Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu: Hj. Diana Ulfah S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3:

Meyta Nurhapsari Zahra Anggi Oktaviani

Riska Apriliani Ai Nisa

Silvia Nur Fauziah Deri Septian

Tia Mutia Anjani Hendi Pratama

Trian Muhamad Ramdan Yuli Nurhasanah

Rizki Atthoriq

Wini Liani Putri

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas.

Dalam penyususunan makalah ini penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat menharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Maka, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman sekelompok yang telah
banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah.

Penulis sangat berharap semoga maakalh ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir
kata, penulis berharap Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu dan semoga makalah ini membawa manfaat.

Garut, 29 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i

Kata Pengantar............................................................................................ ii

Daftar Isi....................................................................................................... iii

BAB I             PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang................................................................................ 4

B.     Tujuan.............................................................................................. 5

C.    Manfaat.............................................................................................5

BAB II KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A.    Definisi.............................................................................................. 6

B.     Etiologi ............................................................................................  6

C.    Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan……………………………7

D.    Tanda dan Gejala..............................................................................9

E.     Patofisiologi........................................................................................9

F.     Pemeriksaan Penunjang……………………………......................10

G.    Penatalaksanaan Medis…………………………………………...11

H.    Penatalaksanaan Keperawatan…………………………………..12

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

A.     Pengkajian……………………………………………………………..14

B.     Diagnosa keperawatan………………………………………………...16

C.      Intervensi Keperawatan………………………………………………17

D.     Evaluasi....................................................................................... ………26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................           27
BAB I

PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang
maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini
pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara
maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah
pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa
wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.

Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.
Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam
darah daripada biasanya.

Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap
daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada
masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki
insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan
nilai hematologi normal.

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya
mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan
kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang
menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.

Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan
transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi
besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan
berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan
talasemia.
B.        TUJUAN

a.       Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama   kehamilan
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut

b.      Tujuan Khusus

·         Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan

·         Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan

·         Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan

·         Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan

·         Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan

·         Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan

·         Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C.       MANFAAT

·         Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.

·         Bagi Petugas Kesehatan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A.    DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin
menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama
kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap
kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif
mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau
kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
B.     ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada
umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Kurang gizi (malnutrisi)
2.      Kurang zat besi dalam diit
3.      Malabsorpsi
4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

C.    KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1.   Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi
untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.       Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero
bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
b.      Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya
gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/
IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada
hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli
dapat digolongkan sebagai berikut:
1)      Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)      Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari,
sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan
massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3
kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan
perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat
besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2.   Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin
B12.
Pengobatannya:
a.       Asam folik 15 – 30 mg per hari
b.      Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c.       Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d.      Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3.   Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk
diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan
pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4.   Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi
maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-
obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
D.    GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:

         Ibu mengeluh cepat lelah,

         Sering pusing,

         Mata berkunang-kunang,

         Malaise,

         Lidah luka,

         Nafsu makan turun (anoreksia),

         Konsentrasi hilang,

         Nafas pendek (pada anemia parah); dan

         Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E.      PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl
atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
              Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh.
Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-
organ penting,.
F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN
1.      Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2.       Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan
MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3.      Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
4.      Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe
khusus anemia).
5.      LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah
merah : atau penyakit malignasi.
6.      Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7.      SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
8.      Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
9.      Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10.  TBC serum : meningkat (DB)
11.  Feritin serum : meningkat (DB)
12.  Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13.  LDH serum : menurun (DB)
14.  Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15.  Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan
akut / kronis (DB).
16.  Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas
(AP).
17.  Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).
18.  Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges,
1999).
G.     PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi
darah.
H.    PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
A.    Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1.      Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2.      Kaji riwayat keluarga
B.     Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.
1.      Morfologi
a.       Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b.      SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi
c.       SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.      Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a.       Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia. Waspada
dehidrasi dan preklamsi
b.      Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
c.       Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah, namun masih
normal.
d.      Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2)   Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap
hari
e.       Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
2)   Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f.       Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan  di atas,
diperlukan langkah-langkah berikut:
(1)   Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2)   Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a)    Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)
(b)   Kadar kosentrasizat besi serum
(c)    Kapasitas pegikat zat besi
(d)   Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e)    Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f)    Hitung trombosit
(g)   uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h)   Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i)     Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-
Amerika.
(3)   Konsultasikan dengan dokter
(4)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C.     Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan dan 4
minggu setelah memulai terapi.
1.      Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).
2.      Konsultasikan ke dokter bila:
a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi
b.      Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan
labotaturium).
c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A.    PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono,
1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1.      Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk
bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu,
dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2.     Sirkulasi
     Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera :
biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3.      Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi
darah.
Tanda : depresi.
4.     Eleminasi
      Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
     Tanda : distensi abdomen.
5.     Makanan/cairan
     Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi
(DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung
jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6.     Neurosensori
       Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah
; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat
dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
7.     Nyeri/kenyamanan
      Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8.     Pernapasan
     Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9.     Keamanan
     Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis
(aplastik).
10. Seksualitas
      Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2.   Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan
hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4.     Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
C.       INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional


Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas Melaporkan peningkatan 1.      Kaji kemampuan 1.      Mempengaruhi


berhubungan dengan toleransi aktivitas(termasuk pasien untuk melakukan pilihan
ketidakseimbangan aktivitas sehari-hari. untuk melakukan intervensi/bantuan
antara suplai dan tugas/AKS normal.
2.      Menunjukkan
kebutuhan oksigen.
2.      Kaji perubahan neurologi
kehilangan/gangguan karena defesiensi
keseimbangan gaya vitamin B12
jalan, kelemahan otot. mempengaruhi
keamanan
3.      Awasi tekanan
pasien/resiko cedera.
darah, nadi, pernapasan
selama dan sesudah 3.      Manifestasi
aktivitas. kardiopulmonal dari
upaya jantung dan
4.      Berikan
paru untuk membawa
lingkungan tenang.
jumlah oksigen
5.      Ubah posisi pasien adekuat ke jaringan.
dengan perlahan dan
4.      Meningkatkan
pantau terhadap pusing.
istirahat untuk
6.      Anjurkan pasien menurunkan
untuk menghentikan kebutuhan oksigen
aktivitas bila palpitasi. tubuh dan
menurunkan regangan
jantung dan paru.
5.      Hipotensi
postural atau hipoksia
serebral dapat
menyebabkan pusing,
berdenyut dan
peningkatan resiko
cedera.
6.      Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat
menimbulkan
kegagalan.

2. Ketidakseimbangan Menunjukkan peningkatan 1.      Kaji riwayat 1.      Mengidentifikasi


nutrisi: kurang dari berat badan atau berat nutrisi, termasuk defisiensi, menduga
kebutuhan tubuh badan stabil dengan nilai makanan yang disukai. kemungkinan
berhubungan dengan laboratorium normal. intervensi.
2.      Observasi dan catat
ketidakmampuan
masukan makanan 2.      Mengawasi
untuk mencerna
pasien. masukan kalori atau
makanan.
kualitas kekurangan
3.      Timbang berat
konsumsi makanan.
badan tiap hari.
3.      Mengawasi
4.      Berikan makan
penurunan berat
sedikit dan frekuensi
badan atau efektivitas
sering dan/atau makan
intervensi nutrisi.
diantara waktu makan.
4.      Makan sedikit
5.      Observasi dan catat
dapat menurunkan
kejadian mual/muntah,
kelemahan dan
flatus dan gejala lain
meningkatkan
yang berhubungan.
pemasukan juga
6.      Berikan dan bantu mencegah distensi
hygiene mulut yang baik gaster.
sebelum dan sesudah
5.      Gejala GI dapat
makan, gunakan sikat
menunjukkan efek
gigi halus untuk
anemia (hipoksia)
penyikatan yang lembut.
pada organ.
Berikan pencuci mulut
yang diencerkan bila 6.      Meningkatkan
mukosa oral luka. nafsu makan dan
pemasukan oral,
7.      Kolaborasi :
menurunkan
1.Berikan obat sesuai pertumbuhan bakteri,
indikasi, mis.Vitamin meminimalkan
dan suplemen mineral, kemungkinan infeksi.
seperti sianokobalamin Teknik perawatan
(vitamin B12), asam mulut khusus
folat (Flovite); asam mungkin diperlukan
askorbat (vitamin C), bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan
2.Besi dextran (IM/IV.) dan nyeri berat.
7.      Kolaborasi :
1. Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan/atau
adanya masukan oral
yang buruk dan
defisiensi yag
diidentifikasi.
2.      Diberikan
sampai defisit
diperkirakan teratasi
dan disimpan untuk
yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi
besi oral, atau bila
kehilangan darah
terlalu cepat untuk
penggantian oral
menjadi efektif.

3. Resiko infeksi Mngidentifikasi perilaku 1.      Tingkatkan cuci 1.      Mencegah


berhubungan dengan untuk tangan yang baik oleh kontaminasi silang.
pertahanan tubuh mencegah/menurunkan oemberi perawatan dan
2.      Menurunkan
sekunder yang tidak resiko infeksi. pasien.
resiko infeksi bakteri.
adekuat (mis:
2.      Pertahankan teknik
penurunan 3.       Membantu
aseptic ketat pada
hemoglobin, dalam pengenceran
prosedur/ perawatan
eukopenia, secret pernafasan
luka.
supresi/penurunan untuk mempermudah
respon inflamasi). 3.      Tingkatkan pengeluaran dan
masukan cairan adekuat. mencegah statis cairan
tubuh.
4.      Pantau suhu, catat
adanya menggigil dan 4.      Adnya proses
takikardia dengan atau inflamasi/infeksi
tanpa demam membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
5.      Kolaborasi:
berikan antiseptic 5.      Mungkin
topical, antibiotic digunakan secara
sistemik. propilaktik untuk
menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi local.

4. Konstipasi Membuat/kembali pola 1.      Observasi warna 1.   Membantu


berhubungan dengan normal dari fungsi usus. feses, konsistensi, mengidentifikasi
perubahan pada pola frekuensi, dan jumlah. penyebab/ factor
makan. pemberat dan
2.      Auskultas bunyi
intervensi yang tepat.
usus
2.   Bunyi usus secara
3.      Awasi masukan
umum meningkat
dan haluaran dengan
pada diare dan
perhatian khusus pada menurun pada
makanan/cairan. konstipasi.
4.      Kaji kondisi kulit 3.   Dapat
perianal dengan sering. mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan
5.      Kolaborasi:
berlebihan atau alat
berikan obat anti diare,
dalam
misalnya: difenoxsilat
mengidentifikasi
hidroklorida.
defisiensi diet.
4.   Mencegah
ekskoriasi kulit dan
kerusakan kulit.
5.   Menurunkan
multilitas usus bila
diare terjadi.

D.      EVALUASI
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih dalamrentang
normal pasien.
2.   Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau     mempertahankan berat badan yang sesuai.
3.      Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4.      Fungsi usus mulai kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai