Anda di halaman 1dari 14

IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

MAKALAH

disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

“Keperawatan Maternitas”

Dosen Pembimbing

Ns. Dwining Handayani, S.Kep, M.Kes.

Oleh
Kelompok 7:

Khusaini Hirmanti Maulandari (212303102065)


Wahyu Wisnu Murti (212303102027)
Siti Rodiyah (202303102050)
Lathifa Fajriyah (212303102031)

KELAS 2-BP

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS KOTA PASURUAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan nikmat dan karunia
kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Ibu
Hamil Dengan Anemia” dengan lancar dan baik. Penulisan makalah ini ditujukan
sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan dosen
pengampu Ibu Ns. Dwining Handayani, S.Kep, M.Kes. Penulisan makalah ini
berdasarkan referensi yang penulis cari melalui buku, jurnal, artikel, dan hasil
penelitian yang terdahulu untuk dikembangkan lebih lanjut dalam penulisan
makalah ini. Tanpa mengurangi rasa terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang
telah membimbing penulis dalam penulisan makalah ini dan rekan seperjuangan
yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang positif selama penulisan
makalah ini berlangsung hingga selesai.

Penulis memiliki kesadaran dalam menulis makalah ini masih memiliki


kekurangan dikarenakan waktu dan tenaga yang terbatas. Besar harapan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran dari para
pembaca makalah ini agar makalah ini bisa disempurnakan dan dikembangkan
pada penulisan/penelitian di masa yang mendatang.

Pasuruan, 31 Agustus 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 4
Tujuan 5
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
Konsep Gangguan Anemia Pada Ibu Hamil 5
Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil 6
Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan 7
Pathway 8
Patofisiologi Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil 9
Tanda Dan Gejala Anemia Pada Kehamilan 10
Tindakan Asuhan Keperawatan Dalam Pemeriksaan, Penatalaksanaan, dan
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul 10
BAB III 12
PENUTUP 12
1.1 Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena


mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia
pada ibu hamil disebut potensial membahayakan ibu dan anak. Oleh
karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang
terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010).

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya
berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan
pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml. Pada
wanita usia subur Hb < 12,0 g/dl dikatakan anemia, sedangkan pada ibu
hamil dikatakan anemia bila Hb < 11,0 g/dl. Anemia kehamilan
merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan
mengencerkan darah (hemodilusi) yang dapat tercermin sebagai anemia.
Anemia kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi
(Putri & Hastina, 2020).

Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah dan ukuran sel darah
merah turun di bawah nilai batas yang ditetapkan dan selama kehamilan
anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin kurang dari 11 g/dl.1
Hal ini dapat disebabkan oleh gizi buruk dan kesehatan yang buruk. yang
mempengaruhi wanita dan dapat menyebabkan hasil yang merugikan bagi
kesejahteraan wanita dan hasil neonatus mereka. Beberapa dari masalah
terkait tersebut adalah kurang tolerabilitas olahraga, infeksi nifas, masalah
tromboemboli, perdarahan postpartum, hipertensi yang diinduksi
kehamilan, plasenta previa, gagal jantung, berat badan lahir rendah,
persalinan prematur, dan kematian prenatal.2 Ini mempengaruhi tidak
hanya wanita, orang di semua usia dapat dipengaruhi oleh anemia

Wanita dan anak balita paling banyak terkena anemia. Secara global,
sekitar 1,62 miliar orang terkena anemia dan di antara orang-orang ini
sekitar 56 juta kasus anemia ditemukan pada ibu hamil.4 Di seluruh dunia,
kematian akibat anemia diperkirakan berkontribusi terhadap lebih dari
115.000 kematian ibu dan 591.000 kematian prenatal per tahun. 5 Negara

3
berkembang dengan perkembangan sosial ekonomi yang buruk lebih
banyak menderita anemia dibandingkan dengan negara maju

WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil di seluruh dunia


yang mengalami anemia sebesar 41, 8%. Prevalensi di antara ibu hamil
bervariasi dari 31% di Amerika Selatan hingga 64% di Asia bagian
selatan. Gabungan Asia selatan dan Tenggara turut menyumbang hingga
58% total penduduk yang mengalami anemia di negara berkembang. Di
Amerika Utara, Eropa dan Australia jarang dijumpai anemia karena
defisiensi zat besi selama kehamilan. Bahkan di AS hanya terdapat sekitar
5% anak kecil dan 5-10 % wanita dalam usia produktif yang menderita
anemia karena defisiensi zat besi (WHO, 2015).

Di Indonesia angka anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi.


Berdasarkan hasil data Riskesdas 2018, persentase anemia pada ibu hamil
yang mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun
2013 sampai tahun 2018. Pada Riskesdas tahun 2013 sebesar 37,15%
sedangkan hasil Riskesdas 2018 telah mencapai 48,9% sehingga dapat
disimpulkan selama 5 tahun terakhir masalah anemia pada ibu hamil telah
meningkat sebesar 11,8%. Dari data tahun 2018, jumlah ibu hamil yang
mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6%,
usia 25-34 tahun sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6%, dan usia
45-54 tahun sebesar 24%. Prevalensi anemia dan risiko kurang energi
kronis pada perempuan usia subur sangat mempengaruhi kondisi
kesehatan anak pada saat dilahirkan termasuk berpotensi terjadinya berat
badan lahir rendah (Kemenkes RI, 2018).

Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan


fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi
ibu hamil sebelumnya. Pada saat itu, tubuh akan mengalami perubahan
yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat 20-30%, sehingga
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat haemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih
banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah
hingga 30% lebih banyak daripada sebelum hamil (Noversiti, 2012).

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep gangguan anemia pada ibu hamil?
b. Apa penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil?
c. Apa faktor resiko yang mempengaruhi anemia kehamilan?
d. Bagaimana patofisiologi terjadinya anemia pada ibu hamil?

4
e. Apa saja tanda dan gejala anemia pada kehamilan?
f. Bagaimana tindakan asuhan keperawatan dalam pemeriksaan,
penatalaksanaan, dan tindak lanjut anemia pada kehamilan?

3. Tujuan
a. Memahami konsep gangguan anemia pada kehamilan;
b. Mengetahui penyebab terjadinya anemia pada kehamilan;
c. Mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi anemia kehamilan;
d. Memahami patofisiologi terjadinya anemia pada kehamilan;
e. Mengetahui tanda dan gejala anemia pada kehamilan;
f. Mengetahui tindakan asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Gangguan Anemia Pada Ibu Hamil


1. Definisi

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb


dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E
Richard, IKA Nelson; 1680).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM,


kualitas Hb, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml
darah (Syilvia A. Price, 2006).

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah


merah dan kadar hematokrit di bawah normal. Secara fisiologis, anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah Hb untuk mengangkut oksigen
ke jaringan (Smeltzer C Suzanne, Brunner dan Suddarth; 935).

Anemia didefinisikan sebagai kondisi kadar Hb di bawah nilai normal. Di


Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh kurangnya zat besi sehingga
lebih dikenal dengan istilah anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi
merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama
kehamilan. Ibu hamil tergolong anemia jika kadar Hb dalam darah kurang
dari 11 g/dl, dan berisiko tinggi jika kurang dari 8 g/dl.

5
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan
janin, baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia ini dapat menyebabkan
kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia
pada bayi yang dilahirkan. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat
dapat meningkatkan risiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan BBLR dan prematur juga lebih besar.

Selain itu, anak yang dikandung oleh ibu penderita anemia juga akan
mengalami penurunan kecerdasan intelegensi setelah dilahirkan. IQ anak
dapat turun 6 - 9 poin.

2. Komplikasi
● Perkembangan otot buruk
● Daya konsentrasi menurun
● Sepsis
● Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
● Leukemia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi

B. Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil


➔ Kurangnya zat besi
Pada saat hamil, seorang wanita akan menggunakan cadangan besi
dalam tubuhnya. Selain itu, volume darah akan meningkat 25%.
Hal itu juga berpengaruh pada bayi dalam membangun persediaan
darahnya. Kekurangan zat besi menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun sel otak.
➔ Kehilangan banyak darah saat persalinan sebelumnya
Saat kehilangan banyak darah, tubuh otomatis menarik cairan dari
luar jaringan pembuluh darah agar darah dalam pembuluh darah
tetap tersedia.
➔ Jarak kehamilan
Ibu membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk memulihkan
kondisinya setelah kelahiran sebelumnya. Oleh karena cadangan
zat besi ibu belum pulih sepenuhnya, akibatnya kebutuhan janin
juga berkurang.
➔ Paritas
Paritas merupakan jumlah anak yang hidup atau jumlah kehamilan
yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (jumlah
kelahiran). Semakin banyak jumlah kelahiran, maka akan semakin
tinggi risiko terjadinya anemia.

6
C. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan
❖ Tidak cukup mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi
❖ Pernah ada riwayat anemia sebelumnya
❖ Hamil di usia muda
❖ Hamil anak berikutnya dengan jarak yang dekat

7
D. Pathway

8
E. Patofisiologi Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil

Terjadinya anemia pada ibu hamil berkaitan erat dengan keadaan


fisiologis kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada
saat hamil, jumlah darah akan meningkat sekitar 20 -30%. Oleh karena itu,
ibu membutuhkan lebih banyak besi dan vitamin untuk membuat
Hemoglobin agar bisa berbagi dengan janinnya.
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh banyak faktor,
seperti kurang zat besi, kehilangan darah yang berlebihan, proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya, peningkatan
kebutuhan zat besi (Pratami, 2016).
Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb
(Prawirohardjo, 2010). Sedangkan volume plasma yang berekspansi
menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan
hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam
sirkulasi.
Ada spekulasi bahwa anemia fisiologis dalam kehamilan bertujuan
untuk viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta
dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo,
2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus
meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma
sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke
16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.
Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah
eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya,
volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup
bulan dan kembali normal 3 bulan postpartum. Persentase peningkatan
volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah
30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

9
Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak usia
gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melambat. Jumlah
eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester
III (Pratami, 2016).

F. Tanda Dan Gejala Anemia Pada Kehamilan


❖ Hb menurun (<10 g/dl), trombositosis (600.000 - 1.000.000) /
trombositopenia, pansitopenia
❖ Penurunan BB
❖ Mengeluh cepat lelah
❖ Sering pusing
❖ Mata berkunang-kunang
❖ Malaise
❖ Nafsu makan turun (anoreksia)
❖ Konsentrasi hilang

G. Tindakan Asuhan Keperawatan Dalam Pemeriksaan,


Penatalaksanaan, dan Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
● Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis.
2. Keluhan utama biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering
pusing,dan mata berkunang-kunang
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu : Pada pengkajian ini ditemukan
riwayat kehamilan yang berdekatan, dan riwayat
penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat
memungkinkan terjadinya anemia.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan : Biasanya ditemukan
kehamilan pada usia muda, dan kehamilan yang berdekatan.
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola makan ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan
yang kaya nutrisi seperti sayuran berdaun hijau, daging
merah dan tidak mengkonsumsi tablet Fe.
b. Pola aktivitas/istirahat biasanya pada ibu hamil yang
menderita anemia mudah kelelahan, keletihan, malaise,
sehingga kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah
menurun, nadi menurun, pernapasan lambat.

10
b. Kepala : Rambut biasanya rontok dan terdapat bintik hitam
diwajah.
c. Mata : biasanya konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik.
d. Mulut : biasanya bibirnya pucat dan membran mukosa
kering.
e. Abdomen:
Inspeksi: pembesaran perut tidak sesuai usia kehamilan
Palpasi: tidak teraba jelas bagian janinnya.
Auskultasi: denyut jantung janin antara 120-130 kali/menit
f. Ekstremitas CRT>2 detik, terdapat varises di kaki, tidak ada
edema, dan akral biasanya dingin.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya Hb pada trimester pertama dan ketiga kurang dari 11 g/dl
dan pada trimester dua <10,5 g/dl
Hematokrit : <37% (normal 37-41%)
Eritrosit : <2.8 juta/mm3 (normal 4,2-5,4 juta/mm3)
Trombosit : <200.000 (normal 200.000 – 400.000/mel
● Penatalaksanaan anemia pada ibu hamil adalah memberikan terapi
Vitamin B.com 3x1, Fe 300mg 1x1, Vitamin C 250 mg 3x1, Zat
Besi 120 mg dan Asam Folat per oral 500 mg 1x1. Serta
memberikan edukasi mengenai anemia pada kehamilan, nutrisi
yang mengandung zat besi, cara konsumsi tablet Fe yang benar,
memberikan dukungan dan motivasi untuk tetap semangat dan
menganjurkan ibu agar tetap beribadah dan melibatkan keluarga
dalam edukasi.
● Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
➔ Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hemoglobin
➔ Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
➔ Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton

11
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM,


kualitas Hb, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah
(Syilvia A. Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hematokrit di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya
disebabkan oleh kurangnya zat besi sehingga lebih dikenal dengan istilah anemia
gizi besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
sering terjadi selama kehamilan. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun sel otak. Terjadinya
anemia pada ibu hamil berkaitan erat dengan keadaan fisiologis kehamilan, umur
janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, jumlah darah akan
meningkat sekitar 20 -30%. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah
merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi Hb.

1.2 Saran

Diharapkan selama masa kehamilan, ibu lebih meningkatkan upaya untuk


mencegah anemia seiring semakin bertambahnya usia kehamilan, seperti teratur
mengkonsumsi tablet tambah darah dan memperhatikan pola makan dengan
kandungan protein dan zat besi yang lebih tinggi. Bagi Peneliti selanjutnya dapat
mengidentifikasi faktor determinan dari kejadian anemia selama masa kehamilan,
seperti keteraturan dalam mengkonsumsi suplementasi tablet penambah darah dan
pola makan. Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang
resiko peningkatan kejadian anemia dengan semakin bertambahnya usia
kehamilan ibu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sukarni K, Icesmi dan Margareth ZH. (2015). Kehamilan, Persalinan, dan


Nifas.Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2015). Keperawatan


Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Astriana, Willy. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil ditinjau dari
Paritas dan Usia. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2, 124.

Novianti, Eka. (2019). Hubungan Paritas Terhadap Status Gizi Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Bachelor thesis,
Universitas Binawan.

Dove Press. 22 Desember 2020. Anemia and Associated Factors Among


Pregnant Women Attending Antenatal Care at Madda Walabu University
Goba Referral Hospital, Bale Zone, Southeast Ethiopia,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7765680/. diakses pada
Jumat 02 September 2022

13

Anda mungkin juga menyukai