplikasi
1 1 9 bulan Spontan di Laki-laki 3200 16 tahun Sehat
bidan
1 3 Hamil ini
Status Generalis
Kepala : Conjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
Leher : Trakea letak sentral, KGB tidak membesar
3
Thorax : VBS +/+ kiri = kanan, Ronkhi -/-, Wheezing -/-,
Bunyi jantung murni, tidak ada murmur
Abdomen : Cembung gravid, bising usus + normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, oedem +/+,
Refleks fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-
Pemeriksaan Luar
TFU : 39 cm
LP : 91 cm
DJJ : Bayi I: 148x/menit (13-12-12)
Bayi II: 152x/menit (13-13-12)
TBBJ : -
His : 2x/10 menit, 20 detik
Letak janin : Bayi I : memanjang
Bayi II: melintang
Leopold:
Leopold I : Bayi I: Teraba kurang bundar, kurang melenting, lunak
Bayi II: Kosong
Leopold II : Bayi I: Tahanan terbesar di sisi kiri
Bayi II: Teraba kurang bundar, kurang melenting, lunak di sisi kanan
Leopold III : Bayi I: Teraba bundar, melenting, keras, dan teraba bagian kecil
Bayi II: Kosong
Leopold IV : Konvergen
Pemeriksaan Dalam
4
V. Diagnosis
G3P2A0 Parturien Aterm Kala I Fase Aktif + Gemelli
VII. Follow Up
Frekuensi dasar:
Bayi I : 150 dpm
Bayi II: 110 dpm
Variabilitas:
Bayi I: minimal
Bayi II: moderate
Akselerasi:
Bayi I: tidak ada
Bayi II: ada
Deselerasi : Tidak ada
His : 1x/10 menit, 40 detik
Gerak janin : 1x/10 menit
5
Laboratorium
Hematologi
Hb: 9,8 g/dL (11,7-15,5)
Ht: 32% ( 37-47)
L: 9,11 x 103 /mm3 (4-10 x 103)
Tc: 109 x 103 /mm3 (150-450)
Eritrosit: 3,9jt/mm3 (3,8-5,4)
MCV: 82 fL (80-100)
MCH:25 g/dL (26-34)
MCHC: 31 g/dL (32-36)
BT: 2 menit (1-3)
CT: 8 menit (5-11)
ADVIS DOKTER:
NST, cek lab, observasi kemajuan persalinan
6
Waktu TTV DJJ / HIS PD
ADVIS DOKTER:
Observasi TTV, His, DJJ, kemajuan persalinan
Drip oksitosin 5 IU + D5% 20-40 gtt/mnt
NST, cek lab, observasi kemajuan persalinan
14.20 T: 110/70mmHg DJJ v/v: tidak ada kelainan
N: 68x/menit 1: 140x/menit portio: tipis lunak
R: 22x/menit 2: 88x/menit pembukaan: 7-8cm
S: 36,5 ⁰C His: 2-3x/10’ (25’’)
ADVIS DOKTER:
Observasi TTV, His, DJJ, kemajuan persalinan
O2 3 lpm nasal
Drip oksitosin 5 IU + D5% 20-40 gtt/mnt
ADVIS DOKTER:
SC cito pukul 16.00 atas indikasi fetal distress
7
Laporan Operasi
Tanggal OP : 2 April 2018
Nama : Ny. AN
Umur : 37 tahun 11 bulan
Operator : Dr. dr. RR, Sp. OG
Anestesi : dr. L, Sp.An
Anak : dr. AP, Sp.A
Asisten I : Br. J
Instrument : Zr. F
Diagnosis Pre-Operasi: G3P2A0 parturien aterm kala I fase aktif + gawat janin + gemelli
Diagnosis Post-Operasi: P3A0 post SC
Tindakan : SCTP a/i gawat janin
Teknik Operasi:
• Dilakukan insisi pfannenstiel ± 10 cm
• Bayi I BBL: 2160 gram, PBL: 47cm, perempuan, pk. 16:32
Bayi II BBL: 2020 gram, PBL: 47cm, perempuan, pk. 16:31, IUFD
N = 80 x/mnt N = 80x/mnt
R = 22 x/mnt R = 20x/mnt
S = 36,5⁰C S = 36,2oC
8
2 April T: 110/70 mmHg TFU 1 jari dibawah pusat Bayi I BBL:
2018 N: 80x/mnt UC baik 2160gram, PBL:
17.00 S: 36,5⁰C 47cm, perempuan,
R: 20x/mnt pk. 16.32
Bayi II BBL:
2020gram, PBL:
47cm, perempuan,
pk. 16.31, IUFD
ADVIS DOKTER:
POST OP :
Advis DPJP:
-Observasi TTV
-Ceftriaxone 1x2gram IV
-Puasa
Advis Sp. An:
-O2 2LPM
-RL 500cc+Tramal 100gram, 500cc/8jam lanjut RL 1000cc/24jam
-PCT infus 3x1gr, IV
-Supine head up 30⁰
9
Waktu TTV TFU dan UC
10
VII. Pembahasan Kasus
1. Apakah pemberian oksitosin benar pada kasus ini?
Pada pasien didapatkan bahwa his adalah 2-3 kali per 10’ selama 25” sehingga dari
segi his sebenarnya sudah adekuat. Pasien mengalami pembukaan yang tidak maju
dimana terus bertahan di pembukaan 5-6 cm. Disimpulkan bahwa pada pasien
kendala utama adalah pada pembukaan yang tidak maju bukan pada tidak adekuatnya
his sehingga induksi Oxytocin sebenarnya tidak diperlukan.
Pemberian oksitosin pada kasus ini menyebabkan terjadinya kontraksi uterus berlebih
sehingga uterus terus menerus berkontraksi dan tidak memberikan sirkulasi
uteroplasental yang adekuat. Ditambah dengan kehamilan ganda yang memerlukan
lebih banyak sirkulasi uteroplasental.
11
VIII. Kehamilan Ganda
8.1 Definisi
Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Faktor predisposisi dari kehamilan ganda:
- Usia ibu > 30 tahun
- Konsumsi obat untuk kesuburan
- Fertilisasi in vitro
- Faktor keturunan
8.2 Epidemiologi
Angka kejadian kehamilan ganda mencapai 35 dari total kelahiran hidup saat ini.
Tahun 2009, 16 wanita per 1000 persalinan di England dan wales memiliki kehamilan ganda
dibandingkan dengan 10 wanita dari 1000 pada tahun 1980.
8.3 Klasifikasi
Kehamilan ganda dapat dibedakan menjadi :
- Kehamilan ganda monozigotik
Kehamilan ganda monozigotik artinya kehamilan berasal dari satu sel telur, sehingga
keduanya memiliki jenis kelamin yang sama dan genotip yang identik. Kehamilan
monozigotik diakibatkan terjadi pembelahan pada oosit pasca fertilisasi.
- Kehamilan ganda dizigotik
Kehamilan ganda dizigotik artinya kehamilan berasal dari 2 sel telur yang dibuahi
oleh 2 sperma yang berbeda . Hal ini mengakibatkan keduanya tidak memiliki genotip
yang identik.
2/3 kehamilan ganda umumnya bersifat dizigotik, sementara hanya 1/3 yang bersifat
monozigotik.
8.4 Diagnosis
1. Anamnesis: didapatkan adanya riwayat anak kembar dalam keluarga. Ibu merasa
bahwa perutnya lebih besar dari kehamilan biasa dan pergerakan anak mungkin lebih
sering terasa.
12
2. Pemeriksaan fisik:
- Inspeksi: perut lebih besar dari pada kehamilan biasa
- Palpasi: fundus uteri lebih tinggi daripada sesuai dengan tuanya kehamilan. Teraba 3
bagian besar atau lebih atau teraba 2 bagian besar berdampingan.
- Auskultasi: terdengar bunyi jantung pada 2 tempat yang sama jelasnya.
3. Pemeriksaan penunjang:
- Foto Rontgen: tampak 2 buah kerangka anak.
8.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum
Janin pertama
Siapkan peralatan resusitasi dan perawatan bayi. Pasang infus dan berikan
cairan intravena. Pantau keadaan janin dengan auskultasi denyut jantung janin.
Jika denyut jantung janin 180 kali/menit, curigai adanya gawat janin. Jika
presentasi janin verteks, usahakan persalinan spontan dan monitor persalinan
dengan partograf. Jika presentasi bokong atau letak lintang, lakukan seksio
sesarea. Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan
melahirkan plasenta sebelum janin kedua dilahirkan.
Janin kedua atau janin berikutnya
Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan palpasi abdomen untuk menentukan
letak janin kedua atau berikutnya. Jika perlu, lakukan versi luar agar letak
janin kedua memanjang. Periksa denyut jantung janin. Lakukan periksa dalam
vagina untuk menentukan: presentasi janin kedua, selaput ketuban masih utuh
atau sudah pecah, ada tidaknya prolapsus tali pusat.
Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.
8.6 Prognosis
Angka kematian ibu dengan kehamilan ganda 2.5 kali daripada kehamilan tunggal. IUFD
(intrauterine fetal death) dan kelahiran prematur umumnya terjadi pada kehamilan gemelli,
triplets daripada kehamilan tunggal.
13
IX. Daftar Pustaka
Buku Saku, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehata Dasar dan Rujukan, ed
pertama, 2013.
Cunningham, Leveno et al. 2010. 23rd edition Williams Obstetric. Mc GrawHill
Companies. United States.
Sastrawinata, S. 1984. Obstetri Patologi. h 68-78.
https://www.nichd.nih.gov/health/topics/pregnancy/conditioninfo/high-risk
14