“MAKALAH ANEMIA”
OLEH KELOMPOK 4 :
1. Arventa Ravictor (223110245)
2. Nissa Chairani (223110262)
3. Nur fadilah arifani (223110263)
4. Nurul Husna (223110264)
5. Resti Futri Zularmi (223110269)
6. Savana JPP Rafel (223110272)
7. Vina Stevanova Jherny (223110277)
KELAS 2A
Dosen Pembimbing :
Ns.Hj. Sila Dewi A,M.Kep.Sp.MB
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini kami
buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah
dengan judul “makalah anemia”
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Kami
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya
makalah ini dapat dikembangkan lagi lebih lanjut.
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO (2015), anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang rendah
dalam darah. Menurut Jitowiyono (2018), anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak
memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan
tubuh. Menurut Kemenkes RI (2013), anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel
darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah hemoglobin tidak mencukupi
kebutuhan fisiologis tubuh. Jadi dapat disimpulkan anemia merupakan kurang darah atau
kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak
berfungsi dengan baik.
pada remaja putrim Kemenkes RI (2014) yang di kutip oleh (Listiani, 2016). Berdasarkan
study lapangan selama tiga hari pada tanggal 10-12 Februari 2020 di ruang Dahlia B Rumah
Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara didapatkan data bahwa pasien
dengan kasus anemia. Pada terapi transfusi darah dapat berupa meningkatkan kadar
hemoglobin dan untuk mengantikan darah yang hilang. Pasien harus mendapatkan bantuan
dari perawat dan juga keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam hal ini perawat
memiliki peran sebagai care giver dalam memberikan asuhan keperawatan secara optimal dan
komprehensif.Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menguraikan pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan anemia di Ruang Perawatan Dahlia Rumah Sakit
Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara.
Menurut definisi, anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM,
kuantitas hemo- globin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml darah.
Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik, dan korfirmasi laboratorium. Karena semua sistem organ dapat terkena, maka pada
anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada (1) kecepatan
timbulnya anemia, (2) usia individu, (3) mekanisme kompensasi, (4) tingkat aktivitasnya, (5)
keadaan penyakit yang mendasarinya, dan (6) beratnya anemia.
Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini
umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan
vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O,ke organ-organ vital. Warna kulit bukan
merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi pigmentasi kulit,
suhu, dan kedalaman serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan, dan
membran mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk
menilai pucat. Jika lipatan tangan tidak lagi berwarna merah muda, hemoglobin biasanya
kurang dari 8 gram.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan aliran
darah) mencerminkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (nyeri dada),
khususnya pada orang tua dengan stenosis koroner, dapat disebabkan oleh iskemia
miokardium. Pada anemia berat, gaga jantung kongestif dapat terjadi karena otot jantun yang
anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beba kerja jantung yang meningkat. Dispnea
(kesulita bernapas), napas pendek, dan cepat lelah wakt melakukan aktivitas jasmani
merupakan manifesta si berkurangnya pengiriman O₂. Sakit kepala, pusing, pingsan, dan
tinitus (telinga berdengung) dapat mencerminkan berkurangnya oksigenasi pada sistem saraf
pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timb gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia,
mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri pada lidah dan membran mukosa mulut);
gejela-gejala umumny disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi.
Anemia, dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria,
maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki
kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah ganguan pembentukan sel darah merah
jumlahnya setiap baik ukuran maupun dapat menyebabkan terjadinya anemia.ganguan
tersebut dapat terjadi "pabrik" pembentukan sel (sumsum tulang) maupun ganguan karena
kekurangan komponen penting seperti zat besi, asam folat maupun vitamin B 12 (Soebroto
Ikhsan,Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia, Cetakan 1, Yogyakarta 2009)
Penyebab Anemia
Menurut (Hasdianah & Suprapto, 2016) Penyebab umum dari anemia antara lain :
kekurangan zat besi, pendarahan, genetik, kekurangan asam folat, gangguan sumsum tulang.
Penyebab anemia dapat di bagi menjadi dua yaitu penyebab secara langsung maupun tidak
langsung :
Menstruasi yang dialami oleh remaja putri setiap bulannya merupakan salah satu penyebab
dari anemia. Keluarnya darah dari tubuh remaja pada saat menstruasi mengakibatkan
hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah juga ikut terbuang, sehingga cadangan
zat besi dalam tubuh juga akan berkurang dan itu akan menyebabkan terjadinya anemia
(Dodik, 2014).
Faktor ini berkaitan dengan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh.Seperti anemia
defiensi besi yaitu kekurangan asupan besi pada saat makan atau kehilangan darah secara
lambat atau kronis.Zat besi adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagaian
besar sel darah merah.Tidak cukupnya suplai zat besi dalam tubuh yang mengakibatkan
hemoglobinnya menurun. Kekurangan asam folat dalam tubuh dapat ditandai dengan adanya
peningkatan ukuran eritrosit yang disebabkan oleh abnormalitas pada proses hematopoeisis
(Hasdianah & Suprapto, 2016)
c. Gaya hidup seperti sarapan pagi.
Sarapan pagi sangatlah penting bagi seorang remaja karena dengan sarapan tenaga dan pola
berfikir seorang remaja menjadi tidak terganggu.Ketidak seimbangan antara gizi dan aktifitas
yang dilakukan. Remaja dengan status gizi yang baik bila beraktifitas berat tidak akan ada
keluhan, dan bila status gizi seorang remaja itu kurang dan selalu melakukan aktifitas berat
maka akan menyebabkan seorang remaja itu lemah, pucat, pusing kepala, karena asupan gizi
yang di makan tidak seimbang dengan aktifitasnya (Yuni & Erlina, 2015).
Infeksi dan parasit yang berkontribusi dalam peningkatan anemia adalah malaria, infeksi
HIV, dan infeksi cacing.Di daerah tropis, infeksi parasit terutama cacing tambang dapat
menyebabkan kehilangan darah yang banyak, karena cacing tambang menghisap
darah.Defisiensi zat gizi spesifik seperti vitamin A, B6, B12, riboflavin dan asam folat,
penyakit infeksi umum dan kronis termasuk HIV/AIDS juga dapat menyebabkan
anemia.Malaria khususnya Plasmodium falciparum juga dapat menyebabkan pecahnya sel
darah merah. Cacing seperti jenis Trichuris trichiura dan Schistosoma haematobium dapat
menyebabkan kehilangan darah (Nestel,2012).
Penyebab tidak langsung ini merupakan faktor-faktor yang tidak langsung mempengaruhi
kadar hemoglobin pada seseorangmeliputi :
Tingkat pengetahuan
Pengetahuan membuat pemahaman seseorang tentang penyakit anemia beserta
penyebab dan pencegahannya menjadi semakin baik. Seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik akan berupaya mencegah terjadinya anemia seperti
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi guna menjaga kadar
hemoglobin dalam kondisi normal.
Sosial ekonomi
Sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pangan keluarga baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keluarga
dengan tingkat ekonomi tinggi akan mudah memberikan pemenuhan kebutuhan
asupan makanan bagi keluarganya dengan makanan yang memenuhi gizi seimbang,
namun hal berbeda jika permasalahan tersebut dialami oleh keluarga dengan ekonomi
rendah, sehingga seringkali jumlah makanan yang dipentingkan sementara kualitas
dengan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang kurang mendapat perhatian.
Gejala dan tanda yang umum pada anemia adalah rasa lemah,lesu,cepat lelah, telinga
mendenging, mata berkunang kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Muka
tampak pucat dapat dilihat pada konjungtiva,mukosa mulut,telapak tangan dan jaringan di
bawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena juga bisa diakibatkan oleh
penyakit lain selain anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin
yang berat (Hb< 7 gr/dl) (Sudoyo,2009). Gejala anemia pada kehamilan ibu hamil merasa
cepat lelah, sering pusing, palpitasi, mata berkunang kunang, malaise, lidah luka, nafsu
makan turun (anoreksia) konsentrasi hilang,nafas pendek (pada anemia parah), keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem
neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.Ini diakibatkan
karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan,karena gangguan reabsopsi,gangguan
pencernaan atau karena banyaknya zat besi yang keluar dari badan seperti pada
perdarahan( Sudoyo,2009).
c. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang komplek.
1. Anemia Ringan Berdasarkan WHO, anemia ringan merupakan kondisi dimana kadar
Hb dalam darah diantara Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl. Sedangkan berdasarkan Depkes RI,
anemia ringan yaitu ketika kadar Hb diantara Hb 8 g/dl - sehingga tubuh beradaptasi
dan mengimbangi perubahan. Gejala akan muncul bila anemia berlanjut menjadi lebih
berat.
1) Kelelahan
2) Penurunan energi
3) Kelemahan
5) Palpitasi
2. Anemia Berat Menurut WHO anemia berat merupakan kondisi dimana kadar Hb
dalam darah dibawah < 6 g/dl. Sedangkan berdasarkan Depkes RI, anemia berat yaitu
ketika kadar Hb dibawah < 5 g/dl.
Beberapa tanda yang mungkin muncul pada penderita anemia berat yaitu:
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau busuk,
berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena kehilangan darah
melalui saluran pencernaan.
6) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
7) Murmur jantung
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni, dikatakan anemia ringan
apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr %, anemia sedang apabila kadar
hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin
dalam darah kurang dari 7 gr %. Secara morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan
hemoglobin yang dikandungnya)anemia dapat dikelompokkan menjadi:
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan atau kehilangan sel darah merah serta
kelebihan atau keduanyaKegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab banyak yang tidak diketahuiSel darah
merah dapat hilang melalui pendarahan atau hemplisis (destruksi)hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebbabkan
detruksi sel darah merah
Krisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera di refleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (kosentrasi normal kecil sama dari
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera)Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia)Apabila kosentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikan untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan bedifusi (hemoglobinuria)dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin.
Beberapa faktor yang menyebabkan anemia, dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan
tidak langsung. Penyebab langsung meliputi kecukupan makanan dan infeksi penyakit,
sedangkan penyebab tidak langsung antara lain perhatian terhadap wanita yang masih rendah
di keluarga. Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurang makan sumber
makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun yang dimakan bioavailabilitas
besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang, dan makanan yang dimakan
mengandung zat penghambat absorbsi besi (Roosleyn, 2013).
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko menderita anemia pada umumnya adalah
cacing. Perhatian terhadap wanita yang masih rendah di keluarga oleh sebab itu wanita di
dalam keluarga masih kurang diperhatikan dibandingkan laki-laki. Anemia gizi lebih sering
terjadi pada kelompok usia dengan kriteria pendidikan yang rendah, kurang memahami kaitan
anemia dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan
penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi, khususnya yang
mengandung zat besi relatif tinggi, kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang
tersedia, ekonomi yang rendah; karena: kurang mampu membeli makanan sumber zat besi
karena harganya relatif mahal, kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang
tersedia,. Status sosial wanita yang masih rendah di masyarakat; mempunyai beberapa akibat
yang mempermudah timbulnya anemia gizi,
Menurut Stropler (2017) bahwa anemia disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang
dibutuhkan untuk sintesis eritrosit normal terutama zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
Banyak faktor yang menyebabkan anemia yaitu
Asupan makanan yang tidak memadai sekunder akibat diet buruk tanpa suplementasi
Penyerapan yang tidak adekuat akibat diare, achlorhydria, intestinal (Penyakit seperti
penyakit celiac, atrophic gastritis, parsial atau total gastrektomi.
Penggunaan yang tidak memadai akibat gangguan gastrointestinal kronis
Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan volume darah, yang terjadi
selama masa kanak-kanak, masa remaja, kehamilan, dan menyusui.
Peningkatan ekskresi karena darah menstruasi yang berlebihan (pada perempuan);
perdarahan dari luka; atau kehilangan darah kronis akibat pendarahan tukak,
pendarahan wasir, varises esofagus, enteritis regional, penyakit celiac, penyakit
Crohn, kolitis ulserativa, parasit.
Peningkatan kerusakan besi dari ketersediaan besi di plasma dan penggunaan zat besi
yang rusak akibat peradangan kronis atau kronis lainnya.
Selain defisiensi zat gizi, Reactive Oxygene Species (ROS) pada sel darah merah
merupakan salah satu faktor penyebab utama anemia. Peningkatan ROS pada sel darah
merah dapat terjadi baik dengan aktivasi ROS atau dengan penekanan sistem antioksidan.
Saat sel darah merah mengalami peningkatan ROS yang berlebihan, maka menyebabkan
stres oksidatif (Luchi, 2012).
2.6 WOC Anemia
2.7 Pencegahan primer,sekunder,tersier
a. Pencegahan Primer
Segala sesuatu aktifitas yang dapat dilakukan ketika seseorang belum terkena penyakit
dan gangguan fungsi tubuh. Pencegahan primer ini diberikan kepada orang sehat baik
secara mental dan fisik .
Pencegahan primer pada penyait anemia ini berdasarkan etiologi penyebab terjadinya
anemia yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan pada wanita menstruasi tentang
pencegahan anemia defisiensi zat besi yaitu:
1. Factor makanan
a) Mengonsumsi makanan yang membantu penyerapan zat besi bukan hem (vitamin C :
daging, uanggas, ikan dan makanan laut yang lain : ph rendah (asam laktat).
b) Modifikasi makanan
Tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengurangi penyerapan
zat besi. Namun semua gangguan penyerapan zat besi dapat dinetralisir
dengan penggunaan asam askorbat (vitamin C)
Memberikan pendidikan kesehatan agar orang yang mengalami anemia
mengkonsumsi makanan yang lebih banyak dari makanan yang biasa
dikonsumsi oleh mereka.
Meningkatkan asupan buah buahan dan sayuran.
Masukkan zat besi wanita dengan usia subur yang sedang mengalami haid
memiliki kebutuhan asupan zat besi yang lebih besar dibandingkan kategori
yang usia lain.
Obat yang mengandung antasida tidak boleh dibarengi dengan makanan yang
mengandung zat besi karena akan membentuk zat kompleks
Menggunakan pemilihan diit yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh
2. Faktor penjamu
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan yang dlakukan pada individu yang memiliki risiko terhadap penyakit
tertentu. Individu ini telah mengalami masalah kesehatan atau terkena penyakit.
Pencegahan sekunder ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau
memburuknya suatu kondisi penyakit.
c. Pencegahan Tersier
Dilakukan pada individu yang sudah mengalami komplikasi, perburukan, cacat secara
permanen dan tidak dapat disembuhkan. Pencegahan tersier ini berfungsi untuk mencegah
terjadinya suatu komplikasi dari penyakit dan terjadinya penurunan fungsi kondisi
kesehatan individu
Pencegahan tersier dilakukan agar penyakit anemia ini tidak menyebabkan terjadinya
komplikasi dan penurunan fungsi kondisi kesehatan individu, yaitu:
Pengobatan zat besi secara parental : dilakukan jika pemebrian secara oral tidak
bisa dilakukan
Secara umum, berikut beberapa jenis pemeriksaan anemia yang biasa dilakukan:
Tes hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC) adalah bagian penting dari
pengujian anemia. Tes ini akan mengukur berbagai jenis sel dalam darah. Untuk
mendeteksi anemia, dokter akan mencari tahu tingkat hematokrit dan hemoglobin dalam
darah.
Tes zat besi berguna untuk mengukur kadar zat besi dalam tubuhmu. Zat besi sendiri
adalah mineral yang penting untuk membuat sel darah merah yang akan membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Zat besi juga penting untuk kesehatan otot,
sumsum tulang, dan fungsi organ. Kadar zat besi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Tes hitung retikulosit bertujuan mengukur jumlah sel darah merah yang belum matang
(retikulosit) di sumsum tulang. Kegunaan utama mengukur retikulosit adalah mengetahui
apakah sumsum tulangmu mampu menghasilkan cukup sel darah merah yang sehat atau
tidak.
Lalu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik anemia seperti memeriksa denyut nadi,
tekanan darah, dan tinggi badan.Selanjutnya, dokter akan melakukan pengambilan sampel
darah untuk diuji di lab. Sampel darah ini biasanya diambil dari pembuluh vena.Jika
serangkaian pemeriksaan di atas sudah dilakukan, barulah dokter dapat melakukan diagnosis
pasti. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa prosedur pemeriksaan anemia bisa
saja berbeda untuk setiap individu tergantung pada kondisi dan gejala.
2.9 Penatalaksaan
- Penatalaksanaan Kesehatan
Oleh :
Josephine Darmawan
Penatalaksanaan anemia defisiensi besi (ADB) dilakukan berdasarkan derajat keparahan dan
gejala penyerta, meliputi:
Modifikasi Diet
Penanganan kondisi penyerta
Terapi besi oral
Terapi besi parenteral
Transfusi darah
Keberhasilan terapi ADB ditandai dengan peningkatan hemoglobin sebanyak 2 g/dL dalam 3
minggu. Pengobatan harus dilanjutkan selama paling tidak 6 bulan untuk memastikan
persediaan besi dalam darah sudah kembali normal dan menghindari rekurensi. [4,5,7]
Modifikasi Diet
Defisiensi besi sering kali terjadi karena kurangnya asupan besi. Modifikasi diet dapat
membantu untuk mencegah rekurensi ADB dan dapat diterapkan bersamaan dengan terapi
besi. Makanan seperti roti, teh, atau susu sering kali menghambat penyerapan besi. Pasien
dengan pica juga harus dilakukan edukasi dan konseling untuk modifikasi diet.
Terapi anemia harus meliputi penanganan kondisi yang menyebabkan. Penyakit yang sering
kali menyertai ADB adalah:
Gangguan haid
Perdarahan gastrointestinal
Perdarahan saluran kemih
Infeksi cacing
Gangguan ginjal
Pengobatan dilakukan sesuai dengan masing-masing kondisi tersebut. Bila kondisi penyerta
tidak dapat ditangani, pikirkan untuk merujuk pasien. [4,6,13]
Terapi oral zat besi merupakan terapi yang efektif dan paling terjangkau untuk ADB. Dosis
rekomendasi asupan besi untuk ADB adalah besi elemental 150 – 200 mg per hari. Sediaan
yang ada antara lain:
Besi elemental (garam besi) : Dapat diberikan dengan dosis 50-65 mg sebanyak 3-4 kali
sehari pada dewasa. Pada anak dapat diberikan 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB
setelah makan. Tablet besi harus disimpan dengan baik agar jauh dari jangkauan anak-anak,
karena satu tablet dewasa dapat mengakibatkan kematian pada anak.
Ny. R masuk RSUD Depok pada malam hari tanggal 20 Mei 2016 melalui ruang IGD,
lalu masuk ruang rawat inap bedah. Keesokan harinya pada pukul 10.30 WIB dengan
kesadaran Compos Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan
kabur, badannya terasa lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat,
lemah, konjungtiva anemis dan akral klien dingin dan berkeringat, HB awal 6,1 gr/dl,
CTR >3dtk, Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang.
Hasil TTV: TD: 80/60 mmHg, N : 120 x/menit, RR : 22x/menit, S: 36,5°c. Saat di
timbang berat badannya 62kg, klien mengatakan berat badan menurun karena tidak
nafsu makan. Klien mengeluh mual dan muntah. Diagnosa Anemia
1.Pengkajian
Data fokus
- Pusing
- Pandangan kabur
Data Objektif:
- TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37°c
- Anoreksia
- Konjungtiva anemis
- Diagnosa Anemia
Data Objektif:
- TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37°c
- Anoreksia
- Konjungtiva anemis
- Diagnosa Anemia
3 Data Subjektif : Intoleran aktivitas Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
1. Klien mengeluh lmah oksigen
dan letih
Data Objektif :
- TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37°c
Diagnosa
Diagnosa
INTERVENSI
Hari/Tanggal, Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Jam Keperawatan
Keletihan b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi :
kondisi fisiologis keperawatan selama 3x24
(anemia) jam, diharapkan perfusi 1. Kaji status pasien yang menyebabkan
jarigan adekuat dengan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
kriteria hasil : perkembangan
Kolaborasi :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi
kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga dapat menimbulkan
hipoksia fetal dan persalinan prematur. Bahaya terhadap janin, sekalipun tampaknya janin
mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya Anemia kemampuan
metabolisme tubuh akan berkurang sehinga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim akan terganggu.
3.2 Saran
1. Bagi perawat
Apabila dilakukan penelitian lanjutan, disarankan untuk meneliti faktor-faktor anemia lain
yang berbeda dari penelitian ini. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan referensi, terutama mengenai faktor anemia pada remaja putri.
3. Bagi responden
mengenai faktor yang mempengaruhi anemia remaja, sehingga menambah wawasan pada
remaja mengenai anemia.