R. Kehamilan dan
persalinan:
- Anak pertama :
perempuan
/preterm/SC/10 thn
- Anak ke 2 : hamil ini
- ANC rutin setiap 1 bulan
di dokter Sp.OG
- USG 3x
- UK : 38-39 minggu
- His + jarang, durasi 30
detik, frekwensi 1-2x/m
10 menit
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : CM
GCS: 456
Vital sign:
Tekanan Darah: 149/90
mmHg
Nadi: 87 x/menit
RR: 20 x/menit
SpO2: 98%
Suhu: 36,6°C
BB: 62 kg
TB: 157 cm
IMT : 25,2
Pemeriksaan fisik umum
Status Generalis
Kepala: Oedem kelopak
mata - / -, Konjungtiva
anemis - / - sklera ikterus -
/-
Leher: Pembesaran KGB
(-), pembesaran tiroid (-),
bendungan vena leher (-)
Thorax: Bentuk normal,
gerak simetris
Pulmo: Suara nafas
vesikuler, Rh - /-, Wh - / -
Cor: S1S2 tunggal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I = Cembung
P = Supel sebelah kanan,
sebelah kiri keras, nyeri
tekan (-)
P = Timpani
A = BU dalam batas
normal
Ekstremitas: dbn, AHKM,
CRT <2 detik
Status obstetric:
LI: TFU 1 cm di bawah
PX, bulat, lunak.
LII: Punggung kiri, DJJ:
132x/menit
LIII: keras,bulat, PAP
belum masuk.
LIV: bagian bawah kepala,
5/5
-genitalia:
Pembukaan
2cm/20%/kep/ket
merembes jernih/HI.
Pemeriksaan tambahan:
DL:
- Hb: 12,2g/dl
- MCV: 83
- MCH: 28,8
- MCHC: 34,7
- RDW-SD: 38,6
- RDW-CV: 12,7
- WBC: 9,03/uL
- RBC: 4,02 x
10^6/uL
- Hct: 35,02%
- PLT: 295 x
10^3/uL
Kimia Darah
Glu: 79,7 mg/dL
Alb: 3,58 g/dL
UL:
Makroskopis
- Warna: kuning
- Kekeruhan:
jernih
Kimia
- pH: 5,5
- berat jenis:
1.020
- protein: -
- leukosit: -
- nitrit: -
- blood: -
- keton: -
- urobilinogen: -
- bilirubin: -
- glukosa: -
- urea : 15,9
- SGOT : 28,3
- SGPT : 13,7
- Creatinine :
0,63
sedimen
- eroitrosit: 0-1
- leukosit: 1-2LP
- silinder:
negatif
- epitel: 1-2/LP
- kristal: 0-1/LP
PT: 14,1detik
APTT: 37,2 detik
HBsAg:negative
Swab Naso Faring :
Negatif
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37
minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum
usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes
(PPROM) (1).
1.2 Epidemiologi
Pada keseluruhan kasus kehamilan, sebanyak 8-10% wanita yang hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini Preterm menyumbangkan sebanyak 1%
kasus dari seluruh jumlah kasus kehamilan, dua kali lipat terjadi pada orang Afrika-Amerika
(2,3).
1.3 Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban masih dikaitkan dengan peruhahan proses biokimia yang
terjadi pada matriks ekstraselluler amnion, korion, dan juga terjadinya apoptosis dari
membran janin. Dalam persalinan, ketuban akan pecah karena adanya proses kontraksi uterus
serta peregangan yang berulang. Perubahan biokimia yang terjadi menyebabkan selaput
ketuban lebih rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme dari kolagen membuat
Merokok
meningkat
Infeksi
Polihidramnion
Inkompeten serviks
Solusio placenta
1.5 Diagnosis
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi adanya
cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas
dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya,
dan faktor risikonya. Dan perlu memastikan bahwa belum masuk inpartu, dimana tanda –
Turunnya janin
Pemeriksaan digital vagina yang terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari
karena hal ini akan meningkatkan risiko infeksi neonatus. Spekulum yang digunakan
dilubrikasi terlebih dahulu dengan lubrikan yang 5 dilarutkan dengan cairan steril dan
sebaiknya tidak menyentuh serviks. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai
adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin (pada presentasi
bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks, mendapatkan sampel dan
mendiagnosis KPD aterm secara visual. Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali
pusat harus diperhatikan dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil dua swab
dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan pewarnaan gram, bahan lainnya
diletakkan di medium transport untuk dikultur. Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari
serviks, tidak diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika
Pemeriksaan Penunjang :
Nitrazin Test Tes lakmus, pH vagina seharusnya asam, namun bila disitu indikasi
terdapat cairan ketuban, maka pH nya menjadi alkali (7,1-7,3) (pH normal = 4,5).
Antibiotik profilaksis diberikan untuk meminimalkan risiko infeksi maternal dan perinatal.
Ampisilin, Amoksisilin, atau Eritromisin IV selama 48 jam diikuti dengan terapi oral
Induksi persalinan bisa saja dilakukan, bila tidak pengistirahatan panggul dan pemberian
Persalinan Prematur
Infeksi
2. Hipertensi gestasional
2.1 Definisi
Hipertensi gestasional ditandai oleh tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg pada 20 minggu kehamilan tanpa adanya proteinuria dan
2.2 Epidemiologi
oleh kehamilan (7). Hipertensi menjadi faktor penyulit pada 5 sampai 10 persen dari semua
kehamilan, dan hipertensi gestasional menjadi salah satu dari tiga kondisi, bersama dengan
perdarahan dan infeksi, yang berkontribusi besar terhadap morbiditas dan mortalitas ibu (8).
World Health Organization (WHO) secara sistematis meninjau kematian ibu di seluruh
dunia, dan di negara maju, 16 persen kematian ibu dilaporkan karena gangguan hipertensi (8).
b. Nuliparitas
f. Sindrom antifosfolipid
g. Kehamilan multiple/kembar
2.4 Diagnosis
mencapai 140/90 mm Hg atau lebih untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan,
tetapi proteinuria tidak teridentifikasi (8). Pemeriksaan tekanan darah dilakukan sebanyak
dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama (10). Dan dikatakan
hipertensi berat apabila peningkatan tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik
atau 110 mmHg diastolik (10) Hampir setengah dari wanita dengan hipertensi gestasional
kemudian berkembang menjadi sindrom preeklamsia, yang mencakup temuan klinis seperti
sakit kepala atau nyeri epigastrium, proteinuria, dan trombositopenia (8). Meskipun
demikian, ketika tekanan darah meningkat cukup tinggi, walaupun belum disertai proteinuri
tetap berbahaya bagi ibu dan janin. Dan diagnosis hipertensi gestasional ditetapkan jika tidak
berkembang menjadi preeklamsia dan tekanan darah kembali normal pada 12 minggu
pascapersalinan (8).
2.5 Tatalaksana
Gambar 1. Tatalaksana hipertensi gestasional (9)
(tekanan darah 140 – 169 mmHg/90 – 109 mmHg), masih kontroversial. European Society of
darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg pada wanita dengan hipertensi
gestasional (10).
Calcium channel blocker bekerja pada otot polos arteriolar dan menyebabkan
afterload, sedangkan efeknya pada sirkulasi vena hanya minimal. Pemberian calcium
palpitasi, sakit kepala, flushing, dan edema tungkai akibat efek lokal mikrovaskular
samping takikardia yang lebih rendah. Dosis awal nikardipin yang dianjurkan melalui
infus yaitu 5 mg/jam, dan dapat dititrasi 2.5 mg/jam tiap 5 menit hingga maksimum
10 mg/jam atau hingga penurunan tekanan arterial rata –rata sebesar 25% tercapai.
Kemudian dosis dapat dikurangi dan disesuaikan sesuai dengan respon (10).
Beta Blocker
terutama pada digunakan untuk jangka waktu yang lama selama kehamilan atau
Metildopa
Metildopa, agonis reseptor alfa yang bekerja di sistem saraf pusat, adalah obat
antihipertensi yang paling sering digunakan untuk wanita hamil dengan hipertensi
kronis. Metildopa biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau 3 kali
sehari, dengan dosis maksimum 3 g per hari. Efek obat maksimal dicapai 4-6 jam
setelah obat masuk dan menetap selama 10-12 jam sebelum diekskresikan lewat
ginjal. Alternatif lain penggunaan metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam
sampai maksimum 1 g tiap 6 jam untuk krisis hipertensi. Metildopa dapat melalui
2.6 Prognosis
antihipertensi pada hipertensi ringan menunjukkan penurunan insiden hipertensi berat dan
kebutuhan terapi antihipertensi tambahan. Hipertensi akut yang berat berhubungan dengan
komplikasi organ vital seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal, insufisiensi uteroplasenta
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). (2016). Ketuban Pecah Dini.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran.
2. Prawirohardjo, Sarwono; Winkjosastro, Hanifa; Rukmono, Siswohanto, et all. (2016).
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
3. Dayal S, Hong PL. Premature Rupture Of Membranes. [Updated 2020 Aug 27]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/
4. Dutta, DC & Konar, Hiralal. (2020). Textbook of Obstetrics : Primary Rupture of
Membrane. Eight Edition. New Delhi, India : The Health Science Publisher
5. Cunningham, F. Gary; Leveno, Kenneth J.; Bloom, Steven L, et al. (2018). Williams
Obstetrics. 25 th Edition. Unitted States of America : McGraw-Hill Education.
6. Menon, R., & Richardson, L. S. (2017). Preterm prelabor rupture of the membranes:
A disease of the fetal membranes. Seminars in perinatology, 41(7), 409–419.
https://doi.org/10.1053/j.semperi.2017.07.012
7. Bulavenko O, Vaskiv, O. (2017). Risk Factors of Gestational Hypertension
Development. Current Issues in Pharmacy and Medical Sciences. 30(2) : 65-68
8. Cunningham, F. Gary; Leveno, Kenneth J.; Bloom, Steven L, et al. (2018). Williams
Obstetrics. 25 th Edition. Unitted States of America : McGraw-Hill Education.
9. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI). (2016). Diagnosis dan Tatalaksana
Preeklamsia. Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan.
10. NICE. (2019). Hypertension in Pregnancy: Diagnosis and Management. NICE
Guideline.