Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS OTITIS

EKSTERNA PROFUNDA DI RUANG POLIKLINIK THT RSUD DAYA KOTA


MAKASSAR

DI SUSUN
OLEH :
NAMA : TONY HENDRIK NANLOHY, S.Kep

NIM : 7121801920

CI LAHAN CI INSTITUSI

NIP : NIDN :

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2023
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Otitis eksterna adalah peradangan pada liang telinga. Dirasakan sangat nyeri
oleh penderita, apalagi bila daun telinga tersentuh atau dipegang. Tampak
pembengkakan yang terlokalisasi di liang telinga (iskandar,2018)
Otitis eksterna tersering disebabkan air yang masuk ke dalam telinga selama
berenang atau atau akibat abrasi di kulit liang telinga yang terjadi pada waktu telinga
dibersihkan dengan benda logam. Tampak liang telinga sempit, dindingnya edema
dan hiperemis. Sangat dirasakan nyeri oleh penderita dan kadang – kadang terdapat
demam. Bila infeksi bersifat unilateral, ia mudah menyebar ke telinga lain melalui
jari – jari. Infeksi yang tidak diterapi bisa menyebar ke aurikula dan kemudian ke
wajah. Bila otitis esterna akibat jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan
gambaran fisik. Kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih
ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terjadi
eksudat jernih yang menimum. Mungkin terlihat miselia, dan biasanya terlihat bila
liang telinga diperiksa dengan pembesaran (iskandar,2018).
Radang telinga luar atau otitis eksterna dibagi atas :
a. Otitisksterna Akut terlokasi (Furunkel)
Merupakan infeksi folikel rambut, sehingga terjadi furunkel (bisul).
Penyebabnya biasanya karena sering mengorek liang telinga, sehingga terjadi
trauma yang mengenai folikel rambut.
Dirasakan sangat nyeri oleh penderita apalagi daun telinganya tersentuh atau
dipegang. Tampak pembengkakkan yang terlokalisasi di liang telinga.
b. Otitis Eksterna Difus Akut
Sering terjadi setelah berenang. Tampak liang telinga sempit, dindingnya
edema dan hiperemis. Sangat dirasakan nyeri oleh penderita, dan kadang-kadang
terdapat demam.

c. Otitis Eksterna Difus Kronis


Biasanya disebabkan oleh jamur, oleh karena itu disebut juga otomikosis.
Jamur yang menyerang liang telinga, biasanya apergilus miger, acetinomyces
atau ragi.
Penderita mengeluh gatal diliang telinga dan rasa tersumbat. Pada
pemeriksaan liang telinga terisi oleh filamen jamur berwarna keputihan. Sering
kali terdapat juga infeksi oleh bakteri akibat trauma. Karena sangat gatal,
penderita sering mengorek liang telinga.
d. Otitis Eksterna Eksim
Terdapat reaksi kerentanan pada liang telinga, disebabkan oleh alergi dari
obat tetes telinga (kontak dermatitis), atau obat yang disemprotkan sekitar
telinga, seperti obat penyemprot rambut (hairspray). Kadang-kadang anting-
anting juga menyebabkan penyakit ini sekret pada otitis media dapat juga
menyebabkan otitis eksterna eksim.
Pada pemeriksaan tampak liang telinga (dan kadang-kadang juga daun
telinga) edema, hiperemis, dan berair penderita sering merasa nyeri dan gatal.
e. Otitis Eksterna Maligna
Penyakit ini sering terjadi pada orang tua yang menderita diabetes militus.
Biasanya unilateral mulanya rasakan gatal dan nyeri diliang telinga. Kemudian
terjadi pembengkakkan liang telinga, berair, dan dirasakan sangat nyeri.
Selanjutnya akan terbentuk jaringan granulasi diliang telinga, dan dirasakan
sangat nyeri. Nervus vaisal dapat juga terkena.
B. Etiologi
a. Idiopatik.
Otitis eksterna difusa disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor-faktor
yang saling berkaitan hingga menimbulkan kerusakan, pada beberapa penyebab
yang tidak diketahui, mekanisme pertahanan kulit secara alami dan pada keadaan
tertentu kelenjar sebasea dan kelenjar serumen mensekresi lipid menutupi epitel
skuamous dari meatus

b. Trauma.
Trauma merupakan penyebab umum disebabkan oleh garukan karena gatal
pada telinga dengan menggunakan ( kuku jari, batang korek api, kertas, kep rambut
dan pengorek telinga ). Meskipun memberikan kepuasan pada penderita, yang dapat melukai
kulit, misalnya terjadi infeksi sekunder. Pada keadaan lain juga menyebabkan
iritasi atau reaksi alergi.
c. Iritasi.
Bahan kimia saat dipakai ke kulit menyebabkan iritasi yang kemudian
menimbulkan reaksi alergi. Perbedaan antara kedua reaksi ialah terjadi jika
pemakaian dari bahan iritan secara lama dan pada konsentrasi yang cukup tinggi.
Reaksi iritasi lebih berat pada permukaan kulit yang lembab dan mekanisme
pertahanan secara alami terganggu. Reaksi alergi hanya terjadi pada beberapa
individu dengan munculnya reaksi hipersensitivitas tipe 4 setelah periode
sensitisasi terhadap alergen. Zat iritansering kali masuk ke dalam telinga setelah
periode sensitisasi terhadap alergen.
d. Alergi.
Pada kebanyakan alergi antibiotik (misalnya: neomisin, framisetin,
gentamisin, polimiksin), antibakterial (misalnya: clioquinol) dan anti histamin.
Bahan sensitif lainnya yang sering dipakai untuk menggaruk telinga seperti
bahan-bahan dari logam, kertas dan kep rambut. Sebagai tambahan, reaksi alergi
dapat disebabkan oleh kuku jari, kosmetik dan ramuan obat-obatan rambut.
e. Bakteri.
Bakteri yang umumnya menyebabkan otitis eksterna akut difusa adalah
Pseudomonasaeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococc , Streptococci dan Bacillus
Gramnegatif.
Untuk infeksi yang ringan atau tidak mengalami komplikasi, kultur
mikroorganisme pada liang telinga tidak dilakukan, karena biasanya menunjukkan
pertumbuhan pola kuman yang beragam. Untuk infeksi yang berat, kultur
diperlukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang dominan dan membantu
dalam pemilihan terapi antibiotik.
f. Faktor iklim/lingkungan.
Faktor resiko yang paling sering menyebabkan terjadinya otitis eksterna adalah
yangbekerja pada daerah dengan iklim panas dan lembab dibandingkan yang
bekerja pada iklim yang dingin. Terdapat beberapa hal yang berpotensi
menyebabkan terjadinya otitis eksterna, seseorang yang berenang pada cuaca yang panas,
menyebabkan mekanisme pertahanan kulit liang telinga terganggu, telinga menjadi
basah yang dapat menimbulkan iritasi dan erupsi disebabkan oleh adanya zat
kimia didalam kolam renang.
C. Manifestasi Klinis
a. Nyeri
b. Gangguan pendengaran
c. Rasa penuh pada telinga
d. Gatal-gatal
e. Terdapat secret/cairan yang berbau busuk
f. Liang telinga tampak bengkak
g. Hiperemis
h. Adanya edema (Kapita Selekta Kedokteran, 2018).
i. Jika saluran telinga membengkak atau terisi oleh nanah dan sel- sel kulit yang
mati, maka bisa terjadi gangguan pendengaran.
j. Biasanya jika daun telinga ditarik atau kulit didepan saluran telinga ditekan akan
timbul nyeri.
k. Dengan menggunakan otoskop, kulit pada saluran telinga tampak merah,
membengkak dan penuh dengan nanah dan sel-sel kulit yang mati. (Anonymus,
2017)
l. Nyeri spontan timbul saat membuka mulut (sendi temporoman dibularis)
(Suparyanto, 2017)
D. Komplikasi
a. Perikondritis dan kondritis.
Perikondritis, inflamasi dari perikondrium, dan kondritis , inflamasi dari
kartilago, merupakan komplikasi dari infeksi pada liang telinga luar atau hasil
dari trauma yang tidak disengaja atau trauma akibat pembedahan pada daun
telinga. Gambaran klinis rasa nyeri, dan penderita sering mengeluhkan rasa gatal
yang hebat di dalam liang telinga. Seiring berjalannya waktu, kulit pada daerah
yang terinfeksi menjadi krusta dengan debris, dan melibatkan kartilago. Dapat
menyebabkan pembengkakan dan kemerahan pada liang telinga.
b. Selulitis.
Selulitis dari telinga secara khas merupakan hasil dari perluasan otitis
eksterna atau luka tusuk. Selulitis berbeda dengan perikondritis oleh
pembengkakan yang minimal. Manifestasi selulitis sebagai eritema pada telinga.
Pengobatan selulitis dengan antibiotik anti staphylococcal sistemik.
c. Erisipelas.
Erisipelas adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pada kulit
yang menyebabkan kemerahan, edema dan erupsi dengan batas tepi yang jelas.
Daun telinga menjadi merah dan bengkak dan penyebaran infeksi ke dalam kulit
dari wajah yang biasanya ditandai oleh gejala sistemik dengan temperatur yang
tinggi dan nadi yang cepat.
E. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-
sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah
gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit
yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri
atau jamur.
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen
membentuk furunkel.
Stadium prainflamasi timbul bila lapisan lipid meatus akusticus eksternus
terlepas karena lembab atau trauma menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan /
nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna)
sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu Pseudomonas
(41%), Streptokokus (22%), Stafilokokus aureus (15%) dan Bakteroides (11%)
(Oghalai, 2003).
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, peri aurikuler dan
tulang temporal.
b. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
2. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam. Laju
endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis
eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan
peningkatan tes ini.
3. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk
menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpa riwayat diabetes perlu
diperiksa toleransi glukosanya
4. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian antibiotic.
Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P. Aeruginosa (95
%). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies pseudomonas mempunyai
lapisan mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A,
kolagenase, elastase) dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa
strain menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati kranial.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis, perluasan
penyaki, dan respond terapi,antara lain :
1. Technetium Tc 99 metylene diphosphonate bone scan
2. Gallium citrate Ga 67 scan
3. Indium In 111-labelled leucocyte scan
4. CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi
terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi intracranial

G. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Bersihkan semua debris dan nanah di dalam telinga dengan menggunakan
ujung pengisap yang kecil.
2. Liang telinga dioleskan aluminum subasetat 0,025% atau alkohol.
3. Atur posisi pasien pada telinga yang sakit untuk berbaring pada salah satu sisi
tubuhnya. Kemudian berikan beberapa tetes larutan antibioka dimasukkan ke
dalam liang telinga dan dipasang sumbatan kapas ke dalam telinga. Berikan
sebanyak 4 atau 5 tetes kedalam telinga setiap 4 jam untuk 48 jam pertama,
setelah telinga diperiksa kembali.
4. Tetesan antibiotika diberikan selama 3 hari selama 1 minggu.
5. Apabila terdapat benjolan masukkan secara hati-hati gumpalan kapas tipis 5 –
7,5 cm, dan ditekan hati-hati kedalam liang telinga dengan forseps bayonet
atau forseps buaya. Ujung dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke
membran timpani dan ujung luarnya harus menonjol keluar dari liang telinga.
Gumpalan tersebut harus dibasahi dengab larutan antibiotika setiap 3- 4 jam,
setelah kapas tersebut dibasahi pasang sumbatan kapas ditelinga
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama,Umur/jenis kelamin,Status,Pendidikan,Pekerjaan,Agama,Alamat
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
2. Pola Nutrisi dan Metabolik

Sebelum Sakit Selama Sakit


Frekuensi Klien makan sehari 3x Klien makan sehari 3x
sehari, minum 6-7 sehari, minum 6-7
gelas/hari gelas/hari
Jenis Makanan dan Minuman Makanan dan Minuman
Porsi 1 Porsi 1 Porsi
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Antropometri
BB :
TB :
IMT : BB
3. Pola Eliminasi
a. BAB

Sebelum Sakit Selama Sakit


Frekuensi Klien BAB normal 2x/hari Klien BAB normal
2x/hari
Kosentrasi Lembek, tidak ada darah Lembek, tidak ada darah
Jumlah 300gr 300gr
Warna Normal Normal
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

b. BAK

Sebelum Sakit Selama Sakit


Frekuensi Klien BAK normal 6x Klien BAK normal 6x
sehari sehari
Jumlah Urine 240cc/BAK 240cc/BAK
Warna Normal Normal
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum Sakit Sesudah Sakit


Kemampuan 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan  
Mandi  
Toileting  
Berpakaian  
Mobilisasi  
Ambulasi  

5. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum Sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur ± 7-8jam/hari, dan
biasanya tidur siang selama 2jam/hari, tidur nyenyak
tidak ada gangguan.

Setelah Sakit : Pasien hanya tidur ± 3-5 jam/hari, tidak bisa tidur

nyenyak karna telinga gatal dan nyeri.


6. Pola Kognitif dan Perceptual
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
8. Pola Seksual dan Reproduksi
9. Pola Peran dan Hubungan
10. Pola Manajemen Stress dan Koping
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran :
c. TTV

Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala
- Bentuk Kepala : Bulat/Mesocephal, Simetris
- Kulit kepala : Terlihat kotor, tidak ada luka
- Rambut : Bersih, potongan pendek, tidak ada
kutu, rambut lurus, warna hitam, tidak ada
uban.
b. Muka
- Mata : Reflek terhadap cahaya baik, Ikterik (-),
warna mata coklat, diameter ka/ki sama,
konjungtiva pucat.
- Hidung : Bersih, mukosa hidung tampak merah,
setretnya (+)
- Mulut : Bersih, kemampuan berbicara baik, bibir
kering.
- Gigi : Gigi berlubang (-), tidak ada karang gigi.
- Telinga : Simetris, kotor, serumen (+), luka/iritasi
c. Leher : Tonsil tampak berwarna merah dan bengkak.
d. Dada
- Paru –Paru
I : Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris,
Tidak nampak penggunaan alat bantu nafas, tidak
ada masa, pola nafas normal, tidak ada luka.
P : Vokal premitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba masa
P : Suara paru sonor
A : Suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan
ronkhi
- Jantung
I : Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris,
tidak nampak otot bantu nafas, tidak ada masa,
ictus cordis tampak pada intercosta ke-5
P : Tidak ada nyeri tekanan, tidak teraba masa, pulse
terasa kuat
P : Batas-batas jantung normal, suara redup
A : Suara paru reguler, tidak terdengar gallop
e. Abdomen
I : Abdomen flat, Simetris, Pernapasan Perut, Tidak Ada
Pembersaran
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terasa pembesaran hepar
P : Suara lambung timpani
A : Tidak ada bising usus
f. Genitalia : Bersih, tidak nampak terpasang DC, anus bersih
tidak ada feses, tidak ada hemoroid.
g. Ekstremitas

Atas

- Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot lemah 3/3


- ROM kanan dan kiri : Gerakan otot sedikit
lemas dan kaku,
tangan kanan
terpasang infus
RL 20 tpm.
- Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
- Perabaan Akral : Akral terasa panas
- Pitting Edema : Tidak ada

Bawah

- Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot lemah


3/3
- ROM kanan dan kiri : Gerakan otot sedikit

lemas dan kaku

- Perubahan bentuk tulang : Tidak ada


- Perabaan Akral : Akral terasa panas
- Petting Edema : Tidak ada
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan THT
2. Hasil Laboratorium
VI. TERAPI MEDIS
1. Akilen tetes Telinga 5ml : Akilen di indikasikan untuk OMSK dan Otitis
Eksterna biasanya efek samping yang dialami
pasien yaitu mual, berkurangnya
pendengaran, seborrhea, tinnitus.
2. Ambroxol (3 x 1) : Ambroxol yang berefek mukokinetik dan
sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang
kental dan lengket dari saluran pernapasan dan
mengurangi staknasi cairan sekresi
3. Cetirizine (1 x 1) : Antihistamin potensial yang memiliki efek
sedasi (kantuk) ringan dengan sifat tembahan
anti alergi, khususnya alergi rhinitis. Cetirizine
di HCL mampu menurunkan gejala mayor
rinisits alergi seperti hidung berair, bersin dan
hidung gatal.
4. Paracetamol 500mg (3x1) :
5. Infus RL 20 tpm :

VII. ANALISA DATA

N DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


O
1 DS : Nyeri Akut Proses
- Klien mengatakan nyeri Inflamasi
DO :
Klien nampak meringis
kesakitan
2 DS : Gangguan Penurunan
- - Klien mengatakan Persepsi Sensori Pendengaran
pendengarannya menurun : Pendengaran
- Klien mengatakan
telinganya terasa penuh
DO :
- - Uji Weber :
Lateralisasi ke telinga yang
sakit
- - Uji Rinne : BC>AC
- Uji Schwabach :
Memanjang
3 DS : Hypertermi Proses Infeksi
- Klien mengeluh demam
beberapa hari setelah
telinganya kemasukan air
laut
D DO :
Klien nampak demam
TD: 100/80 mmhg
RR: 52x/menit
T: 38,2˚C
Akral teraba panas, pasien
lemah,bibir kering
4 DS : Cemas Koping Mal
- 1. Klien merasa cemas akan Adaptif
penyakit yang dideritanya
2 2. Klien mengatakan kulitnya
terkelupas ketika dikorek
dengan cottonbud
DO :
1. Klien nampak
khawatir/cemas
2. Klien bertanya-tanya
mengapa kulit telinganya
terkelupas

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut b.d Proses Inflamasi,infeksi, trauma
2. Gangguan Persepsi Sensori : Pendengaran b.d Penurunan pendengaran
3. Hipertermi b.d proses inflamasi
4. Cemas b.d koping mal adaptif
IX. RENCANA KEPERAWATAN
X. IMPLEMENTASI
Hari/tgl/jam No Implementasi Respon Paraf
Dx
Jum,at I 1. Mengkaji sakit 1. S = Klien
17/06/16 nyeri mengatakan nyeri
09.00 O= Klien
meringis
kesakitan

II 2. Mengkaji 2. S = klien
gangguan mengatakan
pendengaran pendengarannya
menurut dan
telinganya terasa
penuh
O=

III 3. Monitoring TTV 3. S = Klien


mengatakan
badannya masih
demam
O=
T: 38,2˚C, TD:
100/80 mmhg
RR: 52x/menit
N : 74x/menit

IV 4. Manajemen koping 4. S = klien


mengatakan
cemas akan
penyakit yang
dirasakan dan
kulit telinganya
terkelupas ketika
dikorek
O = klien terlihat
cemas dan
bertanya-tanya
kenapa kulitnya
terkelupas

13.00 III 1. Memberikan 1. S = klien


kompres air hangat mengatakan
badannya masih
demam/panas
O = TTV
TD :
100/80mmhg,
T : 38,2˚C,
RR : 52x/menit,
N : 74x/menit

2. Menganjurkan 2. S = klien
klien untuk mengatakan
mengunakan pakaian sudah memakai
yang tipis baju tipis
O = klien sudah
menggunakan
pakaian yang
tipis tanpa lengan
dan menyerap
keringat

1. Memberikan S = pasien
I pengetahuan tentang mengatakan
rasa nyeri memahami apa
yang disampaikan
O = klien
mendengarkan
dengan baik dan
memahami
tentang
pengetahuan yang
disampaikan
DAFTAR PUSTAKA

Potter patricia A.,(2017), pengkajian kesehatan, penerbit buku kedokteran EGC,Jakarta


Carpenito, Lynda Juaal, (2017), buku saku diagnose keperawatan Edisi VIII, EGC,
Jakarta Mansjoer,arif dkk. (2016). Kapita selekta. III, hal. 83-85 dongoes, Marilynn.
Rencana Asuhan keperawatan. Edisi III
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD.(2018) buku ajaran ilmu kesehatan telimga
hidung tenggorok leher. 6 rev eds. Jakarta : fakultas kedokteran universitas
Indonesia 2007:60-61.
Aryanugrah PT, setiawan EP. Kejadian Otitis Ekstrenal pada Masyarakat penebel
tambanan dan yangapi bangli yang Berkunjung ke bakti Sosial Saaf Medis
Fungsional Telingan Hidung Ttenggorok Fakultas Kedokteran Udayana di
Rrumah Sakit Umun Pusat Sanglah Tahun 2017 (seria on the internet). Diunduh
dari ; https://isainsmedis.id/index /aricle/view accessed one sept 1,2018.
Kaushik V, Malik T, Saeed SR. Intervention for acute otitis externa. Cochrane
database of systemic riveews 2013 (serial one the internet). Diunduh dari
http://onlinelibrary.wiley.com/o/c.html. Accessed on sep2, 2018.
Springer GL. Fresh water swimiggng As a risk factor for otitis exsterna. A case –control
study. Arch environ health 2014:40:202-6. Paladeng RW. Otitis eksterna di
poliklinik THT –HL RSU prof.dr .r.

Anda mungkin juga menyukai