Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok : J33
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Mengetahui,
Ketua,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan referat stase Obstetri dan Ginekologi dengan
Ilmu Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Gambiran Kediri. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan referat ini, dr. G.S Heru Tribawono, Sp.OG dan dr. Sutoko
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penulis
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Atrial Septal Defect 3
2.2 Epidemiologi 4
2.3 Klasifikasi ASD 4
2.4 Patofisiologi ASD 7
2.5 Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan 11
2.6 Komplikasi Kardiak pada ASD 14
2.7 Komplikasi Kehamilan pada ASD 17
2.8 Komplikasi Neonates pada ASD 17
2.9 Penutupan ASD 18
2.10 Penatalaksanaan ASD pada Kehamilan 19
2.11 Kontrasepsi dan Konseling Genetik 28
BAB 3 PENUTUP 27
DAFTAR PUSTAKA 28
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis-jenis Atrial Septal Defect 6
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan salah satu lesi yang paling umum
terjadi pada wanita hamil dengan penyakit jantung bawaan (PJB) (Yap S et al,
2009). ASD ditandai oleh defek pada atrium yang memungkinkan pulmonary
venous return untuk langsung memasuki atrium kanan (Bredy C et al, 2018).
Sebagian besar wanita dengan ASD sederhana terisolasi tidak menunjukkan gejala
yang jelas dan bahkan mungkin tidak menyadari adanya kelainan tersebut (Yap S
persalinan, namun sebagian kecil kasus yang disertai hipertensi arteri pulmonal
hamil dengan ASD karena risiko emboli paradoks, aritmia dan gagal jantung.
Rekomendasi ini didasarkan pada laporan kasus atau seri kasus dengan jumlah
terbatas yang tidak membedakan lesi pirau dan riwayat bedah pada pasien (Yap S
1
et al, 2009). Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai wanita
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Atrial septal defect
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan salah satu lesi yang paling umum
terjadi pada wanita hamil dengan penyakit jantung bawaan (PJB) (Yap S et al,
2009). ASD terjadi akibat adanya kegagalan penutupan pada septum hingga
terdapat komunikasi antara atrium kanan dan kiri (Celemajer DS, 2018). ASD
kecil biasanya menutup secara spontan pada masa kanak-kanak. Defek besar yang
dan pembesaran bilik jantung kanan. Pasien umumnya datang dengan gejala yang
terkait disfungsi miokard kanan atau global, aritmia atau tromboemboli. Hingga
saat ini, vaskulopati pulmonal diasumsikan sebagai komplikasi yang jarang terjadi
pada pasien ASD. Dari 1877 orang dewasa dengan PJB yang di folllow up selama
lima tahun di Uni Eropa, 896 di antaranya adalah ASD, dengan prevalensi PAH
masing-masing 12% dan 34% untuk defek yang diperbaiki dan tidak diperbaiki.
et al, 2014).
al, 2019), kesalahan transkripsi (Roy RR et al, 2016), mutasi (Chen J et al, 2016),
3
dan paparan ibu (Feng Y et al, 2014). ASD juga ditemukan pada pasien dengan
sindrom Down (Kim M-A et al, 2014), sindrom Turner (Carvalho AB et al, 2010),
sebagai akibat dari pewarisan Mendel. Paparan ibu terhadap rubela dan obat-
obatan, seperti kokain dan alkohol juga dapat mempengaruhi janin yang belum
lahir untuk mengalami ASD (Feng Y et al, 2014). Selain itu, ASD juga dapat
disebabkan oleh kelainan genetik dan defek konduksi. Faktor transkripsi penting
selama septasi atrium yaitu GATA4, NKzX2-5, dan TBX5 (Aoki H et al, 2018).
2.2 Epidemiologi
tahun terakhir. Pada 1930-an penyakit jantung bawaan didiagnosis kurang dari 1
per 1.000 kelahiran hidup. Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit jantung
bawaan terdapat pada 9 per 1.000 kelahiran hidup. ASD yang diidentifikasi antara
tahun 1945 dan 1949 kurang dari 0,5 kelahiran hidup per 1000 kelahiran hidup.
Data epidemiologis yang lebih baru menunjukkan bahwa ASD terjadi pada 1,6 per
peningkatan prevalensi PJB termasuk usia lanjut ibu. Perbedaan ekonomi dan
pada pasien di negara maju yang memiliki pendapatan lebih tinggi (Menillo AM
et al, 2019).
4
2.3 Klasifikasi ASD
Terdapat 3 jenis utama ASD yaitu: defek sekundum, primum, dan sinus
venosus (Webb G et al, 2006). Jenis ASD yang paling umum adalah defek
sekundum, yang terletak sentral di septum atrium dan tepisah dari vena cava
superior (SVC), vena cava inferior (IVC), katup trikuspid dan mitral oleh tepi
jaringan septum atrium. Jenis defek ini menyumbang sekitar 75-80% dari kasus
ASD. Jika diperlukan penutupan, defek ini adalah satu-satunya jenis ASD yang
merupakan jenis ASD paling sederhana, namun ia juga dapat memiliki variasi
lokasi. Variasi lokasi pada septum atrium tersebut dapat berhubungan dengan
SVC, IVC, aortic root, sinus koroner, dan / atau katup atrioventrikular (AV).
ASD ini dapat memiliki margin tipis atau margin yang kurang jelas dan bisa
Jenis ASD yang paling umum berikutnya adalah defek primum, yaitu pada
15% kasus ASD. Defek primum merupakan defek yang jauh lebih rumit dengan
posisi di septum atrium yang lebih rendah dan melibatkan endocardial cushion
ekstrem pada gambaran EKG, sementara tipe ASD lain umumnya menunjukkan
gambaran deviasi aksis kanan. ASD primum selalu dikaitkan dengan kelainan
morfologis katup AV kiri beberapa derajat (yang sebenarnya bukan katup mitral
sejati, melainkan adalah sisi kiri apparatus katup AV dengan 'celah' medial yang
5
Jenis ASD yang paling umum ketiga yaitu defek 'sinus venosus'. Defek ini
berlokasi di bagian superior, meliputi 5-10% kasus ASD. Defek ini hampir selalu
berhubungan dengan anomali drainase dari beberapa vena pulmonal sisi kanan,
biasanya vena lobus atas dan / atau tengah, yang mengalir ke persimpangan atrium
kanan SVC daripada ke atrium kiri. Hal ini memperburuk derajat pirau kiri ke
kanan oleh darah 'merah muda' dari pembuluh darah pulmonal yang kembali
langsung ke sisi kanan jantung, di samping pirau melalui ASD (Celemajer DS,
2018).
6
Gambar 2.1 Jenis-jenis atrial septal defect
Dikutip dari: Celermajer, DS. Atrial septal defects: even simple congenital heart
ASD primum dan sinus venosus yang terakhir ini tidak menerima
Penutupan ASD primum sering membutuhkan perbaikan katup AV sisi kiri, dan
7
penutupan ASD sinus venosus hampir selalu membutuhkan rerouting intrakardiak
dari vena pulmonalis sisi kanan anomali ke atrium kiri (Celemajer DS, 2018).
Selain variasi anatomi, ukuran ASD dan kesesuaian relatif dari ventrikel
kiri dan kanan turut menentukan derajat pirau kiri ke kanan. Pada defek besar,
paru (PVR) yang pada akhirnya dapat mengubah besarnya dan / atau arah pirau
melalui defek. Dalam kasus PVR yang meningkat ekstrem, pembalikan pirau
dapat terjadi melalui ASD (sindrom Eisenmenger) dan hal ini mengarah pada
besarnya aliran darah ditentukan oleh ukuran defek dan oleh tekanan atrium
relatif, yang berhubungan dengan komplians ventrikel kiri dan kanan. Pada ASD
yang besar, kedua atrium memiliki tekanan sama besar sehingga pirau hanya
bahwa resistensi relatif terhadap pengisian ventrikel adalah faktor utama. Seperti
8
rendah. Hal ini menjelaskan mengapa pirau kiri-ke-kanan meningkat secara
interatrial. Penurunan komplians ventrikel kiri atau kondisi apa pun dengan
iskemik, kardiomiopati, penyakit katup aorta dan mitral) akan meningkatkan pirau
kiri ke kanan. Dalam kasus defek besar, dapat terjadi kongesti vena sistemik.
Sebaliknya, kondisi apa pun yang mengurangi komplians ventrikel kanan (mis.,
stenosis pulmonal, hipertensi paru, proses fibrosis ventrikel kanan) atau penyakit
sebagian besar terjadi pada interval yang meliputi sistol ventrikel akhir dan diastol
awal, ketika kedua sistem vena (atrium dan kedua ventrikel) berada pada
dengan timbulnya kontraksi ventrikel dan selama diastole ventrikel awal, tanpa
bahwa defek septum atrium lebih sering terjadi pirau kiri-ke-kanan melalui defek.
9
paru berlebih. Kelebihan volume ventrikel biasanya diamati ketika ukuran defek
lebih besar dari 10 mm. Defek yang lebih kecil tidak menyebabkan kelebihan
volume ventrikel kanan yang signifikan. Untuk pirau yang lebih besar, volume
diusulkan oleh Dexter et al., di mana septum menonjol ke dalam dan melewati
saat diastolik akhir (ketika katup atrioventrikular dibuka dan tekanannya sama di
kedua atrium dan ventrikel) dan bentuk lingkaran di sistol (ketika katup
ventrikel sistolik kiri dan kanan). Data serupa dilaporkan untuk semua situasi
trikuspid, regurgitasi paru (Lin AE et al, 2019). Oleh karena itu, interdependensi
interventrikular akan terganggu dan ventrikel kiri akhirnya kurang terisi dan
pengalihan aliran atrium kiri ke atrium kanan melalui defek septum atrium, dan
bahwa tekanan akhir-diastolik ventrikel kiri sering sebanding dengan atau lebih
10
hubungan tekanan-volume diastolik untuk pasien dengan defek septum atrium,
interatrial.
Oleh karena itu, hanya 2 faktor lain yaitu kekakuan diastolik ventrikel kiri
dan relaksasi abnormal ventrikel kiri yang mungkin menyebabkan gagal jantung
akut dan paling sering setelah penutupan shunt. Pada anak-anak, studi hubungan
meningkatkan risiko gagal jantung kiri saat menutup defek. Waktu relaksasi yang
lama terjadi pada anak-anak dan orang dewasa dengan defek septum atrium, tetapi
hanya pada pasien dengan pirau kiri-ke-kanan yang besar, hal ini menunjukkan
sisi kanan kronis diikuti cedera miokard yang ditandai dengan peningkatan nilai
11
troponin I pada pasien dengan defek septum atrium dibandingkan dengan kontrol.
katekolamin yang lebih tinggi dapat menginduksi nekrosis dan apoptosis sel-sel
prokolagen tipe III adalah penanda pada darah yang bersirkulasi, yang
pasien dengan gagal jantung. Kadarnya berkorelasi dengan rasio aliran darah
pulmonal ke sistemik pada pasien dengan defek septum atrium. Sebagai penanda
remodeling miokard, tingkat peptida N-terminal prokolagen tipe III yang tinggi
resistensi vaskular sistemik dan paru, disertai dengan penurunan tekanan darah
sebesar 5-10 mmHg dalam 2 trimester pertama. Dari awal kehamilan hingga akhir
trimester kedua, volume plasma meningkat secara progresif hingga 50% dan
12
menyebabkan anemia relatif. Selain itu, peningkatan volume plasma awal
minggu kehamilan. Pada titik ini, curah jantung mungkin 30-50% lebih tinggi dari
awal volume stroke dan denyut jantung yang meningkat 10-20 x/m pada trimester
kontraksi, yang disertai dengan lonjakan denyut jantung yang diinduksi rasa nyeri,
bervariasi sesuai dengan cara persalinan, umumnya lebih sedikit pada kelahiran
normal (~ 500 mL) dibandingkan dengan operasi caesar (~ 1.000 mL). Parameter
VII, VIII, IX, X, XII dan faktor von Willebrand), aktivasi fibrinogen dan
13
tromboemboli meningkat 5 kali lipat pada trimester ketiga, memuncak pada
Pada pasien dengan ASD yang tidak diperbaiki, perubahan fisiologis yang
atrium dan pembentukan aritmia atrium (mis., Atrial fibrilasi dan atrial flutter).
peningkatan tekanan arteri paru yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat
2018).
14
Gambar 2.2 Perubahan hemodinamik selama kehamilan. Resistensi vaskular
15
2.6 Komplikasi Kardiak pada ASD dengan Perbaikan atau Tanpa Perbaikan
Selain risiko stroke yang terkait dengan aritmia atau endotelisasi perangkat
prostetik yang tidak lengkap setelah penutupan perkutan, pasien dengan ASD juga
Prevalensi pasti tidak diketahui pada populasi ASD umum. Emboli paradoks telah
terbukti terjadi pada pasien dengan defek yang lebih kecil dan berhubungan
dengan trombosis vena dalam. Pada wanita tanpa penyakit jantung bawaan,
Pengamatan ini konsisten dengan risiko yang lebih tinggi dari emboli paradoks
yang diamati selama kehamilan pada pasien dengan ASD yang tidak diperbaiki,
selama kehamilan pada pasien dengan ASD, kecurigaan klinis untuk trombosis
2.6.2 Aritmia
Atrial fibrilasi dan atrial flutter lebih umum terjadi pada pasien dengan
ASD yang tidak diperbaiki, atau yang dilakukan penutupan ASD pada usia lebih
terutama atrial fibrilasi pada usia 40 tahun. Orang dewasa dengan ASD yang
16
diperbaiki tetap berisiko mengalami aritmia atrium setelah penutupan bedah atau
perkutan, dengan risiko lebih tinggi pada mereka yang mengalami aritmia
kehamilan pada wanita dengan ASD. Aritmia dapat diperburuk oleh keadaan
volume berlebihan yang terkait dengan kehamilan, dengan efek remodeling atrium
Dalam sebuah penelitian retrospektif dari 188 wanita hamil dengan ASD
yang tidak diperbaiki (N = 133) atau diperbaiki (N = 55), komplikasi jantung yang
paling umum adalah aritmia yang dianggap memiliki signifikansi klinis, dengan
Tidak ada perbedaan dalam komplikasi aritmia yang diamati berdasarkan apakah
ASD diperbaiki atau tidak diperbaiki. Namun, dalam populasi penelitian khusus
ini, perbaikan ASD dilakukan pada usia rata-rata 26 tahun, dengan 14% dan 18%
memungkinkan volume yang tidak dibatasi dan tekanan berlebih pada sirkulasi
dengan ASD yang tidak diperbaiki memiliki prevalensi peningkatan tekanan arteri
paru yang lebih tinggi (35% vs 13%), disfungsi ventrikel kanan (31% vs 8%) dan
17
volume ventrikel kanan berlebih (18% vs 1%). Hipertensi arteri paru dianggap
sebagai komplikasi lanjut dari ASD yang tidak dikoreksi dan jarang terjadi
dengan ASD sekundum, namun spektrum penyakit pembuluh darah paru sangat
luas. Beberapa orang dewasa dengan ASD hanya memiliki penyakit vaskular paru
ringan meskipun terdapat pirau yang besar, sedangkan yang lain dapat mengalami
penyakit vaskular paru yang ireversibel berat, pembalikan pirau dan sianosis
2.6.4 Endokarditis
menjelaskan infeksi yang terlambat setelah penutupan ASD perkutan. Saat ini,
penutupan alat jika tidak ada bukti sisa pirau. Profilaksis antibiotik tidak
perbaikan
tampak antara wanita dengan ASD dengan perbaikan dan tanpa perbaikan
wanita dengan ASD yang tidak diperbaiki memiliki risiko preeklampsia yang
lebih tinggi (AOR = 3,54, 95% CI .26–9,98). Tidak ada perbedaan dalam cara
18
persalinan antara ASD dengan perbaikan atau tanpa perbaikan. Dari keseluruhan
operasi Caesar yang dilakukan dalam penelitian tersebut, tidak ada yang dilakukan
karena indikasi jantung ibu. Indikasi untuk operasi caesar yang direncanakan
adalah: riwayat operasi caesar (14,3%), gawat janin (14,3%), presentasi bokong
yang tidak diketahui (28,6%). Operasi caesar darurat dilakukan untuk persalinan
tahap pertama atau kedua (42,9%), gawat janin (42,9%), prolaps tali pusat (7,1%)
2.8 Komplikasi neonatus pada ASD dengan perbaikan atau tanpa perbaikan
umum, wanita dengan ASD tanpa perbaikan memiliki risiko kematian janin yang
lebih tinggi (AOR 5,55, 95% CI 1,77-17,4) dan keturunan yang lebih kecil untuk
usia kehamilan (AOR 1,95, 95% CI 1.15–3.30). Sebaliknya, outcome untuk ASD
dilaporkan pada lima wanita (2,6%). Wanita dengan ASD yang diperbaiki
memiliki dua anak dengan defek septum ventrikel dan seorang anak dengan
lengkung aorta yang terputus. Wanita dengan ASD yang tidak diperbaiki memiliki
anak dengan ASD secundum dan anak dengan defek septum ventrikel. Terdapat
tiga kematian intrauterin, semuanya pada wanita dengan ASD yang tidak
meninggal dalam bulan pertama setelah kelahiran. Satu anak prematur (kehamilan
24 minggu) dari seorang wanita dengan ASD yang diperbaiki meninggal pada
19
persalinan dan anak lainnya meninggal 1 minggu postpartum sebagai akibat dari
2009).
hamil dengan sianosis karena pirau kanan ke kiri dan pertumbuhan janin yang
buruk. Namun, hal ini tidak boleh dilakukan dalam konteks meningkatkan
resistensi pembuluh darah paru. Seri kasus kecil telah melaporkan penutupan
ASD perkutan selama kehamilan dengan outcome ibu dan janin yang baik. Dalam
studi ini, indikasi untuk penutupan ASD adalah gagal jantung dengan hipertensi
paru yang tidak berat, kelas fungsional yang memburuk dan stroke berulang.
alternatif untuk menghindari risiko yang terkait dengan anestesi umum. Bypass
ibu tetapi berhubungan dengan risiko kematian janin hingga 10–15%. Aliran terus
aliran plasenta. Oleh karena itu, penutupan ASD bedah harus dihindari selama
20
kehamilan dan ditunda sampai setelah melahirkan bila memungkinkan (Bredy C
et al, 2018).
berikut:
Intervensi bedah memiliki mortalitas yang rendah (1% pada pasien tanpa
komorbiditas yang signifikan) dan outcome jangka panjang yang baik (harapan
hidup normal dan morbiditas jangka panjang yang rendah) ketika dilakukan awal
mungkin lebih tinggi pada orang tua dan pada pasien dengan komorbiditas
cukup 5 mm kecuali ke arah aorta). Hal ini terjadi pada ~80% pasien. Meskipun
tidak dapat dianggap nol, beberapa penelitian terbaru melaporkan tidak adanya
kematian. Komplikasi serius terjadi pada ≤1% pasien. Takaritmia atrium yang
terjadi lebih awal setelah intervensi sebagian besar bersifat sementara. Erosi
dinding atrium atau aorta serta kejadian trombo-emboli sangat jarang terjadi.
hari minimal). Potensi kejadian aritmia lanjut atau efek samping masih
21
morbiditas lebih rendah dan lama perawatan lebih pendek dengan intervensi
perkembangan aritmia selama masa follow up. Namun pasien tetap mendapat
manfaat dari penutupan pada usia berapa pun sehubungan dengan morbiditas
(kapasitas olahraga, sesak napas, gagal jantung kanan), terutama ketika dapat
menyebabkan kongesti paru setelah penutupan ASD dan mungkin memerlukan tes
pada saat operasi. Pada pasien usia lanjut dengan ASD yang tidak layak untuk
al, 2010).
dan fungsi ventrikel kanan, regurgitasi trikuspid dan tekanan arteri pulmonal
dengan ekokardiografi, dan juga penilaian aritmia berdasarkan riwayat, EKG, dan
pemantauan Holter hanya jika diindikasikan (tidak secara rutin). Pasien yang
mendapat perbaikan di bawah usia 25 tahun tanpa gejala residu (tidak ada pirau
22
residual, tekanan arteri pulmonal normal, ventrikel kanan normal, tidak ada
aritmia) tidak memerlukan tindak lanjut yang teratur. Namun, pasien dan dokter
aritmia (sebelum atau setelah perbaikan) dan yang mendapat perbaikan pada usia
dewasa (terutama >40 tahun) harus di follow up secara teratur termasuk evaluasi
pertama dan kemudian, tergantung pada hasil, setiap 2-4 tahun (Baumgartner H et
al, 2010).
Aritmia pasca operasi yang muncul lambat setelah perbaikan bedah pada
usia 40 tahun paling sering adalah takikardia re-entrant atau atrial flutter yang
perbaikan setelah 40 tahun, atrial fibrilasi menjadi lebih umum dan mungkin
memerlukan terapi antiaritmia (sedikit yang diketahui tentang terapi ablatif dalam
kondisi ini). Akses ke atrium kiri dapat dibatasi setelah penutupan. Pasien dengan
fibrilasi atrium harus mendapat antikoagulasi oral. Sick sinus syndrome atau blok
23
Tabel 2.1 Indikasi intervensi pada atrial septal defect
Dikutip dari: Panduan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Dewasa, PERKI (2020)
diindikasikan. Pada wanita dengan sisa pirau, pencegahan stasis vena (stocking
24
kompresi dan meminimalkan tirah baring) sangat penting dan perawatan ekstra
2018).
dengan sindrom PAH atau Eisenmenger berat. Tingkat kekambuhan adalah 3-10%
yang tidak akurat tentang risiko kehamilan, risiko persalinan, dan jenis
25
2. Rencana perawatan harus membahas risiko jantung ibu berdasarkan anatomi
dan fisiologi pasien secara individu. Rekam medis yang jelas diperlukan agar
untuk komplikasi yang diantisipasi terkait dengan kehadiran PJB juga harus
dikembangkan.
perdarahan ibu dan kejadian trombotik serta risiko lebih tinggi kehilangan
5. Wanita berisiko tinggi adalah yang didiagnosis dengan kondisi jantung yang
b. Disfungsi ventrikel sistemik berat: fraksi ejeksi ventrikrl kiri <30% dan /
26
Pasien-pasien ini memiliki risiko kematian ibu atau morbiditas berat yang
sangat tinggi, dan jika hamil, pilihan untuk terminasi kehamilan harus
didiskusikan.
7. CPET dilakukan sebelum konsepsi dapat memprediksi outcome ibu dan bayi
baru lahir pada wanita hamil dengan PJB. Respons denyut jantung yang
rendah untuk berolahraga pada wanita dengan PJK dikaitkan dengan risiko
yang lebih tinggi dari kejadian buruk jantung ibu dan neonatal.
8. Jika pasien dengan PJB atau pasangannya sedang hamil, ada peningkatan
risiko PJB pada keturunannya dan ekokardiografi janin dapat berguna dalam
baik, tetapi bila lesinya kompleks risikonya lebih tinggi. Dibutuhkan perawatan
oleh tim multidisiplin yang terdiri dari pakar PJBD, kebidanan, anestesi dan jika
Riwayat kejadian jantung sebelumnya juga memiliki nilai prognostik. CPET yang
dilakukan sebelum konsepsi dapat memprediksi hasil luaran ibu dan bayi. Respon
detak jantung yang krang saat Latihan dikaitkan dengan risiko kejadian jantung
27
Angka kematian ibu 0-1% dan kejadian gagal jantung yang mempersulit
janin, dengan kematian hingga 12% jika saturasi oksigen <85%. Risiko
PJB
dengan Risiko hamil yang tinggi dan sangat tinggi. Dikutip dari Panduan
Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Dewasa, PERKI (2020)
Kontrasepsi pada ibu dengan PJB harus dibahas tepat waktu, dengan
terbukti aman dan dapat mencegah penyakit menular seksual, tetapi hanya efektif
pada pasangan yang patuh. Kontrasepsi hormonal sangat efektif, tetapi sedikit
data tentang keamanannya pada populasi PJB. Kontrasepsi oral kombinasi sangat
28
efektif (99,9%), tetapi sebaiknya dihindari pada pasien dengan risiko thrombosis
karena sedikit data bahwa kombinasi terapi antikoagulasi oral aman. Sebaliknya,
Preparate baru yang tersedia dapat diberikan oral atau dengan implant intra
pemasangan alat kontrasepsi dalam Rahim mungkin rendah, tetapi ada risiko
reaksi vaso-vagal (5%) saat pemasangan atau pengangkatan alat. Untuk pasien
dan dapat dipersulit oleh sindrom hiperstimulasi ovarium, protrombotik dan dapat
yang nyata dan risiko thrombosis yang bahkan lebih besar lagi. Risiko sindrom
dan hanya mentransfer satu embrio. Pilihan terakhir sangat disarankan pada
29
perubahan kardiovaskular yang lebih besar dan lebih banyak komplikasi pada ibu
dan janin.
dengan klasifikasi mWHO kelas IV. Pada perempuan dengan mWHO kelas III
elemen penting dalam kualitas hidup, sehingga perlu didiskusikan lebih sering.
Pembuktian adanya kelainan genetik penting untuk pengaturan diri pasien dan
dasar genetik, angka ini lebih tinggi pada kasus yang disertai kelainan organ lain
Salah satu aspek penting dan spesifik dari konseling genetic pada pasien
keturunan berkisar 2-50% dan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-
laki. Risiko kekambuhan tertinggi ditemukan pada kelainan gen tunggal dan/atau
kelainan kromosom seperti Marfan, Noonan, sindrom delesi 22q11, dan sindrom
bervariasi dari 12%, tergantung lesi dasar. Fetal ekokardiografi dianjurkan pada
usia kehamilan 19-22 minggu dan dapat dilakukan pada usia kehamilan 15-16
minggu.
30
BAB III
PENUTUP
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan salah satu lesi yang paling umum
terjadi pada wanita hamil dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Terdapat 3 jenis
utama ASD yaitu: defek sekundum, primum, dan sinus venosus. Beberapa
yang dapat terjadi meliputi tromboemboli, aritmia, gagal jantung / hipertensi paru,
selama kehamilan. ASD umumnya dapat ditoleransi dengan baik pada kehamilan
dan persalinan. Risiko kehamilan cukup rendah pada pasien tanpa hipertensi
31
DAFTAR PUSTAKA
4. Celermajer DS. Atrial septal defects: even simple congenital heart diseases
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535440/
6. Lopes AA et al. Atrial Septal Defect in Adults: Does Repair Always Mean
32
patients and 2D Relationship with their Age. Mymensingh Med J. 2016
Jan;25(1):79–84.
10. Chen J et al. A novel mutation of GATA4 (K300T) associated with familial
11. Feng Y et al. Maternal lifestyle factors in pregnancy and congenital heart
Dec 11;40(1):85.
12. Kim M-A et al. Prevalence of Congenital Heart Defects Associated with
34.
15. Aoki H et al. Electrical disorders in atrial septal defect: genetics and
16. Webb G et al. Atrial Septal Defects in the Adult. Circulation [Internet].
https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIRCULATIONAHA.105.59205
33
18. Baumgartner H et al. ESC Guidelines for the management of grown-up
2010;31(23):2915–57.
20. Stout KK et al. 2018 AHA/ACC Guideline for the Management of Adults
34