Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA

DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD DAYA KOTA MAKASSAR

DI SUSUN

OLEH :

NAMA :GERESYA TALAKUA, S.Kep

CI LAHAN CI INSTITUSI

NIP : NIDN :

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2023


KONSEP PENYAKIT

A. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit yang
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Sintesis
hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam tubuh.
Protein berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk membentuk
molekul hemoglobin yang baru ( Nasruddin dkk, 2021).
Anemia merupakan suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin yaitu salah satu komponen
dalam sel darah merah/ eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh ( Suryani dkk 2021).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
haemoglobin kurang dari normal. Kadar haemoglobin normal umumnya berbeda pada
laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar
haemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai haemoglobin
kurang dari 12,0 gram/100ml.

B. Klasifikasi Anemia
Tabel 1 : Anemia Menurut Kelompok Umur

Normal Anemia
Usia / Jenis Kelamin
(g/dl) Ringan Sedang Berat
Anak 6-59 bulan 11 10-10,9 7-9,9 <7,0

Anak 5-11 tahun 11,5 11-11,4 8-10,9 <8


Anak 12-14 tahun 12 11-11,9 8-10,9 <8
Perempuan tidak hamil 12 11-11,9 8-10,9 <8
(>15 tahun)
Ibu hamil 11 10-10,9 7-9,9 <7
Laki-laki (>15 tahun) 13 11-12,9 8-10,9 <8
Sumber : WHO 2014

C. Etiologi
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme
produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel
darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya
penghancuran sel-sel darah merah, pendarahan, dan rendahnya kadar
ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah
kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat.
Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit
gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya. Pasien
yang menderita anemia kronis lebih dapat menolerir tindakan bedah
dibandingkan dengan penderita anemia akut Faktor penatalaksanaan yang
patut dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat pada penurunan
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, dan pada beberapa kasus,
mengenai kecenderungan rusaknya mekanisme pertahanan selular ( Bararah
da Jauhar,2013).
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi
asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama
disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan
kehilangan darah baik secara akut atau menahun.
Ada beberapa penyebab anemia menurut (Suryani,dkk 2021) yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
a. Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat
gizi lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara
lain asam folat dan vitamin B12.
b. Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat
gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri

c. Perdarahan

Perdarahan karena trauma, perdarahan karena pasca persalinan.


Perdarahan karena menstruasi yang lama.

d. Hemolitik Misalnya perdarahan pada pasien malaria, perdarahan pada


pasien thalasemia.
e. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan

f. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil,


masa tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis,
sepertituberculosis dan infeksi lainnya

g. Kurang darah adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah


merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan
baik

D. Manifestasi Klinik ( Tanda dan Gejala)


Menurut (Saferi dan Wijaya, 2013 ), sistem organ dapat terkena, maka pada
anemia dapat menimbilkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada
kecepatan timbulnya anemi, usia, mekanisme kompensasi, tingkat
aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia.
Secara umum gejala anemia adalah;

1. Hb menurun (< 10 g/dl), trombositosis/ trombositopenia, pansitopenia

2. Penurunan BB, Kelemahan

3. Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, extremitas dingin,


palpitasi, kulit pucat

4. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk
(bayi)

5. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.

Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia menurut (Bararah da Jauhar,


2013) ;

a. Anemia karena perdarahan


Perdarahan akut; akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi reflex
kardiovaskuler yang fisiologis berupa kontraxi arteriola, pengurangan
aliran darah atau komponennya keorgan tubuh yang kurang vital (anggota
gerak, ginjal). Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya
darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat mengadakan
kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15 % akan memperlihatkan
gejala pucat, transpirasi, takikardia, TD rendah atau normal. Kehilangan
darah sebanyak 15-20% akan mengakibatkan TD menurun dan dapat
terjadi renjatan (shock) yang masih reversible. Kehitangan lebih dari 20 %
akan menimbulkan renjatan yang irreversible dengan angka kematian
yang tinggi. Perdarahan kronik, leukositosts (15.000-20.000/mm) nilai
hemoglobin, eritrosit dan hematokrit merendah akibat hemodelusi.
b. Anemia defisiensi Anemia defisiensi besi (DB)
Pucat merupakan tanda paling sering, pagofagia (keinginan untuk makan
bahan yang tidak biasa seperti es atau tanah), bila Hb menurun sampal 5
g/dL iritabilitas dan anorexia. Takikardia dan bising sistolik. Pada kasus
berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan mukosa yang progresif
seperti lidah yang halus, kellosis, terdapat tanda-tanda mal nutrisi.
Monoamine oksidase suatu enzim tergantung besi memainkan peran
penting dalam reaksi neurokimiawi disusunan saraf pusat sehingga DB
dapat mempengaruhi fungsi neurologist dan intelektual. Temuan
laboratorium Hb 6-10 g/dL, trombositosis (600.000-1.000.000) (Behrman
E Richard, IKA Nelson; 1992), Anemia defisiensi asam folat.
c. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik autoimun

Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat


(mengancam jiwa). Terdapat keluhan Fatigue dapat terlihat bersama gagal
jantung kongestif dan angina. Apabila pasien mempunyai penyakit dasar
seperti LES atau Leukemia Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit
tersebut dapat terlihat. Pemeriksaan Laboratorium ditemukan kadar HB
yang bervariasi dari ringan sampai berat (HT< 10%) Retikulositosis dan
Sferositosis biasanya dapat terlihat pada apusan darah tepi . Anemia
hemolitik karna kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik neonatus
berat sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan
tampak pertama pada dewasa. Polikromatofilia dan mikrositosis ringan
menggambarkan angka kenaikan retikulosit. Manifestasi klinis sangat
beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defesiensi enzim
glutation reduktase kadang-kadang disertai trombopenia dan leukopenia
dan sering disertai kelainan neurologis, Defesiensi piruvatkinase khasnya
ada peninggan kadar 2,3 difosfogli serat.
d. Anemia aplastik
Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai oleh
kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan. Temuan laboratorium biasanya
ditemukan pansitopenia, sel darah merah normasitik dan normokromik artinya
ukuran dan warnanya normal, perdarahan abnormal akibat trombositopenia.
E. Anatomi dan Fisiologi Sel darah Merah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang warnanya merah, Warna merah itu keadaannya tidak tetap
tergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna
pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh (Andra, 2013).
Gambar 2.1 Anatomi sel darah merah

Sumber : (Andra,2013)
Karakteristik fisik darah meliputi:

Viskositas atau 4,5-5,5


kekentalan darah
Temperature 38º C
pH. 7,37-7,45
Salinitas 0,9%
Berat 8% dari berat badan
Volume 5-6 liter (pria) 4-5 liter
(wanita)
Tabel 2 : Karakter fisik darah ( Saferi dan Wijaya,2013)

Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya atau pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi
kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini
dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ked alam darah tersebut sedikit
obat anti pembekuan atau sitras natrikus.

d. Fungsi darah :

a. Sebagai alat pengangkut, yaitu:

1) Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk


diedarkan ke seluruh Jaringan tubuh

2) Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan


melalui paru-paru

3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan


dibagikan keseluruh jaringan atau alat tubuh

4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi


tubuh untuk di keluarkan melalui kulit dan ginjal

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam


tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody untuk
mempertahankan tubuh terhadap Invasi mikroorganisme dan benda
asing (leukosit) dan proses homeostatis (trombosit)

c. Sebagai pengatur regulasi yaitu :


1) Mempertahankan pH dan konsentrasi elektrolit pada cairan
interstitial melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan
interstitial.

2) Darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit


dan paru-paru.

d. Tempat Pembentukan Sel Darah :

1) Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa


embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa.

2) Adari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel


darah berlangsung dalam 3 tahap, yaitu:

a) Pembentukan di saccus vitellinus

b) Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa

c) Pembentukan di sumsum tulang

3) Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah


minggu ke-20 masa embrionik.

4) Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin


banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa
semakin berkurang

5) Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang,


kecuali limfosit yang juga dibentuk di kelenjar limfe, tymus, dan
lien

6) Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar


sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi
bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis

7) Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat


menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari
tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak
lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun

8) Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang


belakang, sternum.

F. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi)
terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotetial,
terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses int adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatannbilirubi plasma
(konsentrasi normal s 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/di mengakibatkani ikterik
pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan derajat anemia
dan pengujian defisiensi zat besi, yang dapat menggunakan pemeriksaan
laboratorium. Penentuan derajat anemia dapat dilakukan melalui pemerik saan
darah rutin, seperti pemeriksaan HB, Ht, hitung jumlah RBC, bentuk RBC,
jumlah retikulosit sementara uji defisiensi zat besi melalui pemeriksaan feritin
serum, kejenuhan transferin dan protoporfirin eritrosit (Yuli dan Ertiana,
2018).
Pemeriksaan laboratorium untuk anemia umumnya meliputi:

1. Hitung darah lengkap (CBC)

Menentukan tingkat keparahan dan jenis anemia apakah anemia


mikrositik atau sel darah merah berukuran kecil, anemia normositik atau
sel darah merah berukuran normal, atau anemia makrositik atau sel darah
merah berukuran besar dan biasanya merupakan tes pertama yang bisa
dilakukan.

2. Informasi tentang sel darah lainnya seperti sel darah putih dan trombosit
juga disertakan dalam laporan CBC. Pengukuran jumlah
hemoglobin, yang merupakan cerminan akurat dari jumlah sel darah
merah (RBC) dalam darah. Hasil hitung Hemoglobin dan Hematokrit
biasanya menjadi indikator penegakan diagnosa anemia.

3. Tes Hemoglobin Tinja Untuk mendeteksi perdarahan dari lambung atau


usus (tes Guaiac tinja atau tes darah samar tinja).

4. Apusan Darah Tepi

5. Tingkat Zat Besi dapat menginformasikan apakah anemia mungkin terkait


dengan kekurangan zat besi atau tidak.

6. Tingkat transferin untuk mengevaluasi protein yang mengangkut zat besi


dalam tubuh.

7. Feritin untul mengevaluasi total besi yang tersedia dalam tubuh.

8. Kadar Folat: Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah


merah, yang rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk.

9. Vitamin B12 : Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah


merah dan rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk atau
pada anemia pernisiosa.

10. Bilirubin berguna untuk menentukan apakah sel darah merah sedang
dihancurkan di dalam tubuh yang mungkin merupakan tanda anemia
hemolitik.

11. Tingkat timbal sebelumnya merupakan salah satu penyebab anemia yang
lebih umum pada anak-anak.

12. Elektroforesis hemoglobin : Kadang-kadang digunakan ketika seseorang


memiliki riwayat keluarga anemia, tes ini memberikan informasi tentang
anemia sel sabit atau talasemia.

13. Hitung retikulosit :Ukuran sel darah merah baru yang diproduksi oleh
sumsum tulang

14. Tes fungsi hati.

15. Tes fungsi untuk mengecek adanya gangguan atau disfungsi. Gagal ginjal
dapat menyebabkan defisiensi eritropoietin (Epo), yang menyebabkan
anemia.

16. Biopsi sumsum tulang untuk mengevaluasi produksi sel darah merah dan
dapat dilakukan jika dicurigai ada masalah sumsum tulang

G. Tindakan Medis
Tindakan umum :

1. Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan


mengganti darah yang hilang.

2. Transpalasi sel darah merah.

3. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

4. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

5. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang


membutuhkan oksigen

6. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien dan Keluarga
Nama,Umur,TTL, Nama Ayah Ibu. Pekerjaan Ayah/Ibu. Agama,
Pendidikan,Alamat.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi. •
Adanya riwayat trauma, perdarahan
b. Adanya riwayat demam tinggi
c. Adanya riwayat penyakit ISPA
4. Keadaan Kesehatan Saat Ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaforesis
tachikardia, dan penurunan kesadaran.
a. Riwayat Keluarga.
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker, jantung, hepatitis, DM,
asthma, penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran : Compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran apatis, samnolen-sopor-coma.
3) Tanda-tanda vital
TD : Tekanan darah menurun (N=90-110/60-70
mmHg) Nadi : Frekwensi nadi meningkat, kuat sampai
lemah (N= 60-100 kali/i)

Suhu : Bisa meningkat atau menurun (N =


36,5-37,2 °C)

Pernapasan : meningkat (anak N-20-30 kalt/1)

4) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.

5) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal

6) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat perdarahan sub conjungtiva, keadan pupil, palpebra, refleks
cahaya biasanya tidak ada kelainan.
7) Hidung
Keadaan/bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung,
fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
8) Telinga Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
9) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-
pecah atau perdarahan.
10) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah membesar,
tidak ada distensi vena jugularis.
11) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur.
Fremitus yang meninggi, percusi sonor, suara nafas bisa vesikuler
atau ronchi, wheezing. Frekwensi nafas neonatus 40-60 kall/i, Irama
jantung tidak teratur, frekwensi : 60-100 kali/i.
12) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat.
13) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral
dingin.

c. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb, pemeriksaan darah: eritrosit dan berdasarkan penyebab.
d. Riwayat Sosial
Siapa yang mengasuh klien di rumah. Kebersihan di daerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
pekarangan, pembuangan sampah.
e. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang
harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada. Pola
tidur bisa terganggu. Mandi dan aktifitas: dapat terganggu berhubungan
dengan kelemahan fisik. Eliminasi: biasanya tejadi perubahan frekwensi,
konsistensi bisa, diare atau konstipasi.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons klien atau pasien
terhadap masalah-masalah kesehatan ataupun proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung secara aktual maupun potensial. Adapun diagnosis keperawatan yang
berhubungan dengan anemia adalah :
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan :
 Kurangnya terpapar informasi.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan :
 Ketidakmampuan mengasorbsi nutrien
 Kurangnya asupan makanan
 Ketidakmampuan menalan makanan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Peningkataan kebutuhan metabolisme
 Faktor Ekonomi (mis, finansial, tidak mencukupi)
 Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan) (D.0019)
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan :
 Penurunan konsentrasi hemoglobin.
 Hiperglikemia

 Penurunan konsentrasi hemoglobin


 Peningkatan tekanan darah
 Kekurangan volume cairan
 Penurunan aliran arteri dan / atau vena
 Kurangnya terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis, merokok, gaya hidup
monotone, trauma, obesitas, asupan garam imobilitas)
 Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis, diabetes melitus,
hiperlipedemia)
 Kurang aktivitas fisik
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Ketidakmampuan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
 Tirah baring
 Kelemahan
 Imbolitas
 Gaya hidup monotone
C. Intervensi
No DX keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil

1. Defisit pengetahuan Tujuan Observasi


berhubungan dengan
kurang paparan Setelah dilakukan - Identifikasi kesiapan dan
informasi (D.0111) asuhan keperawatan kemampuan menerima
diharapkan tingkat informasi.
S: pengetahuan
membaik. - Identifikasi faktor-faktor
- Menanyakan yang dapat meningkatkan
masalah yang Kriteria hasil: dan menurunkan motivasi
dihadapi perilaku hidup bersih dan
- Pertanyaan sehat.
O: tentang masalah
yang dihadapi Terapeutik
- Menunjukan menurun (5)
prilaku tidak - Sediakan materi dan media
sesuai dengan - Persepsi yang pendidikan kesehatan
anjuran keliru terhadap
masalah - Jadwalkan pendidikan
- Menunjukan menurun (5) kesehatan sesuai
persepsi yang kesepakatan
keliru terhadap
masalah - Berikan kesempatan untuk
bertanya
- Menjalani
pemeriksaan Edukasi
yang tidak tepat
- Jelaskan factor resiko yang
- Menunjukan dapat mempengaruhi
prilaku kesehatann
berlebihan
- Ajarkan prilaku hidup
(mis,apatis,ber
bersih dan sehat
musuhan,agitasi,
histeria) - Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
2. Defisit nutrisi Tujuan : Observasi :
berhubungan Setelah dilakukan - Identifikasi status nutrisi
dengan tindakan - Identifikasi makanan
ketidakmampuan keperawatan 3x24 disukai
mengasorbsi nutrien jam status nutrisi - Identifikasi kebutuhan
(D.0019) meningkat kalori dan jenis nutrien
S: Kriteria hasil : - Monitor asupan makanan
- Cepat - Verbalisai - Monitor berat badan
kenyang keinginan - Monitor hasil
setelah untuk pemeriksaan
mkan meningkatkan laboratorium
- Keram/nyeri - Nutrisi Terapeutik
abdomen meningkat - Berikan makanan tinggi
- Nafsu - Pengetahuan kalori dan tinggi protein
makan tentang - Berikan suplemen
menurun pelihan makanan
O: makanan yang Edukasi
- Berat badan sehat - Jelaskan tentang
menurun meningkat penanganan dan
minimal - Pengetahuan penceghan anemia
10% tentang pilihan - Jelaskan mengenai
dibawah minuman yang pentingnya kebutuhan
rentan ideal sehat nutrisi untuk mengatasi
- Otot meningkat anemia.
menelan - Nafsu makan - Anjurkan diet yang
lemah membaik diprogamkan
- Diare Kolaborasi
- Bising usus - Kolaborasi pemberian
Hiperaktif medikasi sebelum makan
(mis. pereda, nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
3. Perfusi perifer tidak Tujuan : Observasi
efektif berhubungan setelah dilakukan - Periksa tanda dan gejala
dengan penurunan tindakan hipovolemia (mis,
konsentrasi keperawatan 3x24 frekuensi nadi
hemoglobin jam diharapkan meningkat,nadi terabah
(D.0009) perfusi perifer lemah, tekanan darah
S: meningkat menurun, tekanan nadi
- Nyeri Dengan kriteria menyempit, turgor kulit
ekstremitas hasil : menurun, membran
(klaudikasi - Denyut nadi mukosa kering,volume
intermiten ) perifer urin menurun, hematokrit
O: meningkat meingkat,haus,lemah).
- Pengisian - Warna kulit - Monitor intake dan
kapiler >3 detik pucat menurun output cairan
- Nadi perifer - Nyeri Terapeutik
mennurun atau ekstremitas - Hindari pemasangan
tidak teraba menurun infus atau pengambilan
- Akral teraba - Kelemahan darah diarea keterbatasan
dingin otot menurun perfusi
- Warna kulit - Tekanan - Hindari pengukuran
pucat arteri rata-rata tekanan darah pada
- Turgor kulit membaik ekstremitas dengan
menurun keterbatasan perfusi
- Edema - Lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan berolahraga
rutin
4. Intoleransi aktivitas Tujuan : Obervasi :
berhubungan Setelah dilakukan - Indentifikasi gangguan
dengan ketidak tindakan fungsi tubuh yang
seimbangan suplai keperawatan 3x24 mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen jam diharapkan - Monitor kelelahan fisik
(D.0056) toleransi aktivitas dan emosional
S: meningkat - Monitor pola dan jam
- Mengeluh Kriteria hasil : tidur
lelah - Kemudahan - Monitor lokasi dan
- Dispnea aktifitas ketidak nyamanan selama
saat/setelah sehari-hari melakukan aktifitas
aktivitas meningkat Terapeutik
- Merasa - Kekuatan - Sediakan lingkungan
tidak tubuh bagian nyaman rendah stimulus
nyaman atas - Lakukan latihan rentang

D. Implementasi Keperawatan
Menurut SIKI & Pokja (2018), implementasi keperawatan merupakan tindakan atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan (rencana keperawatan). Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan
untuk melaksanakan intervensi. Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses
keperawatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
sudah dibuat (Sari, 2016). Implementasi keperawatan merupakan salah satu bagian dari
lima proses keperawatan yang dilakukan dalam bentuk tindakan yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil dari tujuan yang diperkirakan dalam suatu asuhan keperawatan
(Bruno, 2019)
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian hasil untuk menentukan keberhasilan
proses keperawatan yang telah dilakukan mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, bahkan evaluasi dan dokumentasi. Acuan evaluasi ini adalah hal-hal
yang sudah diterapkan sebelumnya (Yeni & Ukur, 2019)
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional yaitu:
1.S (subjektif) adalah respon pasien yang berupa keluhan-keluhan atau penyampaian
perasaan oleh pasien atau ibu maupun keluarga setelah dilakukannya suatu
tindakan keperawatan.
2.O (objektif) adalah respon pasien atau ibu yang didapatkan melalui hasil
pengamatan tenaga kesehatan melalui sikap ibu setelah dilakukannya tindakan
keperawatan.
3.A (Assesment) adalah analisa yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
didapatkan setelah mengetahui respon subjektif dan objektif pasien atau ibu yang
dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada intervensi
keperawatan.
4.P (Planning) adalah perencanaan yang dibuat untuk melakukan tindakan
selanjutnya setelah dilakukannya analisa atau assesment oleh tenaga kesehetan. 17
Adapun evaluasi yang biasa digunakan pada pasien ibu hamil dengan anemia
yaitu :
a. Perilaku sesuai anjuran meningkat
b. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat.
c. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topik meningkat
d. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S. &. (2013). Kmb 2keperawatan Medikal Bedah ,Keperawatan Dewasa


Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bararah, M. &. (2013). Asuhan Keperwatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat


Profesional Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Bruno, L. (2019). Implementasi. Journal of Chemical Information and Modeling,


53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Nasruddin, 2021, Angka Kejadian Anemia Pada Remaja Di Indonesia. Cerdika:

Jurnal Ilmiah Indonesia, April 2021, 1 (4), 357-364, p-ISSN: 2774-6291 e- ISSN:
2774-6534

Suryani, L., Rafika, R., & Gani, S. I. A. S. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan
Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMK Negeri
6 Palu. Jurnal Media Analis Kesehatan, 11(1), 19–26

Yeni, B., & Ukur, S. (2019). Latar Belakang Tujuan Metode Hasil Pembahasan.

1–5.
Yuli & Ertiana, 2018, Anemia dalam Kehamilan. CV Pustaka Abadi, Jember,

Anda mungkin juga menyukai