Anda di halaman 1dari 34

BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi pernurunan jumlah sel darah merah, kualitas
dan/atau kuantitas hemoglobin dan penurunan jumlah hematokrit dalam darah (Lewis, 2014).
Penyakit ini, memiliki angka kejadian yang cukup tinggi di dunia. menurut Kassebum (2014)
jumlah penderita anemia di dunia pada tahun 2010 mencapai 32,9%, sedangkan di Indonesia
sendiri, menurut Rikesdas 2013 dalam Hatma (2014) prevalensinya adalah 21,7%.
Menurut deWit & Kumagi (2013), berdasarkan penyebabnya anemia dapat digolongkan
menjadi 3 kategori besar, yaitu akibat gangguan produksi, penghancuran yang berlebihan, dan
kehilangan darah. Menurut Lewis (2014) anemia karena gangguan produksi dapat disebabkan
oleh kurangnya vitamin pembentuk sel eritrosit tersebut. Sedangkan, anemia karena
penghancuran yang berlebihan dapat disebabkan karena gangguan DNA. Anemia karena
kehilangan darah dapat disebabkan karena trauma baik massive atau yang tidak terlihat, seperti
peptic ulcer.
Brunner & Suddarth (2010) mengatakan, bahwa anemia secara umum dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, yaitu gagal jantung, parasthesia, dan konfusi. Pada tingkatan
lainnya, paisen dengan penyakit jatung dapat mengalami angina atau tanda gagal jantung tanpa
memiliki riwayat penyakit jantung, hingga kematian. Hal ini dapat disebabkan karena
mekanisme kompensasi dari sistem kardiovaskular untuk mempertahankan tubuh agar dapat
berada pada posisi optimal.
Perawat sebagai pemberi layanan kesehatan memiliki peran yang cukup penting pada
pencegahan primer dari anemia. Menurut LeMone (2014), perawat dapat berfokus pada edukasi
untuk mencegah terjadinya anemia. Edukasi yang diberikan perawat dapat mengenai pentingnya
nutrisi yang tepat untuk pembentukan sel darah merah. Memberikan edukasi kepada wantia
hamil mengenai peningkatan nutrisi yang dibutuhkan terkati kehamilan dan sumber sumber
makanan yang tepat untuk mendapatkan nutrisi yang adekuat.
Selain itu, perawat dapat berperan dalam pencegahan tresier. Menurut LeMone (2014),
perawat memilki tanggung jawab yang penting dalam pemberian asuhan keperawatan baik
mandiri maupun kolaborasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat memiliki peran
penting dalam mengkaji dan menentukan diagnosa keperawatan yang prioritas terkait kondisi

klien, serta menentukan intervensi yang tepat. Tidakan kolaborasi yang penting untuk
diperhatikan perawat adalah pemberian obat dan juga diet bagi klien.
Perawat juga memilki peran penting dalam discharge planning. LeMone (2014)
mengatakan bahwa umumnya, penderita anemia melakukan perawatan dirumah. Sehingga,
penting bagi perawat untuk memberikan persiapan perawatan dirumah. Topik yang perlu dibahas
oleh perawat terkait perawatan di rumah adalah strategi nutrisi yang tepat, obat obatan,
penggunaan energi yang tepat, follow up, dan jika anemia dapat diturunkan secara genetik
penting untuk mengajarkan klien mengenai tanda dan gejala dari anemia.
Karena tingginya angka prevalensi, bahaya dari komplikasi yang ditimbulkan dan
pentignya peran perawat maka penulis memutuskan untuk mengangkat kasus anemia untuk
dibahas dalam laporan kasus ini. Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mengenai anemia. Serta, sebagai perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan yang benar dan tepat kepada klien dengan kasus anemia.

I.2 Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan anemia.
I.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi anemia
2. Untuk mengetahui etiologi anemia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia
4. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi terkait anemia
5. Untuk mengetahui patofisiologi anemia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia
7. Untuk mengetahui komplikasi anemia
8. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada klien dengan anemia
9. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dan intervensi yang tepat pada klien
dengan anemia

BAB II
Tinjauan teori
II.1 Definisi
Menurut deWit & Kumagi (2013) anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi
penurunan jumlah dari sel darah merah yang fungsional atau kurangnya haemoglobin untuk
memenuhi kebutuhan dari jaringan terhadap oksigen.
Menurut Lewis (2014), menyatakan bahwa anemia adalah defisiensi jumlah dari
eritrosit, kualitas dan kuantitas haemoglobin, dan/atau penurunan jumlah dari eritrosit
(haemotokrit). Penyebab dari anemia terbagi menjadi beberapa hal, yaitu hilangnya darah
dalam jumlah yang besar, gangguan saat pembentukan atau penghancuran yang terlalu
cepat.

II.2 Etiologi
Menurut deWit & Kumagi (2013), terdapat tiga pembagian besar dari etiologi anemia
1. Anemia disebabkan karena kehilangan darah
Perdarahan yang cepat dan besar dapat menyebabkan anemia yang berakhir pada
shock hipovolemik. Umumnya hal ini disebabkan karena trauma berat pada
pembuluh darah dan perdarahan hebat yang dapat terlihat dari luar atau bahkan
perdarahan kecil yang bertahap, seperti peptic ulcer yang dapat menyebabkan
perdarahan kronis.
2. Anemia disebabkan oleh kegagalan produksi sel darah
Adalah hasil dari difisensi beberapaa substansi nutrisi yang penting untuk
pembentukan dari eritrosit atau keabnormalan fungsi dari bone marrow. Contohnya
seperti:
-

Anemia nutrisi adalah ketidak adekuatan intake makanan yang mengandung


protein, folic acid, dan Fe

Anemia karena depresi sumsum tulang

Anemia perniciousa adalah kesalahan absorbsi vit. B12 atau nutrisi lainnya
Selain itu menurut Lewis (2014), anemia juga dapat disebabkan oleh kurangnya

produksi eritropoetin oleh ginjal, yang mungkin dapat disebabkan oleh gangguan
pada ginjal.
3. Anemia disebabkan oleh peningkatan penghancuran sel darah merah (haemolytic
anemia)

Haemolytic anemia dapat disebabkan oleh genetik, yang mempengaruhi bentuk


sel darah sehingga lebih cepat ruptur (talasemia). Karena terpapar zat yang beracun,
seperti zat kimia atau toxin dari bakteri.
Reaksi imun dapat menyebabkan haemolisis. Penyakit tertentu seperti malaria,
atau tindakan transfusi darah juga dapat merubah susunan komponen darah,
menyebabkan haemolisis. Inkompatibilitas pada anak yang baru lahir (eritroblastosis
fetalis) juga dapat mejadi penyabab terjadina haemolytic anemia.

II.3 Manifestasi Klinis


Sistem tubuh

Anemia Ringan

Anemia Moderate

Anemia Berat

(Hb: 10 12 g/dL)

(Hb: 6 10 g/dL)

(Hb: <6 g/dL)

Intergumen

Tidak ada

Tidak ada

Pallor, jaundice, pruritus,

Mata

Tidak ada

Tidak ada

iskemik konjungtiva,
blurred vision,

Mulut

Tidak ada

Tidak ada

glossitis, lidah lunak.

Kardiovaskular

Palpitasi

Peningkatan palpitasi

Takikardi, murmur
sistolik, angina, gagal
jantung, infark miokard

Pulmonary

Dispnea saat

Dispnea

aktivitas
Neurologi

Tidak ada

Takipnea, orthopnea,
dispnea saat istirahat

Telinga

Sakit kepala, vertigo,

bergema/berdenging

irritabilitas, depresi,
gangguan proses berfikir

Gastrointestinal

Tidak ada

Tidak ada

Anorexia, hepatomegaly,
splenomegaly, sulit
menelan

Muskoloskeletal

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tulang

General

Tidak

Kelelahan

Sensitif pada dingin,

ada/kelelahan

penurunan berat badan,


4

ringan

dan letargi

II.4 Anatomi fisiologi


Menurut TortoraDerrickson (2009), eritrosit adalah
komponen darah yang bertugas untuk membawa oksigen ke
jaringan. Eritrosit berbentuk bikonkav dengan jumlah normal
5,4 juta/L untuk laki laki dan 4,8 juta/L untuk perempuan.
Eritrosit berwarna merah segar, terdiri dari satu komponen zat
besi dan 4 heme. Siklus hidup dari eritrosit 120 hari. setelah itu, akan dihancurkan di hati dan
dibentuk lagi oleh sumsum tulang melalui proses hematopoesis dengan komponen
Haemoglobin, asam folar, Fe, dan vit. B12.

II.5 . Patofisiologi ( Lewis, 2014; deWit & Kumagi, 2013)


Kehilangan darah
yang banyak

Penurunan produksi sel darah


merah

Peningkatan penghancuran sel


darah merah

Penurnan jumlah
Hb, kurang dari
kebutuhan

Hipovolemia

Mekanisme
kompensasi

Anemia
HR
TD

Stomatitis & Anorexia

Gangguan transport oksigen ke jaringan

O2 di otak

Hypoxia jaringan
Penarikan
cairan
extravaskular ke
intravaskular

Beban
jantung

Batas kompensasi

Penebalan dinding
jantung

kardiomegali

Pallor, kulit dingin


konjungtiva pucat,
metbolisme
jaringan
Lemah, letih, lesu,
lunglai ,lelah

Shock
hypovolemik

RR

hipoxia
jaringan
otak

kesadaran

death

II.6 Penatalaksanaan Medis


Menurut deWit & Kumagi (2013), pengobatan anemia diberikan kembali ke
penyebab dari anemia tersebut.
1. Anemia karena kehilangan darah
Ditangani dengan menghentikan penyebab perdarahan dan mengganti sel darah.
Transfusi darah mungkin dilakukan jika perdarahan menyebabkan anemia hebat (Hb
<6g/dL). Menurut LeMone et.al (2014) transfusi darah dapat dilakukan ketika anemia
sudah menjadi berat dan sistem kardiovaskular menunjukkan ketidakmampuannya
dalam berkompensasi.

2. Anemia karena kegagalan produksi sel


Dapat ditangani dengan pembieran vitamin, supplement zat besi, dan penyesuaian
diet. Untuk anemia karena defisiensi zat besi dapat diberikan iron dextran, sodium
ferrous gluconate, atau iron sucrose. Sedangkan untuk pernicious anemia dapat
diberikan supplement vit. B12 dan penanganan penyebab ketidakadekuatan absorbsi vit.
B12. Selain itu, pemberian diet yang disesuaikan dengan vit/komponen yang kurang ,
dapat dilakukan. Contoh: untuk mekanan tinggi zat besi seperti bayam dapat diberikan
pada desfisiensi zat besi, untuk defisinesi asam folat dapat diberikan telur atau kacang
merah, diet harus diperhatikan, ada atau tidaknya kontraindikasi dari diet tersebut.
3. Anemia karena peningkatan penghancuran sel darah
Cari tahu penyebab terjadinya hemolytic lalu bangun kembali eritrosit dengan
menambahkan supplement zat besi dan vit B12. Bisa diberikan diet sesuai dengan
kebutuhan. Pemberian transfusi darah dimungkinkan.

II.7 Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2010), komplikasi yang paling umum dari anemia
adalah gagal jantung, parasthesia, dan konfusi. Pada level lainnya klien dengan penyakit
jantung dapat mengalami angina atau tanda gagal jantung tanpa riwayat jantung. Gagal
jantung disebabkan darah yang mengalami defisiensi hemoglobin sehingga kontraktilitas
otot jantung untuk pembuluh darah meningkat sehingga dapat mengakibatkan
hiperventrikular pada jantung.

II.8 Prognosis
Menurut Brunner & Suddarth (2013), prognosis pada sickle cell anemia hanya dapat
hidup sampai usia 42 tahun atau 30 tahun juga dengan komplikasi cukup berat yang dialami.
Klien dengan sickle cell anemia umumnya juga terdeteksi pada usia 1-2 tahun, penanganan
yang tepat oleh orang tua dapat meningkatkan prognosis anak tersebut. Menurut dewit &
Kamegi (2013) pada anemia karena kehilangan darah, semakin banyak jumlah darah yang
keluar (tingginya persentase) akan semakin buruk prognosis, dan jika sudah sampai pada
50% dapat menyebabkan kematian.

II.9 Tes Diagnostik (Dewit & kamegi, 2013) & (lewis,2014)


a. Apusan darah : melihat ukuran, bentuk dan warna eritrosit
b. Test Lab :
-

Complete Blood Count : kuantitas Hb ( Normal, laki-laki :13,5-18 g/dL, wanita


12,6 g/dL

Melihat kadar zat besi (3-5 gr)

Folic acic acid (normal : 7-57 mol/L)

PT, APTT (aplastic anemia)

Hematokrit (Normal, laki-laki : 40 % -54 %, wanita 38 %- 44 %)

c. Endoscopy : melihat adanya pendarahan pada Gastrointestinal


d. X-Ray : melihat infeksi /malfungsi organ
e. Biopsi/aspirasi Bone Marrow : kelainan pada sumsum tulang
II.10

Pengkajian Keperawatan (Dewit & Kamegi, 2013)

a. Riwayat Kesehatan (data subjektif)


-

Tanyakan riwayat trauma atau kehilangan darah

Tanyakan

riwayat

penyakit

(penyakit

hati

yang

kronis,

endokrin,

gastrointestinal/penyakit renal)
-

Obat-obatan yang dikonsumsi

Operasi yang pernah dialami

Terapi radiasi atau kemoterapi

Kelainan hematologi yang di turunkan dari keluarga atau secra genetik

Tanyakan adanya perubahan nafsu makan dan berat badan

Apakan klien mengalami perubahan/perubahan suhu pada urin dan/atau feses

Keluhan dispnea, kelemahan dan kelelahan

Adanya palpitasi
7

Seberapa sering klien mengalami sakit kepala

Apakah klien menyadari adanya perubahan penglihatan atau pusing

Apakah klien merasa nyeri

Merasa dingin/intoleransi dingin

b. Pengkajian fisik (data objektif)


-

Kulit
Kulit yang pucat, membran mukosa pucat, konjungtiva pucat, sklera menguning,
bibir pecah-pecah, britlle, kuku berbentuk sendok, jaundice, petechiae, ekimosis,
kering, rambut tipis

Respirasi
Takipnea, orthopnea, dispnea saat olahraga atau beristirahat

Kardiak
Takikardi. Murmur sistolik, angina, edema ankle, bruit karotid, distritmia

Gastrointestinal
Stomatitis, lecet pada mulut, distensi abdomen, pembesaran hati dan limpa,
anorexia, glossitis, buffy red tongue

Neurologi
Pusing, sakit kepala, konfusi, iritabilitas, ataxia, parasthesia, kehilangan sensasi,
linglung (limbung)

General
Letargi, apatis, general limfadenopati, demam

c. Nilai Abnormal
CBC (Hb menurun, jumlah eritrosit menurun, penurunan hematokrit, peningkatan atau
penurunan retikulosites), MCV, Serum zat besi, Ferritin, Folat, Vit B-12, Heme-positif
pada feses, penurunan level serum eritropoietin, peningkatan atau penurunan
LPH,bilirubin, transferin.

II.11

Diangnosa Keperawatan dan intervensi (deWit & Kamagi, 2013), (Lewis, 2014), (Black

& Hawks, 2014)


a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
Intervensi Keperawatan :
-

Hasil yang diharapkan :

Klien dapat melakukan aktivitas seperti yang dibuktikan tanpa keletihan,


dispnea, pucat atau takikardi

Berjalan dengan peningkatan jarak dan ikut dalam aktivitas harian, hingga
kegiatan kegiatan lain yang lebih sulit

Intervensi & Rasional :

Kaji kemampuan klien dalam beraktifitas


R/ : Untuk mengetahui batasan aktivitas yang dapat dilakukan klien

Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan


R/ : Untuk menentukan intervensi selanjutnya

Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, distritmia, sesak


nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
R/ : manifestasi klinis dari anemia

Bantu klien mengidentifikasi batasan aktivitas yang dapat dilakukan


R/ : Untuk membantu klien menyusun rencana beraktivitas secara bertahap
dan mengetahui batasan aktivitas yang dapat dilakukan

Berikan lingkungan yang tenang dan jauh dari kebisingan


R/ : untuk meningkatkan istirahat yang adekuat dan mendapat energi yang
cukup beraktivitas

Kolaborasi pemberian terapi obat-obatan (zat besi/vit B 12/asam folat ) atau


tranfusi darah jika diperlukan
R/ untuk meningkatkan jumlah sel darah supaya adekuat dan mampu
memenuhi kebutuhan tubuh.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan hemoglobin


Intervensi Keperawatan :
-

Hasil yang diharapkan :

Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Tanda-tanda vital dalam rentang normal : TD: 120/80 mmHg, Suhu : 35.937,4 derajat celcius, nadi : 60-100x/menit, RR :12x/menit

Tidak ada sianosis dan dispnea

AGD dalam batas normal

Status neurologi dalam batas normal

Intervensi & rasional :

Monitor respirasi dan status O2


9

R/ untuk memberikan data bagi intervensi selanjutnya

Monitor pola nafas, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi


otot supraclavicular dan intercostal
R/ Untuk mengetahui tingkat kemampuan ventilasi klien

Monitor TTV, AGD, elektrolit dan status mental


R/ untuk melihat adanya manifestasi klinis dari gangguan pertukaran gas
(takikardi, hipoxia, AGD abnormal (PH turun))

Observasi sianosis khususnya membran mukosa


R/ Untuk melihat adanya manifestasi yang menunjukkan perburukan dari
pertukaran gas

Pertahankan jalan nafas yang paten


R/ membantu meningkatkan keadekuatan intake oksigen

Kolaborasi pemberian oksigen jika dibutuhkan


R/ untuk meningkatkan intake oksigen dan kadar oksigen dalam darah

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake oral yang buruk dan
anorexia
Intervensi Keperawatan :
-

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan intake nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan minimum per


hari

Mencapai nilai normal lab darah dari nutrisi yang penting untuk mencegah
anemia (vit B12, Fe (zat besi), asam folat)

Intervensi & rasional :

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah dan tipe nutrisi yang
dibutuhkan klien untuk memenuhi kebutuhannya
R/ untuk menentukan intervensi selanjutnya dan menyediakan nutrisi yang
adekuat untuk mencegah anemia

Ajarkan klien untuk membuat diary/daftar makanan tiap harinya


R/ untuk mengevaluasi status nutrisi

Berikan informasi yang dibutuhkan klien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan
bagaimana memenuhinya
R/ untuk meningkatkan intake dari nutrisi yang dibutuhkan

10

Dorong klien untuk meningkatkan intake protein, zat besi dan vit C
R/ untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk memaksimalkan
penyerapan zat besi dan pembentukan hemoglobin

Dorong klien untuk meningkatkan intake makanan tinggi zat besi


R/ untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan dalam pembentukan
hemoglobin

d. Fatigue (kelemahan) berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat


Intervensi Keperawatan :
-

Hasil yang diharapkan :

Klien dapat berpatisipasi aktif dalam kegiatan sehari-hari tanpa adanya


peningkatan tekanan darah dan nadi

Melepaskan peningkatan ketahanan dalam aktivitas

Intervensi dan rasional :

Dorong klien untuk beristirahat dan beraktivitas sesuai kemampuan


R/ untuk membantu beraktivitas tanpa membebani klien

Monitor respon cardirespiratory (takikardi, dispnea, distritmia)


R/ untuk evaluasi intoleransi aktivitas

Batasi jumlah pengunjung dan interupsi dari pengunjung


R/ meningkatkan istirahat yang adekuat

Bantu klien dalam aktivitas untuk mengumpulkan/meningkatkan kadar energi


R/ untuk meningkatkan toleransi untuk aktivitas yang penting

Atur aktivitas fisik


R/ untuk memperkecil kelelahan dan resiko injury

Instruksikan klien dan pengasuh/keluarga untuk mewaspadai tanda dan gejala


kelelahan yang membutuhkan pengurangan dalam aktivitas
R/ untuk meningkatkan self-care

Instruksikan klien dan pengasuh/keluarga untuk memberitahukan pemberi


layanan kesehatan jika tanda dan gejala kelemahan muncul
R/ untuk mereview rencana asuhan

11

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Klien
Ruang/ Kamar
No. Medical Record
Tanggal Masuk RS

00000003650
: 1. Alhika Januar C.
2. Febrica Putri Artha
00000003661
3. Henik Dyah Kinasih00000014911
4. Julien
00000003850
5. Laura Rompas
00000003599
6. Roma Shania Sidauruk00000003583
: Tn. M
: 2D09
: 00-67-44-14
: 20 Oktober 2015

Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medik

:
:

Nama Mahasiswa

Faculty of Nursing
and Allied Heath
Sciences

UNIVERSITAS
PELITA HARAPAN

22 Oktober 2015
Anemia, Hemorrhoid nternal,
Hematemesis
Lampiran 2

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama (Inisial)

: Tn.M

2. Jenis kelamin

: Laki - laki

3. Umur/tanggal lahir

: 29 tahun/5 agustus 1986

4. Status Perkawinan

: Belum menikah

5. Agama

: Islam

6. Suku/ kewarganegaraan : Jawa/Indonesia


7. Pendidikan terakhir

: SMA Pesantren

8. Pekerjaan

: Tidak ada pekerjaan

9. Alamat

:Kp. Talaga RT 005 RW 003 Kelurahan Talaga Kecamatan

Cikupa

B. Identitas penanggung
1. Nama lengkap (Inisial)

: Ny. F. S.

2. Jenis kelamin

: Perempuan

3. Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

4. Hubungan dengan klien : Nenek


5. Alamat

: Kp. Talaga RT 005 RW 003 Kelurahan Talaga Kecamatan

Cikupa

12

II. Riwayat Kesehatan


: pusing, jantung berdebar debar, dan penurunan

1. Keluhan utama

kesadaran
2. Riwayat keluhan utama
a. Mulai timbulnya keluhan : 1 tahun yang lalu
b. Sifat keluhan

: tetusuk tusuk di rektum setelah BAB

c. Lokasi

: Rektum

d. Keluhan lain yang menyertai : mudah lelah jika beraktifitas, mengeluh nyeri ulu hati,
jika malam tangan kiri terasa kebas, kepala nyeri, nafsu makan menurun.
e. Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : Buang Air besar
f. Apakah keluhan bertambah/ berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana):
Ya, keluahan berkurang saat klien duduk dengan perut yang dibebat kain.
g. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
Berobat ke bibi (bidan) dan diberikan infus 1 kali seminggu
Memakan rujak sagu
Minum sangobion
Minum daun sagatunteng 1x sehari

3. Alergi : tidak

Alergi terhadap: tidak ada

Reaksi : tidak ada

4. Kebiasaan

Tindakan : tidak ada

Merokok (berapa batang/ bungkus sehari) : 1 bungkus 2 hari

Minum alkohol : tidak pernah

Minum kopi

Minum obat-obatan : sangobion

Lain-lain : Minum jamu

Lamanya : -

: 3 gelas sehari

Lamanya : sejak masih remaja


Lamanya : sejak setahun yang lalu
Lamanya : sejak satu tahun yang lalu

(daun saga dan rujak sagu)

13

III. Riwayat Keluarga (Analisa keadaan kesehatan keluarga dan faktor risiko)

F.S
90 thn
Keterangan:
Laki - laki
perempuan
M
29 thn

meninggal
klien

Keluarga klien mengatakan kedua orang tua klien sudah meninggal sejak lama. Ayah
klien meninggal pada saat klien masih kelas 2 SD dikarenakan serangan jantung. Ibu klien
meninggal saat klien kelas 1 SMP dikarenakan tipes. Adik perempuan klien meninggal pada
tahun 2012 saat berumur 19 tahun dikarenakan demam berdarah dengue (DHF). Tidak ada
riwayat penyakit diabetes dalam keluarga, namun keluarga klien mengatakan bahwa ayah
klien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung.

IV. Pemeriksaan Fisik


a. Tanda-tanda vital
-

Tekanan darah

: 120/50 mmHg

Nadi

: 110x/menit teraba kuat, reguler

Pernapasan

: 20x/menit dalam, reguler

Suhu badan

: 36,4oC

Nyeri

: 5/5 (A/I)

b. Kepala dan leher


-

Kepala
Kepala klien tampak bersih, tidak berminyak, tidak lepek dan tidak
berketombe. Rambutklien tampak kering, kusam dan tipis. Wajah klien tampak lesu,

14

pucat dan adanya kantung mata hitam di bawah mata klien, mata klien tampak
cekung. Wajah klien teraba dingin dan lembap.

Penglihatan
Sklera klien tampak kuning, konjungtiva tampak pucat. Pandangan tampak
lesu. Mata klien tampak cekung dan berkantung mata.

Hidung:
Klien tampak menggunakan ventilator, nassal cannule 2lpm

Tenggorokan dan mulut


Mukosa bibir klien tampak pucat, kering dan pecah pecah. Tampak terdapat
dua stomatitis, satu ada bibir bawah klien dan satu lagi pada dinding mulut bagian
dalam sebelah kiri. Gigi klien tampak kuning, namun tidak tampak adanya karies
gigi. Tercium bau tidak sedap dari mulut klien.

c. Pernapasan
Pernafasan klien 20x/menit, dalam dan reguler. Klien tampak menggunakan
nassal cannule 2 L/menit. Namun, klientampak sering melepas nassal cannule. Klien
tampak kesulitan bernafas saat nassal cannule dilepas. Tidak terdengar bunyi nafas
abnormal saat diauskultasi. Klien mengatakan sering merasa sesak nafas sejak satu tahun
yang semakin parah.

d. Pencernaan
Tidak terdengar bising usus pada keempat kuadran. Nyeri epigastrik yang hilang
timbul, dengan rasa seperti ditusuk tusuk, skala 5/5.Klien tampakmenghabiskan
setengahporsi makanan yang diberikan dari rumah sakit.

e. Kardiovaskuler
Pulsasi nadi 110x/menit, teraba kuat, regular dan simetris pada tiap arteri perifer,
CRT>2detik.TD: 120/50 mmHg. Kulit ekstremitas klien teraba lembab dan dingin. Hasil
perkusi batas jantung klien tidak normal pada bagian bawah kanan, terdengar bunyi dull
sebelum garis parastenalis pada ICS II dan IV. Thrill dan heaves teraba. Teraba ictus
cordis.
15

f. Persarafan
Klien tampak lemah dan lesu, namun tetap dapat diajak bicara. Nilai GCS klien 15.
-

Eyes: membuka mata spontan (4)

Speech: Orientasi = (5)

Motor: melakukan perintah (6)


Total GCS klien = 15

g. Kulit/ Integumen
Kulit klien tampak pucat, membran mukosa tampak pucat, konjungtiva tampak
pucat dan sklera tampak kuning (ikterik). Bibir klien tampak pecah pecah dan kering.
Kulit teraba dingin dan lembab. Rambut tampak kusam dan tipis.

V.

Pola kegiatan Sehari-hari (ADL)


A. Nutrisi
Berat badan: 69 Kg, tinggi badan: 170 Cm, BMI: 23,87. Klien mengeluhkan
adanya mual dan muntah, nyeri epigastrik dengan skala 5/5 dan rasa tertusuk tusuk,
dan kehilangan sensasi rasa pada lidah yang membuat klien merasa tidak bernafsu
untuk makan. Klien tampak menghabsiakn porsi makanan yang diberikan..
Keluarga klien mengatakan,klien tidak suka makan sayur dan hanya makan 1 kali
sehari pada sore hari, sebelum masuk ke rumah sakit. Keluarga Klien mengatakan
klien hanya minum 3 gelas air mineral perhari sebelum masuk rumah sakit, setelah
masuk rumah sakit klien hanya minum 600ml/hari.

B. Eliminasi
1. Buang air kecil (BAK)
Sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan, buang air kecil 45x/hari.
Setelah masuk rumah sakit, klien tetap buang air kecil 4-5x/hari.

2. Buang air besar (BAB)


Klien mengatakan sebelum sakit, BAB 2x/hari, lunak. Setelah sakit,klien
mengatakan, BAB 1x/2hari, hematemesis 1x/seminggu, BAB terkadang keras
dengan darah segar yang mengalir dari rektum.Klien mengatakan takut untuk
BAB, karena jika BAB klien akan mengalami hematemesis. BAB tanggal
22/11/2015 tidak tampak adanya hematemesis.
16

C. Olah raga dan Aktivitas


Klien mengatakan tidak pernah melakukan aktivitas fisik seperti olahraga
baik sebelum atau sesudah sakit. Keluargaklien mengatakan klien tidak suka
melakukan kegiatan olahraga di luar rumah. Klien lebih menyukai untuk beraktivitas
di dalam rumah, seperti bermain game atau internetan di laptop. Klien mengatakan,
setelah sakit ia menjadi lebih cepat merasa lemas sehingga sulit untuk beraktivitas
seperti sebelumnya. Klien mengeluhkan adanya kebas pada tangan kiri saat
menjelang malam hari dan kaki kakan terasa kejang sejak mengalami BAB berdarah.
Sejak mengalami anemia, klien mengeluhkan sesak nafas dan dada berdebar saat
beraktifitas seperti berjalan dari rumah ke masjid.

D. Istirahat dan tidur


Klien mengatakan, sebelum dan selama sakit ia tidur siang selama 1-2 jam
sekitar jam 2 4 sore hari, lalu tidak pernah tidur di malam hari karena ia tidak
merasa mengantuk dan memilih untuk bermain game dilaptopnya. Setelah masuk
rumah sakit, klien tampak lebih sering tidur. Klien mengatakan, selama di rumah
sakit ia tidur siang 1 2 jam dan tidur malam sekitar jam 7 malam hingga jam 6 pagi.

VI.

Pola Interaksi Sosial


Klien tampak dekat dengan nenek dan tinggal satu rumah dengan neneknya.
Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki paman dan bibi yang perhatian dan
memanjakan klien, sehingga klien tidak memilki pekerjaan untuk dilakukan. Keluarga
klien mengatakan klien jarang keluar rumah dan berinteraksi dengan tetangga sekitar,
klien lebih sering bermain game di dalam rumah. Setelah sakit, tidak ada perubahan pada
pola interaksi antara klien dan keluarga.

VII.

Kegiatan Sosial
Klien mengatakan tidak terlalu suka mengikuti kegiatan di luar rumah kecuali
kegiatan yang diadakan oleh masjid di tempatnya. Klien mengatakan banyak
menghabiskan waktunya untuk bermain game di dalam rumah. Keluarga klien
mengatakan sebelum sakit klien jarang keluar rumah untuk berinteraksi dengan tentangga
atau mengikuti kegiatan lainnya. Setelah sakit, keluarga mengatakan klien tetap jarang
berinteraksi dengan tetangga dan menghabiskan waktu di rumah untuk bermain game.

17

VIII.

Kegiatan Keagamaan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien adalah anggota remaja masjid yang aktif
mengikuti kegiatan baik ibadah sholat lima waktu ataupun ibadah lainnya yang
diselenggarakan oleh masjid. Klien mengatakan tidak terjadi perubahan kegiatan
peribadahan setelah sakit, tetap sama dengan sebelum sakit. klien tidak memiliki keluhan
terkait kegiatan keagamaan

IX.

Keadaan Psikologis Selama Sakit


Klien tampak lemah dan lesu selama sakit. klien mengatakan ia merasakan cemas
akibat penyakitnya. Rasa cemas ini membuat klien tidak mau BAB dan menahan
BABnya. Klien mengatakan ia takut, jika BAB akan keluar darah lagi, sehingga klien
memutuskan untuk menahannya sehingga ia hanya BAB 2 hari 1 kali dan belum BAB
selama berada di rumah sakit.

X. Data Laboratorium & Diagnostik


a. Laboratorium:
LABORAORIUM

TGL

TGL

TGL

NILAI

20/10/15

21/10/15

22/10/15

NORMAL

SATUAN

F ull Blood Count


-Haemoglobin

3.66

9.62

13.20-17.30

g/dl

-Hemotokrit

12.2

31.88

40.00-52.00

-White Blood Cell

5.84

5.36

3.80-10.60

103 /L

(WBC)
Platelet

419

150-440

103 /L

ESR

30

0-15

mm/hours

MCV

57.52

80-100

fL

MCH

17.25

26-34

Pg

MCHC

28.99

32-36

g/dL

-Sodium(Na)

138

137-145

mmol/L

-Potasium (K)

3.6

3.6-5.0

mmol/L

-Chlorida (CL)

104

98-104

mmol/L

9.3-12.7

Seconds

Elektrolit

PT

C 11.8

18

APTT

P 10.3

9.4-11.3

seconds

C 33.6

27.5-37.1

Seconds

P 31.00

31.00-47.00

seconds

b. Diagnostik
DIAGNOSTIK
EKG

TGL 20/10/15
-

Foto thorax

TGL 22/10/15

ST HR 104-130x/mnt
Hipertrofi ventrikular
Cardiomegali
CTR 66%
tidak tampak proses
spesifik pada pulmo.

Colonoscopy

Hemorroid grade IIIII

XI.

Penatalaksanaan/ pengobatan (pembedahan, obat-obatan, dan lain-lain)


Nama Obat

Rute

Dosis

Frekuensi

Dephenhidramin

I.V

2 ampul

O.D (premed)

Kalsium glukonas

I.V

1 ampul

O.D (postmed)

Ardium

P.O

500 mg

T.D.S

Buraginol

P.O

1 sepo

B.D

Lactolac

P.O

1 cucing

O.D

Ranitidin

I.V

1 ampul

O.D

Nama terapi

Rute

Dosis

PRC

I.V

1000ml

NS 0,9%

I.V

500ml/6jam

O2

Inhalasi

2L/menit

19

Analisa Data
Nama Klien/ Umur

: Tn. M/29 tahun

Ruang/ No Kamar/ Bed

: 2D09

Nomor Med. Record

: 00-67-44-14

Tgl

1.

Data Subjektif (DS)

Data Objektif (DO)

Masalah Keperawatan

(Keluhan Klien +

(hasil observasi, pemeriksaan

(Kesimpulan DS dan DO)

laporan keluarga)

fisik, laboratorium, diagnostik)

- Klien

mengeluhkan - Klien tampak lemah dan lelah

kejang

kaki

sejak - Hb
3,66 g/dL (20/10/2015)

menderita anemia
- Klien

mengeluhkan

dispena

yang - Hematokrit:
12,2% (20/10/2015)

beraktivitas

31,88% (22/10/2015)

mengeluhkan - Nadi: 110x/menit, teraba kuat

mudah merasa lelah,


dan

semakin

- Klien
sering

- EKG (20/11/2015)

mengeluhkan

ST HR: 104 130x/menit

pusing

Hipertrofi Ventricular

jika

beraktivitas

- Klien mengeluh sesak


nafas yang bertambah
parah saat beraktifitas
- Klien

dan reguler

parah - RR: 20x/menit dalam, reguler

saat beraktivitas

2.

9,62 g/dL (22/10/2015)

bertambah parah saat

- Klien

Intoleransi Aktivitas

mengatakan

pengelihatan kabur

- TD: 120/50 mmHg

- Klien tampak sulit bernafas

Gangguan pertukaran gas

- Kulit klien teraba lembab dan


dingin
- Klien tampak menggunakan
oksigen naasal cannule 2lpm
- Hb
3,66 g/dL (20/10/2015)

20

9,62 g/dL (22/10/2015)


- Hematokrit:
12,2% (20/10/2015)
31,88% (22/10/2015)
- Nadi: 110x/menit, teraba kuat
dan reguler
- RR: 20x
3.

- Klien

mengatakan

kehilangan

sensasi

rasa pada lidah


- Klien

tidak nafsu makan

tidak

mengatakan
mau

tampak

menghabiskan
makanan

mengatakan

- Klien

- Klien

makan

yang

hanya Ketidakseimbangannutrisi

porsi kurang dari kebutuhan


disajikan tubuh

rumah sakit
- Tampak dua stomatitis pada
bibir bawah dan dinding pipi
dalam klien

banyak karena ia takut

- Rambut klien tampak kusam

untuk BAB

- Klien tampak lemah dan lesu

- Klien

mengatakan

sering merasa nyeri


epigastrik
- Klienmengeluh

- Kulit klien tampak kusam,


turgor kulit buruk.
- Mukosa mulut klien tampak

mual

pucat

dan muntah

Diagnosa Keperawatan
1.

(Sesuai prioritas dan kondisi klien): minimal 3


Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan hemoglobin ditandai dengan klien
tampak mengeluhkan sesak nafas, klien tampak menggunakan oksigen nassal cannule
2L/mnt

2.

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake oral
yang buruk dan anorexia ditandai dengan klien pasien tampak hanya menghabiskan porsi
makanan yang disajikan, pasien mengeluh mual dan muntah

3.

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dari


kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh kejang kaki , klien tampak lemah dan lelah

21

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Klien (Inisial)
Ruang/ Kamar
No. MR
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
Faculty of Nursing and
Allied Helath Sciences
UNIVERSITAS
Diagnosa Medis
PELITA HARAPAN

:
:
:
:
:

Tn. M
2D09
00-67-44-14
20 Oktober 2015
22 Oktober 2015

Anemia, Hemorrhoid internal, hematemesis

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.

Diagnosa

Tujuan

DK

Keperawatan

Dan Kriteria hasil

1.

Gangguan
pertukaran

Intervensi

Rasional

Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas, amati 1. Untuk


gas keperawatan

3x24

jam

kesimetrisan,

penggunaan

mengetahui

kemampuan ventilasi klien dan

berhubungan

diharapkan terjadi penurunan

otot tambahan, retraksi otot

menentukan

dengan

gangguan

supraventricular

selanjutnya

ketidakseimbangan

ditandai dengan:

perfusi-ventilasi

- Klien

pertukaran

gas

dan

tingkat

intervensi

intercostal
mampu

mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat

2. Monitor

TTV,

AGD, 2. Untuk

elektrolit, dan status mental

melihat

adanya

manifestasi klinis dari gangguan


pertukaran

gas

(takikardi,

hipoxia, AGD abnormal, (pH

22

- TTV dalam batas normal

turun)

- Tidak ada sianosis dan

dispneau

3. Obeservasi

- AGD dalam batas normal


- Status

neurologi

sianosis 3. Untuk

khususnya membran mukosa

dalam

melihat

adanya

manifestasi yang menunjukkan


perburukan dari pertukaran gas

batas normal
4. Pertahankan jalan nafas yang 4. Untuk
paten

membantu

meningkatkan

keadekuatan

intake oksigen
5. Kolaborasi

2.

dengan

oksigen

dibutuhkan

dalam darah
faktor

nutrisi: kurang dari keperawatan selama 1x24 jam

mempengaruhi

kebutuhan

selera makan klien

berhubungan

mampu mengerti pentingnya 2. Berikan

dengan intake oral nutrisi

yang

yang

peningkatan

buruk

anorexia

dan terjadi

makanan.
hasil:

bergizi

Dengan

dan

meningkatkan

untuk pemberian oksigen jika

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji

tubuh diharapkan klien dan keluarga

dokter 5. Untuk

dibutuhkan

klien

kadar

oksigen

yang 1. Untuk menentukan intervensi

kehilangan

informasi

dan

intake

selanjutnya

yang 2. Untuk

meningkatkan

dan

pengetahuan keluarga dan klien

intake

keluarga tentang nutrisi yang

tentang nutrisi yang dibutuhkan,

kriteria

dibutuhkan dan bagaimana

dan meningkatkan intake dari

memenuhinya

nutrisi yang dibutuhkan

23

- Klien dapat menjelaskan 3. Dorong


komponen

diet

sehat

bergizi
- Klien
mengungkapkan

meningkatkan intake protein,

dibutuhkan

zat besi dan vit C

memaksimalkan penyerapan zat


besi

tekad

hemoglobin

diberikan
dapat

untuk 3. Untuk memberikan nutrisi yang

dapat

untuk mematuhi diet yang

- Klien

klien

melaporkan

tingkat energi yang adekuat

4. Dorong

klien

intake

makanan tinggi zat besi


dengan

dibutuhkan dalam pembentukan


hemoglobin

dokter 5. Antiemetik dapat menurunkan

untuk pemberian antiemetik

3.

respon mual dan muntah klien

Intoleransi

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Untuk

Aktivitas

keperawatan selama 2x24 jam

berhubungan

dapat

dengan

toleransi aktivitas. Dengan

ketidakseimbangan

kriteria hasil:

antara

terjadi

beraktifitas

mengetahui

batasan

aktivitas yang dapat dilakukan

peningkatan

suplai - Klien dapat menunjukkan

pembentukan

untuk 4. Untuk memberikan nutrisi yang

meningkatkan

5. Kolaborasi

dan

untuk

klien
2. Kaji

adanya

faktor

menyebabkan kelelahan

yang 2. Untuk menentukan intervensi


selanjutnya

24

oksigen
kebutuhan

dari

peningkatan

toleransi 3. Monitor

aktivitas

kardiovaskuler

- Klien dapat berpartisipasi


dalam pemenuhan ADL
- Tanda tanda vital klien
berada pada rentang normal
- Klien
mendemonstrasikan

respon 3. Manifestasi klinis dari anemia

aktivitas
distritmia,

terhadap

terkait sistem kardiovaskular

(takikardi,
sesak

nafas,

diaporesis, pucat, perubahan


hemodinamik)

dapat 4. Anjurkan periode istirahat 4. Untuk menghindari klien dari


diantara aktifitas

penghematan energi

kelelahan
toleransi

dan

meningkatkan

aktifitas

secara

membantu

klien

bertahap
5. Bantu klien mengidentifikasi 5. Untuk
batasan aktivitas yang dapat

menyusun rencana beraktivitas

dilakukan

secara bertahap dan mengetahui


batasan aktivitas yang dapat
dilakukan

25

CATATAN PERKEMBANGAN

Faculty of Nursing and


Allied Heatlh Sciences
UNIVERSITAS
PELITA HARAPAN
Tanggal/
Waktu
22/10/2015

:
:
:

Tn. M
2D09
00-67-44-14

Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian

:
:

20 Oktober 2015
22 Oktober 2015

Diagnosa Medis

Anemia, Hemorrhoid internal, hematemesis

Nama dan
No. DK
1,2,3

Catatan Perkembangan

09.00 WIB

Tanda Tangan

Mengobservasi tanda tanda vital klien dengan hasil


-

08.00WIB

22/10/2015

Nama Klien (Inisial)


Ruang/ Kamar
No. MR

Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu badan
Nyeri

: 120/50 mmHg
: 110x/menit teraba kuat, reguler
: 20x/menit
: 36,4oC
: 5/5 (A/I)

Mengkaji kemampuan pernafasan klien. Klien tampak menggunakan nassal cannule 2


liter per menit, namun sering dilepaskan karena klien merasa tidak nyaman saat
menggunakannya. Klien mengatakan sering mengalami sesak nafas jika beraktifitas.

22/10/2015
09.00 WIB

Mengedukasi klien pentingnya penggunaan nassal cannule untuk memenuhi kebutuhan


O2klien. Sebelum pemberian edukasi klien sering melepaskan ventilator dengan alasan
tidak nyaman. Setelah pemberian edukasi klien mengatakan mengerti pentingnya
26

penggunaan ventilator dan tidak mengatakan tidak akan melepaskan ventilator, jika
tidak diizinkan oleh perawat atau dokter
22/10/2015

Membantu klien makan. Klien tampak menghabiskan porsi makanan yang diberikan

Mengkaji faktor yang mempengaruhi penurunan nafsu makan klien. Klien mengatakan

09.30 WIB
22/10/2015
09.35 WIB

tidak nafsu makan karena takut jika makan terlalu banyak dapat menyebabkan BAB.
Klien mengatakan ia takut untuk BAB, karena sejak satu tahun terkhir hampir setiap
1x/minggu klien mengalami pendarahan setiap kali BAB. Klien juga mengeluh merasa
mual dan ingin muntah jika makan. Klien mengatakan adanya perubahan sensasi rasa
yang menyebabkan klien tidak berselera untuk makan.

Klienmengeluhkan nyeri

epigastrik, rasa seperti ditusuk tusuk, hilang timbul, skala nyeri (5/5), menyebabkan
klien kurang nafsu makan.
22/10/2015

10.30 WIB

Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas. Klien mengeluh sejak 2


minggu sebelum masuk rumah sakit mengalami kelemahan, pusing, pandangan kabur,
dada berdebar, dan sesak nafas setiap kali melakukan aktifitas. TTV terkait Aktifitas:
RR: 20x/menit
HR: 110x/menit
TD: 120/50 mmHg

22/10/2015
10.30 WIB

Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai makanan yang tepat untuk
meningkatkan produksi darah merah. Sebelum edukasi keluarga dan klien mengatakan
tidak terlalu memahami jenis makanan yang dapat meningkatkan produksi darah
merah. Selama edukasi, keluaraga dan klien tampak memperhatikan penjelasan
27

mengenai jenis makanan yang dapat meningkatkan produksi sel darah merah
22/10/2015

13.00 WIB
22/10/2015
14.40 WIB

Mengobservasi kondisi klien. Klien tampak tidur. Klien tampak tidur tenang. Nafas
reguler dan dalam.

Mengevaluasi presepsi klien dan keluarga mengenai diet yang dianjurkan untuk
meningkatkan produksi darah. Keluarga klien dapat mengulangi kembali jenis diet
yang dianjurkan untuk meningkatkan produksi darah. Klien dan keluarga mengatakan
mengerti jenis jenis makanan yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan produksi
sel darah merah

28

EVALUASI

Faculty of Nursing and


Allied Health Sciences
UNIVERSITAS
PELITA HARAPAN
Tanggal/
Waktu
22/10/2015

Nama Klien (Inisial)


Ruang/ Kamar
No. MR

:
:
:

Tn. M
2D09
00-67-44-14

Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian

:
:

20 Oktober 2015
22 Oktober 2015

Diagnosa Medis

Anemia, Hemorrhoid internal, hematemesis

Nama dan
No. DK

EVALUASI

S: Klien mengeluhkan mudah merasa lelah,pusing dan lemah. Klien masih mengatakan

Tanda Tangan

sesak nafas sudah berkurang. Klien mengatakan jantung tidak berdebar debar lagi.

15.00 WIB

O: klien tampak menggunakan nassal cannule 2L/menit, Kulit klien teraba hangat.
- Tekanan darah

: 120/50 mmHg

- Nadi

: 110x/menit teraba kuat, reguler

- Pernapasan

: 20x/menit dalam, reguler

- Suhu badan

: 36,4oC

A: masalah gangguan pertukaran gas sebagian teratasi


P: Lanjutkan intervensi no 2,3, dan 5
22/10/2015
15.00 WIB

S: klien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak mau makan, klien mengeluh mual
dan muntah. klien mengatakan tidak nafsu makan karena takut BAB, mual dan muntah,
29

nyeri epigastrik, dan mengalami perubahan sensasi rasa. Klien dan keluarga
mengatakan mengerti jenis jenis makanan yang dapat meningkatkan produksi sel
darah merah
O: klien tampak hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang diberikan. Klien
tampak tidak nafsu untuk makan. Klien dan keluarga dapat menjawab pertanyaan dan
menjelaskan kembali mengenai jenis jenis makanan yang dapat meningkatkan
produksi sel darah merah
A: masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 3, 4 dan 5
22/11/2015
10.30 WIB

S: klien mengatakan mengalami kelemahan dan pusing. Klien mengatakan sudah tidak
terlalu berdebar lagi saat beraktifitas. Klien mengatakan pandangan tidak kabur lagi.
O: klien tampak lemah, namun klien sudah mampu melakukan ADL mandiri
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 3 dan 4

30

BAB IV
Pembahasan
Tn. M, 29 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing, jantung berdebar debar,
dan penurunan kesadaran. Diagnosis pada klien adalah Anemia yang disebabkan oleh
Hemorrhoid internal grade II-III. Hemorrhoid muncul sudah sejak satu tahun yang lalu,
bersamaan dengan berak darah yang dialami klien. Selain itu, klien juga mengalami kelemahan
yang progresif akibat kehilangan eritrosit dalam jumlah yang banyak secara terus menerus,
meyebabkan penurunan jumlah Hb yang berakibat pada turunnya transport oksigen ke jaringan.
Hal ini diperkuat dengan hasil lab yang menunjukkan penurunan jumlah Hb dan hematokrit.
Jika dilihat dari hasil test diagnostik, kasus ini dapat digolongkan kedalam anemia berat.
Karena pada saat dibawa ke rumah sakit, pasien mengeluhkan pusing, jantung berdebar debar
dan penurunan kesadaran, yang didukung dengan hasil test diagnostik yang menunjukkan
penurunan Hb hingga ke 3,66 g/dL dan hematokrit 12,2%. Namun, pada saat dilakukan
pengkajian (22/11/2015) oleh kelompok pasien tidak menunjukkan adanya tanda dan gejala dari
anemia berat seperti penurunan kesadaran, mumur sistolik, dispnea saat istirahat, gagal jantung,
pruritus, jaundice, vertigo, irritabilitas, dan depresi (Lewis, 2014).
Kesenjangan tersebut mungkin dapat terjadi sebagai efek dari penatlaksanaan medis yang
telah diberikan saat pasien sampai di IGD, yaitu pemberian transfusi darah 1000ml. Selain itu,
pasien juga mendapatkan terapi sangobion dan infus dari keluarga sebelum akhirnya dibawa ke
rumah sakit. Sangobion adalah vitamin yang berisi Fe yang dapat membantu pembentukan darah
yang dapat meningkatkan jumlah eritrosit dalam darah.

Sehingga dapat membantu untuk

mempertahankan kestabilan kondisi tubuh Tn. M. Pemberian infus juga membantu untuk
meningkatkan kadar aliran darah yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah, sehingga klien
tidak jatuh dalam kondisi hipovolemia dan komplikasi lain yang lebih lanjut. Hal ini didukung
dengan hasil test diagnostik (22/10/2015) yang menunjukkan adanya perbaikan pada diri pasien,
yaitu Hb 9,62 g/dL dan Hematokrit 31,88%.
Pada teori dinjelaskan bahwa untuk menangani anemia akibat kehilangan darah, perlu
untuk segera menangani penyebab terjadinya kehilangan darah tersebut. Namun, pada Tn.M
tidak dilaukan pembedahan untuk menangani hemorrhoid yang merupakan penyebab terjadinya
anemia. Menurut Lewis (2014), perlu untuk dilakukan hemorrhoidectomy saat hemorrhoid sudah
menyebabkan perdarahan. Tetapi berdasarkan kondisi pasien, hal ini tidak dimungkinkan untuk
dilakukan. Karena, Hb klien masih dibawah normal (<13.20 17.30 g/dL). Sehingga, untuk
31

menangani masalah hemorrhoid klien, diberikan medikasi yang dapat membantu melembutkan
feses (seperti: radium, lactolac) guna menghindari mengejan terlalu keras yang dapat
menyebabkan rupturnya hemorrhoid dan berakhir dengan perdarahan.
.

32

BAB V
Kesimpulan
Anemia adalah gangguan defisiensi eritrosit, kualitas dan kuantitas haemoglobin,
dan/atau penurunan jumlah dari eritorisit (hematokrit). Anemia berdasarkan penyebabnya
digolongkan menjadi tiga, yaitu anemia karena hilangnya darah dalam jumlah yang besar,
gangguan pembentuakn sel darah merah, dan penghancuran yang terlalu cepat. Tanda dan gejala
anemia bergantung pada tingkat keparahan anemia yang terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
anemia ringan (Hb:10 12 g/dL), anemia sedang (Hb: 6 10 g/dL), dan anemia berat (Hb: <6
g/dL). Penanganan anemia bergantung pada penyebabnya sendiri, penangnan yang tidak tepat
dan segara dapat menyebabkan komplikasi antara lain, gagal jantung, parasthesia, dan konfusi.
Prognosis anemia bergantung pada jenis anemia dan usia, komplikasi yang paling berat dari
anemia adalah kematian. Test diagnostik yang umum digunkan untuk mendeteksi anemia adalah
apsusan darah, CBC, endoscopy, X-ray, dan biopsi.
Tn M 29 tahun masuk dengan keluhan keluhan pusing, jantung berdebar debar, dan
penurunan kesadaran. Hasil diagnostik test (20/10/2015) Hb 3,66 g/dL dan hematokrit 12,2%
menunjukan pasien mengalami anemia berat. Pada anemia berat, tanda dan gejala yang umum
adalah penurunan kesadaran, mumur sistolik, dispnea saat istirahat, gagal jantung, pruritus,
jaundice, vertigo, irritabilitas, dan depresi. Namun

Penanganan di IGD, yaitu pemberian

transfuse darah 1000ml membantu untuk mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi yang lebih
buruk, yaitu shock hipovolemik.
Sehingga, dalam mengangakat diangnosa keerawatan yang timbul di Tn. M adalah
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan hemoglobin, ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake oral yang buruk dan anorexia,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dari
kebutuhan.

33

Daftar Pustaka
Black J., M., & Hawks J., H. (2014). Manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. Edisi 8
buku 3. Elsevier: Singapura
Brunner & Suddarth. (2010). Medical surgical nursing. Twelve edition.
deWit S., C., & Kumagi C., K. (2013). Medical surigcal nursing: concepts & practice. Second
edition. Elsevier: USA
LeMone, Burke, & Bauldoff. (2014). Medical surgical nursing: critical thinking in patient care.
Perason new internatinal edition. Pearson: USA.
Lewis, Direksen, Heitkemper, & Bucher. (2014). Medical surgical nursing: Assessment and
management of clinical problems. Nineth edition. Elsevier: Canada
Torotra G., S., & Derickson B. (2009). Principles of anatomy and physiology. 12th edition.
Wiley: USA
Wilkson J., M., & Ahern N., R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9. ECG: Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai