Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA GANGGUAN SISTEM

HEMATOLOGI YAITU ANEMIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem

Kardiovaskuler,Respiratori, Dan Hematologi

KELOMPOK 10

1. Befi Failatari ( 211211775 )


2. Fadilla Zahra Umairah (211211784 )
3. Selvia Lovita Sari ( 211211816 )

Dosen Pengampu

Ns. Lenni Sastra, S.Kep. MS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji syukur atas rahmat Allah SWT. Berkat rahmat serta karunia-nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalahnya tentang “Asuhan Keperawatan Anemia”

Tugas ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas awal semester 3 dari Ibu Ns. Lenni Sastra,
S.Kep, MS pada bidang studi Keperawatan Dewasa. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang Asuhan Keperawatan Anemia.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Ns.Lenni Sastra, S.Kep, MS. selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa. Berkat tugas yang diberikan ini,dapat menambah
wawasan penulis dan pembaca berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan tugas
ini.

Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca
temukan. Penulis berharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan.

Wassalamualaikum wr.wb.

Pdang, 6 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1 Definisi.................................................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi ............................................................................................................... 4
2.3 Etiologi.................................................................................................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis ................................................................................................... 6
2.5 Komplikasi .............................................................................................................. 7
2.6 Patofiologi ............................................................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan penunjang .......................................................................................... 10
2.8 Penatalaksanaan ...................................................................................................... 12
2.9 WOC ....................................................................................................................... 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Konsep Pengkajian Teoritis menggunakan pola Gordon........................................ 15
3.2 Diagnosa Keprawatan Teoritis ................................................................................ 20
3.3 Tujuan dan Intervensi Keperawatan sesuai SLKI dan SIKI ................................... 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 30
4.2 Saran ....................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah
yang mengakibatkan penurunan jumlah hemoglobin dan hematokrit dibawah 12 g/dL.
Asuhan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi, maka dari itu protein
bekerja sama dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam
metabolisme energi. Selain itu vitamin C dalam tubuh harus tercukupi karena vitamin C
merupakan reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam
bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu vitamin C membantu transfer zat
besi dari darah ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim yang mengandung zat
besi.(Brunner & Suddarth, 2000:22)

Anemia merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di negara-


negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia. Prevalensi
anemia di perkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara berkembang prevalensinya
43%. Anak-anak dan wanita usia subur merupakan kelompok yang paling beresiko.
Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau
kehilangan darah akibat infeksi parasit yang dapat membawa dampak yang besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Sementara WHO dalam
Worldwide Prevalence of Anemia melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia
yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah
dasar 25,4% dan 305 juta anak sekolah diseluruh dunia menderita anemia (WHO,2013).

Di Indonesia sendiri masalah anemia juga merupakan salah satu masalah utama.
Prevalensi anemia secara nasional menurut Riset Kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yaitu
sebesar 11,9% dan sebagian besar yang terkena anemia adalah anak-anak usia 1 sampai 4
tahun yaitu sebesar 27,7%, sementara penderita anemia pada usia 5 tahun keatas
prevalensinya lebih rendah yaitu 9,4% (Riskesdas, 2007).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anemia ?
2. Bagaimana klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan anemia.
3. Bagaimana pathway Anemia ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan Anemia ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Anemia.
2. Memahami klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan anemia.
3. Memahami pathway anemia.
4. Memahami asuhan keperawatan anemia.

2
BAB II

Konsep Dasar Penyakit

2.1 Definisi

Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah
sehat,volume sel darah merah ,dan/atau jumlah hemoglobin.Hipoksia terjadi karena
tubuh kekurangan oksigen.Terlepas dari penyakit itu sendiri , anemia mencerminkan
beberapa kondisi pantogenik yang mengarah pada abnormalitas jumlah,struktur,dan
fungsi sel darah merah. ( joyce M.Black jane hokanson hawks, edisi 3, buku 3, hal : 817
)

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan


komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges,
Jakarta, 1999).

Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh.


Hemoglobin yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung zat besi
yang fungsinya sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh( Malikussaleh, 2019).

Harga Normal Kadar Hemoglobin

Umbilikus :17,0 + 3,0 g/dl


5-10 tahun : 11,0 + 1,5 g/dl

Dewasa :

 Pria : 13,6 – 17,5 g/dl


 Wanita : 11,5 – 15,5 g/dl

Kadar hemoglobin kurang dari batas minimal dikatakan anemia sedangkan yang
melebihi batas maksimal dikatakan polisitemia.

3
2.2 Klasifikasi

Anemia diklasifikasikan berdasarkan etiologi atau marfologi pada anemia tersebut.


Anemia disebabkan oleh tiga jalur yaitu :
a. Penurunan produksi sel darah merah
b. Peningkatan kecepatan penghancuran darah (hemolisis)
c. Kehilangan darah

Klasifikasi marfakologis berdasarkan pada ukuran eritrosit, bentuk dan warna.


Beberapa anemia disebabkan oleh ukuran sel darah merah yang tidak normal. Sel darah
merah memiliki bentuk bikonkaf, anemia sel sabit memiliki bentuk seperti sel sabit,
sferesitosis, kelainana bawaan menyebabkan anemia hemolitik, sel darah merah
berbentuk bulat(black, joyce. M dan hawks, jane hokanson, edisi 8 buku 3, KMB; hal :
817).

Kategori morfologis meliputi :

a. Normositik / normokromik (ukuran dan warnanya normal)


b. Makrositik / normokromik (ukuran besar dan warna normal)
c. Mikrositik / mikrokromik (ukuran kecil dan warnya pucat)

1. Anemia akibat penurunan produksi eritrosit


a. Menurunya sintesis homoglobin
 Anemia defisiensi besi (IDA)
Merupakan anemia mikrositik, hipokromik dan kronis akibat
rendahnya suplai zat besi tubuh. Tanpa adanya zat besi, konsentrasi dalam
homoglobin didalam sel darah merah akan berkurang sehingga sel tidak
mampu memberi oksigen kejaringan secara adekuat dan mengakibatkan
anemia (black, joyce. M dan hawks, jane hokanson, edisi 8 buku 3, KMB; hal
: 830).
Nacional academy of sciences merekomendasikan asupan zat besi per
hari yaitu :

4
 Pria : 10 mg/hari
 Wanita : 15 mg/hari
Factor resiko utama anemia defisiensi besi antara lain :
 Kurangnya asupan zat besi harian
 Kehilangan darah
 Gangguan absorpsi zat besi
 Kebutuhan berlebihan sel darah merah sebagai akibat hemolisis
 Talasemia merupakan kelainan genetic autosom resesif yang mengakibatkan
kurangnya produksi homoglobin. Jenis talasemia yang paling umum yaitu Alfa
bawaan (heterozigot) asimtomatis pada 30% masyarakat afrika – ameriaka
 Anemia sideroblastic (black, joyce. M dan hawks, jane hokanson, edisi 8 buku
3, KMB; hal : 832).
a. Kerusakan sintesis DNA seperti :
Anemia megaloblastic merupakan kelainan yang disebabkan oleh
kerusakan DNA yang berakibat pada sel darah merah abnormal berukuran
besar. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat
(black, joyce. M dan hawks, jane hokanson, edisi 8 buku 3, KMB; hal : 833).
b. Menurunya prekusor eritrosit seperti pada anemia aplastic dan anemia
penyakit kronis (black, joyce. M dan hawks, jane hokanson, edisi 8 buku 3,
KMB; hal : 830).

2. Anemia akibat peningkatan penghancuran eritrosit


a. Anemia hemolitik merupakan kondisi akhir dari kondisi yang menuju hemolisis.
Hemolisis adalah rpenghancuran eritrosit dini, dapat karena kerusakan fisik, efek
membrane intrinsic, Hb abnormal, efek enzimatis eritrosit, penghancuran sel darah
merah oleh mekrofag atau hiperlenisme. Anemia hemolitik merupakan 5% dari
keseluruhan jenis anemia (black, joyce. M dan hawks, jane hokanson, edisi 8 buku 3,
KMB; hal : 836).
b. Penyakit sel sabit (sickle cell disease/SCD) merupakan kelainana turunan dari
homoglobin mutan (homoglobin S [HbS]) yang menyebabkan karakteristik sabit pada

5
sel darah merah (black, joyce. M dan hawks, jane hokanson, edisi 8 buku 3, KMB; hal :
837).

2.3 Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat.Anemia juga dapat
diakibatkan dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik,
keracunan obat, dan sebagainya.

1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi yang menyertai munculnya anemia adalah sebagai akibat tubuh yang
bereaksi terhadap hipoksia, Gejala bervariasi bergantung tingkat keparahan dan
kecepatan hilangnya darah, sudah berapa lama anemia terjadi, usia klien, dan adanya
kelainan lain. Kadar hemoglobin (Hb) biasanya digunakan untuk menegakkan tingkat
keparahan anemia. Klien dengan anemia ringan (kadar Hb 20 hingga 14 g/dl) biasanya
asimtomatis. jika gejala klinis muncul, biasanya sebagai akibat kerja terlalu keras. Klien
dengan anemia sedang (kadar Hb 6 hingga 10 g/dl) mungkin akan mengalami dispnea
(sesak napas/napas pendek), menggigil, diaforesis (keringat berlebih) saat beraktivitas,
dan kelelahan kronis. Beberapa klien dengan anemia berat (kadar Hb kurang dari 6 g/dl),
misalnya klien dengan gagal ginjal kronis, dapat saja asimtomati karena anemianya
terjadi secara bertahap; sedangkan pada klien lain, gejala klinis muncul dengan segera
dan melibatkan banyak sistem tubuh. Manifestasi lain muncul bergantung pada etiologi;
pemeriksaan secara saksama dapat memberikan petunjuk mengenai etiologi. Hitung
eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit menguatkan adanya anemia. Spesimen
sumsum tulang mungkin diperlukan untuk menentukan tipe anemia Apusan perifer/darah
tepi (indeks eritrosit) diperlukan untuk menetukan ukuran eritrosit. (joyce M.Black jane
hokanson hawks, edisi 3, buku 3, hal : 818).

6
Pada klien anemia defisiensi besi ringan, Biasanya gejala tidak tampak: pada kasus
yang lebih parah, pengkajian akan mendapatkan gejala umum anemia, meliputi
keletihan; nyeri kepala: dispnea: palpitasi; pucat pada wajah, telapak tangan, dasar E
kuku, membran mukosa mulut, dan konjungtiva; angular t stomatitis (inflamasi pada
mukosa mulut), glossitis (inflamasi pada lidah), dan cheilitis (inflamasi pada bibir); dan
kuku rapuh. Setelah diagnosis anemia ditegakkan, perlu diketahui penyebabnya.
Pemeriksaan radiografi saluran cerna (gastrointestinal), pemeriksaan feses untuk
memeriksa darah samar, esofagoskopi, gastroskopi, dan sigmoidoskopi umumnya
dilakukan untuk mengetahui lokasi perdarahan. Koreksi penyebab masalah (malnutrisi,
alkoholisme, perdarahan) adalah mutlak agar defisiensi tidak terjadi lagi. (joyce M.Black
jane hokanson hawks, edisi 3, buku 3, hal : 836)

2.5 Komplikasi

Gangguan anemia yang terjadi memang termasuk salah satu penyakit yang umum
terjadi. Terdapat beberapa jenis anemia yang dapat terjadi, yaitu anemia defisiensi zat
besi, anemia, defisiensi vitamin, anemia aplastik, hemolitik anemia, dan anemia sel sabit.
Beberapa dari jenis gangguan tersebut dapat menimbulkan komplikasi yang ringan
hingga berbahaya. Berikut beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh anemia(
cleveland clinic, 2020.) :

1. Kelelahan yang Parah

Komplikasi pertama yang dapat terjadi pada seseorang ketika mengidap


anemia adalah perasaan lelah yang parah. Hal ini dapat menyebabkan kamu
kesulitan untuk melakukan aktivitas apa pun karena perasaan lelah dan lemas yang
timbul. Rasa lelah ini timbul karena beberapa bagian tubuh kekurangan oksigen
yang seharusnya disuplai oleh sel darah merah. ( cleveland clinic, 2020.)

2. Kelainan Jantung

Seseorang yang mengidap anemia juga dapat mengalami kelainan jantung


sebagai komplikasi, yaitu detak jantung yang terlalu cepat atau tidak teratur. Saat
seseorang sedang mengalami anemia, jantung harus memompa lebih banyak darah
7
agar kecukupan oksigen pada darah terjaga. Jika dibiarkan, seseorang dapat
mengalami pembesaran jantung atau gagal jantung yang dapat berisiko fatal.
( cleveland clinic, 2020.)

3. Kematian

Beberapa jenis anemia yang merupakan penyakit keturunan, seperti anemia


sel sabit, dapat menyebabkan seseorang mengalami komplikasi yang mengancam
nyawa. Komplikasi dari anemia ini dapat menyebabkan seseorang kehilangan darah
dengan cepat, sehingga menyebabkan gangguan akut. Segera diatasi atau dapatkan
donor darah sebelum menyebabkan kematian pada pengidapnya. ( cleveland clinic,
2020.)

2.6 Patofisiologi

Transpor oksigen akan terganggu oleh anemia kurangnya hemoglobin atau


rendahnya jumlah sel darah merah, menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan dan menyebabkan hipoksia. Tubuh berusaha mengompensasi hipoksi jaringan
dengan meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah, meningkatkan curah jantung
dengan meningkatkan volume sekuncup atau frekuensi denyut jantung, distribusi ulang
darah dari jaringan yang membutuhkan sedikit oksigen ke daerah yang membutuhkan
banyak oksigen, serta menggeser kurva disosiasi hemoglobin-oksigen ke arah kanan
untuk mempermudah pelepasan oksigen ke jaringan pada tekanan parsial oksigen yang
sama. (joyce M.Black jane hokanson hawks, edisi 3, buku 3, hal : 818 )

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau


kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan destruksi, dapat
mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

pecah atau rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
8
kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal kurang lebih 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran
dalam sirkulasi (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
hemoglobinemia. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang telah
rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar
menghitung renkulosit dalam sirkulasi damh, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan
ada tidaknya hyperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak-
anak, bayi cukup bulan yang lahir dari ibu non anemik dan bergizi baik, memiliki
cukup persediaa zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat pada
umumnya saat berusia 46 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan
untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi
maka terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan
makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula
bayi yang bulan) diber mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum
susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan pada kaya besi. Bayi yang tidak cukup
bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi
dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini
berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang
kronik. Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein
dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah
sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi.

9
Pada remaja putri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang
berlebihan.

Anemia aplastik diakibatkan karena rusaknya sumsum tulang. Gangguannya


berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik (sel-sel sumsum tulang yang memproduksi sel darah
merah, sel darah putih, dan kepingan darah) dalam sumsum tulang. Aplasia dapat
terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga sistem hemopoetik (eritropoetik, granulopoetik
dan trombopoetik).

Aplasia hanya mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia


hipoplastik). Aplasia mengenai sistem granulopoetik disebut agranulosistosis (Penyakit
Schultz). dan aplasia mengenai sistem trombopoetik disebut amegakariositik
trombositopenik (ATP). Bila mengenai ketiga-tiga sistem disebut panmieloptisis atau
lazimnya disebut anemia aplastik.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik.Asam folat


merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA (Desoxyri bonucleic acid) dan RNA
(Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.
(wijaya & Putri,2013 )

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang pada Anemia Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan,


2003) pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

A. Pemeriksaan Laboratorium

1. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu


ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia
berkembang.Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

10
menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.

2. Penentuan Indeks Eritrosit

Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri atau


menggunakan rumus:

a. Mean Corpusculer Volume (MCV)

MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila


kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai berkembang.
MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah
thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung dengan
membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 l,
mikrositik < 70 l dan makrositik > 100 l.

b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)

MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai
norma l 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.

c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)

MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung


dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan
hipokrom < 30%.

3. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer

Pemeriksaan hapusan darah perifer dilak ukan secara manual.


Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan

11
ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan
flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada kolom morfology flag.

4. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)

Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang
masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk
membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah
untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW
merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta
lebih peka dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah
bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat
besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi
diagnostik. Nilai normal 15 %.

Dan di dapatkan pemeriksaan laboratorium ditemui :

1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )


2. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41%)
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
(pada anemia aplastik).
2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaa Anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah


yang hilang

a. Anemia aplastik

1) Tranplantasi sumsum tulang


2) Peberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG )

b. Anemia pada penyakit ginjal

12
1) Pada pasien dialysis harus ditanganidengan pemberian besi dan asam folat
2) Ketersediaan eritropeotin rekombinan

c. Anemia pada penyakit kronis

Pada anemia tidak menunjukan gejala dan memerlukan penanganan khusus. Besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat .

d. Anemia pada defiensi besi

1) Penyebab dari defisiensi besi


2) Menggunakan preparat besi oral

e. Anemia megaloblastik

1) Difisiensi vitamin B12 dengan pemberian vitamin B12 yang dapat


diberikan dengan injeksi B12.
2) Terapi Vitamin B12 diberikan pada pasien selama hidup untuk
mencegah kekambuhan anemia.
f. Anemia defisiensi asam folat penangananya dengan diet dan

penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan


absorsi(Safira, 2019).

13
2.9 WOC

MK : Perfusi
Perifer tidak efektif

MK :
Keletihan

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

TEORITIS

3.1 Konsep Pengkajian Teoritis Menggunakan Pola Gordon


1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien.
a. Identitas Pasien
Biasanya meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pekerjaan ( biasanya pada
pasien yang bekerja dan lain – lain ), status perkawinanan, penanggung jawab, tanggal
masuk RS, diagnosa medis.

b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien yang memiliki Riwayat penyakit Anemia akan tampak
keletihan, kelemahan pada tubuh, pusing, gemetaran, kemampuan beraktivitas
menurun dan nyeri pada luka.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien yang memiliki Riwayat penyakit Anemia dapat dilihat dari
konjungtivanya.
 Riwayat Kesehatan keluarga
Biasanya pasien akan mengatakan adanya salah satu keluarga pesien yang
mederita anemia, maupun penyakit lain seperti ( penyakit kronis, maupun
penyakit akut ) dan dapat menyebabkan salah satu keturunannya mengalami
penyakit yang sama.
 Pola Kebiasaan
Biasanya pasien yang memiliki Riwayat penyakit anemia memiliki pola
kebiasaan yang kurang baik seperti :
 Pada Wanita yang mengalami haid atau menstruasi yang berlebihan pada
masa produktif atau subur
 Makanan atau minuman penghambat penyerapan zat besi seperti : kebiasaan
mengkonsumsi teh, kopi, dan coklat
 Pola tidur yang tidak teratur

c. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan


Persepsi klien dalam menanggapi, menilai atau melihat dari pengetahuan yang
dimiliki klien / pasien tentang penyakit yang dialami serta kemampuan klien / pasien
dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan Kesehatan.
15
d. Pola Nutrisi atau Metabolisme
1) Pola nutrisi makanan
 Sehat
Biasanya pasien yang tidak memiliki Riwayat penyakit anemia pola
makanan yang dimakan itu seperti biasanya yaitu sekitar 3x sehari
dengan nasi, lauk, dan sayuran.
 Sakit
Biasanya pasien yang memiliki Riwayat penyakit anemia pola makannya
tidak teratur dan porsi makanan yang dimakan hanya ½ dari porsi
biasanya.
2) Pola minum
 Sehat
Biasanya pasien yang memiliki Riwayat penyakit anemia pola minuman
yang biasanya dikonsumsi itu baik yaitu 2 leter atau sekitar 8 gelas
berukuran 230 ml per harinya.
 Sakit
Biasanya pasien yang memiliki Riwayat penyakit anemia pola minum
yang biasanya dikonsumsi itu kurang dari yang biasanya. Dimana
penderita anemia hanya meminum air dalam sehari sebanyak 4 -5 gelas.

e. Pola Eliminasi
Biasanya pasien yang mengalami Riwayat penyakit anemia akan mengalami
perubahan fisik seperti penderita penyakit anemia ini akan tampak pucat dan
mengalami keletihan pada tubuhnya serta aktivitas yang dilakukan akan menurun.
 Sehat
Biasanya klien / pasien yang mengalami penyakit anemia akan BAK kurang
lebih 5x per hari dan BAB klien lancar.
 Sakit
Biasanya klien / pasien yang mengalami penyakit anemia tidak terpasang
kateter, namun jika pasien berada d rumah sakit bisa jadi terpasang kateter
dengan jumlah urine yang dikeluarkan kurang lebih 500ml.

f. Pola aktivitas / Latihan


Biasanya pola aktivitas / Latihan klien terganggu karena kelelahan, dan
pusing yang dirasakan saat melakukan aktivitas.
 Sehat
Biasanya pada saat pasien / klien sehat pola aktivitas yang dilakukan sama
seperti biasanya dan aktivitas yang dilakukan juga bisa dilakukan dengan
sendirinya tanpa bantuan orang lain.
 Sakit
16
Biasanya pada saat pasien / klien sakit pola aktivitas yang dilakukan tidak
sama seperti biasanya dan aktivitas yang dilakukan banyak dilakukan
ditempat tidur.

g. Pola istirahat / Tidur


Biasanya pasien / klien yang memiliki Riwayat penyakit anemia memiliki
pola tidur yang tidak teratur.
 Sehat
Biasanya pada saat pasien / klien sehat pola tidur pasien teratur yaitu 7– 8
jam per hari
 Sakit
Biasanya pada saat pasien / klien sakit pola tidur pasien tidak teratur, karena
pasien sering merasakan mual terus menerus.

H. Persepsi dan Kognitifa.


 Sebelum Sakit : Pasien masih bisa mengingat kejadian atau hal -hal
yangterjadi dalam hidupnya, daya ingat pasien bagus.
 Sejak Sakit : Daya ingat pasien bagus, pasien mengerti dan tau sedang
dirawatdirumah sakit.

I. Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress.


 Sebelum Sakit : Apabila ada masalah pasien sering berdiskusi dengan
suamidan anaknya.
 Sejak Sakit : Dalam menghadapi penyakitnya, pasien menunjukkan
sikapsabar dan menerima, pasien selalu optimis.

J. Pola Hubungan Peran.


 Sebelum Sakit : Hubungan baik dengan orang lain dan keluarga
intinya.Pasien bisa melakukan perannya di keluarga maupun di masyarakat
 Sejak Sakit : Pasien melakukan perannya di keluarga ataupun di masyarakat.

K. Pola reproduksi.
Biasanya pasien mengatakan jumlah saudaranya.

L. Pola keyakinan dan nilai.


Biasanya keluarga pasien mengatakan tentang agama dan kepercayaan di keluarga.

M. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
GCS : 15 ( E: 4 V: 5 M:6 )

Uraian Gambaran
Tanda vital Suhu : Biasanya meningkat

17
Nadi : biasanya meningkat
TD : Biasanya Menurun ( 90/80 mmHg )
RR: biasanya cepat
Integument Mukosa pucat , kering dan kulit keriput

Kepala : a. Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan


kepala,rambut kering ,sakit kepala,pusing
Mata
b. Sclera tidak ikterik,Konjungtiva anemis, pupil isokor
Hidung c. Kesimetrisan ,fungsi penciuman ,kebersihan ,adanya
perdarahan pada hidung atau tidak
d. Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan pada
Telinga telinga
e. Keadaan mukosa mulut, bibir pucat , stomatitis
Mulut
Leher :
 Kesimetrisan , adanya pembesaran kelenjar
Trakea tyroid/tidak, adanya pembesaran kelenjar getah
bening
JVP
Nodus limfe

Tiroid

18
Dada Inspeksi : Pergerakkan dinding
dada,takipnea,orthopnea,dispnea (kesulitan bernafas ), nafas
Paru
pendek ,cepat lelah ketika beraktivitas yang merupakan
manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen
Palpasi : taktil premitus
Perkusi : biasanya bunyi sonor
Auskultasi : biasanya suara napas vesikuler,dan bunyi nafas
tambahan lainnya.
Jantung Inspeksi : jantung berdebar-debar ,takhikardi dan bising
jantung yang menggambarkan suatu beban pada jantung
dan curah jantung mengalami peningkatan
Palpasi : tidak teraba danya massa
Perkusi : pekak
Auskultasi : biasanya bunyi jantung murmur sistolik
Abdomen Inspeksi : Kesimetrisan , perut tampak datar ,tidak ada lesi
dan pembengkakan .
Auskultasi : Suara bising usus
Perkusi : Terdapat bunyi timpani
Palpasi : terabanya pembesaran hepar/tidak,terdapat nyeri
tekan/tidak
Ekstremitas
Kelemahan dalam beraktivitas , terdapat pucat pada membrane
mukosa dan dasar kuku, kuku mudah patah.
Neurologi : a. Biasanya kesadaran composmentis dengan GCS 15
Status mental/CGS b. Bisanya tidak ada gangguan
c. Biasanya tidak ada gangguan
Saraf cranial d. Biasanya reflek patologis normal
Reflek fisiologi
(bisep, trisep)
Reflek patologis
(babinski)
Payudara Biasanya bentuk simetris kiri dan kanan, tidak teraba adanya
masa, membesar sesuai dengan jenis kelamin.
Genitalia Biasanya tidak ada gangguan

19
Rectal Biasanya tidak ada gangguan

3.2 Diagnosa Keperawatan teoritis

Diagnosa memiliki dua arti yaitu :

a. Diagnosa adalah tahap kedua dari proses keperawatan yang mencakup Analisa data.
b. Diagnosa adalah label spesifik atau pernyataan yang menggambarkan tentang status
Kesehatan klien dan keluarga.

Diagnosa keperawatan adalah klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas
terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau pontensial.
Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan
yang telah di tetapka oleh perawat yang bertanggung jawab. Diagnosis keperawatan
adalah respon individu terhadap ransangan yang timbul dari diri sendiri maupun luar
(lingkungan).

Diagnosa keperawatan juga bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan secara


komprehensif, memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan, meningkatkan
komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya,dan membantu merumuskan hasil
yang di harapkan/tujuan yang tepat dalam menjamin mutu asuhan keperawatan sehingga
pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakuakn evaluasi.

Kemungkinan diagnosa keperawatan paliatif yang mungkin timbul pada penyakit


gagal jantung yaitu :

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin


2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ( mis. Penyakit kronis, penyakit
terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan )

20
1. Daftar Diagnosis Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ( mis. Penyakit kronis,
penyakit terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan )

3.3 Intervensi Keperawatan sesuai SLKI dan SIKI


 Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSIS SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1 Perfusi perifer Setelah dilakaukan Tindakan keperawatan
tidak efektif intervensi selama 1x24 perawatan sirkulasi :
berhubungan jam maka perfusi a. Observasi
dengan penurunan perifer meningkat  Periksa sirkulasi
konsentrasi dengan hasil kriteria : perifer (mis.
hemoglobin  Denyut nadi Nadi perifer,
perifer edema,
meningkat pengisian
 Warna kulit kapiler, warna,
pucat menurun suhu,
 Akral membaik anklebrachial
 Turgor kulit index)
membaik  identifikasi
faktor resiko
gangguan
sirkulasi (mis.
Diabetes,
perokok, orang
tua, hipertensi

21
dan kadar
kolesterol
tinggi)
 monitor panas,
kemerahan,
nyeri atau
bengkak pada
ekstermitas
b. terapeutik
 hindari
pemasangan
infus dan
pengambialn
darah diarea
keterbatasan
perfusi
 hindari
pengukuran
tekanan darah
pada ekstermitas
dengan
keterbatasan
perfusi
 hindari dan
penekanan
turniquet pada
area yang cedera
 lakukan
pencegahan
infeksi
 lakukan

22
perawatan kaki
dan kuku
 lakukan hidrasi
c. edukasi
 anjurkan
berhenti
merokok
 anjurkan
berolahraga
rutin
 anjurkan untuk
mengecek air
mandi untuk
menghindari
kulit terbakar
 anjurkan
menggunakan
obat penurun
tekanan darah,
antikoagulan,
dan penurunan
kolesterol jika
perlu
 anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah
secara teratur
 anjurkan
menghindari
penggunaan

23
obat penyekat
beta
 anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat (mis.
Melembabkan
kulit kering pada
kaki)
 anjurkan
program
rehabilitas
vascular
 ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak
ikan omega 3)
 informasikan
tanda dan gejala
darurat yang
harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit
yang tidak
hilang saat
istirahat, luka
tidak sembuh,
hilangnya rasa)

24
2 Intolerasi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan keperawatan
berhubungan intervensi selama 1x24 manajemen energi :
dengan kelemahan jam maka toleransi a. Observasi
aktivitas meningkat  Identifikasi
dengan hasil kriteria : gangguan fungsi
 Kemudahan tubuh yang
dalam mengakibatkan
melakukan kelelahan
aktivitas sehari  Monitor
–hari meningkat kelelahan fisik
 Keluhan Lelah dan emosional
menurun  monitor pola
 Perasaan lemah dan jam tidur
menurun  monitor lokasi
 Sianosis dan
menurun ketidaknyaman
 Warna kulit selama
membaik melakukan
aktivitas
b. terapeutik
 sediakan
lingkungan yang
nyaman dan
rendah stimulus
(mis. Cahaya,
suara dan
kunjungan)
 lakukan latihan
rentang gerak
pasif dan/atau
aktif

25
 berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 fasilitasi duduk
disisi tempat
tidur jikia tidak
ada perpindahan
atau berjalan
c. edukasi
 anjurkan tirah
baring
 anjurkan
melakukan
aktivias secara
bertahap
 anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
 ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
d. kolaborasi
 kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang car
meningkatkan

26
asupan makanan

3 Keletihan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan


berhubungan intervensi selama 1x24 edukasi aktivitas / istirahat :
dengan kondisi jam maka tingkat a. Observasi
fisiologis ( mis. keletihan menurun  Identifikasi
Penyakit kronis, dengan hasil kriteria : kesiapan dan
penyakit terminal,  Verbalisasi kemampuan
anemia, kepulihan menerima
malnutrisi, energi informasi
kehamilan ) meningkat b. Terapeutik
 Tenaga  Sediakan materi
meningkat dan media
 Kemampuan pengaturan
melakukan aktivitas dan
aktivitas ruti istirahat
meningkat  jadwalkan
 Verbilisasi pemberian
Lelah menurun pendidikan
 Lesu menurun kesehatan sesuai
 Sianosis kesepakatan
menurun  berikan
 Pola istirahat kesempatan
membaik kepada pasien
dan keluarga
untuk bertanya
c. edukasi
 jelaskan
pentingnya
melakukan
aktivitas fisik /

27
olahraga secara
rutin
 anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok,
aktivitas
bermain atau
aktivitas lainya
 anjurkan
Menyusun
jadwal aktivitas
dan istirahat
 ajarkan cara
mengidentifika
kebutuhan
istirahat (mis.
Kelelahan, sesak
napas saat
aktivitas)
 ajarkan cara
mengidentifika
target dan jenis
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan

28
3.3 Implementasi

Setelah rencana Tindakan disusun secara sistematis, selanjutya Tindakan


tersebut diterapkan dalam Tindakan yang nyata dan terpadu guna memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

3.4 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan


pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Biasanya berisi tentang bagaimana
pengaruh Tindakan yang diberikan apakah mengurangi gejala yang dialami klien
atau tidak.

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 kesimpulan

Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah
sehat,volume sel darah merah ,dan/atau jumlah hemoglobin.Hipoksia terjadi karena
tubuh kekurangan oksigen.Terlepas dari penyakit itu sendiri , anemia mencerminkan
beberapa kondisi pantogenik yang mengarah pada abnormalitas jumlah,struktur,dan
fungsi sel darah merah.

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat.Anemia juga dapat diakibatkan
dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan
obat, dan sebagainya. Dan anemia bisa disebabkan (1) penurunan produksi sel darah
merah, (2) peningkatan kecepatan penghancuran darah (hemolisis) dan (3) kehilangan
darah.

Diagnosa keperawatan adalah klinik tentang respon individu, keluarga atau


komunitas terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau
pontensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam
mencapai tujuan yang telah di tetapka oleh perawat yang bertanggung jawab. Diagnosis
keperawatan adalah respon individu terhadap ransangan yang timbul dari diri sendiri
maupun luar (lingkungan).

Diagnosa keperawatan yang sering mencul pada kasus anemia sebagai berikut :

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin
2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

30
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ( mis. Penyakit kronis,
penyakit terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan )

4.2 Saran

Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

31
DAFTAR PUSTAKA

M.BLACK, J. (2022). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH edisi 8 cetakan 3. In J.


M.BLACK, KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (pp. 817-818). Singapore: Penerbit
Salemba Medika ( PT Salemba Emban Patria ).

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Tindakan Keperawatan,

Edisi1. Jakarta: DPP PPNI.


PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Website.2020Karyailmiah akhir http://repository.unissula.ac.id/23743/2/4090180081_fullpdf.pdf
Di akses pada tanggal 3 desember 2022

Handayani, d. V. (2020, Juni 16). Apakah Anemia Bisa Sebabkan Komplikasi? Retrieved
Oktober 19, 2022, from halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/apakah-anemia-bisa-
sebabkan-komplikasi

Rosyandi, H. (2015, Oktober 6). Askep Anemia (Asuhan Keperawatan bagi Pasien Anemia).
Retrieved Oktober 19, 2022, from satujam: https://satujam.com/askep-anemia/

32

Anda mungkin juga menyukai