Pembimbing:
Disusun Oleh:
Maria Agata Kristiana P 202243003
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pasien dengan gangguan hematologi (anemia) tepat pada waktu. Tujuan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan anemia ini dapat terwujud dan
terlaksana atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada:
1. Ibu Fransisca Anjar Rina S., M.Kep., Ns.Sp.Kep.M.B. selaku koordinator dan dosen
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
2. Teman - teman kelompok 8 yang bekerjasama, saling mendukung, memotivasi dalam
menyelesaikan tugas pembuatan makalah.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah
daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
Penyebab anemia pada negara dengan prevalensi anemia di atas 20% adalah anemia
defisiensi Fe atau kombinasi defisiensi Fe. Anemia yang terjadi karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu adalah anemia gizi besi. Di Indonesia prevalensi anemia pada kelompok
umur 5 –14 tahun adalah 26,4% dan pada kelompok umur 15 – 24 tahun adalah
18,4%.Prevalensi jumlah remaja untuk provinsi DIY berdasarkan kelompok umur 10-
14 tahun laki-laki (137.502), perempuan (129.145), 15-19 tahun laki-laki (146.481)
dan perempuan (138.348) (Dinkes DIY, 2014). Prevalensi anemia gizi besi pada
remaja putri tahun 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) umur 12-19 tahun
yaitu (36,00%). Gambaran grafis memperlihatkan bahwa di kabupaten Sleman
(18,4%), GunungKidul (18,4%), Kota Yogyakarta (35,2 %), Bantul (54,8%), Kulon
progo (73,8%). Sedangkan prevalensi anemia remaja putri menurut WHO tahun 2012
sebesar 36,0% World Health Organization (WHO) memberikan batasan bahwa
prevalensi anemia di suatu daerah dikatakan ringan jika berada pada angka 10% dari
populasi target, kategori sedang jika 10-30 % dan gawat jika lebih dari 30%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta jumlah penduduk pada tahun
2014 tercatat yang bersekolah di SMA/SMK/MA dengan jenis kelamin perempuan
berjumlah 59.901 jiwa. Dengan jumlah penduduk tersebut ditemukan prevalensi
anemia pada remaja putri umur 12-19 tahun sebesar 36.00 % (Riskesdes, 2013).
Berdasarkan pemaparan prevalensi tersebut, perempuan di Indonesia termasuk remaja
putri memiliki prevalensi anemia yang lebih tinggi daripada laki - laki. Umumnya
perempuan lebih rentan mengalami anemia daripada laki – laki salah satunya, karena
setiap bulan perempuan mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan
darah sehingga kebutuhan zat besi pada perempuan lebih besar daripada laki - laki
untuk mengembalikan kondisi tubuhnya pada keadaan semula. Bagi remaja putri yang
mengalami anemia masalah anemia akan terus berlanjut setelah remaja, karena
mengalami menstruasi dilanjutkan proses kehamilan dan menyusui. Mengingat adanya
dampak yang merugikan dari anemia, maka perlu upaya untuk menanggulangi
maupun mencegah kejadian anemia khususnya pada remaja putri ( Dinas Kesehatan,
2015).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hematologi
(Anemia)
Anemia berasal dari bahasa Yunani adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam
sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia
adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membrane
mukosa pucat dan pada test laboratorium didapatkan Hitung
Hemoglobin (HB), Hematokrit (HM) dan eritrosit kurang dari normal.
Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolism tubuh yang
optimal. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak
dapat mnegangkkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh, keadaan ini sering menyebabkan energy dalam tubuh menjadi
menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, letih, lesu, lemas, dan lunglai.
Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita
kekurangan zat bezi. Seseorang yang menderita anemia sering
mengalami keadaan pusing yang sedng hingga berat dikarenakan
meningkatnya penghancuran sel darah merah, pembesaran limpa,
kerusakan mekanik pada sel darah merah, reaksi auto imun terhadap sel
darah merah : Hemoglobinuria nocturnal paroksismal, sferositosis
herediter, elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami
anemia disebabkan karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan,
kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah
berat, bisa menyababkan troke atau serangan jantung. (Priscilla, L.,
Karen. M. B., 2020)
- Perdarahan hidung
- Hemoroid
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip disaluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang banyak
b. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat bezi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
c. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nocturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Penyakit sel sabit
2.1.4 Etiologi
Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya, A. S., Putri, Y.
M, 2013)
1. Anemia pasca pendarahan
Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan pendarahan
2. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah Hasil
Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia
defisiensi besi menurut umur adalah:
1) Bayi di bawah umur 1 tahun
- Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah
atau lahir kembar
2) Anak berumur 1-2 tahun
a. Faktor Intrasel
Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia,
hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle cell anemia) sterositas,
defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvatkinase, glutation
reductase).
b. Faktor Ekstrasel
Faktor yang berasal dari luar sel seperti, Intoksikas, infeksi (malaria),
Imunologis (inkompatibilitas golongan darah, reaksi hematolik
pada transfusi darah).
4. Anemia Aplastik
Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang atau
kerusakan sumsung tulang. Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan
Anak penyebab anemia menurut umur adalah :
a. Bayi di bawah umur 1 tahun
- Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah
atau lahir kembar
b. Anak berumur 1-2 tahun
- Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan
tambahan
- Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang
- Malabsorbsi
- Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
c. Anak berumur 2-5 tahun
- Masukan besi kurang karena jenis makanan
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
- Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi
parasite dan diverticulum meckeli
d. Anak berumur 5 tahun- masa remaja
2.1.5 Patofisiologi
Kehilangan sel darah Penurunan produksi sel darah Penghancuran sel darah merah
merah merah merah
Eritrosit menurun
HB Turun
Beban kerja jantung dan curah Peningkatan frekuensi nafas Gangguan penyerapan
jantung meningkat
nutrisi & defisiensi folat
Hipoksia
Peningkatan Ketidakseimbangan
kontraksi nutrisi kurang dari
Lemah lesu, paresthesia,
mati rasa, gangguan kebutuhan tubuh
Penebalan
2.1.6 Manifestasi Klinis Anemia
Tanda dan gejala pada anemia menurut Smletzer, (2017), Taufiqa, dkk
(2020) adalah:
a. Cepat merasa lelah Mudah mengantuk dan sulit untuk berkonsentrasi.
b. Lemah, malaise umum
c. Sesak napas Pada bagian yang cukup berat, anemia juga sering kali
disertai dengan sesak napas.
d. Pucat Tanda pucat ini, dapat di temukan pada bagian konjungtiva
mata atau mukosa oral, pucat pada kulit.
e. Pusing, terutama saat berubah posisi Perasaan ini paling banyak
dirasakan saat kamu duduk kemudian berdiri.
f. Sakit kepala
g. Jantung berdebar-debar
h. Tangan terasa dingin
i. Nyeri dada, nyeri otot atau kram
j. Ikterik (anemia megaloblastic atau hemolitik)
k. Lidah halus dan berwarna merah (anemia defisiensi besi)
l. Lidah luka seperti daging merah (anemia megaloblastic)
m. Keilosis angular (ulserasi pada tepi atau sudut mulut)
n. Kuku rapuh, melengkung/membumbung, berbentuk cekung, pada
pasien anemia defisiensi besi.
4) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi
khusus, seperti pada:
a. Perawatan sirkulasi
1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif Perfusi perifer klien adekuat, dengan 1) Periksa sirkulasi perifer (seperti nadi
berhubungan dengan perubahan ikatan kriteria: perifer, edema, pengisian kapiler,
oksigen dengan hb, penurunan a. Denyut nadi perifer meningkat warna, suhu)
konsentrasi hemoglobin dalam darah. b. Warna kulit pucat menurun 2) Identifikasi faktor resiko gangguan
c. Nyeri ekstermitas menurun sirkulasi.
d. Parastesia menurun 3) Monitor panas, kemerahan, nyeri,
e. Kelemahan otot menurun atau bengkak.
f. Kram otot menurun 4) Lakukan hidrasi
g. Pengisian kapiler membaik 5) Informasikan tanda dan gejala
h. Akral membaik i. Turgor kulit membaik darurat yang harus dilaporkan
(seperti rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
b. Menejemen sensasi perifer
1) Identifikasi penyebab perubahan
sensasi.
2) Monitor perubahan kulit
3) Monitor adanya tromboflebitis atau
tromboemboli vena.
c. Monitor tanda vital
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irema)
3) Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
4) Monitor suhu tubuh
5) Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital
d. Kolaborasi pemberian produk darah jika
diperlukan.
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan asuhan perawatan, 1. Manajemen nutrisi
berhubungan dengan asupan tidak diharapkan status nutrisi membaik dengan a. Identifikasi indikasi pemberian
adekuat, kegagalan menelan atau kriteria hasil: nutrisi parenteral
ketidakmampuan mencerna makanan a. Porsi makan yang dihabiskan b. Identifikasi jenis akses parenteral
atau mengabsorbsi nutrient (meningkat) yang diperlukan
b. Verbalisasi keinginan untuk c. Monitor reaksi alergi pemberian
meningkatkan nutrisi (meningkat) nutrisi parenteral
c. Pengetahuan tentang standar asupan d. Monitor kepatenan akses intravena
nutrisi yang tepat (meningkat) e. Monitor asupan nutrisi
d. Frekuensi makan (meningkat) f. Hitung kebutuhan kalori
e. Nafsu makan (meningkat) g. Berikan nutrisi parenteral sesuai
indikasi
h. Atur kecepatan pemberian infus
dengan tepat
i. Gunakan infuspump jika tersedia
j. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemberian nutrisi parenteral
2. Promosi berat badan
a. Identifikasi kemungkinan
penyebab Berat badan kurang
b. Monitor adanya mual dan muntah
c. Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari – hari
d. Monitor berat badan
e. Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
f. Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
g. Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien (mis.
Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT, atau Gastrostomi,
total parenteral nutrition sesuai
indikasi)
h. Hidangkan makanan secara
menarik
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan Intoleransi aktivitas meningkat setelah 1. pencegahan jatuh
dengan ketidak seimbangan suplai dilakukan tindakan selama..x… dengan a. Monitor kelelahan fisik dan
oksigen dan kebutuhan sekunder kriteria hasil: emosional pada pasien
terhadap penurunan hemoglobin. 1. keluhan pasien lemas dan lelah b. Fasilitasi aktivitas rutin
pasien cukuo menurun (4) c. Libatkan keluarga dalam aktivitas
2. kemudahan pasien dalam melakukan rutin
ADL meningkat (5) d. jelaskan metode aktivitas fisik
3. dyspnea saat dan setelah aktivitas sehari-hari
menurun (5) e. kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian nutris yang sesuai
untuk pasien
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
4. Nyeri akut berhubungan dengan Keluhan nyeri yang diharapkan menurun, a. Menejemen nyeri
menurunya suplai darah ke dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
miokardium a. Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
b. Meringis menurun nyeri.
c. Sikap protektif menurun 2) Identifikasi nyeri
d. Gelisah menurun 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
e. Ketegangan otot menurun 4) Monitor keberhasilan terapi
f. Frekuensi nadi membaik komplementer yang sudah diberikan.
g. Tekanan darah membaik 5) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
b.Pemberian analgetic
1) Monitor tanda vital sesudah dan
sebelum pemberian analgetic.
2) Monitor efektifitas analgetic.
3) jelaskan efek terapi dan efek samping
obat.
4) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgetic, kalua perlu
c. Pemantauan tanda vital
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irema)
3) Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
4) Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
5. Risiko infeksi didukung data Tujuan : Pencegahan infeksi
imunitas tubuh sekunder menurun Tingkat infeksi pasien menurun setelah Obsevasi:
(penurunan hb), prosedur invasif. dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
24 jam dengan kriteria hasil : sistemik
1. Demam pasien menurun (5) Terapeutik:
Suhu tubuh : 36-37 derajat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Kebersihan tangan pasien meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien
(5) 3. Tempatkan pasien pada ruang isolasi
3. Periode menggigil yang dialami bertekanan negatif
pasien menurun (5) Edukasi :
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada
penyakit Covid 19
Kolaborasi:
5. Kolaborasi dengan petugas lab untuk
pengambilan swab ulang
6. Lanjutkan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotik dan anti virus.
Pembahasan Kasus
KASUS ANEMIA
Ny. S, usia 55 tahun, alamat: Jl. Bendungan Hilir Raya Tanah Abang, agama: islam,
pendidikan: tamat SD, pekerjaan: ibu rumah tangga. Pasien masuk RS 14-10-2012 dengan
diagnosa medis CA Cervix. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengungkapkan
mengalami flek-flek mulai 3 tahun yang lalu (kadang flek berhenti sendiri), namun tiba-
tiba pasien mengalami perdarahan. Pasien memeriksakan diri ke bidan dan dokter namun
tidak ada perubahan. Pada bulan juli 2012, pasien merasakan nyeri pada perut bagian
bawah, pasien memeriksakan diri ke RS Jakarta dan disarankan untuk kemoterapi dan
pemeriksaan renogram. Pasien dirujuk ke RS Kanker Dharmais untuk menjalani tindakan
renogram dan menjalani terapi paliatif. Satu tahun yang lalu, pasien juga didiagnosis
kanker payudara kanan, namun pasien hanya menjalani terapi alternatif namun tidak
berhasil, luka pada payudara akhirnya pecah.Faktor risiko:sebelum sakit pasien suka
mengkonsumsi makanan yang bersantan, pasien juga menggunakan KB Pil selama tiga
bulan setelah melahirkan anak yang ketiga, dalam keluarga ada yang menderita kanker
payudara, yaitu sepupu pasien (anak dari tante).
Hasil pengkajian didapatkan data: pasien mengungkapkan perut tidak terasa nyeri namun
hanya terasa melilit. Cardiorespiratori:pasien tidak sesak, suara nafas vesikuler, TD:
140/80 mm Hg; nadi: 92x/mnt; RR: 20 x/mnt; suhu: 36,3 OC. GIT:pasien mengungkapkan
nafsu makannya menurun, perut kadang terasa mual, pasien hanya menghabiskan 1/4 – 1/2
porsi makan yang dihidangkan, bising usus normal. Integumen: pasien terlihat agak pucat,
konjungtiva anemis, tidak ada edema pada ekstremitas, turgor kulit kembali dalam waktu 2
detik, keadaan kulit disekitar pemasangan nefrostomy tidak ada tanda peradangan.
Eliminasi:pasien menggunakan kateter nefrostomy bilateral, produksi urine pada kateter
kanan: 200 cc (warna kuning jernih), produksi urine pada kateter kiri: 100 cc (warna agak
kemerahan). Pasien 2 hari tidak bisa BAB. Sensorik-Motorik: skala kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah:5, kesadaran composmentis, pasien bed rest, pemenuhan
kebutuhan dasar memrlukan bantuan minimal dari keluarga. Pasien mengungkapkan sudah
pasrah dengan kondisi yang dialaminya saat ini, pasien menyadari bahwa penyakitnya
menjadi tidak bisa disembuhkan karena pasien menolak untuk dilakukan tindakan medis
pada saat stadium kankernya masih dini. pasien berharap dengan pengobatan medis
kondisinya akan lebih baik. Sejak suaminya meninggal, orang yang paling dekat dengan
pasien adalah anaknya. Saat di RS, pasien juga selalu dijaga oleh anaknya.
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Laboratorium(25/10/2012):Hb:9,2;Leko:10,35;Thr:251;Ery:3,4;PCV:28,1;DDimer:2860;
Alb:3,7;Glob:2,9;Ureum darah:45;Creatinin darah:1,7;MSCT Scan Abdomen Pelvis
(29/10/2012): massa pada serviks meluas ke uterus, parametrium kanan-kiri dinding
posterior buli-buli, perirektal fat, mesenterial dan perisigmoid menyebabkan fokal stenosis
rektosigmoid. Limfadenopati iliopelvix kanan-kiri. Hidronefrosis kanan.USG Ginjal dan
Buli (18/10/2012): Hidronefrosis bilateral, cystitis, masa pada cervix uteri dengan infiltrasi
ke buli. Tampak masa inhomogen di regio serviks batas tidak tegas, ireguler ukuran 3,5 x 3
cm. Dinding buli tampak menebal dan ireguler terutama di posterior. Mamografi dan
USG payudara (3/10/2012):kesan tak tampak kelainan. Hasil PA jaringan cerviks:
histologik sesuai dengan karsinoma sel skuamosa, serviks berkeratin, berdiferensiasi
sedang, tidak terdapat emboli limfovaskuler, reaksi limfosit minimal.
Penatalaksanaan terapi yang didapatkan pasien sat ini adalah:
Amlodipin 5 mg 1x1; Enzymplex 1 x 1, Tensivask 5 mg 1x1, Gabapentin 300 mg 1x1
2.2.1 Pengelompokan Data
Data Subjektif :
1. Pasien mengungkapkan mengalami flek-flek mulai 3 tahun yang lalu (kadang
flek berhenti sendiri), namun tiba-tiba pasien mengalami perdarahan
2. Pasien mengeluh merasakan nyeri pada perut bagian bawah,
3. Pasien mengungkapkan perut tidak terasa nyeri namun hanya terasa melilit
4. Pasien mengungkapkan nafsu makannya menurun, perut kadang terasa mual,
pasien hanya menghabiskan 1/4 – 1/2 porsi makan yang dihidangkan.
5. Satu tahun yang lalu, pasien juga didiagnosis kanker payudara kanan, namun
pasien hanya menjalani terapi alternatif namun tidak berhasil, luka pada
payudara akhirnya pecah
Data Objektif:
4.1 Kesimpulan
Pada hasil penyusunan makalah mengenai konsep penyakit dan konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hematologi anemia, terdapat
beberapa kesimpulan, antara lain:
Mairita, dkk. (2018). Hubungan Status Gizi Dan Pola Haid Dengan Kejadian Anemia
Priscilla, L., Karen. M. B. (2020). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Smletzer, S. C. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (12 ed.). Jakarta:
EGC.
Zuhra Taufiqa, K. R. (2020). Aku Sehat Tanpa Anemia. Jakarta: Wonderland Publisher.
Yamara; Nursiswati; Arafat. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah:
Diagnosis Nanda-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC