Anda di halaman 1dari 38

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGGUAN HEMATOLOGI (ANEMIA)

Pembimbing:

Fransisca Anjar Rina S., M.Kep., Ns.Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh:
Maria Agata Kristiana P 202243003

Agnes Tutik P 202243010

Antonius Andri K 202243013

Hafiza Usnaini 202043025

Lusia Widihastuti 202243030

Wilis Sukawati 202043058

Yeni Susiayanti 202243061

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TRANSFER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pasien dengan gangguan hematologi (anemia) tepat pada waktu. Tujuan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan anemia ini dapat terwujud dan
terlaksana atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada:

1. Ibu Fransisca Anjar Rina S., M.Kep., Ns.Sp.Kep.M.B. selaku koordinator dan dosen
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
2. Teman - teman kelompok 8 yang bekerjasama, saling mendukung, memotivasi dalam
menyelesaikan tugas pembuatan makalah.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 25 Oktober 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi
permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi
tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke dalam daftar
Global Burden of Disease dengan jumlah penderita sebanyak 1,159 miliar orang di
seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah penduduk dunia). Sekitar 50% dari semua
penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita, dkk, 2018). Anemia merupakan
masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua milyar
dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad
modern, kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil,
anak usia sekolah, dan remaja (WHO, 2016).

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah
daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
Penyebab anemia pada negara dengan prevalensi anemia di atas 20% adalah anemia
defisiensi Fe atau kombinasi defisiensi Fe. Anemia yang terjadi karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu adalah anemia gizi besi. Di Indonesia prevalensi anemia pada kelompok
umur 5 –14 tahun adalah 26,4% dan pada kelompok umur 15 – 24 tahun adalah
18,4%.Prevalensi jumlah remaja untuk provinsi DIY berdasarkan kelompok umur 10-
14 tahun laki-laki (137.502), perempuan (129.145), 15-19 tahun laki-laki (146.481)
dan perempuan (138.348) (Dinkes DIY, 2014). Prevalensi anemia gizi besi pada
remaja putri tahun 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) umur 12-19 tahun
yaitu (36,00%). Gambaran grafis memperlihatkan bahwa di kabupaten Sleman
(18,4%), GunungKidul (18,4%), Kota Yogyakarta (35,2 %), Bantul (54,8%), Kulon
progo (73,8%). Sedangkan prevalensi anemia remaja putri menurut WHO tahun 2012
sebesar 36,0% World Health Organization (WHO) memberikan batasan bahwa
prevalensi anemia di suatu daerah dikatakan ringan jika berada pada angka 10% dari
populasi target, kategori sedang jika 10-30 % dan gawat jika lebih dari 30%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta jumlah penduduk pada tahun
2014 tercatat yang bersekolah di SMA/SMK/MA dengan jenis kelamin perempuan
berjumlah 59.901 jiwa. Dengan jumlah penduduk tersebut ditemukan prevalensi
anemia pada remaja putri umur 12-19 tahun sebesar 36.00 % (Riskesdes, 2013).
Berdasarkan pemaparan prevalensi tersebut, perempuan di Indonesia termasuk remaja
putri memiliki prevalensi anemia yang lebih tinggi daripada laki - laki. Umumnya
perempuan lebih rentan mengalami anemia daripada laki – laki salah satunya, karena
setiap bulan perempuan mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan
darah sehingga kebutuhan zat besi pada perempuan lebih besar daripada laki - laki
untuk mengembalikan kondisi tubuhnya pada keadaan semula. Bagi remaja putri yang
mengalami anemia masalah anemia akan terus berlanjut setelah remaja, karena
mengalami menstruasi dilanjutkan proses kehamilan dan menyusui. Mengingat adanya
dampak yang merugikan dari anemia, maka perlu upaya untuk menanggulangi
maupun mencegah kejadian anemia khususnya pada remaja putri ( Dinas Kesehatan,
2015).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Dengan Gangguann Hematologi
(Anemia)

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hematologi
(Anemia)

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengetahui konsep teori penyakit Anemia
1.3.2.2 Menyusun pengkajian keperawatan pada pasien Anemia
1.3.2.3 Menyusun diagnose keperawatan pada pasien Anemia
1.3.2.4 Menyusun rencana keperawatan pada pasien Anemia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian
Penyakit anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi dimana jumlah
sel darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada dibawah
normal. Hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah merah
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan
anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (HB) pada laki-laki kurang
dari 13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41% pada perempuan
konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematokrit
kurang dari 36%.

Anemia berasal dari bahasa Yunani adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam
sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia
adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membrane
mukosa pucat dan pada test laboratorium didapatkan Hitung
Hemoglobin (HB), Hematokrit (HM) dan eritrosit kurang dari normal.
Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolism tubuh yang
optimal. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak
dapat mnegangkkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh, keadaan ini sering menyebabkan energy dalam tubuh menjadi
menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, letih, lesu, lemas, dan lunglai.
Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita
kekurangan zat bezi. Seseorang yang menderita anemia sering
mengalami keadaan pusing yang sedng hingga berat dikarenakan
meningkatnya penghancuran sel darah merah, pembesaran limpa,
kerusakan mekanik pada sel darah merah, reaksi auto imun terhadap sel
darah merah : Hemoglobinuria nocturnal paroksismal, sferositosis
herediter, elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami
anemia disebabkan karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan,
kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah
berat, bisa menyababkan troke atau serangan jantung. (Priscilla, L.,
Karen. M. B., 2020)

2.1.2 Faktor Resiko


Penyebab Anemia yang paling sering adalah karena perdarahan
yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang
sering disebut dengan hemolisis atau pembentukan sel darah merah :
hematopoiesis yang tidak efektif, kekurangan &at besi, pendarahan
usus, kekurangan vitaminB12, kekurangan asam folat, gangguan fungsi
sumsum tulang, Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan dapat
mempengaruhi produksi sel darah merah. Beberapa penyebab umum
dari anemia :
a. Perdarahan hebat
Akut :
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
Kronis :

- Perdarahan hidung
- Hemoroid
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip disaluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang banyak
b. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat bezi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
c. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nocturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Penyakit sel sabit

2.1.3 Tipe-tipe Anemia


Tipe-tipe Anemia Menurut Lemone, Burke dan Bauldoff (2016) tipe-
tipe anemia meliputi:
a. Anemia akibat kehilangan darah
Pada kehilangan darah akut, peredaran volume berkurang, akibatnya
curah jantung turun. Mekanisme kompensasi diaktifkan untuk
mempertahankan curah jantung: frekuensi jantung naik dan
pembuluh darah perifer mengecil. Pada kehilangan darah akut,
SDM yang beredar mempunai ukuran dan bentuk normal,. Pada
awal hemoragi, hitung SDM, hemoglobin, dan hematokrit turun. Ini
akan kembali normal dalam 3 sampai 4 minggu setelah episode
perdarahan. Kehilangan darah kronis menurunkan cadangan zat besi
saat produksi SDM berupaya mempertahankan suplai SDM. SDM
yang dihasilkan adalah mikrositik dan hipokromik (pucat).
b. Anemia kurang zat besi
Anemia ini paling sering muncul dan berkembang bila suplai zat
besi tidak cukup untuk pembentukan SDM optimal. Normalnya
tubuh secara efisien mendaur ulang dan menyimpan zat besi,
menggunakan kembali sebagian besar zat besi yang terkandung
dalam SDM yang dibuang dari sirkulasi akibat usia atau rusak.
Namun, sejumlah kecil zat besi secara terus menerus dibuang dalam
feses, sehingga asupan zat besi yang cukup diperlukan untuk
sintesis hemoglobin normal dan produksi SDM. Anemia kurang zat
besi menyebabkan jumlah SDM sedikit, SDM mikrositik dan
hipokromik, serta SDM cacat.
c. Anemia defisiensi vitamin B12
Kurang vitamin B12 terjadi bila konsumsi vitamin ini taidak cukup,
atau lebih sering bila tidak diabsorbsi dengan baik dari saluran GI.
Kekurangan vitamin ini merusak pembelahan sel dan maturasi inti
sel, khususnya pada proliferasi SDM yang cepat. Akibatnya, SDM
makrositik berbentuk oval bukan cekung dan tipis. Sel ini rapuh,
tidak dapat mengangkut jumlah oksigen yang cukup dan
mempunyai masa hidup pendek.
d. Anemia defisiensi asam folat
Anemia ini ditandai dengan sel yang rapuh dan megaloblastic (besar
dan imatur). Asam folat ini dijumpai pada sayuran berdaun hijau,
buah-buahan, sereal, dan daging, dan diabsorbsi dalam usus.
e. Anemia hemolitik
Ditandai dengan penghancuran (lisis) premature SDM. Ketika SDM
pecah, zat besi dan produk sisa lain dari penghancuran SDM tetap
berada dalam plasma. Hemolisis dapat terjadi dalam sistem sirkulasi
atau akibat fatogenesis seperti monosit dan makrofag yang beredar
dalam limfa.
f. Anemia sel sabit
Anemia hemolitik kronik herediter, Ini ditandai dengan episode
pembentukan sabit (sickling), selama itu SDM menjadi berbentuk
sabit abnormal. Gangguan di turunkan sebagai kelainan genetic
resesis autosom. Kelainan ini menyebabkan sintesis bentuk
hemoglobin abnormal. Anemia ini memperpendek masa hidup,
sebagian besar kematian terjadi karena infeksi.
g. Talasemia
Gangguan pada sintesis hemoglobin yang diwariskan yakni rantai
alfa atau beta molekul hemoglobin hilang atau cacat. Ini
menyebabkan defisiensi produksi hemoglobin dan hipokromik
rapuh, SDM mikrositik yang disebut sel target karena tampilan mata
banengnya yang khas. Seperti pada anemia sabit, hanya ada satu
gen pembentuk rantai beta yang cacat, menimbulkan gejala ringan
atau keduanya cacat menimbulkn gejala berat. Anak yang menderita
talasemia mayor jarang mencapai masa dewasa, meskipun transfuse
darah berulang dapat memperpaanjang masa hidup mereka.
h. Anemia Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase
G6PD merupakan enzim yang mengatalis glikolisis, suatu proses
SDM mendapat energy seluler. Gangguan ini menyebabkan
oksidasi langsung hemoglobin yang merusak SDM. Hemolysis
biasanya hanya terjadi bila orang yang sakit terpajan stressor.
Dfisiensi G6PD merusak kompensasi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan metabolism glukosa dan menyebabkan kerusakan sel.
SDM yangrusak dihancurkan selama 7 hingga 12 hari.
i. Anemia Aplastika
Dapat dikaitkan dengan kondisi yang mempengaruhi produksi dan
sekresi eritropoietin,seperti kanker tertentu dan terapinya,gangguan
ginjal,hati atau endokrin

2.1.4 Etiologi
Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya, A. S., Putri, Y.
M, 2013)
1. Anemia pasca pendarahan
Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan pendarahan
2. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah Hasil
Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia
defisiensi besi menurut umur adalah:
1) Bayi di bawah umur 1 tahun
- Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah
atau lahir kembar
2) Anak berumur 1-2 tahun

- Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan


tambahan
- Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang
- Malabsorbsi
- Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
3) Anak berumur 2-5 tahun

- Masukan besi kurang karena jenis makanan


- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
- Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
4) Anak berumur 5 tahun- masa remaja

- Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat


infestasi parasit dan poliposis
5) Usia remaja-dewasa
- Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan
3. Anemia hematolik Terjadi karena penghancuran sel darah merah yang
berlebihan

a. Faktor Intrasel
Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia,
hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle cell anemia) sterositas,
defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvatkinase, glutation
reductase).

b. Faktor Ekstrasel
Faktor yang berasal dari luar sel seperti, Intoksikas, infeksi (malaria),
Imunologis (inkompatibilitas golongan darah, reaksi hematolik
pada transfusi darah).
4. Anemia Aplastik
Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang atau
kerusakan sumsung tulang. Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan
Anak penyebab anemia menurut umur adalah :
a. Bayi di bawah umur 1 tahun
- Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah
atau lahir kembar
b. Anak berumur 1-2 tahun
- Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan
tambahan
- Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang
- Malabsorbsi
- Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
c. Anak berumur 2-5 tahun
- Masukan besi kurang karena jenis makanan
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
- Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
d. Anak berumur 5 tahun- masa remaja

- Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat


infestasi parasit dan polyposis
e. Usia remaja-dewasa
- Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan

2.1.5 Patofisiologi

Perdarahan berlebih Kekurangan Vitamin B 12

Rusaknya sel darah merah Kekurangan Asam Folat


Penyakit Kronis
Perdarahan usus Gangguan Fungsi sumsum
tukang

Kehilangan sel darah Penurunan produksi sel darah Penghancuran sel darah merah
merah merah merah

Daya tahan tubuh menurun Resiko Infeksi

Eritrosit menurun
HB Turun

Kompensasi Jantung Kompensasi paru Efek Gastrointestinal

Beban kerja jantung dan curah Peningkatan frekuensi nafas Gangguan penyerapan
jantung meningkat
nutrisi & defisiensi folat

Takikardi, angina ( nyeri dada ) Iskemia


Dyspnea ) kesulitan Glositis berat (lidah meradang),
miokardium Beban kerja jantung meningkat bernafas diare kehilangan nafsu makan

Ketidak efektifan perfusi Nyeri akut Penurunan Intake


transport O2 nutrisi turun
jaringan perifer
(anoreksia)

Hipoksia
Peningkatan Ketidakseimbangan
kontraksi nutrisi kurang dari
Lemah lesu, paresthesia,
mati rasa, gangguan kebutuhan tubuh
Penebalan
2.1.6 Manifestasi Klinis Anemia
Tanda dan gejala pada anemia menurut Smletzer, (2017), Taufiqa, dkk
(2020) adalah:
a. Cepat merasa lelah Mudah mengantuk dan sulit untuk berkonsentrasi.
b. Lemah, malaise umum
c. Sesak napas Pada bagian yang cukup berat, anemia juga sering kali
disertai dengan sesak napas.
d. Pucat Tanda pucat ini, dapat di temukan pada bagian konjungtiva
mata atau mukosa oral, pucat pada kulit.
e. Pusing, terutama saat berubah posisi Perasaan ini paling banyak
dirasakan saat kamu duduk kemudian berdiri.
f. Sakit kepala
g. Jantung berdebar-debar
h. Tangan terasa dingin
i. Nyeri dada, nyeri otot atau kram
j. Ikterik (anemia megaloblastic atau hemolitik)
k. Lidah halus dan berwarna merah (anemia defisiensi besi)
l. Lidah luka seperti daging merah (anemia megaloblastic)
m. Keilosis angular (ulserasi pada tepi atau sudut mulut)
n. Kuku rapuh, melengkung/membumbung, berbentuk cekung, pada
pasien anemia defisiensi besi.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam
menentukan diagnosa anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa
pemeriksaan yaitu:
1) Pemeriksaan penyaring (sceening test)
Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri
dari pengukuran kadar hemoglobin, hapusan darah tepi, indeks
eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya anemia serta
jenis morfologik anemia, dan sangat berguna untuk menentukan
diagnosis lebih lanjut.

2) Pemeriksaan darah seri anemia


Pemeriksaan darah seri anemia Pemeriksaan darah seri anemia
terdiri dari hitungan trombosit, leukosit, laju endap darah dan
hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat
memberikan presisi hasil lebih baik
3) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang Pemeriksaan sumsung tulang
memberikan informasi mengenai keadaan sistem hematopoiesis.
Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan diagnosis definitif
pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang
diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic
serta kelainan hematologic.

4) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi
khusus, seperti pada:

a) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding


capacity),
b) Reseptor transferrin, protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin
c) Pengecatan besi pada sumsum tulang
d) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin,
vitamin B12 serum dan test schilling
e) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin,
bilirubin serum
f) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang
Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu
seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid.
(Nugraha, 2017)

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis anemia menurut Setiati, Alwi, Sudoyo,
Simadibrata, Setiyohadi & Syam (2014) adalah:

a. Pemberian preparat besi untuk menggantikan kekurangan besi dalam


tubuh (iron replacemen therapy)
 Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama karena efektif,
murah dana man. Preparat yang tersedia seperti ferrous sulphat,
ferrous gluconate, ferrous fumarate, ferrous lactate dan ferrous
succinate.
 Terapi besi parenteral sangat efektif tetapi mempunyai resiko
lebih besar dan harganya lebih mahal. Preparat yang tersedia
ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml), iron
sorbitol citric acid complex, iron ferric gluconate dan iron
sucrose.
b. Vitamin C diberikan 3x100 mg per hari untuk meningkatkan
absorpsi besi.
c. Transfusi darah, jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red
cell)

2.1.9 Penatalaksanaan Keperawatan


Menurut Lemone, Burke dan Bauldoff (2016), dijelaskan bahwa
asuhan untuk anemia mayor adalah sebagai berikut:
2. Anemia defisiensi zat besi
a. Peningkatan asupan diet makanan kaya zat besi
b. Suplemen zat besi oral atau parenteral
2. Anemia Defisiensi Vitamin B12
a. Peningkatan asupan diet makanan yang mengandung vitamin
B12, mialnya daging telur, susu)
b. Suplemen berbentuk oral atau parenteral
3. Anemia defisiensi asam folat
a. Peningkatan asupan diet makanan kaya asam folat
b. Suplemen asam folat oral
c. Suplemen asam folat dianjurkan pada wanita hamil atau ingin
hamil mencegah defek tuba neuralis
4. Anemia sel sabit
a. Penanganan bersifat suportif
b. Suplemen asam folat
c. Transfuse darah
d. Konseling genetic
e. Krisis sel sabit : istirahat, terapi O2, analgesia arkotik, hidrasi
aktif, penanganan faktor pemicu.
f. Sindrom dada akut: hidrasi saksama, monitoring hemodinamik,
terapi O2, transfuse
5. Talasemia
a. Transfusi darah teratur
b. Suplemen asam folat
c. Kemungkinan splenektomi
d. Konseling genetic
Sedangkan Penatalsanaan non farmakologi, yang bisa dianjurkan
bagi pasien dengan anemia menurut Taufiqa, dkk (2020) yaitu:

a. Terapkan pola makan gizi seimbang setiap hari.


Perlu diperhatikan dalam hal ini, gizi seimbang berarti komposisi
makanan yang mengandung karbohidrat, serat, vitamin, minral dan air.
Sederhananya, bagilah piring makanmu menjadi dua bagian yang kiri
isilah setengah makanan pokok, dan sisanya dengan jumlah yang lebih
sedikit dengan lauk pauk sumber protein. Pada bagian lain, isilah
dnegan buah dan sayuran, dengan jumlah sayur lebih banyak.
b. Perhatikan asupan protein
Dianjurkan mengkonsumsi protein hewani seperti daging sapi, hati sapi,
hati ayam, daging ayam dan ikan.
c. Mengonsumsi bahan makanan mengandung asam folat (B9) dan vitamin
B12. Dianjurkan untuk mengkonsumsi seperti daging, ayam, ikan,
pisang, jeruk, dan wortel karena bahan makanan ini mengandung asam
folat dan kobalamin.
d. Hindari mengkonsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat
besi. Hindari mengkonsumsi teh, kopi, coklat dan susu secara
bersamaan atau berdekatan dengan waktu makan.
e. Konsumsilah makanan yang akan membantu penyerapan zat besi.
Dampingi menu utama dengan makanan kaya vitamin C untuk
meningkatkan penyerapan zat besi.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus pada pasien dengan anemia menurut Smletzer (2017),
antara lain:

a. Keluhan utama pasien Kaji keluhan utama pasien seperti adakah


kelemahan, keletihan atau mudah lelah dalam melakukan
aktivitas, malaise umum, nyeri dada, nyeri otot, atau sesag nafas
(dialami pada beberapa kasus anemia tingkat lanjut).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan pada pasien tentang jenis gejala yang dialami, tingkat
keparahan, serta dampak gejala pada gaya hidup, riwayat
pengobatan, asupan alcohol, kegiatan yang dilakukan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan tentang riwayat penyakit
keluarga adakah yang mengalami anemia, atau yang memiliki
riwayat kelainan darah.
d. Lakukan pengkajian nutrisi: tanyakan tentang kebiasaan diet
yang menyebabkan defisiensi nutrisi, seperti defisiensi zat besi,
vitamin B, dan asam folat
e. Kaji tanda vital klien
1) Frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun.
2) Frekuensi pernafasan meningkat, kadar saturasi oksigen
perifer menurun.
3) Kaji nyeri yang dirasakan pada tulang atau sendi (pada
anemia defisiensi B12, anemia sel sabit)
f. Kaji status jantung (untuk gejala peningkatan beban kerja atau
gagal jantung), takikardi, palpitasi, dispnea saat melakukan
aktivitas, kardiomegali, edema perifer.
g. Kaji fungsi gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, melena
atau feses hitam, darah samar/okulta, anoreksia, glossitis.
h. Kaji fungsi reproduksi Pada wanita, tanyakan tentang periode
menstruasi (misalnya: aliran menstruasi sangat banya,
perdarahan pervagina), dan penggunaan suplemen besi saat
kehamilan.
i. Kaji defisit neurologis (penting dalam anemia pernisiosa),
adanya dan tingkat keparahan kebas perifer dan parastesia,
ataksia, koordinasi buruk, dan konfusi.
j. Kaji fungsi urinarius: adakah hematuria (pada anemia G6PD)
k. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Pucat pada kulit atau membrane mukosa (konjungtiva,
mukosa oral, dasar kuku)
b) Ikterik (pada kasus anemia megaloblastic atau
hemolitik)
c) Lidah halus atau berwarna merah (pada anemia
defisiensi besi)
d) Lidah luka seperti daging merah (anemia
megaloblastic)
e) Keilosis angular (ulserasi pada tepi atau sudut mulut)
f) Kuku rapuh, melengkung/ membumbung, berbentuk
cekung (pada pasien anemia defisiensi besi)
g) Pada kulit, adakah petekie, purpura.
2) Perkusi tidak ada kelainan
3) Auskultasi Pada kasus dengan kemungkinan komplikasi
gagal
jantung dapat ditemukan suara jantung tambahan murmur
sistolik
4) Palpasi
a) Pada pemeriksaan palpasi abdomen dapat ditemukan
hepatomegaly, splenomegali (pada anemia hemolitik).
b) Akral atau tangan dingin, pulsasi nadi perifer menurun,
pengisian kapiler > 3 detik.
l. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah lengkap, untuk menentukan hitung
sel darah merah, hemoglobin, hematokrit.
b) Kadar zat besi, kapasitas mengikat zat besi total.
c) Kadar ferittin serum
d) Elektroforesis hemoglobin, untuk mengevaluasi anemia
hemolitik.
e) Pemeriksaan sumsum tulang (LeMon,Burke, &
Bauldoff, 2016)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut LeMone (2016) dan Yasmara dkk (2017) diagnosa pada
penyakit anemia adalah :
1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan
perubahan ikatan oksigen dengan hb, penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan asupan tidak adekuat, kegagalan menelan atau
ketidakmampuan mencerna makanan atau mengabsorbsi nutrient
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
suplai oksigen dan kebutuhan sekunder terhadap penurunan
hemoglobin.
4. Nyeri akut berhubungan dengan menurunya suplai darah ke
miokardium
5. Risiko infeksi didukung data imunitas tubuh sekunder menurun
(penurunan hb), prosedur invasif.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan

a. Perawatan sirkulasi
1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif Perfusi perifer klien adekuat, dengan 1) Periksa sirkulasi perifer (seperti nadi
berhubungan dengan perubahan ikatan kriteria: perifer, edema, pengisian kapiler,
oksigen dengan hb, penurunan a. Denyut nadi perifer meningkat warna, suhu)
konsentrasi hemoglobin dalam darah. b. Warna kulit pucat menurun 2) Identifikasi faktor resiko gangguan
c. Nyeri ekstermitas menurun sirkulasi.
d. Parastesia menurun 3) Monitor panas, kemerahan, nyeri,
e. Kelemahan otot menurun atau bengkak.
f. Kram otot menurun 4) Lakukan hidrasi
g. Pengisian kapiler membaik 5) Informasikan tanda dan gejala
h. Akral membaik i. Turgor kulit membaik darurat yang harus dilaporkan
(seperti rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
b. Menejemen sensasi perifer
1) Identifikasi penyebab perubahan
sensasi.
2) Monitor perubahan kulit
3) Monitor adanya tromboflebitis atau
tromboemboli vena.
c. Monitor tanda vital
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irema)
3) Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
4) Monitor suhu tubuh
5) Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital
d. Kolaborasi pemberian produk darah jika
diperlukan.
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan asuhan perawatan, 1. Manajemen nutrisi
berhubungan dengan asupan tidak diharapkan status nutrisi membaik dengan a. Identifikasi indikasi pemberian
adekuat, kegagalan menelan atau kriteria hasil: nutrisi parenteral
ketidakmampuan mencerna makanan a. Porsi makan yang dihabiskan b. Identifikasi jenis akses parenteral
atau mengabsorbsi nutrient (meningkat) yang diperlukan
b. Verbalisasi keinginan untuk c. Monitor reaksi alergi pemberian
meningkatkan nutrisi (meningkat) nutrisi parenteral
c. Pengetahuan tentang standar asupan d. Monitor kepatenan akses intravena
nutrisi yang tepat (meningkat) e. Monitor asupan nutrisi
d. Frekuensi makan (meningkat) f. Hitung kebutuhan kalori
e. Nafsu makan (meningkat) g. Berikan nutrisi parenteral sesuai
indikasi
h. Atur kecepatan pemberian infus
dengan tepat
i. Gunakan infuspump jika tersedia
j. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemberian nutrisi parenteral
2. Promosi berat badan
a. Identifikasi kemungkinan
penyebab Berat badan kurang
b. Monitor adanya mual dan muntah
c. Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari – hari
d. Monitor berat badan
e. Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
f. Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
g. Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien (mis.
Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT, atau Gastrostomi,
total parenteral nutrition sesuai
indikasi)
h. Hidangkan makanan secara
menarik
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan Intoleransi aktivitas meningkat setelah 1. pencegahan jatuh
dengan ketidak seimbangan suplai dilakukan tindakan selama..x… dengan a. Monitor kelelahan fisik dan
oksigen dan kebutuhan sekunder kriteria hasil: emosional pada pasien
terhadap penurunan hemoglobin. 1. keluhan pasien lemas dan lelah b. Fasilitasi aktivitas rutin
pasien cukuo menurun (4) c. Libatkan keluarga dalam aktivitas
2. kemudahan pasien dalam melakukan rutin
ADL meningkat (5) d. jelaskan metode aktivitas fisik
3. dyspnea saat dan setelah aktivitas sehari-hari
menurun (5) e. kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian nutris yang sesuai
untuk pasien
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
4. Nyeri akut berhubungan dengan Keluhan nyeri yang diharapkan menurun, a. Menejemen nyeri
menurunya suplai darah ke dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
miokardium a. Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
b. Meringis menurun nyeri.
c. Sikap protektif menurun 2) Identifikasi nyeri
d. Gelisah menurun 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
e. Ketegangan otot menurun 4) Monitor keberhasilan terapi
f. Frekuensi nadi membaik komplementer yang sudah diberikan.
g. Tekanan darah membaik 5) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
b.Pemberian analgetic
1) Monitor tanda vital sesudah dan
sebelum pemberian analgetic.
2) Monitor efektifitas analgetic.
3) jelaskan efek terapi dan efek samping
obat.
4) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgetic, kalua perlu
c. Pemantauan tanda vital
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irema)
3) Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
4) Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
5. Risiko infeksi didukung data Tujuan : Pencegahan infeksi
imunitas tubuh sekunder menurun Tingkat infeksi pasien menurun setelah Obsevasi:
(penurunan hb), prosedur invasif. dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
24 jam dengan kriteria hasil : sistemik
1. Demam pasien menurun (5) Terapeutik:
Suhu tubuh : 36-37 derajat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Kebersihan tangan pasien meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien
(5) 3. Tempatkan pasien pada ruang isolasi
3. Periode menggigil yang dialami bertekanan negatif
pasien menurun (5) Edukasi :
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada
penyakit Covid 19
Kolaborasi:
5. Kolaborasi dengan petugas lab untuk
pengambilan swab ulang
6. Lanjutkan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotik dan anti virus.

(PPNI T. P., 2018)


BAB III

Pembahasan Kasus
KASUS ANEMIA

Ny. S, usia 55 tahun, alamat: Jl. Bendungan Hilir Raya Tanah Abang, agama: islam,
pendidikan: tamat SD, pekerjaan: ibu rumah tangga. Pasien masuk RS 14-10-2012 dengan
diagnosa medis CA Cervix. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengungkapkan
mengalami flek-flek mulai 3 tahun yang lalu (kadang flek berhenti sendiri), namun tiba-
tiba pasien mengalami perdarahan. Pasien memeriksakan diri ke bidan dan dokter namun
tidak ada perubahan. Pada bulan juli 2012, pasien merasakan nyeri pada perut bagian
bawah, pasien memeriksakan diri ke RS Jakarta dan disarankan untuk kemoterapi dan
pemeriksaan renogram. Pasien dirujuk ke RS Kanker Dharmais untuk menjalani tindakan
renogram dan menjalani terapi paliatif. Satu tahun yang lalu, pasien juga didiagnosis
kanker payudara kanan, namun pasien hanya menjalani terapi alternatif namun tidak
berhasil, luka pada payudara akhirnya pecah.Faktor risiko:sebelum sakit pasien suka
mengkonsumsi makanan yang bersantan, pasien juga menggunakan KB Pil selama tiga
bulan setelah melahirkan anak yang ketiga, dalam keluarga ada yang menderita kanker
payudara, yaitu sepupu pasien (anak dari tante).

Hasil pengkajian didapatkan data: pasien mengungkapkan perut tidak terasa nyeri namun
hanya terasa melilit. Cardiorespiratori:pasien tidak sesak, suara nafas vesikuler, TD:
140/80 mm Hg; nadi: 92x/mnt; RR: 20 x/mnt; suhu: 36,3 OC. GIT:pasien mengungkapkan
nafsu makannya menurun, perut kadang terasa mual, pasien hanya menghabiskan 1/4 – 1/2
porsi makan yang dihidangkan, bising usus normal. Integumen: pasien terlihat agak pucat,
konjungtiva anemis, tidak ada edema pada ekstremitas, turgor kulit kembali dalam waktu 2
detik, keadaan kulit disekitar pemasangan nefrostomy tidak ada tanda peradangan.
Eliminasi:pasien menggunakan kateter nefrostomy bilateral, produksi urine pada kateter
kanan: 200 cc (warna kuning jernih), produksi urine pada kateter kiri: 100 cc (warna agak
kemerahan). Pasien 2 hari tidak bisa BAB. Sensorik-Motorik: skala kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah:5, kesadaran composmentis, pasien bed rest, pemenuhan
kebutuhan dasar memrlukan bantuan minimal dari keluarga. Pasien mengungkapkan sudah
pasrah dengan kondisi yang dialaminya saat ini, pasien menyadari bahwa penyakitnya
menjadi tidak bisa disembuhkan karena pasien menolak untuk dilakukan tindakan medis
pada saat stadium kankernya masih dini. pasien berharap dengan pengobatan medis
kondisinya akan lebih baik. Sejak suaminya meninggal, orang yang paling dekat dengan
pasien adalah anaknya. Saat di RS, pasien juga selalu dijaga oleh anaknya.
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Laboratorium(25/10/2012):Hb:9,2;Leko:10,35;Thr:251;Ery:3,4;PCV:28,1;DDimer:2860;
Alb:3,7;Glob:2,9;Ureum darah:45;Creatinin darah:1,7;MSCT Scan Abdomen Pelvis
(29/10/2012): massa pada serviks meluas ke uterus, parametrium kanan-kiri dinding
posterior buli-buli, perirektal fat, mesenterial dan perisigmoid menyebabkan fokal stenosis
rektosigmoid. Limfadenopati iliopelvix kanan-kiri. Hidronefrosis kanan.USG Ginjal dan
Buli (18/10/2012): Hidronefrosis bilateral, cystitis, masa pada cervix uteri dengan infiltrasi
ke buli. Tampak masa inhomogen di regio serviks batas tidak tegas, ireguler ukuran 3,5 x 3
cm. Dinding buli tampak menebal dan ireguler terutama di posterior. Mamografi dan
USG payudara (3/10/2012):kesan tak tampak kelainan. Hasil PA jaringan cerviks:
histologik sesuai dengan karsinoma sel skuamosa, serviks berkeratin, berdiferensiasi
sedang, tidak terdapat emboli limfovaskuler, reaksi limfosit minimal.
Penatalaksanaan terapi yang didapatkan pasien sat ini adalah:
Amlodipin 5 mg 1x1; Enzymplex 1 x 1, Tensivask 5 mg 1x1, Gabapentin 300 mg 1x1
2.2.1 Pengelompokan Data
Data Subjektif :
1. Pasien mengungkapkan mengalami flek-flek mulai 3 tahun yang lalu (kadang
flek berhenti sendiri), namun tiba-tiba pasien mengalami perdarahan
2. Pasien mengeluh merasakan nyeri pada perut bagian bawah,
3. Pasien mengungkapkan perut tidak terasa nyeri namun hanya terasa melilit
4. Pasien mengungkapkan nafsu makannya menurun, perut kadang terasa mual,
pasien hanya menghabiskan 1/4 – 1/2 porsi makan yang dihidangkan.
5. Satu tahun yang lalu, pasien juga didiagnosis kanker payudara kanan, namun
pasien hanya menjalani terapi alternatif namun tidak berhasil, luka pada
payudara akhirnya pecah
Data Objektif:

1. Pasien terlihat agak pucat,


2. Konjungtiva anemis,
3. Laboratorium(25/10/2012):Hb:9,2;Leko:10,35;Thr:251;Ery:3,4;PCV:28,1;DD
imer:2860;Alb:3,7;Glob:2,9;Ureum darah:45;Creatinin darah:1,7
4. MSCT Scan Abdomen Pelvis (29/10/2012): massa pada serviks meluas ke
uterus, parametrium kanan-kiri dinding posterior buli-buli, perirektal fat,
mesenterial dan perisigmoid menyebabkan fokal stenosis rektosigmoid.
Limfadenopati iliopelvix kanan-kiri. Hidronefrosis kanan
5. Mamografi dan USG payudara (3/10/2012):kesan tak tampak kelainan
6. Hasil PA jaringan cerviks: histologik sesuai dengan karsinoma sel skuamosa,
serviks berkeratin, berdiferensiasi sedang, tidak terdapat emboli limfovaskuler,
reaksi limfosit minimal.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb
dan darahdibuktikan dengan pasien mengungkapkan mengalami
flek-flek mulai 3 tahun yang lalu (kadang flek berhenti sendiri),
namun tiba-tiba pasien mengalami perdarahan, pasien mengeluh
merasakan nyeri pada perut bagian bawah,pasien terlihat agak
pucat, konjungtiva anemis, Hb:9,2
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan
dengan pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah, Hasil
MSCT Scan Abdomen Pelvis (29/10/2012): massa pada serviks
meluas ke uterus, Hasil PA jaringan cerviks: histologik sesuai
dengan karsinoma sel skuamosa, serviks berkeratin.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi
radiasi dibuktikan dengan satu tahun yang lalu, pasien juga
didiagnosis kanker payudara kanan, namun pasien hanya menjalani
terapi alternatif namun tidak berhasil, luka pada payudara akhirnya
pecah.
4. Resio deficit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan didukung dengan pasien mengungkapkan nafsu
makannya menurun, perut kadang terasa mual, pasien hanya
menghabiskan 1/4 – 1/2 porsi makan yang dihidangkan.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif Tujuan: Perawatan sirkulasi
b/d penurunan konsentrasi Hb dan Perfusi perifer meningkat setelah dilakukan Observasi
darahdibuktikan dengan pasien tindakan keperawatan selama 5x24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi, pengisian
mengungkapkan mengalami flek-flek dengan kriterua hasil: perifer , warna kulit , konjungtiva dan suhu)
mulai 3 tahun yang lalu (kadang flek 1. kekuatan nadi perifer meningkat (60- 2. Monitor terjadinya perdarahan spontan(mis: bab
berhenti sendiri), namun tiba-tiba 100 x/menit) merah atau hitam )
pasien mengalami perdarahan, pasien 2. warna kulit pucat menurun (5) 3. Observasi tanda-tanda vital
mengeluh merasakan nyeri pada 3. pengisian perifer membaik (5) Terapautik
perut bagian bawah,pasien terlihat 4. tekanan darah membaik (90/60 – 4. Anjurkan pasien untuk tidak menggosok gigi
agak pucat, konjungtiva anemis, 120/90 mmhg) terlebih dahulu
Hb:9,2 Edukasi
5. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah lemak,rendah minyak
ikan dan omega 3)
Kolaborasi
6. Lanjutkan kolaborasi dokter dalam pemberian
tranfusi
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
2. Nyeri kronis berhubungan dengan Tujuan: Manajemen nyeri
infiltrasi tumor dibuktikan dengan Keluhan nyeri pasien menurun setelah Obeservasi :
pasien merasakan nyeri pada perut dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 1. Identifikasi skala nyeri, lokasi, karakteristik,
bagian bawah, Hail MSCT Scan 24 jam dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, dan kualitas nyeri
Abdomen Pelvis (29/10/2012): 1. Tanda-tanda vital pasien membaik 2. Observasi respon nyeri non verbal
massa pada serviks meluas ke uterus, (5) Terapeutik :
Hasil PA jaringan cerviks: Tensi:110-120 mmHg, Nadi : 60-100 3. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
histologik sesuai dengan karsinoma x.mnt, RR: 16-20 x/mnt nyeri ( suhu ruangan, pencahayaan )
sel skuamosa, serviks berkeratin. 2. Keluhan nyeri pasien menurun (1) Edukasi :
Skala nyeri :0-1 4. Ajarkan teknik nonfarmokologi untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien
Kolaborasi:
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat analgetik
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
3. Kerusakan integritas kulit Perawatan Luka
berhubungan dengan efek samping Observasi
terapi radiasi dibuktikan dengan satu 1. Monitor karakteristik luka
tahun yang lalu, pasien juga (mis:drainase,warna,ukuran dan bau)
didiagnosis kanker payudara kanan, 2. Monitor tanda-tanda infeksi
namun pasien hanya menjalani terapi Teraupetik
alternatif namun tidak berhasil, luka 3. lakukan pemasangan balutan sesuai jenis luka
pada payudara akhirnya pecah. 4. pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
5. ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudet dan
drainase
edukasi
6. edukasi pasien tentang prosedur perawatan luka
secara mandiri
7. anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan
yang tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
8. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotic
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
4. Resio deficit Nutrisi berhubungan Tujuan : Manajemen nutrisi:
dengan ketidakmampuan mencerna Nutrisi pasien meningkat setelah dilakukan Obsevasi:
makanan didukung dengan pasien tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
2. 1. Monitor asupan makanan pada pasien
mengungkapkan nafsu makannya dengan kriteria hasil : Terapeutik:
menurun, perut kadang terasa mual, 1. Nafus makan pasien membaik (5) 3. 2. Fasilitasi pasien untuk menentukan pedoman diet
pasien hanya menghabiskan 1/4 – 1/2 2. Frekuensi makan pasien membaik (5) Edukasi :
porsi makan yang dihidangkan 3. Porsi makanan yang dihabiskan pasien
4. 3. Anjurkan pada pasien posisi duduk saat makan
menikat (5) Kolaborasi:
4. Perasaan cepat kenyang pasien menurun 4.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori
(5) dan pemilihan makanan
BAB III

Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Pada hasil penyusunan makalah mengenai konsep penyakit dan konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hematologi anemia, terdapat
beberapa kesimpulan, antara lain:

1) Anemia merupakan suatu kondisi tubuh yang mengalami kekurangan kadar


hemoglobin (Hb) di dalam darah dari batas normal yang dapat disebabkan
oleh gangguan pembentukan sel darah merah, proses perdarahan yang
terjadi, proses pemecahan (lisis) eritrosit yang berlebihan, dan kurangnya
zat besi didalam tubuh.
2) Anemia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, perdarahan
yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang
sering disebut dengan hemolisis atau pembentukan sel darah merah dan
penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan dapat mempengaruhi
produksi sel darah merah
3) Beberapa diagnose keperawatan yang ditemukan dari kondisi dengan
anemia antara lain adalah perfusi jaringan perifer tidak efektif,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan , intoleransi aktifitas ,
nyeri akut dan risiko infeksi
4.2 Saran
Pemaparan mengenai Asuhan Keperawatan pada Penyakit Anemia dalam makalah
ini tentu jauh dari sempurna dan masih banyak kekuranga, maka dari itu penulis
mengharap kritik dan saran demi perbaikkan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I. (2017). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Mairita, dkk. (2018). Hubungan Status Gizi Dan Pola Haid Dengan Kejadian Anemia

Nugraha, G. (2017). Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta:


Transinfo Media.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Priscilla, L., Karen. M. B. (2020). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Riskesdes. 2013. Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan


Reproduksi Indonesia.

Smletzer, S. C. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (12 ed.). Jakarta:
EGC.

WHO. (2016). Worldwide Prevalence Of Anemia WHO Global database on Anemia.


Geneva.

Wijaya, A. S., Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa


teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Zuhra Taufiqa, K. R. (2020). Aku Sehat Tanpa Anemia. Jakarta: Wonderland Publisher.
Yamara; Nursiswati; Arafat. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah:
Diagnosis Nanda-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai