Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi

Dosen Pengampu: Lisbet Octovia Manalu S.Kep., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH :

Anisa Aulia Rahmawati 1121163

Resa Sundari 1121178

Alda Lipiyanti 1121168

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia dan tak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai penyakit yang biasa
bahkan sering kali dijumpai pada kehidupan sehari hari khususnya pada ibu hamil
yaitu penyakit anemia serta membahas tentang penyebab, proses perjalanan
penyakit tersebut serta cara mengurangi resiko dari anemia tersebut khususnya
pada ibu hamil
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca
sehingga dapat membantu menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi
referensi bagi pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga tercipta pendidikan yang sempurna.

Bandung, 07 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................2
C. Manfaat.............................................................................................2
BAB II KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
A. Definisi.............................................................................................3
B. Etiologi.............................................................................................3
C. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan.............................................4
D. Tanda dan Gejala..............................................................................6
E. Patofisiologi......................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................7
G. Penatalaksanaan Medis.....................................................................8
H. Penatalaksanaan Keperawatan..........................................................9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN
ANEMIA
A. Pengkajian......................................................................................11
B. Pemeriksaan fisk.............................................................................11
C. Pemeriksaan labolaturium..............................................................12
D. Diagnosa Keperawatan...................................................................13
E. Intervensi Keperawatan..................................................................13
F. Implementasi..................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan
makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak
stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya
kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering
mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai
macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa
wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh
semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan
kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65%
yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang
paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya
20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih
tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen.
Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung.
Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular.
Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya,
preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah
pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik.
Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa
hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen
(20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia
didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.

1
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia
selama kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b. Tujuan Khusus
 Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
 Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
 Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
 Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
 Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
 Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
 Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C. MANFAAT
o Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
o Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas
kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2
BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat, ada penurunan trasportasi
oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim
terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap
kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I
dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam
kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya
relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita
yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin,
2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai
berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN

3
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat
menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian
preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg)
intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih
cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan


anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb
dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 1 gr%: Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr%: Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr%: Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.

4
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan
ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.
Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25
mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil
akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih
kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.
Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.

5
D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
 Ibu mengeluh cepat lelah,
 Sering pusing,
 Mata berkunang-kunang,
 Malaise,
 Lidah luka,
 Nafsu makan turun (anoreksia),
 Konsentrasi hilang,
 Nafas pendek (pada anemia parah); dan
 Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.

6
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting.

F. PATHWAY

7
G. MANIFESTASI KLINIS
Gejala anemia pada kehamilan berupa ibu mengeluh cepat lelah, sering
pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan
turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan jaringan epitel
kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran kelenjar limfe. Gejala anemia defisiensi zat besi dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu: gejala umum anemia, gejala khas akibat
defisiensi besi, dan gejala penyakit dasar. Gejala umum anemia berupa badan
lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang- kunang, serta telinga berdenging,
simptomatik apabila hemoglobin <7g/dl dengan pemeriksaan fisik dijumpai
pucat terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku. Gejala khas
defisiensi zat besi, yaitu gejala yang dijumpai pada anemia defisiensi zat besi
dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain yaitu koilonychia, atropi papil lidah,
stomatitis angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan
akhloridia, pica (Wulandari, 2015). Gejala penyakit dasar seperti pada anemia
defisiensi besi dapat dijumpai gejalagejala penyakit yang menjadi penyebab
anemia defisiensi besi tersebut. Contohnya pada anemia akibat cacing
tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan
berwarna kuning seperti jerami (Astuti dan Hutari, 2012).

H. FAKTOR RISIKO

Berdasarkan penelitian Tanziha dkk (2016) faktor risiko anemia pada ibu hamil
yaitu:

1. Usia ibu
Bila wanita hamil dengan umur <20 tahun, maka asupan zat besi akan
menjadi terbagi antara pertumbuhan biologisnya dan janin yang

8
dikandungnya. Wanita yang hamil >35 tahun akan mengalami fungsi faal
tubuh tidak optimal, karena sudah masuk masa awal degeneratif. Oleh
karena itu, hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun merupakan
kehamilan yang berisiko yang dapat menyebabkan anemia juga dapat
berdampak pada keguguran (abortus), bayi lahir dengan berat badan yang
rendah (BBLR).
2. Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan
perilaku hidup sehat. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu
status gizi, dan mortalitas ibu, bayi, dan anak.
3. Frekuensi hamil
Cadangan besi akan kurang selama kehamilan, semakin tinggi frekuensi
kehamilan makan semakin banyak seorang ibu mengalami zat besi,
sehingga perlu diperhatikan frekuensi kehamilan serta jarak kehamilan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan cadangan zat besi ke tingkat
normal, dengan syarat bahwa selama masa tenggang waktu tersebut ibu
dalam kondisi kesehatan dan mutu makanan baik.
4. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi sangat penting untuk
diperhatikan sehingga tubuh ibu siap untuk menerima janin kembali. Jarak
kehamilan yang kurang dari 24 bulan atau 2 tahun memungkinkan kondisi
ibu belum pulih, sehingga zat besi yang ada didalam tubuhnya terbagi
untuk pemulihan tubuhnya dan kebutuhannya selama kehamilan
berikutnya.

5. Status Kurang Energi Kronik (KEK)

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang


berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penururnan
konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan
penurunan gizi mikro. Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang

9
terjadi pada ,asa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu dan
janin. Oleh karenanya status KEK pada ibu hamil dapat berdampak pada
kejadian anemia ibu hamil, BBLR,dan stanting.
6. Faktor kunjungan Antenatal Care
Antenatal care merupakan salah satu cara yang dipercaya untuk
mengurangi kematian ibu hamil, sehingga akses ibu terhadap pelayanan
antenatal menjadi prioritas baik di negara maju maupun berkembang. Ibu
mengalami anemia memungkinkan terjadinya partud premature,
perdarahan pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan
rendah, serta dapat meningkatkan kematian perinatal. Dengan melakukan
pemeriksaan secara teratur hal seperti ini dapat diketahui dan diatas sedini
mungkin.

7. KOMPLIKASI

a. Komplikasi anemia pada ibu hamil

Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil
sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa
kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman
dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis
gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat
menyebabkan gangguan selama persalinan seperti gangguan his, gangguan
kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung lama, kala kedua yang lama
hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan operasi, kala
ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya
yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan
perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera setelah
persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko
terjadinya infeksi payudara.

10
b. Komplikasi anemia pada janin

Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan
janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun ke
dalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah resiko terjadinya
kematian intrauteri, resiko terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko
terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian
perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN


1. Jumlah darah lengkap (JDL): hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit: bervariasi, misal: menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED: Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal:
peningkatan kerusakan sel darah merah: atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit: menurun (DB).
7. SDP: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit: menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik).
8. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

11
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum: tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum: meningkat (DB)
11. Feritin serum: meningkat (DB)
12. Masa perdarahan: memanjang (aplastik)
13. LDH serum: menurun (DB)
14. Tes schilling: penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak: mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi: sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan
sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan:
perdarahan GI (Doenges, 1999).

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan umum:
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi 

12
Penatalaksanaan:
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian
preparate fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglu
konat 3x 200 mg/hari melalui oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat: asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan: mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
10. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel
sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau
peyakit hemolitik herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga
2. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal
1. Morfologi
a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang
sehat dan matang
b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat
besi
c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat
menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan
keadaan yang normal dan sehat
c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan
kadar yang rendah, namun masih normal
d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi, atau keduanya

13
2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu
kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari
e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan
anemia megaloblastic
1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet
2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg
per oral, 2 atau 3 kali/hari
f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak
berespon terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-
langkah berikut:
1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi
2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
a. Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan
laboratorium)
b. Kadar kosentrasizat besi serum
c. Kapasitas pegikat zat besi
d. Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
e. Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
f. Hitung trombosit
g. Uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan
samar
h. Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasite
i. Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia:
Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika
3) Konsultasikan dengan dokter
4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi
3. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan,
yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1) Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya
pada poin IV-Penatalaksanaan B2)
2) Konsultasikan ke dokter bila:

14
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah
mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan
dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan
labotaturium)
c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN
ANEMIA

1. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama pasien : Ny. O
Umur : 19 tahun
Suku/bangsa : sunda
Alamat : jln. rereongan sarupi RT 09/03
ciumbuleuit
2. Keluhan Utama
Cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah
luka, konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah), mual dan
muntah pada hamil muda dan palpitasi.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kehamilan yang berdekatan
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kehamilan pada usia muda dan kehamilan yang berdekatan
5. Aktivitas
Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas,
penurunan semangat erja, toleransi terhadap latihan rendah dan
kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
6. Pola makan
Ibu kurang mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi seperti sayuran
berdaun hijau, daging merah.
7. Sirlukasi
Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi dan CRT lebih dari 3 detik

8. Integritas Ego

Cemas, gelisah, dan ketakutan

16
9. Eliminasi
Konstipasi dan sering buang air kecil
10. Nyeri, terutama jika terjadi di daerah abdomen dan kepala
11. Seksual
Dapat terjadi perdarahan pervagina, perdarahan akut sebelumnya dan
tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya.
12. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun, nadi
menurun pernapasan pendek saat istirahat maupun aktivitas.
b. Kepala
Rambut biasanya rontok dan wajah pucat
c. Mata
Konjungtiva anemis
d. Mulut
Membran mukosa kering
e. Turgor kulit menurun, CRT> 3 detik, pembesaran kelenjar limfa,
tinggi fundus uterus tidak sesuai, teradpat kontraksi uterus
13. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Hb pada trimester pertama dan ke tiga kurang dari


11g/dl dan pada trimester dua <10,5 g/dl
b. Kadar Ht menurun (normalnya 37% - 41%)
c. Eritrosit : <2,8 juta/mm3 (normal 4,2-5,4 juta/ mm3)
d. Trombosit : <200.000 (normal 200.000-400.000/mel)
e. Peningkatan bilirubin total (pada kasus anemia hemolitik)
f. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
g. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
(Wagiyo & Putromo, 2016)

17
2. Diagnosa Keperawatan

1) Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Absorbsi Fe, B12, dan asam folat berkurang Perfusi perifer tidak efektif

Pasien mengatakan lemas, letih, ↓ (D.0009)


kehilangan produktivitas, serta mata Berkurangnya volume darah, HB/eritosit
berkunang-kunang

DO:
Kadar HB turun
o Pasien tampak lemah

o Konjungtiva anemis
Penurunan kadar O2 ke jaringan
o CRT lebih dari 3 detik

o Tekanan darah 90/60 mm/Hg Perifer
o Nadi 60 kali/menit ↓
o Akral teraba dingin Perubahan fungsi tubuh akibat mekanisme
konpensasi terhadap anemia

1

Pucat, akral dingin

Perubahan perfusi jaringan perifer

2. DS: Anemia Pola napas tidak efektif

Pasien mengeluhkan sesak napas sejak ↓ (D.0005)


3 hari SMRS, pasien mengatakan Kurangnya sel merah dalam tubuh
kurang tidur

DO:
Kurangnya pasokan oksigen dalam tubuh
o Pernapasan pendek saat aktivitas

maupun istirahat
Sesak nafas
o Frekuensi dan irama napas tidak

normal
Pola napas tidak efektif
o CRT lebih dari 3 detik

2
3. DS: Mual Risiko defisit nutrisi

Pasien mengatakan mual serta sering ↓ (D.0032)


merasakan pusing, dan enggan untuk Keengganan untuk makan
makan

DO:
Frekuensi makan berkurang
o Membran mukosa kering

o Lemah
Risiko defisit nutrisi
o Lesu

3
2) Diagnosa Keperawatan

a. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsetrasi hemoglobin


d/d kelemahan, kehilangan produktivitas

b.Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas d/d


diafragma tertekan oleh janin dan kebutuhan oksigen yang
belum terpenuhi

c. Risiko defisit nutrisi b/d faktor psikologis d/d mual dan


keengganan untuk makan

1
3. Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

KODE SLKI KODE SIKI

(D.0009) L.02011 Setelah dilakukan I.14570 Perawatan sirkulasi


Perfusi perifer tidak efek intervensi Observasi
tif b/d penurunan  keperawatan 2x24 o Periksa sirkulasi perifer
konsetrasi hemoglobin d jam diharapkan : (mis. nadi perifer,
/d kelemahan, kehilanga 1. Denyut nadi edema, pengisapan
n produktivitas perifer (5) kapiler, warna, suhu,
2. Tekanan ankle-brachial index)
darah o Identifikasi faktor risiko
sistolik (5)
gangguan sirkulasi (mis,
3. Tekanan
diabetes, perokok, orang
darah
tua, hipertensi dan kadar
diastolik (5)
kolesterol tinggi)
4. Akral (5)
o Monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau

1
bengkak pada
ekstrimitas

Terapeutik

o Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
o Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan berfungsi
o Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cedera
o Lakukan pencegahan
infeksi
o Lakukan perawatan kaki
dan kuku

2
o Lakukan hidrasi

Edukasi

o Anjurkan berhenti
merokok
o Anjurkan berolahraga
rutin
o Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
o Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurunan kolesterol,
jika perlu
o Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur

3
o Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyakit beta
o Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki)
o Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
o Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
o Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.

4
rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya
Rasa)

(D.0005) L.01004 Setelah dilakukan I.03101 Manajemen jalan napas


Pola napas tidak efektif intervensi 1x 24 Observasi
b/d hambatan upaya jam masalah pola
o Monitor pola napas
napas d/d diafragma napas tidak efektif
(frekuensi, kedalaman,
tertekan oleh janin dan pada pasien
usaha napas)
kebutuhan oksigen yang membaik dengan
o Monitor bunyi napas
belum terpenuhi kriteria :
tambahan (mis. gurgiling,
1. Frekunsi
mengi, wheezing, ronkhi
napas (5)
kering)
2. Kedalam
o Monitor sputum (jumlah,
napas (5)
warna, aroma)

Terapeutik

5
o Pertahanan kepatenan
jalan napas dengan head-
tift dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma
servikal)
o Posisikan Semi-Fowler
atau Fowler
o Berikan minuman hangat
o Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
o Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
o Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
o Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
proses McGill

6
o Berikan Oksigen, Jika
perlu
o Edukasi

o Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, Jika tidak
komtraindikasi
o Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi

o Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
Jika perlu

2. (D.0005)
Pola napas tidak efektif
b/d hambatan upaya
napas d/d diafragma

7
tertekan oleh janin dan
kebutuhan oksigen yang
belum terpenuhi

3. (D.0032) L.03030 Setelah dilakukan I.03119 Manajemen nutrisi


Risiko defisit nutrisi b/d 1x24 jam perawata Observasi
faktor psikologis d/d n diharapakan : o Identifikasi status nutrisi
mual dan keengganan o Frekuensi
o Identifikasi alergi dan
untuk makan makan (5)
intoleransi makanan
o Nafsu
o Identifikasi makanan yang
makan (5)
disukai
o Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien
o Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
o Monitor asupan makanan
o Monitor berat badan

8
o Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

o Lakukan oral hygienis


sebelum makan, jika perlu
o Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
piramida makanan)
o Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
o Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
o Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
o Berikan suplemen
makanan, jika perlu

9
o Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi

o Anjurkan posisi duduk, jika


mampu
o Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

o Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
o Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien

10
yang dibutuhkan, jika perlu

11
1
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A. PENGKAJIAN
Perawatan kehamilan (antenatal care/ANC) adalah perawatan
selama kehamilan. Ibu yang datang ke Puskesmas atau ke pelayanan
kesehatan, maka Anda harus melakukan pengkajian pada ibu hamil
tersebut. Beberapa tujuan dari perawatan ibu hamil antara lain (Reeder, Martin,
Griffin, 2011) adalah:
a. Pemeliharaan kesehatan janin
b. Penentuan akurat usia kehamilan
c. Penilaian berkelanjutan status risiko dan penerapan manajemen
risiko intervensi yang tepat
d. Rujukan ke sumber daya yang tepat

Pengkajian pada kehamilan terdiri atas pengkajian riwayat


kehamilan secara menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium (Reeder, Martin, Griffin, 2011).

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda
sebagai perawat dianjurkan untuk mengukur tanda - tanda vital (TTV)
meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. Pemeriksaan fisik pada
ibu hamil yang dilakukan meliputi pemeriksaan (Reeder, Martin, Griffin,
2011):
a. Kepala dan leher lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva
dan mulut. Lalu palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
b. Dada dan jantung lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan
stetoskop daerah jantung dan paru–paru.
c. Payudara inspeksi puting susu apakah menonjol keluar atau tidak,
palpasi area payudara dan axilla di seluruh kuadran.

2
d. Kulit Inspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum.
e. Ekstremitas lakukan pemeriksaan reflex patella dengan
menggunakan reflex hammer.
f. Abdomen lakukan pengukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU), lakukan
palpasi abdomen, auskultasi denyut jantung janin. Denyut jantung
janin yang diauskultasi dengan USG Doppler dalam trimester
pertama, biasanya antara kehamilan sekitar 10 dan 12 minggu.
Denyut jantung janin normal berada antara 120 x/menit sampai 160
x/menit.
g. Vagina vulva lakukan pemeriksaan area vulva apakah tampak warna
kebiruan pada mukosa vagina, terjadi peningkatan leukorhea/
keputihan.
h. Panggul komponen bimanual pemeriksaan panggul memungkinkan
pemeriksa untuk meraba dimensi pembesaran rahim internal.
Informasi ini membantu memperkirakan usia kehamilan, baik
mengkonfirmasikan Taksiran Persalinan (TP) berdasar HPHT atau
menyediakan informasi dalam HPHT tertentu. Hal ini penting untuk
menentukan TP akurat sedini mungkin dalam kehamilan karena
banyak keputusan intervensi yang berkaitan dengan waktu dan
pengelolaan kehamilan didasarkan pada usia kehamilan yang
ditentukan oleh TP tersebut. Pelvimetri klinis (pengukuran dimensi
dari tulang panggul melalui palpasi selama pemeriksaan panggul
internal) dapat dilakukan selama pemeriksaan awal panggul.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi setiap variasi dalam struktur
panggul yang mungkin menghambat atau menghalangi janin melewati
panggul tulang selama kelahiran vagina.
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium dilakukan di awal kehamilan untuk
memberikan data tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan dan
untuk mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi (Reeder, Martin,
Griffin, 2011). Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan

3
antara lain pemeriksaan golongan darah, ultrasonografi (USG),
pemeriksaan urin (apakah terdapat proteinuri atau glukosuria),
pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan hematocrit, pemeriksaan
eritrosit, dan pemeriksaan trombosit.
C. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penialian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan.
 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Defisit pengetahuan b.d kurang minat untuk belajar
 Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia)
 Defisit perawatan diri b.d kelemahan
 Resiko pendarahan f.r penurunan kadar hemoglobin
 Resiko Jatuh f.r anemia
(PPNI SDKI, 2017)

D. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala tretment yang dipekerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan
keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
(PPNI SIKI, 2018).
 Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia)
(Manajemen Nutrisi) Programkan diet
Observasi
 Identifikasi status nutrisi

4
 Identifikasi alergi dan makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Teraupetik

 Fasilitasi menentukan pedoman diet (piramida makanan)


 Sajikan makanan secara menarik dengan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi kalori, tinggi protein dan tinggi
serat
 Berikan suplemen makanan

Edukasi

 Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
(Manajemen Energi) Anjurkan tirah baring
Observasi
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor kelelahan fisik

Teraupetik

 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus


 Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
 Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan

5
Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan


asupan makanan.

 Defisit pengetahuan b.d kurang minat untuk belajar


(Edukasi Kesehatan) Edukasi Pola Hidup Sehat
Observasi
 Edukasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi prilaku hidup bersih dan sehat

Teraupetik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untk bertanya

Edukasi

 Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


 Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.

6
 Resiko Jatuh f.r anemia
(manajemen keselamatan lingkungan)
Observasi
 Identifikasi kebutuhan keselamatan (anemia)
 Monitor perubahan status keselamatan lingkungan

Teraupetik

 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan


 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
resiko
 Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (pegangan
tangan)
 Gunakan perangkat pelindung

E. IMPLEMENTASI
Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku,atau daro perseps
pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi
keperawatan (Germini et al, 2010;ICNP, 2015).

7
DAFTAR PUSTAKA

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal
dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai