Anda di halaman 1dari 29

ANEMIA

OLEH :

1. ROSALIA DALIMA PADUT


2. MARIA HELENA NEI
3. YOHANA SIMUN
4. GREGORIUS HANU
5. WOLFRADUS C. MBOTOK
6. HENDRIKUS ABU

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SANTU PAULUS RUTENG
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan ini penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dan dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “ ANEMIA“.

Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah satu
tugas dalam kuliah “ KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH 1“. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.Untuk ini penulis sampaikan terima kasih. Apabila ada kurang
lebihnya penulis minta maaf.

Ruteng , Oktober 2018

PENULIS

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.............................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi ............................................................................................. 6
B. Etiologi ............................................................................................. 7
C. Patofisiologi ...................................................................................... 7
D. Manifestasi Klinik ............................................................................ 8
E. Komplikasi ........................................................................................ 8
F. Pathway ............................................................................................ 9
G. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................... 10
H. Discharge Planning............................................................................. 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ......................................................................................... 12
B. Diagnosa ........................................................................................... 14
C. Intervensi ........................................................................................... 15
D. Evaluasi………………………………………………………………… 21

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................25
B. Saran ..................................................................................................25

BAB V PEMBAHASAN JURNAL.........................................................23

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat dunia yang
mempengaruhi negara maju dan negara berkembang. Anemia memiliki dampak
yang besar terhadap kesehatan masyarakat, begitu juga pada perkembangan
sosial dan ekonomi. Anemia juga merupakan masalah gizi yang banyak terdapat
di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di
negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi
terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. Word Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad
modern ini, dimana kelompok yang beresiko tinggi anemia adalah wanita usai
subur, ibu hamil, anak usia sekolah, dan remaja.
Anemia merupakan keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrin dan sel
darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, yaitu hemoglobin <12g.dL
untuk remaja. Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan
mengangkut oksigen dari paru – paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang
diperlukan tidak cukup, maka akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi
sehingga prestasi belajar menurun. Kemudian daya tahan fisik rendah sehingga
mudah lelah, aktifitas fisik menurun dan mudah sakit karena daya tahan tubuh
rendah, tetapi juga menunjukan peningkatan prevalensi di masyarakat yang
makmur dan berkembang. Prevalensi anemia remaja di negara – negara
berkembang sebesar 27%, sedangkan di negara maju sebesar 6%. Menurut
WHO, apabila prevalensi anemia ≥40% termasuk kategori berat, sedangkan 20-
39%, ringan 5-19,9%, dan normal <5%.
Menurut data WHO dalam worldwide Prevalence of Anemia menunjukan
bahwa total keseluruhan pendudukan dunia yang menderita anemia sebanyak
1,62 milyar orang. Sejalan dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2004, menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja
putri usia 10 – 18 tahun ialah sebesar 57,1%. Sedangkan menurut data

4
Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%, dengan
proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki – laki dan
23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5 –
14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4% pada kelompok umur 15 – 24 tahun.
Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa adanya hubungan pola
makanan dengan kejadian anemia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Damayani, dkk tahun 2014 yang menyatakan bahwa pola makan yang terdiri
dari (jumlah, jenis dan frekuensi) meniliki hubungan terhadap terjadinya anemia
pada remaja putri khususnya siswi SMP Negeri 2 Kota Pinang. Serta terdapat
juga hubungan makanan cepat saji dengan kejadian anemia yang diteliti oleh
Himanshu, dkk tahun2014, menyatakan adanya hubungan mengkonsumsi junk
food dengan kejadian anemia pada remaja.
Didukung dengan data dari Puskesmas Padang Pasir bulan November tahun
2016 yang mendata bahwa terdapat 41 (36,93%) orang remaja putri yang
berisiko anemia.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah definisi, etiologi, patofisologi,
manifestasi klinik, komplikasi, pathway, pemeriksaan diagnostik,
dan discharge planning dari anemia.
2. Untuk mengidentifikasikan asuhan keperawatan bagi penderita
anemia.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminaan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Terdapat berbagai macam anemia. Sebagian akibat produksi sel darah merah
tidak mencukup, dan sebagian lagi akibat sel darah merah prematur atau
penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Faktor penyebab lainnya meliputi
kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis. Anemia
kekurangan besi adalah anemia yang terbanyak diseluruh dunia. ( Brunner &
Suddarth, 2015 )
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah ( yang berfungsi
membawah oksigen ) mengalami penurunana untuk memunuhi kebutuhan fisiologis
tubuh. Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi pada manusia dan bergantung pada
usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan tahap kehamilan ( WHO, 2011 ).
Anemia adalah kondisi klinis yang terjadi akibatan insufisiensi kebutuhan sel
darah merah ( SDM ), baik volume total SDM maupun kuantitas hemoglobin.
Hipoksia terjadi karena jaringan tubuh tidak adkuat dalam mendapatkan oksigen.
Anemia bukan merupakan penyakit sendiri, melainkan merupakan dampak dari
berbagai proses patologis yang menyebabkan abnormalitas jumlah SDM ( Black &
Hawks, 2009 )
Kadar hemoglobin (Hb ) digunakan untuk membagi derajat anemia. Klien
dengan anemia ringan ( Hb 10-14 g/dL ) umumnya tidak menunjukan gejalah apa
pun, gejala timbul seiring dengan peningkatan keparahannya. Klien dengan anemia
sedang ( Hb 6-10 g/Dl ) dapat menunjukan dispnea, palpitasi,diaforesis saat
beraktivitas, dan kelemahan kronis. Anemia berat ( Hb < 6 /dL ) dapat asimsomatik

6
karena anemia berkembang secara bertahap, sementara yang lain dapat menunjukkan
manifestasi klinis yang signifikan di berbagai organ tubuh.

B. Etiologi
Secara umum,defesiensi zat besi merupakan penyebab anemia global, tetapi
dfesiensi nutrisi lainnya ( meliputi kekurangan asma folat, vitamin B12 dan
vitamin A ), masalah infeksi akut dan kronik, infeksi parasit, kelainan yang
berkaitan dengan sintesis hemoglobin, produksi sel darah merah, menyebabkan
anemia ( WHO, 2011 ).
Anemia dapat berkembang dari masalah hemoglobin primer atau
merupakan perkembangan akibat kerusakan/kelainan sistem tubuh. Anemia juga
diklasifikasikan berdasarkan etiologi atau morfologinya. Anemia dapat
disebabkan oleh salah satu dari tiga car berikut ini :
1. Penurunan produksi sel darah merah (SDM )
a. Sintesis DNA defektif : Defesiensi kobalamin/vitamin B12 defesiensi asam
tolar.
b. Penurunan sintesis hemoglobin. Defesiensi zat besi, talascemia, anemia
anemia skleroblastik.
c. Penurunan jumlah eritrosit perkursor : Anemia aplastik, anemia dari leukemia,
penyakit kronis.
2. Peningkatan dektruksi sel darah merah ( SDM )
a. Intrinsik : Sikle cell anemia, defesiensi enzim,membran abnormal.
b. Ekstrinsik : Trauma fisik, antibodi (automium dan isoimun )
c. Agens infeksi
d. Toksin
3. Kehilangan darah
a. Akut : Trauma ruptur pembuluh darah.
b. Kronis : Gastritis hemoroid.
C. Patofisiologi
Patofisiologi anemia menyebabkan transpor oksigen mengalami gangguan.
Hemoglobin yang berkurang dan jumlah SDM yang sangat menurun menyebabkan
oksigen yang tidak adekuat dibawah keseluruhan jaringan dan berkembang menjadi
hipoksia. Tubuh mengompensasi keadaan tersebut dengan meningkatkan produksi
SDM, meningkatkan curah jantung dengan meningkatkan isi sekuncup atau irma

7
jantung, meredistrubusi darah dari jaringan yang kebutuhan oksigennya rendah ke
jaringan yang kebutuhan oksigennya tinggi.

D. Manifestasi klinis
1. Keadaan umum : pucat, keletihan berat, kelemahan, nyeri kepala, demam,
dispnea, vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun.
2. Kulit : kulit kering, kukuh rapuh, clubbing.
3. Mata : penglihatan kabur, jaundice sclera dan perdarahan retina.
4. Mulut : mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
5. Paru – paru : dispnea dan orthopnea.
6. Kardiovaskuler : takikardia, palpitasi, mur – mur, angina, hipotensi,
kardiomegali, gagal jantung.
7. Gastrointestinal : anoreksia, menoragia dan hematuria (pada anemia
hemolitik).
8. Musculoskeletal : nyeri pinggang, sendi dan tenderness sterna.
9. System persyarafan : nyeri kepala, neurupatu perifer, parastesia, mental
depresi, cemas , kesulitan koping.
E. Komplikasi
 Infeksi
 Gagal pernafasan
 Kardiovaskuler
 Fungsi ginjal
 Gangguan fungsi hati.

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita


anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat.

F. Pathway

8
9
10
G. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
- Kadar hemoglobin serum menurun ( normal pria 13,5 g/dL ; wanita
12-16 g/dL )2 atau pada anemia berat, penurunan kadar MCH
( normal : 27-31 pg )2.
- Hematrokit serum menurun ( normal : pria 40-50 %, wanita 36-46%
)2
- Kadar besi serum menurun ( normal : 50-150 Hg/dL )2 dengan
kapasitas pengikat yang tinggi ( normal : 250-450 Hg/Dl )2
- Kadar feritin serum menurun
- Hitung sel darah merah ( SDM ) serum menurun ( normal : pria 4,6-
6,0 juta/uL : wanita 4,0-5,0 juta uL ) dengan sel mikrostik dan
hipokromik ( pada tahap awal, hitung SDM normal, kecuali : pada
bayi dan anak )
 Prosedur diagnostik
- Pemeriksaan sum-sum tulang menunjukan penurunan atau tidak
ditemukan cadangan besi ( dilakukan dengan pewarnaan ) dan
hiperplasia normoblagstik.
- Pemeriksaan saluran cerna, seperti uji guala feses, uji telan barium
dan edema, endoskopi, dan sigmoidoscopi meniadakan atau
memperkuat diagnosis pendarahan yang menyebabkan defisiensi
besi.
H. Discharge planning ( penyuluhan )
Perencanaan pulang pada pasien yang anemia adalah :
 Pemeliharaan nutrisi yang adekuat yaitu mengkonsumsi makanan
bergizi seperti mengandung asam folat dan vitamin B12 contoh :
sayur-sayuran berwarna hijau; bayam, tempe, hati, ginjal, atau
suplemen tambahan dan lain sebagainya.
 Istirahat dan toleransi terhadap aktivitas.
 Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan kesehatan
terdekat.
 Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi terutama
yang berasal dari sumber hewani seperti  ikan, hati, susu, keju, telur.

11
Sedangkan zat besi yang berasal dari sumber nabati/tumbuh-tumbuhan
yaitu bayam, kangkung, daun singkong, kacang panjang, kecipir, daun
katuk, sawi hijau, kacang – kacangan, tahu, tempe.
 Menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan agar tubuh
tidak kemasukan cacing.
 Agar zat besi dapat diserap dengan baik oleh tubuh maka konsumsi
juga makanan yang mengandung vitamin C yang terdapat pada buah-
buahan.

 Pemeliharaan nutrisi yang adekuat yaitu mengkonsumsi


makanan bergizi seperti mengandung asam folat dan vitamin B12
contoh : sayur-sayuran berwarna hijau; bayam, tempe, hati, ginjal, atau
suplemen tambahan dan lain sebagainya.
 Istirahat dan toleransi terhadap aktivitas.
 Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan kesehatan
terdekat.

12
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi terutama yang berasal
dari sumber hewani seperti  ikan, hati, susu, keju, telur.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat kesehatan :
Riwayat kesehatan sekarang
Klien dengan anemia datang kerumah sakit, biasanya dengan keluhan
berupa :adanya keletihan, kelemahan, malaise umum, membutuhkan waktu tidur
dan istirahat yang banyak, sakit kepala, nyeri mulut dan lidah, anoreksia, BB
menurun, serta sulit untuk berkonsentrasi.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang mempengaruhi
sumsum tulang dan metabolisme asam folat, adanya riwayat kehilangan darah
kronis, misalnya pielonefritis, gagal ginjal, riwayat TB, abses paru, kanker.
Riwayat penyakit hati, masalah hematologi, pembedahan dan penggunaan anti
konvulsan masa lalu atau sekarang juga akan mempengaruhi anemia.
Riwayat kesehatan keluarga
Kesehatan keluarga yang berhubungan dengan anemia, seperti
kencendrugan keluarga untuk anemia, adanya anggota keluarga yang menderita
anemia.

Pengkajian pola Gordon


1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya. Klien hanya beranggapan
bahwa gejala yang dideritanya merupakan gejala biasa saja dan hanya
kelelahan biasa. Klien mulanya hanya beristirahat, mengurangi aktivitas dan
mengkonsumsi obat bebas yang ada di warung.
2. Pola nutrisi metabolic
Terjadinya penurunan intake nutrisi berhubungan dengan penurunan
nafsu makan, terdapat nyeri mulut dan lidah, kesulitan menelan. Selain itu,
biasanya juga timbul gejala mual, muntah, dispnea, anoreksia, penurunan
berat badan.
3. Polaeliminasi
Pada pola ini, biasanya bias terjadi diare atau konstipasi, serta bisa
terjadi penurunan haluaran urine.

14
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien biasanya mengalami kelemahan, malaise, keletihan sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas klien, terjadi penurunan semangat
untuk bekerja serta toleransi untuk latihan rendah. Saat bekerja timbul
takikardi, dispnea, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien akan membutuhkan waktu untuk tidur dan istirahat yang lebih
banyak karena keletihan. Selain itu, perlu di kaji masalah yang dapat
menganggu klien saat tidur dan istirahat.
6. Pola kognitif perceptual
Pengkajian yang dilakukanya itu sehubungan dengan fungsi alat indera
klien, kemampuan menulis, dan mengingat, terjadi penurunan fungsi
penglihatan.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri.
Persepsi klien terhadap dirinya bias berubah sehubungan dengan
penyakit yang diderita. Klien merasa lemah karena tidak bisa bekerja dan
beraktivitas seperti orang lain.
8. Pola peran hubungan
Pada pola ini dikaji pekerjaan klien, peran klien dalam keluarga dan
masyarakat. Selain itu, berisikan bagaimana hubungan klien dengan orang
terdekatnya, bagaimana pengambilan keputusan dan hubungan klien dengan
masyarakat atau lingkungan social klien.
9. Pola reproduksi seksualitas.
Pada reproduksi seksualitas bias terjadi perubahan aliran menstruasi,
misalnya menoragia atau amenore, hilang libio, danimpoten. Serviks dan
dinding vagina pucat.
10. Pola koping dan toleransi stress.
Metode koping yang digunakan klien dalam mengatasi stress bisa saja
dengan mengungkapkan perasaan gelisahnya kepada orang terdekat atau
perawat atau meminum obat yang dapat menghilangkan stress.
11. Pola nilai dan keyakinan.
Setelah pengkajian didapatkan kepercayaan klien, kepatuhan klien
dalam melaksanakan ibadah, dan keyakinan-keyakinan pribadi yang bisa
mempengaruhi pilihan pengobatan.

15
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk membantu menegakan diagnosis gangguan


hematologi, dari pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung, dan tenggorokan ( HEENT )


didapatkan :
 Konjugtiva anemis, mukosa pucat > anemia
 Jaundice/ikterik>hemolisis, hiperbilirubinemia
 Petekie>trombositopenia
 Glositis ( peradangan pada lidah ) > anemia defisiensi zat besi,
anemia defisiensi vitamin B12
 Limfadenopati>limfoma
2. System integument
 Pucat> anemia
 Jaundice >hiperbilirubunemia
 Koilonisia ( kuku seperti sendok ) > anemia defisiensizatbesi
 Ekimosis dan petekie>trombositopenia
3. System kardiovaskuler
 Takikardi, S4 > anemia berat dengan gagal jantung
4. Abdomen
 Splenomegali>polisitemia, limfoma.
5. System neurologi
 Kehilangan sensasi getar( Vibration Sense ) > anemia megaloblastik.
6. System musculoskeletal
 Nyeri tulang/ Tenderness> myeloma multiple.

B. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan :
1. Intoleran aktivitas.
2. Nyeri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh.
4. Resiko perdarahan.
5. Resiko infeksi.

16
C. Intervensi

Diagnose keperawatan Hasil yang dicapai Intervensi


NANDA ( NOC )4 ( NIC )4
Intoleran aktivitas Ketahanan : Manajemen energy :
Yang berhubungan  Melaporkan Indenpenden:
dengan: peningkatan  Kaji kemampuan
Ketidakseimbangan toleransi klien untuk
aktivitas, melakukan tugas
antara suplai dan
termasuk dan aktivitas
kebutuhan oksigen aktivitas kehidupan sehari-
( anemia ) kehidupan hari yang normal,
Definisi : sehari-hari dengan
Ketidakcukupan energy  Menunjukan memperhatikan
psikologis atau fisiologis penurunan tanda laporan tentang
untuk mempertahankan fisisologis kelemahan,
intoleran-denyut keletihan, dan
atau menyelesaikan
nadi, kesulitan dalam
aktivitas kehidupan pernapasan, dan menyelesaikan
sehari-hari yang harus tekanan darah tugas.
atau yang ingin tetap berada  Perhatiakn
dilakukan. dalam rentang perubahan dalam
normal klien. keseimbangan
 Menunjukan gangguan gaya
nilai berjalan, dan
laboratorium kelemahan otot.
( Hb/Ht ) dalam  Pantau tekanan
rentang yang dapat darah, denyut
diterima. nadi, dan
pernapasan
selama dan
setelah aktivitas.
 Perhatikan
respons yang
merugikan
terhadap
peningkatan
tingkat aktivitas-
peningkatan
frekuensi jantung
dan tekanan
darah, disritmia,
pusing, dispnea,
takipnea, dan
sianosis
membrane
mukosa dan dasar
kuku.
 Anjurkan periode
istirahat yang

17
sering atau tirah
baring ( jarang )
sesuai indikasi.
 Tinggikan kepala
tempat tidur
sesuai toleransi.
 Anjurkan klien
untuk mengganti
posisi secara
perlahan dan
pantau terjadinya
pusing.
 Bantu klien untuk
memprioritaskan
aktivitas
kehidupan sehari-
hari dan aktivitas
yang diinginkan.
Buat alternative
selang-seling
antara periode
istirahat dan
periode aktivitas.
 Beri atau
anjurkan bantuan
terkait aktivitas
dan ambulansi
sesuai kebutuhan
yang
memungkinkan
klien untuk
menjadi
partisipan aktif
seoptimal
mungkin.
 Rencanakan
kemajuan
aktivitas dengan
klien, termasuk
aktivitas yang
dianggap penting
oleh klien.
Tingkatkan
tingkat aktivitas
sesuai toleransi.
Kolaboratif:
 Pantau
pemeriksaan
laboratorium,
seperti Hb/Ht,

18
hitung sel darah
merah, dan gas
darah arteri
( GDA ).
 Beri oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
 Beri terapi
berikut, sesuai
indikasi :
- Darah
lengkap, sel
darah mearah
kemasan,
- Produk darah
sesuai
indikasi.
Pantau secara
ketat reaksi
transtusi.
- Agens
penstimulasi
eritropolesis,
seperti
epoetin-alpha
darbepeotin.
 Siapkan
intervensi bedah
jika diindikasi.
Ketidakseimbangan Status nutrisi : Terapi nutrisi :
nutrisi:  Menunjukan Indenpenden :
kurang dari kebutuhan kenaikan berat  Tinjau riwayat
tubuh. badan yang nutris, termasuk
Yang berhubungan progresif atau pilihan makanan.
dengan : berat badan  Observasi dan
kegagalan menelan atau yang stabil, catat asupan
ketidakmampuan dengan nilai makanan klien.
mencerna makanan atau laboratorium  Timbang berat
mengabsorpsi nutrient. yang normal. badan secara
Definisi :  Tidak berkala jika tepat,
Asupan nutrisi tidak mengalami missal: setiap
cukup untuk memenuhi tanda malnutrisi. minggu.
kebutuhan metabolic.  Menunjukan  Rekomendasikan
perilaku atau makanan porsi
perubahan gaya kecil dan sering
hidup untuk serta makanan
memperoleh ( ringan ) di
kembali dan antara waktu
mempertahanka makan.
n berat badan

19
yang tepat.  Sarankan
makanan lunak,
kurangi makanan
kasar, dengan
menghindari
makanan yang
panas, pedas, atau
sangat
asam,sesuai
indikasi.
 Minta klien
mencatat dan
melaporkan
terjadinya mual
atau muntah,
flatus dan gejala
terkait lainya,
seperti iritabilitas
atau kerusakan
memori.
 Anjurkan atau
bantu hygiene
oral yang baik
sebelum dan
setelah makan,
gunakan sikat
gigi berbulu halus
untuk menggosok
gigi dengan
lembut. Sediakan
obat kumur yang
encer dan bebas
alcohol jika
mukosa oral
mengalami
ulserasi.
Kolaboratif :
 Konsultasikan
dengan ahli
gizi/ahli diet.
 Pantau
pemeriksaan
laboratorium,
seperti Hb/Ht,
nitrogen urea
darah ( BUN ),
prealbumin, dan
albumin, protein,
transferin, zat
besi serum,

20
vitamin B12 , asam
folfat, TIBC, dan
elektrolit serum.
 Beri medikasi
sesuai indikasi,
seperti:
- Suplemen
vitamin dan
mineral.
- Suplemen zat
besi oral.
- Obat kumur
anti jamur
atau anestetik
jika
diindikasi.
Konstipasi/ diare Defekasi : Manajemen defekasi :
Yang berhubungan  Mencapai Indenpenden :
dengan : kembali pola  Pastikan warna,
- Efek normal fungsi konsistensi,
samping usus frekuensi, dan
medikas  Menunjukan jumlah feses.
i perubahan  Auskultasi bising
- Kebiasa perilaku atau usus.
an gaya hidup,  Pantau asupan
makan seperti yang dan haluaran
buruk, diharuskan oleh dengan perhatian
perubah factor penyebab khusus pada
an atau pendukung. asupan makanan
motilita dan cairan.
s  Anjurkan asupan
gastroin cairan sebanyak
testinal. 2.500-3.000 mL/
Definisi : hari sesuai
- Konstip toleransi jantung.
asi :  Rekomendasikan
penurun untuk
an menghindari
frekuens makanan
i normal pembentuk gas.
defekasi  Kaji kondisi kulit
yang di perianal secara
sertai sering, dengan
kesulita memperhatiakn
n atau perubahan atau
pengelu permulaan
aran kerusakan kulit
feses tersebut.
tidak Anjurkan dan
tuntas bantu perawatan
21
dan atau perineal setelah
feses setiap defekasi
yang jika mengalami
keras, diare.
kering,  Diskusikan
dan penggunaan
banyak. pelunak feses,
- Diare : stimulant ringan,
pengelu laksatif
aran pembentukan
feses bungkal, atau
yang enema, sesuai
lunak indikasi, pantau
dan keefektifanya.
tidak Kolaborasi :
berbent  Konsultasikan
uk. dengan ahli
diet untuk
memberikan
diet yang
seimbang dan
tinggi serat
serta bungkal.
 Beri medikasi
antidiare,
seperti
difenoksilat
hidroklorida
dengan
antropin, dan
obat penyerap
air.
Risiko infeksi Control risiko : Perlindungan infeksi :
Factor risiko: Mengidentifikasi perilaku Indenpenden :
- Pertaha untuk mencegah dan  Lakukan dan
nan mengurangi risiko infeksi. dukung mencuci
primer Keparahan infeksi : tangan secara
tidak Bebas dari tanda infeksi, cermat oleh
adekuat, mencapai penyembuhan luka pemberi asuhan
kerusak tepat waktu jika terdapat luka. dank lien.
an kulit,  Pertahankan
stasis tehknik aseptic
cairan yang ketat ketika
tubuh, melakukan
prosedu prosedur dan
r perawatan luka.
invasive  Beri perawatan
, kulit, oral, dan
penyakit perianal secara
kronis, cermat.

22
malnutri  Anjurkan
si. perubahan posisi
- Pertaha ysng sering dan
nkan ambulansi, batuk,
sekunde dan latihan napas
r tidak dalam.
adekuat-  Tingkatkan
penurun asupan cairan
an yang adekuat.
hemogl  Tekankan
obin, perlunya
leucope memantau dan
nia, atau membatasi
penurun pengunjung,
an sesuai indikasi.
granulos Berikan isolasi
it: protektif jika
supresi tepat. Batasi
respons tanaman hidup
inflamas dan bunga potong
i.  Pantau suhu.
Definisi :  Observasi adanya
Rentan mengalami invasi eritema dan
dan multiplikasi drainase luka.
organism patogenik yang Kolaboratif :
dapat menganggu  Dapatkan
kesehatan. specimen untuk
kultur dan
sensitivitas,
sesuai indikasi.
 Berikan antiseptic
topical dan
antibiotic
sistemik.
Defisiensi pengetahuan : Pengetahuan : manajemen Penyuluhan: proses penyakit
Yang berhubungan penyakit kronis Indenpenden :
dengan :  Menyatakan  Beri informasi
- Kurang pemahaman tentang anemia
paparan, tentang sifat spesifik dan
menign peoses penyakit, jelaskan bahwa
gat prosedur terapi bergantung
- Salah diagnostic, dan pada jenis dan
pengerti komplikasi keparahan
an potensial. anemia.
terhadap  Mengidentifikas  Diskusi efek
informa i factor anemia pada
si penyebab kondisi
- Tidak  Menyatakan sebelumnya.
mengeta pemahaman  Tinjau tujuan dan
hui
23
sumber tentang persiapan untuk
informa kebutuhan pemeriksaan
si terapeutik diagnostic.
Definisi :  Memulai  Jelaskan bahwa
Ketiadaan atau efisiensi perilaku atau darah yang
informasi kongnitif yang perubahan gaya diambil untuk
berkaitan dengan topic hidup yang pemeriksaan
tertentu. diperlukan. laboratorium
tidak akan
memperburuk
anemia.
 Tinjau perubahan
diet yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan diet
yang spesifik,
yang ditentukan
oleh jenis anemia
dan defisiensi.
 Diskusikan
makanan yang
harus dihindari.
 Kaji sumber,
termasuk
financial, dan
kemampuan
untuk
memperoleh dan
menyiapkan
makanan.
 Anjurkan untuk
berhenti
merokok.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1. Mampu bertolerasi dengan aktivitas normal
a. Mengikuti rencana progresif istrahat, aktivitas, dan latihan
b. Mengatur irama aktivitas sesuai aktivitas energy
2. Mencapai /mempertahankan nutrisi yang adekuat
a. Makan makanan yang tinggi protein, kalori dan vitamin
b. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi
optimal

24
3. Tidak mengalami komplikasi
a. Menghindari aktivitas yang menyebabkan takikardi, palpitasi
pusing dan dispnu
b. Menggunakan upaya istrahat dan kenyamanan untuk mengurangi
dispnu
c. Mempunyai tanda vital normal
d. Tidak mengalami tanda retensi cairan, ( mis, edema perifer curah
urine berkurang distensi vena leher )
e. Berorientasi terhadap nama, waktu, tempat, dan situasi
f. Tetap bebas dari cedera

25
BAB IV

PEMBAHASAN JURNAL

Judul : Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah ( Psidium Guajava. L )


Terhadap Kadar Hemoglobin dan Ferritin Serum Penderita Anemia
Remaja Putri.

Bibliografi : Pagdya Haninda Nusantri Rusdi, dkk. Pengaruh Pemberian Jus Jambu
Biji Merah (Psidium Guajava. L) Terhadap Kadar Hemoglobin dan
Ferritin Serum Penderita Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2018; 7(1).

Tujuan : untuk menentukan pengaruh pemberian jus jambu biji merah ( psidium
guajava. L ) terhadap kadar hemoglobin dan ferritin serum penderita
anemia remaja putri.

Metode :

 Desain penelitian : quasi eksperiment, Pre-Test-Post-Test.


 Responden ; remaja putri Panti Asuhan Tri Murni Kota Padang
Panjang.
 Prosedur penelitian :
 Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Tri Murni Kota
Padang Panjang.
 34 orang remaja anemia yang dipilih secara simple random
sampling.
 Subjek di bagi menjadi 2 kelompok, kelompok kontrol dan
perlakuan.
 Kelompok perlakuan di berikan 100 gr jambu biji merah yang
diolah menjadi jus selama 7 hari berturut – turut.
 Hari pertama dilakukan Pre-Test dan pada hari ke 8 dilakukan
Post-Test.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan alat tes
hemoglobin digital easy Touch GCHb dan Ferritin diukur
menggunakan alat Immunochemiluminescent.
 Hasil penelitian :
1. Menunjukan bahwa rerata kadar hemoglobin kelompok kontrol
pretest adalah 10,26 gr/dl, dan rerata kadar ferritin serumnya
adalah 33,63 µg/L. Sedangkan rerata kadar hemoglobin kelompok
intervensi sebelum diberikan jus jambu biji merah ( Psidium
Guajava. L ) adalah 10,50 gr/dl dan rerata kadar ferritin serum
kelompok kontrol ( pretest ) adalah 36,63 µg/L.

26
2. Menunjukan hasil rerata kadar hemoglobin kelompok kontrol
posttest adalah 10,98 gr/dl dan rerata kadar ferritin serumnya
adalah 40,35 µg/L. Sedangkan rerata kadar hemoglobin kelompok
intervensi sesudah diberikan jus jambu biji merah ( Psidium
Guajava. L ) adalah 12,48 gr/dl dan rerata kadar ferritinnya adalah
57,40 µg/L.
3. Menunjukan bahwa antara pengukuran kadar hemoglobin dan
ferritin serum pada kelompok kontrol dan intervensi di dapatkan
nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara kadar hemoglobin dan ferritin serum pengukuran
pertama ( pretest ) dengan pengukuran kedua ( posttest ).
 Kesimpulan
1. Bahwa ada pengaruh pemberian jus jambu biji merah terhadap
kadar hemoglobin dan ferritin serum penderita anemia remaja
putri.
2. Bahwa jambu biji merah tidak hanya meningkat hemoglobin dan
ferritin serum pada penderita anemia defisiensi besi saja, tetapi
juga mampu meningkatkan kadar hemoglobin dan serum penderita
anemia lainnya.
3. Pemberian jus jambu biji merah dapat meningkatkan kadar
hemoglobin dan ferritin serum pada penderita anemia remaja putri.

27
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Anemia merupakan turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah. Tanda – tanda dari penyakit anemia : lesu, lemah, pucat, sering pusing,
mata berkunang – kunang, dan konjungtiva pucat, gejala lebih lanjut adalah
kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Anemia
dapat diketahui dengan adanya pemeriksaan darah lengkap labolatorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah
manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara
penanganan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah
dengan mengonsumsi jenis makanan yang mengandung zat besi ( Fe ), dan lain
– lain.

B. Saran
1. Bagi pembaca dan masyakarat sebaiknya harus menjaga kesehatan
lingkungan dan makanan serta pola makan agar memnuhi kecukupan
akan Fe pada tubuh kita. Sehingga kita terjauh dari penyakit terlebih
anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk memproduksi
darah.
2. Bagi perawat dan mahasiswa keperawatan dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang telah di dapatkan secara teoritis pada kasus anemia.

28
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Bare & Brunner. Suddarth. Keperawatan Medical Bedah.2015. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran. EGC

http://academiaedu.com/asuhan_keperawatan_anemia

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Dosen Keperawatan Medikal-Bedah.2017. Rencana Asuhan keperawatan Medikal-


Bedah. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC

29

Anda mungkin juga menyukai